• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN 13 PEMECUTAN TAHUN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN 13 PEMECUTAN TAHUN 2013/2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING BERBASIS

EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SDN 13 PEMECUTAN

TAHUN 2013/2014

Ida Ketut Anom Mahendra1, I Made Suara2, I Komang Ngurah Wiyasa3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: young.nrich@yahoo.com1, imadesuara@yahoo.co.id2, komang.wiasa@yahoo.com3

ABSTRAK

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Experiential Learning diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, demokratis dan dinamis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Pembelajaran Quantum

Teaching Berbasis Experiential Learning dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan

Pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SDN 13 Pemecutan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 13 Pemecutan, dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah keseluruhan populasi adalah 80 siswa, sampel yang digunakan adalah 2 kelas yaitu siswa kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VB sebagai kelompok kontrol dengan jumlah keseluruhan sebanyak 80 siswa. Teknik yang digunakan adalah teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Data yang dianalisis adalah hasil belajar IPS siswa yang dikumpulkan melalui post test IPS siswa. Untuk analisis data digunakan uji t dengan taraf signifikansi 5%. Hasil belajar post test IPS siswa secara keseluruhan menunjukkan nilai thitung sebesar 2,40 dengan

taraf signifikansi 5% dan dk = 78 diperoleh ttabel = 2,000 yang berarti (thitung = 2,40 > ttabel =

2,000) sehingga dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis

Experiential Learning dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran

konvensional. hasil penelitian juga diperoleh nilai rata- rata siswa kelompok eksperimen adalah 64,73 sedangkan nilai rata- rata siswa kelompok kontrol adalah 57,95 yang berarti ada pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Experiential Learning terhadap hasil belajar IPS siswa SDN 13 Pemecutan.

Kata-kata kunci: Model Pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Experiential Learning dan Hasil Belajar IPS.

Abstract

Applying the Quantum teaching model based on Experiential Learning is expected to create a fun, democratic and dynamic teaching learning environment. This study aims at finding the significant difference of the students’test results who were taught by quantum teaching based on experiental learning model and those who were taught using conventional teaching model of the fifth grade of SDN 13 Pemecutan.

This research was conducted in SDN 13 Pemecutan. The study populations were all students on the fifth grade on the second semester of the academic year 2013/2014. The total populations were 80 students. The samples used in this study were all students of VA and VB classes. The students of VA class were experimental group, while students of VB class were the controller group. The technique used is the saturated sampling technique when all members used as samples.

The data analyzed was the result of students’ post test of social studies subject. The T-test with a significance level of 5% was used to analyze the data. The results of the students’ post test of social studies subject showed as a whole mark of tcountat 2.40 with a

significance level of 5% and dk =78. As the result, the ttable= 2.000, which means

(2)

test results of the Quantum Teaching Experiential Learning model with students who were taught by conventional learning model. The result of this study was obtained from the average of students’ mark. The average students’ mark of the experimental group was 64.73, meanwhile the average mark of the controller group students was 57.95. It means that the application of Quantum Teaching Experiential Learning based model influences the students learning outcomes of SDN13 Pemecutan. Key words: Quantum TeachingLearning Model-Based Experiential Learning and Learning

Outcomes.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya. Potensi diri yang dikembangkan dengan baik akan membuat peserta didik memiliki karakter kepribadian yang kuat dan mantap meliputi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan dan keahlian yang diperlukan bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah, pendidik, tenaga kependidikan dan para stakeholder pendidikan di dalam mengembangkan pendidikan yang berkualitas. Usaha tersebut meliputi ketiga komponen utama pendidikan yakni input - proses - output. Aspek proses dewasa ini menjadi perhatian yang serius dari pihak-pihak yang berkompeten dalam dunia pendidikan, karena proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting.

