• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audit k3 - FIX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Audit k3 - FIX"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT K3

Tugas

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Inspeksi dan Audit K3

Oleh: Arifah Fitriyani

Defri Afrianto Denisa Listy K.D. Novandany Dwiantoro Putra

Selisca Luthfiana Fadhillah 6B

K3

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan kualitas pekerjaan yang ada dan memperluas lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang terus bertambah serta perusahaan selalu menginginkan tidak terjadinya kecelakaan kerja. Kemajuan teknologi telah mampu meningkatkan produktivitas tanah, modal dan tenaga kerja. Inovasi dan penemuan baru di bidang ilmu dan teknologi telah berhasil mendorong industrialisasi dan memberikan kemudahan bagi tenaga kerja dalam melalukan pekerjaannya, dan telah berhasil pula membuka lapangan kerja baru. Pengembangan ilmu penerapan teknologi baru telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat diseluruh negara-negara di dunia.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Semakin kompleknya peralatan kerja yang digunakan, maka semakin besar pula potensi bahaya kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik mungkin. Penggunaan peralatan kerja sering tidak diikuti dengan penyediaan tenaga kerja yang berkualitas untuk mengoperasikannya dapat berakibat peralatan tersebut tidak termanfaatkan secara optimal dan benar. Akibat yang lebih fatal adalah timbulnya kecelakaan kerja baik operator peralatan itu sendiri maupun masyarakat di sekitar perusahaan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya pemeliharaan tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja ini ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, maka tenaga kerja banyak yang menderita, angka absensi di perusahaan meningkat, hasil produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin membesar. Ini semua akan menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja maupun perusahaan yang bersangkutan, karena mungkin tenaga kerja terpaksa berhenti bekerja sebab sakit sementara atau cacat tetap yang diakibatkan oleh proses kerja yang tidak aman atau peralatan kerja yang salah dalam pengoperasiannya.

Karena pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja, maka untuk mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja juga melindungi

(3)

tenaga kerja, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”.

Berdasarkan undang-undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2, maka perusahaan harus mempersiapkan sarana dan prasarana sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan program-program yang dapat mengurangi angka kecelakaan kerja di perusahaan. Salah satu program-programnya adalah program keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja. Program ini dibuat berdasarkan kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Persiapan untuk mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh faktor bahaya dan risiko kecelakaan kerja terdiri dari identifikasi bahaya, penilaian potensi bahaya, organisasi dan sarana pengawasan operasional perencanaan tindakan darurat, penyebarluasan informasi kepada seluruh tenaga kerja untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat di sekitar perusahaan mengenai tindakan yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah timbulnya bahaya pencemaran lingkungan dengan adanya pengolahan limbah cair dan limbah padat yang berasal dari perusahaan secara optimal, dengan adanya penyediaan dan persiapan sarana pengaman kerja yang memadai, maka tenaga kerja harus terlibat langsung dalam penggunaan teknologi tersebut yang digunakan agar dapat menjamin keselamatan dan kesehatannya.

Masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari kegiatan dalam industri secara keseluruhan, maka pola-pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan bidang keselamatan dan kesehatan kerja dan pengadaan pengendalian potensi bahaya harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Perbuatan tidak aman (unsafe act)maupun keadaan yang tidak aman (unsafe condition) berakar lebih dalam daripada kecelakaan yang terlihat atau teralami. Seandainya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja mengingatkan sedini mungkin mengenai faktor bahaya dan risiko kecelakaan kerja serta mewajibkan penggunaan alat pelindung yang sesuai dengan potensi bahaya yang ada di perusahaan maka para pekerja pun akan waspada pada saat berada di lokasi berbahaya dan beresiko kecelakaan kerja tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi berasal dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tidak dilakukan dan diterapkan dengan baik.

(4)

Dalam UU No. 13 tahun 2003 pasal 87 ayat 1 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa ”Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”. Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diatur dalam Permenaker RI. No. Per. 05/MEN/1996 pasal 3 ayat 1 dan 2 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang menyatakan bahwa ”Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)”.

SMK3 memiliki 5 elemen kunci, diantaranya adalah Policy, Planning, Implementation, Checking and Corrective Action, and Management Review. Disalah satu elemen kunci SMK3 yaitu Checking and Corrective Action terdapat audit K3 yang diantaranya bertujuan untuk menyediakan informasi hasil audit kepada pihak manajemen serta memberikan saran perbaikan dalam pelaksanaan atau penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

(5)

BAB II

ISI

A. Definisi Audit

Audit keselamatan dan kesehatan kerja (audit K3) adalah system pengujian terhadap kegiatan operasi yang dilakukan secara kritis dan sistimatis untuk menentukan kelemahan unsur sistem (manusia, sarana, lingkungan kerja dan perangkat lunak) sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan sebelum timbul kecelakaan atau kerugian.

