• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gideon Hasiholan Sitorus 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gideon Hasiholan Sitorus 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 Gideon Hasiholan Sitorus, Tarutung. Email: gideonhasiholan0798@gmail.com

152 |

Pemilihan dan Perjanjian Bangsa Israel Sebagai Hamba Tuhan

(Tinjauan Teologis – Diakronis Kitab Deutro Yesaya dan

Implementasinya Untuk Kehidupan Kristen Saat Ini)

Gideon Hasiholan Sitorus1

1Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Abstrak

Dalam terlaksananya rancangan penebusan guna keselamatan, Allah melakukan pemilihan berdasarkan kedaulatan-Nya. Maka disini pemilihan bertujuan untuk suatu penyelamatan yang meliputi seluruh sejarah manusia. Sebagai bagian dari sejarah itulah Allah melakukan pemilihan satu bangsa yaitu Bangsa Israel. Inilah yang menjadi dasar bagi penulis akan apa yang menjadi konsep dari pemilihan Bangsa Israel dan seperti apa bentuk perjanjian Allah kepada Bangsa Israel. Karena dalam pemilihan hadir perjanjian sebagai perealisasian dari tujuan pemilihan tersebut. Inilah yang menjadi fokus penulis dalam pemilihan dan perjanjian Allah terhadap Bangsa Israel, karena Perjanjian Lama berfokus pada umat Allah sebagai penerima penyataan-Nya.

Kata kunci : pemilihan, perjanjian, Israel, hamba Tuhan, teologis, diakronis

Abstract

In the implementation of the redemption plan for salvation, God makes election based on His sovereignty. So here the election aims for a salvation which covers the whole of human history. It is as part of this history that God chose one nation, namely the nation of Israel. This is the basis for the author of what the concept of the election of the Israelites will be and what God's covenant of Israel will look like. Because in the election there was an agreement as the realization of the election objective. This is what the author focused on in God's election and covenant to the Nation of Israel, because the Old Testament focuses on God's people as recipients of His revelation.

Keywords: election, covenant, Israel, servant of God, theological, diachronic

PENDAHULUAN

Dalam pemilihan Allah mengambil prakarsa berupa anugerah untuk suatu karya penyelamatan, karena pemilihan dalam Perjanjian Lama (Selanjutnya PL) identik kepada suatu tujuan penyelamatan. Namun dalam pemilihan ini ada suatu kewajiban atau tuntutan yang harus dilakukan dengan ucapan syukur, bukan ketaatan yang tanpa

(2)

alasan. Karena inilah titik berangkat bagi ajaran moral dalam PL.1 Selanjutnya dalam perwujudan pemilihan oleh kedaulatan Allah dalam sejarah tidaklah sederhana, baik secara historis maupun teologis.2 Karena Ia memanggil baik individu maupun komunitas yang telah diperbaharui dan menjadi hamba-Nya (Yes. 41:8-9;42:1). Pemilihan bertujuan untuk suatu penyelamatan yang meliputi seluruh sejarah manusia. Sebagai bagian dari sejarah itulah Allah melakukan penciptaan, pembentukan dan pemilihan satu bangsa yaitu Bangsa Israel.3 Hendaklah diingat bahwa pemilihan Allah atas Bangsa Israel dilaksanakan dengan menjadikan mereka sebagai suatu bangsa yang baru, karena Israel adalah suatu keluarga yang dibentuk, dilindungi dan diselamatkan oleh Allah, yaitu “Bapa” keluarga ini.4

Maka pemilihan Allah ini bukanlah perbuatan yang sewenang-wenang, seolah-olah Allah memilih suatu bangsa dan merendahkan bangsa yang lain, namun karena karya penyelamatan atau penebusan yang baru juga memerlukan bangsa yang baru.5 Selanjutnya dalam mewujudkan pemilihan tersebut Bangsa Israel secara komunal harus menjadi terang bagi bangsa-bangsa, membuka mata yang buta, mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan, mengeluarkan orang-orang yang dalam kegelapan dan rumah penjara (Yes. 42:5-6). Bangsa Israel harus mampu membawa keadilan dan kebenaran kepada bangsa-bangsa lain. Artinya umat Israel dalam kehidupan sosial dan secara nasional akan membebaskan manusia dari tindakan ketidakadilan kepada hal yang Allah kehendaki, yaitu terwujudnya kebenaran dalam kehidupan sosial.

