• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Pengertian Disiplin

Pengertian disiplin menurut Elisabeth Hurtock (dalam Yusuf, 2008:10) Mengemukakan bahwa, “Disiplin itu berasal dari kata Disipline yaitu seseorang yang belajar atau sukarelawan yang mengikuti seorang pemimpin. Selanjutnya dikemukakan bahwa ada dua konsep mengenai disiplin, yaitu yang positif dan negatif. Disiplin negatif adalah yang berhubungan dengan kontrol seseorang berdasarkan otoritas dari luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa, dan dengan cara yang kurang menyenangkan. Sedangkan disiplin positif adalah sama artinya dengan pendidikan dan konseling yaitu menekankan perkembangan dari dalam (Inner Growth) yang bentuknya bisa dibagi dalam dua jenis yaitu Self disipline dan Self Controll. Pada dasarnya disiplin yang positif itu mengarahkan kepada motivasi dari dalam diri sendiri.”.

Kedisiplinan sekolah sangat erat kaitannya dengan kerajinan siswa di sekolah dan juga dalam belajarnya. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/ keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya dan kedisiplinan tim BK dalam pelayanannya kepada siswa.

Sesuai dengan pendapat tersebut disiplin yang dilaksanakan di sekolah terhadap siswa, siswa akan belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif dan bermanfat bagi dirinya dan lingkungannya baik pada saat bersekolah maupun untuk bekal hidup di kemudian hari. Tetapi

(2)

pendekatan dengan penegakan disiplin tersebut janganlah sampai membuat siswa tertekan, dan penerapannya harus pula demokratis dalam arti mendidik.

Namun demikian, mulianya tujuan penegakan disiplin seringkali tidak mendapat respons yang positif dari siswa hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu: (a) kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter yang menyebabkan sikap siswa yang agresif ingin berontak akibat kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi, ( b) kurang diperhatikannya kelompok minoritas baik yang berada di atas rata-rata maupun yang berada di bawah rata-rata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan di sekolah, (c) siswa kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam tanggung sekolah, (d) latar belakang kehidupan keluarga dan (e) sekolah kurang mengadakan kerja sama dan saling melepas tanggung jawab. Di antara penyebab pelanggaran tersebut pelanggaran yang umum sering terjadi karena (1) kebosanan siswa dalam kelas, dikarenakan yang dikerjakan siswa monoton tidak ada variasai dalam proses pembelajaran,( 2) Siswa kurang mendapat perhatian dan apresiasi yang wajar bagi mereka yang berhasil. Untuk mengatasi hal ini seorang guru sebagai pendidik harus memilih strategi, metode dan berbagai pendekatan yang bervariasi agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai. Dalam rangka meningkatkan disiplin siswa di sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila siswa melanggarnya “ Konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda cek , disuruh menghadap Kepala Sekolah atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di sekolah ” (Slameto, 2010: 67)

2.2 Disiplin Dalam Kehidupan Sehari-Hari 2.2.1 Disiplin Dalam Keluarga

(3)

Keluarga adalah tempat dimana bapak, ibu, adik, saudara ataupun pembantu yang tinggal bersama dalam satu atap . Keluarga merupakan tempat memulai menanamkan disiplin terhadap anak, apabila dalam keluarga telah ditanamkan disiplin, maka akan lebih mudah pula ditanamkan disiplin di sekolah maupun di masyaraskat.

Disiplin dalam keluarga misalnya:(a) bangun pagi, (b) melaksanakan sholat shubuh, (c) merapikan tempat tidur, (d) membersihkan rumah, (e) mandi, (f) sarapan, (g) berangkat ke sekolah.

Apabila kebiasaan ini dilaksanakan oleh anak setiap hari, maka anak akan terbiasa tertib dan disiplin dalam mentaati peraturan. Disiplin akan mengembangkan diri sendiri dan orang lain bahkan disiplin mencerminkan kepribadian yang tinggi. Sebaliknya orang yang tidak disiplin akan merugikan diri sendiri bahkan orang lain. Sebagai siswa hendaknya di rumah juga diterapkan disiplin dalam belajar.

Contoh sikap disiplin belajar di rumah:(a) Menggunakan waktu belajar dengan baik (b) mengerjakan tugas rumah dari guru (c) belajar mengaji atau les di rumah (d) menggunakan waktu untuk istirahat.

