• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREFERENSI PAKAN DAN PERILAKU MAKAN WALABI LINCAH (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) Di KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA TRI WAHYUNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREFERENSI PAKAN DAN PERILAKU MAKAN WALABI LINCAH (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) Di KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA TRI WAHYUNI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI PAKAN DAN PERILAKU MAKAN WALABI

LINCAH (Macropus agilis Peters and Doria, 1875)

Di KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA

YOGYAKARTA

TRI WAHYUNI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi Pakan dan Perilaku Makan Walabi Lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penullis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpah hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013 Tri Wahyuni NIM E34090083

(4)

ABSTRAK

TRI WAHYUNI. Preferensi Pakan dan Perilaku Makan Walabi Lincah (Macropus agilis Peters and Doria,1875) di Kebun Binatang Gembira loka Yogyakarta. Dibimbing oleh ACHMAD MACHMUD THOHARI dan BURHANUDDIN MASYUD.

Walabi lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) merupakan satwa berkantung endemik Papua. Populasi walabi lincah di alam mengalami penurunan. Permasalahan yang dihadapi di habitat aslinya yaitu perburuan, perubahan habitat savana, persaingan habitat oleh Rusa Timor (Rusa Timorensis) dan pembakaran hutan. Salah satu upaya konservasi ex-situ yang dilakukan yaitu melalui penangkaran, salah satunya di kebun binatang. Pengelolaan mengenai preferensi pakan dan perilaku makan penting untuk diketahui sebagai dasar dalam upaya konservasi walabi lincah. Metode yang digunakan yaitu Focal Animal Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi pakan yang paling tinggi yaitu kangkung (Ipomea reptans) dengan nilai indeks preferensi pakan sebesar 1.58. Berdasarkan hasil Uji Chi-Square (X2) diketahui nyata (P > 0.05), bahwa perilaku makan walabi jantan dan betina tidak jauh berbeda dengan pola perilaku makan yaitu berjalan, mendekati, mengambil, mengunyah dan memamahbiak. Jumlah rataan konsumsi, palatabilitas serta preferensi pakan tertinggi pada jenis kangkung dan perilaku makan walabi lincah yaitu berjalan mendekati makanan dengan mengendus-endus, mengambi, mengunyah dan memamahbiak makanan tersebut. Kata kunci: konsumsi, palatabilitas pakan, perilaku makan, preferensi pakan, walabi lincah

ABSTRACT

TRI WAHYUNI. Food Preference and Feeding Behaviour of Agile Wallaby (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) in Yogyakarta Gembiro Loka Zoo. Supervised by ACHMAD MACHMUD THOHARI dan BURHANUDDIN MASYUD.

Agile wallaby (Macropus agilis Peters and Doria, 1841) is a marsupial fauna endemic in Papua. Population of agile wallaby is declining significantly because of illegal hunting, reducing and changing of their savanna habitat, competition with timor deer (Rusa timorensis), and forest fire. One of ex-situ conservation strategy of agile wallaby is the captive breeding. Food preference and feeding behavior is the important factor in the breeding. This research used Focal Animal Sampling method. The result research shows that the most prefered feed is water spinach (Ipomea reptans) with the index is 1.58. Based on the test Chi-Square (X2) test known significant (P > 0.05), that the behavior of eating males and females wallaby are not far different from pattern of walking, approach, taking, chewing and ruminating. The palatability and the highest feed preferences on the type of water spinach and the common feeding behavior of agile wallaby are by walking, probing by smelling, eating, chewing and ruminating.

Keywords: agile wallaby, consumption, feeding palatability, feeding behavior, food preferences.

(5)

ii Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi SumberDaya Hutan dan Ekowisata

PREFERENSI PAKAN DAN PERILAKU MAKAN WALABI

LINCAH (Macropus agilis Peters and Doria, 1875)

DI KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA

YOGYAKARTA

TRI WAHYUNI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah Perilaku Satwa Liar, dengan judul Preferensi Pakan dan Perilaku Makan Walabi Lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Achmad Machmud Thohari DEA dan Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud MS selaku pembimbing, serta Bapak Agung, Ibu Fitri dan staf-staf Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian. Bapak Panji, Bapak Marimin dan karyawan bagian nutrisi yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Anggrek Hitam (KSHE 46), Fitri Indryanti, Agustina Pertisia Ginting, Muhammad Ismail, Adisty Permatasari, Riska Yuni Kartika, Nina Hanifah, Esty Puri, Ella Nabillah dan Vidya atas dukungannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Suharjo, Ibu Slamet, Mas Eko Sularto serta seluruh keluarga besar Tanto Wijoyo, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013 Tri Wahyuni

(9)

vi

DAFTAR ISI

 

DAFTAR TABEL vii 

DAFTAR GAMBAR vii 

DAFTAR LAMPIRAN vii 

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Tujuan 2 

Manfaat 2 

TINJAUAN PUSTAKA 2 

Bio-Ekologi Walabi Lincah 2 

Konsumsi dan Palatabilitas Pakan 4 

Konservasi Ex-Situ 4 

METODE 5 

Lokasi dan Waktu 5 

Alat, Bahan dan Satwa 5 

Jenis Data yang Dikumpulkan 5 

Teknik Pengamatan 6 

Analisis Data 7 

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 

Kondisi Kandang Penelitian 9 

Preferensi Pakan 9 

Perilaku Makan 12 

SIMPULAN DAN SARAN 15 

Simpulan 15 

Saran 15 

DAFTAR PUSTAKA 15 

LAMPIRAN 18 

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria yang diukur dalam menentukan Indeks Neu 8  2 Kandungan nilai gizi pada hijauan pakan walabi lincah 10  3 Rataan jumlah konsumsi pakan per hari walabi lincah (dalam berat

basah) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 10  4 Rataan jumlah konsumsi pakan per hari walabi lincah (dalam berat

kering) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta 10  5 Indeks dan tingkat preferensi pakan walabi lincah di Kebun Binatang

Gembira Loka Yogyakarta 12 

DAFTAR GAMBAR

1 Skema waktu pengamatan 6 

2 Jenis pakan walabi lincah yang diberikan dalam penelitian (a) singkong, (b) wortel, (c) kangkung, dan (d) daun kacang tanah 11  3 Persentase palatabilitas pakan walabi lincah di Kebun Binatang

Gembira Loka Yogyakarta 11 

4 Perilaku makan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka

Yogyakarta 13 

5 Frekuensi perilaku makan walabi lincah jantan dan betina di Kebun

Binatang Gembira Loka Yogyakarta 14 

6 Presentase perilaku makan walabi lincah jantan dan betina di Kebun

Binatang Gembira Loka Yogyakarta 14 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah pakan yang diberikan dan dikonsumsi walabi lincah di Kebun

