• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT ACEH TERHADAP PARTAI POLITIK TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT ACEH TERHADAP PARTAI POLITIK TAHUN 2016"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

AGUSTUS-SEPTEMBER 2016

EDISI 11 TAHUN 2016

LAPORAN

TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT ACEH

TERHADAP PARTAI POLITIK TAHUN 2016

ANALISIS

SITUA SI

COPYRIGHT JARINGAN SURVEY INISIATIF 2016

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG

PRODUK

(2)

KAJIAN TERBARU

(3)

r

JARINGAN SURVEY INISIATIF Jln. Tgk. Di Haji, Lr. Ujong Blang, Np. 36, Gp. Lamdingin, Kota Banda Aceh,

Provinsi Aceh, INDONESIA Telp. (0651) 6303 146 Web: www.jsithopi.org Email: js.inisiatif@gmail.com

4

5

6

13

14

DAFTAR ISI

TIM PENELITI & SURVEY Andi Ahmad Yani

Elly Sufriadi Ratnalia Indria Sari

Aryos Nivada

DESAIN LAYOUT Teuku Harist Muzani

LATAR BELAKANG

METODE

HASIL & PEMBAHASAN

KESIMPULAN &

REKOMENDASI

REFERENSI

(4)

Pendahuluan

Dalam berbagai studi politik, nilai kepercayaan menjadi salah satu pondasi utama dalam demokratisasi. Kepercayaan masyarakat pada lembaga pemerintah dan partai politik menumbuhkan legiti-masi dan keberlanjutan sebuah sistem pemerintahan (Yani, 2015). Dengan demikian menjadi penting untuk men-getahui tingkat kepercayaan di sebuah tatanan politik untuk melihat sejauh mana dukungan masyarakat terhadap rezim tertentu.

Untuk memahami konsep ke-percayaan, riset ini mengacu ke Francis Fukuyama (1995) yang mengurai keper-cayaan sebagai sebuah harapan yang lahir dari sebuah komunitas politik dengan berdasar pada keyakinan dan menjadi ba-gian dari sebuah norma untuk melakukan kerjasama dan kolaborasi. Lebih lanjut, Wheeles dan Grotz (1997) mendeskripsi-kan bahwa kepercayaan dapat terbangun ketika sebuah kelompok atau individu mempunyai persepsi positif terhadap kelompok lain yang memungkinkan terjalinnya hubungan kerjasama untuk mendapatkan hasil yang diharapkan ber-sama. Demikian halnya, Covey dan Merril (2006) yang menyatakan bahwa keper-cayaan bersinergi dengan kompetensi, kredibilitas, harapan, motivasi, kejujuran, kinerja sebelumnya, transparansi dan akuntabilitas. Kesemua konsep tentang kepercayaan ini memberikan pemahaman bagi kita tentang apa dan bagaimana ke-percayaan terlahir dalam sebuah entitas politik.

Partai Politik merupakan salah satu pilar dan institusi yang penting dalam sistem demokrasi. Kepercayaan masyarakat terhadap partai politik, bisa dikatakan sebagai esensi dari hubungan antara partai politik dan masyarakat. Partai politik membutuhkan dukungan

dan kepercayaan dari masyarakat dalam menjalankan perannya dalam sistem politik. Tanpa adanya dukungan dan kepercayaan dari masyarakat, maka mustahil sebuah partai politik bisa mem-peroleh kekuasaan dan menjalankan semua program kerjanya (Armunanto, 2006).

Dalam konteks Aceh sendiri, partai politik lokal yang terbentuk merupakan salah satu hasil kesepakatan perdamaian antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka. Partai politik lokal merupakan upaya bagi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan masyarakat Aceh berpartisipasi dalam proses politik di Aceh. Selain itu cara mereintegrasikan Gerakan Aceh Merdeka secara politik ke dalam sistem politik di Indonesia. Tentunya kehadiran partai politik lokal di Aceh bentuk kebijakan yang bersifat asismetris dari sistem politik yang berlaku di Indonesia.

Partai politik lokal yang terbentuk di Aceh, pada awal-nya berjumlah baawal-nyak namun kemudian semakin berkurang jumlahnya seiring dinamika politik lokal. Pada tahun 2009 jumlah keberadaan partai lokal yang ikut berpartisipasi di pemilihan leg-islatif (Pileg) sebanyak enam (6) partai, yaitu: Partai Aceh, Partai Daulat Aceh, Partai Rakyat Aceh, Partai Aceh Aman Seujahtra, Partai Suara Independen Rakyat Aceh, dan Partai Bersatu Aceh. Namun pada Pileg 2014 jumlah partai lokal (parlok) tersisa tiga (3) partai saja, yaitu: Partai Aceh, Partai Nasional Aceh, dan Partai Damai Aceh.

