• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL DESAIN RUMAH SUSUN DENGAN PENDEKATAN PROTOTIPE DAN PREFABRIKASI UNTUK MEMPERCEPAT PENGADAAN RUMAH. Djumiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL DESAIN RUMAH SUSUN DENGAN PENDEKATAN PROTOTIPE DAN PREFABRIKASI UNTUK MEMPERCEPAT PENGADAAN RUMAH. Djumiko"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL DESAIN RUMAH SUSUN

DENGAN PENDEKATAN PROTOTIPE DAN PREFABRIKASI UNTUK MEMPERCEPAT PENGADAAN RUMAH

Djumiko

Abstrak

Gagasan penyelenggaraan hunian vertikal (Rumah Susun) diharapkan menjadi salah satu alternatif penyediaan rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah penduduk dengan mengedepankan efisiensi lahan/ tanah di perkotaan.

Tujuan penelitian ini untuk membuat model rumah susun dengan pendekatan prototipe dan prefabrikasi untuk mempercepat pengadaan rumah.

Dengan melakukan pengumpulan data, kajian pustaka, membuat model rumah susun, dan analisis, dihasilkan: a) Pada tahap desain dengan menggunakan prototipe, gambar-gambar asli/ dasar dapat dipergunakan lagi/ berulang, b) Pada tahap pelaksanaan pembangunan rumah susun, elemen/ komponen bangunan rumah susun dapat dibuat di pabrik/ tempat lain, c) Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan rumah susun lebih cepat, jika dibandingkan dengan cara konvensional, d) Kualitas bangunan rumah susun dapat lebih terjaga.

Kata kunci : model, rumah susun, prototipe, prefabrikasi.

1. PENDAHULUAN

Pertumbuhan pembangunan sektor perumahan dan permukiman di Tanah Air terbilang sangat pesat, sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan perumahan dan permukiman. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembangunan perumahan menim-bulkan terjadinya permukiman kumuh perkotaan.

Gagasan penyelenggaraan hunian vertikal (Rumah Susun) diharapkan menjadi salah satu alternatif penyediaan rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah penduduk dengan mengedepankan efisiensi lahan/ tanah di perkotaan.

Pada saat ini laju kekurangan rumah terus berlanjut, penyediaan rumah untuk masyarakat telah mengalami masa krisis, saat ini diprediksi masih mengalami kekurangan sebesar

(2)

15.000.000. unit (Kompas 5 September 2013). Setiap tahun kebutuhan rumah bertambah antara 600.000 – 900.000 unit, sedangkan pasokan pengembang hanya 200.000 – 300.000 unit per tahun, sehingga kekurangan rumah menembus 15 juta unit (Kompas 9 September 2013).

Sampai saat ini pembangunan Rumah Susun masih berlanjut, untuk mempercepat pengadaan rumah, khususnya untuk Rumah Susun perlu dilakukan cara-cara yang tepat, salah satunya dengan melakukan desain dengan pendekatan prototipe dan prefabrikasi. Dengan cara ini diharapkan akan memperoleh pelaksanaan pembangunan yang cepat dan efisiensi, baik dari segi waktu maupun biaya.

2. KONSEP PERANCANGAN

RUMAH SUSUN 2.1. Arsitektur a). Program ruang

Rumah Susun dibuat dengan ketinggian 5 (lima) lantai, hal ini dipertimbangkan dari transportasi

vertikal menggu-nakan tangga. Penggunaan setiap lantai sebagai berikut:

- Lantai 1 digunakan untuk : Hall, ruang serba guna, musholla, komersial, parkir motor, ruang penjaga, ruang pengelola, ruang tidur difabel, ruang toilet, ruang genset, ruang pompa, ground water tank (GWT), gudang, tangga, dan taman. - Lantai 2 – 5 merupakan

lantai tipikal, digunakan untuk :

Ruang - ruang unit

keluarga, sirkulasi ( tangga dan selasar), setiap lantai terdiri dari 24 unit ruang keluarga.