Binatang Gembira Loka Yogyakarta 18 

2 Tingkat konsumsi dan palatabilitas pakan walabi lincah di Kebun

Binatang Gembira Loka Yogyakarta 19 

3 Preferensi pakan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka

Yogyakarta 20 

4 Perilaku makan Walabi Lincah di Kebun Binatang Gembira Loka

Yogyakarta 21 

5 Dokumentasi walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Walabi lincah atau kangguru lapang (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) merupakan mamalia berkantung yang berasal dari famili Macropodidae dan genus Macropus. Walabi lincah hanya terdapat di Pulau Papua dan merupakan satwa endemik Papua. Walabi lincah termasuk satwa herbivora yang makanan utamanya rumput (grazer). Habitat walabi lincah berada di hutan campuran dan savana. Penyebaran walabi lincah di Papua berada di savana Kankania, savana Ukra, savana Mblatar dan savana Maar (membentang sepanjang wilayah Republik Indonesia-Papua Nugini), sedangkan di luar Indonesia dapat ditemukan di wilayah timur laut Western Australia, Northren Territory Australia serta wilayah utara dan timur Queensland. International Union for Conservationb of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan kangguru ke dalam daftar merah (Redlist) dengan kategori Least Concern (beresiko rendah terhadap kepunahan). Walabi lincah termasuk kategori jenis-jenis binatang liar yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 247/Kpts/Um/4/1979.

Walabi lincah saat ini semakin rentan, serta populasinya di alam mengalami penurunan. Hal ini disebabkan masih banyaknya perburuan dan perubahan habitat savana yang disebabkan oleh invasi tumbuhan lain seperti Melaleuca sp dan Eucalyptus sp. Walabi lincah oleh masyarakat asli Papua digunakan untuk pangan. Permasalahan lain selain perubahan habitat aslinya yaitu adanya persaingan habitat dengan rusa timor (Rusa timorensis), serta pembakaran hutan oleh penduduk asli Papua untuk pembukaan lahan. Permasalahan-permasalahan ini dapat diatasi dengan adanya pelarangan pembakaran lahan serta pembatasan perburuan oleh penduduk Papua, serta adanya penanaman kembali tanaman savana. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya pengembangan secara ex-situ melalui penangkaran dalam rangka penyelamatan dan konservasi satwa ini.

Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam kegiatan penangkaran terutama dalam kegiatan menyejahterakan satwa menurut Novriyanti (2011) antara lain pengadaan bibit, seleksi bibit, adaptasi, pengelolaan pakan, perawatan kesehatan dan pengendalian penyakit, reproduksi dan pembesaran anak, serta pemanenan dan pencatatan (studbook) setiap kelahiran. Salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam kegiatan penangkaran adalah penyediaan pakan. Pakan yang diberikan di penangkaran harus sesuai dengan kebiasaan (habit) dan kebutuhan serta perilaku makan walabi lincah baik kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan Tamaszeswska et al. (1991) untuk keberhasilan budidaya suatu spesies hewan, perlu diketahui tingkah laku untuk mencari, mendapatkan, menyeleksi, makan dan lain sebagainya menyangkut pemenuhi kebutuhan hewan tersebut akan makanannya. Informasi tentang tingkah laku makan walabi lincah di penangkaran sangat terbatas. Oleh karena itu, adanya informasi mengenai perilaku makan dan tingkat kesukaan makanan penting untuk diketahui sebagai data dasar dalam mendukung upaya konservasi walabi lincah.

Salah satu lembaga konservasi yang melakukan pemeliharaan walabi adalah Kebun Bintang Gembira Loka Yogyakarta. Untuk itu penelitian tentang preferensi dan perilaku makan walabi lincah dilakukan di kebun binatang ini.

(12)

2

2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui preferensi pakan dan perilaku makan walabi lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan secara ek-situ walabi lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875).

TINJAUAN PUSTAKA

Bio-Ekologi Walabi Lincah Taksonomi

Walabi lincah (M. Agilis) merupakan mamalia berkantung yang memiliki kandungan ganda. Menurut Petocz (1987) taksonomi walabi lincah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Diprotodontia Famili : Macropodidae Genus : Macropus

Spesies : Macropus agilis (Peters and Doria, 1875) Morfologi

Walabi dewasa memiliki bobot 19 Kg pada jantan dan 11 Kg pada betina dan panjang tubuh rata-rata dapat mencapai 650 – 800 mm. Punggung walabi lincahberwarna seperti pasir putih lain yang mencolok dan bebat putih yang melingkari pinggul. Satu garis putih lain yang mencolok menghiasi mukanya dan menjulur dari moncong lewat pipi sampai tepat di bawah mata. Moncongnya berwarna gelap hitam sampai kelabu ke arah mata.

Walabi lincah adalah mamalia yang memiliki kaki belakang yang panjang serta kuat dan memiliki kaki depan yang pendek serta ekor yang panjang dan kuat. Kaki belakang digunakan terutama pada saat berlari, sedangkan pada saat berjalan dibantu oleh kaki dan ekor yang diseret ke tanah. Kaki depan selain untuk membantu pada saat berjalan, digunakan juga untuk memasukan makanan ke dalam mulut. Ekornya digunakan sebagai alat keseimbangan dan membantu mendorong pada saat melompat seperti fungsi pegas. Walabi lincah juga menggunakan ekor sebagai penopang saat duduk dan pada saat sedang berkelahi. Terdapat empat jari dimana jari kedua dan ketiga berukuran kecil dan bersambungan satu sama lain dengan kulit kecuali pada bagian ujungnya (Merchant 1998).

(13)

3

Biologi

Walabi lincah betina menghasilkan satu anak dalam setahun. Anak walabi lincah yang lahir berada di dalam kantong memiliki bulu lengkap. Anak walabi lincah akan berada di kantung selama 7-8 bulan. Anak walabi lincah akan meninggalkan induknya dan hidup mandiri sekitar umur 10-12 bulan (Sitorus 2008) . Umur rata-rata walabi lincah berdasarkan Suprajitno (2007) diperkirakan mencapai umur 20 tahun.

Walabi lincah merupakan satwa herbivora. Makanan utama dari walabi lincah adalah rumput (grazer) tetapi ia dapat juga mengonsumsi akar rumput, daun dan buah. Jenis pakan walabi yang berada di savana campuran menurut Sitorus (2008) yaitu rumput wang (Rhynchelytrun repens), peya (Sporobolus diander), paku-pakuan (Centipeda minima), kororow (Cyperus pygmaeus), awoeylu (Eleocharis retroflexa), palala gilgil (Hedyotis sp), omasa (Cassyta fillliformisa) dan kelwasinggo (Vitrifolia var). Menurut Petocz (1994) walabi menyukai rerumputan dari jenis Imperata sp dan dedaunan seperti Melaleuca. Habitat dan Penyebaran

Menurut Balai Taman Nasional Wasur (1999), penyebaran walabi lincah di TN Wasur Merauke berasosiasi pada ekosistem savana yang luas dan berhubungan dengan sumber-sumber air atau daerah tangkapan air hujan berupa rawa-rawa permanen yang merupakan sumber air minum bagi satwa pada musim kemarau. Menurut Rianto (2000) bahwa di TN Wasur, walabi lincah dapat dijumpai di daerah-daerah seperti pada hutan campuran, habitat merupakan daerah yang relatif bergelombang, tidak tergenang pada musim hujan, sehingga kering sepanjang tahun. Beberapa tempat yang menjadi konsentrasi populasi walabi lincah antara lain savana Kankania, savana Ukra, savana Mblatar dan savana Maar (membentang sepanjang wilayah Republik Indonesia–Papua Nugini). Jenis vegetasi yang berada di daerah savana dominannya adalah rumput kasim (Phragmites karka), alang-alang (Imperata cylindrica) dan gegirinting (Cynodon dactylon).

