• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TIGA JENIS BIOAKTIVATOR RAGI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KOMPOS SAMPAH ORGANIK DI RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TIGA JENIS BIOAKTIVATOR RAGI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KOMPOS SAMPAH ORGANIK DI RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TIGA JENIS BIOAKTIVATOR RAGI TERHADAP

KARAKTERISTIK FISIK KOMPOS SAMPAH ORGANIK DI RUMAH SAKIT

CAHYA KAWALUYAAN

Budiman, Suyono, Nadya Fazriaty

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi E-mail: Budiman_1974@yahoo.com

ABSTRAK

Pengelolaan sampah rumah sakit yang tidak benar akan menyebabkan masalah seperti timbulnya penyakit pada manusia, rusaknya estetika, pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara), breeding pleaces dan bencana atau kecelakaan. Salah satu cara pencegahan masalah tersebut adalah dengan pembuatan kompos. Pembuatan kompos dapat dipercepat dengan menambahkan bioaktivator ragi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tiga jenis bioaktivator ragi terhadap karakteristik fisik kompos sampah organik di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan posttest only control group desain. Populasi penelitian yaitu seluruh sampah organik dengan sampel sampah organik dari kegiatan Rumah Sakit Cahya Kawaluyan yang terdiri dari sampah sisa sayuran, buah-buahan dan dedaunan. Perlakuan yang diberikan penelitian ini yaitu tiga jenis bioaktivator ragi tape, tempe dan roti dengan dosis 17 gram selama 28 hari. Data di analisis secara univariat untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti, Rancangan acak lengkap untuk mengatahui jenis bioaktivator yang paling berpengaruh terhadap suhu, volume akhir dan berat serta bivariat (friedman test) untuk melihat adanya pengaruh bentuk fisik kompos.Hasil penelitian terdapat pengaruh dari tiga jenis bioaktivator ragi terhadap karakteristik fisik kompos sampah organik. Uji pH kompos bioaltivator ragi tape, tempe memenuhi syarat (pH=7) dan aktivator tempe tidak memenuhi syarat (pH=6.5). Uji (LSD) dan Uji Duncan terjadi penurunan terhadap hasil suhu, volume akhir dan berat kompos sampah organik yang sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi tape, tempe. roti sehingga tanpa perlakuan/kontrol. Hasil uji friedman test didapatkan nilai P ≤ α (0,05) yang menyatakan bahwa terdapatnya pengaruh tiga jenis bioaktivator ragi terhadap bentuk fisk kompos sampah organik.

Kata kunci : Sampah Organik, Rumah Sakit, Kompos, Bioaktivator ragi ABSTRACT

Improper management of hospital waste will cause problems such as disease in humans, damage to aesthetics, environmental pollution (water, soil and air), breeding places and disasters or accidents. One way to prevent this problem is by making compost. Composting can be accelerated by adding a yeast bioactivator. This study aims to determine the effect of three types of yeast bioactivators on the physical characteristics of organic waste compost at Cahya Kawaluyan Hospital. This research is an experimental study with posttest only control group design. The study population was all organic waste with organic waste samples from the activities of the Cahya Kawaluyan Hospital which consisted of leftover vegetables, fruits and leaves. The treatment given in this study is three types of bioactivator yeast tape, tempeh and bread with a dose of 17 grams for 28 days. The data were analyzed univariately to describe each of the variables studied, a completely randomized design to determine the type of bioactivator that most influenced the temperature, final volume and weight and bivariate (friedman test) to see the effect of the physical form of compost. The results of this study are the influence of three types of yeast bioactivators on the physical characteristics of organic waste compost. PH test of yeast tape bioaltivator compost, tempe fulfilled the requirements (pH = 7) and the tempe bioactivator did not meet the requirements (pH = 6.5). Test (LSD) and Duncan Test there was a significant decrease in the results of temperature, final volume and weight of organic waste compost (P <0.01) from the bioactivator treatment of yeast tape, tempe. bread so without treatment / control. Friedman test test results obtained P ≤ α (0.05) which states that there is an effect of three types of yeast bioactivators on the physical form of organic waste compost.