Secara keseluruhan

ruang-ruang yang dibutuhkan untuk

bangunan Rumah Susun dapat dilihat pada tabel program ruang berikut ini: Tabel 1.

Program Ruang Rumah Susun

I. Lantai Dasar / Lantai I Luas

(m2)

(3)

2. Rg. Pengelola 20 m2

3. Fasilitas Ekonomi/ Komersial 120 m2

4. Fasilitas Sosial / Rg. Bersama 60 m2

5. Musholla 40 m2

6. Km/Wc, Tempat Wudhu 20 m2

7. Rg. Penjaga 30 m2

8. Rg. Genset, dan Rg. Panel 40 m2

9. Rg. Pompa 20 m2

10. Tanki Air Bawah 40 m2

11. Parkir Motor 114 m2

12. Gudang

20 m2

13. Sirkulasi / Tangga ( ±30 %) 250 m2

Jumlah Luas Lantai Dasar 814 m2

Luas

II. Lantai Tipikal/ Lantai 2-5 (m2)

1. Sarusun 24 Unit @ 21 M2 504 m2

2. Fasilitas Sosial / Rg. Bersama

60 m2

3. Sirkulasi / Tangga (±30 %) 250 m2

Jumlah Luas Lantai Tipikal 814 m2

I. Luas Lantai Dasar 814 m2

II. Luas Lantai Tipikal (Lantai 2-5) 3256 m2

Total Luas I + II 4070 m2

b). Zoning

Bangunan Rumah Susun terdiri dari 5 Lantai, dengan penggunaan zoning vertikal sebagai berikut :

1). Denah Lantai 1

Digunakan untuk ruang – ruang sebagai berikut :

Hall, ruang serba guna, mushola, komersial, parkir motor, ruang penjaga, ruang pengelola, ruang difabel,ruang toilet, ruang genset, ruang pompa, Ground Water Tank (GWT), ruang gudang, tangga, dan taman. 2). Denah Lantai Tipikal 2 – 5

(4)

Merupakan denah tipikal, digunakan untuk ruang – ruang unit keluarga. Setiap lantai terdiri dari 24 unit ruang keluarga dan 2 unit ruang bersama.

c). Tata Ruang

Tata ruang disusun berdasarkan bentuk selular (ruang disusun berjajar dengan disekat dinding) dengan menggunakan sirkulasi Single Loaded Coridor. Dalam 1 lantai terdiri dari 2 baris unit ruang keluarga yang dipisahkan dengan Inner Court (taman dalam). Untuk Toilet dibagi menjadi 2 kelompok yang diletakkan masing-masing pada ujung bangunan. Tangga Utama terletak di tengah bangunan, tangga darurat ada 2 buah diletakkan di ujung bangunan.

d). Masa Bangunan

Tapak untuk Rumah Susun minimal mempunyai luas antara 4000- 5000 m2. Masa bangunan terdiri dari masa tunggal yang berbentuk segi empat panjang, dengan luas Masa sebesar 59,7 m X 16,8 m.

e). Orientasi Bangunan

Bangunan pada sisi panjang diletakkan pada sumbu Timur–Barat (jika dimungkinkan), dengan demikinan bangunan menghadap ke arah Utara dan Selatan. Sisi depan bangunan digunakan untuk tempat parkir dan Taman, sedangkan pada belakang bangunan digunakan untuk taman. Pintu kamar berorientasi ke dalam menghadap Inner Court (taman di dalam bangunan).

f). Penampilan Bangunan Bangunan mempertimbangkan bentuk dan ciri arsitektur setempat, menggunakan atap berberbentuk limas yang pada bagian ujungnya diberikan penonjolan untuk ventilasi atap, bagian main entrance dibuat menonjol dilengkapi dengan atap yang serasi bentuknya dengan atap utama. Tampak depan dan belakang hanya terlihat jendela-jendela ruang tidur dan balkon yang digunakan untuk jemuran. Tampak dibuat sederhana, dan mempertimbangkan untuk perawatan yang mudah.

