• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Upaya Penegakkan HAM Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Upaya Penegakkan HAM Di Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang

Hak Asasi Manusia atau yang biasa disingkan dengan HAM adalah Hak Asasi Manusia atau yang biasa disingkan dengan HAM adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. Dasar-dasar hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1. Secara umum, HAM dapat didefinisikan sebagai hak-hak yang diklaim 31 ayat 1. Secara umum, HAM dapat didefinisikan sebagai hak-hak yang diklaim dimiliki oleh semua orang tanpa memperhatikan negara, ras, suku, budaya, umur, dimiliki oleh semua orang tanpa memperhatikan negara, ras, suku, budaya, umur,  jenis

 jenis kelamin kelamin dan dan lain-lain. lain-lain. Hak-hak Hak-hak ini ini bersifat bersifat universal universal dan dan dapat dapat diterapkanditerapkan  pada siapapun dan dimanapun.

 pada siapapun dan dimanapun.

Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada  pancasila.

 pancasila. Yang Yang artinya artinya Hak Hak Asasi Asasi Manusia Manusia mendapat mendapat jaminan jaminan kuat kuat dari dari falsafahfalsafah  bangsa,

 bangsa, yakni yakni Pancasila. Pancasila. Bermuara Bermuara pada pada Pancasila Pancasila dimaksudkan dimaksudkan bahwabahwa  pelaksanaan

 pelaksanaan hak hak asasi asasi manusia manusia tersebut tersebut harus harus memperhatikan memperhatikan garis-garis garis-garis yangyang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Negara Republik Indonesia telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak terpisah dari manusia yang sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak terpisah dari manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Setiap orang bertanggung jawab untuk terlibat dalam penegakan Setiap orang bertanggung jawab untuk terlibat dalam penegakan HAM. Walaupun secara formal tanggung jawab negara lebih besar, tetapi peran HAM. Walaupun secara formal tanggung jawab negara lebih besar, tetapi peran masyarakat luas sebenarnya yang dampak sangat besar bagi terbangunnya masyarakat luas sebenarnya yang dampak sangat besar bagi terbangunnya kesadarang untuk menghormati HAM. Tentu saja tanggung jawab itu harus di kesadarang untuk menghormati HAM. Tentu saja tanggung jawab itu harus di awali dengan pemahaman akan pentingnya hak asasi manusia. Oleh karena itu, awali dengan pemahaman akan pentingnya hak asasi manusia. Oleh karena itu, makalah ini ditulis agar kita dapat memahami hak dasar manusia dan contoh makalah ini ditulis agar kita dapat memahami hak dasar manusia dan contoh  pelanggaran HAM

 pelanggaran HAM sehingga kita sehingga kita dapat dapat ikut ikut serta serta dalam dalam upaya penegakkan upaya penegakkan HAMHAM di Indonesia.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pelanggaran HAM ?

2. Apa saja hambatan dan tantangan dalam Penegakan HAM di Indonesia ? 3. Apa saja contoh pelanggaran HAM di Indonesia ?

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pelanggaran HAM

Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Dilihat dari ringan atau beratnya pelanggaran HAM terbagi 2, yaitu:

1. Pelanggaran HAM ringan 2. Pelanggaran HAM berat 1. Pelanggaran HAM ringan:

 Pelanggaran HAM ringan adalah diuar genosida dan kejahatan

kemanusiaan.

 Pelanggaran HAM bermotif rasialisme, merupakan bentuk perlakuan

dengan memberi pembedaan hak-hak terhadap rasa atau etnis tertentu.

 Pelanggaran HAM bermotif diskriminasi apartheid, adalah pembedaan

hak-hak terhadap etnis tertentu berdasarkan warna kulit.

2. Pelanggaran HAM berat.

Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap  pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat

diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM meliputi :

a) Kejahatan genosida, adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok  bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :

 Membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau

(4)

 Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan

kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.

 Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di

dalam kelompok

 Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke

kelompok lain.

 b) Kejahatan terhadap kemanusiaan, adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :

 Pembunuhan.  Pemusnahan.  Perbudakan.

 Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.

 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara

sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional.

 Penyiksaan. Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan

sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat,  baik jasmani maupun rohani, pada seseoarang untuk memperoleh  pengakuan atau keterangan dari seseorang dari orang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau  penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan  persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik.

 Perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan

kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara.

 Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang

(5)

 jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional.

 Penghilangan orang secara paksa atau kejahatan apartheid. Penghilangan

orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya

2.2. Faktor Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan HAM

Pelanggaran hak asasi manusia masih sering terjadi di Indonesia, meskipun HAM dijamin secara konstitusional dan telah dibentuknya lembaga  penegakan hak asasi manusia. Apa bila dicermati secara seksama ternyata faktor  penyebabnya kompleks. Faktor - faktor penyebabnya antara lain:

Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan HAM di Indonesia. a. Dari Dalam Negeri

Hambatan dan tantangan yang berasal dari dalam negeri, antara lain sebagai  berikut :

1. Kualitas peraturan perundang undangan yang belum sesuai dengan harapan masyarakat

Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai peraturan (materi) hukum peninggalan atau warisan kolonial (peninggalan zaman kolonial belanda), padahal sejak kemerdekaan Indonesia sudah berlaku tata hukum nasional. Tentu saja jiwa dan latar belakangnya sangat erat dengan nilai- nilai dan sistem  politik penjajah. Yang jauh dari perlindungan, keadilan dan hak asasi manusia

Indonesia.

2. Penegakan hukum yang kurang atau tidak bijaksana karena bertentangan dengan aspirasi masyarakat. Misalnya :

Hak atas penggunaan tanah yang kepemilikannya di atur oleh undang undang, di  buktikan dengan sertifikat kepemilikan tanah. Secara yuridis formal sah-sah saja  pemilik lahan menggunakan lahannya menurut kepentingannya, namunaspirasi

masyarakat bisa saja bertentangan dengan pemilik lahan. Untuk itu, di perlukan kesadaran semua pihak akan pentingnya penggunaan hak dan kewajiban asasi orang lain.

(6)

3. Kesadaran hukum yang masih rendah sebagai akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia. Berbagai bentuk pelanggaran hukum ata u ketidakpedulian terhadap  perlindungan hak asasi orang lain sering terjadi karena hal ini. Misalnya :

Keroyok massa, salah suatu perbuatan main hakim sendiri ( eigenrichting ) yang  biasanya dianggap perbuatan yang biasa dan bukan pelanggaran hukum di masyarakat. Dan penegak hukum di masyarakat pun tidak mampu menegakkan hukum dalam situai kacau yang melibatkan massa seperti itu. Salah satu solusinya bagi anak zaman sekarang adalah dengan belajar sehingga memperoleh pendidikan di bangku sekolah yang tujuannya tak lain adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia di indonesia dan untuk mendidik anak agar mengerti hukum.

4. Rendahnya penguasaan hukum dari sebagian aparat penegak hukum Sebagai seorang penegak hukum di suatu negara, seharusnya mereka bisa menguasai hukum baik teori maupun pelaksanaannya. Serius dan profesional dalam menangani perkara hukum yang terjadi. Tetapi jangan menggunakan cara yang kasar yang bertentangan dengan hukum itu sendiri.

5. Mekanisme lembaga penegak hukum yang fragmentaris, sehingga sering t imbul disparitas penegak hukum dalam kasus yang sama. Sistem pengadilan hukum dan upaya mencari keadilan di negegara kita mengenai tingkatan peradilan yang  belum sepenuhnya di pahami masyarakat. Akibatnya sebagian warga masyarakat

merasakan tidak adanya kepastian hukum.

6. Budaya hukum dan hak asasi manusia yang belum terpadu Perbedaan persepsi dalam kasus hukum tertentu masih sering mewarnai kehidupan masyarakat. Misalnya :

Orang tua menganiaya anak kandungnya hingga melewati batas kewajaran yang menurutnya itu adalah hal yang wajar dalam mendidik anaknya. Sebagian warga ada yang setuju dengan orang tua itu dan sebagian lagi justru bertentangan. Tetapi sebaiknya orang tua tersebut tidak boleh mendidik anaknya dengan kasar

(7)

sehingga melanggar terhadap HAM dan anak tersebut seharusnya mendengarkan nasehat orang tuanya.

