BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris, berarti cara-cara yang dilakuakn itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan empiris berarti proses yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2010; 1)
Adapun metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara metode penelitian kualitatif dan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif yang digunakan dalam hal ini adalah untuk membuktikan atau menolak teori yang ada dengan data yang dihasilkan, sedangkan penelitian kualitatif pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena atau gejala social dengan lebih menitikberatkan pada gambaran atau fenomena yang dikaji untuk menghasilkan sebuah teori baru. Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan apa adanya mengenai suatu variabel, gejala, keadaan, atau fenomena sosial tertentu. Dalam hal ini digunakan untuk menganalisis data yang
61
diperoleh secara mendalam dan menyeluruh, dengan harapan dapat diketahui Kinerja SMK Negeri 49 Jakarta dengan menggunakan pendekatan Balance Scorecard.
B. Definisi dan Operasionalisasi Variabel
Untuk memperjelas batasan variabel yang akan diteliti maka perlu diberikan definisi operasional variabel. Variabel yang di analisis dalam penelitian kinerja Sekolah SMK Negeri 49 dengan Pendekatan Balanced Scorecard meliputi: 1) Variabel kinerja perspektif keuangan, 2) Variabel Kinerja perspektif peserta didik , 3) Variabel kinerja perspektif proses internal, dan 4) Variabel perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
1. Variabel Kinerja Perspektif Keuangan
` Perspektif keuangan yang akan di ukur peneliti mengambil data berupa Laporan Keuangan Sekolah, yaitu: Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dan Realisasi kegiatan dan Anggaran Sekolah SMK Negeri 49 tahun pelajaran 2014/2015.
Perspektif keuangan yang akan di ukur kinerja nya peneliti menggunakan model pengukuran kinerja keuangan sektor publik. Pengukuran kinerja keuangan yang dilakukan dengan metode value for money (mahsun:2009) atas Laporan Keuangan SMK Negeri 49 tahun 2014/2015. Dalam konsep value for money penilaian kinerja keuangan dinilai atas tiga dasar yaitu; ekonomis, efisiensi, dan efektifitas. Value for money ( Rasmini, dkk., 2011:8 ) merupakan konsep pengelolaan
62
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen penting yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektifitas.
Keuangan yang di kelola oleh lembaga sekolah SMK Negeri 49 merupakan keuangan yang bersumber dari Anggaran pemerintah berupa Biaya Operasional Pendidikan (BOP) dan Biaya Operasional Sekolah (BOS). Dimana dana tersebut wajib dikelola dengan Tercapai oleh sekolah atas amanah Anggaran Negara dan wajib dilaporkan oleh pemerintah dinas pendidikan.
a) Ekonomis
Kinerja keuangan dapat diukur nilai keekonomisannya dengan melihat realisasi belanja operasional dari anggaran belanja yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini jika realisasi belanja lebih besar dari anggaran yang ditetapkan maka kinerja keuangan dapat dikatakan tidak ekonomis. Sebaliknya, jika realisasi belanja lebih kecil dari pada anggaran yang tersedia maka dikatakan kinerja keuangannya ekonomis.
b) Efektivitas
Analisis efektivitas bertujuan untuk mengetahui sekolah dikatakan efektif dan sebaliknya jika realisasi pendapatan kemampuan SMK Negeri 49 dalam upaya mencapai target pendapatan yang sudah dianggarkan. Jika terjadi realisasi pendapatan lebih besar dari target maka kinerja keuangan manajemen sekolah lebih rendah dari target pendapatan maka dikatakan belum efektif. Sumber data yang
63
digunakan untuk menentukan nilai efektif keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran.
Efektifitas ini padaa dasarnya berhubungan dengan sebuah pencapaian tujuan dan target kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Efektifitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Efectiveness “characterized by qualitative outcomes”. Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas jika kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaha yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
c) Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Eficiency “characterized by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah perbandngan yang terTercapai antara masukan (input) dan keluaran (output) atau antara daya beli dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu; 1) dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga, dab biaya. Kegiatan dapat dikatakan efisien jika penggunaan waktu, tenaga, biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang
64
ditetapkan. 2) dilihat dari segi hasil. Kegiatan dapat dikatakan efisien jika penggunaan waktu, tenaga, dan biaya terlalu memberikan hasil sebanyak-banyaknya Tercapai kuantitas maupun kualitasnya. Tingkat efisiensi dalam mengelola keungan dengan melihat perbandingan antara realisasi pendapatan dengan realisasi anggaran belanja.