Setelah Bangsa Israel dipilih, selanjutnya mereka dituntut supaya tetap “hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan dengan melakukan kebenaran dan juga keadilan”.6 Berdasarkan pemilihan inilah Bangsa Israel sebagai penyataan-Nya menggambarkan rencana Allah, kemudian dilaksanakanlah perjanjian guna

1 Christopher, J.H Wright, Hidup Sebagai Umat Allah : Etika Perjanjian Lama (Jakarta:

Gunung Mulia, 2016), 19.

2 W.S Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1 : Taurat dan Sejarah (Jakarta: Gunung Mulia,

2016), 166.

3 Walter Kaiser Jr, Teologi Perjanjian Lama (Surabaya: Gandum Mas, 2004), 139.

4 Ibid., 32.

5 LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah , 255.

6 Christoph Bart dan Marie-Claire Barth-Frommel, Teologi Perjanjian Lama 1 (Jakarta:

(3)

perealisasian dari pemilihan tersebut. Berkaitan dengan hal diatas, perjanjian merupakan upaya peneguhan dari adanya hubungan khusus atau suatu komitmen pada suatu perbuatan tertentu yang tidak terjadi secara alamiah, karena ini disertai dengan adanya sanksi-sanksi melalui sumpah yang biasanya dilakukan dalam upacara atau pengesahan yang khidmat. Jauh sebelum perjanjian dengan Bangsa Israel, Abraham sebagai cikal bakal Israel pun telah mengalami perjanjian dengan Allah, dan Allah merendahkan diri dengan menempatkan diri-Nya secara simbolis untuk menegaskan kepada Abraham kepastian dari janji-janji-Nya.7

Maka perjanjian dapat dimengerti sebagai suatu pekerjaan guna menjelaskan tujuan dari janji tersebut terhadap dunia agar menjadi berkat baik dalam personal maupun komunal.8 Melalui perjanjian ini Allah menyatakan seperti apakah Dia itu dan mengharuskan diri-Nya untuk melakukan hal tertentu. Berdasarkan hal tersebut, terdapat hal yang menimbulkan masalah baik secara teologis maupun historis khususnya pada para penafsir bahkan bagi kalangan Kristen untuk mengetahui siapa Hamba Tuhan yang lain dalam hal ini.9 Terkhusus dalam kitab Deutro Yesaya ini, karena adanya perbedaan pendapat mengenai keberadaan Hamba Tuhan dalam kitab Deutro Yesaya ini, dan dalam sejarah nama atau identitasnya Hamba Tuhan tidak disebut.10 Namun disini penulis lebih dominan mengkuti saran Claus Westermann untuk memindahkan fokus permasalahan diatas, yaitu dengan memberi perhatian khusus dari “siapa” ke “apa”.11

Maka penulis akan berfokus pada “apa” yang menjadi konsep awal dari pemilihan Bangsa Israel sebagai Hamba Tuhan dalam kitab Deutro Yesaya ini. Kemudian yang menjadi fokus berikutnya ialah, “apa” yang menjadi tugas panggilan dalam bentuk perjanjian Allah kepada Bangsa Israel sebagai Hamba Tuhan, karena Perjanjian Lama berfokus pada umat Allah sebagai penerima penyataan-Nya.12

7 LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 1 : Taurat dan Sejarah, 255.

8 Walter Eichrodt, Theology Of The Old Testament (Vol 2) (Bloomsbury Street London: SCM

PRESS LTD, 1972), 71.

9 W.S LaSor, Pengantar Perjanjian Lama 2, 291.

10 Wismoady, S Wahono, Disini Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan mengajrkan Alkitab

(Jakarta: Gunung Mulia, 2018), 254.

11 Claus Westermann, Isaiah 40-66 (Philadelphia: Published by The Westminster Press, 1978),

93.

