• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL DALAM INTERAKSI TEMAN SEBAYA

MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA

KELAS VIII SMP SWASTA BANDUNG BANDAR SETIA TAHUN AJARAN 2013-2014

RIAN AYU VEBRIA NASUTION

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN – BIMBINGAN KONSELING

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Abstrak

Masalah dalam penelitian ini adalah apakah pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan sikap sosial positif dalam interaksi teman sebaya siswa kelas VIII SMP Swasta Bandung Bandar Setia T.A 2013-2014. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data melalui observasi dan angket. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) yang terdiri dari 2 siklus, siklus I dan siklus II masing-masing memiliki 2 kali pertemuan. Pada setiap siklus peneliti melakukan penilaian segera (Laiseg) dan penyebaran angket. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap sosial dalam interaksi teman sebaya melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII SMP Swasta Bandung Bandar Setia T.A 2013-2014

Berdasarkan hasil analisis angket sebelum diberikan tindakan, diperoleh 12 orang siswa dengan 8 orang yang memiliki sikap sosial terendah dan 4 orang yang memiliki sikap sosial tertinggi, sehingga persentase awal dalam 1 kelompok adalah 33%. Dari hasil analisis data pada siklus I setelah diberikan tindakan diperoleh 2 orang siswa yang mengalami peningkatan dalam sikap sosial sehingga persentase keberhasilan menjadi 50%, hal ini dilihat dari hasil analisis angket, laiseg, laijapen, dan laijapang. Pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan pada sikap sosial siswa yaitu 92% karena diperoleh 5 orang siswa yang mengalami peningkatan. Walaupun masih ada 1 orang siswa (8%) yang dikategorikan „cukup‟, namun tingkat keberhasilan layanan sudah memenuhi target yakni 75%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap sosial siswa dalam interaksi teman sebaya dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII SMP Swasta Bandung Bandar Setia T.A 2013-2014. Sebaiknya layanan bimbingan kelompok teknik diskusi ini digunakan oleh guru BK yang ada di SMP Swasta Bandung Bandar Setia agar dapat meningkatkan sikap sosial siswa di sekolah

1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya peserta didik juga merupakan makhluk sosial dan memiliki potensi sosial yang dibawanya sejak lahir. Sikap sosial pada anak pertama kali terjadi dalam lingkungan keluarga terutama orang tua, kemudian anak akan berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat dijadikan media untuk memfasilitasi perkembangan sosial siswa, yang dapat dilihat secara langsung melalui suatu proses pembelajaran serta memberi pengaruh yang cukup besar bagi pembentukan perkembangan manusia dalam setiap tahap tugas perkembangannya.

Pendidikan di sekolah dapat membentuk sikap sosial yang dimiliki peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik akan memiliki hubungan yang lebih kompleks dengan orang lain seperti teman-teman dan gurunya. Hal inilah yang dapat membentuk sikap sosial seorang peserta didik menjadi cenderung negatif atau positif.

Kelompok teman sebaya merupakan interaksi awal bagi anak-anak dan remaja pada lingkungan sosial. Mereka mulai bergaul dan berinteraksi dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Ini dilakukan agar mereka mendapat

pengakuan dan penerimaan dari kelompok teman sebaya sehingga akan tercapai rasa aman.

Melakukan hubungan sosial juga tidaklah mudah. Banyak nilai-nilai dan norma-norma sosial yang harus dipatuhi untuk mendapatkan penerimaan dari kelompoknya. Hal menjadi anggota yang baik atau anggota yang buruk daripada sebuah kelompok tergantung pula kepada terdapatnya sikap-sikap positif atau negatif orang tersebut terhadap kelompok yang bersangkutan.

Ahmadi (2007:149) mengatakan bahwa sikap sosial kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Misalnya adalah sikap masyarakat terhadap bendera kebangsaan. Mereka menghormatinya dengan secara khidmat dan berulang-ulang pada hari-hari nasional di negara tersebut.

Prayitno (1995:178) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.

Menurut Surya

(2)

2

Maret 2013), diskusi kelompok adalah teknik bimbingan kelompok yang dilaksanakan dengan maksud agar para siswa anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Diskusi kelompok merupakan suatu teknik dalam bimbingan kelompok yang murid-muridnya mendapat kesempatan memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbang pikiran dalam memecahkan suatu masalah.