2. Variabel Kinerja Perspektif Peserta didik
Perspektif peserta didik, dalam penelitian ini diartikan sebagai perspektif yang digunakan untuk mengukur kepuasan siswa yang dikuasai oleh SMK Negeri 49 Jakarta yang dilihat dari kepuasan siswa yang mencakup Keandalan, daya tangkap, Jaminan, Empati, dan bukti fisik. Pada perspektif Balanced Scorecard untuk kategori peserta didik peneliti hanya menggunakan pelanggan primer (peserta didik) karena pada pelanggan lainnya sudah dilakukan kepuasan pada pengujian Evaluasi Diri Sekolah.
3. Variabel Kinerja Perspektif Proses Internal
Perspektif proses internal, dalam penelitian ini diartikan sebagai perspektif yang digunakan untuk mengukur sejauh mana manajemen SMK Negeri 49 Jakarta dalam mencapai tujuan para pemangku kepentingan yaitu tingkat implementasi kurikulum 2013 yang tertuang pada delapan Standar Nasional Pendidikan yang terdiri dari delapan Standar dimana peneliti menggunakan tujuh standar untuk bagian perspektif internalnya yaitu; Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,
65
Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Ketanagakerjaan, Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana.
Penilaian kinerja Proses internal digunakan data sekunder yang dimiliki sekolah yang relevan untuk memproyeksikan perspektif internal yang ada pada SMK Negeri 49 Jakarta, antara lain;
1. Inovasi, yaitu kemampuan sekolah dalam mengidentifikasi pengelolaan sebuah sekolah untuk menjadikan sekolah yang unggul. Keunggulan sekolah dan inovasi terletak pada bagaimana sekolah melakukan manajemen sebuah proses mengajar dengan baik dengan berdasar pada konsep kurikulum yang tepat dengan tantangan zaman. Data yang digunakan untuk mengukur inovasi adalah Evaluasi Diri Sekolah pada aspek Standar Isi. Standar isi menuntut sekolah mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Proses Operasi, yaitu kemampuan sekolah dalam melakukan proses belajar mengajar yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan peserta didik. Indikator yang digunakan adalah Evaluai Diri Sekolah tahun 2014-2015 pada Standar Nasional Pendidikan diantaranya; Standar Proses, Standar Kompetensi Kelulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.
3. Proses Layanan, yaitu kemampuan sekolah menjalin hubungan dengan alumni dan dunia industri. Tujuannya adalah untuk jangka panjang dalam peningkatan citra sekolah sehingga mempunyai daya jual tinggi bagi
66
masyarakat. Berdasarkan data sekunder yang di dapat dari sekkolah tentang penelusuran alumni, website sekolah dan organisasi alumni, maka hal ini dapat dikaatakan sebagai kinerja layanan alumni.
4. Variabel Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Perspektif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sekolah dapat terus melakukan perbaikan dan menambah nilai bagi peserta didik dan stakeholdernya. Sekolah sebagai organisasi sektor publik harus melakukan inovasi, kreatifitas dan terus belajar meningkatkan proses perbaikan dan pertumbuhan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, dalam penelitian ini diartikan sebagai perspektif yang digunakan untuk mengidentifikasi sejauh mana manajemen SMK Negeri 49 Jakarta dalam usahanya untuk tumbuh, yang dilihat dari tingkat kepuasan guru dan karyawan yang diukur melakui kuesioner kepuasan Mennesota (Minnesota Saticfaction Questionaire) yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pegawai. Kuesioner ini dibagikan kepada tenaga pendidik dan kependidikan SMK Negeri 49 Jakarta dengan jumlah responden 40.
Faktor lain dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah pertumbuhan sistem informasi sekolah (ICT). Pemanfaatan teknologi Tercapai dalam manajemen maupun pembelajaran menjadikan sekolah dapat melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Informasi yang akurat dan dengan ketepatan waktu menjadi suatu yang hal sangat
67
dibutuhkan dalam menunjang kagiatan proses sekolah untuk menjadi sekolah yang unggul
Faktor motivasi kerja guru dan pegawai juga merupakan aspek dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Hal ini mengacu pada definisi Operasional dari motivasi kerja itu sendiri adalah dorongan dari dalam diri dan luar diri seseorang, untuk melakukan sesuatu yang terlihat dari dimensi internal dan dimensi eksternal.
