• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE PENUGASAN PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE PENUGASAN PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR

MELALUI PENERAPAN METODE PENUGASAN

PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

ARTIKEL PENELITIAN

DJULAEKAH NIM F34210017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK 2013

(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE PENUGASAN PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Djulaekah, Abdussamad, Hery Kresnadi PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura

Abstrak: Pembelajaran di sekolah dasar, khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), guru masih menemukan masalah yakni rendahnya aktivitas dalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang penerapan metode penugasan untuk meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran IPA materi Menerapkan Konsep Energi Gerak siswa kelas III MIS Al-Hasyimi Benua Kayong. Penelitian ini menggunakan metode metode deskriptif yang di fokuskan pada proses pembelajaran di kelas. Bentuk penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III MIS Al-Hasyimi Benua Kayong yang berjumlah 15 siswa, yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki dan guru sebagai peneliti yang melaksanakan pembelajaran. Hasil penelitian ini yaitu (1) Penerapan metode penugasan dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa, yaitu siklus I 66,67% siklus II 86,67%). (2) Penerapan metode penugasan dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas mental siswa siklus I48,87%, siklus II 75,53%. (3) Penerapan metode penugasan dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa siklus I62,2% siklus II 88,87%.

Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Metode Penugasan, Pembelajaran IPA

Abstract: Learning in primary schools, especially in the teaching of Natural Science (IPA), teachers still find a problem that is low activity in learning. The purpose of this study to describe the application of the method of assignment to improve science teaching and learning activities in the Energy Concept Motion Applying material grade III MIS Al-Hasyimi Kayong continent. This study uses a descriptive method focused on the learning process in the classroom. This research forms the classroom action research (CAR) or Classroom Action Research. The subjects were students of class III MIS Al-Hasyimi Kayong continent totaling 15 students, which consisted of 9 girls and 6 boys and teachers as researchers who implement the learning. The results of this study are (1) Application of the method of assignment of learning can increase students' physical activity, which is the cycle I 66.67% 86.67% second cycle). (2) The application of the method of assignment of learning can improve students' mental activity I48 cycle, 87%, 75.53% second cycle. (3) The application of the method of assignment of learning can improve students' emotional activity cycle I62, 2% cycle II 88.87%.

(3)

Pembelajaran di sekolah dasar, khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), guru masih menemukan masalah yakni rendahnya aktivitas dalam pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa maupun guru dalam rangka mendukung proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maka aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan konduktif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kempuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang muncul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi hasil belajar.

Permasalahan aktivitas belajar siswa terutama rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA menjadi masalah utama di MIS Al-Hasyimi Benua Kayong dikarenakan adanya dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran. Dominasi ini terjadi dikarenakan guru dalam kegiatan pembelajaran bahwa guru tidak menginginkan kondisi kelas yang berisik.

Agar kelas selalu tertib menurut pemikiran guru tidak perlu adanya kegiatan tanya jawab ataupun kegiatan diskusi kelas. Akibatnya siswa merasa takut kepada guru. Akibatnya siswa tidak berani untuk mengajukan pertanyaan jika ada materi yang pelum dipahami. Pengaruh yang muncul terhadap rasa takut ini berimbas pada aktivitas siswa di dalam kelas yang hanya menjadi pendengar ketika guru menjelaskan materi dan menjadi pencatat ketika guru mencatatkan materi.

Berdasarkan kondisi ini maka diupayakan suatu tindakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dengan menggunakan metode penugasan dalam pembelajaran IPA. Upaya melibatkan siswa dalam pembelajaran bukan hanya meningkatkan aktivitas siswa tetapi juga menghilangkan rasa ketakutan siswa terhadap guru.