2.2.2 Disiplin Di Lingkungan Sekolah

Sama halnya dengan lingkungan keluarga, di sekolah pun diterapkan peraturan bagi para siswa. Peraturan atau tata tertib di sekolah dimaksudkan untuk mengatur segala kehidupan di sekolah. Dengan adanya tata tertib, maka kehidupan di lingkungan sekolah akan teratur dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan tertib dan lancar.

Siswa yang tidak disiplin akan menghabiskan waktu belajarnya dengan bermain-main yang pada akhirnya ia akan menyesal, sebaliknya siswa yang disiplin akan memanfaatkan waktu di sekolah dengan belajar, membaca buku di perpustakaan, atau hal-hal lain yang bermanfat.

(4)

Adapun tata tertib di lingkungan sekolah : a. Tata tertib umum

1) Setiap siswa wajib menjaga nama baik sekolah, kapan saja dan dimana saja.

2) Setiap siswa wajib memelihara dan menjaga keamanan, kebersihan, keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan (5K) di lingkungan sekolah.

3) Setiap siswa wajib memelihara keutuhan alat-alat pelajaran, perabotan, bangunan, dan halaman sekolah.

4) Setiap siswa wajib mengenakan seragam sekolah, baik seragam upacara, maupun olahraga.

5) Setiap siswa harus berpakaian rapi, mengatur rambutnya dengan rapi dan pantas, memotong kuku, serta tidak bersolek atau mengenakan perhiasan yang berlebihan. b. Tata tertib kegiatan belajar mengajar (kegiatan intrakurikuler)

1) Para siswa wajib datang di sekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai

2) Sebelum pelajaran dimulai, siswa harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal

3) Pada ajam pelajaran berlangsung, para siswa wajib menjaga ketentraman dan ketenangan kelasnya.

4) Siswa yang akan meninggalkan kelas, harus minta ijin kepada guru.

5) Siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran harus bisa menunjukan surat ijin dari orang tua atau surat dokter bagi yang sakit.

6) Pada jam istrahat, siswa dilarang berada dalam kelas dan dilarang meninggalkan halaman sekolah tanpa ijin.

(5)

c. Tata tertib di luar jam pelajaran (kegiatan ekstrakurikuler)

1) Setiap siswa wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah, sesuai dengan bakat dan minatnya.

2) Setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera dengan tertib dan hikmat. d. Sanksi pelanggaran

Siswa yang melanggar tata tertib dikenakan sanksi sebagai berikut : 1) Peringatan secara lisan dan tertulis

2) Siswa tidak boleh mengikuti pelajaran dalam waktu tertentu. 3) Di kemalikan pada orang tua.

Itulah babarapa tata tertib yang ada di lingkungan sekolah. Dengan adanya tata tertib sekolah maka ketertiban di lingkungan sekolah akan berjalan dengan baik dan proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan tertib dan lancar, ( Murtini 12- 13).

2.2.3 Disiplin Dalam Masyarakat

Kedudukan seorang anak di masyarakat adalah sebagai anggota masyarakat. Sebagai anggota masyarakat harus turut menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Di lingkungan masyarakat pun ada ketentuan atau aturan-aturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat seperti: (a) sikap hormat – menghormati dan sopan santun terhadap sesama,(b) melaksanakan dan menjaga tata tertib lingkungan masyarakat,(c) ikut menegakan disiplin dan dan menjaga nama baik masyarakat,(d) menjaga kebersihan lingkungan,(e) menghindari pertengkaran, (f) menciptakan keharmonisan,(g) menciptakan ketentraman,(h) menciptakan suasana yang tenang.Iitulah beberapa aturan yang di bentuk untuk menegakan

(6)

kebenaran.Perbuatan yang benar bererti perbuatan yang tidak merugikan orang lain.Dengan melaksanakan aturan – aturan dimasyarakat kita dapat melaksanakan norma yang satu harus di ikuti oleh pelaksanaan norma yang lain agar tercipta tatanan kehidupan masyarakat yang aman,dan lancar. (Murtini, 2008:14- 15).

2.3 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengembangkan Disiplin

Memiliki siswa-siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi memang menjadi satu prestasi bagi sekolah. Namun kadang kala para guru kesulitan menerapkan disiplin kepada para siswa mereka. Seringkali, para guru terus berkutat dengan masalah kedisiplinan yang idealnya selalu dipatuhi anak-anak, tidak jarang mereka harus memaksa siswa-siswanya untuk bisa bersikap disiplin.

Namun, harus diingat kedisiplinan yang diterapkan tidak hanya melakukan koreksi pada tingkah laku siswa saja. Tapi juga mengajarkan kepada mereka cara untuk bisa mengontrol dirinya, serta peduli akan lingkungannya.