Pada awal Januari selama 1 minggu pada tanggal 6 sampai 13 Januari 2014 peneliti melakukan observasi terhadap siswa dan wawancara terhadap 2 orang guru di SMP Swasta Bandung Bandar Setia. Berdasarkan survei awal, peneliti mengetahui bahwa di SMP Swasta Bandung Bandar Setia masih ditemui siswa yang kemampuan bersosialisasinya kurang. Banyak siswa yang memiliki sikap negatif terhadap teman sebayanya. Misalnya tidak adanya kontak sosial yang baik, tidak terjadi komunikasi yang baik, siswa tidak memahami bagaimana caranya bergaul dan bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya, kurang memahami nilai-nilai dan norma-norma dalam kelompok teman sebayanya, banyak siswa yang masih senang mengejek temannya dengan menyebutkan nama orang tuanya, menjahili teman-temannya, tidak bisa bergaul dengan teman selain teman-teman dekat saja, tidak ramah, dan tidak mau membantu teman yang kesulitan apabila tidak akrab.

Untuk itu sekolah perlu memberikan satu upaya agar sikap sosial positif siswa menjadi lebih baik lagi. Pemberian layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu upaya guna meningkatkan sikap sosial positif siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok sehingga terjalin hubungan yang harmonis antar siswa di sekolah.

Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL DALAM INTERAKSI TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA BANDUNG BANDAR SETIA TAHUN 2014”.

B. Identifikasi Masalah

Setiap individu harus memiliki sikap sosial yang positif agar tercipta hubungan yang harmonis antara sesama individu. Sikap sosial positif dalam interaksi teman sebaya siswa di sekolah sangat diperlukan agar terjalin hubungan yang baik antar sesama siswa. Tidak adanya sikap sosial yang positif antar siswa bisa disebabkan karena tidak adanya kontak sosial yang baik, tidak terjadi komunikasi yang baik, siswa tidak memahami bagaimana caranya bergaul dan bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya, kurang memahami nilai-nilai dan norma-norma dalam kelompok teman sebayanya, serta belum maksimal dilaksanakannya layanan

Bimbingan Kelompok untuk meningkatkan sikap sosial positif.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meningkatkan sikap sosial dalam interaksi teman sebaya pada siswa kelas VIII SMP Swasta Bandung Bandar Setia T.A 2013-2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Apakah Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi dapat Meningkatkan Sikap Sosial dalam Interaksi Teman Sebaya pada Siswa Kelas VIII SMP Swasta Bandung Bandar Setia T.A 2013-2014? E. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: “untuk meningkatkan sikap sosial dalam interaksi teman sebaya melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas VIII SMP Swasta Bandung Bandar Setia T.A 2013-2014. F. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas diharapkan hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa: Sebagai bahan masukan bahwa penting memiliki sikap sosial positif dalam interaksi teman sebaya agar terjalin hubungan yang harmonis dan menyenangkan antar siswa di sekolah.

2. Bagi guru BK: Sebagai bahan informasi untuk menjalankan tugas dalam memberikan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi bagi siswa yang berhubungan dengan sikap sosial positif antar teman sebaya dan sebagai umpan balik untuk mengidentifikasi masalah siswa yang terkait dengan masalah-masalah sikap sosial dalam interaksi teman sebaya.

3. Bagi Peneliti: Dapat memberikan pengetahuan secara luas mengenai sikap-sikap sosial dan cara meningkatkannya melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.

4. Bagi sekolah: Sebagai bahan masukan atau perbandingan dalam usaha meningkatkan sikap sosial positif siswa melalui peran guru BK di sekolah.

5. Bagi calon pembimbing: Hasil penelitian ini dapat dipakai untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan dalam Ilmu Psikologi Pendidikan Bimbingan dan Konseling khususnya dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan serta pemberian layanan lebih optimal pada masa yang akan datang.

(3)

3

2. KAJIAN TEORI

Pengertian Sikap

Azwar (2013:3) mengemukakan bahwa secara historis, „Sikap‟ atau sikap digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang.

Lain lagi pendapat dari Ahmadi (2007:149), beliau mengatakan bahwa sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi terhadap orang, lembaga, atau peristiwa, baik secara positif maupun negatif.

Pengertian Sosial

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian sosial adalah berhubungan dengan masyarakat, berhubungan dengan umum, suka menolong dan menggambarkan orang banyak.

Sedangkan Walgito (2003:25) mengatakan bahwa arti sosial dalam pembahasan ini ada 2 macam, yaitu: sosial secara umum dan sosial secara organisasi. Sosial secara umum dapat diartikan dalam suatu kegiatan yang memiliki nilai-nilai banyak kemurniannya. Sebagai contoh: suatu organisasi sosial atau non-organisasi (sosial pribadi) bekerja lebih menekankan pada kegiatan sosial tanpa pamrih yang benar-benar tulus keluar dari hati nurani yang paling dalam. Kegiatan tersebut dapat berupa penanggulangan bencana alam, kecelakaan sesaat, anak terlantar atau anak jalanan dan fakir miskin. Mereka memberikan bantuan tersebut tidak ada tendensi apapun untuk menjadikan agar nama mereka terkenal”

Pengertian Sikap Sosial

Menurut Gerungan (2004:161), “sikap sosial pernah dirumuskan sebagai berikut :

Suatu sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial. Sikap sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial, dan biasanya sikap sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seorang saja, melainkan juga oleh orang-orang lainnya sekelompok atau semasyarakat. Misalnya, penghormatan yang berkali-kali dinyatakan dengan cara khidmat oleh sekelompok orang, terhadap bendera menunjukkan adanya sikap kelompok itu terhadap benderanya. Perayaan-perayaan hari nasional seperti 17 Agustus itu bagi bangsa Indonesia, menunjukkan pula adanya sikap tertentu bangsa kita terhadap hari istimewa itu.