Peningkatan kualitas proses pembelajaran diharapkan mampu membawa peserta didik menguasai, memamahi, menerapkan, serta mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar seperti yang tercantum dalam kurikulum.Peningkatan kualitas pembelajaran tidak terlepas dari peran guru. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meliputi pemilihan model pembelajaran, pemilihan media, penggunaan metode, pengelolaan kelas, materi pelajaran, dan pengaturan suasana belajar yang kondusif, akan memengaruhi kulaitas pembelajaran.

Namun hasil observasi pembelajaran IPS di salah satu sekolah dasar yakni SDN 13 Pemecutan

menunjukkan bahwa proses pembelajaran masih belum optimal. Hal ini terlihat dari hasil belajar peserta didik yang masih tergolong rendah.Hasil belajar peserta didik di SDN 13 Pemecutan dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan rata-ratanya, namun dalam beberapa mata pelajaran tertentu khusunya IPS, hasil belajar peserta didik masih belum optimal.Hasil belajar IPS siswa sebelumnya tahun pembelajaran 2013/2014 masih di bawah standar ketuntasan 70 dan standar ketuntasan kelas sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDN 13 Pemecutan tahun 2011/2012. Dokumen penilaian ulangan harian, UTS, dan UKK (ulangan kenaikan kelas), menunjukkan bahwa dari 33 siswa, yang nilainya tuntas (≥70) hanya 13 orang, dan dari siswa yang tuntas hanya 4 orang yang mendapatkan nilai baik (≥80).

Salah satu penyebab belum baiknya hasil belajar peserta didik adalah karena guru belum tepat dalam menggunakan strategi pembelajaran yang cocok untuk situasi dan kondisi peserta didik, baik yang berhubungan dengan kondisi psikologis, tingkat perkembangan peserta didik, kondisi kemampuan peserta didik, dan kondisi sosial peserta didik.

Permasalahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang masih rendah seperti tersebut di atas, bukan semata disebabkan oleh kemampuan siswa yang rendah, namun perlu dikaji secara mendalam untuk mencari akar permasalahannya sehingga ditemukan hal paling mendasar dan berpengaruh yang menyebabkan hasil belajar siswa tersebut rendah. Setelah diadakan identifikasi permasalahan, diperoleh beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 13 Pemecutan

(3)

yaitu: 1) dalam merencanakan pembelajaran, guru belum memperhatikan dengan serius tingkat perkembangan dan kemampuan siswa, 2) pembelajaran masih didominasi oleh peran guru di dalam kelas sehingga terkesan pembelajaran berpusat pada guru, 3) penggunaan media dan metode pembelajaran masih belum variatif, dan 4) peserta didik belum mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna. Pokok permasalahan yang dapat disimpulkan dari faktor-faktor penyebab tersebut di atas adalah guru kurang kemampuan guru menguasai model pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran mestinya melibatkan semua aspek kehidupan peserta didik yaitu pikiran, perasaan, bahasa tubuh, pengetahuan, sikap, keyakinan, dan persepsi masa depan. Jadi guru harus mampu memadukannya melalui pemilihan model pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran dengan melibatkan semua aspek kehidupannya.

Mengatasi permasalahan di atas, perlu dicarikan solusi pemecahan permasalahan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan pula. Guru perlu mengkondisikan suatu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan untuk merangsang keterlibatan semua aspek kehidupan siswa. Untuk mengetahu perubahan ke arah yang lebih baik, maka dipandang perlu dilakukan penelitian.

Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah PembelajaranQuantum Teaching yang berbasis Experiential Learning. Penerapan Quantum Teaching diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, demokratis dan dinamis. Sedangkan Experiential Learning lebih menekankan pada pembelajaran bermakna, di mana siswa diajak mengalami langsung apa yang diajarkan, sehingga siswa lebih kuat dalam mengkrontuksi dan mengembangkan konsep-konsep pengeta Berdasarkan uraian di atas, maka sangat tertarik untuk mengadakan penelitian yang

berjudulPengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching berbasis Experiential Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 13 Pemecutan Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 13 Pemecutan, dengan populasi penelitian adalah siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

model quantum teaching

berbasisexperiential learning terhadap hasil belajar IPS siswa. Penelitian ini dilakukan dengan memanipulasi variabel bebas yaitu model quantum teaching berbasis experiential learning, dan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 13 Pemecutan.

Penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti langsung dalam mengajar, baik di kelas kontrol dan juga di kelas eksperimen. Guru kelas dan Guru Mata Pelajaran IPS akan terus mendampingi dari awal kegiatan eksperimen sampai berakhirnya eksperimen.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi experimental design). Desain eksperimen semu kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random yang disebut dengan desain nonequivalent control group design(Sugiyono,2008:116). Penelitian ini didahului dengan pengacakan atau random kelas eksperimen dan kontrol.

Pretest pada penelitian ini adalah analisis hasil nilai ulangan umum IPS Semester I yang dilakukan untuk menyetarakan seluruh populasi. Post test dalam penelitian ini berfungsi untuk menentukan hasil belajarnya. Langkah- langkah yang ditempuh pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan dan akhir eksperimen.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran eksperimen. Adapun tahapan-tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Pada tahap persiapan eksperimen langkah kegiatan yang dilakukan adalah: 1)

(4)

menyusun RPP dan mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti media, sumber belajar, LKS, alat peraga, silabus, kurikulum, 2) menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPS siswa; dan 3) melakukan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar IPS.

Pada tahap pelaksanaan eksperimen yang dilakukan adalah: 1) menentukan sampel penelitian dari populasi yang telah ditentukan yakni siswa kelas V semester 2 SDN 13 Pemecutan, 2) membagi populasi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan pengundian, 3) melaksanakan penelitian yaitu memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa pembelajaran model quantum teaching berbasis experiential learning, dan memberikan perlakuan kepada kelas kontrol berupa pembelajaran konvensional.

Pada tahap akhir eksperimen yang dilakukan adalah: 1) memberikan pos tes baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, 2) mengumpulkan hasil tes untuk dipakai data dalam penyusunan hasil penelitian, dan 3) menganalisis semua data yang telah terkumpul.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 13 Pemecutan yang terdiri atas dua kelas yaitu kelas VA dan VB dengan jumlah seluruhnya 80 siswa. Berdasarkan karakteristik populasi, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Untuk mengetahui kesetaraan kelas yang dijadikan penelitian dilakukan dengan menganalisis hasil belajar IPS siswa berupa hasil ulangan umum yang digunakan sebagai pre-test.Uji yang digunakan untuk menganalisis kesetaraan kelas adalah uji – t. Sebelum dilaksanakan uji –t untuk menganalisis kesetaraan kelas, harus dilaksanakan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji signifikansi adalah jika thitung<

ttabel, maka h0diterima (gagal ditolak) dan ha ditolak, sebaliknya jika thitung ≥ ttabel, maka

h0 dan ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = n1+

n2–2.

Setelah kelas dinyatakan setara, untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan cara random atau acak berupa pengundian. Yang di random atau diacak adalah kelas dan tidak dilakukan pengacakan individu.Pada penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah siswa SDN 13 Pemecutan kelas VA semester II sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VB semester II sebagai kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat bahwa x2hit siswa kelas VA adalah 10,46 lebih kecil daripada

x2tabel yaitu 11,070 (x2tabel= 11,070 >x2hit= 10,46), yang berarti sebaran data ulangan umum IPS siswa kelas VA berdistribusi

normal. Pada tabel juga terlihat bahwa x2hit siswa kelas VB adalah 4,54 lebih kecil

daripada x2tabel yaitu 11,070 (x2tabel= 11,070 >x2hit= 4,54), yang berarti sebaran data ulangan umum IPS siswa kelas VB

berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh besarnya Fhitung = 1,04 yang kemudian dibandingkan dengan Ftabel. Derajat kebebasan pembilang 42 – 1= 41 dan derajat kebebasan penyebut 38 – 1= 37 dengan taraf signifikansi 5% maka diperoleh Ftabel = 1,71 yang berarti nilai (Fhitung =1,04< Ftabel = 1,71) .