2.2. Struktur

Struktur bangunan Rumah Susun terdiri dari lima lantai,

(5)

didesain dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Struktur bawah meng-gunakan pondasi tiang pancang.

b) Struktur atas menggunakan struktur rangka (skeleton), terdiri dari susunan kolom dan balok.

c) Perencanaan struktur diper-timbangkan terhadap resiko gempa.

d) Desain modular diamb il kelipatan 30 cm, d engan bentang optimal 3.9 m, 4.2 m, 4.5 m , d an 4 .8 m, stru ktu r d isu su n b erd asar kan m odu l b ahan b an gu nan yang ter d ap at d i p asar. e) Dim ens i ko lo m d ib u a t sa m a, d em ik ia n ju ga b alo k, na mu n t u lan g a n n ya b e rb ed a u nt u k s et iap z o n e ge m p a .

f) Penyesu aian di lokasi untuk stru ktur adalah d i bagian po ndasi, d i-sesuaikan dengan data tanah setempat .

2.3. Mekanikal dan Elektrikal Bangunan Rumah Susun agar dapat berfungsi dengan baik, perlu dilengkapi dengan mekanikal dan elektrikal sebagai berikut:

a) Instalasi jaringan listrik b) Instalasi Saluran air

bersih

c) Instalasi Air Kotor d) Instalasi Penangkal Petir e) Instalasi Pemadam

Kebakaran f) Instalasi Telepon g) Instalasi jaringan TV h) Instalasi Khusus (Genset

dan Pompa Listrik) i) Pembuangan sampah

3. DESAIN PROTOTIPE Desain dengan cara prototipe dilakukan dengan pertimbangan jumlah bangunan Rumah Susun yang akan dibangun cukup banyak. Langkah pertama membuat gambar- gambar bentuk asli/ dasar desain Rumah Susun, gambar yang dibuat meliputi:

a) Gambar arsitektur meliputi: masa bangunan, denah lantai dasar, denah lantai 1, denah lantai

(6)

tipikal 2-5, tampak, potongan, detail.

b) Gambar struktur meliputi: struktur bawah/ pondasi, struktur atas, detail. c) Gambar mekanikal dan

elektrikal meliputi: jaringan listrik, saluran air bersih, saluran air kotor, penangkal petir, pemadam kebakaran, telepon, jaringan TV, inslasi khusus, dan pembuangan sampah.

d) Penjelasan tentang Rencana Kerja dan Syarat- Syarat Teknis.

Seluruh gambar desain di atas merupakan dokumen bentuk asli/ dasar, selanjutnya untuk desain Rumah Susun lain dapat menggunakan desain prototipe, yaitu menggunakan dukumen tersebut dengan cara menggunakan kembali/ berulang. Untuk membedakan desain bentuk asli/ dasar dengan prototipe, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.

Perbedaan antara Gambar Dokumen Asli dan Gambar Prototipe

DESAIN/ GAMBAR RUMAH SUSUN

KRITERIA GAMBAR DOKUMEN

ASLI

GAMBAR PROTOTIPE 1. ARSITEKTUR

Masa bangunan Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Denah Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Tampak Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Potongan Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Detail Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

2. STRUKTUR

Struktur bawah/ pondasi Bentuk asli/ dasar Baru ( disesuikan dengan kondisi tanah). Struktur atas Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk

asli/ dasar

Detail Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

3. MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

(7)

Jaringan listrik Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Saluran air bersih Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Saluran air kotor Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Penangkal petir Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Pemadam kebakaran Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Telepon Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Jaringan TV Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Inslasai khusus Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

Pembuangan sampah Bentuk asli/ dasar Menggunakan bentuk asli/ dasar

4. SISTEM PREFABRIKASI Dalam pelaksanaan pem-bangunan Rumah Susun dilakukan dengan sistem prefabrikasi, yaitu sistem pembangunan yang elemen/ komponen bangunannya difabrikasi/ dibuat terlebih dahulu baik di lapangan maupun di pabrik, lalu disusun di lokasi pembagunan Runah Susun untuk membentuk satu kesatuan bangunan gedung.