Berbeda dengan pendapat Gerungan, Ahmadi (2007:149) mengatakan bahwa sikap sosial

kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Misalnya adalah sikap masyarakat terhadap bendera kebangsaan. Mereka menghormatinya dengan secara khidmat dan berulang-ulang pada hari-hari nasional di negara tersebut.

Sedangkan Wuryo dan Syaifullah (Sobur, 2003:371) mengatakan, “masalah sosial erat hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang terdapat dalam kelompok, tempat individu tertentu menjadi anggota atau berhasrat mengadakan hubungan struktural organisatoris dan atau berhasrat mengadakan hubungan psikologis.”

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap sosial adalah tingkah laku khas yang berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan ditentukan oleh sistem atau norma tertentu yang berlaku di dalam kelompok sosial.

Adapun ciri-ciri sikap menurut Ahmadi (2007:178) adalah sebagai berikut:

a) Sikap itu dipelajari

Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya, misalnya: lapar, haus, adalah motif psikologi yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada Eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok, atau memperoleh nilai yang sifatnya perseorangan.

b) Memiliki kestabilan

Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil, melalui pengalaman. Misalnya: perasaan like dan dislike terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang- ulang atau memiliki frekuensi yang tinggi.

c) Signifikan pribadi sosial

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain juga antara orang dan barang atau situasi jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas.

d) Berisi kognisi dan afeksi

Komponen kognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual. Misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

e) Ke arah pendekatan penginderaan

Bila seseorang memiliki sikap yang favourable terhadap sesuatu objek, maka akan mendekati dan membentuknya. Sebaliknya, bila seseorang memiliki sikap unfavourable, mereka akan

(4)

4

Pengertian Interaksi

Nurseno (2011:67) mengatakan “interaksi sosial merupakan proses komunikasi di antara orang-orang untuk saling mempengaruhi baik perasaan, pikiran, maupun tindakan.

Sedangkan Thibaut dan Kelley (Asrori, 2009:107) mendefinisikan “interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.”

Bentuk interaksi sosial

Menurut Park dan Burgess (Nurseno, 2011:80) bentuk interaksi sosial dapat berupa:

1. Kerja sama

Kerja sama adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang suatu kelompok-kelompok bekerja sama saling membantu untuk mencapai tujuan bersama, misalnya: gotong royong membersihkan halaman sekolah

2. Persaingan

Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok berlomba meraih tujuan yang sama

3. Pertentangan

Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang berupa perjuangan yang langsung dan sadar antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama

4. Persesuaian

Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang-orang atau kelompok-kelompok yang sedang bertentangan bersepakat untuk menyudahi pertentangan tersebut dan setuju untuk mencegah pertentangan yang berlarut-larut dengan melakukan interaksi damai baik bersifat sementara maupun bersifat kekal 5. Perpaduan

Perpaduan ialah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara individu atau kelompok, dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Pengertian Teman Sebaya

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat.

Sedangkan Santrock (herrystw, http://herrystw.wordpress.com/2013 /01/05/teman-sebaya/, diakses 5 Maret 2013) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama.

Teman sebaya sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan ciri-ciri seperti kesamaan tingkat usia.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan teman sebaya sebagai interaksi individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar diantara kelompoknya. Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi remaja, pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.

Pengertian Interaksi Teman Sebaya

Piaget dan Sullivan (herrystw, http://herrystw.wordpress. com/2013/01/05/teman-sebaya/, diakses 5 Maret 2013) menekankan bahwa melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja mempelajari modus relasi yang timbal balik secara simetris. Anak-anak mengeksplorasi prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan melalui pengalaman mereka ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan teman-teman sebaya. Sebaliknya, terdapat sejumlah ahli teori yang menekankan pengaruh negatif dari teman-teman sebaya bagi perkembangan anak dan remaja. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Prayitno (1995:178) mengemukakan bahwa “Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok.” Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya, apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.

Sedangkan menurut Gazda (Prayitno, 2004:309), “layanan bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.”

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru BK) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah membentuk konsep diri positif. Selain itu, bimbingan kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok itu memberi dorongan dan motivasi kepada individu untuk mengubah diri dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki secara optimal, sehingga mempunyai konsep diri yang lebih positif.