Tingkat kepercayaan masyarakat Aceh terhadap partai politik, baik lokal maupun nasional, menjadi energi positif dalam rangka melihat persepsi masyarakat terhadap partai politik. Mengacu ke konsep kepercayaan yang diurai sebelumnya, kita berharap bahwa riset ini menjadi cermin bagi para politisi bagaimana ma-syarakat Aceh melihat kinerja, hubungan, dan penilaian terhadap partai politik selama ini.

Berangkat dari titik berpikir tersebut, “Jaringan Survey Inisiatif (JSI)” melakukan sebuah upaya untuk melakukan sebuah survei mandiri untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat Aceh terhadap partai politik. JSI merupakan lembaga riset yang rutin melakukan riset dan analisis spesifik yang terkait dengan kebijakan publik, sosial ekonomi, politik dan keamanan di Aceh. Studi yang dilakukan JSI ini menjadi sebuah studi awal yang menjadi pondasi studi-studi lanjutan dalam memotret kondisi kepercayaan masyarakat Aceh pada pemimpin dan lembaga-lem-baga pemerintahan, politik, hukum dan keamanan serta lemlembaga-lem-baga sosial lainnya setelah satu dekade pasca perjanjian Helsinki. Dalam seri kedua ini, JSI akan mengulas tingkat kepercayaan masyarakat Aceh terhadap partai politik.

(5)

ANALISIS SITUASI • edisi 11

JSI

5

www.jsithopi.org

METODE

Survei ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016 di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Populasi survei ini adalah warga masyarakat Provinsi Aceh yang berusia 17 tahun ke atas. Oleh karena itu, data populasi survei menggunakan data Daf-tar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) tahun 2014. Dengan tingkat kepercayaan 95% dan sampling error 1.07%, maka jumlah pemilih yang menjadi respon-den sebanyak 8.340 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan secara multistage random sampling, dimana jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan responden diambil secara proporsional berdasarkan jumlah TPS dan pemilih di masing-masing kabupaten/kota. Kompo-sisi TPS dan responden yang disurvey terlihat pada tabel 1 di bawah ini.

(6)

Pengumpulan data survei ini menggunakan kuesioner model skala likert terhadap Pemer-intah Nasional, PemerPemer-intah Provinsi Aceh, dan PemerPemer-intah Kabupaten/Kota. Misalnya, “Bagaimana tingkat kepercayaan Bapak/Ibu/Saudara(i) terhadap Pemerintah Nasional/ Pemerintah Provinsi Aceh/Pemerintah Kabupaten/Kota? a. Sangat percaya; b. Percaya; c. Kurang Percaya; d. Sangat Tidak Percaya”.

Hasil dan Pembahasan

Profil Responden

Salah satu informasi penting yang dilakukan dalam survei ini, yaitu profil responden. Beberapa variabel yang diamati, sebagai berikut: (1) Jenis kelamin; (2) Usia; (3) Tingkat pendidikan; dan (4) Jenis pekerjaan.

1. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil interprestasi data, diperoleh informasi bahwa hampir 60% laki-laki lebih banyak yang menjadi responden. Rasio an-tara laki-laki dan perempuan mas-ing-masing sebesar 59,4% dan 40,6

Gambar 2. Profil Responden berdasarkan Usia

2. Usia

Gambar 2 menunjukkan bahwa usia 31-40 tahun merupakan re-sponden terbanyak yang terpilih secara acak sebesar 30%. Diikuti dengan responden berusia 21-30 tahun sebesar 28,8% dan respon-den usia 41-50 tahun 22,5%. Rent-ang usia 21 tahun hingga 50 tahun merupakan usia yang produktif, baik dalam hal pekerjaan maupun akses informasi terkait kinerja pemerintah.

(7)

ANALISIS SITUASI • edisi 11

JSI

7

www.jsithopi.org

Gambar 3.