Uji signifikansi adalah jika thitung< ttabel maka kedua kelompok kelas dinyatakan setara, sebaliknya jika thitung≥ ttabel maka

kedua kelompok dinyatakan tidak setara. Pengujian dilaksanakan berdasarkan taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan derajat dk = n1+ n2–2.

Hasil uji kesetaraan antara kedua kelompok kelas sampel sebagai berikut.

(5)

Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Kesetaraan pada Taraf Signifikansi 5% dan dk = 78.

Pre Test Sampel Nilai

Rata- rata Nilai thitung Nilai ttabel Ho Ha Nilai Ulangan Umum IPS

Kelas VA 45,95 0,62 2,000 Diterima Ditolak

Kelas VB 44,09

Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif, di mana data yang dikumpulkan berupa data-data berbentuk angka atau numerik.Data yang dimaksud adalah data hasil belajar IPS siswa.Data ini dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar IPS.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar adalah tes hasil belajar IPS berupa tes pilihan ganda dengan 4 pilihan dan 1 butir pilihan benar.Jumlah soal adalah 30 butir, setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.Tes ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap yang telah diperoleh dalam pembelajaran IPS di kelas V terutama dalam ranah kognitif.Setiap item soal diberikan skor satu bila siswa menjawab dengan benar, dan skor nol untuk siswa yang menjawab salah.Jenis data tes hasil belajar ini termasuk data primer dan sifat data termasuk data kuantitatif. Tahapan dalam penyusunan instrumen penelitian (tes hasil belajar) meliputi: 1) penyusunan kisi-kisi tes hasil belajar IPS, 2) uji coba instrumen/tes.

Suatu tes untuk mengevaluasi hasil belajar disebut baik jika materi yang terkandung dalam butir- butir tes tersebut dapat mewakili seluruh materi yang telah dipelajari siswa. Supaya tes yang dirancang tidak menyimpang dari bahan materi pembelajaran serta aspek kejiwaan tingkah laku yang akan dicakup dalam tes maka dibuat sebuah tabel spesifikasi.

Tabel spesifikasi juga disebut grid, kisi- kisi atau blue print test. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perincian materi dan tingkah laku beserta imbangan atau proporsi yang dikehendaki oleh penilai.Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan soal (Arikunto, 2009: 185). Kisi- kisi tes hasil belajar dan uji coba instrument terdiri dari 50 soal objektif.

Sebelum tes ini dijadikan instrumen yang tepat dalam pengumpulan data, maka

terlebih dahulu harus diujicobakan, Tujuannya untuk mengetahui tingkat validitas, daya beda, tingkat kesukaran serta reliabilitas sehingga tes ini kemudian menjadi alat pengumpul data yang baik.

Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya.Artinya tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Sudjana, 2011:13). Uji validitas isi ini dilakukan dengan membuat blue print a Validitas tes objektif digunakan melalui analisis butir berdasarkan koefesien korelasi point biserial (rpbi), karena tes

bersifat dikotomi. tau kisi-kisi soal. Nilai yang diperoleh (r hitung) kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel, jika r hitung > r tabel, maka tes dikategorikan valid.

Dari hasil perhitungan uji validitas tes uji coba hasil belajar IPS, dari 50 butir soal yang diujikan kepada 44 responden diperoleh 38 butir soal yang valid dan 12 butir soal yang tidak valid.

Pada tabel di atas jika dilihat dari tingkat kesukaran soal, maka soal yang bernilai sukar berjumlah 5 soal yaitu butir nomor 3, 6, 18, 27, 29. Butir soal yang bernilai sedang berjumlah 29 yaitu butir nomor 2, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 23, 24, 25, 32, 33,34, 35, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 50. Untuk soal yang bernilai mudah berjumlah 4 butir yaitu butir nomor 9, 28, 30, 49.

