• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buletin. Editorial BADAN POM. Daftar Isi: Volume 26, No. 2, November No. ISSN: Topik : Labeling Update Informasi Aspek Keamanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buletin. Editorial BADAN POM. Daftar Isi: Volume 26, No. 2, November No. ISSN: Topik : Labeling Update Informasi Aspek Keamanan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

P

ada edisi Buletin Berita MESO kali ini, sedikit berbeda dengan edisi-edisi sebelumnya, dimana kami mencoba untuk lebih menghidupkan lay out penampilannya dengan harapan lebih menarik bagi Sejawat sekalian untuk membacanya.

Seperti biasa kami berusaha untuk dapat menyajikan informasi aspek kea-manan terkini terkait beberapa obat yang menjadi perhatian akhir-akhir ini. Dimulai dengan informasi Labeling Update untuk obat yang mengandung Zolpidem terkait pencantuman Boxed Warning berisi informasi risiko efek samping Sleep Related Behaviors, dilanjutkan dengan informasi terkait risiko Progressive Multifocal Leukoencephalopathy (PML) pada peng-gunaan obat yang mengandung Mycophenolate Mofetil.

Selanjutnya kami ketengahkan informasi aspek keamanan terkini tentang risiko efek samping rhabdomyolysis yang disebabkan oleh penggunaan bersama antara Simvastatin dan Amiodarone. Di samping itu juga, kami sampaikan infromasi terkait Vitamin B6 yang berisiko menyebabkan pe-ripheral neuropathy.

Sampai saat ini Badan POM RI belum menerima laporan kasus efek samping sebagaimana tersebut di atas yang terjadi di Indonesia, namun kami menerima beberapa laporan kasus di luar negeri terkait hal ini. Meskipun demikian bukan berarti bahwa kasus efek samping tersebut ti-dak terjadi di Indonesia, mungkin belum terlaporkan atau titi-dak dilaporkan atau under reporting.

Sebagai penutup Edisi kali ini, sekilas kami sampaikan program pharma-covigilance oleh Badan POM RI untuk menumbuhkan reporting culture di antara teman Sejawat sekalian. Sejawat dapat memanfaatkan formulir pelaporan efek samping (form kuning) yang tersedia untuk berpartisipasi aktif melaporkan kejadian efek samping yang mungkin ditemui dalam praktek klinik sehari-hari kepada kami di Badan POM RI, sebagai Pusat MESO Nasional.

Demikian kami sampaikan Buletin Berita MESO edisi November 2008 ini, semoga bermanfaat bagi Sejawat sekalian. Partisipasi aktif teman Sejawat dalam melaporkan efek samping akan sangat bermanfaat dalam

mening-Volume 26, No. 2,

Editorial

November 2008

Buletin

Topik :

Labeling Update Informasi Aspek

Kea-manan Obat

Laporan Kasus ESO di Indonesia

Sekilas Kegiatan Phar-macovigilance oleh Badan POM RI di Indonesia

Zolpidem dan Sleep Related Behaviors

2

Mycophenolate Mofetil dan Progressive Multifocal Leukoencephalopathy (PML)

3

Simvastatin dan Amiodarone: Rhabdomyolysis

4

Dosis Tinggi Vitamin B6 dan Peripheral Neuropathy

5

Sekilas Kegiatan Pharmacovigi-lance oleh Badan POM RI di Indonesia

5 Laporan Kasus ESO di

Indonesia : Entecavir

3

Daftar Isi:

BADAN

POM

No. ISSN: 0852-6184

(2)

S

ebagaimana dilansir oleh WHO

Pharmaceutical Newsletter No. 2 tahun

2008 yang kami terima pertengahan Juni

lalu, antara lain memuat informasi

terbaru terkait aspek keamanan produk

obat yang mengandung bahan aktif

Zolpidem. Di dalam WHO Newsletter

tersebut disampaikan tindak lanjut

regulatori yang sebelumnya sudah

ditetapkan oleh TGA yaitu keharusan

pencantuman

Boxed Warning

pada

product information document

pada

produk obat Zolpidem.

