• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI BERDASAR KURIKULUM 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI BERDASAR KURIKULUM 2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI BERDASAR KURIKULUM 2013

Oleh : Achmad Zanuar Ansori, M.Ed Widyaiswara BDK Surabaya

ABSTRAK

Implementasi Kurikulum 2013 bagi satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama akan secara serempak dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015. Salah satu ciri khas Kurikulum 2013 adalah penggunaan scientific approach dalam pembelajaran dengan lima tahapannya yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan hasil belajar. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat mengakomodasi tuntutan tersebut. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) termasuk model yang belum banyak dipahami dan dipraktekkan oleh para guru dalam pembelajaran, termasuk guru biologi Madrasah Aliyah (MA). Sementara itu analisis terhadap sintaks atau langkah pembelajaran menunjukkan hasil bahwa PBM merupakan sebuah model yang dapat memenuhi tuntutan scientific approach. Bahkan, dalam satu sintaks dapat dimunculkan lebih dari satu tahapan scientific approach. Dengan demikian maka PBM dapat dipakai sebagai salah satu model pembelajaran pada saat Kurikulum 2013 diterapkan. Lebih jauh, analisis terhadap sejumlah kompetensi dasar pada mata pelajaran biologi MA menunjukkan hasil adanya kemungkinan penggunaan model PBM dalam pembelajaran biologi di tingkat MA.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pada diklat teknis fungsional peningkatan kompetensi guru pertama mata pelajaran biologi Madrasah Aliyah (MA), materi yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran disajikan dalam mata diklat model-model pembelajaran. Pada mata diklat ini peserta diklat diperkenalkan berbagai macam model pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran yang bersifat paikem yaitu pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan. Umumnya, model pembelajaran yang diperkenalkan adalah model yang bermuara pada model pembelajaran kooperatif misalnya Team Game Tournament, Think Pair Share, Numbered Head Together, Jigsaw dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan semangat implementasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau student centered learning.

Sementara itu, menyambut tahun ajaran yang akan datang Kementerian Agama secara serempak akan menerapkan Kurikulum 2013 pada semua satuan pendidikan termasuk di tingkat Aliyah yang dimulai di kelas sepuluh. Sebagaimana diketahui, pada Kurikulum 2013 terdapat dua penekanan utama yang sekaligus menjadi ciri dari kurikulum tersebut. Penekanan tersebut adalah penggunaan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific appoach) dan penggunaan penilaian asli (authentic assessment). Pembelajaran dengan pendekatan scientific yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Scientific approach dalam pembelajaran di semua mata pelajaran dilaksanakan melalui kegiatan menggali informasi melalui pengamatan, mengajukan pertanyaan, menggali atau mengumpulkan data atau informasi, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi. Dengan tetap meyakini prinsip bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki bakat masing-masing, maka penggunaan model maupun metode pembelajaran harus memperhatikan keberagaman “learning style” dari masing-masing individu. Oleh karena itulah model pembelajaran yang menekankan pada ciri khas dan keberagaman individu perlu dikembangkan. Dengan demikian setiap peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dan menyelesaikan tugas belajarnya tanpa merasa terlalu terkekang karena guru hanya cenderung menggunakan salah satu model pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Sesungguhnya sebagai sebuah model pembelajaran, Problem Based Learning bukan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan. Akan tetapi, banyak guru yang belum memahami apalagi mempraktekkan model yang satu ini dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Lebih penting lagi adalah model ini memiliki sintak atau alur yang mampu memenuhi tuntutan kegiatan proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dengan pendekatan scientific appoachnya.

Artikel berjudul Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran Biologi berdasar Kurikulum 2013 ini akan mencoba membahas tahapan scientific approach dalam pembelajaran, Problem Based Learning sebagai sebuah model dan kesesuaiannya dengan tahapan scientific approach, dan contoh kompetensi dasar pada mata pelajaran Biologi yang dapat dikembangkan proses pembelajarannya menggunakan PBL. Diharapkan artikel ini mampu menambah wawasan tentang PBL sebagai model pembelajaran yang dapat diterapkan seiring dengan

(3)

3

pelajaran Biologi di Madrasah Aliyah tidak ragu lagi menggunakannya. PEMBAHASAN

Scientific Approach dalam Kurikulum 2013

Dalam Permendikbud 81 A tentang Implementasi Kurikulum 2013 dinyatakan bahwa dinyatakan pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah scientific approach atau pendekatan ilmiah. Sebagaimana diketahui, pelaksanaan proses pembelajaran menurut standar proses dilaksanakan dalam tiga tahapan utama yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Berikut adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event) sebagaimana di atas.

Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

(4)

4 Mengumpulkan informasi

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek atau kejadian yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Aktivitas lain yang dapat dilakukan adalah melakukan aktivitas tertentu terkait dengan materi atau mwlakukan wawancara dengan narasumber tertentu sesuai kebutuhan. Dari kegiatan tersebut diharapkan terkumpul sejumlah informasi.

Mengolah informasi atau mengasosiasikan

Kegiatan ini dilakukan dengan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi lainnya. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Pemrosesan informasi ini bertujuan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

Mengkomunikasikan hasil

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan, menceritakan atau menyampaikan dalam bentuk media lain misalnya poster, model atau charta tentang apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Model Problem Based learning (PBL) Pengertian PBL

Model Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis (Arends, 2009).

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pebelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pebelajar tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.

Lebih lanjut Arends (2009) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu: (1) inkuiri dan keterampilan melakukan pemecahan masalah, (2) belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan (3) keterampilan belajar mandiri (skills for independent learning). Inkuiri dan keterampilan proses dalam pemecahan masalah telah

(5)

5

menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning. PBL juga bertujuan untuk membantu pebelajar belajar secara mandiri. Penggunaan PBL dalam pembelajaran sangat bermanfaat karena: (1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; (2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Karakteristik PBL

Problem Based Learning memiliki beberapa karakteristik diantaranya adalah: (1) driving question or problem, (2) interdisciplinary focus, (3) authentic investigation, (4) production of artifacts and exhibits, and (5) collaboration. Problem Based Learning mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa. Masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek. Investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah riil. Peserta didik harus menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bilamana mungkin), membuat inferensi, dan menarik kesimpulan. Hasil investigasi berbentuk produksi artefak dan exhibit dari mengkonstruksi yang menjelaskan atau merepresentasikan solusi mereka. Produk itu bisa berbentuk debat, laporan, model fisik, video, atau program komputer. Artefak dan exhibit yang akan dideskripsikan, dirancang oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada orang lain apa yang telah mereka pelajari dan memberikan alternatif yang menyegarkan untuk makalah wajib atau ujian tradisional. Kolaborasi atau kerja sama memberikan motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk berdialog bersama, dan untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.

Tujuan PBL

Problem Based Learning dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa lainnya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan, dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonomi. Menurut pendapat Resnick (1978b) dalam Arends tentang definisi berpikir tingkat tinggi adalah bersifat non-algoritmik. Artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan sebelumnya, cenderung bersifat kompleks, jalur totalnya tidak visible (secara mental) dilihat dari sudut pandang manapun, sering mendapat multiple solution, melibatkan nuanced judgment dan interpretasi,

(6)

6

melibatkan multiple criteria (banyak criteria), kadang-kadang bertentangan satu sama lain, melibatkan self-regulation proses-proses berpikir, melibatkan imposing meaning (menentukan makna), menemukan struktur dalam sesuatu yang tampak tidak beraturan dan bersifat effortful (membutuhkan banyak usaha). Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran juga dirancang untuk “Simulasi Sosial” yang bertujuan merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain.

Sintaks PBL

Sebagaimana layaknya sebuah model, maka PBL juga memiliki sintak dalam kegiatan pembelajarannya. Arends (2009) mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.

Tabel 1. Sintaks Problem Based Learning

Fase Aktivitas guru

Fase 1:

Mengorientasikan siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah yang dihadapi Fase 3:

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan Fase 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.

Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. Disamping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat terlibat dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Dalam fase ini siswa dapat melakukan kegiatan mengamati dengan cara mendengar paparan, melihat tayangan video atau membaca permasalahan yang disajikan dalam bentuk tulisan oleh guru. Selain itu, siswa dapat mengajukan pertanyaan berkaitan dengan apa yang disampaikan guru.

(7)

7

Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Pada tahap ini, siswa dapat melakukan aktivitas bertanya baik kepada guru maupun siswa lain berkaitan dengan tugas yang harus diselesaikan. Hal ini penting untuk menjamin agar siswa mengetahui apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berifikir tentang massalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut.

Tahapan ini dapat menggamit sekaligus dua unsur dalam scientifif approach yaitu mengumpulkan informasi dan mengolah informasi. Siswa secara simultan dan bahkan bersamaan akan melakukan kedua aktivitas tersebut. Dalam mengumpulkan informasi siswa pasti akan melakukan pengamatan. Selain itu tidak tertutup kemungkinan akan terjadi saling tanya jawab antar sesama siswa dalam proses pengumpulan informasi dan pengolahannya. Dengan kata lain, pada tahap ini banyak aktivitas dalam scientifif approach yang bisa yang dilakukan siswa.

(8)

8

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan memamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Tahapan ini sejalan dengan tahap kelima dalam scientifif approach dimana siswa mengkomunikasikan hasil belajarnya dalam bentuk tertentu sesuai dengan tugas belajar yang diembannya. Tentunya dalam tahapan ini siswa tidak cukup hanya membuat laporan atau artefak saja, mereka harus mampu menjelaskan apa yang dilaporkannya.

Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

Tahapan akhir ini memiliki kualitas yang cukup tinggi dilihat dari tingkatan berpikir ranah kognitif Bloom. Pada tahapan ini siswa diminta memikirkan kembali apa yang sudah dilakukan. Sebagaimana diketahui aktivitas metakognitif merupakan aktivitas berpikir yang rumit.

Contoh KD Biologi danTugas PBL

Berikut adalah contoh Kompetensi Dasar mata pelajaran Biologi yang dapat diajarkan menggunakan model PBL.

Tabel 2. KD Biologi MA dan Tugas PBL

No Kelas Kompetensi Dasar Tugas PBL

1 X

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.

4.6 Menyajikan data hasil

pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Guru memberikan

rangsangan permasalahan berupa potongan berita di koran tentang peristiwa keracunan makanan beserta gejala-gejalanya. Siswa diminta

menganalisis penyebab keracunan tersebut dan melaporkannya dalam bentuk tertulis.

2 XI

3. 11 Mengevaluasi pemahaman diri tentang bahaya penggunaan senyawa psikotropika dan dampaknya terhadap

Melakukan investigasi tentang berbagai akibat penggunaan senyawa

(9)

9 kesehatan diri, lingkungan dan masyarakat.

4.11 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi saraf dan hormon pada sistem koordinasi yang disebabkan oleh senyawa psikotropika yang menyebabkan gangguan sistem koordinasi manusia dan melakukan kampanye anti narkoba pada berbagai media.

psikotropika dan melaporkannya dalam bentuk poster yang akan dipresentasikan sekaligus dipamerkan di madrasah. Isi poster salah satunya tentang himbauan terhadap bahaya psikotropika

3 XII

3.1 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan

perkembangan pada Mahluk Hidup berdasarkan hasil percobaan.

4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar.

Malakukan percobaan tentang pengaruh

magnesium pada berbagai kadar terhadap

pertumbuhan tanaman dan melaporkannya dalam bentuk laporan hasil penelitian sesuai format yang baku.

Kesimpulan

Berdasar uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu PBL memiliki karakteristik yang sebagaimana yang dituntut oleh Kurikulum 2013 yaitu penggunaan scientific approach dala kegiatan pembelajaran. Bahkan, sintaks atau tahapan pembelajaran dalam PBL memberi kesempatan guru dan siswa menerapkan kegiatan mulai menanya sampai mengkomunikasikan dengan baik. Bagi widyaiswara pengampu mata diklat model-model pembelajaran perlu memperkenalkan dan mempraktekkan model pembelajaran ini ketika memberikan materi model-model pembelajaran tanpa menunggu perbaikan kurikulum silabus diklat karena tuntutan perubahan sudah di depan mata seiring pemberlakuan Kurikulum 2013 di tahun ajaran yang akan datang.

(10)

10 DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I., 2009, Learning to Teach (Edisi Kesembilan), New York: McGraw-Hill. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, Modul Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Kemdikbud.

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010, Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI, Jakarta: BSNP.

Kemdikbud, 2013, Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Kemdikbud.

Kemdikbud, 2013, Permendikbud No.65 tentang Standar Proses, Jakarta: Kemdikbud.

Dasna, I.W. dan Sutrisno, 2010, Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), http://id.scribd.com/doc/93385408/dasna <diakses tanggal 29 Mei 2014>).

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data keefektifan RPP dan LKPD terdiri dari (a) analisis data hasil belajar berupa skor tes pada uji lapangan, kemudian dihitung ketuntasan hasil belajar siswa, (b)

Hasil penelitian menunjukkan biji kakao asal Sulawesi Tengah yang ditanam di wilayah kabupaten Banyumas dapat berkecambah semua pada hari ke 27 dimana yang berkecambah baik

Tabung Venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa pengendali

Peraturan MENPAN No.52 tahun 2014, tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersft dan Melayani.. Keputusan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya serta hasil analisis dan perhitungan yang dilakukan di UKM Batik Sari Kenongo Sidoarjo dengan judul Analisis Penentuan

MBE adalah suatu kemampuan dasar yang disediakan oleh SIBK (sistem informasi berbasis komputer) dengan kondisi dimana SIBK memikul sebagian tanggung jawab dalam pengendalian

Nilai mean Debt ratio (DR) sesudah IPO mengindikasikan bahwa semakin kecil risiko bagi pemberi pinjaman perusahaan sesudah Initial Public Offering (IPO) apabila

Perengkahan katalitik sampah plastik jenis polypropylene dengan menggunakan katalis zeolit A dapat menghasilkan bahan bakar minyak yang bisa digunakan sebagai sumber