Perilaku

Perilaku satwa adalah respon atau ekspresi satwa terhadap rangsangan atau stimulus atau agent yang mempengaruhinya. Rangsangan dibagi menjadi dua macam yaitu rangsangan dalam dan rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis, sekresi hormon, dan faktor motivasi. Perilaku merupakan suatu aktivitas yang perlu melibatkan fungsi fisiologis. Setiap macam perilaku melibatkan penerimaan rangsangan melalui panca indera. Kebanyakan perilaku yang diarahkan untuk suatu tujuan, seperti makan, minum, tidur, dan seksual. Menurut Tamaszewska et al. (1991), waktu yang digunakan oleh hewan untuk makan tergantung pada spesies hewan tersebut, persediaan makanan, iklim maupun status fisiologinya seperti pertumbuhan, periode akhir kebuntingan, laktasi dan juga satwa dewasa yang tidak bunting maupun laktasi. Petocz (1994) menyatakan bahwa walabi dapat aktif pada waktu siang dan malam hari, namun interval waktunya belum diketahui secara pasti, satwa ini sangat suka berkumpul. Nowak (1991) menyatakan bahwa walabi lincah merupakan spesies yang suka hidup secara berkelompok dimana dalam kelompok tersebut terdiri dari banyak

(14)

4

4 betina yang membagi wilayah untuk beristirahat dan makan. Burian (2002) diacu dalam Sitorus (2008) menyatakan bahwa walabi lincah biasa hidup dalam kelompok dalam jumlah populasi diatas sepuluh individu dan kumpulan kelompok yang yang lebih besar dapat terjadi ketika sedang melakukan aktivitas makan.

Pakan

Pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan tanpa menganggu kesehatan tubuh. Pakan terdiri dari hijauan maupun konsentrat. Hijauan adalah bahan makanan yang mengandung >90 % serat kasar, sedangkan konsentrat adalah bahan makanan yg mengandung kadar serat kasar (max 18%) yg merupakan bagian dari karbohidrat yg tdk mengandung nitrogen (makanan yg pekat). Walabi lincah merupakan satwa herbivora yang pakan utamanya adalah rumput (grazer). Berdasarkan Tomaszeweska (1991) satwa herbivora lebih suka memakan daun daripada batang atau bahan dengan warna hijau (muda) daripada bahan yang kering (tua). Pakan walabi di penangkaran berupa rumput, sayuran maupun buah. Jenis pakan yang diberikan pada walabi lincah di penangkaran menurut Rianto (2008) yaitu kangkung rawa, rumput gajah, alang-alang dan rumput kasim. Kebutuhan akan pakan walabi lincah di dalam penangkaran, terpenuhi dari pihak pengelola.

Konsumsi dan Palatabilitas Pakan

Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan dan yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup hidup pokok dan produksi. Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi adalah tingkat kesukaan satwa, kandungan energi bahan pakan, komposisi zat-zat makanan, suhu lingkungan, proses adaptasi serta ketersedian pakan. Suprajitno (2007) menyatakan bahwa tingkat konsumsi walabi lincah rata-rata 0.95 kg/hari/ekor atau sebesar 20 % dari bobot tubuh.

Palatabilitas makanan adalah derajat kesukaan pada makanan tertentu yang terpilih dan dimakan. Berdasarkan Provenza (1995), preferensi makan sebagai interaksi antara rasa dan umpan balik postingestive, ditentukan oleh kondisi fisiologis hewan dan karakteristik kimia makanan. Preferensi makan akan meningkat ketika nutrisi makanan memadai dan akan menurun jika kekurangan gizi. Satwa menyukai makanan tertentu dari kebiasaan, dan tidak menyukai makanan yang baru. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesukaan makanan yaitu rasa atau bau, kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, vitamin serta kadar air.

Konservasi Ex-Situ

Konservasi Ex-Situ merupakan salah satu upaya konservasi satwa di luar habitat aslinya. Lembaga konservasi ex-situ ada di Indonesia, yaitu Taman Satwa, Taman Satwa Khusus, Pusat Rehabilitasi, Kebun Binatang, Taman Safari, Museum Zoologi, Pusat Penyelamatan Satwa, dan Pusat Pelatihan Satwa Khusus. Kebun binatang merupakan salah satu tempat penangkaran satwaliar. Penangkaran

(15)

5

satwaliar menurut PP No 8 Tahun1999 adalah kegiatan memperoleh satwa liar dari habitat alam untuk kepentingan pemanfaatan jenis satwa liar di luar perburuan. Penangkaran satwaliar merupakan salah satu program pelestarian dan pemanfaatan untuk tujuan konservasi dan ekonomi (Takandjandji 2009). Sedangkan berdasarkan Dirjen PHPA (1985) penangkaran adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan budidaya flora dan fauna liar dan pengelolaannya menyangkut usaha mengumpulkan bibit, mengembangbiakan, memelihara, membesarkan, dan restocking dengan tujuan mempertahankan kelestarian satwaliar dan tumbuhan alam tersebut, maupun memperbanyak populasinya untuk memenuhi kebutuhan manusia.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Binatang Gembiro Loka Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yoyakarta (DIY). Waktu pelaksanaan selama satu bulan yaitu Mei-Juni dimulai pada tanggal 28 Mei 2013.

Alat, Bahan dan Satwa

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tempat makan, stopwatch, timbangan, tally sheet, dry wet, alat tulis, kamera dan software Minitab 15. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis pakan. Satwa yang diamati dalam penelitian ini adalah walabi lincah (Macropus agilis).

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer yang terdiri dari:

a. Pakan meliputi jenis pakan yaitu kangkung (Ipomea reptans), singkong (Manihot utillisima), daun kacang tanah (Arachis hypogaea), dan wortel (Daucus carota), jumlah masing-masing jenis pakan, bentuk penyajian pakan, tempat makan, dan komposisi pakan yang diberikan setiap hari. Berat pakan yang diberikan sebesar 10 % dari berat badan walabi lincah. Metode yang digunakan yaitu metode cafetaria.

b. Perilaku makan terdiri atas lamanya waktu makan, perilaku sebelum makan (tidur, istirahat, bermain dan berjalan), perilaku saat makan (mendekati, mengambil, mengunyah, memamahbiak dan berjalan), perilaku setelah makan (tidur, istirahat, bermain dan berjalan), dan cara makan. Pengamatan perilaku ini dengan menggunakan metode Focal Animal Sampling.

c. Pemeliharaan selama penelitian yaitu kegiataan yang dilakukan untuk memelihara walabi lincah. Pemeliharaan ini berupa pemberian makan, minum atau dengan perlakuan lainnya.