Sebelumnya pada Tanggal 21 Februari

2008, TGA Australia menerbitkan

Media

Statement

terkait tindak lanjut regulatori

berupa

updating

informasi aspek

keamanan obat yang mengandung

Zolpidem yang didasarkan atas adanya

efek samping serius abnormal

sleep

related events

yang diperoleh dari

laporan kasus yang diterima oleh TGA.

Produk dengan zat aktif Zolpidem

pertama kali terdaftar di Australia pada

tahun 1997 namun baru diedarkan pada

tahun 2000. Sampai dengan 4 Januari

2008, TGA telah menerima sejumlah 1032

laporan kasus efek samping terkait

penggunaan obat ini dan lebih dari dua

pertiga laporan tersebut diterima dalam

jangka waktu 12 bulan terakhir. Sejumlah

394 dari 1032 laporan tersebut adalah

abnormal sleep related events

, antara lain

sleep walking

,

sleep eating

, dan

sleep

driving

. 103 laporan atau 10% dari total

laporan adalah

sleep driving

.

Menindaklanjuti hal tersebut, TGA

meminta kepada produsen obat yang

m e n g a n d u n g Z o l p i d e m u n t u k

mencantumkan peringatan terkait efek

samping serius tersebut dalam bentuk

Boxed Warning

.

Informasi

Boxed Warning

yang perlu

ditambahkan pada

product information

document/leaflet

semua produk yang

mengandung Zolpidem adalah sebagai

berikut:

Data laporan ESO terkait Zolpidem yang

ada di WHO

data base

, dari pemantauan

tahun 1989-2008 antara lain :

dreaming

abnormal

51 laporan,

paroniria

143 laporan,

dan

somnambulism

123 laporan.

Daftar Pustaka:

1. WHO Pharmaceutical Newsletter, No. 2, 2008 2. TGA, Media Statement, Zolpidem (“Stilnox”) -

updated information - 21 February 2008 3. TGA, Media Statement, Scheduling of Zolpidem

(Stilnox), National Drugs and Poisons Schedule Committee, 21 February 2008

4. Data Badan POM RI

VOLUME 26, NO. 2, NOVEMBER 2008

Labeling Update:

Zolpidem dan

Sleep Related Behaviors

BERITA MESO

“Zolpidem may be associated with poten-tially dangerous complex sleep-related behaviors which may include sleep walk-ing, sleep driving and other bizarre be-haviors. Zolpidem is not to be taken with alcohol. Caution is needed with other CNS depressant drugs. Limit use to four weeks maximum under close medical su-pervision.”

(3)

VOLUME 26, NO. 2, NOVEMBER 2008 BERITA MESO

Labeling Update:

Mycophenolate Mofetil dan Progressive Multifocal

Leukoencephalopathy (PML)

I

nformasi terbaru aspek keamanan obat Mycophenolate Mofetil menyebutkan bahwa terdapat beberapa laporan kasus Progressive Multifocal Leukoencephalopathy (PML) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat ini. Beberapa confounding factor yang terkait dengan kemungkinan kasus PML antara lain

u n d e r l y i n g d i s e a s e , c o n c o m i t a n t immunosupressant dan latency antara penggunaan pertama Mycophenolate Mofetil dengan waktu mula PML terjadi.

PML adalah kasus efek samping obat yang jarang, bersifat progressive, dan merupakan

demyelinating disesase dari sistem syaraf pusat (CNS) yang dapat memicu ke arah kematian atau severe disability. Mekanisme terjadinya PML disebabkan oleh adanya reaktifasi JC virus (suatu polymavirus) yang terdapat pada 70-90% populasi orang dewasa di dunia dalam bentuk latent. Pada umumnya JC virus tetap bersifat latent, namun secara spesifik hanya p a d a o r a n g a t a u p a s i e n y a n g

immunocompromised dapat menyebabkan terjadinya PML.