C. Pengukuran Variabel
Adapun perhitungan masing-masing perspektif yaitu: 1) Perspektif Keuangan
Pada perspektif keuangan, pengukuran yang digunakan untuk mengukur adalah tingkat ekonomis, efektivitas dan efisiensi keuangan, dengan rumus berikut (Rasmini, dkk., 2011:8). Data yang akan di oleh adalah data sekunder berupa Laporan Keuangan Sekolah (RKAS).
1. Ekonomis
Pada pengukuran tingkat ekonomis suatu kinerja keuangan sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut:
Adapun tingkat ekonomis dapat dikonversi dalam pengukuran sebagai berikut:
68
Tabel 3.1
Skala Pengukuran Ekonomis Keuangan
Skala Persentase (%) Kategori
1 <105 Sangat tidak Ekonomis
2 100-105 Tidak Ekonomis
3 95-100 Cukup Ekonomis
4 90-95 Ekonomis
5 <90 Sangat Ekonomis
(Sumber: Sugiyono,2010:93 diolah kembali ) 2. Efisiensi
Pada pengukuran variabel efisiensi pada perspektif keuangan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Adapun tingkat efisiensi dapat dikonversi dalam pengukuran sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skala Pengukuran Efisiensi Keuangan
Skala Persentase (%) Kategori
1 > 120 Sangat tidak efisien
2 100-120 Tidak efisien
3 80-99 Cukup Efisien
4 60-79 Efisien
5 < 60 Sangat efisien
(Sumber: Sugiyono,2010:93 diolah kembali ) 3. Efektivitas
Pada pengukuran variabel efektivitas pada perspektif keuangan dapat dirumuskan sebagai berikut:
69
Adapun tingkat efektifitas dapat dikonversi dalam pengukuran sebagai berikut:
Tabel 3.3
Skala Pengukuran Efektiftas Keuangan
Skala Persentase (%) Kategori
1 <60 Sangat tidak efektif
2 60-80 Tidak efektif
3 80-90 Cukup efektif
4 90-100 Efektif
5 >100 Sangat efektif
(Sumber: Sugiyono,2010:93 diolah kembali )
2) Perspektif Peserta didik
Perspektif ini diukur dengan melihat kepuasan siswa. Kepuasan peserta didik dapat diartikan sebagai suatu tingkatan di mana harapan dibandingkan dengan kinerja aktual yang dirasakannya (Udi utomo, 2011:7). Kepuasan siswa dalam penelitian diukur dengan membandingkan harapan dan kinerja aktual dari layanan pendidikan yang diterima. Pada perspektif peserta didik peneliti hanya terfokus pada kepuasan siswa, tidak kuesioner kepada orang tua wali murid. Hal ini dikarenakan pada SMK Negeri 49 semua anggaran dana sudah menjadi tanggungan sekolah yang di peroleh dari BOP dan BOS. Adapun untuk mengukur tingkat kepuasan siswa dapat di rumuskan sebagai berikut:
Kuesioner kepuasan peserta didik berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yang diungkapkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Tjiptono dan Chandra, 2011:198) yang terdiri dari lima dimensi yaitu
70
Keandalan (Reliability), Daya tanggap (Responsiveness), Jaminan (Assurance), Empati (Emphaty), Bukti Fisik (Tangibles), Berdasarkan 5 dimensi diatas dapat dikatakan bahwa kelima dimensi tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur bagi sekolah dalam memberikan kualitas layanan terhadap peserta didik.