(16)

6

6 Pengamatan perilaku dilakukan dengan interval pengamatan 10 menit. Posisi pengamat pada saat melakukan pengamatan berada di luar kandang.

Teknik Pengamatan

Pengamatan pakan dilakukan secara langsung di lokasi penangkaran walabi lincah, dengan menghitung jumlah konsumsi, palatabilitas dan preferensi pakan. Konsumsi pakan dengan menimbang jumlah pakan masing-masing jenis pakan yang diberikan dikurangi dengan jumlah pakan sisa.

Pengamatan perilaku makan dilakukan secara langsung dengan mata telanjang di lokasi penangkaran walabi lincah. Waktu pengamatan dimulai sejak Kebun Binatang Gembira Loka dibuka pukul 08.00 sampai tutup pukul 15.30. Pukul 08.00-09.00 pengamat melakukan penimbangan, penyeleksian dan penyajian pakan, dan pada pukul 09.00-10.00 melakukan pengamatan perilaku makan walabi sebelum diberikan pakan. Pakan diberikan pada pukul 10.30 dan pada pukul 10.30-15.30 pengamatan perilaku makan walabi saat dan setelah makan dengan menggunakan interval 10 menit. Skema waktu pengamatan preferensi dan perilaku makan ini tercantum pada Gambar 1. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama ± 1 bulan. Pengamatan perilaku walabi dilakukan selama 27 hari, dimana pengamatan dilakukan 3 hari selama 3x ulangan per individu walabi. Penanda walabi jantan, betina dan anakan dengan penandaan sementara dengan menggunakan pewarna makanan di bagian atas ekor. Sedangkan preferensi pakan dilakukan selama 14 hari.

Pengamatan kondisi lingkungan setiap hari dilakukan dengan mengukur suhu dan kelembaban kandang. Hal ini digunakan untuk membandingkan perilaku walabi saat suhu dan kelembaban yang berbeda.

(17)

7

Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap keeper atau perawat walabi lincah di Kebun Binatang Gembiraloka. Wawancara dilakukan guna mengetahui jenis pakan yang diberikan untuk walabi lincah.

Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dianalisis berdasarkan jenis dan klasifikasi data yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan tersebut terbagi dalam kelompok, yakni preferensi pakan dan perilaku makan di penangkaran.

Konsumsi Pakan

Data dilakukan analisis secara kuantitatif untuk mendapatkan besaran konsumsi. Banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh masing-masing walabi per hari dihitung rata-ratanya selama pengamatan dan dihitung selisih antara sebelum dan sesudah pemberian pakan. Besarnya konsumsi setiap jenis pakan dihitung dengan cara sebagai berikut:

K = BK0-BK1 Keterangan:

K = konsumsi pakan (kg)

BK0 = berat kering pakan mula-mula (kg) BK1 = berat kering pakan sisa (kg)

Palatabilitas Pakan

Palatabilitas pakan diketahui dengan melihat jenis pakan yang disukai berdasarkan bentuk dan komposisi pakan yang diberikan. Tingkat palatabilitas merupakan tingkat konsumsi masing-masing jenis ransum, sedangkan untuk menghitung besarnya palatabilitas pakan adalah dengan rumusan sebagai berikut:

Keterangan:

K = konsumsi bahan kering pakan walabi (kg) BKo = berat kering pakan sebelum diberikan (kg) TK = tingkat konsumsi kering pakan (kg) Preferensi pakan

Analisis kuantitatif yang digunakan yaitu dengan pendekatan Metode Neu (Indeks Preferensi). Menurut Neu et al. (1978) diacu dalam Khadafi (2011), jika w ≥ 1 maka jenis pakan tersebut disukai. Nilai w yang didapat dari hasil perhitungan merupakan Indeks Preferensi, maka nilai Indeks Preferensi dari jenis pakan dibagai dalam dua kriteria, yaitu:

a. w≥ 1 = disukai b. w≤ 1 = tidak disukai

Penentuan Metode Neu (Indeks Preferensi) menurut Neu et al. (1978) diacu dalam Khadafi (2011) dapat dilihat pada Tabel 1.

(18)

8

8 Tabel 1 Kriteria yang diukur dalam menentukan Indeks Neu

Jenis

Pakan Ketersedian Penggunaan b p n u e w b Indeks preferensi

x1 a1 p1 n1 u1 e1 w1 b1 x2 a2 p2 n2 u2 e2 w2 b2 : : : : : : : : xn an pn nn un en wn bn Jumlah 1,00 1,00 Keterangan:

a = jumlah pakan kangguru tanah yang teramati

p = proporsi jumlah pakan kangguru tanah yang teramati

n = jumlah masing-masing jenis pakan yang teramati dimakan walabi lincah u = proposi jumlah masing-masing pakan yang teramati dimakan walabi lincah

(ni/∑n)

e = nilai harapan

w = indeks preferensi (ui/pi)

b = indeks seleksi yang distandarkan (wi/∑w) Perilaku makan

Data hasil pengamatan perilaku makan di dalam kandang dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kualitatif dengan mendiskripsikan perilaku walabi lincah sebelum, saat dan setelah makan.

Analisis yang digunakan yakni dengan uji Chi-Square (X2). Hipotesa yang diuji yaitu:

H0 = Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap lamanya waktu makan H1 = Jenis kelamin berpengaruh terhadap lamanya waktu makan Hipotesa tersebut diuji dengan menggunakan rumus (Walpole 1993):

Keterangan: X2 = Nilai uji

Oi = Frekuensi hasil pengamatan Ei = Frekuensi harapan

I = Kategori ke-i

Pengambilan kesimpulan atas uji hipotesis tersebut dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

Jika X2 hitung > X2 tabel, maka tolak H0 dan terima H1 Jika X2 hitung < X2 tabel, maka terima H0 dan tolak H1

Pengujian akan dilakukan pada selang kepercayaan 95% dengan derajat bebas (db) = (b-1)(k-1), dengan b adalah baris dan k adalah kolom.

(19)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Kandang Penelitian

Berdasarkan data hasil pengamatan selama di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta bahwa suhu rata-rata pada setiap hari adalah 24oC sampai dengan 30oC. Berdasarkan Petocz (1987) suhu rata-rata harian dalam Taman Nasional Wasur yang merupakan habitat walabi lincah adalah 26.5oC. Kisaran suhu tersebut mengalami fluktuasi, namun tidak mempengaruhi aktivitas walabi lincah. Secara keseluruhan walabi lincah dapat menyesuaikan diri terhadap suhu lingkungan. Keadaan tersebut masih dapat ditolerir oleh walabi lincah.