Faktor yang memicu terjadinya PML pada orang atau pasien yang immunocompromised

tersebut belum sepenuhnya dipahami, meskipun ada wacana bahwa abnormalitas pada T-cells menjadi faktor yang sangat penting dalam reaktifasi JC Virus dan PML. Biasanya pasien juga mempunyai focal CNS yang abnormal dan secara radiografi menunjukkan adanya white matter disease tanpa mass effect.

PML harus dipertimbangkan dalam differential diagnosis pada pasien yang meminum Mycophenolate Mofetil yang berkembang gejala

neurological, dan harus dilakukan referral ke spesialist untuk investigasi dan manajemen terapi yang tepat. Pertimbangan harus diberikan pada pasien yang menunjukkan gejala PML untuk mengurangi total

immunosuppressant. Namun pada pasien yang menjalani transplantasi, pengurangan total

immunosuppressant dapat menimbulkan risiko pada organ yang dilakukan pencangkokannya (graft). Disamping pengurangan total

immunosuppresant, tidak ada intervensi lain yang

reliable untuk mencegah PML ataupun mengobati PML.

Informasi aspek keamanan ini, telah juga dilakukan updating pada labeling produk oleh pemegang ijin edar produk ini.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Badan POM, akan melakukan pemantauan keamanan obat ini secara terus menerus, dalam rangka memberikan perlindungan yang optimal kepada masyarakat.

Daftar Pustaka:

1. US FDA, Communication about an Ongoing Safety Review of CellCept (Mycophenolate Mofetil) and Myfortic (mycophenolic acid), dated, April 10, 2008, updated June 4, 2008.

2. US FDA Alert, Information on Mycophenolate Mofetil (marketed as CellCept) and Mycophenolic Acid) (marketed as Myfortic), May 16, 2008

3. Roche, DDL, Important Changes in the CellCept (Mycophenolate Mofetil) Prescribing Information— Reports of the Progressive Multifocal Leukoencephalopathy in Patients Treated with CellCept, June 2008.

4. Data Badan POM RI

Laporan Kasus ESO di Indonesia :

Entecavir

Seorang laki-laki berusia 48 tahun dilaporkan mengalami kehilangan persepsi sensor pada lidah saat makan (paraesthesia) setelah meminum Entecavir tablet 0.5 mg selama 3 bulan untuk indikasi Hepatitis B kronis. Pemberian Entecavir tetap dilanjutkan. Pasien tidak mempunyai penyakit ataupun pengobatan lain yang diberikan secara bersamaan. Setelah 1 bulan kemudian kondisi pasien membaik walaupun tidak diberikan pengobatan apapun. Hasil evaluasi Panitia MESO Nasional menyimpulkan hubungan kausal antara Entecavir dan paraesthesia adalah possible.

(4)

1. Simvastatin dan Amiodarone:

Rhabdomyolysis

Simvastatin termasuk golongan HMG-CoA reductase inhibitor atau disebut “statins” yang diberikan kepada pasien dengan indikasi untuk menurunkan kadar kolesterol dan obat ini menunjukkan dapat menurunkan risiko penyakit jantung pada pasien. Sedangkan Amiodarone adalah obat anti aritmia dengan indikasi yang disetujui hanya untuk mengontrol life-threatening recurrent ventricular arrhythmias.

Penggunaan bersama kedua obat ini, menjadi perhatian serius oleh US FDA, karena adanya sejumlah laporan efek samping rhabdomyolysis yang masih terus diterima oleh US FDA. Sebenarnya, pada tahun 2002 yang lalu US FDA juga telah melakukan updating labeling untuk produk yang mengandung Simvastatin terkait risiko efek samping rhabdomyolysis apabila digunakan bersama dengan Amiodarone, dengan dosis Simvastatin lebih dari 20 mg per hari. Pada dasarnya semua obat yang termasuk dalam golongan statin, berisiko untuk menyebabkan rhabdomyolysis baik digunakan ataupun tidak digunakan secara bersamaan dengan Amiodarone, dan biasanya dose-related. Namun dibandingkan dengan golongan statin lainnya, risiko berkembangnya rhabdomyolysis lebih besar terjadi pada penggunaan bersama antara Simvastatin dan Amiodarone.