7. Keadaan geografis indonesia yang luas. Wilayah indonesia yang luas dengan  jumlah penduduk yang menyebar di seluruh nusantara, menjadi kendala

komunikasi dan sosialisasi tentang hukum dan perundang-undangan dan memerlukan waktu yang lama untuk mensosialisasikannya. Akibatnya banyak warga indonesia yang tidak mengetahui tentang pelanggaran hak asasi manusia yang mungkin saja mereka lakukan.

b. Dari Luar Negeri

Hambatan dan tantangan dari luar negri, antara lain : 1. Penetrasi Ideologi dan Kekuatan Komunisme

Di era global sekarang pengaruh ideologi asing sangat mudah masuk ke suatu negara termasuk Indonesia, misalnya komunisme. Meskipun idiologi ini semakin kurang popular namun tetap perlu diwaspadai. Inti ajaran dari Karl Marx yang disebut histories materialisme merupakan asal mula ajaran komunisme dunia. Dalam praktiknya ajaran komunisme mempunyai ciri menonjol, yaitu:

a. Di bidang politik

Pemerintah dipegang oleh kaum proletar yang menjalankan pemerintahan secara diktator , sehingga disebut diktator proletariat. Dalam hal ini  penguasa dapat bertindak apa saja dan menyingkirkan siapa sajayang

dianggap menghambat tercapainya tujuan.

 b. Di bidang ekonomi

Seluruh aktivitas ekonomi dipegang secara totaliter oleh negara. Hak milik  perorangan terhadap alat produksi tidak diakui, karena semuanya sudah

ditentukan oleh pusat ( sentralisasi ).

c. Di bidang agama

 Negara yang menganut paham komunisme melarang rakyatnya untuk memeluk agama, karena agama dianggap racun masyarakat yang dapat menghambat

(8)

kemajuan. Atas dasar pelaksanaan yang demikian, ajaran komunis mempunyai empat kecendurungan, dan dampak yang kurang kondusif bagi tegaknya hak asasi manusia, yaitu:

a) Timbulnya suasana tegang dan resah, karena komunis cenderung menciptakan konflik dan kontradiksi bagi masyarakan dalam merebut kekuasaan.

 b) Terciptanya sistem otoriter, sebab awal terbentuknya masyarakat didahului oleh sistem dictator proletariat, kemudian sistem dictator jatuh ke tangan partai.

c) Timbulnya proses dehumanisasi, yaitu timbulnya berbagai tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabat manusia diluar batas kemanusiaan. Sebabnya ajaran menghalalkan segala cara menjadi popular di masyarakat komunis.

d) Menjalankan ekspansi kekuasaan karena tujuan komunisme internasional adalah menjadikan masyarakat dunia ini seluruhnya menjadi komunis ( menkomuniskan dunia).

2. Penetrasi Idiologi dan Kekuatan Liberalisme.

Liberalisme barasal dari kata liberal yang berarti berpendirian bebas. Liberalisme adalah suatu paham yang melihat manusia sebagai mahluk bebas. Artinya, manusia memiliki kemauan bebas serta merdeka serta harus di berikan kesempatan untuk memajukan diri sendiri dengan merdeka pula. Liberal membatasi hak negara untuk urusan ekonomi, kebudayaan, agama dan sebagainya. Dalam bidang politik, kebebasan individu atau partai sanagat ditonjolkan sehingga dikenal adanya adanya partai oposisi dan mosi tidak percaya kepada pemerintah. Paham Liberalisme dilaksanakan di Eropa Barat, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Asia. Paha mini menghendaki hal-hal berikut a) Kekuasaan mutlak mayoritas atas minoritas.

 b) Lebih mengutamakan pemungutan suara mayoritas dalam mengambil keputusan.

(9)

c) Golongan besar dan kuat dapat memaksakan kehendaknyanya kepada minoritas. Kebebasan yang tidak terkendali dapat mengganggu jalannya  pemerintahan, contohnya pelaksanaan demonstrasi.

d) Di bidang ekonomi, persaingan bebas akan mematikan ekonomi golongan lemah. Paham Liberal akan melahirkan manusia egois-individualitas yang jauh dari sifat kekeluargaan.

2.3. Kasus Pelanggaran Pelanggaran HAM di Indonesia

Beberapa Contoh Kasus Pelanggaran HAM berat di Indonesia 1. Kasus Tanjung Priok (1984)

Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang  berawal dari masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi  pelanggaran HAM dimana terdapat ratusan korban meninggal dunia akibat

kekerasan dan penembakan.

2. Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita PT Catur Putera Surya Porong, Jatim (1994)

Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-hak pekerja di PT Catur Putera Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan dan diduga menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan.

3. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996)

Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas.

4. Peristiwa Aceh (1990)

Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban,  baik dari pihak aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh unsur politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh merdeka.

(10)

5. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)

Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap  para aktivis yang menurut catatan Kontras ada 23 orang (1 orang meninggal, 9

orang dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang).

6. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)

Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 mahasiswa meninggal dan puluhan lainnya luka-luka). Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang warga sipil meninggal) dan tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 (1 orang mahasiswa meninggal dan 217 orang luka-luka).

7. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat (1999)

Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak pendapat 1999 di timor timur secara resmi ditutup setelah penyerahan laporan komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Indonesia - Timor Leste kepada dua kepala negara terkait.

8. Kasus Ambon (1999)

Peristiwa yang terjadi di Ambon ni berawal dari masalah sepele yang merambat ke masalah SARA, sehingga dinamakan perang saudara dimana telah terjadi  penganiayaan dan pembunuhan yang memakan banyak korban.

9. Kasus Poso (1998 –  2000)

Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban yang diakhiri dengan bentuknya Forum Komunikasi Umat Beragama (FKAUB) di kabupaten Dati II Poso.

10. Kasus Dayak dan Madura (2000)

Terjadi bentrokan antara suku dayak dan madura (pertikaian etnis) yang juga memakan banyak korban dari kedua belah pihak.

(11)

11. Kasus bom Bali (2002)

Telah terjadi peristiwa pemboman di Bali, yaitu tahun 2002 dan tahun 2005 yang dilakukan oleh teroris dengan menelan banyak korban rakyat sipil baik dari warga negara asing maupun dari warga negara Indonesia sendiri.

12. Kasus Pelanggaran HAM terbunuhnya MUNIR (7 September 2004 )

Tragedi ini bermula saat Munir menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi  program master (S2) di Universitas Utrecth Belanda. Munir naik pesawat Garuda Indonesia GA-974 menuju Singapura untuk kemudian transit di Singapura dan terbang kembali ke Amsterdam. Namun dua jam sebelum mendarat di bandara Schipol Amsterdam Munir telah meninggal dunia dalam pesawat dan di indikasi karena Keracunan.

13. Kasus Pembantaian di Mesuji (April 2011)

Kasus ini bermula dari sengketa lahan perkebunan antara perusahaan perkebunan kelapa sawit PT SWA dengan Warga Mesuji yang terjadi di Desa Sungai Sodong, Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Karena sengketa ini terjadi pelanggaran HAM Berat.

2.4. Upaya Penegakkan HAM di Indonesia

Di banyak negara, termasuk Indonesia, sering terjadi kecenderungan adanya penolakan untuk menyelidiki atau mengadili kasus-kasus  pelanggaran HAM masa lalu. Sikap melindungi secara terang-terangan biasanya

dilakukan oleh para penguasa yang warga negaranya terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan. Perlindungan seperti itu tecermin dari kesengajaan untuk tak menerapkan ketentuan perundang-undangan yang sudah ada, atau memberikan interpretasi (penafsiran) yang berbeda dengan apa yang dimaksud oleh peraturan  perundang-undangan mengenai kejahatan itu.

Segala cara selalu dilakukan semata untuk menciptakan impunitas  bagi para pelaku kejahatan itu. Kebiasaan seperti ini harus segera ”dihentikan” agar tak merusak masa depan anak bangsa. Banyak contoh kasus pelanggaran HAM berat masa lalu di Indonesia yang terkesan ditutup- tutupi. Mulai dari kasus

(12)

dugaan pelanggaran HAM berat Trisakti, Semanggi I, II, penculikan aktivis tahun 1997/1998, kasus Talangsari (di Lampung), hingga kasus Waisor, Wamena, di Papua yang telah selesai diselidiki oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tanpa kunjung tiba penyelesaiannya. Kini kasus HAM berat 1965/1966 kembali diungkap Komnas HAM dan merekomendasikan untuk ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Agung.