(5)

5

Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Setiap kegiatan memiliki tujuan, terutama dalam layanan bimbingan kelompok sebagai bagian dari bimbingan konseling. Menurut Gazda (Prayitno, 2004:309) kegiatan bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial.

Prayitno (2004:310) menyatakan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah menerima informasi.

Sedangkan Damayanti (2012:41) menyatakan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah untuk melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan mewujudkan tingkah laku yang lebih efektif serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.

Dengan diadakannya layanan bimbingan kelompok ini dapat bermanfaat bagi siswa karena dengan bimbingan kelompok akan timbul interaksi dengan anggota-anggota kelompok mereka memenuhi kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan bertukar pikiran dan berbagi perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan, dan kebutuhan untuk menjadi lebih mandiri.

Jenis-jenis Diskusi Bimbingan Kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan. Ada tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu: (1) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (2) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri, (3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.

Menurut Suyanto (2008), diskusi kelompok adalah teknik bimbingan kelompok yang dilaksanakan dengan maksud agar para siswa anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Senada dengan pendapat di atas, Surya (http://sintawonnie.wordpress.com, diakses pada 10 Maret 2013) menyatakan diskusi kelompok merupakan suatu teknik dalam bimbingan kelompok yang murid-muridnya mendapat kesempatan memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbang pikiran dalam memecahkan suatu masalah.

Dalam diskusi tersebut semua anggota kelompok diikut sertakan secara aktif dalam mencapai kemungkinan pemecahan masalah secara bersama-sama mengutarakan masalahnya, mengutarakan ide-ide, mengutarakan saran-saran, saling menanggapi satu dengan yang lain dalam rangka pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Dalam kegiatan diskusi kelompok yang memegang peranan adalah pemimpin. Pemimpin berusaha menciptakan situasi yang mendorong anggota untuk

ikut terlibat dalam diskusi dan selalu aktif berpartisipasi dan saling berinteraksi di antara mereka. Setelah diskusi kelompok berjalan, diharapkan pemimpin untuk tidak terlalu mencampuri pola suatu permasalahan.

Hipotesis tindakan

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, ”Dengan Melaksanakan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi dapat Meningkatkan Sikap Sosial dalam Interaksi Teman Sebaya pada Siswa Kelas VIII SMP Swasta Bandung Bandar Setia Tahun Ajaran 2013-2014.”

METODE PENELITIAN A Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) yang merupakan suatu upaya untuk memecahkan suatu masalah dengan menerapkan suatu perlakuan yaitu bimbingan kelompok. Jenis data dalam penelitian ini termasuk data kualitatif.

B Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam PTBK ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Bandung Bandar Setia Tahun ajaran 2013-2014 yang terdiri dari dua kelas yakni 55 siswa dengan 25 siswa perempuan dan 30 siswa laki-laki. Penetapan kelas VIII diperoleh berdasarkan observasi awal dan rekomendasi dari guru BK pada januari 2013. Selanjutnya penetapan kelompok untuk diberikan layanan diperoleh berdasarkan hasil angket sebanyak 60 soal yang terdiri sari 30 soal sikap sosial dan 30 soal interaksi teman sebaya. Anggota kelompok terdiri dari 12 orang dengan 8 orang yang memiliki sikap sosial terendah dan 4 orang yang memiliki sikap sosial tertinggi. Alasan peneliti mengambil 4 orang sikap sosial tertinggi adalah agar tercipta dinamika kelompok sehingga anggota kelompok dapat saling mempengaruhi dan terjadi perubahan positif terhadap semua anggota kelompok.

C Operasionalisasi Variabel Penelitian

Untuk mencegah terjadinya penafsiran yang berbeda-beda, serta untuk menciptakan kesamaan pengertian variabel-variabel maka penulis perlu merumuskan definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: a. Variabel bebas: layanan bimbingan kelompok yang dirancang untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh kepada siswa mengenai sikap sosial positif. b. Variabel terikat: meningkatkan sikap sosial

positif dalam interaksi teman sebaya. Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya,

(6)

6

dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. Sikap Sosial

Sikap sosial adalah kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan terhadap objek sosial. Sikap sosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan oleh karena itu maka sikap sosial turut merupakan suatu faktor penggerak di dalam pribadi individu untuk bertingkah laku secara tertentu. Adanya sikap ditandai dengan ciri-ciri yaitu sikap dipelajari, memiliki kestabilan, signifikan pribadi sosial, berisi kognisi dan afeksi, serta ke arah pendekatan penginderaan

Interaksi Teman Sebaya

Interaksi teman sebaya mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan ciri-ciri seperti kesamaan tingkat usia, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif dan saling mempengaruhi. Adapun bentuk-bentuk interaksi teman sebaya dapat dilihat dari segi kerja sama, persaingan, pertentangan, persesuaian, dan perpaduan.

D Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan bimbingan konseling (action research) dengan model siklus seperti yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart (Dewi, 2010:177). Setiap siklus ada empat komponen penelitian tindakan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.

Upaya meyakinkan peneliti akan hasil penelitian melalui tindakan melaui tindakan pada siklus I, maka peneliti mengulang kembali penelitiannya pada siklus II. Ini dilaksanakan sesuai dengan hasil evaluasi siklus. Dalam prakteknya, prosedur penelitian ini adalah Perencanaan, Tindakan, Observasi, Refleksi dan Evaluasi.

Desain Penelitian Untuk Kegiatan Siklus I 1. Perencanaan

a. Mengidentifikasi pihak-pihak yang menjadi peserta layanan. Identifikasi siswa yang memiliki sikap sosial negatif dengan menggunakan angket.

b. Mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan

c. Jumlah anggota kelompok 12 orang

d. Bimbingan kelompok dilakukan dengan durasi waktu 1 x 45 menit

e. Menyiapkan kelengkapan administrasi: catatan lapangan, daftar hadir, dan lembar observasi.

2. Tindakan / Aksi

Pelaksanaan tindakan penelitian ini melalui dua siklus. Tindakan yang dimaksud adalah

pemberian bantuan terhadap anak yang teridentifikasi mengalami masalah dalam sikap sosial melalui bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok dilakukan dengan melalui prosedur:

a. Tahap Pembentukan

Tahap ini membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama, sehingga memungkinkan anggota kelompok mau berperan aktif dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok

2) Menjelaskan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok

3) Menjelaskan cara dan azas bimbingan kelompok

4) Acara perkenalan antar peserta 5) Menciptakan permainan keakraban b. Tahap Peralihan

Tahapan ini mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya

2) Mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap berikutnya 3) Menjelaskan kembali beberapa aspek pada

tahap pembentukan c. Tahap kegiatan kelompok tugas

Tahapan ini merupakan kegiatan inti untuk membahas topik-topik tertentu pada bimbingan kelompok atau mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Adapun kegiatan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Pembahasan topik

2) Terciptanya suasana untuk mengembangkan diri

3) Terbahasnya permasalahan para anggota kelompok

d. Tahap kegiatan pengakhiran

Tahap ini merupakan tahap akhir kegiatan atau penutup dalam kegiatan bimbingan kelompok untuk melihat apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Kegiatan yang dilakukan ada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Mengemukakan bahwa kegiatan telah selesai

2) Meminta pesan-pesan dari peserta 3) Memberikan tanggapan

4) Merencanakan pertemuan lanjutan 5) Mengucapkan terima kasih

(7)

7

3. Observasi

Observasi dilakukan selama proses tindakan dilakukan. Alat observasinya berupa catatan lapangan. Kemudian analisis dilakukan pada pengentasan masalah peningkatan sikap sosial positif berdasarkan dialog bimbingan kelompok. Kemudian menganalisis peningkatan sikap sosial positif melalui instrumen angket sikap sosial positif.

4. Refleksi

Setelah melakukan obervasi, dilanjutkan kegiatan refleksi. Refleksi dilakukan dengan menganalisis, mengkaji, dan memprediksi proses yang telah dilakukan.

5. Evaluasi

Pada tahap ini merupakan kegiatan untuk mencari tahu seberapa besar tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan, mengukur perubahan yang terjadi pada siswa setelah melakukan tindakan, mengevaluasi keempat tindakan yang dilakukan peneliti.

Keberhasilan penelitian ini akan dievaluasi melalui hasil analisis terhadap data yang didapatkan dari penelitian, kriteria evaluasi ditentukan dari jumlah siswa yang berhasil meningkatkan sikap sosial positif setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan indikator keberhasilan dilihat dari hasil angket dengan kategori “baik”.

Desain Penelitian Untuk Kegiatan Siklus II 1. Perencanaan

a. Mengidentifikasi pihak-pihak yang menjadi peserta layanan. Identifikasi siswa yang memiliki sikap sosial negatif dengan menggunakan angket.

b. Mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan

c. Jumlah anggota kelompok 12 orang

d. Bimbingan kelompok dilakukan dengan durasi waktu 1 x 45 menit

e. Menyiapkan kelengkapan administrasi: catatan lapangan, daftar hadir, dan lembar observasi.