Kontruksi kandang walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka yaitu terbuat dari tembok dengan bagian atasnya dilapisi kawat, yang memungkinkan pengunjung dapat melihat walabi lincah. Luas kandang walabi 4 m x 4 m, dengan jumlah walabi 8 ekor yang terdiri dari 2 ekor jantan, 4 ekor betina dan 2 ekor anakan. Lantai kandang walabi lincah berupa tanah serta terdapat sebagian lantai yang berupa semen. Didalam kandang juga terdapat shelter yang terbuat dari kayu, cover, tempat makan dan tempat minum. Kondisi kandang walabi lincah tersebut cukup baik, sebab terdapat shelter maupun cover. Letak kandang di Kebun Binatang Gembira Loka cukup dekat dengan jalan yang dilewati para pengunjung, serta di sebelahnya terdapat kandang harimau putih, sehingga banyak pengunjung yang berhenti dikandang harimau putih, yang turut mempengaruhi aktivitas walabi. Aktivitas pengunjung ini menyebabkan walabi lincah menjadi terganggu. Oleh karena itu kesejahteraan walabi di Kebun Binatang Gembira Loka perlu diperhatikan oleh pihak pengelola. Kesejahteraan satwa (animal welfare) menurut Gregory (1998) yang menyatakan bahwa satwa yang dipelihara harus bebas dari rasa haus, lapar dan kekurangan nutrisi; perlengkapan yang tepat untuk kenyamanan dan ketersediaan shelter; pencegahan atau diagnosa yang cepat dan bebas luka, penyakit dan parasit; bebas dari rasa tertekan dan stress; dan mampu menunjukan pola perilaku alami seperti di habitat aslinya.

Preferensi Pakan Konsumsi Pakan

Kandungan nilai gizi pakan hijauan yang diberikan (kangkung, wortel, daun kacang tanah, singkong) disajikan dalam Tabel 2. Hasil analisis konsumsi pakan basah didapatkan rataan jumlah konsumsi pakan walabi lincah per individu secara berurutan dari yang terbanyak yaitu kangkung, wortel, daun kacang tanah dan singkong seperti pada Tabel 3. Sedangkan berdasarkan rataan jumlah konsumsi pakan bahan kering per individu didapatkan hasil secara berurutan yaitu daun kacang tanah, wortel, singkong dan kangkung seperti dicantumkan pada Tabel 4.

(20)

10

10 Tabel 2 Kandungan nilai gizi pada hijauan pakan walabi lincah

Kandungan Gizi (%)

Jenis Pakan

Kangkung1) Wortel2) Daun kacang tanah3) Singkong4)

Kadar air 90.20 88.20 14.20 65

Karbohidrat 5.00 9.30 39.57 30-36

Protein 3.00 1.20 8.21 1.5-1.2

Lemak 0.30 0.30 1,66 0.2-0.4

Serat 1.00 1.00 26.88 1-3

Keterangan: 1) Ashari 1995 diacu dalam Zulaedah 2005; 2) Cahyono 1996; 3)Prasetyo 2003; 4) Darjanto & Murjianto 1958 diacu dalam Ciptadi & Nasution 1981

Tabel 3 Rataan jumlah konsumsi pakan per hari walabi lincah (dalam berat basah) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta

No Jenis Pakan Rataan Jumlah Konsumsi Pakan (kg/hari/ind)

1 Kangkung Ipomea reptans 0.23

2 Wortel Daucus carota 0.18

3 Daun kacang tanah

Arachis hypogaea 0.12

4 Singkong Manihot utillisima 0.06

Jumlah rata-rata 0.59

Tabel 4 Rataan jumlah konsumsi pakan per hari walabi lincah (dalam berat kering) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta

No Jenis pakan Tingkat konsumsi pakan (kg/hari/ind) 1 Daun kacang tanah

Arachis hypogaea 0.10

2 Kangkung Ipomea reptans 0.02

3 Singkong Manihot utillisima 0.02

4 Wortel Daucus carota 0.02

Jumlah rata-rata 0.16

Jumlah rataan konsumsi pakan bahan basah sebesar 0.59 kg/hari/ind, sedangkan konsumsi pada pakan kering sebesar 0.16 kg/hari/ind. Tingkat konsumsi pakan pada walabi jantan sebesar 3.10 % dari berat tubuh 19 kg, sedangkan walabi betina sebesar 5.36 % dari berat badan 11 kg (Merchant 1976). Berdasarkan hasil yang diperoleh tingkat konsumsi walabi berbeda dengan hasil penelitian Suprajitno (2007) tingkat konsumsi walabi lincah rata-rata 0.95 kg/hari/ind atau 20 % dari bobot tubuh. Hal ini dikarenakan pemberian jumlah makan tidak dihitung berdasarkan proporsi bobot tubuh walabi, hanya sesuai dengan kecukupan walabi akan makan setiap harinya.

Pakan walabi diberikan sekali dalam sehari pada pagi hari. Jenis pakan kangkung dan wortel diberikan dalam keadaan segar. Sedangkan untuk daun kacang tanah dan singkong pengelola dipasoknya dari pengumpul yang

(21)

11

mengirimnya dua kali dalam seminggu. Kangkung, wortel dan daun kacang tanah diberikan dalam keadaan utuh, sedangkan Singkong diberikan dalam keadaan sudah dipotong-potong seperti tercantum pada Gambar 2.

Gambar 2 Jenis pakan walabi lincah yang diberikan dalam penelitian (a) singkong, (b) wortel, (c) kangkung, dan (d) daun kacang tanah

Palatabilitas Pakan dan Indeks Preferensi Pakan

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui kangkung sebesar 95%, wortel 91.67%, daun kacang tanah 47.09% dan singkong 22.86% yang tercantum pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase palatabilitas pakan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Metode Neu, didapatkan indeks preferensi pakan secara berurutan adalah kangkung, wortel, daun kacang tanah dan singkong (Tabel 5).

(22)

12

12 Tabel 5 Indeks dan tingkat preferensi pakan walabi lincah di Kebun Binatang

Gembira Loka Yogyakarta Jenis Pakan Ketersediaan Pakan (Kg) Konsumsi Pakan (Kg) Indeks Preferensi (w) Tingkatan Preferensi Kangkung Ipomea reptans 2 1.87 1.58 1 Wortel Daucus carota 2 1.47 1.24 2

Daun kacang tanah

Arachis hypogaea 2 0.94 0.79 3

Singkong

Manihot utillisima 2 0.45 0.38 4

Walabi lincah merupakan satwa herbivora yang pakan utamanya rumput, tetapi ia dapat mengkonsumsi akar rumput, daun dan buah (Ibnu et al. 2008). Kangkung memiliki palatabilitas dan indeks preferensi pakan tertinggi, sebab walabi menyukai makanan yang berwarna hijau, kadar air tinggi dan tekstur tangkai yang lebih lunak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tomaszewska et al. (1991) bahwa preferensi pakan adalah berbeda di antara jenis satwa herbivora, tetapi semua jenis satwa herbivora lebih suka memakan daun daripada batang atau bahan dengan warna hijau (muda) daripada bahan yang kering (tua). Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian Rianto (2000), menyatakan bahwa walabi lincah lebih menyukai jenis makan yang banyak mengandung air serta lendir atau getah seperti yang terdapat di dalam kangkung, karena kemungkinan kandungan ini akan memudahkan walabi untuk menghaluskan dan mencerna makanan tersebut.