Rekomendasi dan informasi yang diberikan oleh US FDA kepada health professional

ketika hendak meresepkan Simvastatin kepada pasien yang sedang menerima terapi Amiodarone, harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

• Peresepan obat yang mengandung Sim-vastatin, harus hati-hati diberikan pada pasien yang sedang menjalani terapi Amiodarone, dan hendaknya Simvastatin tidak diberikan melebihi dosis 20 mg per hari. Peresepan Simvastatin dengan dosis lebih dari 20 mg per hari dapat

mening-katkan risiko rhabdomyolysis.

• Sebagaimana statin yang lainnya, risiko

rhabdomyolysis adalah dose-related. Infor-masi risiko rhabdomyolysis harus disampai-kan kepada pasien dan menganjurdisampai-kan pasien untuk segera melapor dan memerik-sakan diri ke dokter, apabila mengalami gejala-gejala seperti rasa sakit, kram, ten-derness atau weakness (lemah dan lemas) pada otot.

• Risiko rhabdomyolisis meningkat jika Sim-vastatin dengan dosis tinggi diberikan ber-samaan dengan Amiodarone. Mekanisme terjadinya efek samping ini secara pasti ti-dak sepenuhnya diketahui, namun yang jelas bahwa Amiodarone menghambat en-zim cytochrome P450 3A4 (CYP3A4), di-mana enzim tersebut juga memetabolisme Simvastatin. Agar dapat dipertimbangkan penggunaan statin lainnya pada pasien yang menggunakan Amiodarone atau akan memulai penggunaan Amiodarone, yang memerlukan dosis Simvastatin diatas 20 mg per hari untuk terapi tujuan terapi kolesterolnya.

• Efek samping rhabdomyolysis telah dila-porkan terjadi pada semua statin. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian rhab-domyolysis antara lain adalah usia (≥65tahun), hypotiroidism yang tidak terkontrol dan kerusakan ginjal.

Dengan adanya informasi ini, himbauan senan-tiasa kami sampaikan kepada Sejawat untuk meningkatkan kewaspadaannya, dan berpar-tisipasi aktif dalam memberikan laporan efek samping ke Badan POM RI, selaku Pusat MESO Nasional.

Daftar Pustaka :

1. US FDA, Information for Healthcare Profes-sionals, Simvastatin_Amiodarone, 8 Agustus 2008.

2. Data Badan POM RI

VOLUME 26, NO. 2, NOVEMBER 2008 BERITA MESO

Informasi Aspek

Keamanan Obat

(5)

2.

Dosis Tinggi Vitamin B6

dan

Peripheral Neuropathy

S

ebagaimana dipahami bahwa tidak ada obat yang seratus persen safe atau aman, demikian juga dengan penggunaan vitamin. Telah diketahui bahwa penggunaan Vitamin B6 dapat menyebabkan neurotoksisitas, uta-manya peripheral neuropathy dan hal ini ter-kait dengan dosis dan lamanya penggunaan. Beberapa waktu yang lalu dalam ADRAC Bul-letin dipublikasikan artikel terkait penggunaan Vitamin B6 dosis tinggi dengan efek samping

peripheral neuropathy.

ADRAC (Adverse Drug Reactions Advisory Co-mittée) menyatakan bahwa kemungkinan ter-jadinya efek samping terkait dengan penggu-naan Vitamin B6 ini, biasanya melibatkan penggunaan vitamin dalam sediaan tunggal (oral atau injeksi), dan juga sediaan multivita-min lain yang mengandung Vitamultivita-min B6, secara bersamaan. Inilah yang menyebabkan ke-mungkinkan terjadinya toksisitas Vitamin B6, karena total konsumsi per hari melebihi batas atas asupan harian yang direkomendasikan oleh NHMRC (National Health and Medical Research Council) yaitu 50mg.