Komposisi Tingkat Pendidikan Responden

3. Tingkat pendidikan

Secara umum pendidikan responden yang terambil tersebar mulai dari sekolah dasar sampai doktor (S3) dengan komposisi yang bervariasi. Komposisi yang bervariasi ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu rendah (SD dan SLTP/Mts), menengah (SLTA/MA, D3, D4), dan tinggi (S1, S2, S3). Berdasarkan hasil studi diperoleh bahwa komposisi tingkat pendidikan rendah, menengah dan tinggi masing-masing sebesar 32,9%; 51,8%, dan 15,3%. Dari temuan ini tergambar bahwa mayoritas responden atau mewakili seluruh masyarakat Aceh berpendidikan SMA/SMK ke atas, yaitu mencapai di atas 50%, hanya sekitar 30% yang berpendidikan sekolah dasar sampai SMP/MTs

Gambar 4. Komposisi Pekerjaan Responden

Petani & Nelayan 26.6 Pedagang 10.7 PNS/Karya wan 11 IRT 18.6 Wiraswasta 20.3 Pelajar 6.3 Lain6.5 4. Jenis pekerjaan

Pekerjaan responden bervariasi dengan komposisi yang hampir berimbang, kecuali petani dan ne-layan, pelajar dan lain-lain. Secara lebih rinci terlihat bahwa komposisi tertinggi bekerja sebagai petani dan nelayan (26, 6%); wiraswasta (20,3%); PNS/Karyawan (18.6%); ibu rumah tangga/IRT (11%); pedagang (10,7%); lain-lain (6,5%); dan pelajar (6,3%).

(8)

Tingkat Kepercayaan Kepada Partai Politik

Tingkat kepercayaan ini dikelompokkan menjadi dua item, yaitu Great trust (dalam riset ini diu-kur dengan dua pilihan sangat percaya dan percaya) dan No trust (diudiu-kur dengan dua pilihan juga yaitu kurang percaya dan sangat tidak percaya). Gambar 5 menunjukkan secara umum bahwa tingkat kepercayaan warga Aceh terhadap partai politik masih cukup tinggi diband-ingkan dengan masyarakat yang tidak percaya terhadap partai politik, baik untuk Partai Lo-kal (Parlok) maupun Partai Nasional (Parnas). Namun jika ditelisik lebih dalam terlihat bahwa warga Aceh lebih percaya Parnas (56,7%) dibandingkan Parlok (56,4%), walaupun perbedaan poinnya tidak terlalu jauh hanya 0,3% saja.

Dengan kata lain, Grafik 5 mendeskripsikan bahwa warga Aceh lebih percaya Parnas diband-ingkan Parlok. Fenomena ini menarik untuk melakukan riset lebih mendalam tentang faktor apa saja yang menyebabkan kadar kepercayaan warga Aceh berbeda antara Parnas dan Par-lok.

Selama ini diasumsukan Parlok mampu meraih kepercayaan warga Aceh dibandingkan Par-nas karena tokoh Parlok yang lahir dari komunitas lokal dan umumnya kalangan elit ex-GAM. Kondisi ini dikonfirmasi dengan menurunnya perolehan kursi Parlok di DPRA maupun di DPRK pada Pemilu Legislatif 2014 kemarin.

Sebagai misal, kursi Partai Aceh pada Pemilu 2009 mendominasi DPRA dengan 33 kursi dari 69 kursi. Sedangkan pada Pileg 2014 ini PA hanya mampu meraih 29 kursi dari 81 kursi DPRA (Nivada, 2015).

(9)

ANALISIS SITUASI • edisi 11

JSI

9

www.jsithopi.org

Proporsi Tingkat Kepercayaan Partai Politik Berdasarkan Jenis

Kelamin

Grafik 6 di bawah memperlihatkan tingginya kepercayaan perempuan pada Par-tai Politik. Lebih spesifik lagi, perempuan ternyata lebih percaya Parnas diband-ingkan Parlok. Perbedaan proporsinya mencapai 2,3% bila dibanddiband-ingkan dengan Parlok yang hanya 0,7%.

Angka ini menjadi menarik dengan menimbang bahwa angka pemilih perempuan sebanyak 50,7% atau lebih tinggi dari pada pemilih laki-laki pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2014 kemarin.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemilih perempuan menjadi sangat penting dalam peta politik Aceh karena selain memiliki jumlah lebih banyak dan mereka juga memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi pada partai politik.

Selain itu, data ini juga menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih percaya Parnas dibandingkan Parlok. Terjadinya perbedaan derajat kepercayaan antara kelamin kepada dua jenis partai politik di Aceh menjadi hal menarik untuk dilaku-kan studi lebih mendalam.

(10)

Proporsi Tingkat Kepercayaan Partai Politik Berdasarkan Usia

Pada riset ini, usia responden dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu usia 17-30 tahun masuk kelompok remaja, usia 31-40 tahun menjadi kelompok dewasa, dan usia 41-≥60 tahun masuk kelompok lanjut. Gambar 7 menunjukkan bahwa semua ke-lompok usia memiliki kepercayaan yang besar pada Parlok dan Parnas. Keke-lompok usia dewasa dan usia lanjut lebih mendominasi daripada kelompok usia remaja.