(4)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dianalisis dengan metode pendekatan tinjauan teologis – diakronis, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, Studi kata secara eksegetis terhadap kata b¹µar (pemilihan) dan berit (perjanjian). Kedua, Membahas topik dan bagian-bagian kitab yang parallel (sama) untuk mengetahui topik tersebut dalam konteks yang berbeda. Ketiga, Menganalisis arti yang sesungguhnya dari topik tersebut.

Keempat, Implementasi Teologis : Mengekspresikan kekinian mengenai doktrin tersebut

dengan kenyataan hidup yang sedang berlangsung, sehingga theology tersebut akrab dengan pembaca masa kini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Secara Umum

Wismoady menyatakan bahwa pemilihan itu merupakan inisiatif Allah dan pemilihan itu membutuhkan respon yaitu jawaban ketaatan. Maka pemilihan itu dimaksudkan untuk sebuah pelaksanaan yang sesuai dengan kehendak-Nya.13 Hal senada juga disampaikan oleh Joshua M. Moritz juga berpendapat bahwa pemilihan selalu dipahami sebagai suatu tindakan historis yang konkret dari Allah, kemudian ini menjadi titik awal dan dasar sejarah keselamatan umat-Nya. Dalam Aktualitas pemilihan ini artinya ada konsekuensi dari keputusan bebas Tuhan. Mereka yang terpilih bukan karena mereka layak atau secara inheren lebih berharga daripada yang lain, tetapi mereka dipilih sebagai hasil dari tindakan misterius kasih dan rahmat ilahi.14

Konsep Pemilihan Dalam Perjanjian Lama

Horst Dietrich Preuss mengatakan bahwa konsep pemilihan bukanlah gagasan yang tidak penting dalam PL, karena dalam sejarah ada banyak contoh yang digunakan

13 Wismoady Wahono, S, Disini Kutemukan : Petunjuk mempelajari dan mengajarkan

Alkitab, 95-96.

14 Joshua M. Moritz, “Evolution, the End of Human Uniqueness, and the Election of the

Imago Dei”, Theology and Science Journal, 9:3, (Jul 2011): 307-339,

(5)

dalam menyebutkan bahwa seseorang dipilih oleh Allah. Misalnya: Musa (Mzm. 206:23), Daud (Mzm. 89:4) kemudian Hamba TUHAN (Yes. 42:1).15

Pemilihan Bapak Leluhur sebagai permulaan

C. Barth mengatakan bahwa dalam permulaan, Allah memilih para bapak leluhur dan mengambil segala jaminan yang lazim, serta menimbulkan dalam hati mereka kerelaan untuk melaksanakan kehendak dan menerima firman-Nya.16 Pemilihan para bapa Israel menunjukkan bagaimana pentingnya peranan Allah dalam berbagai peristiwa yang dialami mereka. Disini dapat dilihat bagaimana Allah sendirilah yang menyatakan masa depan dan bertindak dalam kehidupan mereka. Pemilihan Allah berkenaan bagi para leluhur mereka merupakan salah satu dasar dan dapat disebut sebagai pelengkap akan pokok-pokok kepercayaan Israel.17 Maka pemilihan Allah akan Israel dilaksanakan melalui dua tindakan yang saling berkaitan dan juga saling melengkapi yaitu : Pertama, Allah memilih Nuh dengan kasih karunia, dengan menyelamatkan atau mengecualikan Nuh beserta keluarganya dari hukuman air bah.

Kedua, Allah memilih Abraham dengan cara memanggilnya dari Ur-Kasdim,

kemudian Allah mengadakan suatu perjanjian yang kekal dengan keturunannya, dan menjanjikan bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi seluruh bumi (Kej. 13:31-12:7).