(2)

PENDAHULUAN

Menurut data Sistem informasi Pengolahan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sampah di Kota Bandung tahun 2017 – 2018 jumlah sampah yang ditimbun di TPA sebesar 1120,00 ton/hari dan jumlah sampah yang tidak terkelola sebesar 264.09 ton/hari. Jumlah timbunan sampah tersebutberasal dari berbagai sumber bukan berasal dari masyarakat tetapi dipengaruhi oleh sarana tempat umum salah satunya yaitu rumah sakit.

Timbunan sampah rumah sakit dipengaruhi oleh kenikan BOR setiap harinya, semakin banyak jumlah tempat tidur yang terisi, maka semakin besar timbunan sampah yang dihasilkan. Hal yang sama terjadi di Rumah sakit Cahya Kawaluyan yang setiap hari menghasilkan timbunan sampah domestik sebesar 231.94 kg/hari terdiri dari jenis sampah basah (bekas makanan, sayuran, buahbuahan) dan sampah sampah kering (kertas, tissue, plastik, kardus).

Permasalahan sampah akan menimbulkan permasalahan lingkungan, sampah yang menumpuk akan menyebabkan masalah estetika sehingga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, lipas, lalat dan tikus. Sampah sangat potensial sekali menimbulkan penyakit pada manusia antara lain penyakit perut, pes, tifus perut, leptospirosis yang disebabkan oleh lalat dan tikus, keracunan karena mencemari sumber METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian The Randomized Postests Only Control Group Desain yang hasilnya akan dianalisa secara deskriptif dan analitik. opulasi penelitian ini adalah sampah organik basah dan kering yang dihasilkan di instalasi gizi dan halaman Rumah Sakit Cahya Kawaluyan setiap hari tidak menentu akan berubah-rubah terus. Sampel penelitian ini 7% (2kg) sampah organik basah yang berasal darikegiatan di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan,

air dan gangguan pernapasan/penglihatan karena asap akibat pembakaran sampah (Suyono and Budiman 2014). Untuk mengurangi timbulnya dampak tersebut harus dilakukan pengelolaan sampah yang baik dengan pengomposan salah satunya.

Pengomposan menjadi alternatif pengelolaan sampah untuk sampah organik karena pertimbangan, pembuatan kompos tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Bahkan dengan menggunakan aktivator proses dapat dipercepat dan tidak menimbulkan aroma yang tidak sedap. Di samping itu kompos bisa dijual sebagai produk yang bernilai ekonomi cukup tinggi (Soeryoko 2010).

Pada proses pengomposan dikenal adanya biokativator (stater atau bioaktivator) yaitu bahan yang terdisi dari enzim, asam humat bahan, dan mikroorganisme seperti kultur

bakteri. biokativator mengandung

mikroorganisme yang merupakan faktor terpenting dalam proses pengomposan, Pada penelitian sebelumnya peneliti mencoba menaikan dosis biokativator ragi yaitu 17 gr dan menambahkan jenis ragi lainnya yaitu ragi roti.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tiga jenis biokativator ragi terhadap karakteristik fisik kompos sampah organik di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan.

Padalarang dengan kriteria inklusi yaitu sampah organik yang berasal dari limbah sayuran, buah-buahan dan sampah tanamtanaman.

