• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

A. DEFINISI HIDROSEFALUS

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral,

ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).

Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang

progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –

jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan

meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang

tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)

Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:

1. Waktu Pembentukan

a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan dan

berlanjut setelah dilahirkan

b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau terjadi

karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).

2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus

a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan

oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)

b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami

obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)

3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal

a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari ventrikel

b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang

terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).

4. Proses Penyakit

a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan

jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).

b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis

yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim, 2003).

B. ETIOLOGI HIDROSEFALUS

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:

1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi

intrauterine meliputi :  Stenosis aquaductus sylvi

 Spina bifida dan kranium bifida

 Syndrom Dandy-Walker

 Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan

 Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.

 Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

C. FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS

a. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;

1. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar

2. Parenchym otak

3. Arachnoid

b. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

D. PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang

tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan.

Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae

posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

Pathway HIDROSEFALUS

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

 Pathway Hidrosefalus

Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.

1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun

 Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.

 Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.

 Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran

vena-vena kulit kepala.

 Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi

seperti pot kembang yang retak pada perkusi.  Perubahan pada mata.

o bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra orbita.

Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam

o strabismus divergens

o nystagmus

o refleks pupil lambat

o atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum

o papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.

2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.

 Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh

karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

F. KOMPLIKASI HIDROSEFALUS

 Peningkatan tekanan intrakranial

 Kerusakan otak

 Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.

 Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.

 Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga

abdomen,fistula,hernia, dan ileus.  Kematian

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS

 Pemeriksaan fisik:

o Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat

pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal

o Transiluminasi

 Pemeriksaan darah:

o Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus

 Pemeriksaan cairan serebrospinal:

o Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk

mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa  Pemeriksaan radiologi:

o X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.

o USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.

o CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus

mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

H. PENTALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS

1. Pencegahan

Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.

2. Terapi Medikamentosa

Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak

memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg

BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.

3. Pembedahan :

Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :

a. Ventrikulo Peritorial Shunt

b. Ventrikulo Adrial Shunt

Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.

Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.

Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.

4. Terapi

Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu : a) mengurangi produksi CSS

b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi : 1. Penanganan sementara

Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.

2. Penanganan alternatif ( selain shunting )

Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.

3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )

Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS

1. Anamnesa

a. Riwayat penyakit / keluhan utama

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

b. Riwayat Perkembangan

Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.

Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur. Keluhan sakit perut.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi :

-Anak dapat melihat keatas atau tidak. -Pembesaran kepala.

-Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.

b. Palpasi

-Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

c. Pemeriksaan Mata

- Akomodasi.

- Gerakan bola mata. -Luas lapang pandang -Konvergensi.

-Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas. -Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

3. Observasi Tanda-Tanda Vital

Didapatkan data – data sebagai berikut :  Peningkatan sistole tekanan darah.

 Penurunan nadi / Bradicardia.

 Peningkatan frekwensi pernapasan.

4. Diagnosa Klinis

Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )

 Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s

Sign

 Opthalmoscopy : Edema Pupil.

 CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi

komputer.-

 Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS

1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,

ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,

ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

C. RENCANA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN

NOC NIC

1. Resiko cidera Setelah dilakukan

kunjungan selama 3x

diharapkan keluarga

1. Kendalikan lingkungan dengan :

Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera

mampu menciptakan

lingkungan kondusif

dengan kriteria hasil:

 Keselamatan fisik

dapat

dipertahankan

 Adanya pelindung

dan alat bantu

untuk klien

akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur

rendah, gunakan pencahayaan

malam hari siapkan lampu panggil

2. Jelaskan pada keluarga pentingnya

keselamatan pada anak dan cara pencegahan untuk cidera.

3. Anjurkan pada keluarga untuk

mengawasi segala aktifitas klien yang membahayakan keselamatan.

4. Beri alat bantu misal:tongkat

2. Resiko gangguan

nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan kunjungan selama 3x diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan sederhana

dirumah dengan kriteria hasil:

 Berat badan ideal

 Tidak muntah

 Tidak terjadi malnutrisi

1. Berikan makanan lunak tinggi kalori

tinggi protein.

2. Berikan klien makan dengan posisi

semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.

3. Ciptakan suasana lingkungan yang

nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak..

4. Timbang berat badan bila mungkin.

5. Jagalah kebersihan mulut ( Oral

hygiene)

6. Berikan makanan ringan diantara

waktu makan

7. Beri penjelasan pada keluarga

tentang makanan yang baik dikonsumsi anak

3. Deficit self care Setelah dilakukan

kunjungan selama 3x

diharapkan keluarga

1. Kaji ketidakmampuan klien dalam

perawatan diri

dapat menciptakan

lingkungan kondusif

dengan kriteria hasil:

 Klien dapat

melakukan

perawatan diri

dengan mandiri

atau dibantu

 Klien bersih dan

tidak bau

3. Kaji hambatan dalam berpartisipasi

dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan

4. Jelaskan pada keluarga pentingnya

kebersihan diri

5. Jelaskan dan ajarkan cara

perawatan diri meliputi:mandi,

toileting , berpakaian.

4. Perubahan fungsi

keluarga b.d situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) Setelah dilakukan kunjungan selama 3x diharapkan Keluarga menerima keadaan anaknya, mampu menjelaskan keadaan penderita dengan kriteria hasil:

 Keluarga berpartisipasi

dalam merawat anaknya dan secra verbal

 keluarga dapat mengerti

tentang penyakit anaknya.

1. Jelaskan secara rinci tentang

kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.

2. Ulangi penjelasan tersebut bila

perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti

3. Klarifikasi kesalahan asumsi dan

misskonsepsi

4. Berikan kesempatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012

http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses

penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012

http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0& pdf=&html=061214-sykj201.htm

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2000 ; 247 : 5-14.

 

http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari diagnosa yang muncul 3 yaitu : kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan ruang ke

1) Anestesi spinal dimasukkan ke dalam cairan serebrospinal pada ruang sub arakhnoid spinal dilakukan dengan pungsi lumbal. Anestesi akan menyebar dari ujung

Anestesi spinal adalah menginjeksikan agen lokal anestesi ke dalam cairan serebrospinal di dalam ruang subarakhnoid, anestesi epidural adalah memasukkan agen lokal anestesi ke

Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka

Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka..

Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah)

Perdarahan Subarachnoid non-traumatik adalah pendarahan di dalam ruang Subarachnoid yang sering disebabkan oleh ruptur aneurisma Arteri Serebri atau malformasi arteriovenosa

Pada hydrosefalus obstruktif, yang terjadi lebih sering daripada jenis yang lain, cairan cerebrospinal dari ventrikel tidak dapat mencapai rongga subarachnoid karena terdapat obstruksi