Satu di antara metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa yaitu metode penugasan. Metode penugasan menurut Syaiful Bahri, Djamarah dan Aswan Zain (2010: 85) metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan penerapan metode pembelajaran tersebut diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam kinerja guru dalam mengoptimalkan aktivitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswanya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Penerapan Metode Penugasan pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas III MIS Al-Hasyimi Benua Kayong Kabupaten Ketapang”.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang penerapan metode penugasan untuk meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran IPA materi Menerapkan Konsep Energi Gerak siswa kelas III MIS Al-Hasyimi Benua Kayong. Secara khusus tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut. (1)

(4)

Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada pembelajaran IPA dengan menerapkan metode penugasan di kelas III MIS Al-Hasyimi. (2) Meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran pada pembelajaran IPA dengan menerapkan metode penugasan di kelas III MIS Al-Hasyimi. (3) Meningkatkan aktivitas fisik siswa pada pembelajaran IPA dengan menerapkan metode penugasan di kelas III MIS Al-Hasyimi. (3) Meningkatkan aktivitas mental siswa pada pembelajaran IPA dengan menerapkan metode penugasan di kelas III MIS Al-Hasyimi. (4) Meningkatkan aktivitas emosional siswa pada pembelajaran IPA dengan menerapkan metode penugasan di kelas III MIS Al-Hasyimi.

Aktivitas belajar merupakan kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 23) mengungkapkan bahwa proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Terkaitan dengan aktivitas belajar siswa, Hamalik (2009: 179) mengungkapkan yaitu aktivitas belajar sebagai berbagai aktivitas yang diberikan kepada pembelajar dalam situasi belajar mengajar. Aktivitas belajar ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan sehingga berbagai tujuan yang ditetapkan terutama maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai.

Ada berbagai macam pendapat mengenai jenis-jenis atau macam-macam aktifitas belajar. Diendrich dalam Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 24-25) menggolongkan aktivitas sebagai berikut (1) Kegiatan fisik, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati penugasan , demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. (2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi. (3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio. (3) Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket. (4) Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola. (5) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. (6) Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. (7) Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Satu di antara metode yang dapat digunakan di dalam pembelajaran yaitu metode penugasan atau metode resitasi. Menurut Syaiful Bahri, Djamarah dan Aswan Zain (2010: 84) metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan

(5)

belajar. Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan bahwa metode penugasan merupakan cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar mengajar secara mandiri baik pada saat jam pelajaran itu berlangsung ataupun di luar jam pelajaran.

Adapun kelebihan metode resitasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 87), yaitu sebagai berikut. (1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar individual ataupun kelompok. (2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. (3) Dalam membina tanggung jawab dan disiplin siswa. (4) Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.

Kelemahan metode penugasan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 87), yaitu sebagai berikut. (1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar dia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain. (2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. (4) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. (5) Sering memberikan tugas yang monoton (tak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.

Menurut Conant dalam Samatowa (2011: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Sedangkan menurut Whitehead dalam Samatowa (2011: 1), sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama yaitu orde observasi, didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/fakta, dan kedua adalah orde konsepsional didasarkan pada konsep-konsep manusia mengenai alam.

Menurut Amalia Sapriati, dkk (2008: 8.22) mengemukakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Usman Samatowa (2006) mengemukakan empat Alasan sains dimasukan dikurikulum Sekolah Dasar yaitu (1) Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materiil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. (2) Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian". Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini. (3) Bila sains diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. (4)

(6)

Mata pelajaran ini mempunyai: nilai – nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994:97-98) Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk (1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. (2) Mengembangkan keterampilan proses. (3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. (4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya dan pemanfaatannyabagi kehidupan sehari-hari. (5) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam dalam Standar Isi (2006:484) meliputi aspek-aspek berikut (1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) Energi dan perubahannya meliputi: Sifat-Sifat Benda Padat , bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. (4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode metode deskriptif yang di fokuskan pada proses pembelajaran di kelas. Sumanto dalam Mahmud (2011: 100) mengungkapkan bahwa metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan apa yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berlangsung. Oleh sebab itu penelitian ini juga dapat diwujudkan sebagai usaha pemecahan masalah penelitian dengan membandingkan gejala yang ditemukan.

Bentuk penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) atau

Classroom Action Research. Wardhani dan Kuswaya (2008: 1.4) mengungkapkan

bahwa penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan ini merupakan kegiatan guru untuk mengamati proses belajar siswa di kelas dalam upaya meningkatkan pembelajaran di kelas melalui observasi langkah- langkah pembelajaran. Arikunto, dkk., (2012 : 19) mengungkapkan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1)

(7)

Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Obsevasi/Pengamatan, dan (4) Refleksi.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III MIS Al-Hasyimi Benua Kayong yang berjumlah 15 siswa, yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki dan guru sebagai peneliti yang melaksanakan pembelajaran. Lokasi penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu Madrasyah Ibtidaiyah Swasta Al-Hasyimi Benua Kayong Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang .

Waktu Penelitian di rencanakan pada Semester II, yaitu pada bulan Februari dan Maret 2013 yang dimulai dari tanggal 20 Februari sampai 12 Maret 2013. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan melibatkan data kualitatif dan data kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif (data berbentuk kalimat, kata atau gambar) dan data kuantitatif (data yang berbentuk angka). Keterkaitan dengan data maka sumber data penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas III MIS Al-Hasyimi Benua Kayong Semester Genap Tahun Ajaran 2012 /2013 berjumlah 15 siswa, yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki, khususnya tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA.

Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu observasi (pengamatan). Observasi menurut Mahmud (2011: 168) dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gelaja atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.

Adapun alat yang digunakan peneliti dalam observasi ini yaitu lembar pengamatan. Lembar pengamatan menurut Trianto (2011: 61) lebih bersifat terstruktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal melakukan chek list atau menghitung berapa frekuensi yang telah dilakukan oleh subyek penelitian.

Sehubungan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka alat pengumpul data pada penelitian ini yaitu sebagai berikut. (1) Lembar observasi digunakan sebagai alat pengumpul data pada teknik observasi. Adapun lembar observasi yang dimaksud yaitu lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dan lembar observasi kemampuan guru melaksanakan pembelajaran yaitu kemampuan menyusun RPP dan implementasi RPP. (2) Catatan lapangan, yaitu dokumentasi aktivitas siswa yang tidak terekam pada lembar pengamatan.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat kualitatif maka dalam menganalisis data harus menggunakan analisis data kualitatif. Pada penelitian dilakukan juga analisis data karena analisis data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena analisis data yang diperoleh pada penelitian memberi arti penting. Teknik Analisis data pada penelitian tindakan kelas pada dasarnya dilakukan sejak data diperoleh dari observasi, hingga dokumentasi.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data-data yang diperoleh melalui observasi yaitu tentang aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan kemunculan siswa dalam setiap indikator aktivitas yang diamati. Mengacu hasil observasi aktivitas siswa diakui masih terdapat siswa yang tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdapat perilaku siswa yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran seperti mengobrol, melamun, mengganggu teman. Perilaku ini muncul dikarenakan tidak ada ketegasan guru untuk menegur siswa tersebut dan pengawasan guru terhadap seluruh siswa di dalam kelas masih kurang.

Peningkatan aktivitas fisik siswa dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi kemunculan siswa berdasarkan indikator yang telah disusun. Secara lengkap berikut akan dipaparkan peningkatan kemunculan siswa dalam setiap indikator aktivitas fisik, yaitu sebagai berikut.

Siklus I siswa yang mempersiapkan peralatan belajar seperti alat tulis dan buku sebanyak 10 orang (66,67%) sedangkan sebanyak 6 orang (33,33%) terhadap hal ini semua siswa diberikan motivasi untuk selalu mempersiapkan peralatan belajar tidak hanya dalam pembelajaran IPA tetapi di semua kegiatan pembelajaran. Di siklus II siswa yang mempersiapkan peralatan belajar seperti alat tulis dan buku sebanyak 14 orang (93,33%) sedangkan sebanyak 1 orang (6,67%) terhadap hal ini semua siswa diberikan motivasi untuk selalu mempersiapkan peralatan belajar tidak hanya dalam pembelajaran IPA tetapi di semua kegiatan pembelajaran.

Siklus I siswa menyimak informasi pembelajaran 9 orang (60%) 6 orang siswa (40%) tidak menyimak informasi pembelajaran. Di siklus II siswa menyimak informasi pembelajaran 13 orang (86,67%) 2 orang siswa (13,33%) tidak menyimak informasi pembelajaran. Siklus I siswa menyimak informasi penugasan 9 orang (60%) 6 orang siswa (40%) tidak menyimak informasi penugasan. Di siklus II siswa menyimak informasi penugasan 13 orang (86,67%) 2 orang siswa (13,33%) tidak menyimak informasi penugasan.