2. Tindakan / Aksi

Pelaksanaan tindakan penelitian ini melalui dua siklus (gambar 3.1). Tindakan yang dimaksud adalah pemberian bantuan terhadap anak yang teridentifikasi mengalami masalah dalam sikap sosial melalui bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok dilakukan dengan melalui prosedur: a. Tahap Pembentukan

Tahap ini membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompom yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama, sehingga memungkinkan anggota kelompok mau berperan aktif dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok

2) Menjelaskan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok

3) Menjelaskan cara dan azas bimbingan kelompok

4) Acara perkenalan antar peserta 5) Menciptakan permainan keakraban b. Tahap Peralihan

Tahapan ini mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya

2) Mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap berikutnya 3) Menjelaskan kembali beberapa aspek pada

tahap pembentukan c. Tahap kegiatan kelompok tugas

Tahapan ini merupakan kegiatan inti untuk membahas topik-topik tertentu pada bimbingan kelompok atau mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Adapun kegiatan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Pembahasan topik

2) Terciptanya suasana untuk mengembangkan diri

3) Terbahasnya permasalahan para anggota kelompok

d. Tahap kegiatan pengakhiran

Tahap ini merupakan tahap akhir kegiatan atau penutup dalam kegiatan bimbingan kelompok untuk melihat apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Kegiatan yang dilakukan ada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Mengemukakan bahwa kegiatan telah selesai

2) Meminta pesan-pesan dari peserta 3) Memberikan tanggapan

4) Merencanakan pertemuan lanjutan 5) Mengucapkan terima kasih 3. Observasi

Observasi dilakukan selama proses tindakan dilakukan. Alat observasinya berupa catatan lapangan. Kemudian analisis dilakukan pada pengentasan masalah peningkatan sikap sosial positif berdasarkan dialog bimbingan kelompok. Kemudian menganalisis peningkatan sikap sosial positif melalui instrumen angket sikap sosial positif.

4. Refleksi

Setelah melakukan obervasi, dilanjutkan kegiatan refleksi. Refleksi dilakukan dengan menganalisis, mengkaji, dan memprediksi proses yang telah dilakukan.

(8)

8

Sugiono (2006:337)

5. Evaluasi

Pada tahap ini merupakan kegiatan untuk mencari tahu seberapa besar tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan, mengukur perubahan yang terjadi pada siswa setelah melakukan tindakan, mengevaluasi keempat tindakan yang dilakukan peneliti.

Keberhasilan penelitian ini akan dievaluasi melalui hasil analisis terhadap data yang didapatkan dari penelitian, kriteria evaluasi ditentukan dari jumlah siswa yang berhasil meningkatkan sikap sosial positif setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan indikator keberhasilan dilihat dari hasil angket dengan kategori “baik” dan ditentukan 75% dari jumlah siswa yang berhasil meningkatkan sikap sosial positif setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok.

E Teknik Pengumpulan Data

Untuk menjaring siswa yang memiliki sikap sosial negatif, maka peneliti menggunakan angket sikap sosial. Peneliti dapat menjabarkan atau menyebarkan angket berisi pernyataan-pernyataan yang sudah disiapkan sebelumnya. Jenis angket yang diberikan kepada siswa adalah berupa angket pernyataan sebanyak 30 soal. Untuk menjaring siswa yang memiliki hubungan sosialnya dengan teman-teman yang baik maupun kurang baik, maka peneliti menggunakan angket interaksi teman sebaya. Peneliti menjabarkan angket dalam bentuk pernyataan sebanyak 30 soal.

Tipe angket yang digunakan dalam penelitian adalah tipe angket tertutup yaitu angket sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Adapun angket digunakan dalam pengumpulan data karena angket dapat menghemat waktu dan dapat menghimpun data atau informasi yang dibutuhkan dengan waktu yang relatif singkat. Penelitian angket dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert 1, 2, 3, 4 dimana nilai maksimal dalam setiap adalah 4 dan nilai minimum adalah 1. Soal berbentuk pernyataan sikap dengan kategori sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

F Teknik Analisis Data

Menurut Sugiono (2012:244), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

Teknik Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif artinya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles dan Huberma (dalam Sugiono, 2012:246). Analisis data dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan,

selama di lapangan, dan sesudah di lapangan. Analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Reduksi data, yaitu dengan merangkum data, memilih hal-hal pokok dari data memfokuskan pada hal-hal penting, dilakukan dalam bentuk daftar ceklist yang kriterianya sudah ditentukan sebelum memasuki lapangan.

b) Penyajian data, yaitu setelah data direduksi, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, dan sejenisnya. Hal ini agar data dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

c) Kesimpulan atau verikasi, yaitu kesimpulan yang dibuat berdasarkan temuan yang sebelumnya belum pernah ada, temuan tersebut berupa deskripsi yang jelas.

Teknik Analisis Persentase

Teknik analisis persentase ini dilakukan untuk mengatasi berhasil atau tidaknya suatu tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Hal ini dilihat dari berapa persen tingkat kebehasilan yang ingin dicapai dilihat dari perubahan sikap sosial siswa.