Audit adalah pemeriksaaan secara sistematik dan independen, untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan peraturan yang direncanakan, dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan. (Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor : PER. 05/MEN/1996)

Audit K3 merupakan alat manajemen untuk menentukan kelemahan pada unsur sistem operasi/produksi sebelum timbul gangguan operasi atau kerugian sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan secara dini.

B. Tujuan Audit

Audit Internal / SMK3 dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk :

1. Menentukan apakah system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan perencanaan dan memenuhi persyaratan dari standar yang telah di terapkan oleh perusahaan.

2. Menyediakan informasi hasil audit kepada pihak manajemen.

3. Memberikan saran perbaikan dalam pelaksanaan atau penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Memastikan kinerja K3 perusahaan sesuai dengan standar yang ada di perusahaan. 5. Mengetahui efektifitas penerapan Hp&KK.

(6)

7. Dapat menentukan langkah tindak lanjut kebijakan dan operasional mengantisipasi bahaya potensial.

8. Memastikan penerapan sesuai dengan kebijakan dan tujuan operasional perusahaan. 9. Membuktikan bahwa penerapan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Sasaran Audit:

1. Menentukan pemenuhan terhadap system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dijabarkan dalam tujuan, sasaran, aspek, program K3, manual K3, prosedur, instruksi kerja dan untuk memeriksa efektifitas dari pelaksanaannya.

2. Menentukan apakah sistem efektif dalam pencapaian apa yang diharapkan dalam kebijakan.

C. Manfaat Audit

Berikut ini adalah 4 manfaat Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);

1. Mejemen mengetahui kelemahan unsur sistem operasi sebelum timbul gangguan operasi, insiden atau kecelakaan yang merugikan sehingga kerugian dapat ditekan dan keandalan serta efisiensi dapat ditingkatkan.

2. Diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang status mutu pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada saat ini sasaran apa yang ingin dicapai di masa mendatang dan tingkat pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.

3. Diperoleh peningkatan pengetahuan, kematangan dan kesadaran tentang K3 bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit keselamatan dan kesehatan kerja

4. Peningkatan citra perusahaan, karena dengan penerapan audit K3 dapat diharapkan terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja.

Sekarang sudah jelas bahwa Audit bukanlah mencari kesalahan yang dapat merugikan perusahaan tetapi dengan melakukan audit atau di audit maka perusahaan sudah terbantu untuk mengidentifikasi sistem apa yang timpang dan segera memperbaikinya sebelum terlambat.

(7)

D. Ruang Lingkup Audit Berikut ruang lingkup audit :

 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OHS Policy)  Perencanaan (Planning)

 Pelaksanaan (Implementation)  Pemeriksaan (Checking)

 Tinjauan Ulang Manajemen (Management Review).

E. Macam – macam Audit

1. Internal Audit : dilakukan oleh auditor dari dalam organisasi sendiri setelah mendapat tugas dari pimpinan

2. External Audit : dilakukan oleh auditor dari luar organisasi yang telah mendapat tugas dari badan auditing baik pemerintah maupun swasta .

F. Tahapan / Pelaksanaan Audit

Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah cara suatu organisasi untuk dapat meninjau dan mengevaluasi secara berkelanjutan mengenai efektifitas Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja yang mereka miliki. Agar Audit dapat dilaksanakan, organisasi harus memiliki Kebijakan dan Prosedur K3 serta kondisi dan pelaksanaan program K3 di tempat kerja.

Pelaksana Audit bisa dilakukan oleh pihak ketiga atau biasa dikenal Audit K3 Eksternal atau dilaksanakan sendiri oleh organisasi yang sering disebut Audit K3 Internal.

Prosesur Audit harus mencakup lingkup audit, frekuensi, metodologi dan kompetensi. Selain itu, dalam Audit K3 juga harus terdapat aktifitas peninjauan hasil pelaksanaan audit sebelumnya. Perusahaan perlu merencanakan kegiatan auditnya agar dapat berjalan lancar dan memenuhi sasaran dari kegiatan audit tersebut. Berikut langkah-langkahnya :

(8)

1. Persiapan

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelumnya yaitu :  Tujuan dan ruang lingkup audit

 Personil pelaksana audit

 Tugas dan tanggung jawab yang jelas  Jadwal kegiatan audit

 Dokumentasi kegiatan audit ( prosedur, form, dll ). 2. Pelaksanaan

 Pengumpulan informasi

 Peninjauan dokumen ( manual, SOP, dll )  Mempersiapkan alat tulis dan cheklist.  Pembuatan jadual audit.