Pada pelaksanaan pemba-ngunan Rumah Susun, dapat dilakukan dengan cara prefabrikasi penuh (prefabricated full) atau prefabrikasi sebagian (prefabricated part), serta kombinasi antara konvensional dan prefabrikasi.

Cara konvensional dilakukan dengan cara elemen/ komponen bangunan langsung dibuat di lokasi/ tempat proyek. Sedangkan pre-fabrikasi, elemen/ komponen bangunan dapat dibuat di tempat lain/ pabrik.

Pada sistem prefabrikasi, elemen/ komponen Rumah Susun dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu: pracetak (precast) untuk elemen/ komponen bangunan yang dibuat dari bahan beton, dan perakitan (assembling) untuk elemen / kom-ponen bangunan yang dibuat dari bahan kayu, baja, dan aluminium.

Dengan sistem prefabrikasi, untuk mengerjakan elemen / kom-ponen bangunan dapat langsung dibuat di pabrik/ tempat lain, tidak

(8)

tergantung kondisi pelaksanaan pembangunan Rumah Susun di lapangan. Dengan demikian waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan Rumah Susun dengan sistem prefabrikasi menjadi lebih cepat, jika dibandingkan dengan cara konvensional.

Berikut akan dijelaskan sistem pracetak dan perakitan.

4.1. Beton Pracetak Precast Concrete )

Beton pracetak (pre-cast concrete ) adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.

Beton pracetak menunjukkan bahwa komponen struktur beton tersebut tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pracetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur

lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi.

Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah besar.

4.1.1. Pembuatan beton pracetak Proses produksi/ fabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu :

a). Tahap Design

Persyaratan utama beton pracetak adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan. Selain itu juga perlu dipertimbangkan

kelengkapan dari syarat-syarat teknis, gambar produk, mutu dari bahan baku, mutu kekuatan beton, bentuk dan ukuran.

(9)

b). Tahap produksi

Pada tahap produksi, kegiatan yang harus dilakukan meliputi sebagai berikut: a). Persiapan, b). Pembuatan rangka tulangan, c). Pembuatan cetakan, d). Pembuatan campuran beton,

e). Pengecoran beton, f). Perawatan ( curing), g). Penyempurnaan akhir, h). Penyimpanan.

c). Tahap Pasca Produksi Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan

( storage ), penumpukan

( stacking ), pengiriman

(transport dan tahap pemasangan di lapangan

( site erection ).

4.1.2. Transportasi dan alat angkat

Transportasi adalah pengang-katan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transport. Perlu diperhatikan dalam sistem transportasi adalah : spesifikasi alat transport, route

transport, dan perizinan. Yang perlu diperhatikan dalam sistem transportasi adalah :

a) Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maksimum, dimensi elemen.

b) Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah jembatan, perizinan dari instansi yang berwenang. Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi penyam-bungan ( perakitan ). Peralatan angkat untuk memasang beton pracetak dapat dikategorikan sebagai berikut : a). Keran mobile, b). Keran teleskopis, c). keran menara, d). Keran portal. Dalam pemilihan alat angkat perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Macam komponennya : linier atau plat.

b) Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ke-tinggian bangunan yang akan dibangun.

c) Berat komponen : berdasarkan beban maksimum.

(10)

d) Kondisi lokal : pen-capaian lokasi dan topografi.