Menarik perbedaan tingkat kepercayaan antara Parlok dan Parnas. Data menunjukkan bahwa kelompok usia lanjut mendominasi tingkat kepercayaan pada Parlok. Namun jika dilihat secara keseluruhan, kelompok usia dewasa dan lanjut usia lebih percaya Parlok dibandingkan Parnas. Sementara kelompok usia remaja lebih percaya pada Parnas dibandingkan Parlok. Data ini memperlihat-kan kemungkinan terjadinya pergeseran nilai politik bagi partai lokal di kalangan remaja. Dengan kata lain, data ini juga mengindikasikan bahwa Parnas memiliki peluang lebih besar untuk meraup dukungan lebih banyak dari kalangan remaja atau pemilih pemula.

(11)

ANALISIS SITUASI • edisi 11

JSI

11

www.jsithopi.org

Proporsi Tingkat Kepercayaan Partai Politik Berdasarkan

Pendidikan

Gambar 8 menunjukkan data yang menarik dimna hampir semua tingkatan pen-didikan memiliki kepercayaan yang besar pada partai politik. Pada Parnas, ma-syarakat menaruh kepercayaan yang besar pada semua jenjang pendidikan.

Berbeda pada Parlok, masyarakat yang percaya berada pada jenjang pendidikan rendah dan menengah, sedangkan masyarakat dengan pendidikan tinggi tidak menaruh kepercayaannya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Parlok memiliki peluang lebih besar untuk meraup dukungan lebih besar dari kalangan berpendidikan rendah yaitu 65.4% dibandingkan kelompok pendidikan lain. Hal ini menjadi catatan bagi Par-lok untuk menyusun kerangka strategis dalam memperoleh dukungan kelompok pendidikan menengah dan tinggi dengan lebih memperlihatkan kinerja mereka baik di pemerintahan maupun di legislatif.

(12)

Proporsi Tingkat

Kepercay-aan Partai Politik Berdasarkan

Pekerjaan

Masyarakat Aceh dengan beragam latar jenis pekerjaan memiliki kadar kepercayaan cukup tinggi terhadap partai politik, baik Parlok maupun Parnas. Grafik 9 dan 10 menunjukkan bahwa dua kelompok pekerjaan - (1) petani dan nelayan; dan (2) para ibu yang mengurus rumah tangga (IRT) - memiliki tingkat keper-cayaan tertinggi pada partai politik, khusus-nya Parlok. Sementara pelajar terkhusus-nyata lebih mempercayai Parnas dibandingkan Parlok. Data survei ini juga mengindikasikan bahwa kelompok pedagang & wiraswasta dan PNS & karyawan memiliki proporsi tingkat keper-cayaan yang paling rendah, khususnya pada Parlok.

Tingginya kepercayaan Ibu RT kembali men-gonfirmasi trend kepercayaan politik perem-puan di Gambar 6 sebelumnya. Meskipun demikian, menariknya Ibu RT ternyata sedikit lebih mempercayai Parlok dibanding Parnas dengan selisih 0,1%. Sementara di Gambar 6, pemilih perempuan lebih percaya Parnas dbi-andingkan Parlok. Ada kemungkinan perem-puan yang bekerja di sektor formal, khusus-nya PNS dan Karyawan berkontribusi pada rendahnya kepercayaan perempuan di Parlok. Data ini memperlihatkan fenomena menarik dimana jenis pekerjaan mempengaruhi kadar kepercayaan orang-orang yang terlibat dalam lapangan kerja tertentu terhadap partai poli-tik. Setiap jenis pekerjaan memiliki kepentin-gan tertentu yang mempengaruhi persepsi mereka yang berakumulasi pada derajat ke-percayaanya ke Parlok atau Parnas.

(13)

ANALISIS SITUASI • edisi 11

JSI

13

www.jsithopi.org

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan

1. Masyarakat Aceh lebih percaya Parnas (56,7%) dibandingkan Parlok (56,4%). 2. Semua kelompok usia memiliki kepercayaan yang besar baik pada Parlok

maupun Parnas.

3. Semua kelompok latar pendidikan memiliki kepercayaan yang tinggi pada Parnas

4. Menurut jenis pekerjaan, petani, nelayan, dan IRT lebih mempercayai Parlok dibanding Parnas. Selain itu, pedagang & wiraswasta dan PNS & karyawan memiliki proporsi tingkat kepercayaan yang paling rendah, khususnya pada Parlok.

