UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
EDITORIAL BOARD
Susunan Dewan RedaksiPengarah/ Advisor Seger Handoyo Ilham Nur Alfian Samian Endah Mastuti Mitra Bestari/ Reviewers Fendy Suhariadi (UNAIR) MMW. Tairas (UNAIR) Suryanto (UNAIR) Pimpinan Redaksi/ Chief Editor Herison P. Purba Redaksi Pelaksana/ Managing Editor Ike Herdiana Hamidah Cholichul Hadi Dewi Retno Suminar Alamat Redaksi Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Jl. Airlangga 4-6, Surabaya 60286 Telp. + 6231-5032770/ Faks.
+6231-5025910 email: [email protected]
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Table of Contents
No Title Page
1 Hubungan Persepsi Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri Pasien Penderita Diabetes Mellitus Pasca Amputasi
55 - 61
2 Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi
Emosi Expressive Suppression pada Remaja Perokok
62 - 68
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Vol. 2 - No. 2 / 2013-08 TOC : 2, and page : 62 - 68
Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Perokok
Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Perokok
Author :
Devi Ayu Muktia Rani | [email protected] Fakultas Psikologi
E. M. Agus Subekti | [email protected] Fakultas Psikologi
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kelekatan menghindar dengan strategi regulasi emosi expressive suppression pada remaja perokok. Subjek penelitian ini adalah remaja usia 18-22 tahun dengan jumlah subjek sebanyak 94orang.Penelitian ini menggunakan alat ukur yang disusun berdasarkan teori gaya kelekatan menghindar dari Bartholomew dan Horowitz (1991)dan teori regulasi emosi expressive suppression dari Gross (2007).Analisis data menggunakan tehnikkorelasi Pearsondengan bantuan program SPSS versi 16. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi antara gaya kelekatan menghindar dan expressive suppression yakni 0,457 dan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa gaya kelekatan menghindar memiliki hubungan positif dan signifikan dengan regulasi emosi expressive suppression pada remaja perokok.
Keyword : Gaya, kelekatan, menghindar, Strategi, regulasi, emosi, expressive, suppression, Remaja, Perokok,
Daftar Pustaka :
1. Bartholomew, K., & Horowitz, L. M., (1991). Attachment Style Among Young Adults: A Test of a Four Category Model. Vol 61. No 2. : Journal of Personality and social psychology
Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper : journal.unair.ac.id/filerPDF/jpkk730f4024acfull.pdf
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan
Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada
Remaja Perokok
Devi Ayu Muktia Rani
E. M. Agus Subekti
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Abstract._______________________________________________________________________
This study aimed to determine the correlation between Avoidant Attachment Style and Emo-tion RegulaEmo-tion Strategy Expressive Suppression on Adolescent Smoker. The participants of this research were adolescents aged 18-22 years with a total number of 94 subjects. This study used measurement tool based on the theory of Avoidant Attachment Stylebelongs toBartholomew and Horowitz (1991)and the theory ofEmotion Regulation Strategy Expressive Suppression be-longs Gross (2007). Data were analyzed using Pearson correlation techniques using SPSS ver-sion 16. The results showed correlation coefficient score between Avoidant Attachment Style andExpressive Suppression of 0.457and significance of 0.000. This suggests that the Avoidant Attachment Style has a positive and significant correlation with Emotion Regulation Strategy Expressive Suppression on Adolescent Smoker.
Keywords: Avoidance attachment style; Emotion regulation strategy expressive suppression; Adolescents; Smoker.
Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kelekatan menghindar den-gan strategi regulasi emosi expressive suppression pada remaja perokok. Subjek penelitian ini adalah remaja usia 18-22 tahun dengan jumlah subjek sebanyak 94orang.Penelitian ini menggu-nakan alat ukur yang disusun berdasarkan teori gaya kelekatan menghindar dari Bartholomew dan Horowitz (1991)dan teori regulasi emosi expressive suppression dari Gross (2007).Analisis data menggunakan tehnikkorelasi Pearsondengan bantuan program SPSS versi 16. Hasil pene-litian menunjukkan nilai koefisien korelasi antara gaya kelekatan menghindar dan expressive suppression yakni 0,457 dan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa gaya kelekatan menghindar memiliki hubungan positif dan signifikan dengan regulasi emosi expressive sup-pression pada remaja perokok.
Kata kunci: Gaya kelekatan menghindar; Strategi regulasi emosi expressive suppression; Remaja; Perokok.
Korespondensi:
Devi Ayu Muktia Rani, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Email: [email protected] E. M. Agus Subekti, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Email: [email protected]
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Devi Ayu Muktia Rani, E. M. Agus Subekti
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 63
PENDAHULUAN
Merokok merupakan suatu realitas yang sering kita jumpai saat ini. Di Indonesia, prevalensi orang yang merokok semakin meningkat setiap tahunnya. Dalam sepuluh tahun terakhir, pre-sentase konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia (Fatmawati, 2006 dalam Salawatia & Amalia, 2010). Pening-katan jumlah perokok ini juga diikuti dengan meningkatnya jumlah perokok pada usia remaja. Data yang diperoleh dari RISKESDAS (Riset Kes-ehatan Dasar) pada tahun 2010 mencatat bahwa ada 58,6 juta orang berusia 15 tahun ke atas yang menjadi perokok aktif dan pada remaja usia 15-19 tahun prevalensinya meningkat dari 7,1% pada tahun 1995 menjadi 20,3 pada tahun 2010 (dalam Jumlah Remaja Perokok Terus Meningkat, 2013). Data diatas memperkuat pernyataan dari Tan-dra (2003, dalam Hasnida & Kemala, 2005) yang menyebutkan bahwa 20% dari total perokok di Indonesia adalah remaja dengan rentang usia an-tara 15 hingga 21 tahun. Usia 15 hingga 21 tahun merupakan usia remaja dimana mereka keban-yakan masih menempuh pendidikan atau masih menjadi pelajar. Menurut Hery Chariansyah ter-dapat 37% pelajar di Indonesia dilaporkan biasa merokok (dalam Manggala, 2013). Pernyataan dia-tas mengindikasikan bahwa ada beberapa remaja yang masih menempuh pendidikan sudah terbia-sa untuk merokok.
Seseorang yang merokok itu dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni adanya orangtua yang mero-kok, konformitas terhadap teman, ingin menin-gkatkan self image, dan adanya reinforcement
negative (Sarafino, 2008). Faktor Reinforcement
ini yang merupakan faktor dalam berlanjutnya perilaku merokok (Sarafino, 2008). Reinforcement negatif dalam berlanjutnya perilaku merokok ter-jadi ketika seseorang menggunakan rokok seb-agai koping stress atau saat kondisi emosi tidak menyenangkan lainnya (Baker, 2004, dalam Sara-fino, 2008). Perokok yang melanjutkan perilaku merokoknya karena adanya reinforcement
nega-tive merupakan perokok yang sudah mencapai
tahap maintenance of smoking. Pernyataan ini didukung oleh Kaplan (1993) yang menyatakan bahwa seorang perokok yang mencapai tahap
maintenance of smoking memiliki alasan
mero-kok lebih kearah untuk mengurangi kegelisahan
atau kecemasan daripada untuk menumbuhkan
social confidence. Pernyataan diatas
mengindika-sikan bahwa alasan merokok seseorang yang telah mencapai tahap maintenance of smoking adalah untuk mengatur atau mengurangi emosi yang tidak menyenangkan. Salah satu contoh alasan penggunaan rokok untuk mengurangi emosi yang tidak menyenangkan bisa dilihat dari kutipan wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap remaja perokok berusia 21 tahun dan telah mero-kok selama 5 tahun.
“Saya kalau merokok itu merasa lega,
apa-lagi kalau ada masalah, malah pengen mero-kok terus, soalnya bikin lebih tenang”. (wawa-ncara 30 Desember 2013).
Pernyataan diatas mengindikasikan jika remaja ini mengkonsumsi rokok lebih banyak ketika ada masalah dan dengan merokok remaja ini bisa lebih tenang dalam menghadapi masalah. Per-nyataan-pernyataan diatas menunjukkan bahwa seorang perokok menggunakan rokok untuk mengatur, mengurangi, atau memodifikasi emosi negatif yang dirasakannya ketika menghadapi masalah dengan merokok, sehingga emosi negatif tersebut tidak terekspresikan. Perilaku merokok yang digunakan untuk pengaturan emosi ini ter-masuk dalam salah satu bentuk strategi regulasi emosi yakni expressive suppression. Pernyataan ini didukung dengan pernyataan Gross (2007) yang menyatakan bahwa tidak hanya olahraga dan relaksasi yang bisa digunakan untuk menu-runkan aspek psikologi dan pengalaman emosi, bahkan alkohol, rokok, obat-obatan, dan bahkan makanan juga digunakan untuk memodifikasi pengalaman emosi.
Expressive suppression adalah strategi regulasi emosi yang mengacu pada berbagai upaya yang dilakukan seseorang untuk menghambat atau mengubah emosi yang sudah memuncak dan re-spon emosi sudah mulai muncul (Gross, 2007). Definisi ini mengandung artian bahwa apapun upaya yang kita lakukan dengan tujuan meng-hambat emosi agar tidak muncul, bisa disebut dengan expressive suppression. Perilaku merokok ini memiliki banyak dampak negatif baik dari segi kesehatan (psikis dan fisik) maupun dalam segi ekonomi. Apabila dilihat dari segi ekonomi, merokok pada dasarnya “membakar uang” apa-lagi jika hal tersebut dilakukan remaja yang be-lum mempunyai pengahasilan sendiri (Komala-sari & Helmi, 2000), sehingga hal ini jelas akan
Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Peroko
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 2 No. 2, Agustus 2013
64
merugikan diri sendiri dan keluarga karena harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli rokok, belum lagi apabila uang sudah habis dan tidak ada penghasilan maka kemungkinan perokok akan melakukan hal-hal tertentu untuk memperoleh rokok misalnya saja dengan mencuri. Apabila dilihat dari segi kesehatan, merokok bisa mengu-rangi harapan hidup seseorang selama beberapa tahun dan meningkatkan resiko terhadap banyak penyakit, khususnya kanker dan penyakit jantung (Thun 1995, dalam Sarafino, 2008).
Banyak dampak negatif yang diakibatkan oleh perilaku merokok, namun perilaku merokok malah dijadikan sebagai cara regulasi emosi oleh remaja, dimana regulasi emosi akan dibutuhkan sepanjang hidup. Hal ini cukup memprihatinkan, karena penggunaan rokok sebagai cara regulasi emosi atau penggunaan expressive suppression secara terus menerus juga akan mengakibatkan dampak negatif. Pernyataan ini didukung oleh Gross & John, 2002 yang mengatakan bahwa in-dividu yang sering melakukan suppression mel-aporkan peningkatan simtom depresi (dalam Philippot, P & Feldman, R. S, 2004).
Penggunaan strategi expressive suppression ini dikaitkan dengan seseorang yang memiliki kelekatan menghindar (Gross & John, 2003, 2004 dalam Evers, Stok, & Denise, 2010). Seseorang dengan kelekatan menghindar mencoba untuk menolak kebutuhan akan kelekatan, menekan emosi dan pikiran yang berhubungan dengan kelekatan, dan menghambat permintaan yang tidak diinginkan untuk mencari kedekatan atau dukungan (Mikulincer & Shaver, 2007 dalam Cas-sidy & Shaver, 2008).
Dengan demikian, penulis mencoba melaku-kan penelitian secara kuantitatif untuk mengeta-hui apakah gaya kelekatan menghindar memiliki hubungan yang signifikan dengan strategi
expres-sive suppression pada remaja perokok. Expressive Suppression
Expressive suppression merupakan salah satu
bentuk dari responses-focused regulation dan menghambat ekspresi perilaku secara sadar ke-tika individu sudah mulai emosi. Expressive
sup-pression sendiri didefinisikan sebagai hambatan
terus-menerus terhadap ekpresi perilaku emosi, yang termasuk dalam model dari regulasi emosi. Contohnya adalah mencoba dengan baik untuk tidak menunjukkan satupun kecemasan selama
interaksi sosial yang penting seperti tes interview (Butler and gross, dalam Philippot, P & Feldman, R. S, 2004). Definisi lain juga diungkapkan oleh Gross (2007) yang menyatakan bahwa expressive
suppression merupakan salah satu strategi
regula-si emoregula-si yang mengacu pada usaha untuk meng-hambat pengalaman emosi itu sendiri (mencoba untuk tidak merasakan emosi) dan menyembun-yikan perasaan yang dirasakan.
Gross dan John (2002, dalam Philippot, P & Feldman, R. S, 2004) menemukan bahwa
expres-sive suppression secara kuat berhubungan pada
penutupan (masking), cenderung untuk meny-embunyikan perasaan yang dirasakan, sikap, dan kepercayaan karena memperhatikan tentang pre-sentasi diri dan penerimaan sosial. Berdasarkan pemahaman ini bisa disimpulkan pengertian dari
expressive suppression adalah cara yang
digunak-an individu untuk menghambat atau mengenda-likan emosi yang dirasakan agar tidak terekspresi-kan secara perilaku.
Ada beberapa bentuk dari expressive
suppres-sion yakni olahraga, relaksasi, alkohol, rokok,
obat-obatan, dan makanan. Pernyataan ini didu-kung oleh Gross (2007) yang menyatakan bahwa olahraga dan relaksasi bisa digunakan untuk menurunkan aspek psikologi dan pengalaman emosi, bahkan alkohol, rokok, obat-obatan, dan bahkan makanan juga digunakan untuk memodi-fikasi pengalaman emosi.
Gaya Kelekatan Menghindar
Menurut teori kelekatan, strategi menghin-dar didorong oleh keinginan untuk menghambat perasaan sakit dan distress yang disebabkan oleh frustasi karena menginginkan kedekatan dengan figur lekat, namun harus ditahan karena figur lekat yang dingin, berjarak, dan menolak (Gross, 2007). Posisi seseorang yang memiliki kelekatan menghindar menunjukkan bahwa dia tidak per-caya pada temannya dan berusaha untuk mem-pertahankan kemandirian serta menjauhkan emosi dari orang lain (Mikulincer & Shaver, 2007 dalam Cassidy & Shaver, 2008). Seseorang dengan kelekatan menghindar juga mencoba untuk me-nolak kebutuhan akan kelekatan, menekan emosi dan pikiran yang berhubungan dengan keleka-tan, dan menghambat permintaan yang tidak di-inginkan untuk mencari kedekatan atau dukun-gan (Mikulincer & Shaver, 2007 dalam Cassidy & Shaver, 2008). Gaya kelekatan menghindar adalah
Devi Ayu Muktia Rani, E. M. Agus Subekti
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 65
individu dengan kelekatan menghindar yang mengatur emosi dengan cara menghambat segala kondisi emosi yang tidak sesuai, dengan tujuan agar sistem kelekatan tidak diaktifkan (Miku-lincer & Shaver, 2003, dalam Gross, 2007). Usaha menghambat emosi ini sering muncul pada emo-si-emosi yang berkaitan dengan perasaan mudah terluka dan terancam seperti emosi takut, cemas, marah, sedih, malu, bersalah, dan distress (Gross, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dengan kelekatan menghindar terbiasa untuk menghambat emosi apabila emosi tersebut tidak diinginkan.
Menurut Bartholomew dan Horowitz (1991, dalam Feeney, J & Noller, P, 1996) kelekatan meng-hindar ini memiliki model self yang positif dan model figur lekat yang negatif. Dalam artian, Indi-vidu dengan kelekatan menghindar menganggap dirinya pantas untuk dicintai dan diperhatikan, namun menganggap figur kelekatan tidak selalu ada untuk dirinya dan tidak peduli dengan dir-inya. Hal ini menjadikan individu dengan keleka-tan menghindar memiliki kepercayaan diri yang tinggi, refleksi diri (anggapan tentang diri) tidak bergantung pada penerimaan orang lain, tidak bergantung dengan orang lain, mudah berteman dengan orang lain, namun tidak nyaman dengan hubungan emosional. Kelekatan menghindar menekankan pentingnya prestasi dan kepercay-aan diri, oleh karena itu individu dengan keleka-tan menghindar memiliki harga diri yang tinggi dalam hubungan yang intim.
METODE PENELITIAN
Dilihat dari dimensi tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian ekspla-natoris, dimana penelitian dilakukan untuk men-guji kebenaran akan prediksi dari teori, mengem-bangkan teori ke isu atau topik yang baru, serta mengelaborasi dan memperkaya penjelasan dari teori ini (Neuman, 2007).
Teknik sampling yang digunakan dalam pene-litian ini adalah teknik accidental sampling yang merupakan tehnik untuk mendapatkan sampel pada perilaku yang sesuai (Neuman, 2007). Sub-jek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki usia 18-22 tahun dan sudah mencapai tahap
main-tenance of smoking (telah merokok kurang lebih
selama 2 tahun dan mengkonsumsi lebih dari 4 batang rokok dalam sehari), serta sedang
menem-puh pendidikan. Subjek penelitian ini berjumlah 94 orang. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner berupa skala. Metode kuesioner dalam bentuknya secara langsung mendasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self-reports, atau setidaknya-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Hadi, S., 2004). Alat ukur dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori gaya kelekatan menghindar dari Bartholomew dan Horowitz (1991) berjumlah 24 aitem dengan realibilitas sebesar 0.729 dan teori regulasi emosi
expressive suppression dari Gross (2007)
berjum-lah 14 aitem dengan realibilitas sebesar 0.803. Teknik analisa data yang digunakan dalam peneli-tian ini disesuaikan dengan tujuan penelipeneli-tian yak-ni untuk menguji hubungan antara dua variabel, yaitu gaya kelekatan menghindar dengan strategi
expressive suppression. Uji hubungan ini
meng-gunakan teknik Pearson melalui bantuan pro-gram SPSS versi 16.0 for windows. propro-gram SPSS
versi 16.0 for windows.
HASIL PENELITIAN
Pallant (2007) menyatakan bahwa apabila ni-lai p (signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau dengan kata lain ada hubungan antara variabel X dan Y. Sementara itu, jika nilai p (signifikansi) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau bisa dikatakan tidak ada hubungan diantara kedua variabel yang diteliti. Berikut ini adalah tabel hasil uji korelasi data yang ada:
Kelekatan Suppres-sion Kelekatan Pearson
Cor-relation 1 .457**
Sig. (1-tailed) .000
N 94 94
Suppression Pearson
Cor-relation .457** 1 Sig. (1-tailed) .000
N 94 94
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji korelasi dalam penelitian ini adalah sebesar 0,000 atau lebih kecil daripada 0,05, sehingga dapat diketa-hui bahwa ada hubungan antara variabel X dan variabel Y. Skor korelasi ditemukan memiliki
ha-Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Peroko
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 2 No. 2, Agustus 2013
66
sil sebesar 0,457 yang dapat dimaknai kekuatan hubungan antar variabelnya berdasarkan tabel ni-lai koefisien korelasi dibawah ini menurut Cohen (1988, dalam Pallant, 2007):
Interval r Interpretasi
0,10 – 0,29 Lemah
0,30 – 0,49 Sedang
0,50 – 1,00 Kuat
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa makna dari hasil korelasi 0,457 adalah hubungannya sedang. Hal ini berarti ada hubun-gan positif antara gaya kelekatan menghindar dengan strategi expressive suppression pada remaja perokok.
PEMBAHASAN
Data hasil analisis yang telah didapatkan menunjukkan bahwa gaya kelekatan menghindar memiliki hubungan positif dengan penggunaan strategi regulasi emosi expressive suppression pada remaja perokok. Hasil uji korelasi yang menun-jukkan skor signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil daripada 0,05 serta memiliki skor koefisien korelasi sebesar 0,457 yang berarti hubungannya sedang dan bernilai positif. Oleh karena itu, ha-sil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya kelekatan menghindarnya maka akan semakin tinggi pula penggunaan strategi
expres-sive suppression pada remaja perokok.
Strategi regulasi emosi yang berbeda memi-liki hubungan dengan model atau pola keleka-tan seorang individu (Magai, 1999; Mikulincer et.al., 2003; Shaver & Mikulincer, 2002; Crugnola et.al., 2011, dalam Rasyid. 2012). Pernyataan dia-tas mengindikasikan bahwa gaya kelekatan ter-tentu memiliki hubungan dengan strategi regu-lasi emosi tertentu dan dalam hasil penelitian ini gaya kelekatan menghindar memiliki hubungan dengan strategi regulasi emosi expressive suppres-sion. Hasil ini didukung dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gross yang me-nyatakan bahwa penggunaan strategi expressive
suppression dikaitkan dengan seseorang yang
me-miliki kelekatan menghindar (Gross & John, 2003, 2004 dalam Gross, 2007).
Hubungan yang positif antara gaya kelekatan menghindar dengan strategi regulasi emosi
ex-pressive suppression pada remaja perokok terjadi
karena menurut teori kelekatan, strategi hindar didorong oleh keinginan untuk meng-hambat perasaan sakit dan distress yang disebab-kan oleh frustasi karena mengingindisebab-kan kedekatan dengan figur lekat, namun harus ditahan karena figur lekat yang dingin, berjarak, dan menolak (Gross, 2007). Seseorang dengan kelekatan meng-hindar mencoba untuk menolak kebutuhan akan kelekatan, menekan emosi dan pikiran yang ber-hubungan dengan kelekatan, dan menghambat permintaan yang tidak diinginkan untuk men-cari kedekatan atau dukungan (Mikulincer & Shaver, 2007 dalam Cassidy & Shaver, 2008). Po-sisi seseorang yang memiliki kelekatan menghin-dar menunjukkan bahwa dia tidak percaya pada temannya dan berusaha untuk mempertahankan kemandirian serta menjaukan emosi dari orang lain (Mikulincer & Shaver, 2007 dalam Cassidy & Shaver, 2008). Gaya kelekatan menghindar adalah individu dengan kelekatan menghindar yang mengatur emosi dengan cara menghambat segala kondisi emosi yang tidak sesuai, dengan tujuan agar sistem kelekatan tidak diaktifkan (Mikulinc-er & Shav(Mikulinc-er, 2003, dalam Gross, 2007).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pene-litian dari Cahyani, Alsa, & Helmi (1999) yang menyatakan bahwa seseorang dengan gaya kelekatan menghindar mengontrol kemarahan dengan menekan ekspresi marah dan dengan menghindarkan diri dari orang atau hal hal yang membuatnya marah. Hasil penelitian dari Mi-kulincer dan Orbach (1995 dalam Cahyani, Alsa, & Helmi, 1999) yang menemukan bahwa orang bergaya kelekatan menghindar cenderung untuk amat mengontrol ekspresi perasaan negatif yang mereka alami.
Skor koefisien korelasi dalam kelekatan ini adalah 0,457 dan masuk dalam kategori sedang yang artinya, hubungan antara gaya kelekatan menghindar dengan strategi regulasi emosi
ex-pressive suppression pada remaja perokok itu
tidak terlalu kuat. Hal ini terjadi dikarenakan adanya faktor lain yang bisa mempengaruhi pe-milihan penggunaan strategi regulasi emosi, se-lain faktor kelekatan yang turut mempengaruhi kualitas hubungan antara gaya kelekatan meng-hindar dengan strategi regulasi emosi. Adanya faktor temperamen yang dimiliki subjek pene-litian yakni, adanya perbedaan reaksi emosi, atau reaksi temperamen, dimana hal ini berpengaruh pada perkembangan kemampuan regulasi emosi
Devi Ayu Muktia Rani, E. M. Agus Subekti
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 67
(Stifter & Braungart, 1995; Calkins, 1994 dalam Gross, 2007), serta adanya faktor hubungan sub-jek penelitian dengan orangtua yang dapat mem-pengaruhi pola hubungannya dengan teman se-baya (La Guardia et al., 2000; Laghi et.al., 2009 dalam Rasyid, 2012).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa data penelitian ini, bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kelekatan menghindar den-gan strategi regulasi emosi expressive suppression pada remaja perokok. Hubungan antara kedua variabel adalah positif dimana semakin tinggi gaya kelekatan menghindarnya, maka penggu-naan strategi regulasi emosi expressive
suppressi-onnya juga akan tinggi.
Ada beberapa saran yang diajukan oleh penulis terhadap penelitian selanjutnya, yakni penelitian
selanjutnya diharapkan mampu untuk membuat aitem yang lebih efektif lagi dan menambah jum-lah aitem, sehingga bisa menstimulus subjek un-tuk merespon berbeda dan mengurangi faking
good yang dilakukan oleh subjek. Ada beberapa
saran juga yang diajukan oleh penulis untuk para remaja yang merokok. Remaja Perokok diharap-kan mulai belajar untuk mengungkapdiharap-kan apa yang dirasakan sedikit demi sedikit, baik kepada teman dekat atau orangtua sehingga remaja pero-kok akan mulai terbiasa untuk mengekspresikan emosi yang dirasakannya dan pelan-pelan mengu-rangi konsumsi rokoknya. Orang-orang disekitar perokok seperti orangtua, teman dekat ataupun pacar diharapkan bisa menjadi secure base bagi remaja perokok dengan memberikan dukungan dan bersedia memberikan waktu luang agar bisa mendengarkan dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh remaja perokok.
PUSTAKA ACUAN
Bartholomew, K., & Horowitz, L. M. (1991). Attachment Style Among Young Adults: A Test of a Four Category Model. Journal of Personality and social psychology. Vol 61. No 2.
Butler, E.A & Egloff, B. (2003). The Social Consequences of Expressive Suppression. Emotion. Vol. 3 No. 1. Cahyani, P., Alsa, A., & Helmi, A. F. (1999). Gaya Kelekatan Dan Kemarahan. Jurnal Psikologi. No 2. 65-77. Cassidy, J & Shaver, P.R. (2008). Handbook Of Attachment. New York: The Guilford Press.
Evers, C. Stok, F.M & Denise, T.D. (2010). Feeding Your feeling: Emotional Regulation Strategies and Emotional Eating. Society for personality and social psychology. Vol 36. No 6.
Feeney, J., & Noller, P. (1996). Adult Attachment. California: SAGE Publication, Inc. Gross, J.J. (2007). Handbook Of Emotion Regulation. New York: The Guilford press.
Gross, J.J., & Thompson, R.A. (2006). Emotion Regulation: Conceptual Foundations. Diakses pada tang-gal 7 oktober 2013 dari http://med.stanford.edu/nbc/articles/4%20-%20Emotion%20Regula-tion%20-%20Conceptual%20Foundations.pdf.
Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hasnida & Kemala, I. (2005). Hubungan antara Sress dan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki. Psikologi. Vol 1. No 2. Jumlah Remaja Perokok Terus Meningkat.. (2013). Kompas (On-line). Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013 dari
http://regional.kompas.com/read/2013/06/10/03431916/Jumlah.Remaja.Perokok.Terus.Menin-gkat.
Komalasari, D & Helmi, A.F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013 dari http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_ avin.pdf.
Manggala, P.P.Y . (2013). 37 Persen Remaja Indonesia Terbiasa Merokok. [Online] diakses pada tanggal 13 Oktober 2013 dari http://m.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/08/30/msapub-37-pers-en-pelajar-indonesia-biasa-merokok.
Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Peroko
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 2 No. 2, Agustus 2013
68
Neuman, W.L. (2007). Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Research (2nd. ed.). Boston:
Pearson Education, Inc.
Pallant, J. (2007). SPSS: Survival Manual (3rd. ed.). Sydney: Allen & Unwin.
Philippot, P., & Feldman, R. S, (2004). The Regulation of Emotion. New Jersey: Lawrence Erlbaum As-sociates, Inc. Publishers.
Rasyid, M. (2012). Hubungan antara Peer Attachment dengan Regulasi Emosi Remaja yang Menjadi Siswa
di Boarding School SMA Negeri 10 Samarinda. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.
Vol. 1. No. 03.
Salawati, T., & Amalia, R. (2010). Perilaku Merokok di Kalangan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang. Jurnal Ilmiah. Semarang. ProsidingSeminar Nasional. Universitas Muhammadiah. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Santrock, W. J. (2003). Adolescence (6th ed). Terjemahan: Aledar dan Saragih. Jakarta: Erlangga.
Sarafino, E.P. (2008). Health Psychology: Bio Psychosocial Interactions. New Jersey: John Wiley & Sons, INC.