• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORISTIS TENTANG KEPARIWISATAAN. dari dua suku kata pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputarputar,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORISTIS TENTANG KEPARIWISATAAN. dari dua suku kata pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputarputar,"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORISTIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan 2.1.1 Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri

dari dua suku kata “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar- putar, atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti bepergian.secara garis besar, maka kita dapat mengartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Tur menurut bahasa Ibrani adalah belajar, dalam bahasa Latin berarti alat untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis Kuno disebut perjalanan mengelilingi sirkuit. Bila ditinjau dari sudut perusahaan perjalanan wisata diartikan sebagai bentuk sebuah perjalanan yang direncanakan dan di susun oleh perusahaan perjalanan dengan waktu seefektif mungkin dengan menggunakan fasilitas-fasilitas pendukung wisata lain, guna membuat peserta tur merasa senang dan puas ( Kesrul, 2003:3).

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas penulis akan menjabarkan kata-kata yang berhubungan dengan kepriwisataan sebagai berikut:

• Pariwisata : Perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, dalam bahasa Inggris disebut dengan “tour” ( Yoeti, 1983: 104).

• Kepariwisataan : Hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata dalam bahasa Inggris disebut dengan tourism

(2)

• Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris dapat disamakan dengan perkataan travel

• Wisatawan : seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan wisata, dalam bahasa Inggris desebut “tourist” ( Suwantoro, 2004:4).

Beberapa ahli mengemukakan pengertian pariwisata sebagai berikut : a) Prof. Hunziger dan kraf dari swiss dari tahun 1942 ( dalam Kesrul,

2003:3) memberikan batasan pariwisata yang bersifat teknis, yaitu “..kepariwisataan adalah keseluruhan hubungan dengan gejala-gejala yang timbul dari perjalanan/tinggalnya orang asing, dimana perjalanan tidak bersifat menetap atau dimaksudkan untuk mencari nafkah.

b) Hornby ( dalam Kesrul, 2003:3 ), mengartikan wisata sebagai berikut : tourist a jurney in which short stays are made at a number of places, and the traveller finally returns to his or her own place.” Wisata adalah sebuah perjalanan dimana perjalannya singgah sementara di beberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ke tempat asal, yang merupakan tempat memulai ia melakukan perjalanan. c) Menurut undang-undang No. 9 tahun 1990 ( dalam Kesrul, 2003:3)

tentang kepariwisataan, menjelaskan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari suatu kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

(3)

d) Norval ( dalam Kesrul, 2003:3 ) menjelaskan arti wisata “... kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal, dan bergeraknya penduduk asing di dalam/luar suatu negara/wilayah.

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari bahasa Sanskerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveller” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahlianya, keadaan jabatannya dan kedudukan seseorang.

Sebagai dasar pemikiran konteks, perjalanan yaitu : suatu kegiatan melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam pengertian bergerak yaitu perpindahan langkah atau setiap seorang wisatawan “tourist” dari titik yang satu ke titik yang lain (place of origins) ke (tourism destination).

Ada beberapa pengertian wisatawan antara lain yaitu :

1. Defenisi UN. Convention Concerning Costoms Fasilities for Touring “...setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya

(4)

selama 24 jam dan selama-lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama”

( Mangkutak,http://mangkutak.wordpress.com?2009/01/05/dasar-dasar pariwisata).

2. Menurut Komisi Liga Bangsa-bangsa 1937, “...wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa”

(Inan,http://inan56.wordpress.com/category/pengantar-pariwisata). 3. U.N Confrence on Interest Travel and Toursm di Roma 1963

menggunakan istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2 kategori yaitu :

a) Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjungi tanpa bermalam

b) Wisatawan yaitu : pengujung yang datang ke suatu negara yang dikunjungnya selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang-senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama, dan olah raga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan.

2.2 Jenis-jenis Pariwisata

Seperti telah disebut di muka, kebanyakan batasan pariwisata telah merinci motif-motif yang mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.

(5)

Terutama dalam International tourism, motif-motif tersebut tercermin dengan adanya berbagai jenis pariwisata.

Walaupun banyak jenis-jenis wisata detentukan menurut motif tujuan perjalanan, dapat pula dibedakan adanya beberapa jenis pariwisata khusus sebagai berikut :

• Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam dan lain-lain. Sementara orang melakukan perjalanan semata-mata untuk menikmati tempat-tempat atau alam yang beda antara satu dengan yang lain.