Rekomendasi

1. Partai politik lokal harus melakukan perbaikan/perubahan di internalnya dengan fokus pada proses perekrutan kader dan pelatihan kader agar dapat meningkatkan kapasitas kelembagaannya dalam meningkatkan kepercayaan publik.

2. Semua partai sebaiknya menggunakan metode kampanye yang lebih efektif dengan mengangkat isu-isu yang terkait dengan perempuan karena ternyata perempuan jauh lebih percaya parpol dibandingkan laki-laki.

3. Parlok sebaiknya merubah strategi kampanye untuk mendapat dukungan dari kalangan remaja dengan mengikuti perkembangan teknologi media sos-ial agar mampu meraih kepercayaan para pemilih pemula.

4. Baik Parlok maupun Parnas sebaiknya menjaga trend kepercayaan kelom-pok petani dan nelayan yang cukup tinggi pada Parpol dengan senantiasa menggenjot kinerja pembangunan dan lebih memperhatikan layanan publik pekerja di kedua sektor tersebut.

5. Selain itu, baik Parlok maupun Parnas harus memperbaiki program strategis dan kebijakannya terkhusus pada sektor tenaga kerja dan bisnis yang me-nyentuh pekerja dan karyawan maupun pegawai negeri sipil dimana kelom-pok pekerjaan memiliki trend kepercayaan yang rendah.

(14)

Referensi

Ari, S., & Norrbacka, R. I. (2009). Trust and Integrity Violations in Finnish Public. Halduskultuur , 10:74-93.

Armunanto, Andi Ali. 2006. Kepercayaan Masyarakat terhadap Partai Politik: Studi tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Masyarakat terhadap Partai Politik. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Colquitt, J.A, Scott,B .A and LePine, J. A. (2007).Trust, Trustworthiness, and Trust Propensity: A Meta-Analytic Test of Their Unique Relationships With Risk Taking and Job Performance, Journal of Applied Psychology Vol. 92, No. 4, 909–927 Covey, S.M.R. and R.R. Merrill (2006) The Speed of Trust. The One Thing That Changes Everything.New York: Free Press

Fukuyama, F. (1995). Trust. The Social Virtues and the Creation Of Prosperity. New York: Free Press.

Nivada, Aryos (2015) Rekam Jejak Pemilu 2014; Pengalaman dan Pembelajaran dari Aceh, Aceh: Dialeksis Publishing

Yani, Andi Ahmad (2015) The Dynamic of Indonesian Political Trust in the Begin-ning of Reform Era, Jurnal Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indone-sia (LIPI), Vol 12, No.1, hlm 55-68.

Wheeless, L.R. and J. Grotz (1997) The Measurement of Trust and Its Relationship to Self- Disclosure. Human Community Research, Vol.3(3), hlm: 250-257

Gambar

Gambar 4. Komposisi Pekerjaan Responden
Grafik 6 di bawah memperlihatkan tingginya kepercayaan perempuan pada Par- Par-tai Politik
Gambar 8 menunjukkan data yang menarik dimna hampir semua tingkatan pen- pen-didikan memiliki kepercayaan yang besar pada partai politik

Referensi

Dokumen terkait

Dibawah ini akan dijelaskan teorema mengenai dua barisan pada ruang metrik yang konvergen ke suatu titik yang berbeda maka jarak dari anggota tiap barisan akan konvergen

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan CO 2 pada tiga taraf konsentrasi (0, 40 dan 70 %) dengan empat taraf lama penyim� panan (2, 4, 6, dan 8 minggu)

Agen PengawasMobile akan meng create agen Messanger untuk mengirimkan pesan kepada AgenPengawas di komputer bagian produksi yang isi pesannya adalah telah terjadi perubahan data

Dampak seperti diatas perlu introduksi teknologi agar teknik pengetahuan lokal menjadi sempurna terhadap pencegahan degradasi lahan, sehingga tidak menimbulkan

Hasil wawancara yang dilakukan pada subjek S5 menunjukkan bahwa S5 mulai dengan mengamati kasus dan langsung mencari dan memprediksi pola dengan menggambar segi tiga

Unit Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disingkat unit LPSE adalah unit yang melayani proses pengadaan Barang/Jasa secara elektronik di lingkungan Badan

front office sangatlah menentukan dalam memberikan kesan yang baik maupun buruk pada tamu yang mendatangi hotel, sebelum para tamu tersebut menentukan akan menginap

Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada aktivitas fagositosis dan kadar NO antara kelompok P1,P2 dibandingkan dengan kelompok K (p>0,05). Namun rerata