Dengan rumus: 𝑃 =𝑓𝑛× 100% Dimana:

P = Angka Sikap Sosial Positif

f = Jumlah siswa yang mengalami perubahan n = Jumlah seluruh siswa

G Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Bandung di Jalan Pengabdian No.72 Desa Bandar Setia. Penelitian ini dilaksanakan selama lebih dari 2 bulan terhitung sejak 24 Maret sampai awal Juni tahun 2014.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian sebelum diberikan tindakan

Sebelum dilakukan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan observasi yang dimaksud untuk mengetahui apakah ada siswa yang memiliki sikap sosial negatif antar teman sebaya, dan juga berapa jumlah siswa yang belum memiliki sikap sosial positif antar teman sebaya. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 12 April 2014 dengan membagikan instrumen kepada seluruh siswa kelas VIII, terdapat 21 siswa yang belum memiliki sikap sosial positif antar teman sebaya. Dari hasil angket dipilih 12 orang siswa. 4 orang yang memiliki sikap sosial yang paling tinggi dan 8 orang yang paling rendah. Alasan peneliti membentuk kelompok dengan memasukkan 4 orang yang memiliki sikap sosial terbaik adalah agar tercipta dinamika kelompok dengan harapan 4 orang tersebut akan memberi pengaruh positif kepada 8 siswa yang lain. Setelah dibentuk kelompok selanjutnya dilakukan

(9)

9

bimbingan kelompok teknik diskusi sebanyak 2 kali setiap siklus.

Bimbingan kelompok teknik diskusi dipilih sebagai jalan untuk meningkatkan sikap sosial positif siswa. Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilaksanakan peneliti menggunakan 2 angket sebanyak 60 butir. 1 angket sikap sosial berjumlah 30 butir, 1 lagi angket interaksi teman sebaya berjumlah 30 butir. Skor tertinggi sesuai dengan jumlah butir angket adalah 215.

Adapun kriteria penilaiannya berdasarkan hasil tabulasi angket adalah:

BAIK = 181 – 240 CUKUP` = 121 – 180 KURANG = 60 – 120

Hasil analisis angket berdasarkan hasil angket pada lampiran yakni 8 orang berada di kategori cukup dan 4 orang berada di kategori baik sehingga persentase keberhasilannya mencapai 33%. Persentase tingkat keberhasilan sebagai berikut:

a. 0% - 25% : Tidak berhasil b. 26% - 50% : Kurang berhasil c. 51% - 75% : Cukup Berhasil d. 76%-100% : Berhasil B. Hasil Penelitian Tindakan Siklus I

Setelah diberikan tindakan pada 2 pertemuan bimbingan kelompok dimana pertemuan pertama membahas mengenai pengertian dan contoh sikap social dan pertemuan kedua membahas tentang cara meningkatkan sikap social dalam interaksi teman sebaya, siswa mengisi lembar angket dan lembar evaluasi. Dari hasil angket, laiseg, dan lembar evaluasi dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan dalam sikap social, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yakni 6 orang berada pada kategori Baik, dan 6 orang di kategori cukup. Sehingga persentase keberhasilannya mencapai 50%.

C. Hasil Penelitian Tindakan Siklus II

Setelah diberikan tindakan pada 4 pertemuan bimbingan kelompok dimana pertemuan pertama dan ketiga membahas mengenai pengertian dan contoh sikap social dan pertemuan kedua dan keempat membahas tentang cara meningkatkan sikap social dalam interaksi teman sebaya, siswa mengisi lembar angket dan lembar evaluasi. Dari hasil angket, laiseg, dan lembar evaluasi dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan yang signifikan dalam sikap social, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yakni 11 orang berada pada kategori Baik, dan 1 orang di kategori cukup. Sehingga persentase keberhasilannya mencapai 92%.

Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa rancangan pembelajaran layanan bimbingan konseling (RPLBK) berjalan dengan baik dan sesuai dengan rancangan. Dan pembahasan di atas juga membuktian bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dapat meningkatkan sikap sosial positif dalam interaksi teman sebaya. Dari

siklus I di mana siswa sudah menunjukkan perkembangan walaupun hanya 50% pada pertemuan kedua namun siklus II pertemuan keempat terjadi peningkatan yang cukup tinggi yaitu 92%.

D. Pembahasan Penelitian

Sebelum dilaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi, sikap sosial siswa tergolong rendah dalam interaksi teman sebaya. Hal ini dibuktikan dari hasil angket awal di mana skor siswa di bawah rata-rata. Dalam hal ini peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk mengatasi hal tersebut.

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi ini yakni pemimpin diskusi memberikan tugas yang harus didiskusikan kepada anggota, memberitahukan waktu untuk berdiskusi, cara melaporkan hasil diskusi, dan menunjuk observer apabila diperlukan. Dalam hal ini perkembangan pribadi setiap siswa sangat diharapkan sehingga dapat memecahkan masalah yang dialami siswa baik sekarang maupun di lain hari.