 Breifing tim auditor.

 Mempersiapkan APD ( Alat Pelindung Diri ) jika diperlukan. 3. Perencanaan:

a. Pertemuan pembuka

 Perkenalan dari tim audit

 Menjelaskan tujuan dan ruang lingkup audit  Penjelasan jadual audit

 Menjelaskan proses audit

 Menyediakan daftar hadir pertemuan pembuka b. Kegiatan audit :

 Menggunakan daftar periksa ( cheklist )

 Melihat bukti obyektif dengan methode : ( Verifikasi, Observasi, Wawancara dan Mencatat secara mendetail bukti obyektif ).

(9)

 Bersikap kooperatif

 Sopan, terbuka dan jangan berprasangka buruk  Ciptakan suasana yang nyaman bagi auditee  Berikan waktu yang cukup bagi auditee  Perhatikan bahasa tubuh

 Gunakan bahasa yang jelas  Gunakan 5 W, 1 H dan Show me c. Pertemuan auditor :

 Melakukan evaluasi terhadap temuan hasil audit

 Mencatat temuan hasil audit ke dalam daftar periksa audit

 Mempersiapkan laporan temuan ketidaksesuaian untuk pertemuan penutup

d. Pertemuan penutup :  Ucapan terima kasih

 Tim audit menjelaskan seluruh hasil temuan audit kepada auditee

 Auditee melakukan verifikasi terhadap temuan tim audit dan persetujuan atas hasil temuan

4. Pembuatan Laporan :

Laporan audit yang dibuat merupakan dokumentasi dari keseluruhan audit dan hasil audit sehingga dapat menjadi bahan rapat Tinjauan Ulang Manajemen . Isi dari laporan audit Internal yaitu :

 Detail kegiatan audit ( lokasi, tanggal, Auditee, dll )  Kesimpulan umum

 Ruang lingkup audit

 Temuan audit dan rekomendasi perbaikan 5. Tindak Lanjut :

(10)

 Sebagai bahan masukan kepada pihak Manajemen

 Sebagai pertimbangan untuk frekwensi audit Internal berikutnya

Pelaksanaan perbaikan dan pemantauan hasil perbaikan oleh manajemen dibantu P2K3 setempat. Dengan melaksanakan audit keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan dapat meningkatkan prestasi di bidang keselamatan dan kesehatan kerja agar kecelakaan nihil dapat dicapai.

G. Tim Audit

 Terdiri dari berbagai disiplin atau fungsi dalam organisasi tersebut.  Tetapkan ketua, sekretaris, dan anggota .

 Tugas dan tanggung jawab :

1. Menentukan sasaran, cakupan, kekerapan, dan metoda audit, menyusun rencana kerja dan daftar pelaksanaan

2. Mengembangkan daftar periksa dan standar penilaian

3. Pemeriksaan tempat kerja, pelaksanaan prosedur dan wawancara untuk verifikasi. 4. Laporan audit dan saran perbaikannya.

H. Indikator audit

Audit K3 memiliki beberapa indikator penilaian, diantaranya adalah a. Poor

 Belum pernah dilakukan pengukuran /evaluasi hazard oleh sendiri atau kerjasama dengan instansi terkait.

 Belum ada upaya pengendalian secara teknis atau APD.

 Belum pernah dilakukan pemeriksaan Kes awal,berkala atau khusus yg terkait dgn Hazard.

(11)

 Belum ada tenaga dgn keahlian K3. b. Fair

 Telah dilakukan 1 x pengukuran/evaluasi hazard dan sesuai aturan yang berlaku.  Telah dilakukan pengendalian secara umum (peneyediaan APD 1x ).

 Telah dilakukan pemeriksaan Kes TK, tetapi tdk secara berkala dan khusus.  Telah dilakukan penyuluhan.

c. Good

 Evaluasi Hazard dilakukan berkala dan dianalisa.

 Pengendalian dilakukan dan APD disediakan sesuai Kuantitatif dan kualitatif.  APD digunakan TK sesuai aturan.

 Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan berkala dan khusus.  Penyuluhan semua potensi bahaya di tempat kerja. d. Excelent

 Evaluasi Hazard dilakukan berkala dan dianalisa dan di file dgn baik.  Terbentuk stuktur organisasai KK & hip.

 Pengendalian dgn penerapan teknologi dan direspons TK.  Pemerik Keseh berkala dan khusus dan di file dgn baik.  Ada peraturan perush yg dituangkan dalam KKB.