Hal tersebut dapat dipahami, dari 2 (dua) la-poran kasus efek samping peripheral neuro-phaty terkait dengan Vitamin B6, yang diter-ima oleh TGA Australia ADRAC.

Pada kasus pertama, seorang wanita berumur 39 tahun menerima 50 mg/hari vitamin B6 se-lama 3 bulan, mengalami burning pain dan “electric shock” pada kaki. Pasien juga mene-rima produk multivitamin lain yang mengan-dung vitamin B6, sehingga dosis total perhari melebihi batas atas asupan harian yang dian-jurkan 50 mg/hari. Gejala efek samping terse-but menghilang dalam 1 minggu setelah peng-gunaan vitamin tersebut dihentikan.

Pada kasus kedua, seorang wanita berumur 69 tahun menerima 600 mg/hari vitamin B6 sela-ma 3-4 tahun. Pasien tersebut mengalami per-sistent giddiness (pusing), wide-based gait dan

bular retraining. Pasien didiagnosa mengalami

proximal sensory neuropathy terkait dengan tok-sisitas Vitamin B6. Sampai pada saat dilaporkan kepada ADRAC, pasien tersebut belum sembuh. Pasien dengan gejala neurological, seperti sensasi gatal/geli, terbakar, mati rasa pada anggota ba-dan (numbness of limbs), sebaiknya ditanyakan tentang asupan vitamin B6 yang sedang pasien konsumsi dan jika mengalami gejala sebagaimana disebut di atas, agar disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Daftar Pustaka :

1. Australian Adverse Drug Reactions Bulletin, Volume 27, No.4, Agustus 2008.

2. Data Badan POM RI

VOLUME 26, NO. 2, NOVEMBER 2008

Sekilas Kegiatan Pharmacovigilance

oleh Badan POM RI di Indonesia:

S

egmen ini merupakan segmen baru untuk buletin Berita MESO. Kami mencoba secara singkat menyampaikan beberapa upaya yang dilakukan dalam rangka meng-encourage Sejawat sekalian dalam berpartisipasi aktif dalam pelaporan kasus efek samping kepada Badan POM RI.

Beberapa waktu yang lalu, kami mengadakan semacam workshop di dua RS di Surabaya dan Yogyakarta, dengan tujuan untuk menyampaikan program pharmacovigilance dan pentingnya dilakukan pharmacovigilance. Harapan kami, kegiatan serupa dapat juga dilaksanakan di RS lainnya, agar menumbuhkan reporting culture di antara Teman Sejawat sekalian.

(6)

APA YANG PERLU DILAPORKAN ?

Setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek samping akibat obat perlu dilaporkan. Laporan tidak harus didasarkan atas kepastian seratus persen adanya hubungan kausal antara efek samping dengan obat. Bila Saudara menemukan reaksi yang masih diragukan hubungannya dengan obat yang digunakan, adalah lebih baik dilaporkan daripada tidak sama sekali.

REAKSI-REAKSI APA YANG SEYOGYANYA DILAPORKAN ? :

- Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat. Terutama efek samping yang selama ini tidak pernah / belum pernah dihubungkan dengan obat yang bersangkutan .

- Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat. - Setiap reaksi efek samping serius, antara lain :

™ Reaksi anafilaktik ™ Diskrasia darah ™ Perforasi usus ™ Aritmia jantung ™ Seluruh jenis efek fatal ™ Kelainan congenital ™ Perdarahan lambung ™ Efek toksik pada hati ™ Efek karsinogenik ™ Kegagalan ginjal ™ Edema laring

™ Efek samping berbahaya seperti sindroma steven Johnson ™ Serangan epilepsi dan neuropati

- Setiap reaksi ketergantungan

Sebagai contoh klasik adalah yang berkaitan dengan obat golongan opiat; walaupun demikian berbagai obat lain dapat menimbulkan reaksi ketergantungan fisik dan atau psikis

APA PERANAN LAPORAN EFEK SAMPING OBAT (ESO) SAUDARA ?