Provenza (1995) menyatakan bahwa tingkat preferensi suatu makanan akan meningkat ketika nutrisi makanan memadai serta satwa menyukai makanan tertentu dari kebiasaan. Berdasarkan pernyataan ini walabi menyukai kangkung, sebab terbiasa dengan pakan yang diberikan pengelola.

Perilaku Makan

Perilaku makan merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pada saat satwa makan untuk pemenuhan akan energi dan lain sebagainya guna mempertahankan kelangsungan hidupnya (Tomaszewska et al. 1991). Perilaku makan yang diamati pada walabi lincah terdiri dari perilaku perilaku sebelum, saat dan setelah diberikan makan. Hasil pengamatan perilaku makan walabi lincah sebelum pakan disediakan diketahui ada beberapa perilaku yaitu tidur, istirahat, bermain, berjalan mencari makan didalam kandang.

Rianto (2000) menyatakan bahwa sebelum melakukan aktivitas makan biasanya walabi melakukan pemilihan terhadap jenis makan, yaitu dengan mendekati dan mencium tempat makan terlebih dahulu, setelah itu mencoba atau merasakan makanan tersebut. Jika makanan yang dicoba tidak disukai maka walabi tersebut mendekati makanan yang lain. Namun, jika makanan tersebut disukai, maka walabi lincah akan mengambil, mengunyah dan memamahbiak makanan tersebut. Secara umum perilaku makan walabi lincah yaitu berjalan

(23)

13

mendekati makanan dengan mengendus-endus (mencium), mengambil, mengunyah dan memamahbiak makanan tersebut. Walabi lincah dalam melakukan pengambilan makanan yang biasanya dilakukan secara langsung dengan mulutnya atau dengan menggunakan kaki depannya. Berdasarkan Rianto (2000) untuk mengambil makanan, walabi lincah biasanya langsung menggunakan mulutnya, sedangkan kaki depan digunakan untuk memegang dan memasukkan makanan ke mulutnya. Walabi melakukan perilaku makan secara berkelompok yang tercantum pada Gambar 4.

.

Gambar 4 Perilaku makan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta

Hasil pengamatan juga diketahui waktu aktivitas makan walabi lincah yaitu pada pukul 10.30-13.00. Hal ini dikarenakan pakan yang disediakan masih dalam keadaan segar. Waktu aktivitas makan ini juga tergantung pada keadaan cuaca. Saat hujan walabi lincah menghabiskan waktu untuk istirahat dan setelah hujan reda walabi melanjutkan perilaku makan. Pukul 13.00-14.10 mengalami penurunan perilaku makan, karena walabi lincah melakukan aktivitas istirahat. Peningkatan aktivitas makan dilakukan pada pukul 14.00-15.30, namun perilaku makan pada waktu ini mengalami penurunan jika dibandingkan pada pukul 10.30-13.00. Tomaszewska et al. (1991) menyatakan bahwa waktu yang digunakan oleh satwa untuk makan tergantung pada spesies satwa itu sendiri, status fisiologisnya (seperti pertumbuhan, periode akhir kebuntingan, laktasi dan juga satwa yang tidak bunting, tidak laktasi dan satwa dewasa), serta tipe dan persediaan makanan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka waktu makan walabi lincah tergantung dengan persediaan makanan yang diberikan pengelola. Hal ini dapat terlihat dari waktu yang efektif digunakan walabi untuk makan yaitu pada waktu persediaan makanan tercukupi. Disela-sela waktu makannya terkadang walabi terlihat melakukan gerakan memuntahkan makanannya ke lantai kandang kemudian makanan yang dimuntahkan tersebut dimakan kembali.

Berdasarkan perhitungan Uji Chi-Square (X2) diketahui bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap perilaku makan (P > 0.05). Hal ini menunjukkan perilaku makan walabi jantan dan betina tidak jauh berbeda, umumnya rangkaian perilkau makan yang terlihat mencakup berjalan, mendekati, mengambil, mengunyah dan memamahbiak.

(24)

14

14 Berdasarkan hasil perbandingan frekuensi dan persentase perilaku makan ternyata walabi jantan lebih banyak melakukan perilaku makan dibandingkan dengan walabi betina ( Gambar 5).

Gambar 5 Frekuensi perilaku makan walabi lincah jantan dan betina di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta

Walabi jantan lebih sering melakukan perilaku makan dibandingkan dengan walabi betina, sebab walabi betina sedang mengendong anak didalam kantongnya yang menyebabkan penurunan perilaku makan. Walabi betina lebih sering melakukan perilaku istirahat dibandingkan dengan perilaku makan. Persentase perilaku makan walabi jantan per hari sebesar 61 %, sedangkan walabi betina per hari sebesar 39 % (Gambar 6).

Gambar 6 Presentase perilaku makan walabi lincah jantan dan betina di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta

Setelah melakukan perilaku makan walabi lincah akan meninggalkan tempat makanannya, beristirahat, bermain, minum dan membersihkan bulu dengan cara dijilatin. Kegiatan ini lebih sering terjadi pada waktu siang hari dimana setelah melakukan perilaku makan sambil berteduh di bawah pohon.

Selama aktivitas istirahat, jika terlihat banyak pengunjung maka, walabi akan berjalan menghampiri para pengunjung, karena beberapa pengunjung memberikan makanan dengan cara melempar ke dalam kandang. Pengunjung memberikan makanan berupa kacang dan pisang, serta dedaunan yang jatuh di

(25)

15

sekitar area luar kandang walabi. Hal ini menyebabkan terbiasanya walabi untuk pengunjung menghampiri pengunjung, serta menyebabkan perilaku makan yang berubah.

Pemeliharaan walabi lincah yang dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka dengan cara membersihkan kandang setiap hari oleh keeper dengan cara disapu dan pemberian makanan, serta pemberian minum. Kesehatan walabi lincah dipantau sekali dalam seminggu dan setiap hari dipantau keadaannya dari luar kandang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jumlah rataan konsumsi, palatabilitas serta indeks preferensi pakan tertinggi oleh walabi lincah ditunjukan pada jenis pakan kangkung, sebab diduga walabi menyukai pakan yang memiliki kandungan kadar air yang tinggi, berwarna hijau serta struktur tangkai daun yang lunak.

Perilaku walabi lincah sebelum pakan disediakan yaitu tidur, istirahat, bermain, serta mencari makan didalam kandang. Sedangkan perilaku saat pakan tersedia didalam kandang yaitu berjalan, mendekati tempat pakan serta mengendus-endus (mencium) pakan tersebut, mengambil, mengunyah dan memamahbiak. Perilaku setelah makan yaitu meninggalkan tempat makan, beristirahat, bermain, minum, membersihkan bulu dengan cara dijilatin. Perilaku yang paling khas saat melakukan perilaku makan yaitu walabi memuntahkan makannya ke lantai kandangnya kemudian memakannya kembali.

Saran

Pemberian pakan walabi sebaiknya dilakukan lebih awal sebelum pukul 10.30, agar sayuran masih segar. Pakan yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan proporsi berat badan dari keseluruhan walabi lincah. Pemeliharaan kesehatan walabi lincah diharapkan setiap seminggu sekali untuk dipantau kesehatannya dan dilakukan secara berkala. Sebaiknya pengelola menyediakan pakan walabi lincah untuk dibeli pengunjung, dan pengunjung dilarang membawa makanan sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

[BTNW] Balai Taman Nasional Wasur. 1999. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Wasur 1999-2024 Buku II (Data, Analisis, dan Proyeksi). Merauke: Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Balai Taman Nasional Wasur

(26)

16

16 [Dirjen] Direktorat Jenderal PHPA. 1985 Proceeding Diskusi: Penangkaran

Buaya Sebagai Salah Satu Bentuk Pemanfaatan Untuk Menunjang Perekonomian Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal PHPA. Balai Konservasi Sumberdaya Alam III. Bogor

Aini F. 2011. Preferensi dan kandungan nutrisi pakan orangutan sumatera (Pongo abelii lesson, 1827) di stasiun penelitian hutan lindung Batang Toru, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Anggraeni R. 2006. Perilaku yang berhubungan dengan pola makan walabi kecil (Darcopsulus vanheurni) betina di penangkaran pada siang hari [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bagus BA. 2011. Tingkah laku kancil (Tragulus javanicus) yang berhubungan dengan aktivitas makan di penangkaran [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Cahyono R. 1996. Pemanfaatan wortel untuk produksi minuman sehat pencegah diare bervitamin B-12 melalui proses fermentasi laktat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Ciptadi W, Nasution ZM. 1981. Pengolahan umbi ketela pohon. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gregory NG. 1998. Animal Walfare and Meat Science. Wallingford (US): CABI. Ibnu M, Setiawan A, Kartono AP. 2008. Mamalia Dilindungi

Perundang-Undangan Indonesia. Jakarta (ID): LIPI Press

Mellor DJ, Beausoleil NJ, Stafford KJ. 2004. Marking amphibians, reptiles and marine mammals: animal welfare, practicalities and public perceptions in New Zealand. Department of Conservation, Wellington, New Zealand. 55 p. Merchant JC. 1983. Complete Book Of Autralian Mammals. Strahan R, editor.

Sydney: Australian Museum.

Merchant JC. 1976. Breeding biology of The agile Wallaby, Macropus agilis (Gould) (Marsupialia; Macropodidae) in captivity. Australia (AU).

Nowak RM. 1991. Walker’s Mammals of The World-Volume 1. London (GB): The John Hopkins University Press.

Petocz R. 1994. Mamalia Darat Irian Jaya. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Petocz R. 1987. Konservasi Alam dan Pembangunan di Papua: Strategi Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Nasional. Jakarta (ID): PT. Temprint.

Prasetyo T, Muryanto, Setiani C. 2003. Sistem integrasi kacang tanah-ternak di lahan kering Jawa Tengah. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak.

Provenza FD. 1995. Origins of food preference in herbivores. National wildlife research center repellents conference I hlm.29.

Rianto MS. 2000. Tingkah laku walabi lincah (Macropus agilis) dalam penangkaran [skripsi]. Manokwari (ID): Universitas Cendrawasih.

Sitorus F. 2008. Pendugaan parameter demografi dan pola sebaran spasial walabi lincah (Macropus agilis papuanus Peters and dorio, 1875) di kawasan Taman Nasional Wasur Papua. Media konserv 13(2): 65-70.

Suprajitno A. 2007. Pendugaan model pertumbuhan populasi dan daya dukung habitat walabi lincah (Macropus agilis papuanus Peters and

(27)

17

Doria, 1875) di Taman Nasional Wasur [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Takandjandji M. 2009. Desain Penangkaran Rusa Timor Berdasarkan Analisis Komponen Bio-Ekologi dan Fisik di Hutan Penelitian Darmaga, Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tomaszewska MW, Sutama IK, Putu IG, Chaniago TD. 1991. Reproduksi, tingkah laku dan produksi ternak di Indonesia. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka.

Troughton ELG. 1937. Descriptions of some New Guinea mammals. Records of the Australian Museum 20(2): 117–127.

Waithman J. 1979. A report on a collection of mammals from southwest Papua, 1972-1973. Australia Zoologist 20: 313-326.

Zulaedah S. 2005. Penjadwalan pemasokan larutan nutrisi pada sistem aeroponik tanaman kangkung (Ipomea sp) menggunakan Artifical Neural Network dan Genetic Algoritme [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(28)

18 L ampir an 1 J umlah pakan ya ng dib

erikan dan dik

onsumsi

walabi lincah di Kebun B

in atan g Gembir a L ok a Yo gy ak arta Hari ke-Ju m lah pakan ya ng dibe ri akan (kg) Ju m

lah pakan sisa (k

g) Ju m lah pakan ya ng diko nsumsi (kg ) Kk S k R d W t Kk S k R d W t Kk S k R d W t 1 2 2 2 2 0 1.94 0.60 0.13 2 0.06 1.40 1.87 2 2 2 2 2 0 1.32 0.72 0 2 0.68 1.28 2 3 2 2 2 2 0 1.38 1.90 1.05 2 0.62 0.10 0.95 4 2 2 2 2 0 1.40 0.90 1.90 2 0.60 1.10 0.10 5 2 2 2 2 0 1.35 0.99 0.90 2 0.65 1.01 1.10 6 2 2 2 2 0 1.70 0.85 0.12 2 0.30 1.15 1.88 7 2 2 2 2 0 1.70 0.70 0.30 2 0.30 1.30 1.70 8 2 2 2 2 0 1.15 1.23 1.10 2 0.85 0.77 0.90 9 2 2 2 2 0 1.70 1.87 1 2 0.30 0.13 1 10 2 2 2 2 0.38 1.80 1.28 0.10 1.62 0.20 0.72 1.90 11 2 2 2 2 0.80 1.65 0.90 0.05 1.20 0.35 1.10 1.95 12 2 2 2 2 0 1.28 1.32 0 2 0.72 0.68 2 13 2 2 2 2 0.65 1.60 0.87 0.41 1.35 0.40 1.13 1.59 14 2 2 2 2 0 1.75 0.75 0.40 2 0.25 1.25 1.60 Jum lah 28 28 28 28 1.83 21.72 14.88 7.46 26.17 6.28 13.12 20.54 Rata-rata 2 2 2 2 0.13 1.55 1.06 0.53 1.87 0.45 0.94 1.47 18 K et er anga n : K k = K an gk un g; Sk = Si ng ko ng ; Rd = D aun ka ca ng t ana h; W t = W or te l

(29)

L

ampir

an 2 Tin

gkat kon

sumsi dan palatab

ilitas pakan pad

a semua indivi du walabi lincah ya ng dite liti di Kebun B inatan g G embira L oka Yog ya kart a (k g/ hari ) Je nis Pakan kadar ai r (%) BB 0 (kg) BB 1 (kg) BK 0 (kg) BK 1 (kg) Ting kat

konsumsi berat basah (kg

/ha

ri

)