4.1.3. Prinsip struktur konstruksi beton pracetak

Pada penggunaan beton pracetak perlu memperhatikan prinsip-prinsip struktur konstruksi sebagai berikut:

a) Struktur terdiri dari sejumlah tipe-tipe kom-ponen yang mempunyai fungsi seperti balok, kolom, dinding, plat lantai, dan lain-lain. b) Tiap tipe komponen

sebaiknya mempunyai sedikit perbedaan.

c) Sistem sambungan harus sederhana dan sama satu dengan yang lain, sehingga komponen-komponen tersebut dapat dibentuk oleh metode yang sama dan meng-gunakan alat bantu yang sejenis.

d) Komponen harus mampu digunakan untuk me-ngerjakan fungsinya. e) Komponen-komponen

harus cocok untuk

berbagai keadaan dan tersedia dalam berbagai macam-macam ukuran produksi.

f) Komponen – komponen harus mempunyai ukuran dan berat yang sama, sehingga bisa secara hemat disusun dengan menggunakan peralatan yang sama.

4.1.4. Pelaksanaan konstruksi Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi beton pracetak/ precast concrete diantaranya adalah :

a) Dirakit per elemen Merupakan perakitan beton pracetak dengan mengga-bungan antara bagian yang satu terhadap bagian yang lain atau pasangannya. b) Lift – Slab system

Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis. Prinsip kon-struksinya sebagai berikut :  Lantai menggunakan

plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah/ tempat lain/ pabrik.

(11)

 Kolom merupakan penyalur beban vertikal dapat sebagai elemen pracetak atau cor di tempat.

 Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.

c) Box System

Konstruksi menggunakan elemen/ komponen bangunan berupa modul-modul berupa kubus beton.

4.2. Perakitan

4.2.1. Pengertian & prinsip perakitan

Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa bagian komponen menjadi suatu produk yang mempunyai fungsi tertentu. Pekerjaan perakitan dimulai bila obyek sudah siap untuk dipasang dan berakhir bila obyek tersebut telah bergabung secara sempurna. Perakitan juga dapat diartikan penggabungan antara bagian yang satu terhadap bagian yang lain atau pasangannya.

Pada prinsipnya perakitan dalam proses fabrikasi terdiri dari pasangan semua bagian-bagian komponen menjadi suatu produk, proses pengencangan, proses inspeksi dan pengujian fungsional, pemberian nama atau label, pemisahan hasil perakitan yang baik dan hasil perakitan yang buruk, serta pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian akhir.

4.2.2. Metode perakitan

Dalam produksi massal, proses perakitan dapat dilakukan dengan cara otomatis, misalnya proses pengikatan, pengelingan, pengelasan, penyekrupan, dan lain-lain dalam urutan rangkaian proses produksi. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan hasil pada setiap produk dengan bentuk yang standar.

Dalam perakitan terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Metode-metode tersebut adalah :

a. Metode perakitan yang dapat ditukar tukar

Pada metode ini, bagian-bagian yang akan dirakit dapat ditukarkan satu sama lain

(12)

( interchangeable ), karena bagian tersebut dibuat oleh pabrik secara massal dan sudah distandarkan. Keuntungan bila kita menggunakan bagian atau komponen yang telah distandarkan adalah waktu perakitan komponen lebih cepat dan dalam penggantian komponen yang rusak dapat diganti dengan komponen yang sejenis yang ada di pasaran.

b. Perakitan dengan pemilihan Pada metode perakitan dengan metode pemilihan, komponen-komponennya juga dihasilkan dengan produksi massal yang pengukuran-pengukurannya

tersendiri menurut batasan-batasan ukuran.

c. Perakitan secara individual Perakitan secara individual dalam pengerjaannya tidak dapat kita pisahkan antara pasangan satu dengan pasangannya. karena dalam pengerjaannya harus berurutan tergantung bagian yang sebelumnya. Salah satu komponen yang berpasangan tersebut kita selesaikan terlebih dahulu, kemudian pasangan lainnya menyusul dengan ukuran

patokan yang diambil dari komponen yang pertama.