• Pariwisata untuk Rekreasi (Recration Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan orang-orang yang menghendaki menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani, dan lain sebagainya. Biasanya, mereka tinggal selama mungkin di tempat-tempat yang dianggapnya benar-benar menjamin untuk tujuan tersebut seperti : di tepi pantai, di pegunungan, di pusat-pusat peristirahatan atau pusat-pusat kesehatan, dengan tujuan menemukan kenikmatan yang diperlukan.

• Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat,

(6)

kelembagaan, dan cara hidup rakyat negara lain, untuk menemukan monumen bersejarah, dan lain-lain.

• Pariwisata untuk Olah Raga (Sport Tourism) Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori :

a. Big Sport Events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian tidak hanya pada olah ragawannya sendiri, tetapi juga ribuan penonton atau penggemarnya.

b. Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, olah raga naik kuda, berbura, memancing, dan lain-lain.

• Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)

Jenis pariwisata ini telah menimbulkan berbagai persoalan. Banyak ahli teori, ahli sosiologi maupun ekonomi beranggapan bahwa perjalanan untuk keperluan usaha tidak dapat dianggap sebagai perjalanan wisata karena unsur voluntury atau sukareala tidak terlibat. Menurut beberapa para ahli teori, perjalanan usaha ini adalah untuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.

(7)

Peranan jenis ini pariwisata ini makin lama makin penting. Tanpa menghitung banyaknya konvensi atau konferensi nasional, banyaknya simposium maupun sidang yang diadakan setiap tahun di berbagai negara pada tahun 1969 telah ditaksir 3.500 konferensi internasional. Jumlah setiap tahunnya terus meningkat dan diperkirakan mencapai angka 9.500 untuk tahun 1975 dan 19.00 konferensi international untuk tahun 1980. Banyak negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata konferensi ini sehingga mereka saling berusaha untuk menyiapkan dan mendirikan bangunan-bangunan yang khusus diperlengkapi untuk tujuan ini atau membangun “pusat-pusat konferensi” lengkap dengan fasilitas mutakhir yang diperlukan untuk menjamin efisiensi operasi konferensi (dalam Spillane,1983:29).

2.3 Defenisi Objek Wisata

Mengenai pengertian objek wisata dapat kita lihat beberapa sumber acuan diantaranya :

1) Menurut pemerintah No.24 tahun 1979

Objek Wisata adalah perwujudan dari perbuatan manusia,tata seni budaya serta bangsa dan tempat keadaan alam yang mengalami daya tarik untuk dikunjungi.

2) SK Menparpostel No. KM98/PW-102/MPT-87 Objek Wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga menjadi daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatwan. Seorang

(8)

wisatawan yang datang berkunjung kesuatu daerah objek wisata dengan alasan tujuan tertentu demi mencapai kepuasan dan mencari manfaat dari yang dikunjunginya. Manfaat dan kepuasan ditentukan oleh dua faktor yang saling berkaitan, yaitu tourism resource sama dengan objek wisata dan atraksi wisata.

Objek dan Atraksi Wiasata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata yaitu :

a. Benda-benda yang tersedia di alam semesta (Natural Amenitas) b. Hasil ciptaan manusia (Man Made Suppy), misalnya

benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan (Historial,

Curtural, Religius).

c. Tata cara hidup masyarakat (The Way Of Life).

Attraksi Wisata adalah segala sesuatu yang ada di suatu tujuan wisata yang merupakan daya tarik wisata agar orang-orang mau berkunjung ke tempat tersebu, agar suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik, di samping harus ada tiga atraksi wisata, suatu daerah tujuan wisata harus mempunyai syara daya tarik, yaitu a. Adanya sesuatu yang bisa dilihat (some thing to see).

b. Adanya sesuatu yang bisa dilakukan (some thing to do). c. Adanya sesuatu yang bisa dibeli ( some thing to buy).

(9)

Ketiga syarat tersebut adalah merupakan unsur-unsur untuk mempublikasikan kepriwisataan.

Dari uraian tersebut dapat kita pahami bahwasanya objek wisata memerlukan daya tarik wisata untuk menarik wisatawan ke tempat tujuan wisata. Adapun hal-hal tesebut diantaranya sebagai 1. Natural Amentis, yaitu benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam

sebemesta, seperti iklim, pemandangan alam, bentuk tanaah, flora dan fauna, dan sebagainya.

2. Man Made Supply, yaitu hal kartya manusia seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan, religi serta tata cara hidup manusia. Dalam hal ini daya tarik wisata erat hubungannya dengan atraksi wisata.