Daya pembeda (DP) diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut dapat membedakan antara testee (siswa) yang mengetahui jawaban dengan benar, dengan testee (siswa) yang menjawab salah (tidak dapat menjawab soal dengan benar).Secara sederhana dapat dikatakan bahwa DP adalah kemampuan butir soal untuk membedakan

(6)

testee atau siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan testi/siswa yang berkemampuan rendah.

Daya pembeda suatu butir soal dinyatakan dengan indeks diskriminan yang bernilai -1,00 sampai dengan 1,00. Apabila indeks > 0 dan mendekati 1,00 maka daya pembeda dikatakan semakin baik, sebaliknya jika indeks ≤ 0 dan mendekati -1,00 maka daya pembeda dikatakan jelek. Indeks diskriminasi butir soal bernilai negatif (0,00 sampai dengan -1,00) berarti kelompok testi kurang mampu, banyak yang menjawab benar, dan kelompok testi pandai banyak menjawab salah. Sedangkan jika butir soal memiliki indeks diskriminan 0,00 berarti butir soal tidak memiliki daya pembeda, artinya banyak siswa pandai maupun kurang mampu yang menjawab benar sama jumlahnya.

Rumus untuk menentukan daya pembeda (DP) adalah sebagai berikut DP = (Winarsunu, 2010:86). Dari 38 butir soal yang valid, selanjutnya dilakukan uji daya beda untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testee (siswa) yang menjawab benar dengan siswa yang menjawab salah.Hasil uji daya beda pada 38 butir tes soal objektif dengan jumlah testee 44 orang maka diperoleh skor total setiap testee. Hasil pengurutan atas peringkat 44 testee, setelah diurutkan kemudian ditentukan jumlah kelompok atas dan kelompok bawah dengan cara mengalikan jumlah keseluruhan testee dengan 27%.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh daya pembeda soal yang berkisar antara 0,00< DP ≤ 0,70, dan berarti memiliki klasifikasi daya pembeda soal dari yang jelek sampai dengan baik.

Tingkat kesukaran merupakan kesanggunapan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan.Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab benar butir soal yang diberikan.Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi testi yang dapat menjawab seluruh tes tersebut.

Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dalam bilangan yang disebut dengan indeks kesukaran difficulty index. Indeks kesukaran nilainya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks 0,00 berarti soal tersebut sangat sukar, sebaliknya jika indeks mendekati 1,00 berarti soal tersebut semakin mudah. Berdasarkan hasil analisis, dari 38 butir soal yang diuji indeks kesukarannya diperoleh indeks kesukaran butir tes berkisar antara 0,00< IK ≤ 1,00. Ini berarti soal memiliki klasifikasi sukar, sedang sampai mudah.Disamping itu berdasarkan hasil analisis indeks kesukaran perangkat tes diperoleh IKP tes sebesar 0, 456 sehingga indeks kesukaran perangkat tes tergolong sedang.

Uji reliabilitas dilakukan pada butir soal yang valid saja, dengan demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah uji validitas.Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen.Tes dikatakan reliabel jika r11 (koefesien yang didapat dari hasil penghitungan lebih besar dari koefesien yang terdapat pada tabel harga kritis dari rtabel (r11>rtabel).

Analisis perhitungan uji reliabilitas, diperoleh hasil koefisien reliabilitas butir soal tes uji coba hasil belajar IPS siswa sebesar 1, 006 sehingga koefisien reliabilitas lebih besar daripada koefisien yang terdapat pada tabel harga kritis dari rtabel (r11 (1,006)> rtabel (0,312) ). Hal ini berarti tes

uji coba hasil belajar IPS siswa tergolong reliabel dan dianggap layak untuk digunakan pada penelitian.

