• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Politik di Bali selalu menyertakan unsur-unsur kebudayaan lokal setempat,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Politik di Bali selalu menyertakan unsur-unsur kebudayaan lokal setempat,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Politik di Bali selalu menyertakan unsur-unsur kebudayaan lokal setempat, dimana peranan tokoh adat memliki peran menentukan konstelasi politik didalamnya. Peran tokoh adat inilah yang menjadikan politik di Bali memiliki nilai berbeda dengan daerah lainnya, di pihak lain Bali turut serta dalam penentu perkembangan dan pembangunan ekonomi Indonesia, tidak hanya ekonomi, sistem politik, hukum dan ham di Bali pun terus menjadi sorotan nasional dan internasional. Politik di Bali berkembang dengan pesat namun tanpa meninggalkan budaya-budaya lokal, peranan tokoh adat sangat menentukan percaturan politik di Bali. Memiliki beragam budaya dan adat bukanlah perkara mudah bagi masyarakat Bali, desa adat yang selama ini menjadi benteng kokohnya budaya Bali sampai saat ini masih terjaga dengan baik.

Memiliki dua desa yakni desa adat dan desa dinas sesungguhnya tidak mudah, kemungkinan terjadinya diskoordinasi dapat menimbulkan konflik horizontal dimasyarakat, namun tidak bagi Bali, desa adat memiliki tugas sendiri untuk mengelola jalannya kegiatan adat dan spiritual dimasyarakat. Peranan adat sangat besar untuk Bali, bahkan masyarakat cenderung memanfaatkan adat sebagai wadah untuk mereka berlindung, karena adat di Bali memiliki tekanan yang dirasa lebih kuat ketimbang tekanan atas hukum formal.

(2)

Pemilihan umum merupakan suatu sistem yang sampai saat ini dipercaya sebagai alat penyalur aspirasi yang paling baik, berbagai macam pola kampanye bisa kita lihat menjelang terlaksananya pemilihan umum baik itu pemilukada maupun pemilu legislatif, kampanye formal sampai kampanye yang unik bisa kita jumpai di Indonesia, itu semua hanya bertujuan untuk meraih perhatian masyarakat sebesar-besarnya guna dapat meraup suara agar dapat terpilih sebagai pemimpin daerah dan wakil rakyat baik tingkat daerah ataupun pusat. Bali yang merupakan salah satu provinsi yang menjadi khas Indonesia memiliki beragam budaya yang mampu menarik perhatian masyarakat, dari budaya pelaksanaan upacara sampai permainan akhirnya menjadi cara kampanye kandidat utuk menarik perhatian masyarakat. Seperti kandidat yang masuk ke sanggah bahkan pura dengan dalih persembahyangan bersama disertai pemberian sumbangan atau yang disebut dana punia di Bali menjadi pola kampanye yang sangat banyak dilakukan oleh kandidat peserta pemilu, hal lain yang menjadi cara kampanye untuk menarik simpati masyarakat seperti menggelar pementasan sendratari, wayang hingga topeng bondres yang bernuansa menghibur untuk menyenangkan hati penonton serta disertai dengan promosi kandidat, dengan demikian diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal kandidat yang memberikan hiburan tersebut.

Bukti nyata dari uraian diatas adalah lolosnya beberapa artis nasional menjadi wakil rakyat bermodalkan kepiawaian menghibur masyarakat, di Bali misalkan telah lolos Kadek Arimbawa sebagai senator dua periode yang profesinya sebagai pelawak Bali, artinya cara-cara kampanye seperti itu dapat

(3)

mengantarkan kandidat lolos dalam perhelatan pemilu dengan raihan suara yang tidak pas-pasan.

Bali selain memiliki keberagaman hiburan daerah dan keragaman budaya yang acap kali dijadikan bahan kampanye guna menarik perhatian pemilih, ada hal menarik yang sekiranya bisa dijadikan suatu kajian karena memiliki keunikan tersendiri dan pola kampanye ini cenderung baru dilakukan, awalnya tahun 2009 senator Bali lolos atas nama Nengah Wirata dengan melakukan metode kampanye dengan menghimpun penghobi sabung ayam, serta di Tabanan dua periode anggota DPRD Bali atas nama Sudana daerah pemilihan tabanan lolos dengan menghimpun penghobi sabung ayam daerah tabanan (Arsana Atmaja Putu, ST). Mengacu pada pengalaman kandidat yang lolos melalui pola kampanye permainan lokal “judi” tersebut maka bermunculan kandidat untuk meniru pola kampanye tersebut dengan harapan dapat duduk sebagai wakil rakyat, seluruh kandidat itu lupa bahwa cara kampanye mereka pasti menyalahi Undang-Undang Negara Republik Indonesia pasal 303 tentang judi dengan ancaman kurungan 5 tahun penjara.