Penelitian menggunakan Rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan 3 (tiga) jenis biokativator ragi tape, tempe dan roti disetiap pengulangannya sebanyak 3 kali., sehingga besar sampel sampah organik yang diperlukan adalah 16 kg. Teknik yang digunakan untuk mengetahui karaktaristik fisik kompos dengan melalui pengukuran dan pengamatan

(3)

terhadap pearameter pengomposan. Parameter dalam penelitian ini adalah suhu, volume akhir, bentuk fisik, pH dan berat akhir kompos sapah organik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau besar, komposter box plastik berukuran 45x22x30 cm, timbangan, saringan, kertas indicator, spayer dan penggaris.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampah organik yang terdiri dari sisa sayuran, buahbuahan dan dedauanan dari

HASIL PENELITIAN

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik kompos sampah organik dengan melalui pengukurna dan pengamatan. kritertia kompos yang memenuhi syarat yaitu suhu kompos mengalami perubahan

halaman Rumah Sakit Cahya Kawaluyan, ragi tape, ragi tempe, ragi roti, gula dan air. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan program computer SPSS for windowa pada taraf siginifikansi 0,05. Pengujian menggunakan uji friedman test untuk mengetahui pengaruh tiga jenis biokativator ragi terhadap karakteritik fisik kompos sampah organik.

suhu, volume kompos berkurang sebesar 30-40% dari volume awal, pH kompos memenuhi standar yaitu 6.80-7.49 berat kompos berkurang, bentuk fisik warna hitam kecoklatan, berbau tanah dan tenstur hancur. Tabel 1. Suhu kompos selama pengukuran

Jenis Bioaktivator Mean Subset Nilai p

1 2 3 Tape 26.113 26.1133 0.0000 Tempe 23.333 23.2133 Roti 23.213 23.3333 Kontrol 20.943 20.9433 Sig. 1.000 0.398 1.000

Secara Statistik, diperoleh bahwa jenis bioaktivator ragi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap suhu kompos sampah organik, hal ini dapat diperhatikan dari nilai sig 0.00 (P<0,01). Dari uji (LSD) dan Uji Duncan terjadi penurunan terhadap hasil suhu kompos sampah organik yang sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi tape, tempe. roti hingga tanpa perlakuan/kontrol, hal ini dapat dilihat dari sig. pada uji LSD yaitu 0.00 (P<0.01) dan subset pada uji Duncan dimana semua rata-

rata terletak pada sunset yang berbeda, dimana bioaktivator ragi tape merupakan yang paling berpengaruh karena subset pertama yaitu 26,1133. Syarat proses pengomposan sampah organik bahwasuhu kompos harus berbeda atau suhu menjadi naik/ thermofilik dan akan kembali suhu normal/mesofilik.Apabila suhu dalam proses pengomposan tidak terjadi fase thermofilik maka proses pengomposan tidak berhasil.

Tabel 2. Volume akhir kompos

Jenis Mean Subset Nilai

Bioaktivator 1 2 3 P Tape 17820 17820,00 0.0000 Tempe 20790 20790.0 Roti 22110 22110.0 Kontrol 26554 20.9433 Sig. 1.000 1.000 1.000

(4)

Dari uji (LSD) dan Uji Duncan terjadi penurunan terhadap hasil volume akhir kompos sampah organik yang sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi tape,

tempe. roti hingga tanpa perlakuan/kontrol, hal ini dapat dilihat dari sig. pada uji LSD yaitu

0.00 (P<0.01) dan subset pada uji Duncan dimana semua rata-rata terletak pada sunset yang berbeda, dimana bioaktivator ragi tape merupakan yang paling berpengaruh karena terdapat di subset pertama yaitu 17820,00.

Tabel 3. pH kompos

Pengulangan ke - Tape Ket Tempe Ket Roti Ket Kontrol Ket

1 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS

2 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS

3 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS

Rata-rata 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS

Pengukuran pH kompos sampah organik yang memenuhi syarat pada perlakuan

biokativator ragi tape dan tempe sedangkan

pada ragi roti dan kontrol tidak memenuhi syarat karena hasil pengukuran pH di bawah nilai ambah batas.