2.4 Pengertian Industri Pariwisata

Industri Pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha, secara bersama-sama menghasilkan produk-produk/jasa-jasa/layanan-layanan maupun service, yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan.

Para ahli kepariwisataan di luar negeri memberikan beberapa batasan yang bervariasi di industri pariwisata, misalnya :

Prof. W. Hunzieker dari Bern University (dalam Yoeti, 1985:105)

Memberikan rumusan : “Tourism Enterprise are all business entities which, by

combining various means of production, provide good and services of a specially tourist nature”.

(10)

G. A. Svihmoll (dalam Yoeti, 1985:102) dalam tourism promotion memberikan batasan :

“Tourism is higt decentralized industri consisting of enterprises different in size, location,funtion, tipy organizadion, range of serveces provide, method use to market and sell them”.

Batasan tersebut lebih banyak berorientasi dengan kegiatan menganalisa cara-cara melakukan promosi pemasaran hasil (produk) industri pariwisata. Dikatakan industri pariwisata bukanlah industri yang beerdiri sendiri, tetapi merupakan industri yang terdiri dari rangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa/produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dengan jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahan, lokasi, atau tempat kedudukan, letak geografis, fungsi, bentuk organisasi mengelola dan metode pemasarannya.

Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan wisatawan ketika ia melakukan perjalanan. Pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari industri adalah semua jasa yang diberikan oleh macam-macam perusahaan, sejak seseorang wisatawan meninggalkan tempat tinggalnya semula.

Dapat dibayangkan betapa banyaknya jasa yang diperlikan wisatawan jika ia melakukan perjalanan wisata semenjak berangkat dari rumahnya sampai ia kembali lagi ke rumahnya. Jasa yang dibutuhkan tidak hanya satu perusahaan saja, tetapi dihasilkan oleh perusahaan yang berbeda fungsi yang proses pemberian pelayanannya. Jadi ada serangkaian perusahaan yang menghasilkan

(11)

jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan. Oleh karena itu, produk pariwisata merupakan suatu package baik perjalanan yang diurus sendiri (independent tour) atau diurus operator dalam satu package tour dengan itenerary yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Industri pariwisata mulai dikenal di Indonesia setelah Presiden Republik Indone sia mengeluarkan industri dengan No.9 tahun 1969, dimana dalam Bab II pasal 3 (Yoeti, 1983:183) disebutkan.

“Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara”.

Sesuai dengan intruksi presiden tersebut ( Yoeti, 1983:183) dikatakan bahwa tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia adalah :

• Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan indusyti sampingan lainnya.

• Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia

• Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasioanal Dengan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa usaha-usaha yang berhubungan dengan kepariwisataa merupakan usaha yang bersifat “comercial”. Hal tersebut dapat dilihat betapa banyaknya jasa yang diperlukan oleh wisatawan jika melakukan perjalanan wisata semenjak ia berangkat dari rumahnya hingga

(12)

kembali kerumahnya tersebut. Jasa yang diperoleh tidak hanya satu perusahaan yang berbeda fungsi dalam proses pemberian pelanyanannyan.

Dan pada dasarnya tujuan pariwisata itu hanya untuk bersenang-senang,tetapi semakin berkembangnya pariwisata itu maka tujuan berwisata dengan melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain baik dalam negeri (domestik) maupun internatisional bukan semata-mata untuk bersenang-senang melainkan : kesehatan, belajar, keperluan agama, bisnis, olah raga, dan lain-lain.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata yaitu : a) Travel Agent

b) Perusahaan Angkatan (Transportasi) c) Akomodasi (perhotelan)

d) Bar dan Restoran

e) Souvenir dan Handicraft

f) Perusahaan-perusahaan yang mendukung aktifitas wisatawan, seperti : Galon Minyak bagi wisatawan yang menggunakan mobil, tempat orang menjual dan mencetak film, kamera, postcards, kantor pos, money

changer, bank, dan lain-lain (Yoeti, 1983:147).

