• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

23 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian tredahulu ini menjadi referensi penulis ketika melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam penelitian ini. Dari beberapa penelitian terdahulu yang dikaji penulis ini dapat juga digunakan sebagai rujukan dalam penelitian dan penulis dapat mengetahui apakah sudah ada atau belum penelitian yang memiliki judul sama seperti penelitian yang akan dilakukan peneliti. Berikut merupakam penelitian terdahulu yang merupakan beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti.

Tabel. 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Judul penelitian Hasil penelitian Relevansi 1. Makna Produk Indie clothing Pada Kalangan Mahasiswa Urban Di Kota Malang tahun 2016 (Jurnal Repository 6 (1). pp. 82-102. ISSN 2303-1166 oleh Brillia)

Penelitian tredahulu ini menjadi referensi

penulis ketika

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam penelitian ini Penelitian

terdahulu yang

dilakukan menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki alasan sendiri untuk menggunakan produk pakaian indie, alasannya Alasan-alasan ini didasarkan pada faktor-faktor, yaitu faktor internal yang didasarkan pada

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dalam penelitian ini terdapat makna indie clothing pada kalangan mahasiswa dan peneliti juga ingin melihat makna indie clothing dalam eksistensinya dikalangan mahasiswa khususnya wilayah malang.

Perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian tersebut yaitu pada fokus penelitian dimana penelitian ini lebih fokus pada faktor yang mempengaruhi sedangkan pada penelitian peneiliti lebih

(2)

24

No. Judul penelitian Hasil penelitian Relevansi kemampuan subjek

untuk mengakses situs web merek pakaian indie dan keberadaan faktor eksternal berdasarkan

pengalaman.

Pengalaman baik individu dan teman di bidang yang bertujuan untuk menafsirkan produk. ke gaya hidup. 2. Kajian Strategi Branding Clothing Unkl347 tahun 2017 (Jurnal Komunikasi Visual & Multimedia. Vol. 8 No. 1 Oleh Farid) Branding UNKL347 adalah: memelopori produk-produk inovatif dengan karakter unik yang relevan dengan keinginan konsumen; yang kemudian berhasil memperluas pasar karena menyebar oleh dan di dalam asosiasi konsumen; Ini dipicu oleh berbagai kegiatan non-iklan dan non-pencitraan yang secara konsisten diprakarsai dan dipromosikan oleh UNKL347.

Dalam penelitian ini membahas tentang strategi branding dari sebuah brand indie clothing unkl347 brand ini adalah brand pertama yang melopori brand indie di Indonesia. Dalam kaitannya dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah tentang bagaimana strategi mereka dalam menarik konsumen untuk menjaga keeksistensinya. Perbedaan dengan penelitian terletak pada bentuk penelitian ini yang memfokuskan pada bagaimana cara brand indie clothing melakukan promosi untuk menjaga eksistensinya sedangkan pada penelitian ini lebih ke bentuk gaya hidup pemakai. 3. Penggunaan Produk Distro Sebagai Simbol Gaya Hidup Berbusana Kaum Muda tahun 2010 (Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Sosiologi Dan Antropologi oleh Hardian) Pentingnya menggunakan produk distro untuk kaum muda adalah penanda bahwa mereka adalah bagian dari remaja gaul yang mencoba menjadi berbeda, sehingga tujuan pakaian telah

mengarah pada

pemenuhan kebutuhan

Dalam penelitian ini

membahas bahwa

penggunaan produk distro sebagai simbol gaya hidup pada kalangan anak muda. Dapat diketahui bahwa produk yang dijual di Distro merupakan produk Indie clothing maka dari itu penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan

(3)

25

No. Judul penelitian Hasil penelitian Relevansi gaya hidup. Selain

penggunaan produk distro, itu adalah simbol modernitas, terutama di dunia mode, karena distro adalah mode

yang saat ini

berkembang di

kalangan remaja.

peneliti dalam mengetahui makna tentang produk Indie

clothing pada kalangan

mahasiswa. Perbedaan dalam penelitian ini lebih membahas cara berbusana para pemakai indie clothing sedangkan dalam penelitian peneliti lebih ke dalam gaya hidup yang ditunjukkan melalui indie clothing. 4. Penggunaan Produk Distro Sebagai Bentuk Penegasan Identitas Diri Di Kalangan Siswa SMA Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013 (Skripsi Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta oleh Kusuma) Distro-distro di wilayah khusus Yogyakarta kini tidak hanya menjadi titik penjualan bagi sebuah komunitas, tetapi Distro saat ini sedang memenuhi masalah dan kebutuhan mode remaja sekolah menengah. Distro menjadi gaya hidup baru bagi remaja sekolah menengah. Gaya untuk remaja adalah segalanya dan semua orang ingin menjadi berbeda

dengan harapan

mengidentifikasi dan mengenali diri mereka sendiri.

Relevansi penelitian ini sama mengkaji tentang produk Indie clothing bagaimana anak muda khususna remaja dalam memaknai produk Indie clothing.

Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian ini ingin mencari tahu apakah benar produk Indie clothing yang menjadi sebuah simbol untuk menunjukkan gaya hidup mahasiswa.

Sumber : data diolah tahun 2019

2.2 Tinjauan Pustaka 1. Fenomena

Fenomena memiliki penertian yang terdiri dari serangkaian peristiwa dan bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai melalui kacamata ilmiah atau melalui disiplin ilmu tertentu. Fenomena yang bisa terjadi adalah fenomena

(4)

26

sosial. Fenomena sosial adalah gejala atau peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial. Fenomena sosial terjadi ketika orang menganggap bahwa semua yang mereka alami adalah kebenaran absolut atau kebenaran pasti. Menurut Soerjono Soekanto, fenomena atau masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara komunitas atau unsur budaya yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.

Fenomena dari perspektif sosiologis sering disebut sebagai masalah sosial. Masalah sosial adalah gejala dari fenomena sosial yang memiliki dimensi atau aspek studi yang sangat luas atau kompleks dan dapat dilihat dari berbagai perspektif (sudut pandang atau teori). Karena itu, ada banyak pandangan atau definisi masalah sosial yang berbeda (ditangani oleh para ahli). Dapat disimpulkan dari berbagai gagasan masalah sosial bahwa suatu fenomena atau fenomena kehidupan disebut masalah sosial jika:

(1) sesuatu yang telah dilakukan seseorang telah melanggar atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sangat dihargai oleh kelompok; (2) sesuatu yang telah dilakukan individu atau kelompok telah menyebabkan kerusakan kehidupan dalam kelompok; dan (3) sesuatu yang dilakukan oleh individu atau kelompok telah menciptakan ketakutan dan kemalangan pada individu lain dalam kelompok.

Dalam kamus sosiologi dan populasi, fenomena diartikan sebagai elemen dasar dari variabel yang dianggap stabil secara sosiologis. Studi fenomena disebut fenomenologi, yang oleh Haryono Suyono dalam Aria Gautama (2011: 12) berarti pendekatan ilmiah yang hanya mempertanyakan penyebab

(5)

27

gejala atau peristiwa tanpa mencoba menjelaskannya, yang merupakan peristiwa yang tidak biasa dalam Masyarakat yang dapat dilihat, dirasakan dan diamati oleh manusia. Karena itu menarik untuk secara ilmiah memeriksa atau meneliti suatu peristiwa.

2. Indie clothing a. Indie

Istilah indie sendiri sebenarnya berasal dari kata independen, yang berarti "bebas", "merdeka" dan "mandiri", untuk memahami indie sendiri tak luput daari sebuah pererakan dalam skena musik, karena istilah indie pertama kali muncul di skena musik. Membicarakan tentang gerakan Indie maka tidak akan lepas dari musik karena pergerakan indie pertama kali muncul dari para musisi yang ingin membebaskan dirinya dari karya mainstream yang menuntut mereka untuk menciptakan karya yang terikat dengan pasar pada umumnya. Dalam konteks musik indie, indie lebih mengacu pada sikap kemandirian total dalam bermusik. Misalnya, sistem produksi dilakukan oleh musisi atau band dengan membuat musik mereka sendiri, merekam dan kemudian memasarkan atau mendistribusikan hasil musik mereka secara mandiri. Saluran distribusi dioperasikan di luar industri rekaman pemasaran musik arus utama atau major label (Susilo, 2009: 67). Dalam penelitian ini, indie lebih cenderung dikaitkan dengan merek atau merek pakaian yang masih indie, meskipun indie sebenarnya dapat mencakup band indie, komunitas indie, dan lainnya.

(6)

28

Indie secara harfiah berasal dari kata independent yang berarti sifat-sifat yang mandiri, bebas, dan merdeka. Dalam hal ini Indie dapat juga disebut sebagai pergerakan dimana suatu produk dapat melakukan produksinya secara mandiri tanpa terganggu dan diatur oleh pasar umum. Mereka melakukan segala kegiatan produksi, pemasaran, penjualan dan lain sebagainya secara mandiri. Mereka dapat bereksperimen dengan segala yang ingin mereka buat tak jarang hal ini menjadikannya sesuatu yang anti mainstream.

b. Clothing

Clothing adalah istilah untuk perusahaan yang memproduksi

pakaian dengan merek mereka sendiri. Clothing bisa disebut juga sebuah usaha atau bisnis yang begerak pada bidang fashion yang memiliki mangsa pasar anak muda, dengan desain yang anti mainstream dan menggunakan tema budaya populer clothing menjadi pilian alternatif pada kalangan anak muda yang menginginkan sebuah fashion dengan tema anti mainstream dan berbeda dengan model fashion kapitalis yang dijual secara pasaran. Saat ini, clothing menjadi bisnis besar dan menghasilkan keuntungan besar. Pakaian dan aksesoris yang dibuat oleh clothing dari karya desainer muda berbakat didistribusikan dan dipasarkan melalui distro.

c. Indie clothing

Indie clothing Jika kita simpulkan dari pengertian Indie diatas dapat kita ketahui bahwa indie adalah sebuah pergerakan dimana dalam pergerakannya Indie tidak terikat suatu peraturan mereka bebas, mandiri,

(7)

29

dan merdeka. Indie clothing sendiri adalah gabungan dari pergerakan indie tersebut dengan sebuah produk clothing line. Untuk pengertian clothing sendiri adalah sebuah bisnis yang bergerak pada bidang fashion. Jadi indie dapat di artikan sebuah bisnis fashion yang dalam proses produksi, pemasaran dan lain sebagainya secara mandiri, serta desain maupun produknya tidak terpaku dengan minat pasar umum. Kebanyakan produk indie ini lebih berfokus pada kualitas yang dihasilkan selain itu skena yang

mereka ikuti semisal adalah youth culture (budaya anak muda). Dari hal ini dapat diketahui bahwa kebanyakan sasaran dari Indie clothing ini adalah kaum muda yang ingin hidup bebas dan dalam tahap mencari jati dirinya.

3. Gaya Hidup

Gaya Hidup (Life Style) Gaya hidup adalah cara hidup seseorang di dunia dalam mewujudkan keberadaannya, yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan pendapatnya. Gaya hidup menggambarkan "orang seutuhnya" dalam berurusan dengan lingkungannya (Kotler, 2002). Menurut Assael (1984), gaya hidup adalah "cara hidup yang ditandai oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (kegiatan), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungan mereka (minat) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka ( Opini)) ". Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka menghabiskan uang mereka dan bagaimana mereka menghabiskan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001) adalah pola kehidupannya sendiri

(8)

30

dalam dunia kehidupan sehari-hari, yang diekspresikan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan seluruh orang yang berinteraksi dengan lingkungan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang, yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat tentang aktivitas, pengeluaran uang dan distribusi waktu. Pola perilaku akan selalu berbeda dalam situasi atau lingkungan sosial yang berbeda dan akan terus berubah, tidak ada yang tetap.

Gaya hidup individu, yang ditandai oleh pola perilaku individu, mempengaruhi kesehatan individu dan selanjutnya kesehatan orang lain. Kesehatan dapat mengubah gaya hidup seseorang dengan memberdayakan individu untuk mengubah gaya hidup mereka, tetapi tidak hanya untuk individu tersebut. tetapi juga mengubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang memengaruhi pola perilaku. Harus diakui bahwa tidak ada aturan standar untuk gaya hidup yang sama dan sesuai yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur keluarga, usia, keterampilan fisik, lingkungan rumah, dan lingkungan kerja menciptakan berbagai gaya dan kondisi kehidupan yang lebih menarik, dapat diterapkan, dan dapat diterima (Ari, 2010).

Gaya hidup adalah perilaku manusia yang menunjukkan bagaimana mereka menggunakan properti mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik untuk kebutuhan mereka sendiri maupun untuk kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Gaya hidup adalah faktor yang digunakan untuk menentukan makna nilai suatu barang / jasa / uang yang bertindak sebagai nilai

(9)

31

tukar. Hukum komersial mengatakan semakin kaya seseorang, semakin tinggi kebutuhan gaya hidup.

Gaya hidup diukur menggunakan beberapa indikator. Gaya hidup yang tidak sehat berarti perkataan yang terdengar lebih seperti tangkapan besar daripada tongkat. Arti perkataan itu adalah seseorang yang kebutuhannya lebih tinggi dari pendapatannya. Biasanya tekanan berasal dari mengikuti gaya hidup yang berbeda dari pekerjaan. Ini dapat menciptakan tekanan psikologis yang sangat kuat. Gaya hidup menetap terjadi di masyarakat karena beberapa alasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang dapat datang dari diri mereka sendiri atau dari luar.

a. Macam-macam Gaya Hidup 1. Hedonisme

Hedonisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu hedonismeos dengan kata dasar hedone. Kata hedone memiliki arti "kesenangan", sementara hedonisme berarti perspektif bahwa orang akan senang mencari kesenangan sebanyak mungkin. Kenikmatan dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti menikmati hiburan, memiliki kekayaan, aktivitas seksual, dll. Bahwa hedonisme adalah pandangan seseorang yang mencoba hidup untuk menemukan kesenangan sebagai tujuan akhir, terutama untuk dirinya sendiri.

2. Konsumtif

Konsumtif memiliki arti konsumsi atau mencari, yang biasanya hanya dapat menggunakan dan tidak dapat memproduksi sendiri.

(10)

32

Konsumtif selama ini telah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Orang lebih suka menghabiskan waktu di mal untuk memenuhi kebutuhan mereka. Selama ini, fenomena belanja hanya dilihat sebagai status alami dan sosial. Gaya hidup konsumtif dengan demikian dapat disimpulkan sebagai pola perilaku orang yang ingin membeli barang atau jasa secara berlebihan dan tidak rasional, boros dan untuk kesenangan daripada untuk kebutuhan.

3. Fungsionalis

Fungsionalis adalah gaya hidup di mana seseorang mengurus kebutuhan mereka dengan cara yang lebih mementingkan fungsi dari suatu kegiatan atau perbendaharaan mereka. Mereka yang memiliki gaya hidup ini akan lebih memilih menjalani kehidupan yang normal dan menyenangkan. Mereka tidak menghabiskan waktu atau materi untuk hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat bagi mereka.

4. Sederhana

Gaya hidup sederhana adalah memprioritaskan hidup sesuai dengan kebutuhan yang kita miliki dan butuhkan dalam hidup, semisal Kebutuhan untuk membuat hidup layak. Sebagai contoh, kita hidup sederhana, tetapi kita hidup sehat, berpakaian dengan benar, dan rumah kita bersih. Intinya hidup sesuai dengan kebutuhan dan kebutuhan itu yang mengutamakan kualitas hidup kita. Sekali lagi, kebutuhan kita disesuaikan dengan pendapatan yang kita miliki.

(11)

33 4. Mahasiswa

Seorang mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses memperoleh atau belajar pengetahuan dan yang sedang menjalani pelatihan dalam sistem pendidikan tinggi yang terdiri dari institut, akademisi, perguruan tinggi, politeknik dan universitas (Hartaji, 2012: 5).

Menurut Siswoyo (2007: 121), mahasiswa dapat didefinisikan sebagai orang yang sedang belajar di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setara dengan institusi tinggi. Diasumsikan bahwa mahasiswa memiliki tingkat kecerdasan tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan bertindak yang tinggi. Berpikir kritis dan tindakan cepat dan tepat adalah karakteristik yang melekat pada setiap mahasiswa dan merupakan prinsip yang saling melengkapi.

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan karena rata-rata mereka dari usia 18 hingga 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada akhir masa remaja hingga awal masa dewasa. Dalam hal pengembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah untuk menetapkan standar hidup (Joseph, 2012: 27). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tersebut adalah seorang pelajar berusia 18 hingga 25 tahun yang terdaftar dan dididik di perguruan tinggi akademik, politeknik, sekolah menengah, institut dan universitas.

(12)

34 a. Tipe tipe Mahasiswa

1. Mahasiswa Urban

Mahasiswa adalah remaja yang mulai memasuki usia dewasa, yang umumnya berusia antara 18 sampai 25 tahun. Selama masa ini, mahasiswa bertanggung jawab atas tahap perkembangan mereka, termasuk tanggung jawab atas kehidupan mereka untuk memasuki masa dewasa. Kita dapat melihat di sini bahwa sebagian besar mahasiswa adalah remaja. Dalam hal perkembangan, tugas berkembang pada usia para mahasiswa ini adalah untuk menetapkan standar hidup.

Urban adalah suatu wilayah dengan suasana kehidupan dan kehidupan modern yang menyerupai karakteristik kota atau menuju kota. Menurut Raharjo, sekarang ada dua makna untuk interpretasi dari istilah urban. Arti pertama urban berarti proses mengembangkan atau mengendalikan suatu daerah yang menuju kota dalam hal ini desa. Dan makna kedua, pergerakan orang yang biasa hidup dari daerah pedesaan ke perkotaan antara dua makna perkotaan secara umum, adalah makna kedua, tetapi keduanya sama-sama benar. Hanya saja keduanya ditekankan secara berbeda. Untuk kepentingan perkotaan pengetian pertama adalah proses urbanisasi suatu daerah (desa). Sedangkan yang kedua lebih menekankan aspek sosial budaya daripada aspek fisik kota.

Mahasiswa urban dari pemahaman di atas dapat diartikan dari kombinasi mahasiswa dengan mahasiswa urban. Mahasiswa adalah

(13)

35

mahasiswa yang telah lulus dari sekolah menengah dan kemudian melanjutkan pendidikan menuju pendidikan yang lebih tinggi. Dan urban itu sendiri adalah proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa mahasiswa urban adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan tinggi tetapi berasal dari daerah yang berbeda. Rata-rata, para mahasiswa ini masih mengalami shock culture (perbedaan budaya) karena perbedaan budaya dari daerah asal mereka dengan daerah tujuan. Sebagian besar mahasiswa urban melihat kota sebagai tempat kedua bagi rumah mereka sebelumnya.

Fasilitas lengkap, banyak pekerjaan, dan atribut mewah lainnya adalah godaan yang membuat mahasiswa urban melupakan tujuan awal mereka mencari pengetahuan sebagai usaha untuk memperbaiki masa depan mereka. Desa tidak dianggap sebagai tempat yang tepat untuk menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama studi atau hubungan mereka di kota. Perbedaan budaya ini membuat mereka terlalu nyaman, bagi mereka tinggal di kota adalah hal yang menyenangkan dan pada titik tertentu mereka akan mencari apa yang mereka sukai di kota karena mereka tidak bisa mendapatkannya di desa asal mereka.

2. Mahasiswa kupu kupu

(14)

36

Mahasiswa jenis ini hanya datang ke kampus untuk mengikuti kuliah didalam kelas. Jika tidak ada lagi kuliah yang harus dihadiri setelah menyelesaikan kuliah, mereka langsung pergi ke tempat parkir atau menunggu angkutan umum dan segera pulang ke kos atau rumah untuk meninggalkan kampus. Tujuannya tentu saja, pulang ke rumah untuk bersantai atau melakukan aktivitas kegemarannya. Di luar kuliah, mereka hampir tidak pernah terlihat di kampus. Kepribadiannya cenderung tertutup. Mereka punya teman yang terbatas, dibutuhkan Upaya keras untuk memungkinkan mereka mau bekerja bersama dalam berbagai hal dengan kita.

3. Mahasiswa Kuda Kuda

Kuda-kuda = kuliah dagang – kuliah dagang

Mahasiswa tipe ini memiliki tekad yang kuat untuk mencoba menghasilkan uang dari hasil keringat mereka sendiri. Mereka juga adalah makelar dan pemilik toko online. Mereka menjadi tujuan utama ketika teman mereka ingin membeli barang dengan harga murah. Jika ada mahasiswa yang membutuhkan uang tunai dalam waktu singkat dan ingin menjual barang-barang mereka, ia pasti akan datang ke penjual untuk menawarkan dirinya sebagai makelar.

4. Mahasiswa Kura Kura

Kura-kura = kuliah rapat – kuliah rapat

Mahasiswa jenis ini biasa disebut sebagai aktivis kampus. Selain berpartisipasi dalam kuliah di ruang kelas, mereka juga aktif di

(15)

37

sejumlah besar organisasi dan UKM kampus. Mahasiswa tipe ini terkadang tidak punya waktu untuk bertemu dengan teman sekelasnya. Mereka sering berada di gedung kemahasiswaan, perpustakaan atau di sekretariat BEM. Di sana mereka tentu saja dalam rapat atau sedang merencanakan suatu kegiatan. Isi obrolan mereka tampak kaku dan serius. Meskipun mahasiswa jenis ini memiliki banyak teman, teman-temannya memiliki latar belakang yang homogen.

5. Mahasiswa Kunang Kunang

Kunang-kunang = kuliah nangkring - kuliah nangkring

Mahasiswa tipe ini memiliki tingkat keberadaan yang sangat tinggi. Selain dari prestasi mereka dengan akademisi yang biasanya tidak menonjol, mereka sering terlihat di tempat-tempat tertentu seperti kantin, lobi, taman, pusat perbelanjaan, kafe, dan di perpustakaan. Mereka sangat ramah dan hampir pasti memiliki teman dari latar belakang yang berbeda. Mereka juga terbuka untuk hal-hal baru. Namun, perlu diketahui bahwa keberadaan mereka terkadang tanpa esensi. mereka berlama-lama di kampus, mungkin hanya mencari sinyal WiFi gratis atau ingin dikenal banyak orang. Mereka sangat senang nongkrong ditempat-tempat yang sedang terkenal atau tempat yang dianggap gaul.

5. Art (Seni)

Gaya hidup di dalam ilmu sosiologi masuk dalam kajian sosiologi budaya dimana dalam sosiologi budaya ada 7 unsur kebudayaan dan dimana

(16)

38

salah satu dari unsur ini adalah unsur kesenian (art). Seni sendiri bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu mayarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda artefak yang memuat unsur seni. Unsur kebudayaan seni pada awalnya lebih mengarah ke teknik pembuatan benda seni tersebut. Selain itu ada juga seni yang dipahami secara luas baik itu seni music, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.

Berdasarkan jenisnya, ada beberapa seni yang dapat kita teliti diantara lain seni rupa, seni musik, seni gerak, dan seni modern. Dari pengertian ini dapat pula suatu kebudayaan berupa pola perilaku masyarakat dapat dikaji dengan sosiologi khususnya dengan sosiologi budaya. Semisal adalah gaya hidup dari masyarakat modern secara visual dan kebudayaan gaya hidup ini adalah pola perilaku yang tak luput dari kehidupan masyarakat khususnya interkasi dengan lingkungannya.

Kesenian sendiri berkaitan erat dengan keindahan (estetika) yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Rasa keindahan inilah yang melahirkan bentuk seni yang berbeda-beda antara kebudayaan satu dengan yang lain. Rasa estetika ini juga mempengaruhi masyarakat dalam pola perilakunya, pola perilaku yang berbeda antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Seni sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat hal inilah yang membuat seni tidak bisa dihindarkan dari semua aspek kehidupan sosial.

(17)

39 2.3 Landasan Teori

1. Teori Fenomenologi (Alfred Schutz)

Pokok pemikiran schutz didasarkan pada pengalaman sehari-hari. Pada masa itu, paradigma positivistik berkembang pesat. Hal ini disebabkan masyarakat industri lebih banyak menelaah model pemikiran yang bersifat rasional-teknokratis. Saat itu, ilmui-ilmu sosial dikembangkan sejauh menjadi sarana untuk mencapai tujuan-tujuan praktis. Namun, berkat usaha Schutz yang tak mudah patah arang, akhirnya gagasan-gagasannya tentang dunia sosial kian bertambah pengaruhnya di kalangan para pegiat ilmu-ilmu sosial, khususnya mereka yang haus akan metode atau cara pandang baru.

Teori fenomenologi yang diperkenalkan Schutz merupakan hsil pengamatannya dalam realitas kehidupan sehari-hari. Ia memperkenalkan konsep “dunia sehari-hari” ia menulis bahwa di dalam keseharian, seseorang dan masyarakat dapat mengetahui identitas yang melekat padanya. Hal ini disebabkan kehidupan sehari-hari merupakan dasar dari tindakan seseorang atau masyarakat terhadap suatu hal sekaligus bagian dari kesadaran intersubjektif yang menjembatani kesadaran sosial baik masyarakat maupun kelompok.

Interaksi antara individu ataupun masyarakat satu dengan yang lain tidak berjalan sendiri dan searah. Hubungan tersebut memiliki korelasi subjektif terhadap dinamika yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. sebagai contoh, setiap orang tidak bisa hidup sendiri karena mereka semua pasti saling terikat dan membutuhkan. Kasus tersebut dapat diamati dalam pertemanan yang dilakukan dua orang atau lebih. Seorang individu tidak bisa

(18)

40

berjalan sendiri. Bahkan, Schutz memandang kesadaran pada diri seseorang memiliki pengaruh terhadap kesadaran orang lain.

Schutz menunjukkan bahwa kisah hidup seseorang bukan hanya hasil atau produk dari tindakan pribadi. Jenis kesadaran ini adalah tesis tentang keberadaan alter ego, yaitu pemahaman tentang "diri lain", sehingga memungkinkan saling pengertian antara anggota masyarakat (consociates). Di dalam hubungan antarmanusia, terdapat kesadaran intersubjektif atau hubungan timbal balik. Kesadaran ini dapat dilihat dari teori tindakan sosial Max Weber. Di dalam teori tindakan Weber disebutkan bahwa perilaku seseorang muncul bukan atas inisiasi pribadi, melainkan mempertimbangkan tindakan orang lain.

Posisi metodologis Schutz diuraikan di dalam The Problem of Social Reality (1962). Ia mengatakan bahwa penelitian sosial berbeda dari ilmu

fisika dalam hal fakta. Pada ilmu-ilmu sosial, seseorang berhadapan dengan objek penelitian. Seorang ilmuwan sosial mengambil posisi sebagai pengamat yang tertarik. Dia tidak terlibat dalam kehidupan yang sedang diamati. Karena kegiatannya bukan kepentingan praktis, tetapi terbatas pada kebutuhan kognitif.

Kehidupan sehari-hari oleh Schutz juga diimplementasikan di dalam menganalisis pengetahuan sosial. Menurut pandangan kaum marxis, pengetahuan merupakan produk dari kondisi sosial material. Bagi Schutz, pengetahuan juga berasal dari dunia masyarakat atau secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Ide ini ia tuliskan di dalam The Citizen information.

(19)

41

Schutz menorehkan ide tersebut berkaitan dengan dengan perilaku orang lain di sekitar tempat tinggalnya. Sebagai contoh, sekelompok orang di jalanan berjalan sesuai dengan informasi yang diterima. Perhatikan pula kasus seorang tukang roti, ia tidak memerlukan teori kimia perihal kandungan ragi atau tepung. Sesuatu yang ia butuhkan hanyalah tepung, ragi, dan komposisi lain untuk membuat roti dapat disantap orang lain. Jadi aspek-aspek seperti ini diamatai Schutz sebagai pengetahuan berdasarkan pengalaman sehari-hari. Dia mengatakan bahwa pengetahuan orang yang bertindak dan berpikir dalam dunia kehidupan sehari-hari tidaklah homogen; tetapi tidak terkait hanya sebagian jelas dan tidak sepenuhnya bebas dari kontradiksi.

Schutz juga memeriksa bagaimana pengetahuan sosial diturunkan dan menggunakan tipe ideal untuk mempelajari fenomena. Ia menyarankan sumber pengetahuan sosial dapat diperoleh dari diri (self) sendiri sebagai tokoh sentral. Selain itu, pengetahuan dapat pula diperoleh dari beberapa interaksi di luar diri (self).

Pertama, saksi mata. Dalam hal ini, saksi mata ialah orang lain yang

mengatakan sesuatu terhadap kita (self) terhadap keadaan dunia (lain) untuk mencapai tujuan tertentu. Kedua, orang dalam. Maksud orang dalam adalah seseorang yang memiliki hubungan langsung pada kita (self) di dalam satu kelompok yang melaporkan atau mengatakan tentang suatu peristiwa yang memiliki kepentingan sama. Kita (self) menerima informasi tersebut benas atau sah, setidaknya sebagian. Hal ini di sebabkan pengetahuan tentang konteks situasi yang lebih mendalam di banding (pengetahuan) kita (self)

(20)

42

sendiri. Ketiga, analisis, yakni seseorang yang memiliki ikatan kuat terhadap self. Ia mengumpulkan informasi secara terorganisasi dan sesuai dengan

sistem yang dianut. Keempat, komentator. Dalam konteks ini, komentator adalah seseorang yang tidak berbagi sistem pada hubungan di dalam kelompok self, tetapi mengumpulkan informasi dengan cara yang sama seperti analisis. Informasi disajikan sedemikian rupa sehingga diri dapat membentuk pengetahuan yang cukup jelas dan tepat tentang sistem penyimpangan di mana relevansi didasarkan. Di dalam konsep fenomenologisnya, Schutz menitikberatkan pada kaitan sistem relevansi antara individu satu dan yang lain di dalam ataupun luar kelompok.

Referensi

Dokumen terkait

Dibuat oleh: Zamtinah Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta Ketua Prodi : Diperiksa oleh:

dalam rangkaian acara yang digelar hingga 12 Februari ini juga terdapat prosesi pengangkatan jabatan yang dilakukan langsung oleh Dirut Sumber Daya Manusia

Simpangan baku(S) adalah nilai yang menunjukan tingkat variasi kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari nilai rata-ratanya... X = nilai rata-rata data n = jumlah data

Dengan diadakannya World Cosplay Summit yang memiliki tujuan untuk mempromosikan pertukaran budaya populer Jepang melalui cosplay, menunjukan bahwa pemerintah Jepang

Alat Tubuh Bagian n Dalam Manusia dan Hewan Hasil yang harus kamu capai: mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan...

DUKUH KUPANG 44 158 SURABAYA Jl Wachid hasym 159 SURABAYA jl.usman sadar no.22 160 SURABAYA jl.jombang 5 babat-lamongan 161 SURABAYA jl.kalimantan no.144 gresik 162 SURABAYA

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap pelaksanaan bauran pemasaran dan implikasi strateginya pada masa yang akan datang di Bali

 Terimakasih kepada semua dosen Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember..  Kepada Dosen Pembimbing saya :