Israel dipilih oleh Allah karena Israel lebih disukai Allah dibanding bangsa-bangsa lain. Hal itu bukan karena kebaikan Israel, melainkan karena janji-janji Allah yang telah diberikan kepada nenek-moyang Isreal, atau kerena perjanjian Allah18 yang telah diadakan Allah dengan nenek- moyang Israel.19 Maka berdasarkan hal diatas benar bahwa pemilihan terhadap Bangsa Israel bukan berarti Allah memilih mereka karena kebaikan atau kerena jumlah mereka namun kenyataannya ialah bahwa Israel tidak lebih baik dari bangsa-bangsa lain, dan Allah memilih Israel karena Allah ingin menepati janji-Nya yang telah dia berikan kepada leluhur, dia memilih

15 Horst Dietrich Preuss, Old Testament Theology (Westminster John Knox Press Louisville,

Kentucky, 1927), 28-29.

16 Dr. C. Barth, Theologia Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 71.

17 Ibid., 88-89.

18 Perjanjian Kasih Karunia 19 Ibid., 294.

(6)

bangsanya (Ul. 7: 8). Namun, alasan pemilihan ini hanya ditemukan pada Allah sendiri. Maka dari itu Israel harus dapat bersaksi dengan rasa syukur atas pemilihannya.

Kewajiban Dalam Pemilihan

Ketaatan merupakan hal yang sangat penting dan menjadi kewajiban dalam pemilihan, karena hanya dalam ketaatanlah terwujud kehendak-Nya, seperti Abraham yang taat kepada janji-Nya yang akan mempunyai keturunan yang akan menjadi berkat bagi seluruh bangsa. Rencana Allah sangatlah jauh melampaui kepentingan perseorangan, sama seperti Abraham tidak akan mengalami penggenapan dari pemilihan jika tidak memiliki kepercayaan dalam pengharapan, namun kepercayaan Abraham itu bukanlah usaha dan hasil karya Abraham sendiri; namun inisiatif Allah sendiri yang menjamin pelaksanaan janji dalam pemilihan-Nya.20

Perjanjian Secara Umum

Walter Lempp menyatakan bahwa istilah perjanjian adalah suatu istilah dari bermacam-macam lapangan kehidupan manusia yaitu dari kekeluargaan, dari dunia hukum peradilan, dari dunia pertanian dan pertanaman, dari kenegaraan.21

Konsep Perjanjian Dalam Perjanjian Lama

Walter Eichrodt dalam bukunya menyatakan bahwa konsep perjanjian merupakan hubungan yang terwujud dalam usaha untuk kesatuan antara kedua pihak, meskipun demikian, dapat ditunjukkan bahwa perjanjian adalah elemen asli di mana religious rasa solidaritas dipadukan. Artinya, ia didirikan di atas tindakan berdasarkan kasih dan juga sejarah yang dipertahankan dalam kondisi tertentu dan dilindungi.22 Ben Faber menyatakan bahwa dalam Kitab Suci, perjanjian selalu berhubungan, baik secara vertikal (Pencipta kepada Makhluk, ini adalah tindakan performatif atau suatu perbuatan yang telah dilaksanakan dengan adanya suatu ungkapan. Maka dalam hal ini jelaslah ada tindak tutur perjanjian yang dimana Tuhan memanggil segala sesuatu

20 Walter Lemm, Tafsiran Alkitab : Kitab Kejadian 12:4-25:18, 136.

21 Walter Lempp, Tafsiran Alkitab : Kitab Kejadian 5:1-12:3 (Jakarta: Gunung Mulia, 2009),

102-103.

22 Walter Eichrodt, Theology Of The Old Testament Vol 1(Translated by J. A. Baker),

(7)

menjadi ada dalam ketergantungan kepada-Nya, namun harus dapat dipahami kembali bahwa dasar dari semua perjanjian Allah ini adanya undangan untuk diterima, dengan konsekuensi.23

Tinjauan Diakronis

Akar Kata dan Pengertian baµar

Jeff Bener menyatakan bahwa kata baµar berasal dari kata bhhr, yang artinya “memilih, terpilih, dan pilihan” sementara kata b¹µar itu sendiri adalah kata kerja, perfect maskulin tunggal, yang artinya “Memilih, dipilih, terpilih, diterima”.24 Senada dengan hal tersebut Brown, Driver dan Briggs juga menjelaskan bahwa kata baµar merupakan pilihan Ilahi terhadap orang-orang Israel (Yes. 41:8; 43:10) kemudian dalam II Samuel 10:9 dikatan bahwa kata baµar artinya dipilih dari.25