2.4.1 Industri Pariwisata di Indonesia

Dalam kurun waktu 1971 sampai 1975 telah terjadi peningkatan arus wisatawan asing ke Indonesia dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu rata-rata 19,64 % per tahun. Kalau pertumbuhan itu dapat dipertahankan, maka akhir pelita III kedatangan wisatawan asing ke Indonesia akan mencapai

(13)

lebih dari satu juta orang pertahun. Akan tetapi, sejak tahun 1976 sampai dengan tahun 1980 tingkat pertumbuhan menurun hanya mencapai hanya 7 % dibandingkan dengan tahun 1978. Survei wisatawan asing oleh tim Fakultas Ilmu-ilmu sosial Universitas Indonesia, khususnya mengenai maksud berkunjung ke Indonesia, menemukan hal-hal sebagai berikut:

• Wisatawan untuk bersenang-senang sangat dominan dikalangan wisatawan yang berumur 20 tahun ke bawah. Mereka berkunjung dengan tujuan bisnis dan dinas resmi lebih banyak dalam kelompok umur 31-50 tahun dibanding kelompok umur lainnya.

• Wisata yang tiba dengan tujuan mengunjungi kawasan/keluarga proporsi paling besar berasal dari kalangan umur 20 tahun ke bawah, sedangkan proporsi kunjungan berasal dari kelompok umur yang lain perbedaannya tidak menjolok.

• Tingkat pendidikan mempengaruhi maksud seseorang untuk berwisata. Wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dengan maksud untuk bersenang-senang cenderung semakin tinggi pendidikannya semakin sedikit jumlanya, sedangkan untuk bisnis atau rapat dinas kebanyakan dari golongan berpendidikan tinggi. Berwisata untuk mengunjungi keluarga keluarga berbanding dengan tingkat pendidikannya.

• Kecenderungan mengenai maksud kunjungan ke indonesia di antara wisatawan pria dan wisatawan wanita tidak memperhatikan adanya perbedaan. Sebagian besar dari wisatawan pria dan wisatawan wanita berkunjung ke Indonesia tujuan dengan bersenang-senang. Sebagaimana

(14)

dapat diduga kunjungan wisatawan wanita degan maksud tersebut diatas lebih besar proporsinya dari pada kunjungan wisatawan pria, demikian pula kunjungan dengan tujuan bisnis lebih besar proporsi wisatawan pria dari pada wisatawan wanita.

• Pada umumnya wisatawan dari berbagai jenis pekerjaan datang dengan maksud bersenang-senang di Indonesia, kecuali tenaga ahli (profesional) dan manager. Dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain, wisatawan dari kedua kelompok terakhir ini datang di Indonesia dengan tujuan bisnis atau urusan yang berhubungan dengan pekerjaannya/tugasnya.

• Pejabat pemerintah, sebagaimana dapat diduga, paling banyak berkunjung ke Indonesia untuk dinas atau kunjungan resmi. Tenaga ahli berkunjung juga untuk menghadiri rapat atau konferensi. Maksud mengunjungi keluarga dinyatakan oleh kelompok anggota militer dan mahasiswa.

2.5 Pengertian Sarana dan Prasarana Kepariwisataan 2.5.1 Sarana Kepariwisataan

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung dan kehidupannya tergantung kepada wisatawannya. Sarana kepariwisataan ini harus tetap dijaga dan ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan pekembangan kebutuhan wisatawan. Untuk mendukung pencapaian yang lebih baik perlu adanya kemampuan pengelolaan yang memadai sesuai dengan kondisi objek dan kebutuhan pengunjung.

(15)

Sarana wisata dapat dibagi dalam 3 (tiga) unsur pokok, yaitu : A. Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure)

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada orang yang melakukan perjalanan wisata, yang termasuk di dalamnya adalah :

• Travel Agent • Tour Operator

• Perusahaan Transportasi

• Restoran,Bar, Objek, dan Atraksi wisata

B. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure) Adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah untuk membuat agar wisatawan dapat lebih lama tinggal,di tempat atau daerah yang dikunjunginya. Yang termasuk dikelompok ini adalah :

• Lapangan bola • Lapangan golf • Lapangan tenis • Kolam renang

• Bilyard dan lain-lain sebagainya.

C. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Toursm Suprastructure)

Adalah perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yakni fasilitas-fasilitas yang diperlukan wisatawan khususnya tourism business yang berfungsi membuat wisatawan lebih lama di tempat wisata yang dikunjungi

(16)

agar lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di daerah tersebut, dan yang termasuk ke kelompok ini adalah :

• Steambath dalam buku yang berjudul Pengantar Ilmu Pariwisata (dalam Suwantoro, 2004:18).

• Night Club • Casino

2.5.2 Prasarana Kepariwisataan

Prasarana (infrastruktur) kepariwisataan sesungguhnya merupakan

“tourist supply” yang perlu disiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan

industri pariwisata, karena kegiatan pariwisata pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu sektor prekonomian juga. Yang dimaksud prasarana (infrastruktur) adalah “fasilitas yang memungkinkan proses prekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya”. Jadi fungsi dari prasarana adalah untuk melengkapi sarana kepariwisataaan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagai mana mestinya (Yoeti, 1983:170).