Hak Asasi Manusia telah jelas diatur landasan hukum baik di Indonesia maupun di dunia Internasional. Untuk memahami hukum terkai t dengan  penegakkan HAM, perlu diketahui adalah instrumen penegakkan HAM. Instrumen terpenting dalam upaya penegakan HAM di Indonesia adalah peradilan. Agar dapat memahami dengan baik peran yang dilaksanakan oleh lembaga  peradilan terkait dengan penegakan HAM di Indonesia, kita harus mengenal

lembaga peradilan secara baik, terutama tentang kedudukan dan wewenangnya.

1. Kedudukan dan Kewenangan Peradilan HAM

Kedudukan pengadilan hak asasi manusia (HAM) adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia berat yang berada di lingkungan  peradilan umum. Pengadilan hak asasi manusia berkedudukan di daerah kabupaten atau kota yang daerah hukumnya meliputi daerah khusus Jakarta,  pengadilan negeri yang bersangkutan. Adapun untuk daerah khusus Jakarta,  pengadilan hak asasi manusia berkedudukan di setiap wilayah pengadilan negeri

yang bersangkutan.

Lingkup kewenangan peradilan hak asasi manusia diatur oleh undang-undang pada Pasal 4 UU No. 26/2000 dinyatakan, "Pengadilan hak asasi manusia  bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara dan pelanggaran hak

asasi manusia yang berat". Perlu diketahui bahwa perkataan "memeriksa dan memutus dalam ketentuan ini" termasuk menyelesaikan perkara yang menyangkut kompensasi restitusi dan rehabilisasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maksud pelanggaran hak asasi yang berat adalah kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan sesuai dengan "rome status of international criminal court".

(13)

2. Penyelidikan, Penyidikan, dan Penangkapan

Menurut pasal 1 UU No. 26/2000, penyelidikan adalah "serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan ada tidaknya suatu peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat guna ditindak lanjuti dengan penyelidikan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang". Tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah penindakan atau  penyidikan oleh penyidik. Penyidikan perkara pelanggaran hak asasi manusia

diatur di dalam pasal 21 UU No. 26/2000 sebagai berikut:

 Penyidikan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan

oleh jaksa agung

 Penyidikan seperti yang dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk

kewenangan menerima Laporan atau pengaduan

 Selama pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jaksa

agung dapat mengangkat Panitia Ad Hoch yang terdiri atas unsur  pemerintah atau masyarakat

 Sebelum melaksanakan tugas. Penyidik Ad Hoeh mengucapkan sumpah

 janji menurut agamanya masing-masing.

Tindakan berikutnya adalah penangkapan. Menurut pasal 11 ayat 1 UU No. 26/2000, "Jaksa agung sebagai penyidik berwenang melakukan  penangkapan untuk kepentingan penyidikan terhadap seorang yang diduga keras melakukan pelanggaran hak asasi yang berat berdasarkan bukti permulaan yang cukup".

3. Pemeriksaan Sidang Pengadilan

Peradilan hak asasi manusia merupakan bagian dari peradilan umum atau peradilan negeri yang bertugas menyelesaikan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Menurut pasal 27, "Perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat diperiksa dan diputus oleh pengadilan hak asasi manusia sebagaimana dalam pasal 4".

Penuntutan dilakukan setelah tahap penyelidikan selesai. Berkas  perkara atas pelanggaran hak asasi manusia itu diserahkan kepada pengadilan hak

(14)

asasi manusia oleh jaksa agung untuk diperiksa dan diputus. Penuntutan perkara  pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh jaksa agung.

4. Perlindungan Korban Pelanggaran HAM

Korban dan saksi dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat wajib mendapat perlindungan, baik fisik maupun mental, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak mana pun.

Apabila terhadap korban dan saksi tidak diadakan perlindungan oleh aparat penegak hukum dan keamanan setempat, dikhawatirkan terhadap korban dan saksi akan terancam jiwa dan mentalnya. Bahkan, mereka bisa saja selalu merasa dihantui oleh kejadian yang dialaminya. Korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat atau ahli warisnya berhak untuk mendapatkan kompensasi restitusi dan rehabilitasi atas namanya.

Kompensasi merupakan imbalan yang diberikan oleh negara karena  pelaku tidak mampu memberikan ganti rugi yang sepenuhnya menjadi tanggung  jawab. Restitusi adalah ganti rugi yang diberikan kepada korban atau keluarganya

oleh pelaku atau pihak ketiga. Restitusi dapat berupa:

 Pengembalian harta milik;

 Pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan atau penderitaan;  Penggantian biaya untuk tindakan tertentu.