Siklus I siswa mempersiapkan peralatan untuk penugasan 8 orang (53,33%) dan 7 orang (46,67%) tidak mempersiapkan peralatan untuk penugasan. Di siklus II siswa mempersiapkan peralatan untuk penugasan 12 orang (80%) dan 3 orang (20%) tidak mempersiapkan peralatan untuk penugasan. Siklus I rata-rata kemunculan siswa 9 orang (60%) dan yang tidak muncul 6 orang siswa (40%). Di siklus II rata-rata kemunculan siswa 13 orang (86,67%) dan yang tidak muncul 2 orang (13,33%).

Peningkatan kemunculan siswa dalam indikator aktivitas mental dapat dipaparkan sebagai berikut. Siklus I siswa dapat membuat kesimpulan hasil penugasan 6 orang (40%) dan yang tidak dapat membuat kesimpulan hasil penugasan 9 orang (60%). Di siklus II s iswa dapat membuat kesimpulan hasil penugasan 10 orang (66,67%) dan yang tidak dapat membuat kesimpulan hasil penugasan 6 orang (33,33%).

Siklus I siswa yang dapat membuat kesimpulan hasil pembelajaran 8 orang (53,33%) dan 7 orang (46,67%) tidak dapat membuat kesimpulan hasil penugasan. Di siklus II siswa yang dapat membuat kesimpulan hasil pembelajaran 12 orang

(9)

(80%) dan 3 orang (20%) tidak dapat membuat kesimpulan hasil penugasan. Siklus I siswa yang dapat menjawab pertanyaan 8 orang (53,33%) dan 7 orang (46,67%) tidak dapat menjawab pertanyaan. Di siklus II siswa yang dapat menjawab pertanyaan 12 orang (80%) dan 3 orang (20%) tidak dapat menjawab pertanyaan. Rata-rata kemunculan siswa diaktivitas mental sebanyak 7,33 (48,87%) dan yang tidak muncul 7,67 (51,33%). Di siklus II rata-rata kemunculan siswa diaktivitas mental sebanyak 11,33 (75,53%) dan yang tidak muncul 3,67 (24, 48%).

Peningkatan kemunculan siswa dalam aktivitas mental dapat dipaparkan sebagai berikut. Siklus I siswa bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran 10 orang (66.67%) dan 6 orang (33,33%) tidak bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Di siklus II siswa bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran 14 orang (93,33%) dan 1 orang (6,67%) tidak bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Siklus I siswa dapat berinteraksi dalam kegiatan kelompok 8 orang (53,33%) dan 7 orang (46.67%) tidak berinteraksi dalam kegiatan kelompok. Di siklus II siswa dapat berinteraksi dalam kegiatan kelompok 12 orang (80%) dan 3 orang (20%) tidak berinteraksi dalam kegiatan kelompok. Siklus I siswa yang melakukan gerakan yang mengungkapkan perasaan senang dalam bentuk tepuk tangan, berteriak girang, dan melompat sebanyak 10 orang (66.67%) dan 6 orang (33,33%) tidak menunjukan gerakan mengungkapkan perasaan senang. Di siklus II siswa yang melakukan gerakan yang mengungkapkan perasaan senang dalam bentuk tepuk tangan, berteriak girang, dan melompat sebanyak 14 orang (93,32%) dan sebanyak 1 orang (6,67%) tidak menunjukan gerakan mengungkapkan perasaan senang. Rata-rata kemunculan siswa pada aktivitas emosional sebanyak 9,33 (62,2%) dan yang tidak muncul sebanyak 5,67 (37,8%). Disiklus II rata-rata kemunculan siswa pada aktivitas emosional sebanyak 13,33 (88,87%) dan yang tidak muncul sebanyak 1,67 (11,13%).