Setiap laporan ESO yang diterima dievaluasi oleh Badan POM RI sebagai Pusat MESO Nasional untuk menentukan hubungan kausal produk obat yang dicurigai dengan efek samping yang dilaporkan, menggunakan kriteria yang telah ditetapkan.

Indonesia telah tercatat sebagai negara anggota dalam kegiatan WHO-UMC Collaborating Centre for International Drug Monitoring. Untuk itu laporan ESO di Indonesia yang diterima oleh Pusat MESO Nasional dari Saudara, akan dikirim ke “Pusat Monitoring Efek Samping Obat Internasional” (WHO-UMC Collaborating Centre), di Uppsala, Swedia. Data ESO dari seluruh dunia yang dikirimkan termasuk dari Indonesia, selanjutnya akan masuk dalam data base Pusat MESO Internasional. Drug Regulatory Authorities (DRAs) dari negara-negara anggota saling bertukar menukar informasi berkaitan drug safety melalui e-mail Vigimed Lists.

Laporan efek samping yang dikaji/evaluasi sesuai derajat/tingkat kegawatan efek samping dan/atau insidens atau hal lain, hasilnya dapat berbentuk saran serta tindak lanjut terhadap kasus yang bersangkutan oleh pihak regulatori, dan dipublikasi di dalam bulletin BERITA MESO. Pusat MESO Nasional sangat mengharapkan dan menghargai peran aktif untuk berpartisipasi di dalam kegiatan MESO dengan cara mengirimkan laporan efek samping produk terapetik yang Saudara jumpai.

DEWAN REDAKSI BERITA MESO

Dra. Lucky S. Slamet, MSc.; Dr. Suharti K.S., SpFK; Prof.Dr. Armen Muchtar, SpFK; Prof.Dr. Hedi Rosmiati, SpFK; Drs. Hary Wahyu T; Dra. Engko Sosialine M; Dra. Tuning Nina D; Siti Asfijah Abdoellah, SSi, MMedSc (Clin Epid); Dra. Warta Br. Ginting; Dra. Umma Latifah; Dra. Rita Endang, MKes; Megrina Dian Agustin, SSi,Apt; Diamayasa Putri, S.Farm,Apt; Tuti Indriyawati, SSi, Apt.

Alamat Redaksi BERITA MESO

Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT Badan Pengawas Obat dan Makanan RI

Jl. Percetakan Negara No. 23 Kotak Pos No. 143 JAKARTA 10560 Telp : (021) 4245459; 4244755 ext. 111 Fax : (021) 4243605; 42883485

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada konsep dari Zeithalm (2009) Daya Tanggap dalam penelitian ini didefinisikan sebagai presepsi konsumen tentang kemampuan Ganesha Operation untuk membantu siswa

Pemanfaatan DAK Tahun Anggaran 2019 telah berjalan dengan baik dan optimal sedangkan dalam pelaksanaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sangat mendukung pelaksanaan DAK

Kelebihan dari Metode Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan, (b) menumbuhkan sekaligus menanamkan

Pengertian Hukum nasional adalah peraturan hukum yang berlaku di suatu Negara yang terdiri atas prinsip-prinsip serta peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat pada suatu

fundamental dari hukum internasional adalah pacta sunt servanda yang berarti perjanjian wajib dipatuhi. Dalam hal ini, norma diartikan sebagai pernyataan yang

Sanksi pidana kepada pejabat yang melakukan pelanggaran alih fungsi lahan yang diatur dalam ketentuan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Penelitian ini mengkaji bagaimana dampak regulasi pengendalian produk tembakau yang sudah dan sedang berlaku terhadap pasar modal dan secara spesifik terhadap

Air limbah peternakan atau potong hewan sangan potensial mencemari lingkungan, karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi.. rumah potong sapi, ayam dan babi. Beban