Skala likert yang digunakan sebagai alternatif adalah STP (1) = Sangat Tidak Puas, TP (2)= Puas, CP (3) = Cukup Puas, P (4) = Puas, dan SP (5) = Sangat Puas. Pada penilaian interprestasi responden terhadap kepuasan peserta didik tersebut adalah hasil nilai yang dihasilkan dengan menggunakan rumus index % yaitu : ( Total Skor / Y x 100) Kuesioner tersebut akan dibagikan kepada siswa adalah sekitar 15% dari seluruh total siswa 776 x 15% = 116,4 dan peneliti membulatkan menjadi 120 sebagai peserta didik SMK Negeri 49 Jakarta dengan tingkat pengembalian 90%. Adapun tingkat kepuasan siswa tersebut dapat dikonversi skala pengukuran sebagai berikut:
Tabel 3.4
Skala Pengukuran Tingkat Kepuasan Peserta Didik
Skala Persentase (%) Kategori
1 0-20 Sangat Tidak Puas
2 21-40 Tidak Puas
3 41-60 Cukup Puas
4 61-80 Puas
5 81-100 Sangat Puas
(Sumber: Sugiyono,2010:93 diolah kembali )
3) Perspektif Proses Internal
Perspektif ini diukur dengan tingkat implementasi kurikulum 2013 yang dilihat dari 8 standar nasional pendidikan yaitu standar kompetensi
71
lulusan, standar isi, standar proses, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian (PP No. 13 tahun 2015 dan Alawiyah, 2013:10). Penelitian ini hanya mengambil tujuh SNP dimana Standar Pembiayaan tidak digunakan karena sudah di ukur pada perspektif keuangan.
Pada Penilaian Standar Nasional Pendidikan peneliti menggunakan instrumen kursioner yang tersebar ke sejumlah elemen sekolah seperti guru, siswa, staff tata usaha, dan kepala sekolah. Tujuan dari penilaian SNP ini adalah bagian dari Evaluasi Diri Sekolah (EDS) yang ditetapkan sesuai Standar Nasional Pendidikan. SNP tesebut dilakukan pengukuran dengan data primer berupa kuesioner terhadap elemen sekolah yang telah di tentukan yaitu: 60 kuesioner (siswa), 5 kuesioner (komite sekolah), 20 kuesioner (guru). Kuesioner yang diajukan pun berbeda-beda sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan. Kemudiaan kuesioner tersebut diolah melalui program EDS untuk Standar Nasional Pendidikan pada program Spreadsheet. Dimana hasil dari kuesioner tersbut akan memunculkan output mengenai skor kinerja sekolah berdasarkan SNP. Adapun metode Scoring Kinerja Proses untuk Delapan Standar Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Inovasi
Berdasarkan definisi variabel dari inovasi maka pengukuran terhadap inovasi SMK Negeri 49 Jakarta menggunakan Standar isi.
72
Pengukuran kinerja inovasi dengan pemberian skor terhadap tingkat kinerja dilakukan berdasarkan tabel scoring SMK Neger 49 Jakarta sebagai berikut.
Tabel 3.5
Metode Scoring Kinerja Inovasi Aspek Standar Nasional Pendidikan Prosentase Pencapaian dalam SNP Skor Kategori
Standar Isi 85 -100 5 Sangat Tercapai
70 - 84 4 Tercapai
55 - 69 3 Cukup Tercapai 40 – 54 2 Tidak Tercapai
25 - 39 1 Sangat Tidak Tercapai Sumber: Sugiyono, 2010 diolah kembali 2. Proses Operasional
Pengukuran dalam proses operasional pada SMK Negeri 49 Jakarta menggunakan Standar Nasional Pendidikan yang terdiri dari 6 aspek pengukuran yaitu; Standar Proses, Standar Kompetensi Kelulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Pada standar pembiayaan peneliti tidak melakukan penelitian pada standar ini, karena pembiayaan telah dilakukan peneliti melalui perspektif keuangan.
Prosentase pencapaian masing-masing komponen SNP diperoleh dengan membandingkan nilai yang diperoleh dengan nilai maksimal dari masing-masing standar. Kemudiaan skor tersebut dibobot sesuai kategori yang ditetapkan seperti tabel berikut.