Perbandingan Peningkatan Aktivitas Siswa

No Indikator

Siklus I Siklus II

Muncul Muncul

Jumlah % Jumlah % Aktivitas Fisik

1. Siswa mempersiapkan peralatan

belajar 10 66,67 14 93,33

2. Siswa menyimak informasi materi

pembelajaran 9 60 13 86,67

3. Siswa menyimak informasi penugasan 9 60 13 86,67 4. Siswa mempersiapkan peralatan untuk

penugasan 8 53,33 12 80

Rata-Rata 9 60 13 86,67

Aktivitas Mental

1. Siswa dapat membuat kesimpulan

hasil penugasan 6 40 10 66,67

(10)

materi pembelajaran

3. Siswa yang dapat menjawab

pertanyaan 8 53,33 12 80

Rata-Rata 7,33 48,87 11,33 75,53

Aktivitas Emosional

1. Siswa bersemangat mengikuti

pembelajaran 10 66,67 14 93,33

2. Siswa dapat berinteraksi dalam

kegiatan kelompok 8 53,33 12 80

3. Siswa yang melakukan gerakan yang mengungkapkan perasaan senang (tepuk tangan, berteriak girang, dan lain-lain)Siswa aktif dalam kegiatan kelompok

10 66,67 14 93,33

Rata-Rata 9,33 62,2 13,33 88,87

Kemampuan Menyusun Rencana Pembelajaran, iklus I berdasarkan instrumen penilaian kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran pada kategori baik, kecuali pada perumusan tujuan dikarenakan rumusan tujuan pembelajaran belum memenuhi kompetensi dasar pembelajaran. Berdasarkan hasil kemampuan guru dalam pembelajaran, yaitu skor total 40. Skor rata-rata 2,85 dan persentase 73,21%.

Siklus II berdasarkan instrumen penilaian kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran penilaian yang diberikan oleh rekan sejawat yang menilai terjadi peningkatan pada kategori baik dan sangat baik. Berdasarkan hasil kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu skor total 48. Skor rata-rata 3,43 dan persentase 85,71%.

Perbandingan Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun RPP

No Aspek yang diamati Siklus I Siklus II

Skor Skor

A. Perumusan Tujuan Pembelajaran

1. Kejelasan rumusan 2 3

2. Kelengkapan cakupan rumusan 2 3

3. Keseuaian dengan kompetensi dasar 3 3

Skor A 7 9

B. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar

1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 3 4

2. Kesesuaian dengan karakterisitik peserta didik 3 4

3. Keruntutan dan sisitematika materi 3 3

4. Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 3 3

Skor B 12 14

C Pemilihan Sumber Belajar/Media

(11)

1. Kesesuaian sumber belajar /media pembelajaran

dengan tujuan pembelajaran 3 4

2. Kesesuaian sumber belajar /media pembelajaran

dengan materi pembelajaran 3 4

3. Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran

dengan karakterisitik peserta didik. 3 4

4. Kelengkapan langkah-langkah dalam setiap tahapan pembelajaran dan kesesuaian dengan alokasi waktu.

3 3

Skor C 12 15

D. Penilaian Hasil Belajar

1. Kesesuain teknik penilaian dengan tujuan

pembelajaran 3 4

2. Kejelasan prosedur penilaian 3 3

3. Kelengkapan instrument 3 3

Skor D 9 10

Skor Total A+B+C+D 40 48

Skor Rata-rata 2,85 3,43

Persentase 73,21 85,71

Penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu siklus I skor total kemampuan guru sebesar 104, meningkat menjadi 113 pada siklus II. Rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sebesar 4,33 pada siklus I, meningkat menjadi 4,71 pada siklus II. Persentase kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I sebesar 86,66%, meningkat menjadi 94,67% pada siklus II.

Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran

No Aspek yang di nilai Siklus I Siklus II

Skor Skor

1. Membuat persiapan perangkat pembelajaran 5 5

2. Memeriksa kesiapan siswa 5 5

3. Melakukan kegiatan apersepsi 5 5

4. Menyampaikan materi dengan jelas pembahasan 4 5 5. Melaksanakan pembelajaan yang kontekstual 4 4 6. Melaksanakan pembelajaan sesuai dengan

kompetensi tujuan yang akan di capai 4 4

7. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 4 5 8. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam

belajar 4 5

9. Melaksanakan pembelajaran secara

(12)