4.2.3. Macam dan jenis perakitan. Ada beberapa macam jenis perakitan yang sering digunakan di dunia industri, hal ini tergantung pada pekerjaan yang akan dilakukan. Biasanya faktor bentuk dan jumlah produk yang akan dihasilkan sangat menentukan. Pada umumnya ada dua macam jenis perakitan yaitu :

a. Perakitan Manual

Yaitu perakitan yang sebagian besar proses dikerjakan secara konvensional atau menggunakan tenaga manusia dengan peralatan yang sederhana tanpa alat-alat bantu yang spesifik atau khusus.

b. Perakitan otomatis

Yaitu perakitan yang dikerjakan dengan sistem otomatis seperti otomasi, elektronik, mekanik, gabungan mekanik dan elektronik (mekatronik), dan membutuhkan alat bantu yang lebih khusus.

4.2.4. Jenis Produk

Hasil perakitan dapat dibedakan menurut jenis produk yang akan dihasilkan, yaitu:

(13)

a). Produk tunggal, jenis perakitan tunggal yaitu perakitan dengan produk hanya satu jenis saja. b). Produk seri, jenis

perakitan produk seri adalah bila perakitan dilakukan dalam jumlah massal dalam bentuk dan ukuran yang sama. 4.3. Elemen/ Komponen

Bangunan Rumah Susun yang Difabrikasi

Dengan sistem prefabrikasi, waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan Rumah Susun menjadi lebih cepat, karena

seluruh elemen bangunan dapat dibuat lebih dahulu di tempat lain/ pabrik, kemudian dibawa ke lokasi proyek untuk di pasang. Untuk pembangunan Rumah Susun dengan jumlah yang banyak, maka elemen/ komponen bangunan dibuat secara massal.

Elemen/ komponen bangu-nan yang dapat dibuat dengan sistem prefabrikasi, dapat dilihat seperti tabel sebagai berikut:

Tabel 3.

Elemen/ Komponen Bangunan Rumah Susun Yang Dibuat Dengan Sistem Fabrikasi

BANGUNAN RUMAH SUSUN

ELEMEN BANGUNAN PEMBUATAN

KONVENSIONAL PREFABRIKASI Pondasi tiang pancang

(beton)

Pra cetak Pile cap (beton) Konvensional

Beton sloof (beton) Konvensional

Kolom struktur (beton) Pra cetak

Balok struktur (beton) Pra cetak

Balok ring (beton) Pra cetak

Pelat lantai (beton) Pra cetak

Dinding (beton) Pra cetak

Dinding ( batu bata/ bataco) Pra cetak

Tangga beton Pra cetak

Atap (baja ringan) Perakitan

Kosen pintu (aluminum/kayu)

(14)

Kosen jendela (aluminium/ kayu) Perakitan Daun pintu (aluminium/ kayu) Perakitan Daun jendela (aluminium/ kayu) Perakitan Plafond

(besi/ aluminium/ kayu)

Perakitan

5. GAMBAR MODEL PROTOTIPE RUMAH SUSUN

Model desain bangunan Rumah Susun seperti telah dibahas pada bab sebelumnya, mempunyai

ketinggian 5 (lima) lantai, dapat dilihat pada gambar- gambar berikut ini.

5.1. Masa Bangunan

Gambar 5.1. Masa Bangunan

(15)

Gambar 5.2. Denah Lantai 1

Gambar 5.3.

Denah Lantai Tipikal 2 - 5 5.3. Tampak

Gambar 5.4. Tampak Depan

(16)

Gambar 5.5. Tampak Belakang Gambar 5.6. Tampak Samping 5.4. Potongan Gambar 5.7. Potongan Memanjang

(17)

Gambar 5.8. Potongan Melintang 6. KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dilakukan, dapat disimpulakan model desain Rumah Susun dengan pendekatan prototipe dan pre-fabrikasi untuk mempercepat pengadaan rumah sebagai berikut: a. Pada tahap desain dilakukan

dengan cara sebagai berikut: - Membuat gambar asli/ dasar

berupa gambar – gambar : arsitektur, struktur, meka-nikal dan elektrikal.