Kemudian Spinoza menyatakan bahwa baµar merupakan suatu dasar guna terjadinya penebusan dan penyelamatan. Bagi Spinoza Tuhan adalah dasar utama dalam pemilihan, karena Tuhan dipahami sebagai penyebab yang berkorelasi melalui pemilihan ini, bahkan dalam pemilihan ada fakta metafora dimana tidak ada penjelasan yang bermaksud bahwa Tuhan memiliki pilihan lain. Maka dalam pemilihan ini Tuhan sendiri terbebas (Tidak dipengaruhi) dari berbagai pihak luar.26

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan dari beberapa ahli mengenai arti dan akar kata baµar ini, penulis menyimpulkan bahwa pengertian kata baµar dapat bervariasi namun sesuai dengan konteks penggunaannya dan juga tujuannya. Akan tetapi, dalam kitab Deutro Yesaya pengertian baµar akan lebih jelas karena baµar atau pemilihan adalah suatu keputusan yang menghasilkan suatu tuntutan yang telah disediakan berupa perjanjian guna terjadinya tujuan akhir yang akan terpenuhi kelak.

23 Ben Faber, “Covenant and pedagogy”, Journals Sagepub, (April 2020):

https://doi.org/10.1177/2056997120919765. Diakses Senin, 10 Agustus 2020, 13:42 WIB.

24 Jeff A Bener, The Ancient Hebrew Lexicon Of The Bible (Pennsylvania: University Of

Pennsylvania, 2005), 305.

25 Brown, Driver dan Briggs, The Enhanced Brown, Driver dan Briggs Hebrew and English

Lexicon (Oxford: Clarendon Press, 2000), 308.

26 David Novak, The election of Israel: the idea of the chosen people (Cambridge: Published

(8)

Akar Kata dan Pengertian Berith

Istilah Berith memiliki arti Perjanjian. Menurut Harris, et als dalam Theological

Wordbook of the OT. Kata Berith berasal dari akar kata הרב (brh(; kata Berith

memiliki beberapa arti diantaranya ialah “Negara/Bangsa”, “Perjanjian”. Studi akar kata Berith tidak pasti, bisa jadi kata itu memiliki hubungan dengan kata Akkadian “Burru” yang berarti “Untuk memastikan sebuah situasi hukum pernyataan akan sumpah”. kata itu juga memiliki kaitan dengan kata Akkadian “birtu” yang memiliki arti “mengikat”. dimana kata ini merupakan turunan dari kata “Diantara”.

Kata “Perjanjian” ini dalam penggunannya dibagi ke dalam 3 bentuk: Pertama, Persetujuan seperti janji, Perjanjian, sebagai sebuah susunan atau peraturan ilahi dengan tanda atau ikrar (Janji) Seperti dengan Nuh (Kej. 9:9-17, Yes.54:19, Yer. 33:20, 33:35) sebuah janji ilahi dimana tidak akan ada lagi air bah yang lain. Kedua, Aliansi dari persahabatan seperti antara Daud dan Jonathan (1 Sam. 18:3, 20:8, 23:18; Mzm. 55:21). Ketiga, Aliansi dari pernikahan (Ams. 2:17, Mal. 2:14).

Pembahasan Topik Dan Bagian-Bagian Kitab Yang Parallel.

Dengan adanya pemilihan Abraham ini terbentuklah suatu hubungan yang substantif antara manusia dengan Tuhan, kemudian agar tercapainya hubungan positif semacam itu harus adanya tanggapan yang mampu dipertahankan dan mau menerima. Dalam hubungan pemilihan, antara Abraham dengan Allah bersifat individu kemudian terhadap keturunannya, maka Abraham dipilih sebagai nenek moyang dari suatu bangsa yang memilki pemilihan umun.

Dalam hubungannya dengan topik ini pada teks Alkitab, penting untuk diingat bahwa janji Tuhan kepada Abraham bukanlah janji pertama yang dibuat Tuhan. Setelah Air Bah, Tuhan berjanji bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi" (Kej. 9:11). Maka dalam menekankan bahwa janji ilahi tanpa syarat dibuat sebagai sumpah.

Narasi Perjanjian Dalam Alkitab

Narasi pemilihan sangat familiar dalam PL karena identik dengan pengalaman iman Bangsa Israel. Seperti yang dikatakan oleh Jon Levenson, "untuk semua bahasa

(9)

pilihan yang menjadi ciri teks perjanjian, Alkitab Ibrani tidak pernah menganggap pilihan untuk menolak perjanjian itu sah. Fakta bahwa suatu pilihan diberikan tidak membuat alternatif itu baik atau bahkan dapat diterima, seperti yang mungkin diinginkan oleh pendukung etika kontraktural murni, karena di sini kita berurusan dengan pertanyaan tentang kewajiban dan pilihan, perbandingan dengan perlakuan terhadap hubungan kedua konsep ini satu sama lain pada tingkat manusia.

Berdasarkan pembahasan dari topik-topik yang akan menjadi hasil maka penulis menyimpulkan bahwa, seluruh sejarah penebusan berlanjut di dalam pemeliharaan Allah yang misterius dan ajaib di mana Allah menegakkan dan menggenap perjanjian-Nya. Serangan tanpa henti dari iblis terhadap pekerjaan pemeliharaan Allah terus-menerus mencoba menghentikan keturunan iman yang akan menggenapi penyelenggaraan Allah di dalam sejarah penebusan.27

Analisis Dari Topik Dan Esensi Teologi Menurut Kitab

Dalam Alkitab banyak sekali penggunaan bahar namun memiliki beragam arti, maka dalam hal ini dalam kitab Deutro Yesaya bahar berarti sebuah pilihan yang penuh dengan pertimbangan yang dihasilkan dari suatu kebutuhan dan juga dilakukan dari kesadaran kemudian dapat dijelaskan dalam kriteria tertentu. Kemudian istilah bahar ini seringkali dihubungkan dengan suatu konsepsi bahwa Allah yang melakukan pemilihan (bahar) ini untuk memperlihatkan keagungan-Nya dalam bangsa yang telah dipilih-Nya yaitu Bangsa Israel (ay. 44:23).

Maka berdasarkan hal diatas penulis meyimpulkan bahwa Bahar yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh Allah “untuk memilih dan menjadikan seseorang dengan suatu tujuan" kemudian dengan adanya tambahan untuk kapasitas yaitu “menguji” yang terdapat dalam Yesaya 48:10.

Kemudian yang menjadi deskripsi dari konsep pemilihan Bangsa Israel sebagai Hamba Tuhan disini ialah bahwa kesamaan antara Hamba Tuhan dalam kedua nyanyian pertama yang cukup menarik perhatian; meskipun hamba itu diberi tugas untuk menegakkan Israel (Yes. 49:6), namun kalimat ini dapat ditafsirkan, demikian :

(10)

bahwa setiap dari anggota umat yang sadar mau mengembalikan orang lain kepada Tuhan, agar Bangsa Israel secara komunal sanggup untuk menerangi bangsa-bangsa. Selanjutnya, penulis menyimpulkan, bentuk perjanjian Allah kepada Bangsa Israel sebagai Hamba Tuhan ialah: Pertama, Bentuk perjanjian ini difokuskan pada stabilitas alam sebagai lingkungan yang aman, yang di dalamnya umat manusia yang berdosa dapat melayani tujuan-tujuan kerajaan Allah. Fokus perjanjian ini ialah pada hak-hak istimewa dan tanggung jawab Israel sebagai umat pilihan Allah. Kedua, Bentuk perjanjian yang tidak memiliki kesepakatan, yaitu dengan memanggil Israel untuk menjadi saksi-Nya (Yes. 43:10) pada era pemulihan. Singkatnya mereka yang dipilih akan mengalami penyertaan Allah dan berkat-Nya. Ketiga, Allah menyatakan keadilanNya sendiri yang hendak memulihkan hubungan baik dengan semua orang dan Ia menjadikan hambaNya "perjanjian bagi umat manusia" (Yes. 42:6). Hamba yang dimuliakan itu menyinari seluruh manusia dan padanya semua "bersama-sama dapat melihat kemuliaan Allah sebagai keselamatan sampai ke ujung-ujung bumi" (Yes. 40:5 dan 49:6; 42:6).