Kandidat berdalih dan mencari alasan pembenar bahwa itu tidak melanggar hukum karena yang mereka adakan dalam kampanye adalah tabuh rah yang walaupun adu ayam atau sabung ayam tetapi tidak berisikan taruhan dan terbukti dengan itu mereka dapat dantarkan oleh para pecinta sabung ayam untuk duduk sebagai wakil rakyat. Fenomena permainan sebagai alat kampanye juga terjadi pada pemilihan umum legislatif 2014 dimana permainan kartu ceki aslinya dari china yang sudah masuk keBali dan menjadi suatu tradisi baru bagi

(4)

masyarakat Bali dalam penyelenggaraan upacara adat sebagai hiburan saat ini mulai dilirik sebagai alat kampanye atau mesin pedulang suara.

Ceki sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kartu judi berbentuk empat persegi panjang kecil-kecil berjumlah 180 helai (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kartu ini sering digunakan sebagai alat perekat persaudaraan ketika ada upacara adat di Bali, seperti pernikahan, kematian dan lain sebagainya. Atas dasar itu aktor politik mulai memiliki inisiatif mengumpulkan penghobi ceki untuk dijadikan lahan kampanye karena beliau menilai cekian ini cukup memiliki basis masa yang banyak dan fanatic. Selanjutnya berkembang beberapa kali pertemuan sampai pada proses perlombaan permainan ceki ini menjelang pemilihan umum legislatife 2014 sampai saat ini, tanpa memandang terhalang oleh pasal perjudian pola ini cukup menarik karena memiliki basis massa yang jelas karena tidak semua bisa memainkan permainan ini, berbeda bila seseorang memberikan hiburan yang sekalipun dinikmati oleh semua pihak tetapi massa panatiknya tidak sebesar cekian ini (kadek angga, kekeran buleleng 2015, ketua sekaa ceki). Judi sendiri didefinisakan apabila ada taruhan dalam sebuah permainan, maka ini merupakan cara kampanye yang unik yang diaplikasikan dalam pemilihan umum legislatife 2014, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana jejaring cekian ini dapat meloloskan Cokorda Oka Ratmadi dalam pemilihan umum legislatife 2014 sebagai anggota DPD RI 2014-2019, dan apakah para penghobi ini saja yang memilih atau melakukan mobilisasi kerabat terdekat/ atas dasar itulah saya ingin melakukan penelitian terkait permainan ceki yang mampu mengantarkan beliau sebagai anggota Dewan

(5)

Perwakilan Daerah Republik Indonesia, karena masyarakat khususnya kota Denpasar sudah mulai beranggapan bahwa Turnamen ceki inisiatornya adalah Cok Rat.

Melihat pemain cekian yang memiliki penggemar yang berakar di Bali, hal tersebut dimanfaatkan oleh simpatisan partai dan para politisi guna mencapai tujuan politiknya dengan mengharapkan raihan suara dapat meningkat dengan tunjangan suara dari para penggemar cekian tersebut. Simpatisan bersama politisi mencoba untuk masuk berbaur dengan para penggemar ceki serta mulai ingin mencari tempat terbaik dengan cara menjadi aktor yang mengadakan perlombaan agar dapat menggambarkan dirinya betul-betul ada dipihak mereka para penggemar cekian. Tokoh simpatisan atau politisi yang masuk kedalam perkumpulan “sekaa” ceki ini memiliki latar belakang profesi yang berbeda, selain dari profesi yang berbeda latar belakang keluarga, trah atau garis keturunan adat merekapun berbeda, ini menandakan bahwa cekian ini dipandang mampu untuk mengumpulkan berbagai latar belakang masyarakat di Bali sehingga dipandang menjadi lahan kampanye yang cukup baik bagi para politisi.

Mereka para simpatisan atau politisi yang masuk kedalam penggemar “sekaa” cekian ini sudah tentu memiliki modal kampanye yang cukup mumpuni, baik dari finansial maupun latar kekuasaan yang lainnya seperti tokoh adat atau tokoh puri yang memiliki garis perintah vertical pada masyarakat adat. Kekuasaan ini akan memunculkan hubungan yang lebih rekat dengan masyarakat karena ketika penguasa mampu berbaur maka masyarakat akan memandang bahwa penguasa tersbut akan mengayomi apa yang mereka lakukan, hal ini akan

(6)

memunculkan relasi atau jaringan yang akan terus berkembang dengan pola multi level yang dimana setiap individu diharapkan dapat menyebarkan jaringan berikutnya dibawah mereka. Kuatnya jaringan yang terbentuk melalui cekian ini karena pandangan bahwa aktor atau politisi dan tokoh adat serta permainan ini identic dalam setiap upacara adat yang mampu untuk memberikan perlindungan atau mampu menjadi pengayom bagi para cekian ini sangat menentukan kuatnya jaringan yang terbentuk di masyarakat melalui sekaa cekian ini.