73
Tabel 3.6
Metode Scoring Kinerja Proses Operasi Aspek Standar
Nasional Pendidikan Pencapaian Prosentase dalam SNP
Skor Kategori
Standar Kompetensi
Kelulusan 85 -100 70 - 84 5 4 Sangat Tercapai Tercapai 55 - 69 3 Cukup Tercapai 40 – 54 2 Tidak Tercapai 25 - 39 1 Sangat Tidak
Tercapai Standar Proses 85 -100 5 Sangat Tercapai
70 - 84 4 Tercapai 55 - 69 3 Cukup Tercapai 40 – 54 2 Tidak Tercapai 25 - 39 1 Sangat Tidak
Tercapai Standar Pendidik dan
Kependidikan 85 -100 70 - 84 5 4 Sangat Tercapai Tercapai 55 - 69 3 Cukup Tercapai 40 – 54 2 Tidak Tercapai 25 - 39 1 Sangat Tidak
Tercapai Standar Pengelolaan 85 -100 5 Sangat Tercapai
70 - 84 4 Tercapai 55 - 69 3 Cukup Tercapai 40 – 54 2 Tidak Tercapai 25 - 39 1 Sangat Tidak
Tercapai Standar Penilaian 85 -100 5 Sangat Tercapai
70 - 84 4 Tercapai 55 - 69 3 Cukup Tercapai 40 – 54 2 Tidak Tercapai 25 - 39 1 Sangat Tidak
Tercapai Standar Sarana dan
Prasarana 85 -100 70 - 84 5 4 Sangat Tercapai Tercapai 55 - 69 3 Cukup Tercapai 40 – 54 2 Tidak Tercapai 25 - 39 1 Sangat Tidak
Tercapai ( Sumber: Sugiyono, 2010 diolah kembali)
74
3. Proses Layanan
Pengukuran terhadap layanan alumni atau purna jual dilakukan sistem scoring sebagai berikut;
Tabel 3.7
Metode Scoring Terhadap Kinerja Layanan No Aspek yang dinilai Indikator Skor ASpek
1 Penelusuran Alumni 1. Tidak ada data telusur
2. Ada Data telusur 0-25 persen lengkap 3. Ada Data telusur 25-50 persen lengkap 4. Ada Data telusur 50-75 persen lengkap 5. Ada Data telusur 75-100 persen lengkap 2 Organisasi Alumni 1. Tidak ada organisasi alumni
2. Ada Organisasi Alumni, tidak aktif 3. Ada organisasi Alumni, cukup Aktif 4. Ada Organisasi Alumni, Aktif 5. Ada Organisasi Alumni, Sangat Aktif 3 Website Sekolah 1. Tidak ada website
2. Ada website, informasi tidak up to date 3. Ada website, informasi cukup up to date 4. Ada website, informasi up to date
5. Ada website, Informasi Sangat Up to date
Sumber: Sugiyono, 2010 diolah kembali
4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Perspektif ini diukur dengan melihat kepuasan pegawai (Luhulima dkk., 2014:2). Perspektif pembelajaran juga bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Termasuk dalam perspektif ini adalah peningkatan kreatifitas guru, peningkatan metode pembelajaran guru, pelatihan pegawai dan budaya organisasi sekolah (Dally,2010:60) serta peningkatan ICT sekolah.
1. Kepuasan Guru dan pegawai
Untuk mengukur kinerja pertumbuhan dan pembelajaran digunakan kuesioner kepuasan (Minnesota Satisfaction Quetionaire)
75
yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pegawai. Kuesioner ini dibagikan kepada tenaga pendidik dan kependidikan SMK Negeri 49 Jakarta yang merupakan responden dalam penelitian ini. Kurang Tercapai, tidak Tercapai. Jawaban responden atas kuesioner tersebut dikauntitatifkan untuk mencari nilai rata-rata kinerja tersebut dengan skala likert. Untuk mengukur tingkat kepuasan tersebut dilakukan dengan membandingkan skor maksimal dengan skor persepsi tenaga pendidik dan kependidikan terhadap realita yang ada
Kepuasan guru menurut penelitian yang pernah dilakukan merupakan Kepuasan kerja yang memiliki peran yang penting dalam perspektif ini, karyawan yang memiliki kepuasan kerja dapat memberikan hasil kerja yang baik dapat menguntungkan perusahaan. Kuesioner yang akan disebarkan adalah sebanyak 40 kuesioner dengan membagi masing-masing guru 6 kuesioner untuk setiap kejuruan.