10. Menunjukan penguasaan materi pembelajaran 4 5

11. Menunjukan penguasaan kelas 4 5

12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

alokasi waktu yang di rencanakan 4 4

13. Menunjukan sikap terbuka terhadap respon siswa 4 4 14. Menunjukan keceriaan dan antusiasisme siswa

dalam belajar 4 4

15. Memantau aktivitas siswa selama proses

pembelajaan 5 5

16. Memantau kemajuan belajar siswa dalam proses

pembelajaan 4 5

17. Memberikan penjelasan tentang cara mengerjakan

LKS 5 5

18. Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara

jelas, baik dan benar 4 4

19. Menerapkan pembelajaran melalui pengalaman

langsung 4 4

20. Membimbing siswa dalam melakukan percobaan 5 5 21. Melakukan refleksi denga melibatkan siswa 5 5 22 Membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa 5 5

23. Menghasilkan pesan yang baik 4 5

24. Melaksanakan tindak lanjut 5 5

Skor 104 113

Rata-Rata 4,33 4,71

Persentase (%) 86,66 94,67

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini secara umum bahwa penerapan metode penugasan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Secara khusus simpulan penelitian ini, yaitu sebagai berikut. (1) Penerapan metode penugasan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yaitu Siklus I 73,21%, Siklus II persentase 85,71%. (2) Penerapan metode penugasan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu siklus I persentase sebesar 86,66%, meningkat di siklus II menjadi 94,67%. (3) Penerapan metode penugasan dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa, yaitu siklus I rata-rata kemunculan siswa 10 orang (66,67%) dan yang tidak muncul 5 orang siswa (33,33%). Di siklus II rata-rata kemunculan siswa 13 orang (86,67%) dan yang tidak muncul 2 orang (13,33%). (4) Penerapan metode penugasan dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas mental siswa yaitu rata-rata kemunculan siswa diaktivitas mental sebanyak 7,33 (48,87%) dan yang tidak

(13)

muncul 7,67 (51,33%). Di siklus II rata-rata kemunculan siswa diaktivitas mental sebanyak 11,33 (75,53%) dan yang tidak muncul 3,67 (24, 48%). (5) Penerapan metode penugasan dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa yaitu Rata-rata kemunculan siswa pada aktivitas emosional sebanyak 9,33 (62,2%) dan yang tidak muncul sebanyak 5,67 orang (37,8%). Disiklus II rata-rata kemunculan siswa pada aktivitas emosional sebanyak 13,33 (88,87%) dan yang tidak muncul sebanyak 1,67 (11,13%).

Saran

Untuk memaksimalkan penggunaan metode penugasan dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa disarankan sebagai berikut. (1) Upaya meningkatkan aktivitas siswa hendakah guru memberikan pujian dan memberikan hadiah sebagai bentuk penghargaan terhadap siswa. (2) Lembar Kerja Siswa yang dijadikan panduan dalam penugasan hendaklah disusun sederhana mungkin agar siswa mudah dalam memahami dan melaksanakan penugasan berdasarkan panduan yang terdapat di Lembar Kerja Siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi., dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Djamarah, Bahri Syaiful dan Zain, Aswan. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama

Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Samatowa, Usman. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:

Indeks

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada

Sapriati, Amalia, dkk. (2008). Pembelajaran IPA di SD. Universitas Terbuka. Jakarta

Sukidin, dkk., (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia

Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Pendidikan (Classroom Action

Reseach). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Trianto. (2010). Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Prenada Media

Group.

Wardani, I.G.A.K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 1961 sebagai masa emas awal mula kebangkitan bangsa (Nahdlatul Wathon) karena pada saat itu Indonesia berada dalam kekuasaan penjajah, maka para

Dan barang siapa melakukan sunnah (jalan/cara/metode/kebiasaan) yang jelek, kemudian diamalkan (oleh orang-orang lain) setelahnya, maka dia mendapatkan dosa hal tersebut

Instalasi jaringan LAN menggunakan router Cisco memiliki beberapa kelebihan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan efektifitas kinerjanya, namun masih

Sehubungan dengan Masa Sanggah Hasil Lelang telah berakhir, dengan ini kami mengundang perusahaan Saudara guna mengikuti Acara Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Faktor Fundamental (dalam hal ini yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Price Earnings Ratio )

Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Organisasi Intra Kampus Terhadap Akhlak Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Judul-judul modul yang disusun sebagai berikut; (1) Karakteristik Anak Usia Dini, (2) Teori Bermain dan Merancang Kegiatan Bermain di Taman Kanak-kanak, (3) Kurikulum dan

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |