• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Anak Laki-Laki 11 Bulan Dengan Bronkiolitis Dan Gizi Baik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Anak Laki-Laki 11 Bulan Dengan Bronkiolitis Dan Gizi Baik"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI 11 BULAN DENGAN

BRONKIOLITIS DAN GIZI BAIK

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Oleh : SITI YUSNIA W N

22010110200146

Pembimbing : dr. Diah Astika R

Penguji : dr. Gatot Irawan Sarosa, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Siti Yusnia W N

NIM : 22010110200146

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Diponegoro

Judul : Seorang Anak Laki-laki 11 Bulan dengan Bronkiolitis dan Gizi Baik.

Penguji : dr. Gatot Irawan Sarosa, SpA Pembimbing : dr. Diah Astika R

Semarang, 21 Mei 2011

Penguji Pembimbing

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kasus “Seorang Anak Laki-laki 11 bulan dengan Bronkiolitis, dan Gizi Baik” ini dapat penulis selesaikan.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menempuh kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. dr. Gatot Irawan Sarosa, SpA selaku penguji

2. dr. Diah Astika R, selaku pembimbing

Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Semarang, Mei 2011 Penulis

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I ... 1

A. PENDAHULUAN... 1

B. TUJUAN ... 2

C. MANFAAT ... ... 2

BAB II. PENYAJIAN KASUS ... 3

A. IDENTITAS PENDERITA ... 3 B. DATA DASAR ... 3 C. DIAGNOSIS BANDING ... 13 D. DAFTAR MASALAH ... 13 E. PENATALAKSANAAN... ... 13 F. CATATAN KEMAJUAN ... 15

BAB III. PEMBAHASAN... ... 19

A. DIAGNOSIS……… 19

I. BRONKIOLITIS... 19

II. GIZI BAIK... 23

B. PENGELOLAAN……… 24

C. PROGNOSIS ... 27

D. BAGAN PERMASALAHAN……….. 29

BAB IV. RINGKASAN... ... 30

BAB V. LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH………. 31

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian balita di Indonesia. Tergolong ke dalam ISPA adalah Bronkiolitis yang secara anatomik merupakan salah satu ISPA bawah.1,2

Bronkiolitis diartikan sebagai penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil (bronkioli). Sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun dengan insiden tertinggi umur 2-8 bulan1. Respiratory Syncytial Virus merupakan agen penyebab pada 50 – 90 % kasus, sisanya oleh virus para influenza, mikoplasma, adenovirus dan virus lainnya. Infeksi primer oleh bakteri penyebab belum dilaporkan.1-4 Perbandingan insiden antara laki-laki dan wanita sekitar 1,5 : 1. Lebih sering mengenai kelompok sosial ekonomi rendah, keadaan tempat tinggal yang penuh sesak dan lingkungan perokok. Penularannya dapat melalui droplets, kontak dengan benda yang telah terkontaminasi seperti pakaian, perabot atau infeksi nosokomial.5

Walaupun gejala bronkiolitis dapat menghilang dalam waktu 1 – 3 hari, pada beberapa kasus dapat lebih berat, bahkan dapat menyebabkan kematian. Mortalitasnya kurang dari 1 %, biasanya meninggal karena jatuh dalam keadaan apnu yang lama, asidosis respiratorik yang tidak terkoreksi, atau karena dehidrasi yang disebabkan oleh takipnu dan kurang makan - minum. Disamping itu dapat pula memberikan dampak jangka panjang berupa batuk berulang, mengi, hiperreaktivitas bronkus sampai beberapa tahun, bronkiolitis obliterasi, dan sindrom paru hiperlusen unilateral (Swyer-James Syndrome).6

Berikut ini laporan kasus mengenai bronkiolitis dengan gizi baik pada seorang anak lai-laki berumur 11 bulan yang dirawat di IRNA C1L1 HND RSUP Dr. Kariadi Semarang dari tanggal 19 April 2011.

(6)

B. TUJUAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan mengelola penderita dengan bronkiolitis dan gizi baik, sekaligus mencoba membandingkan tindakan yang diberikan berdasarkan kepustakaan yang ada, sehingga dapat mengarah kepada penatalaksanaan yang lebih tepat dan rasional.

C. MANFAAT

Laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran untuk belajar mendiagnosis dan mengelola penderita bronkiolitis dengan gizi baik

(7)

BAB II

PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : By. Rasya Aditya Putra Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 11 bulan/ 1 Mei 2010

Alamat : Sapta Marga III Gabeng RT 07/01, Kecamatan Tembalang, Semarang

Masuk RSDK : 19 April 2011, pukul 01.20 WIB Keluar RSDK : 22 April 2011, pukul 13.00 WIB

No CM : 6596561

IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah : Tn S

Umur : 26 tahun

Pendidikan : STM

Pekerjaan : Pegawai swasta Nama Ibu : Ny A

Umur : 21 tahun

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Tidak bekerja

B. DATA DASAR 1. Anamnesis

Alloanamnesis dengan orangtua penderita tanggal 19 April 2011 pukul 14.00 WIB Keluhan utama : sesak nafas

a. Riwayat penyakit sekarang :

± 3 hari anak batuk (+), dahak (+) tidak dapat dikeluarkan, pilek (+), sesak (-), ngik-ngik (-), demam (+) anget-anget, bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri tekan belakang telinga (-), nyeri telan (-), muntah 1x/hari setelah batuk ± @2 sendok

(8)

makan, berisi dahak (+) warna putih encer (+) bercampur susu, BAB dan BAK tidak ada kelainan, anak masih bermain seperti biasa, makan dan minum tidak terganggu.

± 1 hari anak masih batuk dan makin bertambah parah, dahak tidak dapat dikeluarkan, sesak (+), ngik-ngik (+), sesak tidak berkurang dengan perubahan posisi dan cuaca (+), dan tidak bertambah saat bermain, biru-biru disekitar mulut (-), demam (+) tidak tinggi terus menerus, bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri tekan belakang telinga (-), nyeri telan (-), anak rewel (+), muntah 1x/hari 2-3 sendok makan berisi dahak kental warna putih dan susu, nafsu makan dan minum susu anak terganggu, buang air besar dan buang air kecil tidak ada kelainan, kemudian dibawa ke puskesmas Ngesrep diberi obat kotrimoksazol dan surat pengantar ke RSDK, karena batuk yang terus bertambah dan disertai sesak, anak kemudian dibawa ke RSDK.

b. Riwayat penyakit dahulu :

 Riwayat alergi telur (+)

 Riwayat tersedak sebelumnya disangkal

 Riwayat sesak sebelumnya dan nafas berbunyi (mengi) disangkal.

 Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria (-)

 Tidak pernah sakit batuk lama, tidak ada riwayat sering berkeringat malam hari, tidak ada keluhan berat badan turun atau sulit naik.

 Riwayat ruam /alergi susu saat bayi disangkal.

 Riwayat batuk/bersin saat pagi hari/subuh (-)

c. Riwayat penyakit keluarga :

 Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini atau batuk-batuk lama.

 Ayah pasien alergi telur (+), ayah perokok aktif (+).

 Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.

 Riwayat asma pada anggota keluarga disangkal.

(9)

d. Riwayat sosial ekonomi :

Ayah bekerja sebagai pegawai swasta. Ibu tidak bekerja. Menanggung 1 orang. Penghasilan per bulan Rp 1.000.000. Biaya pengobatan ditanggung jamkesmas.

NO Kriteria BPS Untuk Menentukan Rumah Tangga Miskin Ya Tidak

1 Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 perorang √

2 Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu murahan √ 3 Jenis dingding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester

√ 4 Tidak memilki fasilitas buang air besar/bersama dengan rumah

tangga lain

5 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik √

6 Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan

√ 7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu

bakar/arang/minyak tanah

8 Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam/satu kali dalam seminggu √

9 Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun √

10 Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari √

11 Tidak sanggup membayar pengobatan dipuskesmas/poliklinik √

12 Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh

perkebunan, dan atau pekerjaan lainya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 perbulan

13 Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD

√ 14 Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai

minimal Rp 500,0000, seperti sepeda motor kredit/nonkredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainya.

Kesan : sosial ekonomi kurang.

e. Riwayat pemeliharaan antenatal :

Periksa kehamilan di bidan sebanyak 6 kali, penyakit kehamilan disangkal, obat- obatan yang diminum berupa vitamin, tablet tambah darah, dan mendapat imunisasi TT 2 kali.

f. Riwayat persalinan.

No Kehamilan dan Persalinan Tgl lahir

 Laki-laki lahir dari seorang ibu G1P0A0 20 tahun, umur kehamilan 9 bulan, lahir spontan, langsung menangis, biru-biru (-), ditolong bidan, berat lahir 3500 gram. Panjang badan lahir 49 cm

(10)

g. Riwayat pemeliharaan post natal :

Pemeliharaan postnatal di posyandu, keadaan anak sehat.

h. Riwayat keluarga berencana :

Ibu mengikuti program KB suntik 3 bulan. Sikap terhadap KB yakin dan percaya.

i. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

Morbili belum pernah Diare (+)

Pertusis belum pernah Kejang belum pernah

Varisela belum pernah Kecacingan belum pernah

Difteri belum pernah Disentri basiler belum pernah

Malaria belum pernah Disentri amuba belum pernah

Tetanus belum pernah Demam tifoid belum pernah

Operasi belum pernah Fraktur belum pernah

Pneumonia belum pernah Tuberkulosis belum pernah

Bronkitis belum pernah Alergi obat/makanan belum pernah

TBC belum pernah Hepatitis belum pernah

Batuk (+) Pilek (+)

j. Riwayat imunisasi :

BCG : 1 kali, umur 1 bulan, skar positif. Polio : 4 kali, umur 0,2,4,6 bulan. Hepatitis : 3 kali, umur 2,4,6 bulan. Dipteri : 3 kali, umur 2,4,6 bulan Pertusis : 3 kali, umur 2,4,6 bulan Tetanus : 3 kali, umur 2,4,6 bulan Campak : 1 kali, umur 9 bulan Kesan : vaksinasi dasar lengkap.

k. Riwayat makan dan minum :

Umur 0 – 1 bulan : Anak mendapat Asi sesuai kemauan bayi (dihentikan karena asi tidak keluar dan puting susu yang datar) Umur 0 – 6 bulan : Anak diberi SGM 1 10-12x/hari @ 90 cc (3 sendok

(11)

Umur 6 bulan- sekarang : Anak diberi susu SGM II 8-10x sehari @ 120 cc - habis dan bubur susu 3 x sehari @ ½ mangkuk kecil - habis.

Umur 6 - 8 bulan : Anak diberi bubur susu ½ bungkus 3x/hari habis. Umur 8- sekarang : Anak diberikan nasi tim 3x/hari ½ mangkuk kecil +

ati/ayam/tahu/tempe + sayur

Buah : pisang, jeruk, pepaya (mulai diberikan umur 4 bulan 2x @2-3 sedok teh habis)

Kesan : kualitas dan kuantitas cukup, ASI tidak eksklusif, dan penyapihan dini.

l. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak :

 Pertumbuhan :

Berat badan lahir 3500 gram, panjang badan lahir 49 cm, lingkar kepala waktu lahir tidak tahu.

Berat badan bulan lalu 8 kg. Berat badan sekarang 8,3 kg, panjang badan sekarang 71 cm, lingkar kepala 52 cm (mesosefal).

(12)

Kesan : Gizi baik, perawakan normal, arah pertumbuhan sesuai garis pertumbuhan

 Perkembangan :

NO KPSP Pada Anak Umur 12 Bulan Ya Tidak

1 Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/dipojok, kemudian muncul dan menghilang secara berulang-ulang dihadapan anak,apakah ia mencari anda atau mengharapakan anda mucul kembal?

√ 2 Letakan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil tersebut dengan

perlahan-lahan. Sulitkah anda mendapatkan pensil itu kembali?

√ 3 Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan

berpegangan pada kursi/meja?

√ 4 Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama,

misalnya:”ma-ma”. “da-da”, “pa-pa’. jawab YA bila ia mengeluarkan salah satu suara tadi.

√ 5 Apakah anak dapat mengangkat badanya ke posisi berdiri tanpa bantuan

anda?

(13)

6 Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum ia kenal? Ia akan menunjukan sikap malu-malu atau ragu-ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang yang belum dikenalnya?

√ 7 Apakah anak daoat mengambil benda kecil seperti kacang atau kismis,

dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya?

8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan? √

9 Sebutkan 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata-kata yang lengakap).Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata-kata tadi?

√ 10 Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus yang ia

pegang?

Kesan : perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembanganya

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada tanggal 19 April 2011 , pukul 14.30 WIB di ruang HND C1L1 Seorang anak laki-laki, umur 11 bulan, berat badan 8,3 kg, panjang badan 71 cm. Kesan umum : sadar, tampak sesak , tidak sianosis , ada napas spontan , adekuat. Tanda vital : Nadi : 124 x/menit, isi dan tegangan cukup.

RR : 55 x/menit Suhu : 37C

Kepala : mesosefal, lingkar kepala 45 cm.

ubun-ubun besar datar dan belum menutup. Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.

Mata : konjungtiva palpebra anemis (-), sklera tidak ikterik, pupil isokor diameter 2 mm/2 mm, reflek cahaya (+) N / (+) N. reflek kornea +N/+N, reflek bulu mata +N/+N.

Hidung : nafas cuping hidung (-), tidak ada sekret. Telinga : tidak ada sekret .

Mulut : bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak kotor, gusi tidak berdarah, gigi incicvus sudah tumbuh.

Tenggorok : T1-1, faring tidak hiperemis.

Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Kulit : tidak ikterus

Dada : simetris, ada retraksi epigastrial. Parudepan : I : simetris, statis, dinamis.

(14)

Pa : stem fremitus kanan = kiri Pe : sonor seluruh lapangan paru A : suara dasar vesikuler normal

suara tambahan : ronkhi basah (-)/(-)

wheezing (+)/(+)

hantaran (+)/(+)

eksperium memanjang (+)/(+) Paru belakang: I : simetris, statis, dinamis.

Pa : stem fremitus kanan = kiri Pe : sonor seluruh lapangan paru A : suara dasar vesikuler normal

suara tambahan : ronkhi basah (-)/(-)

wheezing (+)/(+)

hantaran (+)/(+)

Eksperium memanjang (+)/(+)

paru depan paru belakang

Jantung : I : sulit dinilai Pa : sulit dinilai Pe : sulit dinilai

A : suara jantung I-II normal, tidak ada bising, tidak ada gallop, irama reguler, frekuensi jantung 120 x / menit, M1>M2, A1<A2, P1<P2.

Abdomen : I : datar, tidak ada venektasi. Pa : datar, lemas, tidak nyeri tekan.

Hepar : tidak teraba Lien : tidak teraba Vesikuler, ST (+) Vesikuler, ST (+) Vesikuler ST (+)

(15)

Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, tidak ada pekak alih. A : bising usus (+) normal.

Alat kelamin : laki-laki, testis (+) 2 buah, epispadi (-), hipospadia (-), fimosis (-), hiperemis (-)

Ekstremitas : superior inferior Sianosis (-)/(-) (-)/(-) Oedem (-)/(-) (-)/(-) Akral dingin (-)/(-) (-)/(-) Cap. refill <2’’ <2’’ Reflek fisiologis (+)N/(+)N (+)N/(+)N Reflek patologis (-)/(-) Clonus (-)/(-) Kekuatan 555 555 Tonus (+)N/(+)N (+)N/(+)N Kelainan lain : Tidak ada 3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah (tanggal 19 April 2011) Hemoglobin : 12,4 gram /dl Hematokrit : 36,6 % Eritrosit : 4,87 juta/mm3 Lekosit : 14 ribu/mm3 Trombosit : 549 ribu/mm3 MCV : 75,2 femtoliter MCH : 25,4 pikogram MCHC : 33,8 gr/dl Kesan : Trombositosis

Preparat darah hapus (tanggal 20 April 2011) : Eosinofil : 3 %

(16)

Batang : 0 % Segmen : 28 % Limfosit : 65 % Monosit : 3 % AMC 1%

Sistem eritropoetik : anisositosis ringan (+), Mikrosit (+), poikilositosis ringan (+), tear drop sell (+), pear shape sell (+), ovalosit (+), sferosit (+).

Sistem granulopoetik : jumlah tampak normal, limfosit teraktivasi (+). Sistem trombopoetik : jumlah meningkat, bentuk normal.

Kesan : Gambaran infeksi virus. d. X-foto thorak : (tanggal 19 April 2011)

Cor : CTR 47%, retrocard dan retrosternal space tidak menyempit. Pulmo : Corakan vaskular meningkat

Tampak bercak pada perihiler dan parakardial kanan Hilus kanan kiri tampak menebal

Hemidiafragma kanan setinggi kosta 9 posterior Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip

Kesan :

 Cor dalam batas normal

 Gambaran bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri, proses spesifik belum dapat disingkirkan

e. Pemeriksaan lain Scoring TB : Kontak TB 0 Uji tuberkulin 0 Gizi 0 Demam 0 Batuk 0 Pemb.nnll 0 Pemb. Sendi 0

(17)

Foto thoraks 1 Total 1 C. DIAGNOSIS Diagnosis Banding 1. Assesment : IRA DD/ Atas Bawah DD/ Bronkopneumonia Bronkiolitis 2. Gizi baik. Diagnosis Sementara 1. Bronkiolitis 2. Gizi baik D. DAFTAR MASALAH

No. Masalah Aktif Tgl No. Masalah Pasif Tgl

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Batuk8 Pilek8

Demam tidak tinggi8 Sesak nafas8 Wheezing8 Retraksi dada8 Trombositosis8 Bronkiolitis Gizi baik 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 1. Sosial ekonomi kurang 19/04/11 E. PENATALAKSANAAN 1. Ass : Bronkiolitis

Dx : S : Sesak napas, panas nglemeng, ngik-ngik, tarikan dinding dada O : darah rutin, preparat darah hapus, diff count, gambaran darah

(18)

Rx : - O2 masker 5 liter/menit

- Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/menit

Kebutuhan 24 jam Cairan 830 cc Kalori 990 kkal Protein 19,8 g 2A ½ N 480 cc 81,6 - 3x lunak 5x 120 cc susu 300 cc 600 cc 1100 393 39 11,4 JUMLAH % AKG 1380 cc (166%) 1584 kkal (160%) 50,4 g (230%)

- Peroral : - Parasetamol 100 mg bila t ≥38 °C - Ambroxsol 3 x 4 mg

- Nebulizer : pulmicort ½ respul Nacl 0,9% 4 cc

(pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00)

Mx : Pengawasan keadaan umum, tanda vital, distress respirasi, dan pengawasan jalan napas ( isap lendir jika perlu)

Ex : a. Penjelasan kepada keluaraga tentang penyakit, prosedur pengobatan serta prognosis penderita

b. Edukasi mengenai perlunya menjaga kebersihan lingkungan rumah dan badan penderita

c. Edukasi tentang penghindaran dari asap rokok serta kurang nya ventilasi udara dirumah

(19)

Tanggal Pemeriksaan Fisik Laboratorim, Konsul Assesment Terapi, Program 19-4-2011 Keluhan Keadaan umum Pemeriksaan Fisik TV : nadi RR Suhu Kepala Mata Hidung Mulut Tenggorok Leher Thorak Jantung Pulmo Abdomen Hepar Lien Ekstremitas

Sesak napas (+),batuk (+) sadar,kurang aktif, sianosis(-), napas spontan(+) , adekuat

124x/menit, i/t cukup 55 x/menit

37C

Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum menutup

Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-),

Nafas cuping (-), sekret (+)

Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), lidah kotor (-)

T1-1, faring hiperemis (-)

Simetris, pembesaran limfonodi (-). Simetris, statis, dinamis, retraksi epigastrial (+).

BJ I-II normal, bising (-), gallop(-)

SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-), wheezing (+/+), suara hantaran (+/+), eksperium memanjang (+)/(+)

Datar, lemas, venektasi (-), bising usus (+) normal. tak teraba. tak teraba. Sup Inf Sianosis -/- -/- Akral dingin -/- -/- Capillary refil < 2 II < 2 II Laboratorium Darah : Hb : 12,4 g / dl Ht : 36,6 % Eritrosit : 4.870.000/ mm3 Lekosit : 14.000 / mm³ Trombosit : 549.000 /mm³ MCV : 75,2 femtoliter MCH : 25,4 picogram MCHC : 33,8 gr/dl Pemeriksaan darah hapus :

-Sistem eritropoetik : anisositosis ringan (+), poikilositosis ringan(+), tear drop sell (+), pear shape sell (+), ovalosit (+), sferosit (+).

-Sistem granulopoetik : jumlah tampak normal, limfosit teraktivasi (+) -Sistem trombopoetik : jumlah

meningkatl, bentuk normal.

Pemeriksaan x-photo thorak :

-Cor : CTR < 47%, retrocard dan retrosternal space tidak menyempit.

-Pulmo : - Corakan vaskular meningkat - Tampak bercak pada perihiler dan

parakardial kanan

- Hilus kanan kiri tampak menebal - Hemidiafragma kanan setinggi

kosta 9 posterior

- Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip

O2 masker 5 liter/menit

Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit Peroral :

- Paracetamol 4-6 x100 mg jika t ≥38.50C - Ambroxsol 3 x 4 mg

Nebulizer : pulmicort ½ respul Nacl 0,9% 4 cc

( pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00) Diet : 3 x Diet lunak

5 x 120 cc SGM II Program :

- Pengawasan keadaan umum, tanda vital.

- Pengawasan jalan napas - Pengawasan distress respirasi. - Isap lendir teratur jika perlu Scoring TB : Kontak TB 0 Uji tuberkulin 0 Gizi 0 Demam 0 Batuk 0 Pemb.nnll 0 Pemb. Sendi 0 Foto thoraks 1 Total 1

(20)

ReflekPatologis -/- Clonus -/- Kekuatan 555 555 Tonus +N/+N +N/+N Pulmo : Gambaran bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri, proses spesifik belum dapat disingkirkan Assesment : Bronkiolitis Gizi baik 20-4-2011 Keluhan: Keadaan umum Pemeriksaan Fisik TV: Nadi RR Suhu Kepala Mata Hidung Mulut Tenggorok Leher Thorak Jantung Pulmo Abdomen

Sesak napas (+) menurun, batuk(-) sadar, aktif, napas spontan, adekuat(+), sianosis (-).

120/menit, i/t cukup 35x/menit

36,5ºC

Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum menutup

Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-),

Nafas cuping (-), sekret (-)

Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)

T1-1 ,faring hiperemis (-) Simetris, pembesaran limfonodi (-). Simetris,statis, dinamis, retraksi epigastrial (+).

BJ I-II normal, bising (-), gallop(-)

SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-), wheezing (-/-), suara hantaran (+/+)

Datar, lemas, venektasi (-), bising usus (+) normal.

Assesment : Bronkiolitis Gizi baik

O2 nasal 2 liter/menit jika perlu

Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit Peroral :

- Paracetamol 4-6 x100 mg jika t ≥38.50C - Ambroxsol 3 x 4 mg

Diet : 3 xDiet lunak 5 x 120 cc SGM II Nebulizer : pulmicort ½ respul Nacl 0,9% 4 cc

( pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00 Program :

- Pengawasan keadaan umum, tanda vital.

- Pengawasan jalan napas - Pengawasan distress respirasi. - Isap lendir teratur jika perlu

- Preparat darah hapus, diff.count, gambaran darah tepi

(21)

Lien Ekstrmitas Tak teraba. Sup Inf Sianosis - / - - / - Akral dingin - / - - / - Capillary refil < 2 II < 2 II Reflek fisiologis + / + + / + Reflek patologis - / - - / - Clonus -/- Kekuatan 555 555 Tonus +N/+N +N/+N 21-4-2011 Keluhan: Keadaan umum Pemeriksaan Fisik TV: Nadi RR Suhu Kepala Mata Hidung Mulut Tenggorok Leher Thorak Jantung Pulmo Batuk (-), sesak (-)

sadar, aktif, napas spontan, adekuat(+), sianosis (-).

110/menit, i/t cukup 30x/menit

36,8ºC

Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum menutup

Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-),

Nafas cuping (-), sekret (-)

Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)

T1-1 ,faring hiperemis (-) Simetris, pembesaran limfonodi (-). Simetris, statis, dinamis, retraksi

suprasternal (-), intercostal (-),epigastrial (-).

BJ I-II normal, bising (-), gallop(-)

SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-), wheezing (-/-), suara hantaran (-/-)

Assesment : Bronkiolitis Gizi baik

O2 nasal 2 liter/menit jika perlustop Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit

 stop

Peroral :

- Paracetamol 4-6 x 100 mg jika t ≥38,50

Diet : 3 x Diet lunak 5 x 120 cc SGM II Program :

- Pengawasan keadaan umum, tanda vital.

- Pengawasan jalan napas - Pengawasan distress respirasi.

(22)

Hepar Lien Ekstremitas

bising usus (+) normal. tak teraba. tak teraba Sup Inf Sianosis -/- -/- Akral dingin -/- -/- Capillary refil < 2 II < 2 II Reflekfisiologis + / + + /+ Reflekpatologis -/- -/- Clonus -/- Kekuatan 555 555 Tonus +N/+N +N/+N

(23)

BAB III PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS 1. BRONKIOLITIS Defenisi

Bronkiolitis diartikan sebagai penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil (bronkioli) yang sering terjadi pada anak di bawah 2 tahun dengan insiden tertinggi umur 2-8 bulan.1-4

Etiologi

Respiratory Syncytial Virus merupakan agen penyebab pada 50 – 90 % kasus, sisanya oleh virus para influenza, mikoplasma, adenovirus dan virus lainnya. Infeksi primer oleh bakteri penyebab belum dilaporkan.1,-4,7

Patofisiologi

Secara harfiah pernafasan berarti pergerakan oksigen dari atmosfir menuju ke sel-sel dan keluarnya karbondioksida dari sel-sel ke udara bebas. Jika hal ini diuraikan lagi akan terbagi menjadi pernafasan eksternal (difusi oksigen dan kabondioksida melalui mambran kapiler alveoli) dan pernafasan internal (rekasi-reaksi kimia intraseluler dimana oksigen dipakai dan karbondioksida dihasilkan sewaktu sel memetabolismekan karbohidrat dan substansi lain untuk membangkitkan ATP dan pelepasan energi).8

Setelah melewati hidung dan faring, udara didistribusikan kedalam paru melalui trakea, bronkus dan bronkioli. Satu masalah yang paling penting pada semua jalan pernafasan adalah memelihara agar tetap terbuka, sehingga aliran udara keluar masuk alveoli berjalan lancar. Cincin kartilago pada trakea dan bronkus berfungsi untuk mempertahankan rigiditas dan menjaga terjadinya kolap. Adapun bronkiolus dindingnya hanya terbentuk oleh otot polos dan diameternya sangat kecil yaitu 1 – 1,5 mm, sehingga mudah terjadi obstruksi baik oleh proses inflamasi maupun spasme otot itu sendiri.8

Patofisiologi bronkiolitis berawal dari invasi virus pada percabangan bronkus kecil, menyebabkan nekrosis epitel yang kemudian berproliferasi

(24)

membentuk sel yang kuboid atau gepeng tanpa silia. Rusaknya sel epitel bersilia menyebabkan gangguan mekanisme pertahanan lokal. Jaringan peribronkial mengalami infiltrasi lekosit, sel plasma dan makrofag, dan sebagian limfosit bermigrasi diantara sel epitel sehingga timbul udem, akumulasi mukus dan debris seluler hingga terjadi obstruksi lumen bronkiolus.9

Resistensi aliran udara meningkat pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi. Tetapi karena radius saluran napas kecil selama fase ekspirasi, maka terdapat mekanisme klep hingga udara akan terperangkap dan menimbulkan hiperinflasi dada. Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi total dan udara diserap. Proses patologik ini mengganggu pertukaran udara di paru, menyebabkan ventilasi berkurang dan hipoksemia. Sebagai kompensasi frekuensi napas akan meningkat. Umumnya hiperkapnia tidak terjadi kecuali pada penyakit yang sangat berat. Penyembuhan terjadi secara bertahap. Regenerasi lapisan basal mulai hari ke 3 – 4 dan regenerasi silia terjadi setelah 15 hari.9

Skema 1. Patofisiologi Bronkiolitis

Infeksi virus dari saluran pernafasan bagian bawah

Udem

Kerusakan epitel Hipersekresi

Obstruksi saluran nafas kecil

Atelektasisdan hiperinflasi

Penurunan kompliansi paru

Peningkatan kerja pernafasan

Kelelahan otot pernafasan Hipoksemi

Hiperkarbi

Apneu Asidosis

Syok

(25)

Dasar Diagnosis

a.Anamnesis

Pada bayi dengan bronkiolitis biasanya mempunyai riwayat terpajan pada anak yang lebih tua atau orang dewasa yang mempunyai penyakit pernafasan ringan pada minggu sebelum mulainya penyakit. Bayi mula-mula menderita penyakit infeksi ringan pada saluran pernafasan disertai batuk pilek untuk beberapa hari, biasanya tanpa kenaikan suhu atau hanya subfebril. Anak mulai mengalami sesak napas, makin lama makin hebat, pernapasan dangkal dan cepat dan disertai dengan serangan batuk. Pada kasus ringan gejala menghilang dalam 1 – 3 hari. Pada penyakit yang lebih berat gejala-gejala dapat berkembang dalam beberapa jam dan perjalanan penyakit menjadi berlarut-larut.1-4

b.Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik, anak nampak gelisah, sesak napas, napas cepat dan dalam (60-80x/menit), napas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi otot pernapasan akibat penggunaan otot-otot asesoris pernafasan karena paru terus-menerus terdistensi oleh udara yang terperangkap. Overinflasi paru dapat mengakibatkan hati dan limpa teraba di bawah tepi kosta. Pada perkusi terdengar suara hipersonor. Ronki basah halus dapat terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi. Fase ekspirasi pernafasan diperpanjang dan mengi/wheezing dapat terdengar. Pada sebagian besar kasus berat, suara pernafasan hampir tidak dapat didengar bila obstruksi bronkiolus hampir total.1-5

c.Pemeriksaan X-foto thorax

Pemeriksaan X-foto thorax mungkin masih normal atau menunjukkan adanya hiperinflasi paru (hiperaerasi) dengan diafragma datar dan kenaikan diameter anteroposterior pada foto lateral. Nampak penebalan peribronkial pada 50 % kasus, area konsolidasi pada 25 % kasus, dan area kolaps segmen atau lobar pada 10 %, atau ditemukan bercak-bercak pemadatan akibat atelektasis sekunder tehadap obstruksi atau inflamasi alveolus. Pneumonia bakteri secara dini tidak dapat disingkirkan dengan hanya pemeriksaan radiologik saja.1-6

(26)

d.Pemeriksaan Penunjang Lainnya

Lekosit dan hitung jenis biasanya dalam batas normal. Limfopenia yang sering ditemukan pada penyakit virus lain jarang ditemukan pada bronkiolitis. Uji faal paru menunjukan peningkatan Functional Residual Capacity, bertambahnya tahanan paru dan turunnya compliance. Setelah 4 – 5 hari fungsi paru membaik dan setelah 10 hari tahanan paru dan compliance kembali normal. Analisis gas darah menunjukan PaO2 rendah sedangkan PaCO2 normal atau meningkat. Derajat peningkatan PaCO2 tidak berhubungan dengan beratnya penyakit. Biakan nasofaring menunjukkan flora bakteri yang normal. Virus dapat diperagakan pada sekresi nasofaring dengan deteksi antigen (misalnya ELISA) atau dengan biakan.1-6

Pada penderita ini data-data yang mendukung diagnosis bronkiolitis adalah riwayat batuk yang makin lama makin berat, ada panas subfibril, sesak, tetapi tidak tampak sianosis dan ada riwayat mengi.

Pemeriksaan fisik didapatkan dispenu dengan frekuensi pernafasan 55x /menit, suhu 37 oC, terdapat retraksi epigastrial. Pada auskultasi paru terdapat wheezing, hantaran, eksperium memanjang. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat trombositosis, lekosit dan hitung jenis terdapat kesan limfosit teraktivasi dan gambaran infeksi virus.

Adapun hasil pemeriksaan X-foto thorax memberikan gambaran corakan bronkovaskuler yang meningkat, dan tampak bercak perihiller dan parakordial kanan. Hal ini kurang sesuai untuk bronkiolitis yang ditandai dengan hiperaerasi paru dan peningkatan diameter anteroposterior pada foto lateral serta diafragma lebih rendah.3,4

Diagnosis banding yang paling lazim dari bronkiolitis adalah asma bronkiale dan bronkopneumoni yang disertai dengan overinflasi paru. Wujud lain yang dapat dirancukan dengan bronkiolitis adalah gagal jantung kongestif, pertusis, kistik fibrosis, benda asing di trakea dan keracunan organofosfat.3

Diagnosis banding asma bronkiale dapat disingkirkan atas dasar bahwa pada penderita ini tidak dijumpai keadaan yang mendukung asma berupa : riwayat atopy pada keluarga , serangan/episode sesak yang berulang-ulang, mulainya

(27)

mendadak tanpa infeksi yang mendahului, ekspirasi yang sangat memanjang. Asma juga jarang terjadi pada umur kurang dari satu tahun dan memberikan respon yang baik terhadap suntikan adrenalin atau albuterol aerosol.3,4

Sedangkan diagnosis banding bronkopneumoni memang cukup sulit, apalagi didukung dengan gambaran X-foto thorax, namun keadaan klinis dan laboratoris tidak mendukung ke arah bronkopneumoni, yaitu pada bonkopneumoni panasnya tinggi, dari auskultasi paru didapatkan ronki basah halus nyaring, jarang atau tidak dijumpai wheezing maupun eksperium memanjang. Derajat sesaknya juga sesuai dengan temuan klinis (banyaknya infiltrat paru), sedangkan penderita ini terjadi sesak tanpa sianosis. Bronkopneumoni tidak berespon terhadap pemberian kortikosteroid.3

Pemeriksaan penunjang lain pada penderita ini belum diperlukan. Analisa gas darah (BGA) tidak dilakukan dengan alasan sudah terjadi perbaikan klinis setelah pemberian nebulizer . Deteksi agen penyebab dengan serologi masih jarang dilakukan. Demikian pula screening tuberkulosis dengan PPD 5 TU atau BCG tes tidak dilakukan karena anamnesis maupun pemeriksaan fisik tidak mendukung.

2. GIZI BAIK

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai interaksi antara masukan makanan dan kemampuan tubuh untuk menggunakannya. Status gizi dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa diet, obat-obatan, lingkungan, penyakit dan faktor internal termasuk genetik, riwayat kehamilan, etnik dan lain-lain.12

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan : 12 a. Anamnesis untuk menilai masukan diet.

b. Klinis dengan menilai ada tidaknya tanda-tanda kurang gizi.

c. Penilaian antropometri atau Z score yang disesuaikan dengan standar tertentu (WHO/NCHS)

d. Pemeriksaan laboratorium dengan melihat kadar hemoglobin, protein, dan kolesterol.

(28)

Menurut Z score, penderita ini termasuk gizi baik karena diadapatkan score WAZ = -1,6 SD, WHZ = -0,5SD, HAZ = 1,4 (masih didalam rentang -2<x<2).

B. PENGELOLAAN

Guna mencapai hasil pengobatan yang optimal, maka pengelolaan terhadap penderita haruslah bersifat menyeluruh, meliputi aspek keperawatan, medikamentosa, dietetik, dan edukatif. Pembahasan di bawah ini dimaksudkan untuk pengelolaan bronkiolits. Adapun trombositosis tidak dilakukan pengelolaan khusus karena diperkirakan hal ini akibat dari infeksi akut bronkiolitis sehingga penanganannya dengan mengobati penyebabnya. Terapi bronkiolitis dapat bersifat simtomatis/suportif maupun kausatif. Namun pada umumnya, terapinya bersifat suportif.

1. Aspek Keperawatan.

Indikasi rawat inap pada penderita ini adalah didapatkannya tanda-tanda distres respirasi. Pada bronkiolitis terjadi obstruksi jalan nafas kecil yang salah satunya disebabkan akumulasi mukus yang berlebihan, sehingga perlu dilakukan intervensi sebagai berikut : 13,14,15

- Mengatur posisi kepala dan dada sedikit terangkat 10 – 30 derajat sehingga leher agak terekstensi

- Membersihkan jalan nafas dengan suction (penghisap lendir) secara teratur. - Pemberian oksigen.

- Monitoring keadaan umum, tanda vital dan komplikasi yang mungkin terjadi perlu dilakukan secara intensif. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi dapat diatasi dengan :

o Memberikan kompres dingin pada dahi dan atau ketiak, apabila suhu > 38 0 Celcius perlu diberi antipiretik.

(29)

2. Aspek Medikamentosa

a. Suportif / Simtomatis : 1,3,4,13,15

 Oksigen yang dilembabkan, kecepatan aliran 1 – 2 liter/menit atau konsentrasi 28 % , bertujuan untuk mengatasi hipoksemia, mengurangi kehilangan air insensibel akibat takipnu, mengurangi dispnu, menghilangkan kecemasan dan kegelisahan. Jika keadaannya lebih berat, oksigen sebaiknya diberikan dengan konsentrasi 40 % menggunakan head box yang dipantau dengan pulse oximetri, dan kemudian konsentrasi oksigen diturunkan sesuai perbaikan saturasinya. Penderita ini tidak terdapat sesak nafas yang hebat, tidak sampai sianosis, sehingga diberikan oksigen 28% dengan masker atau nasal canul.

 Menjamin hidrasi yang adekuat melalui cairan parenteral maupun enteral untuk mengimbangi pengaruh dehidrasi akibat takipnu. Penderita ini selama sakit makan dan minumnya berkurang, sehingga diberi cairan parenteral berupa infus 2A ½ N 480/20/5 tetes mikro/menit.

 Pemberian kortikosteroid sampai saat ini masih kontroversial. Umumnya diberikan pada kasus yang gawat / kritis.Titik tangkap kortikosteroid adalah sebagai anti inflamasi sehingga dapat meringankan obstruksi pada bronkioli. Obat yang dipilih adalah deksametason inisial 0,5 mg/KgBB, dilanjutkan 0,5 mg/KgBB/hari dibagi 3 – 4 dosis, atau hidrokortison 5 – 10 mg/KgBB/hari tiap 6 – 8 jam sampai klinis membaik.

Penderita ini datang dengan distres respirasi, maka diberikan kortikosteroid nebulizer pulmicort ½ respul.

 Antipiretik diberikan bila suhu ≥ 38 0 Celcius

 Obat mukolitik dipertimbangkan pemberiannya dalam kaitannya dengan adanya hipersekresi mukus. Penderita ini diberi ambroksol 3 x 4 mg. Ambroksol adalah suatu benzylamin derivat vasicine, berguna dalam meningkatkan sekresi mukus dan mengurangi viskositas/kekentalannya serta memperbaiki transport mukosilier.

(30)

 Obat anti virus Ribavirin (virazol), suatu nukleotida sintetis, telah digunakan di luar negeri sebagai terapi spesifik. Pemberiannya secara inhalasi terus-menerus 12 – 20 jam/hari selama 3 – 5 hari, cukup efektif mengurangi gejala bronkiolitis jika diberikan sedini mungkin (pada awal perjalanan infeksi). Namun dalam suatu penelitian melaporkan bahwa pemberian ribavirin tidak begitu menurunkan lama rawat inap di rumah sakit dan angka mortalitas. Pengaruh jangka lama masih belum diketahui. Karenanya, penggunaannya hanya terindikasi pada bayi yang amat sakit atau pada bayi berisiko tinggi, seperti bayi dengan penyakit jantung kongenital sianotik, displasia bronkopulmoner berat, atau immunodefisiensi berat. Penderita ini tidak diberikan.

 Antibiotika sebenarnya tidak mempunyai nilai terapeutis, tetapi karena sulit dibedakan dengan pneumonia bakteri, antibiotika tetap diberikan secara empris, terutama pada keadaan umum yang kurang membaik dan kecurigaan adanya infeksi sekunder. Biasanya diberikan ampisilin 100 mg/kgBB/24 jam, dalam 4 dosis atau eritromisin 50 mg/kgBB/24 jan dalam 4 dosis. Pada penderita ini tidak diberikan.

3. Aspek Dietetik.

Status gizi penderita ini baik. Pemberian diet disesuaikan dengan kebutuhan gizinya. Berat badan penderita 8300 gram, suhu 370 Celcius.

Kebutuhan cairan selama 24 jam sebesar 100 cc x 8,3 kg = 830 cc. Kebutuhan kalori sebesar 990 kkal, sedangkan proteinnya 19,3 gram. Kebutuhan ini dicukupi dengan pemberian infus 2A ½ N, diet lunak, dan susu SGM II.

Tabel 4. Kecukupan gizi penderita hari ke-1

Kebutuhan 24 jam Cairan Kalori Protein

830 cc 990 kkal 19,8 gram

Infus 2A ½ N 480cc 81,6 kkal -

5x120cc SGM II 600 cc 393 kkal 11,4gr

(31)

Jumlah 1380 1584,6 50,4

Prosentase AKG 166 % 160 % 250 %

4. Aspek Edukatif

Peranan edukasi sangat penting dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit yang diderita serta mencegah kekambuhan di masa mendatang. Edukasi yang diberikan meliputi upaya preventif, promotif dan rehabilitatif.

a. Preventif. 14,15

 Menjaga higiene dan sanitasi lingkungan rumah, serta kebersihan bahan/alat-alat makan.

 Menghindari kontak dengan penderita batuk, pilek dan perokok.

 Mencegah terjadinya penyebaran nosokomial dengan memperhatikan teknik asepsis dalam merawat penderita.

b. Promotif.14

 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara menjaga kualitas dan kuantitas makanan agar tetap sesuai dengan angka kecukupan gizi, baik bagi ibu maupun penderita, serta melakukan imunisasi sesuai jadwal.

 Segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan jika anak sakit.

 Menciptakan rumah yang sehat dengan memperbaiki ventilasi dan merubah perilaku hidup sehat yang masih kurang.

c. Rehabilitatif.14

 Melakukan latihan pengeluaran lendir saluran pernafasan dengan postural drainase (penderita dalam posisi tengkurap dan dilakukan masase/tepuk-tepuk pada punggung).

 Melakukan mobilisasi terhadap penderita secara bertahap. C. PROGNOSIS

Pada penderita ini, prognosis untuk kehidupannya (quo ad vitam) adalah ad bonam, karena walaupun datang dengan distres respirasi, dapat ditangani dengan

(32)

segera dan tepat, sehingga masa-masa kritisnya terlewati. Sedangkan prognosis untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah ad bonam, dikarenakan pengelolaan terhadap penderita rasional dan menyeluruh meliputi aspek keperawatan, medikamentosa, dietetik dan edukatif.

Infeksi bronkiolitis akut berat pada bayi bisa berkembang menjadi asma. Ehlenfield dkk mengatakan jumlah eosinofil pada saat bronkiolitis lebih banyak pada bayi yang nantinya akan menderita mengi pada usia 7 tahun, yaitu median 98 sel/mm3. Adanya eosinofilia dimungkinkan bahwa mengi akan berlanjut pada masa kanak-kanak. Kriteria yang menjadi faktor risiko asma adalah didapatkannya 2 faktor risiko mayor atau 1 faktor resiko mayor + 2 faktor risiko minor. 1,15

- Faktor risiko major yaitu asma pada orang tua dan eksema pada anak.

- Faktor risiko minor adalah Rinitis alergi, mengi diluar selesma dan eosinofilia. Pada pasien ini kemungkinan belum bisa berkembang menjadi asma. Hal ini dapat disebabkan karena hanya memenuhi 1 kriteria minor yaitu pasien mengalami riwayat wheezing pada usia < 2 tahun.

Faktor resiko gejala yang berulang sehingga kemungkinan dapat berkembang menjadi asma : sosial ekonomi yang rendah, lingkungan rumah yang tidak sehat, jumlah anggota keluarga yang besar tinggal dalam 1 rumah, ayah seorang perokok aktif dan anak tidak mendapatkan ASI sejak lahir karena puting susu terbenam.

.

(33)

D. BAGAN PERMASALAHAN

Infeksi saluran pernapasan bagian bawah

Asuh Asih Asah Preventif Promotif Rehabilitatis

Tumbuh kembang optimal Lingkungan : -Kebersihan -Higiene sanitasi - - K e b e r s i h a n - H i g i e n e s a n i t a s i Perilaku:

- Pendidikan orang tua - Kebiasaan makan makanan kurang bernilai gizi - Pelayanan tentang kesehatan

Bayi laki-laki, umur 11 bulan

Bronkiolitis sesak batuk pilek mengi Retraksi

(34)

BAB IV RINGKASAN

Pada tulisan ini dilaporkan kasus seorang anak dengan bronkiolitis dan gizi baik dengan pembahasan, diagnosis, pengelolaan dan prognosisnya.

Telah dilaporkan seorang anak laki-laki, 11 bulan, BB 8300 gram, PB 71 cm. Pada anamnesis didapatkan bahwa anak mengalami batuk dan sesak yang dalam 3 hari terus bertambah.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan anak sadar, tampak sesak, tidak ada sianosis, napas spontan adekuat. Anak panas nglemeng, laju pernapasan meningkat, retraksi epigastrial. Pada pemeriksaan paru didapatkan suara hantaran, wheezing, eksperium memanjang di kedua lapangan paru. Pemeriksaan jantung dan lain-lain dalam batas normal.

Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan gambaran trombositosis dan limfosit teraktivasi. Gambaran X-foto thorak menunjukan jantung tidak membesar dan gambaran bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri, proses spesifik belum dapat disingkirkan. Pada pemeriksaan antropometri dengan Z score, anak digolongkan sebagai gizi baik

Berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan yang dilakukan, anak didiagnosis bronkiolitis.

Pengelolaan pada penderita ini secara umum terdiri dari keperawatan, medikamentosa dan pemberian diet. Selama perawatan didapatkan perbaikan keadaan umum penderita. Edukasi diberikan pada keluarga penderita mengenai segala usaha untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyakit yang sama atau penyakit yang lainnya.

(35)

BAB V

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

Anamnesa keadaan rumah dilakukan pada tanggal 1 Mei 2011 pukul 14.00 WIB. 1. Keadaan rumah

Status : rumah milik kakek penderita

Ukuran : 45 m2

Halaman : 4,5 m2

Teras : 4,5 m2, bersih

Dinding : kayu

Lantai : tanah

Ruangan : 1 ruang tamu ukuran 3 x 5 m, 3 buah ruang tidur masing-masing ukuran 2 x 2,5 m, 1 ruang makan 2 x 2,5 m,1 dapur ukuran 2 x 2,5 m, 1 kamar mandi sekaligus WC ukuran 2 x 2,5 m.

Ventilasi : cukup memadai, sirkulasi udara berasal dari pintu depan, pintu belakang dan jendela yang hanya ada di bagian depan rumah, kamar mempunyai jendela

Pencahayaan : cukup kecuali untuk ruang tidur pencahayaan kurang. Kebersihan : lantai disapu satu kali sehari

Kesan : bersih. Sumber listrik : PLN, 700 Watt

Sumber air : sumur gali milik tetangga, kualitas air baik, warna jernih Tempat sampah : ada di belakang rumah dan dibakar tiap hari

2. Kebiasan Sehari-hari

Anak diasuh oleh ibu, dan nenek penderita. Makanan dan minuman dimasak dahulu sebelum dimakan. Alat makan dicuci bersih dengan sabun. Makanan di meja ditutup dengan tudung saji. Ganti pakaian 1x sehari dan pakaian kotor dicuci tiap hari sekali. Rumah disapu 1 kali sehari.

(36)

3. Lingkungan

Rumah penderita terletak di Tembalang Semarang. Jarak antar rumah berjauhan. Sekitar rumah kotor dan sangat berdebu. Selokan dapat mengalir dengan lancar Jalanan di depan rumah adalah jalan aspal kecil dan sering dilalui motor, dengan lebar 3 m.

4. Denah Rumah

5. Keadaan Anak

Seorang anak laki-laki, umur 12 bulan, berat badan 8,5 g, panjang badan 71 cm. Keluhan :

-Kesan umum : sadar, tidak tampak sesak , tidak sianosis , ada napas spontan , adekuat.

Tanda vital : Nadi : 126 x/menit, isi dan tegangan cukup. RR : 30 x/menit

Suhu : 36,8 C

Kepala : mesosefal, lingkar kepala 45 cm,

ubun-ubun besar datar dan belum menutup Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.

(37)

Mata : konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor diameter 2 mm/2 mm, reflek cahaya (+) N / (+) N, reflek kornea +N/+N, reflek bulu mata +N/+N.

Hidung : nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada sekret. Telinga : tidak ada sekret .

Mulut : bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak kotor, gusi tidak berdarah, gigi belum tumbuh.

Tenggorok : T1-1, faring tidak hiperemis.

Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Kulit : tidak ikterus

Dada : simetris, tidak ada retraksi Parudepan : I : simetris, statis, dinamis.

Pa : stem fremitus kanan = kiri Pe : sonor seluruh lapangan paru A : suara dasar vesikuler normal

suara tambahan : ronkhi basah halus (-)/(-) wheezing (-)/(-)

hantaran (-)/(-)

ekspirium memanjang (-) Paru belakang: I : simetris, statis, dinamis.

Pa : stem fremitus kanan = kiri Pe : sonor seluruh lapangan paru

A : suara dasar vesikuler normal

suara tambahan : ronkhi basah halus (-)/(-) wheezing (-)/(-)

hantaran (-)/(-)

ekspirium memanjang (-) Jantung : I : sulit dinilai

Pa : sulit dinilai Pe : sulit dinilai

(38)

A : suara jantung I-II normal, tidak ada bising, tidak ada gallop, irama reguler, frekuensi jantung 120 x / menit, M1>M2, A1<A2, P1<P2.

Abdomen : I : datar, tidak ada venektasi. Pa : datar,lemas, tidak nyeri tekan.

Hepar: tidak teraba Lien : tidak teraba

Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, tidak ada pekak alih. A : bising usus (+) normal.

Alat kelamin : laki-laki, testis (+) 2 buah, epispadi (-), hipospadia (-), fimosis (-), hiperemis (-)

Ekstremitas : superior inferior Sianosis (-)/(-) (-)/(-) Oedem (-)/(-) (-)/(-) Akral dingin (-)/(-) (-)/(-) Cap. refill <2’’ <2’’ Reflek fisiologis (+)N/(+)N (+)N/(+)N Reflek patologis (-)/(-) (-)/(-) Clonus (-)/(-) Kekuatan 555 555 Tonus (+)N/(+)N (+)N/(+)N Kelainan lain : Tidak ada

(39)
(40)
(41)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidhartani M. Bronkiolitis. Dalam : Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta: UKK Respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008: 333-347

2. Wastoro D. Infeksi pernafasan akut pada anak. Dalam : Kuliah pulmonologi tahun 1996. Semarang. Bagian IKA FK UNDIP. 1996 : 1 – 8

3. Staf Pengajar FK UI. Bronkiolitis akut. Dalam : Buku kuliah ilmu kesehatan anak jilid 3. Jakarta. Bagian IKA FK UI. 1991 : 1233 – 1234 4. Trastotenojo MS, Sidhartani M, Wastoro D. Pulmonologi anak. Dalam :

Hartantyo I, Susanto R, Tamam M dkk editor. Pedoman pelayanan medik anak edisi kedua. Semarang. Bagian IKA FK UNDIP. 1997 : 83 – 85

5. Mansjoer, Suprohaita, dkk. Bronkiolitis akut. Dalam : Kapita selekta kedokteran jilid 2. Jakarta. Media Ausculapius FK UI. 2000 : 468 – 469 6. Orenstein DM. Bronkiolitis. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin editor.

Nelson, ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta. EGC. 2000 : 1484 – 1486 7. McIntosh K. Virus sinsitial respiratori. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin

editor. Nelson, ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta. EGC. 2000 : 1112 – 1114

8. Guyton. Buku ajar fisiologi kedokteran jilid II edisi 7. Jakarta. EGC. 1994 : 158 – 159

9. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi jilid II edisi 4. Jakarta. EGC. 1995 : 645 – 648

10. Soemantri AG, Tamam M. Hematologi – Onkologi . Dalam : Hartantyo I, Susanto R, Tamam M dkk editor. Pedoman pelayanan medik anak edisi kedua. Semarang. Bagian IKA FK UNDIP. 1997 : 149 – 172

11. Camitta BM. Anemia. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin editor. Nelson, ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta. EGC. 2000 : 1680 – 1682

12. Widiharto J. Hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan ISPA, diare akut, dan status gizi. Semarang. FK UNDIP. 1999 : 5 – 31

(42)

13. Bagian/SMF IKA FK UNDIP. Prosedur tetap algoritma pengelolaan penderita bayi/anak per sub bagian. Semarang. FK UNDIP. 1997 : 33 14. Sidhartani M. Bronkiolitis. Dalam : Riwanto I, Sidartani M editor.

Penatalaksanaan terpadu sesak nafas. Semarang. Badan Penerbit UNDIP. 1998 : 52 – 57

15. J.Zorc Joseph, Caroline Breese Hall. Bronchiolitis: Recent Evidence On Diagnosis And Management. Official journal of the American of Pediatric.125(2). 2010. 342-349

Gambar

Foto thoraks       1         Total               1   C.  DIAGNOSIS   Diagnosis Banding  1
Tabel 4. Kecukupan gizi penderita hari ke-1

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai

Pernyataan partisipan-partisipan tersebut memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yang menye- butkan klien dengan pemasangan fiksasi eksternal rentan terhadap gangguan

4 Menggunak an logika matematik a dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan..

(5) Penjabaran lebih lanjut mengenai tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D ditetapkan dengan Peraturan Bupati.. Bagian Kedua

Penelitian oleh Pratama &amp; Sulistyarini (2012) tentang dukungan keluarga dan depresi pada penderita HIV/AIDS dengan sampel 50 orang didapatkan hasil bahwa ODHA

Ruang lingkupnya adalah instalasi dan konfigurasi VoIP server Asterisk dengan protokol SIP menggunakan koneksi jaringan lokal (LAN) internet (WAN) dan PSTN, perancangan

Pendekatan deskriptiif kualitatif digunakan untuk membuat deskripsi mengenai variable yang diteliti, jadi dalam penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kajian terhadap

Sampel susu yang digunakan untuk pengujian di laboratorium dari setiap kuartir kerbau yang menunjukkan hasil positif CMT diambil sebanyak ± 20 ml dan langsung ditampung