Tabel 3.8
Skala Pengukuran Tingkat Kepuasan Guru dan Pegawai
Skala Persentase (%) Kategori
1 0-20 Sangat Tidak Puas
2 21-40 Tidak Puas
3 41-60 Cukup Puas
4 61-80 Puas
5 81-100 Sangat Puas
76
2. Motivasi Kerja Guru dan pegawai
Dalam melakukan pekerjaan, biasanya seseorang tidak selamanya hanya dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik seperti pemenuhan keuangan semata, tetapi motivasi intrinsik merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Dalam sebuah organisasi sekolah motivasi kerja guru sangat mempengaruhi efek dari sebuah kinerja sekolah. Dalam konteks ini pengukuran motivasi kerja guru diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi indikator pada motivasi internal dan motivasi eksternal, yang tertuang dalam kuesioner berupa pernyataan. Pengukuran motivasi dengan menggunakan kuesioner dengan skala Likert yang berisi pernyataan – pernyataan terpilih dan telah diuji validitas dan realibilitas. Kuesioner yang akan disebarkan adalah sebanyak 40 kuesioner dengan membagi masing-masing guru 6 kuesioner untuk setiap kejuruan
Pengukuran tingkat motivasi dapat diukur dengan membandingkan skor tingkat motivasi responden dengan skor maksimal motivasi. Kuesioner yang diajukan merupakan kuesioner yang sudah sering dilakukan dalam penelitian sebelumnya yaitu menggunakan kuesioner Dr Hamzah (2006; 74).
Pengukuran motivasi menggunakan skala likert yang dapat disajikan pada tabel berikut;
77
Tabel 3.9
Skala Pengukuran Tingkat Motivasi Guru dan Pegawai
Skala Persentase (%) Kategori
1 0-20 Sangat Rendah
2 21-40 Rendah
3 41-60 Cukup Rendah
4 61-80 Tinggi
5 81-100 Sangat Tinggi
(Sumber: Sugiyono,2010:93 diolah kembali )
3. Sistem Informasi Sekolah
Pada sistem Informasi Sekolah pengukuran yang dilakukan oleh peneliti melalaui kuesioner. Adapun pertumbuhan pada sistem Informasi Sekolah yang ada di SMK Negeri 49 adalah; 1) ketersediaana sistem informasi, 2) keakuratan sistem informasi, 3) waktu yang diperlukan dalam memperoleh informasi 4) Fasilitas Ujian Berbasis Online, dan 5) Sistem Administrasi Sekolah (SAS). Kuesioner yang akan disebarkan adalah sebanyak 30 kuesioner kepada guru dengan membagi masing-masing guru 6 kuesioner untuk setiap kejuruan. Dan untuk siswa akan dibagikan sebanyak 120 kuesioner yang akan dilampirkan bersamaan dengan kuesioner kepuasan peserta didik. Adapun untuk mengukur kepuasan terhadap kemampuan Sistem Informasi Sekolah dapat diukur dengan cara berikut:
Untuk skala pengukuran sistem informasi sekolah dapat disajikan pada tabel berikut.
78
Tabel 3.10
Skala Pengukuran Kinerja Sistem Informasi Sekolah Indikator Pespektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran
Prosentase
Pencapaian Skor Kategori Ketersediaan Sistem
Informasi 81 -100 61 - 80 5 4 Sangat Puas Puas
41 – 60 3 Cukup Puas
21 – 40 2 Tidak Puas
0 - 20 1 Sangat Tidak Puas Keakuratan Sistem
Informasi 81 -100 61 - 80 5 4 Sangat Puas Puas
41 – 60 3 Cukup Puas
21 – 40 2 Tidak Puas
0 - 20 1 Sangat Tidak Puas Waktu yang diperlukan dalam memperoleh Informasi 81 -100 5 Sangat Puas 61 - 80 4 Puas 41 – 60 3 Cukup Puas 21 – 40 2 Tidak Puas
0 - 20 1 Sangat Tidak Puas Fasilitas Ujian
Berbasis Online 81 -100 61 - 80 5 4 Sangat Puas Puas
41 – 60 3 Cukup Puas
21 – 40 2 Tidak Puas
0 - 20 1 Sangat Tidak Puas Sistem Administrasi
Sekolah (SAS) 81 -100 61 - 80 5 4 Sangat Puas Puas
41 – 60 3 Cukup Puas
21 – 40 2 Tidak Puas
0 – 20 1 Sangat Tidak Puas (Sumber: Sugiyono,2010:93 diolah kembali )
Untuk lebih jelasnya dalam mengukur masing-masing perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif peserta didik, perspektif proses internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:
79
Tabel 3.11 Variabel Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator Sumber Pengolahan
Data Skala
Perspektif Keuangan
Ekonomis Laporan RKAS Likert 1-5
Efektivitas Laporan RKAS Likert 1-5
Efisiensi Laporan RKAS Likert 1-5
Perspektif Peserta didik
Kepuasan
Peserta didik Wujud Fisik Kuesioner Likert 1-5
Keandalan Kuesioner Likert 1-5
Data Tangkap Kuesioner Likert 1-5
Jaminan Kuesioner Likert 1-5
Empati Kuesioner Likert 1-5
Perspektif Proses Internal Standar Nasional Pendidikan 1. Inovasi
Standar Isi LAporan Hasil EDS 2015 Likert 1-5
2. Proses Operasi