Ada beberapa prasarana yang dapat menunjang pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan, yaitu :

• Pelayanan informasi, agar dapat mengatur pengunjung yang datang ke objek wisata.

• Pelayanan makan dan minum, yang dapat menyediakan makanan dan minuman yang khas setempat.

(17)

• Pelayanan tenaga kerja, yang sangat dominan dibutuhkan karena salah satu kunci keberhasilan pembangunan objek wisata adalah kemampuan para tenaga kerja untuk mengelola dengan baik suatu kawasan objek wisata.

Untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak unsur objek wisata yang dikunjungi, maupun yang dapat menggangu kedatangan pengunjung itu sendiri mengingat arus kunjungan cenderung akan lebih meningkat.

2.6 Potensi Daya Tarik Wisata

Potensi daya tarik wisata merupakan salah satu unsur pokok dalam pembangunan kepariwisataan di samping unsur-unsur yang lainnya seperti : akomodasi, usah jasa perjalanan, restora, dan lainnya. Potensi daya tarik suatu objek wisata adalah suatu sifat yang dimiliki oleh suatu objek berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, atau lain dari pada yang lain memiliki sifat yang menimbulkan semangat dan nilai bagi wisatawan.

Suatu tempat atau keadaan alam yang sangat menarik [asto samgat dinikmati oleh wisatawan pada umumnya. Objek wisata yang mempunyai potensi dan daya tarik wisata yang baik harus terus dibangun dan dikembangkan, sehingga mempunyai daya tarik agar wisatawan puas akan objek wisata yang dikunjunginya. Potensi daya tarik wisata di kalam objek wisata yang berwujud pada ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah keadaan alam, beserta flora dan faunanya. Daya tarik suatu objek wisata sebagai sumber daya wisata antara lain :

(18)

• Lokasi suatu kawasan objek wisata yang membeikan suatu pemandangan yang indah.

• Perkembangan tehnik pengelolaan yang baik.

Daya tarik suatu objek wisata yang memiliki potensi haruslah mempunyai suatu keanekaragaman sumber daya alam hayati dan ditunjang oleh keadaan lingkunganya.

2.7 Pengertian Sadar Wisata

Dewasa ini industri pariwisata merupakan industri jasa yang merupakan industri terbesar di dunia. Indonesia termasuk salah satu negara yang memanfaatkan industri pariwisata menghasilkan dan meningkatkan devisa negara. Sebagai negara kepulauan yang terdiri kurang lebih 17.508 pulau. Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang unik dan keanekaragaman. Aset potensi kepariwisataan Indonesia tidak hanya memenuhi unsur keindahan, keaslian, keunikan, dan keutuhan, tetapi diperkaya dengan kekayaan dan keaneka ragaman budaya,flora dan fauna. Ekosistem dan gejala alam yang merupakan daya tarik dapat dikemas menjadi objek pariwisata yang sangat menari bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Akan tetapi dalam pengembangan potensi wisata tersebut, baik pemerintah maupun dunia usaha belum dapat mengantisipasi dampak-dampak negatif yang sering terjadi baik desakan-desakan berlebihan terhadap sumber daya alam oleh adanya jumlah pendatang yang membuka usaha tanpa memprioritaskan mutu produk yang mereka jual, maupun jasa yang mereka berikan, minimnya

(19)

pengertian dalam perihal tehnik pengembangan, pengelolaan, pemeliharaan objek wisata, dan tidak dipergunakan sistem pengawasan untuk mendeteksi kemunduran kualitas kunjungan yang berlebihan.

Salah satu penyebab terjadinya hal demikian diakibatkan oleh kurangnya sadar wisata baik di kalangan masyarakat lokal, dunia usaha, maupun pengunjung. Sadar wisata adalah mengerti, dan ikut berpartisipasi dalam pengembangan kepariwisataan. Sadar wisata ini dimaksudkan masyarakat lokal, dunia usaha dan pengunjung dan pihak-pihak lain dapat berpartisipasi dalam pengembangan kepariwisataan di kawasan mereka. Partisipasi masyarakat atas pembangunan pariwisata akan lebih serasi bila dilandasi dengan pengertian mengenai kepariwisataan karena pengetahuan akan pariwisata akan mempermudah dalam meningkatkan kesadaran wisata bagi masyarakat.