Tabel 4. Berat akhir

Pengulangan Tape (kg) Tempe (kg) Roti (kg) Kontrol (kg)

1 1.55 1.70 1.70 1.80

2 1.50 1.50 1.70 1.80

3 1.55 1.60 1.60 1.85

Rata-rata 1.53 1.60 1.67 1.82

Berat awal kompos sampah organik seluruh sampel disetiap pengulangganya sama yaitu sebesar 2 kg. Terlihat hasil berat akhir kompos sampah organik yang tertinggi terjadi pada biokativator ragi tape menjadi 1.53 kg,

berat akhir kompos sampah organik biokativator ragi tempe sebesar 1.60 kg, berat akhir biokativator ragi roti sebsar 1.67 kg dan berat kompos sampah organik pada kontrol menjadi 1.82 kg.

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Bentuk Fisik Kompos Berdasarkan Warna Bau Dan Tekstur Kompos Sampah Organik.

Pengulangan Ke- Perlakuan Warna Bau Tanah Tekstur

1 Kontrol - - - Ragi Tape √ √ √ Ragi Tempe √ √ √ Ragi Roti √ √ - 2 Kontrol - - - Ragi Tape √ √ √ Ragi Tempe √ √ √ Ragi Roti √ √ - 3 Kontrol - - - Ragi Tape √ √ √ Ragi Tempe √ √ √ Ragi Roti √ √ -

Dapat diketahui dari setiap pengulang pada kontrol tidak terdapat perubahan sama sekali terhadap bentuk fisik warna kompos belum mancapai warna kompos yaitu warna

kompos coklat agak kekuningan, bau kompos masih tercium bau asam dan tekstur kompos masih utuh belum hancur menyerupai tanah. Bentuk fisik kompos setelah diberikan

(5)

perlakuan biokativator ragi tape dan tempe selama 28 hari telah memenuhi syarat karakteristik fisik kompos yaitu warna sudah berubah menjadi coklat kehitaman, bau kompos sudah tercium mendekati bau tanah dan tektur kompos sudah mulai hancur. Bentuk fisik kompos stelah diberikan perlakuan biokativator ragi roti terdapat 1 karakteristik fisik yang tidak

PEMBAHASAN

Masing-masing biokativator ragi memliki komposisi mikroorganisme pengurai yang berbeda-beda, semakin banyak mikroorganisme pengurai bahan organik dalam suatu biokativator akan semakin cepat waktu penguraian bahan organik. Proses kematangan kompos sampah organik akan cepat karena mikroorganisme yang bekerja untuk mengurai bahan organik banyak. biokativator ragi tape memiliki kandungan mikroorganisme yang beragam untuk mengurai bahan organik yang komplek dibandingkan dengan biokativator ragi tempe dan roti.

Pengamatan suhu dilakukan untuk

mengetahui perubahan aktivitas mikroorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator dalam mengurai bahan organik. Pengamatan dilakukan pada pertengahan titik dari tumpukan kompos agar memastikan kestabilan suhu kompos. Rentan suhu kompos sampah organik dari perlakuan tiga jenis biokativator ragi dan kontrol pada masing masing perlakuan yaitu 25.13 – 31,30 oC (Widarti dkk, 2015). Kurang tingginya suhu kompos disebabkan karena jumlah limbah yang dikomposkan tidak cukup memberikan insulasi panas. sejumlah energi dilepaskan dalam bentuk panas pada perombakan bahan organik sehingga mengakibatkan naik turunnya tempertur. Peningkatan suhu adanya aktivitas bakteri dalam mendekomposisi bahan organik. Kondisi mesofilik lebih efektif karena aktivitas

berubah yaitu tekstur kompos belum sepenuhnya hancur, tekstur kompos masih kasar sedangkan untuk warna dan bau sudah memenuhi syarat, karena warna kompos sudah mendekati waran tanah yaitu coklat pekat dan bau sudah muali tercium bau tanah, bau kompos perlakuan biokativator ragi sudah tidak tercium bau asam/ragi.