Mengacu pada arti elit politik lokal yang dikemukakan oleh Nurhasim dalam bukunya yang dimana elite politik lokal merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilu dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal (Nurhasim, 2003:8). Elit lokal dalam hal ini tokoh adat bersama masyarakat adat dapat dikatakan mengesampingkan peraturan formal terkait judi ii atau permainan kartu ceki ini, ada anggapan bahwa permainan ini bersifat situasional dan tidak setiap hari, ini yang menjadikan ceki sangat lekat dengan adat di Bali begitupun dengan permainan kartu lainnya, hingga lahirnya perlombaan dan paguyuban ceki seolah tidak merasa terhalang oleh undang-undang perjudian, karena jika merujuk pada arti judi pada pasal 303 ayat (3) KUHP adalah yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan

(7)

lainnya (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). Turnamen ceki yang diadakan beberapa elit lokal bersama tokoh adat lainnya tidak memenuhi unsur pelanggaran pidana karena bersifat perlombaan, sehingga para sekaa cekian dapat dengan tenang untuk menyalurkan hobi mereka karena merasa mendapat pengayom baik dari segi politik maupu hukum, meskipun cekian bukan permainan asli Bali, namun akulturasi budaya yang membuat ceki selalu ada dalam setiap persiapan upacara adat di Bali menjadikan ceki memiliki keterikatan dengan masyarakat Bali, serta sekaa ceki juga menginginkan agar mereka bida menemukan ruang.

Keterlibatan aktor politik terlebih merupakan elit politik lokal dalam penyelenggaran cekian ini dikarenakan adanya suatu peluang meraup simpati dan suara masyarakat. Terlibat secara langsung dan menjadi starter atau pemain pertama meruapakan kesempatan terbaik dan ingin dimiliki semua elit politik. Penyelenggaraan ini melibatkan berbagai pihak, bendesa adat sebagai orang nomor satu di adat sampai penjaagaan tradisional yaitu pecalang yang merupakan bagian dari budaya siaga (Nordholt,2010:xxii). Munculnya elit politik lokal kepermukaan dengan berbagai cara pendekatan kemasyarakat tidak terlepas dari lahirnya Undang-Undang 32 tahun 2004 yang dirubah menjadi Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang Otonomi daerah yang tentu didalamnya memberikan ruang bagi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Desentraisasi lahir sejak orde baru dan diperkuat dengan otonomi daerah, hal ini yang berperan besar dalam memunculkan aktor politik tersebut menonjol didaerahnya sendiri atau yang disebut dengan lokal strongmen (Agustino,2014:98). Desentralisasi dapat membangkitkan semangat daerah untuk mengeksplor apa yang dimiliki, mulai

(8)

dari budaya asli daerah atau hasil akulturasi, sehingga permainan ceki sangat strategis dipakai kandidat yang sampai saat ini telah berkembang kekabupaten lain di Bali melihat apa yang telah dilakukan para tokoh politik dan adat setelah mengadakan Turnamen ceki, sekalipun bukan sepenuhnya kemenangan beliau berasal dari sekaa cekian tersebut.

Beragam budaya hingga permainan asli daerah dan hasil akulturasi budaya yang ada di Bali, maka dalam penelitian ini hanya difokuskan Turnamen ceki di kota Denpasar yang digagas pertama oleh Cokorda Oka Ratmadi. Penulis dalam kajian ini melihat adanya pergerakan jaringan tokoh atau relasi antar aktor dimana sekaa ceki bersama pihak penyelenggara. Penulis juga ingin melihat bagaimana pengaruh pergerakan jaringan antara penggemar ceki atau sekaa cekian dengan calon legislatif dalam hal ini pada Pemilihan Umum Legislatif 2014. Perolehan suara Cok Rat apakah ditunjang oleh sekaa cekian ini atau tidak, mengingat cok rat menggagas turnamen ceki yang dianggap baru oleh masyarakat kota Denpasar khususnya dan Bali pada umumnya.

Turnamen ceki merupakan olahraga rekreasi yang digagas oleh Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia Bali (FORMI Bali). Terselenggaranya turnamen ceki ini memang tidak tepat pada saat pemilu, namun ketika ketua dari federasi ini adalah elit politik lokal dan Turnamen ini berlangsung hingga 2014 tepat dengan pemilihan umum legislatif, maka penulis melihat ini sebagai salah satu strategi jaringan kampanye. Fenomena ini terlihat mengarah pada sikap atau perilaku politik masyarakat, khususnya penggemar ceki hingga keluar dari kota Denpasar untuk mengadakan Turnamen ceki tersebut. Perilaku tersebut terlihat

(9)

dengan timbulnya respon emosional yang mengarah pada pemberian restu dan dukungan kepada calon dalam hal ini kepada elit yang terlibat langsung dalam cekian tersebut. Stigma bahwa judi melekat kuat pada permainan ceki Formi yang lahir atas keluarnya UU Nomor 3 tahun 2005 berupaya menjadikan permainan kartu sebagai olahraga rekreasi. Fenomena ini akan memperlihatkan kita bahwa feomena ini mengarah pada salah satu bentuk tipe budaya politik.