I. Unsur Audit SMK3 ( 12 elemen )

1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen 2. Strategi pendokumentasian

3. Peninjauan ulang desain dan kontrak 4. Pengendalian dokumen

(12)

5. Pembelian

6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 7. Standar pemantauan

8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan 9. Pengelolaan material dan pemindahannya 10. Pengumpulan dan penggunaan data 11. Pemeriksaan sistem manajemen

12. Pengembangan ketrampilan dan kemampuan J. Sertifikasi Audit SMK3

Sertifikasi SMK3 adalah bukti pengakuan tingkat pemenuhan penerapan peraturan perundangan SMK3. Proses sertifikasi SMK3 suatu perusahaan dilakukan oleh Badan Audit Independen melalui proses audit SMK3.

K. Mekanisme Sertifikasi

1. Inventarisasi daftar perusahaan oleh Depnaker

2. Depnaker mengkofirmasikan perusahaan yang diaudit ke Badan Audit 3. Penentuan jadwal audit oleh Badan Audit

4. Konfirmasi pelaksanaan audit ke Depnaker dan perusahaan 5. Pelaksanaan audit kesesuaian oleh Badan Audit

6. Evaluasi dan analisa hasil audit oleh Badan Audit

7. Konfirmasi hasil audit ke Depnaker dan perusahaan oleh Badan Audit 8. Pemberian sertifikat oleh Depnaker

(13)

BAB III PENUTUP

Mengacu pada Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”, serta Permenaker RI. No. Per. 05/MEN/1996 pasal 3 ayat 1 dan 2 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang menyatakan bahwa ”Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)” maka setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 dalam perusahaannya dan wajib menjalankan salah satu elemen kunci dalam SMK3 yaitu audit K3.

Audit K3 bertujuan untuk menentukan apakah system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan perencanaan dan memenuhi persyaratan dari standar yang telah di terapkan oleh perusahaan, menyediakan informasi hasil audit kepada pihak manajemen, memberikan saran perbaikan dalam pelaksanaan atau penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, memastikan kinerja K3 perusahaan sesuai dengan standar yang ada di perusahaan, mengetahui efektifitas penerapan Hp&KK, Mengetahui ketidaksesuaian sehingga dapat dicegah untuk tidak terulang, dapat menentukan langkah tindak lanjut kebijakan dan operasional mengantisipasi bahaya potensial, memastikan penerapan sesuai dengan kebijakan dan tujuan operasional perusahaan dan membuktikan bahwa penerapan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sehingga diharapkan zero accident pada perusahaan tersebut.

(14)

Daftar Pustaka

Anonim. Audit Keselamatan & Kesehatan Kerja. Diakses tanggal 17 Maret 2012 pada http://www.artikelk3.com/audit-keselamatan-kesehatan-kerja-k3.html

Anonim. Audit Sistem Manajemen K3. Diakses tanggal 17 Maret 2012 pada http://rhuekamp.co.id/?page_id=85

Anonim. Audit SMK3. Diakses tanggal 17 Maret 2012 pada

http://safelindo.blogspot.com/2008/12/audit-smk3.html

Anonim. Pedoman Penerapan SMK3. Diakses tanggal 17 Maret 2012 pada

http://safelindo.blogspot.com/2008/12/pedoman-penerapan-smk3.html

Anonim. Proses Audit K3. Diakses tanggal 17 Maret 2012 pada

http://safelindo.blogspot.com/2008/12/proses-audit-k3.html

Referensi

Dokumen terkait

Secara ideal Ogburn dan Bekker (dalam Arifin, dkk. 1989:12) merinci ada tujuh fungsi keluarga, yaitu (1) tempat menghasilkan keturunan, (2) perlindungan dan pemeliharaan,

Terimakasih juga ku persembahkan kepada sahabat-sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani disetiap hariku. “sa habat merupakan salah satu sumber kebahagiaan

Sebagai sampel adalah informasi berbagai jenis buku yang ditawarkan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.

Saringan adalah alat yang digunakan untuk mengetahui diameter partikel tanah dan bahan campuran yang akan digunakan untuk pengujian, sehingga didapatkan ukuran.. partikel

Deputi Tata Usaha Kepegawaian adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BAKN di bidang tata usaha kepegawaian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Ditambah lagi ujian nasional dianggap sebagai pelanggaran terhadap undang-undang (UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas), karena seharusnya kelulusan adalah wewenang

Sebelum penjurian, semua karya peserta yang masuk akan diperiksa oleh panitia penyelenggara pada tanggal 30-31 Agustus2016, untuk memastikan bahwa materi atau dokumen yang

Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender adalah guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH)