PENGEMBANGAN BUKU BERGAMBAR TENTANG KECERDASAN
LOGIKA MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA JAMBI PADA ANAK
KELOMPOK B DI TK NURUL KHOIR KOTA JAMBI
SKRIPSI
OLEH
INDAH ABDIANA
NIM RRA1F116027
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
i
HALAMAN JUDUL
PENGEMBANGAN BUKU BERGAMBAR TENTANG KECERDASAN
LOGIKA MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA JAMBI PADA ANAK
KELOMPOK B DI TK NURUL KHOIR KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Jambi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
OLEH
INDAH ABDIANA
NIM RRA1F116027
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : INDAH ABDIANA
NIM : RRA1F116027
Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Dengan ini menyatakan Skripsi dengan judul “Pengembangan Buku Bergambar
Tentang Kecerdasan Logika Matematika Berbasis Budaya Jambi Pada Anak Kelompok B Di TK Nurul Khoir Kota Jambi” bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian pihak lain. Apabila di
kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan
jiplakan atau plagiat, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Jambi, 30 November 2020
Yang membuat pernyataan,
Indah Abdiana RRA1F116027
v ABSTRAK
Abdiana, Indah. 2020. Pengembangan Buku Bergambar Tentang Kecerdasan Logika
Matematika Berbasis Budaya Jambi Pada Anak Kelompok B Di TK Nurul Khoir Kota Jambi: Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi. Pembimbing: (I) Dr. Drs. H. Hendra Sofyan, M.Si, (II) Nyimas Muazzomi, S.Ag., M.Pd.I.
Kata Kunci: Buku Bergambar, Logika Matematika, Budaya Jambi.
Kecerdasan logika matematika pada anak adalah kecerdasan yang dimiliki anak dalam memahami angka-angka sesuai dengan rentang usia yang dimiliki anak. Kecerdasan logika matematika pada anak adalah kecerdasan yang memperlihatkan pemahaman anak dalam mengenal bilangan atau angka-angka yang menghubungkan contoh benda konkret berdasarkan pada kenyataan atau kehidupan sehari-hari anak. Sehingga anak dapat menujukkan benda-benda apa saja yang bisa dihubungkan dengan lambang bilangan. Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu guru kelas B1 di Taman Kanak-Kanak (TK) Nurul Khoir Kota Jambi mengatakan bahwa dalam mengenal konsep bilangan masih ada beberapa anak yang kesulitan dan belum menguasai bilangan. Dan pada saat proses kegiatan pembelajaran dikelas, guru jarang mengajarkan unsur budaya Jambi pada anak karena kuangnya media pembelajaran atau buku tentang budaya Jambi. Maka dari itu perlu buku bergambar tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui proses pengembangan buku bergambar tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi, untuk mengetahui kelayakan produk pengembangan buku bergambar tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi dari segi kevalidan dan kepraktisan, dan untuk mengetahui respon anak terhadap buku bergambar tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Proses pengembangan menggunakan model ADDIE. Adapun langkah-langkahnya (1) tahap analisis mencakup; analisis karakteristik anak, analisis materi, (2) tahap desain meliputi; persiapan pembuatan produk, membuat flowchart dan story board, serta penyusunan instrumen penilaian, (3) tahap pengembangan; validasi ahli materi dan ahli media pembelajaran, (4) implementasi meliputi; ujicoba praktisi dan ujicoba kelompok kecil, (5) tahap evaluasi meliputi perbaikan dari setiap tahap ADDIE.
Hasil penelitian pengembangan yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa buku bergambar tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi pada anak kelompok B di TK Nurul Khoir kota Jambi yang di kembangkan dikategorikan sangat baik atau ”valid” dengan penilaian dari ahli materi dengan persentase 85,34% dan ahli media dengan persentase 84,09%. Penilaian praktisi dengan presentase 98% yang dikategorikan sangat baik atau “praktis” sehingga layak untuk diujicoba pada kelompok kecil. Pada ujicoba kelompok kecil respon anak terhadap buku bergambar tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi diperoleh presentase 92,78% yang dikategorikan “sangat baik”.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengembangan buku bergambar tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi layak digunakan oleh anak kelompok B dalam mengenalkan lambang bilangan melalui objek budaya Jambi.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan Kepada ALLAH
SWT. Yang Telah Melimpahkan Rahmat, Hidayah Serta Karunia-Nya Kepada
Penulis, Sehingga Penulis Berhasil Menyelesaikan Skripsi yang Berjudul “Pengembangan Buku Bergambar Tentang Kecerdasan Logika Matematika Berbasis Budaya Jambi Pada Anak Kelompok B Di TK Nurul Khoir Kota
Jambi” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.
Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak Dr. Drs. H.
Hendra Sofyan, M.Si. selaku pembimbing I dan Ibu Nyimas Muazzomi, S.Ag.,
M.Pd.I. selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis
dalam menyusun skripsi ini. Selain itu, penulis juga menyampaikan rasa
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sutrisno M.Sc, Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Asrial, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.
3. Bapak Dr. Yantoro, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
dan Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.
4. Bapak Dr. Drs. H. Hendra Sofyan, M.Si selaku Ketua Program Studi
vii
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi yang
telah memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan.
6. Ibu Dr. Indryani, S.Pd., M.Pd.I selaku validator materi dan Bapak Dr. K.A.
Rahman, S.Ag., M.Pd.I selaku validator media pembelajaran.
7. Ibu Dra. Tinur selaku kepala TK Nurul Khoir Kota Jambi yang memberikan
izin peneliti untuk melakukan penelitian di TK Nurul Khoir Kota jambi.
8. Ibu Aziadah, S.Pd, Ibu Suarsini, dan Bapak Adi Pangestu Harahap, S.Pd
selaku praktisi yang memberikan masukan, waktu dan kerjasamanya dalam mengembangkan produk yang dikembangkan penulis.
9. Terkhusus kepada orang tua tersayang Ibu Darihan, Ayah Hardiyanto, serta
abang dan kakak terhebat abang Noer Wandi Saputra, abang Handik Bratha, kakak Sri Yuliya yang selalu memberikan do’a, motivasi, bantuan serta
dukungan penuh kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
10. Seluruh keluarga besar Darun-Karimin yang telah mendo’akan penulis dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Sahabat seperjuangan Halima Tussadiyah, Lusiana, dan Eka Khusnawati,
teman-teman kelas H reguler mandiri angkatan 2016 selama menuntut ilmu
di kampus Universitas Jambi, teman-teman pengurus BEM KBM UNJA
2018-2019 terkhusus kementerian kominfo integrasi dan teman-teman
dekorasi squad yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi yang tidak
viii
Untuk para pembaca, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan guna membangun kesempurnaan dimasa yang akan datang. Demikianlah semoga skripsi ini bermanfaat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jambi, November 2020
Penulis
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Pengembangan ... 7
1.4 Spesifikasi Pengembangan ... 8
1.5 Pentingnya Pengembangan ... 9
1.6 Asumsi dan Batasan Pengembangan ... 9
1.7 Definisi Istilah ... 10
BAB IIKAJIAN TEORITIK 2.1 Teori Penelitian dan Pengembangan ... 11
2.1.1 Pengertian Penelitian dan Pengembangan ... 11
x
2.1.3 Dasar-Dasar Pengetahuan Desain dan Pengembangan ... 13
2.1.4 Tahap-Tahap Penelitian dan Pengembangan ... 13
2.1.5 Model-Model Penelitian dan Pengembangan ... 15
2.1.6 Metode Penelitian dan Pengembangan ... 19
2.2 Buku Bergambar ... 20
2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 20
2.2.2 Manfaat Media Pembelajaran ... 21
2.2.3 Pengertian Buku Bergambar ... 22
2.2.4 Jenis Buku Bergambar ... 23
2.2.5 Fungsi Buku Bergambar ... 26
2.2.6 Karakteristik Buku Bergambar ... 27
2.3 Logika Matematika ... 28
2.3.1 Pengertian Logika Matematika ... 28
2.3.2 Tahapan-Tahapan Pembelajaran Matematika ... 29
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Logika Matematika .. 29
2.3.4 Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematika ... 30
2.3.5 Strategi Mengajar Kecerdasan Logika Matematika... 33
2.3.6 Permainan Dengan Angka ... 34
2.3.7 Indikator Kecerdasan Logika Matematika ... 35
2.4 Budaya Jambi ... 36
2.4.1 Pengertian Budaya Jambi ... 37
2.4.2 Tari Daerah Jambi ... 38
2.4.3 Alat Musik Daerah Jambi ... 40
2.4.4 Rumah Adat Jambi ... 41
2.4.5 Pakaian Budaya Jambi ... 42
2.4.6 Gentala Arasy ... 43
2.4.7 Candi Muaro Jambi ... 43
2.5 Penelitian Yang Relevan ... 43
xi
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Model Pengembangan ... 48 3.2 Prosedur Pengembangan ... 48 3.2.1 Analysis (Analisis) ... 48 3.2.2 Design (Perancangan) ... 50 3.2.3 Development (Pengembangan) ... 53 3.2.4 Implementation (Pelaksanaan) ... 55 3.2.5 Evaluation (Evaluasi) ... 55
3.3 Subjek Uji Coba ... 56
3.4 Jenis Data dan Sumber Data ... 56
3.5 Instrumen Pengumpul Data ... 58
3.6 Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengembangan ... 68 4.1.1 Analysis (Analisis)... 68 4.1.2 Design (Perancangan) ... 69 4.1.3 Development (Pengembangan) ... 86 4.1.4 Implementation (Pelaksanaan) ... 98 4.1.5 Evaluation (Evaluasi) ... 101 4.2 Pembahasan ... 101 4.3 Keterbatasan Penelitian ... 104
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 106
5.1.1 Proses Pengembangan Buku Bergambar ... 106
5.1.2 Kelayakan Produk Buku Bergambar ... 107
5.1.3 Respon Anak Terhadap Produk Buku Bergambar ... 107
5.2 Saran ... 107
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Story Board Desain Pengembangan Produk ... 51
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen untuk Ahli Materi ... 58
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen untuk Ahli Media ... 61
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen untuk Guru ... 62
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen untuk Peserta Didik ... 63
Tabel 3.6 Persentase Kriteria Penilaian ... 67
Tabel 4.1 Story Board Desain Pengembangan Produk ... 72
Tabel 4.2 Hasil Validasi Angket Ahli Materi ... 91
Tabel 4.3 Hasil Validasi Angket Ahli Media ... 97
Tabel 4.4 Presentase Kriteria Penilaian ... 98
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Model Dick & Carey ... 16
Gambar 2.2 Model Jolly & Bolitho ... 16
Gambar 2.3 Model ADDIE ... 18
Gambar 3.1 Tahap Pelaksanaan ... 49
Gambar 3.2 Flowchart Buku Bergambar ... 50
Gambar 3.3 Tahap Pengembangan Produk ... 54
Gambar 3.4 Pengolahan data Kualitatif ... 65
Gambar 4.1 Flowchart Buku Bergambar ... 71
Gambar 4.2 Tampilan Cover Depan ... 75
Gambar 4.3 Tampilan Kata Pengantar ... 76
Gambar 4.4 Tampilan Daftar Isi ... 77
Gambar 4.5 Tampilan Materi Awal Angka dan Gambar ... 78
Gambar 4.6 Tampilan Lembar Latihan Menghubungkan Angka dan Gambar .... 79
Gambar 4.7 Tampilan Lembar Latihan Menulis Angka ... 80
Gambar 4.8 Tampilan Materi Desain Buku Bergambar ... 81
Gambar 4.9 Tampilan Lembar Latihan Menghubungkan Angka dan Gambar .... 82
Gambar 4.10 Tampilan Lembar Latihan Menulis Angka ... 83
Gambar 4.11 Tampilan Mengenal serta Menempel bentuk Gambar ... 84
Gambar 4.12 Tampilan Mengenal serta Menempel bentuk Gambar ... 84
Gambar 4.13 Desain Tampilan Tentang Penulis... 85
Gambar 4.14 Tampilan Cover Belakang ... 86
Gambar 4.15 Pengolahan data Kualitatif ... 87
Gambar 4.16 Komentar dan Ssaran Umum Ahli Materi ... 88
Gambar 4.17 Perubahan ukuran buku bergambar sebelum dan setelah revisi ... 89
Gambar 4.18 Penambahan materi mengenal bentuk setelsh direvisi ... 90
Gambar 4.19 Pengolahan data Kualitatif ... 93
Gambar 4.20 Komentar dan Saran Umum Ahli Media... 94
Gambar 4.21 Revisi Cover depan buku bergambar ... 95
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Panduan Wawancara... 114
Lampiran 2 Lembar Hasil Wawancara Guru ... 116
Lampiran 3 Angket Ahli Materi ... 118
Lampiran 4 Angket Ahli Media ... 128
Lampiran 5 Angket Praktisi ... 135
Lampiran 6 Angket Kelompok Kecil ... 153
Lampiran 7 Data Hasil Angket Tanggapan Anak ... 171
Lampiran 8 Surat Validasi Ahli Materi ... 173
Lampiran 9 Surat Validasi Ahli Media ... 174
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian... 175
Lampiran 11 Surat Balasan Penelitian ... 176
Lampiran 12 Dokumentasi ... 177
Lampiran 13 Lembar Hasil Latihan Anak ... 182
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 1 ayat 10 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini
adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6
(enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Menurut Wiyani (2016: 1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
suatu usaha yang sudah terencana untuk mewujudkan suasana kegiatan proses
belajar secara aktif dan kreatif kepada anak. Menurut Mursid (2015: 46)
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta beragama), Bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Menurut Sofyan (2015: 70) proses kegiatan pembelajaran merupakan
bentuk perlakuan yang diberikan kepada anak serta memperhatikan karakteristik
yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Melalui pendidikan anak usia
anak agar lebih optimal.
Menurut Sofyan (2016: 30) guru menjadi salah satu faktor penting dalam
keberhasilan pendidikan anak usia dini. Maka dari itu guru harus mengerti cara
berpikir anak, memahami apa yang dibutuhkan oleh anak dan guru harus bisa
mengembangkan kemampuan kecerdasan majemuk anak usia dini melalui proses
kegiatan pembelajaran. Kecerdasan majemuk pada anak adalah sebuah proses
bagaimana seorang anak dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya
baik itu dalam proses belajar di kelas maupun diluar kelas yang dapat
menghubungkan benda-benda konkret yang ada di lingkungan sekitar dalam
kegiatan pembelajaran. Salah satu jenis kecerdasan majemuk yaitu kecerdasan
logika matematika.
Kecerdasan logika matematika pada anak adalah kecerdasan yang dimiliki
anak dalam memahami angka-angka sesuai dengan rentang usia yang dimiliki
anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Mursid (2015: 56) proses pembelajaran
pada anak usia dini harus dilakukan untuk memberikan konsep dasar tentang
pendidikan yang berarti dalam kehidupan matematika (logika) sangat berperan
penting dalam kurikulum anak usia dini, untuk mengembangkan kemampuan
kognitif yang membuat mereka berpikir dan bernalar tentang bilangan-bilangan
dan kuantitas. Karena sangat efektif mengenalkan anak pada kegiatan yang sesuai
dengan perkembangan daya pikir mereka.
Guru perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan
matematika dalam berkomunikasi dengan memperlihatkan dan menceritakan
sesuatu kegiatan yang mereka alami di lingkungan keluarga maupun di
bangunan tempat wisata yang ada di lingkungan mereka tinggal. Matematika
berfungsi untuk mengatur cara mengembangkan kemampuan berfikir anak.
Berbagai kegiatan matematika dapat mengembangkan kemampuan anak untuk
berfikir logis dan matematis. Dimana tahap awal anak belajar tentang bilangan
berasal dari benda-benda konkret. Kemudian anak dilatih untuk belajar tentang
angka sebagai simbol bilangan. Setelah anak dapat menghubungkan atau
mengenal benda-benda konkret dalam berfikir matematis, maka kecerdasan logika
anak akan meningkat.
Kecerdasan logika matematika pada anak adalah kecerdasan yang
memperlihatkan pemahaman anak dalam mengenal bilangan atau angka-angka
yang menghubungkan contoh benda konkret berdasarkan pada kenyataan atau
kehidupan sehari-hari anak. Sehingga anak dapat menujukkan benda-benda apa
saja yang bisa dihubungkan dengan lambang bilangan. Dan pengembangan
kecerdasan logika matematika bertujuan untuk melibatkan dalam keterampilan
logika, mengolah angka dan mengenal bilangan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Suyadi (2015: 127) yang menyatakan bahwa matematis logis atau logika
matematika adalah kecerdasan tentang kemampuan untuk menangani bilangan
dan perhitungan, pola berpikir logis dan ilmiah. Kecerdasan logika matematika
adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika dalam Sujiono (2013: 187)
kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah angka dan melibatkan
kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Kecerdasan logika matematika
pada dasarnya melibatkan kemampuan-kemampuan menganalisis masalah secara
logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola matematika dan
Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu guru kelas B1 di Taman
Kanak-Kanak (TK) Nurul Khoir Kota Jambi mengatakan bahwa dalam mengenal
konsep bilangan masih ada beberapa anak yang kesulitan dan belum menguasai
bilangan. Saat anak memasangkan gambar sesuai dengan urutan bilangan, masih
ada anak yang belum bisa memasangkan gambar sesuai dengan pasangan
gambarnya. Anak juga ada yang belum bisa menyebutkan kesesuaian angka
dengan gambar nyata. Dalam membedakan bentuk, seperti bentuk bulat, kotak,
lonjong, segitiga dan yang lain ada anak yang bisa dan ada juga anak yang tidak
bisa. Kurikulum yang digunakan pada tahun ajaran 2019/2020 di TK Nurul Khoir
Kota Jambi pada saat ini adalah kurikulum 2013. Sumber belajar yang digunakan
oleh guru dalam proses kegiatan belajar yaitu alat permainan edukatif (APE),
puzzle, boneka jari, kartu huruf dan buku, namun belum ada buku tentang
pengenalan angka yang berkaitan dengan unsur budaya Jambi. Media
pembelajaran yang guru gunakan dalam proses kegiatan belajar adalah media
berupa APE dan buku.
Kurangnya media pembelajaran yang ada disekolah yang menjadi hambatan
pada saat guru mengajar dikelas. Dan pada saat proses kegiatan pembelajaran
dikelas, guru jarang mengajarkan unsur budaya Jambi pada anak dan hanya
mengajarkan seperti lagu Jambi pada anak, namun mengenalkan bilangan dengan
unsur budaya Jambi belum pernah. Dengan mengenal benda-benda konkret yang
ada disekitar anak, maka kegiatan pembelajaran akan berkesan dan bermakna bagi
anak. Agar anak lebih mengenal lingkungan sekitar, guru hendaknya mengenalkan
budaya yang ada didaerah tempat mereka tinggal terutama budaya Jambi dalam
tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi yang akan peneliti
kembangkan merasa sangat membantu dalam mengenalkan budaya Jambi pada
anak dan dijadikan referensi dalam media Pembelajaran bagi guru di sekolah.
Karakteristik anak terhadap bahan ajar buku bergambar yaitu anak akan sangat
antusias karena anak menyukai benda-benda yang berwarna dan banyak media
yang ada disekitar mereka.
Dengan mengenalkan budaya Jambi dalam kegiatan pembelajaran, maka
akan membantu anak lebih memahami tentang logika matematika yang berkaitan
dengan lingkungan sekitar. Anak diajak mengenalkan budaya Jambi dengan
mengunjungi langsung tempat-tempat bersejarah yang ada di Jambi atau melalui
gambar-gambar benda apa saja yang menjadi objek daerah Jambi. Sehubungan
dengan hal tersebut guru hendaknya memberikan media pembelajaran yang
menarik agar anak dapat tertarik dan memahami kegiatan pembelajaran. Salah
satu media pembelajaran dalam meningkatkan kecerdasan logika matematika
yaitu media pembelajaran berbentuk buku bergambar. Media buku bergambar
yang dikaitkan dengan budaya Jambi, akan memudahkan anak dalam mengingat
bentuk-bentuk bilangan secara konkret. Buku berfungsi sebagai alat bantu guru
dalam proses kegiatan pembelajaran dan sebagai sarana anak dalam meningkatkan
kecerdasan logika matematika.
Menurut Sujiono (2013: 187-188) ada beberapa cara mengembangkan
kecerdasan logika matematika pada anak melalui bermain puzzle, mengenal
bentuk geometri, mengenalkan sajak berirama atau lagu, eksplorasi pikiran
memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika, Games penuh
strategi dan eksperimen.
Games penuh strategi dan eksperimen untuk anak usia dari lahir sampai 5
tahun seperti mengelompokkan benda, mengucapkan syair dan lagu dengan
mengenalkan bilangan, mengukur besar kaki, membaca buku bergambar
pengenalan bilangan, menyeimbangkan batang kayu dan gantungan pakaian,
mengenal dan mempelajari bilangan, bermain kartu angka, mengeksplorasi benda
menggunakan kaca pembesar, menemuka konsep udara, dan mengisolasi es batu.
Salah satu permainan yang bisa dilakukan anak melalui membaca buku bergambar
pengenalan bilangan.
Buku bergambar merupakan salah satu media pembelajaran bagi guru
sebagai alat bantu guru dalam proses kegiatan pembelajaran dan membantu
sebagai sarana anak dalam meningkatkan kecerdasan logika matematika. Buku
bergambar juga berguna bagi anak agar anak bisa mengembangkan
pengetahuannya dan bisa mengetahui benda-benda disekitarnya juga. Anak juga
harus dikenalkan dengan budaya Jambi agar budaya yang ada di Jambi tetap
dilestarikan dan dikenal sepanjang masa oleh genersi-generasi muda, maka dari
itu guru harus mengenalkan budaya Jambi kepada anak sejak dini agar anak bisa
mengenal dan mengetahui tentang budayanya sendiri.
Dengan buku bergambar berbasis budaya Jambi, anak diharapkan dapat
mengenal konsep bilangan dan mengingat bentuk-bentuk bilangan secara konkret.
Melalui budaya Jambi secara langsung atau tidak langsung anak akan mendapat
pengetahuan baru mengenai benda konkret yang sebelumnya belum diketahuinya
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul “Pengembangan Buku Bergambar Tentang Kecerdasan Logika Matematika
Berbasis Budaya Jambi Pada Anak Kelompok B Di TK Nurul Khoir Kota Jambi”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang
penulis rumuskan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana proses pengembangan buku bergambar tentang kecerdasan
logika matematika berbasis budaya Jambi?
1.2.2 Bagaimana kelayakan produk pengembangan buku bergambar tentang
kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi dari segi kevalidan
dan kepraktisan?
1.2.3 Bagaimana respon anak terhadap buku bergambar tentang kecerdasan logika
matematika berbasis budaya Jambi?
1.3 Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan
pengembangan ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui proses pengembangan buku bergambar tentang
kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi
1.3.2 Untuk mengetahui kelayakan produk pengembangan buku bergambar
tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi dari segi
kevalidan dan kepraktisan
1.3.3 Untuk mengetahui respon anak terhadap buku bergambar tentang
1.4 Spesifikasi Pengembangan
Adapun spesifikasi produk pengembangan buku bergambar bergambar
tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi adalah sebagai
berikut:
1.4.1 Bentuk produk yang dikembangkan adalah sebuah buku bergambar tentang
kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi sebagai alternatif
media pembelajaran dalam mengenal bilangan pada anak usia dini secara
konkret melalui gambar atau objek budaya Jambi.
1.4.2 Pembuatan desain buku bergambar menggunakan software CorelDRAW X7.
Dan kertas yang digunakan dalam mencetak buku bergambar ini adalah
kertas Brief Card Bandung Putih 160 GSM ukuran A4.
1.4.3 Buku bergambar dilengkapi dengan cover berwarna merah muda, hijau, dan
biru. Diawal halaman terdapat kata pengantar dari pembuat buku dan juga
tidak lupa di buat daftar isi.
Materi yang terdapat didalam buku bergambar sesuai dengan indikator
kecerdasan logika matematika pada anak usia 5-6 tahun. Dibagian pertama,
materi yang akan di sampaikan yaitu tentang bilangan, pada setiap halaman
di sisi kiri terdapat angka dan sisi kanan terdapat benda konkret berupa
budaya Jambi yang menggambarkan bentuk dari angka tersebut. Pada
bagian kedua materi terdapat gambar berupa gentala arasy, seni tari, pakaian
adat, alat musik, candi muaro Jambi, dan rumah adat Jambi. Dan di bawah
gambar terdapat keterangan nama objek budaya Jambi.
Pada bagian buku berikutnya terdapat lembar latihan untuk anak seperti
gambar, latihan kedua yaitu menulis angka, dan latihan ketiga yaitu
menempel gambar. Kegunaan buku bergambar ini, untuk digunakan oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak ataupun bisa
digunakan orangtua dirumah untuk mengenal bilangan pada anaknya.
1.4.4 Tingkat penggunaan buku bergambar yaitu: anak usia dini usia 5-6 tahun.
1.5 Pentingnya Pengembangan
Pentingnya penelitian pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai berikut:
1.5.1 Bagi Anak
Dapat membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan anak dalam
mengenal konsep bilangan dan memudahkan anak dalam mengingat
bentuk-bentuk bilangan secara konkret di lingkungan sekitar terutama tentang
budaya Jambi.
1.5.2 Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran bagi guru terutama
saat di sekolah dalam kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bilangan
secara konkret kepada anak.
1.5.3 Bagi Peneliti Lain
Menambah wawasan atau referensi bagi peneliti lain untuk mengembangkan
berbagai media pembelajaran yang menarik khususnya digunakan untuk
pengenalan bilangan pada anak.
1.6 Asumsi dan Batasan Pengembangan
1.6.1 Asumsi Pengembangan
Asumsi pengembangan dalam penelitian ini adalah pengembangan buku
bergambar tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi
pada anak agar dapat membantu guru dalam mengenalkan bilangan secara
konkret pada anak dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
1.6.2 Batasan Pengembangan
Peneliti membatasi tentang penelitian ini yaitu pengembangan buku
bergambar berbasis budaya Jambi pada anak yang dikembangkan dengan
model ADDIE dan setelah itu diuji cobakan pada anak kelas B1 di TK
Nurul Khoir Kota Jambi. Materi pada buku bergambar adalah tentang
pengenalan bilangan.
1.7 Definisi Istilah
Berikut beberapa definisi istilah mengenai pengembangan buku bergambar
berbasis budaya Jambi:
1.7.1 Buku bergambar adalah lembaran yang berisi informasi tentang
pengetahuan yang disususun secara terstruktur dan dilengkapi dengan
tulisan dan gambar yang berkaitan dengan informasi yang akan dituju.
1.7.2 Kecerdasan Logika Matematika adalah salah satu kecerdasan yang
memperlihatkan pemahaman tentang mengolah angka maupun berpikir
logika dan berpikir secara efektif dan efisien.
1.7.3 Budaya Jambi adalah suatu kebiasaan yang sering dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari yang menjadi ciri khas dari daerah Jambi, karena
budaya merupakan kesatuan utuh dan menyeluruh yang berlaku dalam suatu
11 BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Teori Penelitian dan Pengembangan
2.1.1 Pengertian Penelitian dan Pengembangan
Menurut Putra (2015: 67) penelitian dan pengembangan adalah metode
penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan, merumuskan, memperbaiki,
menghasilkan, menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, prosedur
tertentu yang baru dan bermakna.
Menurut Sukmadinata (2015: 164) penelitian dan pengembangan adalah
suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan produk baru maupun
menyempurnakan produk yang sudah ada, yang bisa dipertanggungjawabkan.
Menurut Richey dan Klein dalam Emzir (2015: 264) penelitian dan
pengembangan adalah satu jenis penelitian yang menawarkan suatu cara untuk
menguji teori dan memvalidasi praktik yang terus-menerus dilakukan secara inti.
Maka dari itu penelitian dan pengembangan adalah suatu jenis penelitian
yang bisa mengembangkan atau menghasilkan suatu produk maupun
menyempurnakan suatu produk yang sudah ada lalu dikembangkan lagi agar dapat
dilakukan serta diterapkan kedalam model atau sistem dalam pembelajaran di
sekolah untuk dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2 Tujuan Penelitian dan Pengembangan
Menurut Ali dan Asrori (2014: 109) penelitian dan pengembangan bertujuan
untuk:
2) Memperbaiki teori atau konsep pendidikan yang sudah ada
3) Menguji atau memverifikasi aplikasi dari berbagai teori atau konsep
pendidikan dalam praktik dilapangan
4) Merumuskan sejarah pendidikan
5) Menguji keefektifan pada saat pelaksanaan suatu konsep atau perangkat
pendidikan
6) Menemukan berbagai kelemahan dari berbagai teori, konsep maupun praktik
pendidikan dan mencari segala cara untuk memperbaikinya.
Menurut Rusdi (2018: 258) tujuan penelitian dan pengembangan sebagai
berikut:
1) Mendeskripsikan (Description)
Mendeskripsikan diawali dengan kegiatan observasi secara hati-hati tentang
fakta dan perilaku yang menunjukkan bahwa dibutuhkannya penyelesaian
dalam penggunaan peralatan atau perangkat-perangkat pembelajaran.
2) Memprediksi (Prediction)
Memprediksi dilakukan untuk mengetahui bagaimana prediksi maupun
rencana yang akan diperoleh nantinya saat dilakukan pengujian penggunaan
produk agar produk menjadi bagus.
3) Menjelaskan (Explanation)
Menjelaskan tentang perilaku yang dapat dilakukan setelah perancang dan
pengembang melakukan uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan
2.1.3 Dasar-Dasar Pengetahuan Desain dan Pengembangan
Menurut Richey dan Klein dalam Emzir (2015: 266) dasar-dasar
pengetahuan desain dan pengembangan memiliki enam komponen yaitu: o Siswa dan bagaimana mereka belajar
o Konteks tempat belajar dan performasi yang muncul
o Hakikat isi pembelajaran dan bagaimana ia diurutkan
o Strategi dan aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan
o Media dan sistem penyampaian yang digunakan
o Perancang itu sendiri dan proses yang mereka ikuti
2.1.4 Tahap-Tahap Penelitian dan Pengembangan
Tahap-tahap penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall dalam
Mulyatiningsih (2014: 164-165) mempunyai 10 tahapan yaitu:
1) Penelitian dan pengumpulan data (Research and Information Collection)
Digunakan oleh peneliti dalam skala kecil untuk mengumpul data setelah itu
mengidentifikasi faktor yang menjadi permasalahan dalam penelitian dan
pengembangan.
2) Perencanaan (Planning)
Peneliti mulai menetapkan rancangan model untuk memecahkan masalah yang
telah ditemukan dan menguji kelayakan model dalam cakupan wilayah
terbatas.
3) Pengembangan Draf Produk (Develop Preliminary Form of Product)
Mulai disusun bentuk awal model dan perangkat yang dibutuhkan serta
membuat desain penelitian. Dan membuat instrumen alat pengumpul data.
Setelah model dan perangkat selesai selanjutnya dilakukan uji coba rancangan
model dengan skala kecil.
5) Merevisi Hasil Uji Coba (Main Product Revision)
Revisi produk dilakukan berdasarkan hasil uji coba lapangan awal. Dengan
melihat apa saja kekurangan yang ditemui dan kekurangan tersebut bisa
secepatnya diperbaiki.
6) Uji Coba Lapangan (Main Field Testing)
Setelah memperbaiki dan direvisi produk selanjutnya dilakukan uji coba
lapangan dengan skala besar.
7) Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan (Operasional Product Revision)
Setelah produk di uji coba ke lapangan, maka tahap yang selanjutnya yaitu
menyempurnakan produk.
8) Uji Pelaksanaan Lapangan (Operasional Field Testing)
Setelah melakukan pengujian dua kali dan revisi produk dilakukan dua kali
maka dapat dilakukan uji lapangan yang lebih luas lagi. Pengujian dilakukan
dengan berbagai pengumpul data seperti melalui angket, wawancara, dan
observasi.
9) Penyempurnaan Produk Akhir (Final Product Revision)
Model sudah benar-benar terbebas dari kekurangan dan layak digunakan dari
uji pelaksanaan lapangan.
10) Diseminasi dan Implementasi (Dissemination and Implementation)
Melaporkan hasil melalui seminar dan mempublikasi dalam jurnal ilmiah. Dan
2.1.5 Model-Model Penelitian dan Pengembangan
Model-model penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut:
1) Model Dick & Carey
Model Dick & Carey dalam Emzir (2015: 275-277) adalah model
pendekatan sistem yang dirancang oleh Walter Dick dan Lou Carey, yang
diperlihatkan dalam gambar 2.1. Pada langkah 1 melibatkan pendefinisian tujuan
untuk program pembelajaran atau produk yang sering memasukkan suatu analisis
kebutuhan. Langkah 2 dan 3 dapat muncul berurutan atau bersamaan. Dalam
langkah 2 analisis instruksional dilakukan untuk mengidentifikasi
keterampilan-keterampilan khusus, prosedur dan tugas-tugas belajar yang dilibatkan dalam
pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Langkah 3 dirancang untuk
mengidentifikasi keterampilan dan sikap siswa. Langkah 4 melibatkan
penerjemahan kebutuhan dan tujuan pembelajaran kedalam tujuan perilaku
spesifik. Tujuan perilaku menyediakan dasar-dasar untuk perencanaan item-item
tes yang persis, bahan-bahan ajar, dan sistem penyampaian pembelajaran.
Selama langkah 5, instrumen penilaian dikembangkan dan dihubungkan
secara langsung dengan pengetahuan dan keterampilan yang dikhususkan dalam
tujuan perilaku. Langkah 6 strategi pembelajaran khusus dikembangkan untuk
membantu siswa dengan upaya mereka memperoleh setiap tujuan perilaku.
Langkah 7 melibatkan materi pembelajaran.
Langkah 8, 9, dan 10 dari model Dick & Carey melibatkan pembedaan
antara evaluasi formatif sebagai pengganti yang dapat mengarah pada suatu
evaluasi summative dilakukan untuk menentukan efektivitas program akhir,
khususnya bila dibandingkan dengan program lain yang sejenis.
Gambar 2.1 Model Dick & Carey
2) Model Jolly & Bolitho
Menurut Emzir (2015: 277-278) berbagai langkah yang dilibatkan dalam
proses penulisan materi ajar khusus Bahasa dalam bentuk sebuah flowchart
berikut:
Gambar 2.2 Model Jolly & Bolitho
Exploration Contextual Realisation Pedagogical Realisation Indentification Evaluation Use Physical Production
3) Model ADDIE
Menurut Mulyatiningsih (2014: 199-201) Model ADDIE merupakan
singkatan dari Analysis, Design, Development or Production, Implementation or
Delivery and Evaluations. Menurut langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian dan pengembangan ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada
model lain. Model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk
pengembangan produk seperti model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, serta media dan bahan ajar.
Model ADDIE dikembangkan oleh Branch untuk merancang sistem
pembelajaran agar saat kegiatan pengembangan produk akan lebih lengkap saat
pelaksanaannya. Berikut contoh setiap tahap kegiatan pengembangan dalam
model atau metode pembelajaran, yaitu;
a. Analysis
Pada tahap ini, kegiatan utama dalam analisis adalah menganalisis apa yang
diperlukan pada saat pengembangan model atau metode pembelajaran yang
akan diterapkan seperti menganalisis materi serta menganalisis karakterisitik
anak, dan setelah itu menganalisis kelayakan dan syarat-syarat dalam
pengembangan model atau metode pembelajaran baru.
b. Design
Tahap desain memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari
menetapkan tujuan belajar, merancang skenario atau kegiatan belajar
mengajar, merancang perangkat pembelajaran, merancang materi
c. Development
Development dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan produk. Dalam tahap desain telah disusun kerangka konseptual penerapan model atau
metode pembelajaran baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka yang masih
konseptual tersebut diwujudkan menjadi produk yang siap diterapkan.
d. Implementation
Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan metode yang telah
dikembangkan pada situasi yang nyata yaitu dikelas. Materi disampaikan
sesuai dengan model atau metode baru yang sudah dikembangkan. Setelah
penerapan metode kemudian dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan
balik pada penerapan model atau metode berikutnya.
e. Evaluation
Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka (mingguan)
sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara
keseluruhan (semester). Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik
kepada pihak pengguna model atau metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil
evaluasi atau kebutuhan uang belum dapat dipenuhi oleh model atau metode.
Berdasarkan tiga model-model pengembangan diatas, penulis memilih
model ADDIE karena model ini mudah dipahami serta terstruktur secara lengkap
pada setiap tahap-tahapnya, model ini dipakai karena sering digunakan untuk
penelitian dan pengembangan, sehingga penulis menggunakan model ADDIE
untuk membuat sebuah produk media pembelajaran yaitu buku bergambar tentang
kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi.
2.1.6 Metode Penelitian dan Pengembangan
Menurut Sukmadinata (2015: 167) dalam melaksanakana penelitian dan
pengembangan terlebih dahulu harus menggunakan metode agar saat diterapkan
ke lapangan maka akan menghasilkan produk yang bagus. Metode yang dimaksud
adalah metode deskriptif, metode evaluatif, dan metode eksperimen. Berikut
penjelasan dari beberapa metode yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan:
1) Metode Deskriptif
Digunakan untuk penelitian awal dalam mengelompokkan data tentang
kondisi produk, kondisi di lapangan, serta kondisi faktor pendukung dan
penghambat dari produk yang akan dihasilkan.
2) Metode Evaluatif
Digunakan untuk mengevaluasi pengembangan suatu produk yang sudah
melalui proses uji coba untuk menyempurnakan hasil produk tersebut.
3) Metode Eksperimen
Digunakan untuk menguji tingkat keefektifan dari produk yang akan
2.2 Buku Bergambar
Buku bergambar merupakan bagian dari suatu media pembelajaran, dalam
media pembelajaran dapat meningkatkan efektifitas belajar anak di sekolah
sehingga jika di sekolah terdapat banyak media pembelajaran maka akan
tercapainya proses belajar yang menyenangkan. Buku bergambar merupakan salah
satu media yang menyenangkan karena didalam buku terdapat banyak gambar
yang sangat disukai oleh anak.
2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Mursid (2017: 40-41) media adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi
proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Menurut Asyhar (2010: 7) media pembelajaran dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber
secara terencana sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.
Menurut Mursid (2015: 46) media pembelajaran pendidikan dapat diartikan
sebagai sarana atau prasarana yang dipergunakan untuk membantu tercapainya
tujuan pembelajaran, secara khusus media pembelajaran sebagai alat, metode dan
teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran dan pengajaran
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah suatu alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk menyampaikan informasi secara terencana agar pesan atau
materi dalam pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan lebih efektif.
2.2.2 Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran menurut Asyhar (2010: 46-47) adalah sebagai
berikut:
1) Dengan media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala
sajian materi pembelajaran yang diberikan dikelas seperti buku, foto-foto
dan narasumber. Para peserta didik akan memiliki banyak pilihan sesuai
kebutuhan dan karakteristik masing-masing.
2) Peserta didik akan memperoleh berbagai pengalaman yang menarik selama
proses pembelajaran. Berbagai pengalaman akan berguna bagi peserta didik
dalam menghadapi lingkungan disekitarnya.
3) Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar secara konkret
dan langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan karyawisata, kebun
binatang dan sebagainya.
4) Media pembelajaran dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru,
misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sebagai sumber
informasi.
5) Dapat menambah kemenarikan tampilan materi sehingga meningkatkan
motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus
mengikuti materi yang disajikan, sehingga efektivitas pembelajaran akan
6) Media pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk berfikir kritis,
menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang lebih
lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.
7) Penggunaan media dapat meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,
karena dengan menggunakan media dapat menjangkau peserta didik
ditempat yang berbeda-beda, dan di dalam ruang lingkup yang tak terbatas
pada suatu waktu tertentu. Dengan media guru tidak perlu memerlukan
waktu yang lama untuk menjelaskan satu topik, dengan bantuan media
materinya sudah bisa atau mudah dipahami oleh peserta didik.
8) Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan atau
pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro.
Dengan adanya media pembelajaran disekolah maka akan memudahkan
guru dalam mengajarkan materi pelajaran yang akan diterapkan kepada anak
disekolah. Dan dengan adanya media pelajaran yang inovatif maka akan menarik
perhatian anak untuk mengikuti arahan guru didalam kelas dan anak akan
menyimak kedepan melihat gurunya.
2.2.3 Pengertian Buku Bergambar
Menurut Prastowo (2011: 168) buku adalah bahan tertulis dalam bentuk
lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover), yang menyajikan
ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya.
Menurut Lestari (2013: 6) buku adalah bahan tertulis berupa lembaran yang
dijilid dan berisi tentang ilmu pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar
Menurut Sitepu (2012: 13) buku adalah kumpulan kertas berisi informasi,
tercetak, disusun secara sistematis, dijilid serta bagian luarnya diberi pelindung
terbuat dari kertas tebal, karton atau bahan lain.
Menurut Nurgiyantoro (2013: 152) buku bergambar adalah buku bacaan
untuk anak yang isi didalamnya berupa banyak gambar-gambarnya.
Menurut Burmeilisza (2016: 22) buku bergambar adalah alat untuk
memberitahu informasi tentang isi cerita dari gambar tersebut dan di desain
sebagus mungkin supaya bisa menarik minat para pembaca.
Jadi buku bergambar adalah bahan tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran
kertas yang berisi informasi dan di tuangkan ide melalui lambang-lambang dari
hasil peniruan benda, pemandangan yang bertujuan untuk memotivasi anak agar
anak tertarik untuk melihat atau membacanya dan terdapat banyak gambar di
dalamnya.
2.2.4 Jenis Buku Bergambar
Menurut Sitepu (2012: 14-15) jenis buku dikelompokkan menurut isi,
sasaran pembaca, tampilan dan peruntukkannya yaitu sebagai berikut:
1) Dilihat dari kebenaran isinya, buku dapat dibedakan ke dalam buku fiksi,
nonfiksi, dan buku fiksi ilmu pengetahuan.
2) Dilihat dari sasaran pembacanya, buku dapat dibedakan untuk buku
anak-anak dari usia 3 sampai 12 tahun, buku remaja dari usia 13 sampai 17 tahun,
dan buku dewasa berisi informasi yang cocok untuk orang dewasa dilihat dari
isi, bahasa, dan penyajian.
3) Dilihat dari tampilan fisiknya, buku dibedakan menjadi buku teks, buku
isinya merupakan informasi yang didominasi oleh teks. Buku bergambar
isinya merupakan informasi yang disampaikan dalam bentuk teks dan
gambar, pada buku bergambar diberikan penjelasan dengan kata-kata atau
teks singkat terlebih dahulu kemudian dijelaskan dengan gambar. Buku
gambar dalam penyampaian isi di dalam buku seluruh informasi yang
disampaikan lebih didominasi dalam bentuk gambar.
4) Dilihat dari kepentingan pendidikannya, buku dibedakan sebagai buku
pelajaran dan buku bacaan. Buku pelajaran berisi informasi yang dapat
dijadikan sumber belajar berdasarkan kurikulum pendidikan. Buku bacaan
merupakan buku umum yang tidak terkait dengan kurikulum pendidikan.
Menurut jenis buku diatas, buku teks pelajaran merupakan jenis buku
nonfiksi, dan buku teks pelajaran termasuk ke dalam buku anak-anak, remaja, dan
orang dewasa. Dalam tampilan fisiknya buku teks pelajaran dapat dikategorikan
menjadi buku teks atau buku bergambar dan buku teks pelajaran merupakan buku
pelajaran.
Menurut Susanto (2011: 80) jenis-jenis buku bergambar terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
1) Buku yang mengandalkan gambar atau ilustrasi dan teks hanya berfungsi
sebagai penjelasan gambar
2) Buku yang mengandalkan gambar atau ilustrasi sebagai penjelas teks.
Gambar atau ilustrasi hanya berfungsi sebagai tambahan
3) Buku yang gambar atau ilustrasinya hanya merupakan dekorasi atau hanya
Berdasarkan jenis-jenis buku bergambar diatas, buku bergambar tentang
kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi yang dikembangkan masuk
kedalam kategori jenis buku bergambar yang pertama yaitu buku yang
mengandalkan gambar atau ilustrasi dan teks hanya berfungsi sebagai penjelasan
gambar.
Menurut Nurgiyantoro (2013: 123-142) bahwa pada buku bergambar dapat
diklasifikasikan menjadi 5 macam yaitu:
1) Buku alfabet yaitu buku yang dipergunakan untuk memperkenalkan,
mengajarkan, dan mengidentifikasi huruf secara sendiri-sendiri lewat gambar-
gambar tertentu misalnya berbagai jenis hewan atau objek yang telah dikenal
anak.
2) Buku berhitung (counting books) adalah buku yang dipakai anak untuk
mengenal angka-angka dan belajar sesuatu melalui gambar-gambar yang
sesuai, jelas, dan menarik.
3) Buku konsep adalah buku yang dipergunakan untuk mendeskripsikan
berbagai dimensi dan jenis objek atau berbagai konsep yang abstrak kepada
anak.
Berdasarkan tiga klasifikasi tersebut buku bergambar tentang kecerdasan
logika matematika berbasis budaya Jambi termasuk kedalam buku berhitung.
Dalam buku bergambar tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya
Jambi terdapat beberapa materi tentang gambar berupa alat musik, seni tari, dan
rumah adat Jambi. Pada tiap halaman di sisi kiri terdapat angka dan sisi kanan
terdapat benda konkret berupa budaya Jambi yang menggambarkan bentuk dari
2.2.5 Fungsi Buku Bergambar
Menurut Sitepu (2012: 21) buku teks pelajaran berfungsi sebagai pedoman
manual bagi anak dalam belajar dan bagi guru untuk mengajarkan anak kedalam
materi pelajaran tertentu.
Menurut Nasution dalam Prastowo (2011: 169) fungsi buku teks pelajaran
yaitu sebagai berikut:
1) Berfungsi untuk bahan referensi atau sebagai bahan rujukan oleh peserta
didik.
2) Berfungsi untuk bahan evaluasi sesudah kegiatan belajar.
3) Berfungsi sebagai alat bantu guru untuk melaksanakan kurikulum.
4) Berfungsi untuk penentu metode atau teknik pengajaran yang di gunakan oleh
guru.
5) Berfungsi untuk sarana dalam meningkatkan karier atau jabatan.
Menurut Mitchell dalam Nurgiyantoro (2013: 159-161) fungsi buku
bergambar bagi anak sebagai berikut:
1) Buku bergambar berfungsi membantu anak untuk mengekspresikan dalam
perkembangan emosi.
2) Buku bergambar berfungsi membantu anak untuk belajar tentang kehidupan
masyarakat dan alam disekitar.
3) Buku bergambar berfungsi untuk membantu anak dalam belajar tentang
kehidupan secara nyata lewat kata-kata dan gambar ilustrasi.
4) Buku bergambar berfungsi untuk membantu anak mendapatkan kebahagiaan
5) Buku bergambar berfungsi membantu anak untuk menghargai keindahan
pada objek yang terdapat didalam buku.
6) Buku bergambar berfungsi untuk membantu anak dalam mengembangkan
imajinasi anak.
2.2.6 Karakteristik Buku Bergambar
Menurut Nurgiyantoro (2013: 147) juga menyatakan bahwa buku yang tepat
untuk anak seharusnya memenuhi persyaratan berikut:
1) Tujuan pengarang dan illustrator menulis buku harus jelas, yaitu ingin
mengajarkan angka dan anak usia berapa yang mau di tuju sebagai calon
pembacanya.
2) Gambar objek yang ditampilkan harus jelas menunjukkan identitasnya dan
gambar yang ditujukan kepada anak pada tiap halaman hanya berisi satu atau
dua gambar.
3) Gambar objek yang ditampilkan harus yang mudah dikenali oleh anak
sehingga mudah diidentifikasi oleh anak.
4) Gambar yang ditampilkan digunakan untuk ilustrasi amgka dan kata-kata
yang menyertai gambar harus sesuai dengan angka yang ingin diperkenalkan.
5) Jika memakai angka untuk menggambarkan sebuah topik, informasi yang
ingin disampaikan harus akurat dan dapat diketahui oleh anak.
6) Format harus konsisten dan pola serta tata letak penulisan huruf, angka dan
kata-kata yang ada harus mudah dipahami oleh pembaca anak.
Berdasarkan paparan diatas disimpulkan bahwa buku bergambar yang tepat
untuk anak adalah harus memenuhi karakteristik seperti yang telah disebutkan
Jambi dilengkapi dengan gambar berupa alat musik, seni tari, dan rumah adat
Jambi sehingga anak dapat mengenal benda-benda konkret yang ada disekitarnya
dan materinya tentang pengenalan bilangan bisa mudah dipahami oleh anak.
2.3 Logika Matematika
2.3.1 Pengertian Logika Matematika
Menurut Sujiono (2013: 187) kecerdasan logis matematis atau bisa disebut
dengan kecerdasan logika matematika adalah kecerdasan dalam hal angka dan
logika. Kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah angka dan atau
kemahiran menggunakan logika atau akal sehat.
Menurut Suyadi (2015: 127) kecerdasan logis matematis adalah suatu
kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola berpikir logis dan
ilmiah. Kecerdasan logika matematika mempunyai dua unsur yakni matematika
dan logika. Hal ini sejalan dengan pendapat Amstrong dalam Sujiono (2013: 58)
bahwa kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika
atau akal sehat.
Kecerdasan logis matematis atau kecerdasan logika matematika adalah
kecerdasan dalam hal angka dan logika. Melibatkan keterampilan mengenal
lambang bilangan yang terkait dalam kecerdasan kognitif yaitu berpikir matematis
logis. Kecerdasan ini memperlihatkan pemahaman yang menghubungkan contoh
berdasarkan pada kenyataan atau kehidupan sehari-hari anak. Sehingga anak dapat
2.3.2 Tahapan-Tahapan Pembelajaran Matematika
Menurut Niyati dkk (2016: 79) kemampuan matematika pada anak adalah
kemampuan dalam berhitung, dimana kemampuan berhitung dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu tahapan pemahaman konsep, tahapan transisi dan tahapan lambang
bilangan.
Menurut Mufarizuddin (2017: 64) tahapan-tahapan pembelajaran
matematika antara lain yaitu:
1) Tingkat pemahaman konsep
Tingkat pemahaman konsep adalah anak akan memahami suatu konsep
melalui kegiatan pengalaman pada aktivitas bermain anak dengan
benda-benda konkret atau nyata.
2) Tingkat transisi
Tingkat transisi adalah tahapan proses berpikir yang merupakan masa
peralihan dari pemahaman konkret menuju pengenalan lambang yang konkret,
dimana benda konkret yang ada dan mulai dikenalkan dalam bentuk
lambangnya.
3) Tingkat lambang bilangan
Tingkat lambang bilangan adalah tahap terakhir dimana anak diberi
kesempatan untuk mengenal dan menggambarkan lambang bilangan secara
langsung atas konsep konkret yang sudah mereka pahami.
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Logika Matematika
Menurut Mufarizuddin (2017: 64) terdapat empat faktor yang dapat
mempengaruhi kecerdasan logika matematika yaitu faktor herediter (faktor
aspek kejiwaan. Berikut penjelasan dari setiap faktor yang mempengaruhi
kecerdasan:
1) Faktor Herediter (faktor bawaan dari keturunan)
Semua anak mempunyai gen pembawa kecerdasan dengan ukuran atau takaran
yang bisa berbeda-beda.
2) Faktor Lingkungan
Semenjak lahir anak mulai berinteraksi dengan lingkungan tempat hidupnya.
Saat panca indera mulai berfungsi anak akan semakin banyak berhubungan
dengan lingkungan karena lingkungan berpengaruh besar pada kecerdasan
anak.
3) Asupan Nutrisi pada zat makanan
Nutrisi merupakan salah satu faktor yang mendukung pada proses
perkembangan kecerdasan anak. Jumlah nutrisi yang di berikan kepada anak
harus memenuhi batas kemampuan tubuh, pada saat tubuh menyerapnya
dalam keadaan yang berlebihan, maka nutrisi tersebut tidak dapat diserap
bagaimana fungsinya. Bahkan dapat menimbulkan efek samping yang kurang
baik. Maka dari itu asupan nutrisi yang diberikan kepada anak haruslah cukup
dan terpenuhi agar kecerdasan anak akan berkembang secara optimal.
4) Aspek Kejiwaan
Kondisi emosi bernilai penting dalam menumbuhkan bakat dan minat anak
sehingga nantinya akan sangat berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak.
2.3.4 Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematika
Anak usia dini berada pada fase perkembangan pra-operasional menuju
orangtua dan guru harus dapat mengenalkan bilangan pada anak melalui benda
yang ada di sekitar anak. Berikut ada beberapa cara mengembangkan kecerdasan
logika matematika pada anak menurut pendapat ahli seperti Sujiono dan Mursid.
Menurut Sujiono (2013: 187-188) cara mengembangkan kecerdasan logika
matematika pada anak seperti berikut:
1) Bermain puzzle, dapat juga dengan permainan lain seperti ular tangga dan
domino. Permainan ini membantu anak dalam belajar memecahkan masalah
dan logika.
2) Mengenal bentuk geometri, dimulai dengan kegiatan sederhana saat anak
masih bayi misalnya dengan menggantung bermacam bentuk geometri
berbagai warna. Untuk anak yang lebih besar, 2-3 tahun yang sudah mahir
bicara ajak anak membandingkan beberapa perbedaan yang mencolok seperti
bentuk oval, trapesium, segiempat, dan lingkaran. Atau bisa dengan permainan
mengelompokkan.
3) Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu, pengenalan bilangan
melalui nyanyian atau bisa juga membuat sajak berirama dan lagu tentang
pengenalan bilangan dan konsep berhitung versi sendiri.
4) Eksplorasi pikiran melalui diskusi ringan, dengan perbincangan yang ringan
misalnya dengan mengkaitkan pola hubungan sebab-akibat perbandingan atau
pengenalan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak, bermain
tebak-tebakan dapat berupa teka-teki atau tebak kata.
5) Pengenalan pola, permainan menyusun pola tertentu menggunakan kancing
warna-warni pengamatan atas kejadian sehari-hari, agar anak dapat mencerna
6) Eksperimen di alam, membawa anak-anak berjalan ke luar rumah, biarkan
anak bereksplorasi dengan alam, seperti out bond.
7) Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika, dapat
dengan cara mengikutsertakan anak belanja, membantu mengecek barang
yang sudah masuk belanjaan, mengamati berat ukuran barang yang kita beli,
memilih dan mengelompokkan sayur mayor maupun buah yang akan dimasak.
8) Games penuh strategi dan eksperimen untuk anak lahir sampai 5 tahun seperti
mengelompokkan benda, mengucapkan syair dan lagu dengan mengenalkan
bilangan, menyeimbangkan batang kayu dan gantungan pakaian, mengenal
dan mempelajari bilangan, mengukur besar kaki, membaca buku bergambar
pengenalan bilangan, bermain kartu angka, mengeksplorasi benda
menggunakan kaca pembesar, menemukan konsep udara, dan mengisolasi es
batu.
Menurut Mursid (2017: 73) cara mengembangkan kecerdasan logika
matematika pada anak seperti berikut: o Bermain puzzle
o Mengenal bentuk geometri
o Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu
o Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan
o Pengenalan pola
o Eksperimen di alam
o Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika
2.3.5 Strategi Mengajar Kecerdasan Logika Matematika
Menurut Said dan Budimanjaya (2015: 115-156) strategi dalam
mengajarkan logika matematika pada anak sebagai berikut:
1) Pengamatan
Dalam mengawasi aktivitas belajar anak saat proses kegiatan yang sedang
berlangsung seperti aktivitas di luar ruangan yang melibatkan lingkungan
alam, sehingga anak yang menyukai pengamatan memiliki gaya belajar logika
matematika.
2) Pemecahan masalah
Pembelajaran berbasis masalah yang menggunakan masalah sebagai fokus
untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah agar anak dengan
cara mengidentifikasi, menjelajahi, sampai akhirnya menemukan solusi yang
tepat.
3) Prosedural teks
Prosedural teks merupakan prosedur yang tertulis dan menjadi acuan atau
patokan dalam kegiatan sehingga membuat aktivitas pembelajaran
demonstrasi menjadi ramai dan penuh dengan tantangan, contohnya seperti
kegiatan membuat sop buah dikelas. Anak pasti akan sangat antusias dalam
kegiatan itu karena terjalin juga kerjasama dengan temannya yang lain.
4) Tebak angka
Tebak angka merupakan permainan dengan menebak beberapa angka dengan
menggunakan media sehingga saat kegiatan bermain anak akan turut serta
berperan aktif terhadap permainan tersebut dan secara langsung juga dapat
5) Eksperimen
Eksperimen merupakan proses kegiatan percobaan terhadap suatu benda atau
mengamati suatu objek agar menjadi sebuah pengetahuan baru yang akan
dimiliki oleh anak.
2.3.6 Permainan Dengan Angka
Permainan dengan angka menurut Mutiah (2010: 161-162) yaitu belajar
huruf dan angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi keberhasilan
anak dimasa yang akan datang. Kelompok matematika yang sudah dapat
diperkenalkan mulai dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan (aritmetika,
berhitung), pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi,
probabilitas, dan pemecahan masalah.
Penguasaan masing-masing kelompok melalui tiga tahapan yaitu tingkat
pemahaman konsep, tingkat menghubungkan konsep konkret dengan lambang
bilangan dan tingkat lambang bilangan. Berikut maksud dari setiap tahapan yang
ada:
1) Tingkat pemahaman konsep.
Anak akan dapat memahami konsep saat melakukan kegiatan dalam
pengalaman anak saat bekerja maupun pengalaman saat anak bermain dengan
benda konkret.
2) Tingkat menghubungkan konsep konkret dengan lambang bilangan.
Setelah anak dapat memahami konsep dipahami oleh anak, selanjutnya guru
mengenalkan lambang konsep kepada anak. Maksudnya adalah kejelasan
tahapan ini tugas guru sangat penting agar saat mengajarkan pada anak tidak
tergesa-gesa.
3) Tingkat lambang bilangan
Anak diberi kesempatan untuk menulis lambang bilangan atas konsep konkret
yang sudah mereka pahami. Berilah kesempatan yang cukup untuk
menggunakan alat konkret hingga mereka melepaskannya sendiri.
Ketiga proses tersebut dapat membantu anak dalam memahami matematika.
Bahkan bisa mencegah terjadinya ketakutan terhadap pembelajaran matematika.
2.3.7 Indikator Kecerdasan Logika Matematika
Indikator kecerdasan logika matematika anak usia 5-6 tahun dalam Yus
(2011: 24) sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi warna benda-benda sekitarnya (perabot, daun, batang, dan
lain-lain)
2) Memasangkan gambar benda dengan fungsi/kegunaannya
3) Mengidentifikasi tubuh manusia
4) Mengidentifikasi arah
5) Memberi perhatian terhadap sesuatu di sekitarnya
6) Pemahaman konsep objek yang telah ditetapkan
7) Pemahaman konsep persahabatan
8) Menjelaskan waktu dalam rentang seminggu
9) Merencanakan masa depan
10) Membedakan bentuk, seperti bentuk bulat, kotak, lonjong, segitiga dan yang
11) Mengurutkan benda berdasarkan ukuran, warna jenis permukaan dengan pola
tertentu
12) Menghitung angka satuan
13) Mengidentifikasi bentuk-bentuk geometri dalam satu benda
14) Mengidentifikasi perubahan benda dari tawar menjadi manis, asin, asam, dan
lain-lain
15) Menentukan ukuran benda yang ada di sekitarnya, seperti ukuran besar, kecil,
sedang.
Dari indikator-indikator diatas, penulis hanya akan memilih indikator
sebagai berikut yaitu mengidentifikasikan warna benda-benda disekitarnya,
memasangkan gambar benda dengan fungsi atau kegunaannya, pemahaman
konsep objek yang telah ditetapkan, membedakan bentuk, dan menghitung angka
satuan. Dengan alasan lebih sesuai dan dapat dipenuhi melalui buku bergambar
tentang kecerdasan logika matematika berbasis budaya Jambi yang menjadi
bidang penelitian penulis, karena tidak semua indikator dapat dipenuhi dalam
materi pengenalan lambang bilangan yang penulis buat.
2.4 Budaya Jambi
Budaya daerah Jambi berasal dari nilai-nilai peninggalan para leluhur
terdahulu yang sampai sekarang masih tetap dijaga dan dilestarikan oleh
masyarakatnya. Maka dari itu hendaknya mengenalkan budaya Jambi sejak dini
agar saat generasi mendatang tetap menjaga dan mengingat apa yang sudah