- Desain prototipe dilakukan dengan cara gambar-gambar asli/ dasar dapat digunakan lagi/berulang untuk bangunan Rumah Susun di lokasi/ tempat lain.

b. Pelaksanaan konstruksi dilaku-kan dengan cara prefabrikasi,

elemen/ komponen bangunan Rumah Susun dapat dibuat secara massal di tempat lain/ pabrik, seperti: pondasi tiang pancang, kolom, balok, lantai, dinding, tangga, atap, kosen, pintu, jendela, dan plafond. Sedangkan pile cap dan beton sloof dibuat langsung pada lokasi proyek. c. Khusus pondasi, pada lokasi

yang berbeda perlu dilakukan penyelidikan tanah, dan kemudian dilakukan perhitungan kebutuhan tiang pancang.

d. Waktu yang dibutuhkan untuk membangun bangunan Rumah Rusun dengan cara prototipe dan prefabrikasi menjadi lebih singkat/ cepat, jika dibandingkan dengan cara konvensional.

(18)

e. Kualitas/ mutu bangunan Rumah Susun dapat terjaga dengan baik.

7. DAFTAR PUSTAKA

Burl E. Dishongh, Pokok-Pokok Teknologi Struktur untuk Konstruksi dan Arsitektur, Penerbit Erlangga, 2004. Drs. Yan Dianto, Ir. Calysvie Yapri,

Sofyan M. Nasir, Dasar-Dasar Arsitektur 1-5, Penerbit M2S, Bandung, 1985.

Jack C. Mc Cormac, Desain Beton Bertulang, Jilid 1, edisi kelima, Penerbit Erlangga, 2004.

James C. Snyder, Anthony J. Catanese, Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga, 1985.

M. Levitt, Precast Concrete: Materials, Manufacture, Properties and Usage, Applied Science Publishers, 2004.

Rob Krier, Komposisi Arsitektur, Penerbit Erlangga, 2001. William T. Goodban, Jack J.

Hayslett, AIA, Gambar dan Perencanaan Arsitektur, Penerbit Erlangga, 1995. Undang-Undang RI Nomor 20

Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/M/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

Keputusan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor

441/KPTS/1998 tentang

Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2007 tentang

Pedoman Teknis

Pembangunan Rumah Susun Umum Bertingkat Tinggi.

Harian Kompas tanggal 5 dan 9 september 2013. http://realistmuhammad.wordpress.com/ 2013/06/05/tek-bahan-beton-pracetak-2/ http://suhdi.wordpress.com/2009/01/31/t eori-dasar-perakitan/ Biodata Penulis :

Djumiko, alumni S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ( 1982), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Perancangan Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1993), dan pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta ( 1986- sekarang).

Gambar

GAMBAR  PROTOTIPE  1.  ARSITEKTUR
Gambar 5.5.  Tampak Belakang  Gambar 5.6.  Tampak Samping  5.4.   Potongan  Gambar 5.7

Referensi

Dokumen terkait

Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan Pe- rempuan Klas IIA Tangerang hanya memfasili-tasi untuk para narapidananya melalui penye-diaan seperti halnya informasi tentang agama,

TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat

Kegiatan pengabdian masyarakat berupa penyuluhan tentang pentingnya Antenatal Care (ANC) di fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan pemeriksaan

Audit K3 bertujuan untuk menentukan apakah system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan perencanaan dan memenuhi persyaratan dari standar yang telah di terapkan oleh

Harga rapat arus kritis Jc bahan turun tajam dengan penambahan fasa Ti di dalam bahan YBCO, ini menunjukkan bahwa dengan penambahan unsur fasa Ti, menyebabkan

Sedangkan bila dilihat dari karakter komponen hasil seperti jumlah anakan, panjang malai, jumlah malai, umur berbunga, umur panen, berat gabah berisi per rumpun,

Penelitian ini merupakan teknik analisis kuat tekan beton yang dilakukan dengan mengamati spektrum suara mutu beton bertujuan untuk mendapatkan isyarat kekerasan beton dari

Hasilnya menunjukan bahwa rata-rata kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat DDF yang diukur dari rasio PAD terhadap TPD di bawah 10% yang menunjukan kinerja