Untuk itu, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan disiplin antara lain sebagai berikut:

a. Alasan yang masuk akal

Jika siswa dilarang untuk tidak melakukan sesuatu, buatlah alasan-alasan yang masuk akal, dengan memberikan penjelasan dan bimbingan pada mereka. Para siswa membutuhkan alasan jika mereka dilarang.

b. Kesepakatan

Pada dasarnya, siswa akan meniru apa yang mereka lihat. Begitu pun jika guru bertindak tidak konsisten terhadap suatu keputusan. Misalnya, seorang guru tidak menyukai siswa tersebut memakai sepatu putih, sementara ada guru lain malah membiarkannya. Hal ini

(7)

akan membuat siswa tersebut bingung, akibatnya dia jadi mengabaikan ketidaksetujuan guru yang meneguruhnya. Buatlah keputusan dengan seluruh komponen pendidikan agar para siswa lebih mudah dalam bersikap.

c. Kompromi

Para siswa tidak selalu dapat mengatasi dan membedakan antara persoalan besar dan kecil. Sesekali berkompromi dan mengertilah dengan mereka. Tindakan kompromi akan membuat para siswa tersebut menjadi lebih mudah menghadapi persoalan yang lebih besar nantinya.

d. Beri bimbingan

Disiplin yang diberlakukan di sekolah seharusnya ditegakan secara demokratis artinya tegas dan mendidik.

e. Memberi peringatan

Jika para siswa telah sadar dan tahu tentang aturan yang telah dibuat, maka ketika para siswa tersebut melanggar aturan mereka akan langsung merasa segan, karena ada sanksi yang harus diterimanya segera, setelah pelanggaran dibuat.

f. Memberi hukuman yang mendidik

Jika ingin menghukum siswa tentang disiplin, hukumlah segera setelah dia tahu dia tidak disiplin. Jangan sampai menunda memberi hukuman kepadanya. Berilah hukuman yang mendidik, seperti menyapu lantai, membersihkan kamar mandi, atau mengerjakan tugas tambahan.

(8)

Terkadang saat marah para guru secara tak sadar berteriak, membentak, atau menceramahi anak tanpa henti. Akibatnya para siswa yang melanggar disiplin tersebut jadi takut dan akhirnya mempunyai dampak psikologis bagi mental mereka.

h. Tetap berfikir positif

Terlalu banyaak waktu yang terbuang jika hanya mengkritik sikap buruk para siswa, sebaliknya para guru jaadi kekurangan waktu untuk memberi pujian atas sikap positifnya,( Said 2010:27 – 30).

2.4 Pengertian Bimbingan dan Konseling

Menurut Yusuf (2009:37) “Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “Guidance” dan “Counceling”dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah “Guidance” berasal dari akar kata “Guide”, yang berarti : (1) mengarahkan (to dirrect), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).

Secara istilah bimbingan dan konnseling merupakan proses pemberian bantuan (proses of

helping) konselor kepada individu (konseli) secara berkesinambungan agar mampu memahami

potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia), baik secara personal maupun sosial”.

Makna bantuan dalam bimbingan dan konseling adalah bahwa siswalah yang seharusnya aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilatator perkembangan siswa. Istilah fasilitator disini bukan berarti konselor menyerahkan sepenuhnya kepada siswa (klien) untuk mengambil keputusan, tetapi konselor juga memiliki

(9)

tanggung jawab untuk membantu klien agar dalam mengambil keputusan itu didasarkan kepada pertimbangan yang matang, baik dari aspek maslahat-madratnya, baik-buruknya, atau benar-salahnya.

2.5 Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang di harapkan atau sesuatu yang ingin di capai melalui berbagai kegiatan yang di programkan untuk membantu siswa agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya,atau menginter analisis nilai – nilai yang terkandung dalam tugas – tugas perkembangan yang harus di kuasainya.

Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar siswa dapat :

a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perlkembangan karir, serta kehidupannya di masa yang akan datang.

b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang di milikinya seoptimal mungkin. c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, dan

lingkungan kerjanya.

d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya.

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa atau peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik) dan karir, ( Yusuf, 2009 :49).

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut mereka harus mendapatkan kesempatan untuk :

(10)

b. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya. c. Mengenal dan menentukan tujuan dann rencana hidupnya serta rencana

pencapaian tersebut.

d. Memahami dan mengatasi kesulitan- kesulitan sendiri. e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingannya sendiri.

f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.

g. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal.