Berdasarkan hasil analisis uji validitas, daya beda, indeks kesukaran dan reliabilitas tes uji coba instrumen yang telah dilakukan, dari 50 butir soal yang diujikan terhadap 44 responden diperoleh 38 butir soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Maka dari itu, kisi- kisi soal tes uji coba hasil belajar IPS dirubah menjadi kisi- kisi soal tes hasil belajar IPS serta soal tersebut menjadi instrumen untuk menjaring data tes hasil belajar IPS siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran data kelompok eksperimen penelitian ini yaitu hasil belajar siswa

(7)

kelas VA SDN 13 Pemecutan. Kelompok eksperimen memperoleh rata- rata 64,73, standar deviasi 12,28 dan banyak subyek 38 siswa.

Sebaran data kelompok kontrol pada penelitian ini yaitu hasil belajar siswa kelas VB SDN 13 Pemecutan. Kelompok kontrol memperoleh rata- rata 57,95, standar deviasi 13,29 dan banyak subyek 42 siswa.

Pada uji prasyarat yang dilakukan ada dua yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians.Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Square.

Uji normalitas kelompok eksperimen menggunakan Chi-Square dengan rumus sebagai berikut Xh2 =

(Winarsunu,

2010:88).

Berdasarkan proses perhitungan diperoleh x2hit= 4, 3504, sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh x2tabel =x20,05;5= 11,07, karena x2tabel>x2hit maka berarti sebaran data hasil belajar IPS siswa kelas VA SDN 13 Pemecutan pada kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Uji normalitas kelompok kontrol menggunakan Chi-Square.Berdasarkan proses perhitungan diperoleh x2hit= 4,672, sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh x2tabel =x20,05;5= 11,07, karena

x2tabel>x2hit maka berarti sebaran data hasil belajar IPS siswa kelas VB SDN 13 Pemecutan pada kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dilakukan dengan uji F. Varians kelompok eksperimen= 151,01. Varians kelompok kontrol = 176,77.Jadi besarnya Fhitung = 1,17, nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel . Derajat

kebebasan pembilang 42-1 = 41 dan derajat kebebasan penyebut 38-1=37 dengan taraf signifikansi 5%, maka diperoleh Ftabel = 1,71. Ini berarti nilai Fhitung

<Ftabel , maka Ho diterima yaitu tidak

terdapat perbedaan varians atau harga varians homogen.

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t-test.Hasil yang diperoleh thitung adalah 2,40. Setelah memperoleh thit, selanjutnya harus ditentukan besar ttabel.Tabel dapat ditentukan dengan menentukan terlebih dahulu dk (derajat kebebasan).Sehingga diperoleh nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 78 adalah 2,000. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya jika thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05).

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh thitung sebesar

2,40 dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 78 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,000 yang berarti thitung > ttabel

maka hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif.

Sehingga dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Experiential Learning dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II SDN 13 Pemecutan.

Pada penelitian ini dipaparkan pembahasan tentang deskripsi umum hasil analisis yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Experiential Learning dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II SD Negeri 13 Pemecutan. Model pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Experiential Learning menunjukkan proses yang lebih optimal dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional, hal tersebut ditunjukkan dengan hasil penelitian pada nilai rata- rata post test IPS siswa.

Nilai rata- rata siswa kelompok eksperimen adalah 64,73 sedangkan nilai rata- rata kelompok kontrol adalah 57,95 yang membuktikan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Experiential Learning memberikan

(8)

kontribusi positif terhadap hasil belajar IPS siswa dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Experiential Learning mengutamakan proses belajar mengajar yang dinamis dengan memasukkan unsur- unsur penting yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa, mendalami makna dan memperbaiki proses tukar menukar informasi terkait materi pembelajaran antara guru dan siswa.