Allah memberkati Orang-Orang Pilihan-Nya

Sambil "memilih", Allah menggerakkan orang-orang-Nya, baik dalam pengertian jasmani maupun secara rohani. Secara lahir dan secara batin, mereka didorong dan ditantang terus-menerus sehingga senantiasa berada "di tengah jalan". Para orang-orang pilihan-Nya ini ditantang oleh firman Allah: mereka hendak menjadi hamba Allah (bnd. Abraham: Kej. 26:24 dan Mzm. 105:6; Ishak: Kej. 24:14: Yakub: Yeh. 37:25; ketiga-tiganya: UI. 9:27), yaitu orang yang memiliki hubungan yang

sedemikian erat dengan Tuhan sehíngga mereka menjalankan kehendak-Nya terhadap orang lain.28

Maka dalam hal ini penulis menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab dari pemilihan individu/komunal akan sangat dinantikan, karena adanya inisiatif Allah yang memilih dan Ia memberikan jaminan akan perubahan dalam masa kesulitan sekalipun. Kemudian kepada mereka yang dipilih akan mendapat kepastian bahwa

(11)

mereka akan ditolong apabila mereka mampu bangkit dan menolong dunia luar di sekitar mereka.

Orang-Orang yang tidak dipilih-Nya

Allah memilih orang-orang yang disukai-Nya, orang-orang yang berdarah. dan berdaging, orang-orang yang digerakkan-Nya sehingga menjadi hamba dan saksi-Nya. Apakah yang terjadi pada orang-orang lain, mereka yang. tampaknya tidak turut terpilih, sebab tidak disukai, dan oleh karenanya tidak turut digerakkan menuju kehidupan baru manusia? Sekiranya orang-orang pilihan Allah itu terasing untuk "dianakemaskan", tentulah selebihnya dari yang tidak terpilih itu akan "dianaktirikan"!

Cerita-cerita para bapa leluhur itu memberi cukup perhatian dan tempat kepada tokoh-tokoh manusia vang tidak terpilih itu. Mereka diberi tugas dan peranannya masing-masing. Mereka dilukiskan sebagai orang-orang vang setingkat dengan orang-orang yang terpilih: sama baik, sama buruk. malahan kadang-kadang lebih baik daripada mereka yang dengan tidak disangka-sangka mendapat perkenan Allah. Kalau Allah tidak memilih mereka belum tentu hal itu berarti bahwa Allah "menolak", "membuang" atau malah "mengutuki" mereka.

KESIMPULAN

Maka berdasarkan hal ini penulis menyimpulkan, yang menjadi konsep pemilihan Bangsa Israel sebagai Hamba Tuhan ialah: Pertama, Konsep pemilihan bangsa Israel sebagai Hamba Tuhan adalah supaya umat itu mendapat berkat berkat dan keselamatan karena dikhususkan Allah bagi diri-Nya sendiri (Mzm 33:12), dan supaya nama Allah dimuliakan melalui pelayanan mereka, sehingga menunjukkan keterpujian-Nya di hadapan dunia (Yes. 43:20; Mzm. 79:13; 96:1-10). Kedua, Konsep pemilihan diadakan dengan tujuan menjadikan persekutuan yang hidup antara Israel dan Allah. Bagian mereka, umat pilihan-Nya ialah menikmati kehadiran-Nya yang nyata lalu menerima karunia baik dan berlimpah-limpah yang dijanjikan-Nya akan dicurahkan kepada mereka. Ketiga, Konsepsi pemilihan yang praktis karena melibatkan individu bahkan bangsa sebagai objek dari pilihan-Nya yang bebas. Namun kebebasan dalam pilihan ini memiliki syarat.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Barth, Christoph. Theologia Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988. Bener, Jeff A. The Ancient Hebrew Lexicon Of The Bible. Pennsylvania: University

Of Pennsylvania, 2005.