Adapun tindakan yang dilakukan mulai dari perencanaan hingga tahap pengakhiran dari siklus I sampai siklus II berjalan sesuai dengan rancangan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi, sehingga dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan sikap sosial positif siswa dalam interaksi teman sebaya.

Hipotesis dari penelitian ini adalah pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan sikap sosial positif dalam interaksi teman sebaya siswa kelas VIII SMP Swasta Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sikap sosial siswa yang menjadi sampel dari penelitian ini. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis angket dan Laiseg. Berdasarkan ini dapat dinyatakan hipotesis penelitian ini “pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan sikap sosial dalam interaksi teman sebaya siswa kelas VIII SMP Swasta Bandung Bandar Setia” dapat diterima. Artinya bimbingan kelompok teknik diskusi dapat digunakan untuk meningkatkan sikap sosial siswa dalam interaksi teman sebaya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap sosial positif siswa dalam interaksi antar teman sebaya

b. Layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan sikap sosial positif antar teman sebaya pada siswa

c. Layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat membuat siswa lebih aktfi dalam berinteraksi dengan kelompoknya dan siswa

(10)

10

mampu memahami pentingya memiliki sikap sosial yang baik dalam hubungan antara teman sebayanya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya dan dari kesimpulan di atas makan saran dari peneliti yakni:

a. Kepada konselor maupun calon konselor diharapkan dapat menerapkan teknik diskusi dalam layanan bimbingan kelompok guna meningkatkan sikap sosial siswa di dalam interasi teman sebayanya.

b. Kepada pihak sekolah diharapkan lebih mendukung program-program layanan bimbingan konseling di sekolah yang berkaitan dengan pengembangan diri siswa terutama yang erat kaitannya dengan hubungan sosial siswa di sekolah.

c. Kepada siswa diharapkan lebih aktif berinteraksi dengan teman sebaya dengan membentuk sikap sosial yang lebih baik lagi seperti ramah, sopan, dan menghargai teman sehingga terbentuk kemampuan interpersonal yang baik pada lingkungan sekitarnya.

d. Kepada peneliti lainnya yang berminat mengangkat judul mengenai sikap sosial diharapkan mempertimbangkan variabel-variabel yang lain yang lebih mempengaruhi aspek sikap sosial dan memperbanyak data tambahan untuk lebih jelas lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Asrori, Muhammad. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia dan Teori

Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Damayanti, Nindya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus

Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewi, Rosmala. 2010. Penelitian Tindakan (Desain Emperikal dan PTK). Medan: Pasca Sarjana Unimed.

Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

Hartinah, siti. 2009. Konspe Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Revika Aditama

herrystw.2013.TemanSebaya,(Online).(http://herryst w.wordpress.com/2013/01/05/teman-sebaya/, diakses 5 Maret 2013)

Nurseno. 2011. Theory and Application of Sosiology. Solo: Bilingual

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakata: GI Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar

Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka

Sears, D.O., Freedman, J.L., Anne, Peplau. 1992. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta Surya. (online), (http://sintawonnie.wordpress.com) diakses pada 10 Maret 2013

Tohirin, A. 2007. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA (Kurikulum 2004). Jakarta: PT. Grasindo

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset

Winkel, W.S dan M.M. Sri Hatuti. 2012. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini menunjukkan yang mana antara kepatuhan ANC dengan kejadian baby blues syndrome tidak terdapat korelasi yang bermakna antara keduanya secara

Hasil penelitian diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian tuberkulosis di Kota Pekalongan bahwa responden yang memiliki pengetahuan rendah pada

Total karbon atas permukaan yang tersimpan pada hutan rakyat di Pekon Kelungu sebesar 101,61 ton/ha yang terdiri dari karbon pohon sebesar 99,92 ton/ha, karbon nekromasa sebesar

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.. Paradigma Pendidikan Islam Upaya

Harmonized System (HS) merupakan salah satu bentuk penomoran yang digunakan untuk pengklasifikasi produk perdagangan dan turunannya yang di kelola oleh World Custom Organization

Lakukanlah yang sangat terbaik yang dapat kamu lakukan; Aku tahu kau bisa melakukannya dengan sangat baik.. Ikuti rencana telah aku beri pada mu dan letakkan hatimu di situ, Kamu

Selain dari kedekatan secara ideologis dengan pemerintahan Suriah salah satu alasan keterlibatan Iran dalam konflik Suriah merupakan bentuk balasan bantuan Suriah

Hasil analisis data menunjukkan bahwa pada tahun 1980-an, bermunculan karya sastra Indonesia yang ditulis dengan bahasa Indonesia dengan menggunakan kata/istilah bahasa