Pada penelitian ini model pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Experiential Learning mengkondisikan siswa untuk belajar melalui pengalaman yaitu mengalami langsung materi pembelajaran yang diterima pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.Model pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Experiential Learning dalam proses pelaksanaannya menerapkan sintak- sintak yang teratur dan jelas sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien. Model pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Experiential Learning terdiri atas enam sintak yaitu tahap tumbuhkan, tahap alami kegiatan, tahap namai dan debriefing, tahap demonstrasi, tahap ulangi dan merangkum serta tahap rayakan dan evaluasi.

Sintak yang pertama yaitu tahap tumbuhkan. Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pembelajaran sebelumnya, menumbuhkan minat dan motivasi kepada siswa, memberikan pertanyaan- pertanyaan yang merangsang siswa untuk mengeksplorasi konsep yang dikuasai oleh siswa, menyebutkan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini siswa menjawab pertanyaan guru secara seksama dan memotivasi diri untuk siap melaksanakan kegiatan pembelajaran secara mandiri.

Sintak yang kedua yaitu tahap alami kegiatan.Siswa membentuk kelompok- kelompok diskusi secara heterogen, siswa mengerjakan tugas yang sudah diberikan guru secara berkelompok.Pada tahap ini guru memberikan kesempatan siswa untuk membentuk kelompok diskusi secara

mandiri dan memberikan kegiatan mengerjakan tugas secara berkelompok.

Sintak yang ketiga yaitu tahap namai dan debriefing. Guru menugaskan siswa secara berkelompok untuk menjawab soal kelompok dan menyusun jawaban dari permasalahan yang diberikan, memberikan tanya jawab secara berkelompok untuk memahami hubungan kata kunci konsep dengan masalah dengan berbantuan media gambar, menugaskan siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok pada batas waktu yang ditentukan. Pada tahap ini, siswa mampu untuk mengetahui konsep- konsep jawaban dari materi permasalahan yang diberikan guru diawal berbantuan media gambar dan mengumpulkan tugas kelompok secara tepat waktu.

Sintak yang keempat yaitu tahap demonstrasi.Siswa mempersiapkan diri untuk berdiskusi antar kelompok belajar, guru menugaskan perwakilan dari setiap kelompok untuk mendemonstrasikan hasil diskusi kelompok sesuai dengan kategori konsep yang sudah diberikan.

Sintak yang kelima yaitu tahap ulangi dan merangkum. Guru memberikan kesempatan bagi anggota kelompok lain menanggapi hasil diskusi dari kelompok presentasi, memfasilitasi dan memberikan kesempatan siswa secara berkelompok untuk merangkum dan menyimpulkan kembali dari awal hingga akhir materi pembelajaran dari hasil diskusi secara benar. Pada tahap ini, siswa dari anggota kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan mengulang setiap hasil diskusi dari kelompok presentasi serta merangkum dan menyimpulkan kembali dari awal hingga akhir materi pembelajaran.

Sintak yang keenam yaitu tahap rayakan dan evaluasi. Siswa kembali ditugaskan untuk mengecek hasil diskusi antar kelompok belajar dan menerima umpan balik dari guru, guru memberikan pujian dan motivasi bagi kelompok belajar yang menjawab soal dengan benar, guru memberikan penguatan bagi kelompok belajar yang menjawab soal dengan salah, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap dasar teori secara keseluruhan dengan memberikan tes individu.

(9)

Hasil belajar post test IPS siswa secara keseluruhan menunjukkan nilai thitung

sebesar 2,40 dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 78 diperoleh ttabel = 2,000 yang

berarti (thitung = 2,40 > ttabel = 2,000) sehingga

dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Experiential Learning dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II SDN 13 Pemecutan. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh nilai rata- rata siswa kelompok eksperimen adalah 64,73 sedangkan nilai rata- rata siswa kelompok kontrol adalah 57,95 yang berarti ada pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Experiential Learningterhadap hasil belajar IPS siswa SDN 13 Pemecutan.