2.6 Fungsi Bimbingan dan konseling

Bimbingan konseling berfungsi untuk membimbing siwa yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Adapun fungsi bimbingan terdiri dari fungsi pemahaman,fungsi prepensif,fungsi pengembangan, perbaikan,penyaluran, adaptasi, dan fungsi penyusuaian.

a. Fungsi Pemahaman yaitu:

Fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini siswa diharpkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

b. Fungsi Preventif yaitu:

Fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak di alami peserta didik. Melalui fungsi ini konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahyakan diri sendiri

(11)

Fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya, konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang memfasilitasi perkembangan siswa.

d. Fungsi Perbaikan yaitu:

Fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

e. Fungsi Penyaluran yaitu:

Fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantaapkan penguasaan karir atau jabatan sesuai dengan bakat, minat dan keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

f. Fungsi Adaptasi yaitu:

Fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah, staf, konselor, guru untuk menyesuaikan program pendidkan terhadap latar belakang pendidikan.

g. Fungsi Penyesuaian yaitu:

Fungsi bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.

2.7 Tugas Pokok Guru BK

Konseling merupakan proses pertemuan langsung antara konselor dengan konseli (Face

to face relaationship) yang bermasalah, dimana pembimbing membantu konseli dalam

memecahkan masaalahnya dan mengusahakan perubahan sikap dan tingkah laku. Tugas konselor adalah mengusahakan perubahan sikap yang mendasarinya yang mungkin akan bersifat sementara saja. Karena adanya tekannan dari luar aatau karena adanya sesuatu akan lebih bersifat

(12)

permanen, sebab perubahan sikap terjadi atas penemuan dan pemahamannya sendiri. (Sagala, 2009: 236)

2.8 Upaya Guru BK Dalam Mengembangkan Displin Siswa Di Sekolah

Bimbingan dan konseling merupakan wadah yang diperuntukan bagi siswa dalam mengatasi masalah ataupun mengembangkan potensi yang dimilkinya agar lebih optimal. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseoarang guru BK dalam mengembangkan disiplin dalam diri siswa, yaitu dengan memberikan layanan informasi bahwa disiplin dapat membantu karakter yang baik dalam kepribadian seseorang. Dalam bimbingan dan konseling pun ada berbagai macam teknik yang dapat kita gunakan, salah satunya adalah dengan menggunakan tehknik pengubahan tingkah laku. Bukan hanya itu saja, dalam mengembangkan potensi dan kemandirian siswa dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif,sejahtra dan peduli kemaslahatan umum . Dengan memberikan layanan informasi kepada siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang berguna bagi siswa seperti cara belajar yang efektif,membangun sikap dan kebiasaan belajar yang positif, etika pergaulan, bahayanya merokok, miras,dan narkoba. Itulah upaya guru BK dalam memberikan layanan konseling individual ke pada siswa yang terkait dengan aspek pribadi,sosial, akademik dan karir. Layanan bimbingan konseling sangat berguna dalam mengorganisasikan dan mengolola program bimbingan koseling, serta dapat memberikan informasi tentang program bimbingan kepada siswa,orang tua, guru- guru, kepala sekolah dan staf administrasi. Dengan melaksanakan program dan memberikan latanan tersebut, siswa akan lebih disiplin dan akan menaati semua peraturan yang berlaku di sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Desain eksperimen semu kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random yang disebut dengan desain nonequivalent control group

Studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa magister keperawatan universitas diponegoro (Undip) angkatan 2017 menghasilkan bahwa masalah / stresor yang dihadapi

Dengan demikian memperhatikan ketiga fungsi DPR tersebut, yakni fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan bahwa pergeseran kewenangan ataupun perubahan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan, diantaranya tingkat bullying berada pada level rendah, tapi nilai rata-rata pelaku

Sejumlah ahli manajemen mengatakan bahwa manusia dewasa rata-rata membuat 300 keputusan per hari, dari yang sepele sampai yang penting dan menentukan hidup mereka. Artinya, setiap

stereotipinius“ pavyzdžius mokykloje ir jų priėmimą ir labai mažai apie tai, kad verta kalbėti apie heteronormos dekonstravimą, kad mokiniai turėtų galimybę

Pemberian biskuit MP-ASI memiliki bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi yang diperlukan selama pertumbuhan dan perkembangannya yang tidak dapat dipenuhi lagi

Pada gambar 4.4. didapatkan daya output tertinggi 8,59 watt pada kecepatan angin 7,60. ini menunjukan bahwa semakin besar kecepatan angin dan luas penampang sudu, maka