a. Standar Proses LAporan Hasil EDS 2015 Likert 1-5 b. Standar PTK LAporan Hasil EDS 2015 Likert 1-5 c. Standar Pengelolaan LAporan Hasil EDS 2015 Likert 1-5 d. Standar Penilaian LAporan Hasil EDS 2015 Likert 1-5 e. Standar Sarpras LAporan Hasil EDS 2015 Likert 1-5 f. Standar Penilain LAporan Hasil EDS 2015 Likert 1-5
3. Proses Layanan
a. Penelusuran Alumni Laporan BKK Likert 1-5 b. Organisasi Alumni Hasil Litbang 2015 Likert 1-5 c. Website Sekolah Hasil Litbang 2015 Likert 1-5
Perspektif Pertumbuhan
dan Pembelajaran
Kepuasan Kerja
dan Pegawai Kuesioner Likert 1-5
Kemampuan Sistem Informasi
Tingkat Ketersediaan
Informasi Kuesioner Likert 1-5
Tingkat Keakuratan Informasi yang
tersedia Kuesioner Likert 1-5
Waktu yang diperlukan untuk
memperoleh informasi Kuesioner Likert 1-5 Fasilitas Ujian berbasis Online
Kuesioner Likert 1-5
Administrasi SAS Kuesioner Likert 1-5
Motivasi Kerja
dan Pegawai Dimensi Internal dan Eksternal Kuesioner Likert 1-5 Sumber: Sugiyono 2010, diolah kembali
80
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 115) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai dan siswa di SMK Negeri 49 Jakarta.
2. Sampel Penelitian
Sedangkan sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan sampel jika peneliti bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sample. Teknik ini merupakan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah melainkan didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010:183). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang menjadi subyek sesungguhnya, yaitu pegawai dan siswa di SMK Negeri 49 Jakarta. Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:122). Alasan penggunaan metode tersebut adalah karena ingin mendapatkan data yang lebih valid dikarenkan pertanyaan serta pernyataan akan ditujukan kepada bagian yang memegang peranan penting pada setiap indikator yang akan di teliti.
81
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen dalam pengumpulan data dengan maksud untuk mempermudah serta memperoleh data yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam proses penulisan dan pengumpulan data, yakni:
1. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2011:142) yang dimaksud dengan kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang cocok digunakan untuk jumlah responden yang cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner yang digunakan diuji validitas dan reliabilitas, yaitu:
a. Uji Validitas
Menurut Ghozali (2013:52-53) dijelaskan bahwa Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner. Uji signifikansi dilakukand dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)=n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
82
a. Jika r ≥ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid b. Jika r ≤ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid
Uji validitas lain dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:
√ √ Keterangan:
r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari n = Banyaknya koresponden
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item ∑X = Jumlah Skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah Skor dalam distribusi Y ∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X ∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y
b. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2013:47-48) disebutkan bahwa reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan cara pengukuran sekali saja (one shot). Pengukuran dengan cara ini hanya dilakukan sekali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan
83
dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Cara ini dapat dilakukan dengan program SPSS dengan uji statistik cronbach alpha (α). Suatu konstruk dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > 0,70. Uji reliabilitas instrumen penelitian ini akan menggunakan reliability analysis dengan teknik Alpha Cronbach yang mempunyai rumus sebagai berikut:
[
] [
]
Keterangan:
α = Koefisien reliabilitas instrumen Alpha Cronbach n = Jumlah butir pernyataan
S2 = Varian skor secara keseluruhan
Jumlah varian dicari terlebih dahulu dengan cara mencari nilai varian tiap butir dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan: S = varian
X = nilai skor yang dipilih n = jumlah sampel
Suatu instrumen alat ukur dikatakan reliabel dan bisa diproses pada tahap selanjutnya jika nilai Cronbach Alpha > 0,7 . Jika instrumen alat ukur memiliki nilai Cronbach Alpha < 0,7 maka alat ukur tersebut tidak reliabel.
84
Untuk mempermudah perhitungan uji validitas dan reliabilitas, maka digunakan perengkat lunak komputer (software) program Exel for windows dan SPSS (Statistical Product and Service Solution).
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode pengumpulan data lainnya, metode dokumentasi ini tidak begitu sulit, dalam arti jika ada kekeliruan sumber datanya masih tetap ada, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan peneliti dapat menggunakan kalimat bebas (Arikunto, 2010:274-275). Dokumentasi yang akan di kelola oleh peneliti adalah hasil dari sasaran mutu sekolah periode 2013-2015, serta data laporan keuangan penggunaan anggaran BOP dan BOS.
3. Wawancara tak Terstruktur
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (in dpth interviewe) berupa wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur Sugiyono (2012: 73-73) di dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara detail terbuka, dimana piha yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,
85
peneliti menggunakan bantuan pedoman wawancara untuk memudahkan dan memfokuskan pertanyaan yang diutarakan.
4. Observasi
Pada penelitian ini, teknik observasi yang digunakan adalah observasi terus terang dan tersamar. Menurut Sugiyono (2012:66) peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga sejak awal subjek yang diteliti mengetahui awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi suatu saat peneliti juga tiak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari jika suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan jika dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak diijinkan untuk melakukan observasi.
F. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari ikhtisar laporan keuangan tahun 2014-2015. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang dilakukan terhadap siswa dan guru dari SMK Negeri 49 Jakarta.
Pada penelitian ini masing-masing perspektif dalam Balanced Scorecard akan diukur dengan indikator pengukuran kinerja yang berbeda seperti yang tertera pada tabel pengukuran perspektif balanced score card. Masing-masing perspektif tersebut memiliki bobot tersendiri, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
86
Tabel 3.12
Pembobotan seluruh Perspektif Balanced Scorecard
Variabel Indikator Sub Indikator
Sumber Pengolahan Data Bobot Maks Perspektif Keuangan
Ekonomis Laporan RKAS 5
Efektivitas Laporan RKAS 5
Efisiensi Laporan RKAS 5
Perspektif Peserta didik
Kepuasan Peserta
didik Wujud Fisik Kuesioner 5
Keandalan Kuesioner 5
Data Tangkap Kuesioner 5
Jaminan Kuesioner 5 Empati Kuesioner 5 Perspektif Proses Internal Standar Nasional Pendidikan 1. Inovasi
Standar Isi Hasil EDS 2015 5
2. Proses Operasi
a. Standar Proses Hasil EDS 2015 5
b. Standar PTK Hasil EDS 2015 5
c. Standar Pengelolaan Hasil EDS 2015 5
d. Standar Penilaian Hasil EDS 2015 5
e. Standar Sarpras Hasil EDS 2015 5
f. Standar Penilain Hasil EDS 2015 5
3. Proses Layanan
a. Penelusuran Alumni Laporan BKK 5
b. Organisasi Alumni Hasil Litbang 2015 5
c. Website Sekolah Hasil Litbang 2015 5
Perspektif Pertumbuhan
dan Pembelajaran
Kepuasan Kerja
dan Pegawai Kuesioner 5
Kemampuan
Sistem Informasi Tingkat Ketersediaan Informasi Kuesioner 5 Tingkat Keakuratan Informasi yang tersedia
Kuesioner 5
Waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi
Kuesioner 5
Fasilitas Ujian berbasis Online Kuesioner 5
Administrasi SAS Kuesioner 5
Motivasi Kerja dan
Pegawai Dimensi Internal dan Eksternal Kuesioner 5
87
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan tabulasi pada masing-masing perspektif dan dihitung masing-masing-masing-masing skor dan total skornya. Kemudian, skor yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan skor total pembobotan seluruh perspektif seperti yang telah terjadi pada tabel di atas. Hasil pengukuran kinerja sekolah tersebut kemudian dikonversi dengan menggunakan skala berikut:
Tabel 3.13 Kinerja Sekolah
Skala Skore Kategori
1 25 – 45 Sangat tidak Baik
2 46 – 65 Tidak Baik
3 66 – 85 Cukup Baik
4 86 – 105 Baik
5 > 105 Sangat Baik