mkroorganisme didominasi protobakteri dan fungsi. Pembalikan yang dilakukan dalam proses pengomposan mengakibatkan temperatur turun dan kemudian naik lagi (Widarti dkk, 2015). Penyusutan volume akhir kompos tertinggi yaitu pada biokativator ragi tape, biokativator ragi tape memiliki kandungan beragam mikroorganisme dibandingkan dengan biokativator ragi tempe dan roti. biokativator ragi tape memiliki mikroorganisme khamir Saccharomyces cereviciae, kapang Rhizopus sp,

khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomy- copsis Malanga, mikroorganisme tersebut mempunyai peran aktif terhadap proses pengomposan sampah organik. biokativator ragi tempe hanya memiliki mikroorganisme yang aktif adalah Rhizopus sp dan biokativator roti

memilki mikroorgnaisme aktif adalah Saccharomyces cerevisiae (Guntoro, 2013), jika dibandingkan dengan kontrol yang tidak mempunyai mikroorganisme aktif tambahan menjadikan volume akhir kompos belum pada proses maksimal. Volume kompos terjadi penyusutan disebabkan karena proses dekomposisi atau penguraian bahan organik

kompleks menjadi sederhana oleh mikroorgnisme yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi oksigen, uap, air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai maka suhu akan berangsur mengalami penurunan. Pada saat

(6)

ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut yaitu pembentukan kompos akan terjadi penyusutan volume maupun biomasa bahan. Derajat keasaman umumnya asam samapi netrai (pH 6.0-7.0), derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengelami penurunan karena jumlah yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. pada proses selanjutnya mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversi asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memilki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral. pH kompos berfungsi sebagai indicator proses dekomposisi kompos. Mikoorganisme kompos akan bekerja melakukan aktivitasnya dan tumbuh pada keadaan pH anatar 5.5 sampai 8 (Hadisumarno, 1992 dalam Allo dkk, 2014). Hasil analisa berat kompos yang dihasilkan dilakukan pengukuran dan dibandingkan dengan berat awal sebelum dilakukan pengomposan, berat awal kompos semua sempel komposter sama yaitu 2 kg. Selama proses pengomposan

kompos mengalami dekomposisi atau penguraian menjadikan berat kompos berkurang dari berat awal. Proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. selama proses pengomposan akan menjadi penyusutan berat atau bobot bahan

KESIMPULAN

Penggunaan biokativator ragi tape lebih berpengaruh dibandingkan dengan penggunaan SARAN

Adapun saran terhadap Rumah Sakit Cahya Kawaluyan dalam hal pengelohan sampah organik menjadi kompos dalam waktu yang cepat dan efisien dapat menggunakan bioaktivator buatan sendiri yaitu biokativator ragi tape dan tempe yang murah dan mudah di

(Sudiana, 2005). Perubahan warna kompos menunjukan adanya bakteri yang melakukan

aktivitas dekomposisi, pada proses pengomposan akan terjadi pengurian bahan organik oleh aktivitas mikroba yang mengambil air oksigen dan nutrisi bahan organik, kemudian akan mengamai pengurian dan membebaskan CO2 dan O2. Hal ini terjadi karena pengaruh bahan akativator yaitu inculant ragi untuk

mempercepat (Allo, 2014). Proses pengomposan berjalan dengan normal, maka tidak boleh menghasilkan bau yang menyengat (bau busuk). Kompos berubah menajdi berbau tanah karena telah selesai atau terhentinya proses dekomposisi atau penguraian bahan organik yang dilakukan oleh mikroba. Kompos yang beraroma asam atau berbau ammonia disebabkan proses fermentasi sampah organik masih dalam berlangsung oleh mikroba serta proses aerasi terhambat sehingga akan terjadi proses anaerob yang menghasilkan bau yang tidak sedap (Widarti, 2015). Tekstur kompos yang sudah matang akan menajdi hancur dan halus seperti tanah karena hasil penguraian/dekomposisi dari aktivitas mikroorganisme yang aktif. Semua produk kompos yang dihasilkan sudah terdekomposisi sempurna sehingga bentuk atau tekstur kompos sudah hancur atau halus dan dapat dijadikan sumber hara bagi tanaman (Sahwan, 2011).

biokativator ragi tape dan roti terhadap

karakteritik fisik kompos sampah organik.