Relasi jaringan antara satu individu dengan individu yang lain, antara aktor sangat besar peluangnya terjadi dalam wadah organisasi seperti ini, terlebih penyelenggaraan inisah dan diinisiatori oleh elit politik lokal yang juga tokoh masyarakat adat Bali, terlebih elit politik lokal ini ikut dalam perhelatan demokrasi pada pemilu 2014 di Bali.

Perhelatan turnamen ceki dirasa tepat bagi beberapa kalangan karena merupakan hal baru dimasyarakat, karena selama ini belum ada yang menjadikan hal ini sebagai strategi politk untuk meraih suara atau simpati masyarakat, turnamen yang sudah diadakan lebih dari satu kali sebelum pileg 2014 dimulai dari 2012 ini menandakan bahwa turnamen cekian ini tidak memenhi unsur pelanggaran pidana dan peserta yang ikut merasa aman mengingat judi tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum melainkan hanya sebatas pelanggaran.

1.2 Rumusan Masalah

Bila melihat paparan dari pendahuluan diatas, maka dapat difokuskan pada pertanyaan atas dasar permasalahan yang ada, adapaun masalah yang akan

(10)

dibahas dalam penelitian ini adalah terkait dengan, bagaimana strategi pemenangan dalam pemilihan umum legislatif dalam jaringan cekian di Bali pada tahun 2014?

1.3 Batasan Masalah

Untuk membatasi pembahasan agar tidak membias, penelitian ini akan terfokus pada jaringan antar tokoh atau aktor dalam turnamen cekian yang diselenggarakan oleh Formi yang notabenanya Cok Rat sebagai Ketua Formi dan Ketua DPRD Bali yang merupakan tokoh adat dan elit politik lokal, yang juga kegiatan ini menjelang pemilu legislatif 2014 dimana beliau juga merupakan kandidat calon DPD RI dan saat ini sudah menjadi senator untuk wakil Bali 2014-2019.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menegtahui jaringan atau relasi antar aktor dalam turnamen ceki di Bali pada tahun 2014.

2. Mengetahui pengaruh politik di dalam turnamen ceki di Bali Tahun 2012 dalam pemilu legislatif tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(11)

1. Manfaat Teoritis:

a. menjawab fenomena social politik yang ada dalam Turnamen cekian dan mengetahui proses politik dalam Turnamen ceki di Bali. b. Menunjukan secara ilmiah pengaruh politik dalam prnyelenggaraan

Turnamen ceki

c. Memperkaya kajian ilmu politik guna menegmbangkan keilmuan, khususnya politik lokal.

2. Manfaat Praktis:

a. Memberikan pemahaman pada masyarakat melalui bahan rujukan dalam memahami politik secara nyata dan gambling melalui hal kecil yang dianggap tabu seperti dalam politik yanga ada pada Turnamen ceki di Bali pada tahun 2014.

b. Memberi tambahan informasi kepada praktisi atau pengamat politik dalam memahami realitas politik ceki

c. Sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana

Referensi

Dokumen terkait

Secara kimiawi bahan organik tanah tersusun atas karbohidrat, protein lignin dan sejumlah senyawa kecil seperti lemak, lilin dan sebagainya, salah satu hasil

Bahwa, Pemohon dalam perihal ini mengajukan Perohonan dengan mendasarkan selisih perolehan suara perolehan 21.516 Suara atau memiliki presentase selisih sebesar 31.91%,

Dari contour plot super imposed pada level yang diteliti tidak diperoleh area komposisi optimum campuran natrium sitrat dan asam fumarat yang diprediksi sebagai formula optimum

1) Hipotesis 1: Ada pengaruh yang signifikan perilaku pemimpin terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya. Model regresi

τρόπο η κίνηση της 1ης Ομάδας Στρατιών θ α θ ύ ­ μιζε πόρτα που κλείνει από τα δυτικά προς τα α­ νατολικά, με σταθερό σημείο τη 2η Στρατιά

Hubungan antara faktor risiko penyakit jantung dengan persepsi pasien infark miokard akut terhadap gejala nyeri dada yang dialami responden ditunjukkan dalam tabel 2 yang

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Susunan Organisasi Dinas Kesejahteraan Sosial, Dinas Pariwisata,

Adapun saran terhadap Rumah Sakit Cahya Kawaluyan dalam hal pengelohan sampah organik menjadi kompos dalam waktu yang cepat dan efisien dapat menggunakan