Ting

kat

Konsumsi berat basah (kg

/ind/

hari)

Ting

kat

konsumsi berat kering (kg

/ha

ri

)

Ting

kat

Konsumsi berat kering

(kg /ind/ hari) Pa la ta bilita s pakan (%) Kan gkun g 90.20 2 0.13 0.20 0.01 1.87 0.23 0.19 0.02 95 Sing kong 65.00 2 1.55 0.70 0.54 0.45 0.06 0.16 0.02 22.86 Daun kac an g tanah 14.20 2 1.06 1.72 0.91 0.94 0.12 0.81 0.10 47.09 W ortel 88.20 2 0.53 0.24 0.06 1.47 0.18 0.07 0.02 91.67 Ju m la h 0.59 0.16 K et er anga n: B Bo = B er at b as ah p aka n a w al ; B B1 = B er at ba sa h si sa p aka n; B Ko = B er at ke ri ng p aka n a w al ; B K1 = Berat k eri ng s is a pa ka n 19 19

(30)

20 L ampir an 3 Pref erensi p akan wal abi lincah di Ke bun B inatan g G embira Loka Yo gy aka rta Je nis Pakan Ketersedi an Pengg una an In de ks pre fer ensi Ting kat kesuk aan a p n u e w b Kan gkun g 2 0.25 1.87 0.40 1.18 1.58 0.40 1 Wo rt el 2 0.25 1.47 0.31 1.18 1.24 0.31 2 Daun kac an g tanah 2 0.25 0.94 0.20 1.18 0.79 0.20 3 Sing kong 2 0.25 0.45 0.10 1.18 0.38 0.10 4 Ju m la h 1 4,73 1 4 K eter ang an : a = jum lah p ak an; p = propo rs i jum lah pak an; n = j um lah m asing jen is pak an y ang dim ak an; u = p ropor si jum lah m asin g-m asing pak an ya ng di m ak an (n i /∑ n); e = nil ai h ara pan ; w = i ndek s p ref ere nsi (ui /pi ); b = indek s selek si y ang distan dark an (wi /∑ wi ) 20

(31)

21

Lampiran 4 Perilaku makan Walabi Lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta

Walabi Jantan *Saat diberi makan

Ulangan

ke- Hari ke-

Perilaku walabi lincah Mendekati Mengam -bil Mengunyah Memah -biak Berja -lan 1 1 7 13 13 13 10 2 16 29 29 26 15 3 10 12 12 12 11 2 1 22 29 28 28 23 2 16 16 16 16 16 3 18 22 22 22 18 3 1 25 34 34 34 26 2 16 19 19 19 16 3 17 21 21 21 17 Jumlah 147 195 194 191 152

*Setelah diberi makan

Ulangan ke- Hari ke- Perilaku walabi lincah

Tidur Istirahat Barmain Berjalan 1 1 7 9 1 14 2 4 16 5 24 3 9 8 0 5 2 1 0 22 3 17 2 2 17 2 14 3 0 24 4 22 3 1 0 27 3 20 2 4 9 0 10 3 0 19 1 13 Jumlah 26 151 19 139

(32)

22

22 Lampiran 5 Perilaku makan Walabi Lincah di Kebun Binatang Gembira Loka

Yogyakarta (lanjutan)

Walabi Betina

*Saat diberi makan Ulangan

ke-

Hari ke-

Perilaku walabi lincah Mendekati Mengam -bil Mengunyah Memah -biak Berja -lan 1 1 6 12 12 12 6 2 5 5 5 5 5 3 16 18 18 18 10 2 1 16 21 21 21 16 2 14 19 19 19 12 3 4 6 6 6 4 3 1 8 12 12 12 10 2 9 13 13 13 9 3 14 19 19 19 14 Jumlah 92 125 125 125 86

*Setelah diberi makan

Ulangan ke- Hari ke- Perilaku walabi lincah

Tidur Istirahat Barmain Berjalan 1 1 4 15 1 8 2 5 10 0 1 3 1 19 0 12 2 1 3 18 2 12 2 2 19 2 12 3 7 18 4 6 3 1 2 9 1 2 2 2 17 1 11 3 0 8 1 5 Jumlah 26 133 12 69

(33)

23

Lampiran 6 Dokumentasi walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta

Walabi jantan Walabi betina

Anakan walabi Sisa pakan walabi lincah

(34)

24

24 Lampiran 7 Dokumentasi walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka

Yogyakarta (lanjutan)

Walabi lincah istirahat Shelter walabi lincah

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Februari 1990 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak ke dua dari pasangan Bapak Suharjo dan Ibu Slamet. Pada tahun 2009, penulis lulus dari SMA N 1 Tawangsari, serta berhasil masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Konservasi SumberDaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Penulis aktif sebagai anggota organisasi kemahasiswaan Himpunan Konservasi SumberDaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) pada tahun 2010-sekarang, dan sebagai anggota Kelompok Pemerhati Mamalia (KPM). Pada tahun 2011 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Tangkuban Perahu-Cikeong, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2012 dan Praktek Kerja lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi pada tahun 2013.

Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Preferensi Pakan dan Perilaku Makan Walabi Lincah (Macropus agilis Peters and Doria, 1875) di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta” untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, dibimbing oleh oleh Dr Ir Achmad Thohari, DEA dan Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS.

Gambar

Gambar 1  Skema waktu pengamatan
Gambar 3  Persentase palatabilitas pakan walabi lincah di Kebun Binatang    Gembira Loka Yogyakarta
Gambar 4  Perilaku makan walabi lincah di Kebun Binatang Gembira Loka    Yogyakarta
Gambar 5  Frekuensi perilaku makan walabi lincah jantan dan betina di Kebun           Binatang Gembira Loka Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sistem kendali otomatis yang mampu mengatur penjadwalan irigasi tetes dengan menggunakan mikrokontroler yang bekerja

Pendidikan Informal Diklat Kepemimpinan dan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Kemendagri) : -... Alamat Tempat Tinggal

kebutuhan yang timbul karena perjalanan dan kunjungan. g) Membangkitkan kewiraswastaan dan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi dalam rangka pembangunan ekonomi nasional. h) Mendorong

kelas VIII A sebagai subyek penerima tindakan dan guru matematika sebagai subyek pemberi tindakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi,

Pengguna aplikasi Go-Jek rata-rata bernada positif dan rating aplikasi Go-Jek terus meningkat setiap bulannya pada Google Play dan Apple Store. Ojek online salah satu

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudara pada Pembangunan Mess Aparatur Kecamatan Seimenggaris, maka dengan ini kami mengundang saudara untuk hadir

Relaksasi afirmasi merupakan teknik gabungan antara relaksasi dan afirmasi yang dapat menurunkan emosi negatif dengan menanamkan kalimat afirmasi ke dalam pikiran alam bawah sadar