Briggs, Brown, dan Driver. The Enhanced Brown, Driver dan Briggs Hebrew and

English Lexicon. Oxford: Clarendon Press, 2000.

Burns, Jim. 2007. Mantap Berperan Sebagai Orangtua. Yogyakarta: Gloria Graffa. Eichrodt, Walter. Theology Of The Old Testament Vol 2. Bloomsbury Street London:

SCM PRESS LTD, 1972.

__________. Theology Of The Old Testament Vol 1(Translated by J. A. Baker), (Philadelphia: Westminster Press, 1975.

Faber, Ben. Covenant and pedagogy, Journals Sagepub. April 2020.

https://doi.org/10.1177/2056997120919765. Diakses Senin, 10 Agustus 2020, 13:42 WIB.

Hill, Andrew E, & John Walton H, Survey Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2008.

Kaiser Jr, Walter. Teologi Perjanjian Lama. Surabaya: Gandum Mas, 2004. Lasor, W. S. Pengantar Perjanjian Lama 1 : Taurat dan Sejarah. Jakarta: Gunung

Mulia, 2016.

Lempp, Walter. Tafsiran Alkitab : Kitab Kejadian 12:4-25:18. Jakarta: Gunung Mulia, 2009.

_________.Tafsiran Alkitab : Kitab Kejadian 5:1-12:3. Jakarta: Gunung Mulia, 2009. Marie-Claire Barth-Frommel dan Christoph Bart. Teologi Perjanjian Lama 1. Jakarta:

Gunung Mulia, 2016.

Moritz, Joshua M. “Evolution, the End of Human Uniqueness, and the Election of the Imago Dei”, Theology and Science Journal, 9:3,Jul 2011.

https://doi.org/10.1080/14746700.2011.587665. Diakses Senin, 12 April 2020, 23:22.

(13)

Novak, David. The Election Of Israel: The Idea Of The Chosen People. Cambridge: Published by the Press Syndicate of the University of Cambridge,

Trumpington Street, 2003.

Park, Abraham, Pemeliharaan yang Misterius dan Ajaib. Jakarta: Gramedia, 2015. Preuss, Horst Dietrich. Old Testament Theology. Westminster John Knox Press

Louisville, Kentucky, 1927.

Sugiyono, 2013. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Wahono, Wismoady, S. Disini Kutemukan: Petunjuk mempelajari dan mengajrkan

Alkitab. Jakarta: Gunung Mulia, 2018.

Westermann, Claus. Isaiah 40-66. Philadelphia: Published by The Westminster Press, 1978.

Wright, Christopher, J.H. Hidup Sebagai Umat Allah : Etika Perjanjian Lama. Jakarta: Gunung Mulia, 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor resiko gejala yang berulang sehingga kemungkinan dapat berkembang menjadi asma : sosial ekonomi yang rendah, lingkungan rumah yang tidak sehat, jumlah anggota

Penelitian ini mempunyai implikasi sangat penting bagi para pengambil kebijakan untuk meningkatkan kinerja karyawan perusahaan. Hasil analisis yang telah dilakukan untuk

Dapat dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif merupakan variabel (X), kinerja merupakan variabel (Y), pada penjelasan diatas terdapat beberapa tipe atau

Sumber ide berdasarkan kesimpulan penulis yaitu pembuatan desain busana adalah segala sesuatu yang berupa gagasan untuk membuat suatu hasil karya indah yang berupa

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, hikmat, bimbingan dan kasih anugerah-Nya yang selalu menyertai mulai dari awal

Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan

Dalam proses pembuktian, apabila alat-alat bukti yang telah dihadirkan belum cukup untuk membuktikan terdakwa bersalah atau tidak, maka hakim dapat menggunakan

Sebagian besar warga Desa Jatisari hanya berpendidikan sampai dengan Sekolah Menengah Pertama bahkan ada yang hanya lulusan SD (Sekolah Dasar), mereka berpandangan