Untuk menanggulangi permasalahan pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata alam dapat dilakukan beberapa upaya pembinaan program sadar wisata, antara lain :

1. Program Sapta Pesona

Sapta pesona merupakan tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk bemperbesar dayatarik dan daya saing pariwisata khususnya di Indonesia. Sapta pesona yang menjadikan citra dan mutu produk pariwisata pada dasarnya ditentukan oleh keberhasilan dalam upaya mewujudkan pelayanan yang mengandung unsur-unsur sapta pesona yakni, seperti

(20)

• Aman, yaitu suatu kondisi yang memberikan susunan tenang dan tentram bagi wisatawan terbebas dari rasa takut dan khawatir baik akan keselamatan jiwa, raga maupun harta milik para wisatawan. • Tertib, yaitu suatu keadaan yang mencerminkan keadaan tertib,

teratur dan disiplin dalam suasana kehidupan masyarakat.

• Sejuk, yaitu kondisi yang mencerminkan penataan yang teratur, tertib dan serasi sehingga mencerminkan keindahan seperti penampilan wajah kota, halam depan setiap rumah penduduk, bangunan penginapan dan pepohonan yang tersusun juga rindang. • Bersih, yakni suatu kondisi atau keadaan yang menampilkan sifat

bersih dan sehat. Dimana wisatawan akan mendapatkan suasana yang terbebas dari kotoran maupun penyakit.

• Ramah tamah, yaitu di dalam pelayanan perlu adanya sifat ramah tamah, sopan, hormat,tutu sapa dan sebagainya supaya wisatawan merasa tidak terasing dan ingin lama-lama di tempat tersebut.

• Kekeluargaan, yaitu pihak pariwisata harus menanamkan sifat kekeluargaan terhadap wisatawan dan menganggap sepeti keluarga sendiri supaya wisatawan merasa ada jiwa persaudaraan dan wisatawan akan datang berulang kali ke tempat tersebut.

• Kengangan, yaitu kenyamanan yang didapatkan wisatawan senantiasa akan diingatnya selama dia berkunjung seperti: budaya, atraksi, souvenir khas daerah tersebut maupun cendra mata lainnya.

(21)

2.8 Pengertian Wisata Bahari

Wisata merupakan perjalanan dengan tujuan bersenang-senang dan bahari merupakan kelautan atau daerah pantai. Maka dapat disimpulkan bahwa wisata bahari adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke tempat wisata yang berada di laut atau daerah pantai karena di daerah ini wisatawan akan dapat menikmati dengan adanya matahari (sun), pasir (sand), dan laut (sea) sebagai salah satu panorama sehingga wisatawan suka berkunjunga ke wisata bahari.

Dan ini tentu saja akan menjadi suatu aset yang sangat menguntungkan pihak pengelola dapat mengelola dengan baik terhadap pantai ini. Karena banyak pengunjung berminat terhadap dunia laut, yang biasanya digunakan untuk berenang, memancing, surfing, diving, dan bermain pasir atau sekedar menikmati makanan khas pantai atau sea food. Dan contoh pantai yang terkenal di Indonesia sampai di penjuru dunia adalah seperti Pantai Kuta Bali, Pantai Nusa Dua, dan sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji organoleptik terhadap nilai aroma bakso kijing yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.. Tingkat penerimaan

Dari hasil survei terhadap 17 embung di Kabupaten Belu, tahun 2005, diketahui 3 embung dapat menampung air sepanjang tahun, 6 embung berair tetapi pada musim kemarau mengering dan

Latar belakang penelitian adalah masih disisipkanya latihan servis pada saat latihan main dan rendahnya penguasaan teknik servis atlet putri tingkat

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah berisi analisis hasil pengolahan data metode NASA-TLX dan work sampling serta analisis grafik alat EEG, kemudian pemberian usulan pada rumah sakit

Dari pengalaman Vicky Shu tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dimana ada kemauan disertai niat yang kuat dalam memulai suatu hal yang baru, dan kejelian dalam melihat pangsa

Maka dapat disimpulkan bahwa selama periode Tahun Anggaran 2017 akuntabilitas kinerja di Badan PengelolaanKeuangan dan Pajak Daerah Kota Surabaya mengenai laporan

menimbulkankeengganan untuk melakukan olahraga .Untuk itu ,seorang pelatih olahraga orang cacat harus memiliki kemampuan untuk membangun kepercayaan diri dan meyakinkan mereka

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: (1) sistem informasi pelanggaran siswa berbasis web di SMA Negeri 2 Pati yang