Keunggulan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Experiential Learning adalah memudahkan aspek proses belajar mengajar dan mengoptimalkan aspek produk hasil pembelajaran tersebut. Siswa secara berkelompok aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri dan mandiri dengan mengalami langsung proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa akan berlangsung lama dan langgeng dalam ingatan siswa.

Sementara disisi lain, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan berdasar kebiasaan, pembelajaran ini merupakan pembelajaran tradisional serta mempersiapkan siswa untuk belajar secara individu sehingga siswa kurang mampu untuk menumbuhkan karakteristik kerjasama, tidak mampu bersosialisasi dengan teman serta tidak mampu belajar menghargai pendapat temannya yang lain.

Oleh karena itu, hasil belajar IPS siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran model Quantum Teaching berbasis Experiential Learning.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka simpulan penelitian ini sebagai berikut. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran quantum teaching berbasis experiential learning dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN 13 Pemecutan Tahun Pelajaran 2013/2014 yang ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai thitung = 2,40 dengan taraf signifikansi 5%

dan dk= 78 diperoleh ttabel = 2,000 (thitung =

2,40 > ttabel = 2,000). Disamping itu juga

terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran quantum teaching berbasis experiential learning terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 13 Pemecutan Tahun 2013/ 2014 yang tertera pada nilai rata- rata hasil belajar IPS yang diperoleh oleh kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran quantum teaching berbasis experiential learning adalah 64,73 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata- rata hasil belajar IPS yang diperoleh kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional adalah 57,95.

Kepada guru agar mampu untuk menerapkan inovasi pembelajaran yaitu model pembelajaran quantum teaching berbasis experiential learning sehingga siswa mampu secara berkelompok aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri dan mandiri dengan mengalami langsung proses pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang ingin dicapai.

Kepada siswa hendaknya belajar melalui pengalaman yaitu mengalami langsung materi pembelajaran yang diterima pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga materi pembelajaran yang dibelajarkan akan berlangsung langgeng dalam ingatan.

Kepada sekolah diharapkan selalu memperkaya dan mencoba menerapkan berbagai model pembelajaran yang inovatif dan kreatif di kelas- kelas tidak hanya pada pembelajaran IPS tetapi juga pada bidang studi lainnya.

(10)

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono.

2008.

Metode

Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Winarsunu. 2010. Statistik dalam Penelitian

Psikologi dan Pendidikan. Malang:

Gambar

Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Kesetaraan pada Taraf Signifikansi 5% dan dk = 78.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 1 terlihat bahwa perlakuan interaksi 75 mg rootone-F per batang stek yang ditanam pada topsoil (A3B3) memberikan pengaruh terbaik untuk pertumbuhan stek pucuk

Sesuai dengan kapasitas debit sumber yang ada sebesar 24 ltr/detik, kapasitas volume tandon efektif, kondisi topografi wilayah daerah studi serta penyebaran lokasi

Tentunya, jika semua aspek dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasl program dilakukan deengan mengacu pada kondisl lapangan dan kebutuhan masyarcikat maka dapat

Puji syukur ke hadhirat Allah Swt., karena dengan limpahan rahmat dan bimbingan-Nya Laporan Monitoring dan Evaluasi terhadap Mutu Akademik dan Kinerja Dosen Semester

Karena Kecerdasan Buatan ini, merupakan jalan Alternatif untuk melayani Masyarakat jika seorang Pakar berhalangan hadir, atau jika Masyarakat memerlukan Informasi

Six angiographic stages have been discribed 1,12,13 : stage 1 shows narrowing of the carotid forks, stage 2 means moyamoya vessels at the base, stage 3 is characterized by

Tujuan dari hukum acara pidana itu sendiri adalah untuk mencari dan mendapatkan, atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil. Definisi dari kebenaran materiil

Ini kerana guru mendapatkan pendedahan tentang kemahiran generik semasa di Institut Pengajian Tinggi yang berlainan seperti Institut Pendidikan Guru, Institut