dapat. Bagi Penelitian Selanjutnya Perlu adanya penelitian lebih lanjut melakukan pemelitian dengan menambah parameter pengujian C/N ratio, kelembaban kompos serta parameter standar kompos lainnya.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Allo, dkk. (2014), Pengaruh Jenis Bioaktivator Pada Laju Dekomposisi Sampah Daun Ki Hujan Samanea Saman Dari Wilayah Kampus Unhas, Tesis, Makasar, Univeritas Hasanudin

Amien, dkk. (2015), Timbulan Limbah Padat Medis Di Rumah Sakit Paru Kabupaten Jember, Skripsi, Jember, Universitas Jember.

Astuti, dkk. 2014. Kajian Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Community Health II (1),12–20.

Azizah, dkk. (2012), Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol , Ph , Dan Produksi Gas Pada Proses Fermentasi Bioetanol Dari Whey Dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 1 (2),72–77.

Damanhuri,dkk. (2011), Pengelolaan Sampah.” In Diklat Kuliah TL-3104.

Djuarnani, dkk. (2015), Cara Cepat Membuat Kompos.” In Cetakan Pertama, pertama, 20–30. Jakarta: AgroMedia.

Hadjar, D & Prima, L. (2006). Aplikasi

Bioaktivator SuperDec dalam Pengomposan Limbah Padat Organik Tebu. 180(1), 173–180.

Mentri Lingkungan Hidup RI. 2015. Rangkaian HLH 2015 – Dialog Penanganan Sampah Plastik. diakses di: RANGKAIAN HLH

2015 – DIALOG PENANGANAN SAMPAH PLASTIK _ KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP.html

Mulyono. (2017), Membuat Mol Dan Kompos Dari Sampah Rumah Tangga. Cetakan ketiga. Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka. Sahwan, dkk. (2011). Kualitas Kompos Sampah

Rumah Tangga Yang Dibuat Dengan Menggunakan Komposter’’ AEROBIK. Jurnal Teknik Lingkungan, 12(3), 233– 240.

Soeryoko, Hery. (2010), Kiat Pintar Memproduksi Kompos Dengan Pengurai Buatan Sendiri. edisi ke- 20. Yogyakarta: Lily Publisher.

Suwahyono, Untung. (2014), Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah. Cetakan pertama. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suwahyono, Untung. (2014), Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah. Cetakan pertama. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suyono, and Budiman. (2014), Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Cetakan pertama. (hlm. 125-129) Jakarta: EGC.

Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008. Zuanah, dkk. (2010), Ragi Tape Dan

biokativator Cair Ragi Tempe Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Tangga Tahun 2010. Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan 3 (2),47–55.

(8)

Gambar

Tabel 3. pH kompos

Referensi

Dokumen terkait

Teknis analisa data ini dilakukan untuk menarik kesimpulan tentang data yang diperlukan. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik analisis data kualitatif dengan

REALISASI LUAS TANAM PERIODE APR-SEP 2016 *)

Kepala Bagian Administrasi Akademik, Umum dan Ketarunaan Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.. Kepala Stasiun Geofisika Kelas II

Pada sekitar tahun 695 M,, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku yang tentu

Lembaga wakaf dalam hal ini membuka kesempatan kepada calon wakif untuk mewakafkan tanah, bangunan, unit usaha tertentu dalam berbagai bidang, atau wakaf uang yang

Sejauh yang penulis teliti dari ketiga skripsi diatas terjadi perbedaan antara karya yang penulis buat dengan ketiga skripsi tersebut, letak perbedaannya yaitu terdapat pada

Dari hasil perhitungan sisa obat dapat dihitung kepatuhan pasien dengan cara jumlah sisa obat dibagi dengan jumlah obat yang didapat di kali dengan 100% dari hasil itu dapat

Obat analgesik yang digunakan pada pasien cedera kepala, baik terapi awal maupun terapi lanjutan, merupakan analgesik non-opioid dengan penggunaan... secara tunggal