Sementara itu, rehabilitas adalah pemulihan pada kedudukan semula. Misalnya, kehormatan, nama baik, jabatan, atau hak-hak lain.

Adapun upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya  pelanggaran HAM antara lain :

a. Membantu pelaksanaan sosialisasi hukum dan hak asasi manusia.

Diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak, terutama dari kalangan aparat Negara maupun penegak hukum. Heterogenitas masyarakat mensyaratkan kebijakan yang benar-benar arif untuk mengajak para warga masyarakat berpengetahuan dan berkesadaran tinggi menjunjung hukum dan hak asasi manusia. Media masa, media cetak maupun media elektronik mempunyai  peranan yang sangat besar dalam upaya sosialisasi hukum dan penegakan hak

(15)

asasi manusia. Pemuatan berita atas suatu peristiwa dalam masyarakat yang tampaknya sekilas berupa penyampaian informasi, apabila kurang berimbang dapat berakibat lain yang tentu positif bagi sosialisasi pengetahuan dan aturan hukum. Pesatnya perkembangan media masa baik media cetak maupun elektronik memungkinkan sosialisasi hukum dan penegakan hak asasi manusia semakin cepat dan efektif.

b. Meningkatkan kesadaran hukum dan penghargaan HAM.

Dalam sebuah Negara dan masyarakat yang demokratis sekaligus menghargai nilai-nilai kemanusiaan, sesuatu kebijakan peemerintah tidak selalu cepat implementasinya. Perlu perencanaan dan pengkajian apakah pelanggaran hak asasi manusia atau tidak. Sebab, umumnya sesuatu langkah kebijakan akan menimbulkan sebuah kerugian bagi pihak tertentu. Bagaimana kerugian itu dapat dimimalisir sementara manfaat dan keuntungan dapat diraih secara lebih maksimal bagi orang banyak.

Apabila kesadaran hukum dan penghargaan hak asasi manusia semakin tinggi maka masyarakat semakin maju dan berkualitas, hal itu dapat ditandai sebagai berikut :

1. Masyarakat menghindari perilaku main hakim sendiri dalam menyelesaikan masalah.

2. Tokoh dan pemimpin masyarakat dapat menjadi contoh teladan bagi warga masyarakatnya.

Sebagai warga Negara, kita dapat berpartisipasi dalam pemajuan,  penghormatan, dan perlindungan HAM antara lain dengan cara sebagai berikut :

1) Memengaruhi pengambil kebijakan dalam pembuatan perundang-undangan yang melindungi HAM. Masyarakat diharapkan dapat membantu terwujudnya  peraturan yang menghormati dan melindungi HAM.

2) Membantu mensosialisasikan berbagai peraturan HAM. Dengan membantu mensosialisasikan UU nomor 22 tahun 2002 dan UU nomor 23 tahun 2004, merupakan partisipasi yang besar demi kemajuan penghormatan HAM di masyarakat.

(16)

3) Kepedulian dan kepekaan krisis dalam menyampaikan pendapat atas peristiwa  pelanggaran HAM.

4) Mengutamakan komunikasi yang sehat dalam penyelesaian masalah  pelanggaran HAM.

5) Menyelesaikan kasus pelanggaran HAM sesuai dengan hukum yang berlaku sesuai dengan prioritas.

6) Mengutamakan kepentingan masyarakat dan kesatuan nasional dalam  penyelasaian masalah pelanggaran HAM.

(17)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah:

1. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok

2. Dilihat dari ringan atau beratnya pelanggaran HAM terbagi 2, yaitu  pelanggaran HAM ringan dan pelanggaran HAM berat.

3. Faktor yang menghambat penegakkan hukum di Indonesia antara lain  berasal dari dalam dan luar negeri.

4. Upaya dalam menegakkan HAM di Indonesia adalah adanya hukum yang mengatur HAM, adanya peradilan HAM serta diperlukan peran aktif masyarakat dalam menegakkan HAM.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan agar dilakukan sosialisaisi tentang HAM seluas-luasnya agar semua lapisan masyarakat mengerti tentang HAM tersebut dan dapat ikut serta dalam menegakkan HAM. Selain itu diperlukan ketegasan aparat dalam menindak pelaku pelanggaran HAM hingga kasus tersebut tuntas secara hukum. Dengan demikian masyarakat akan merasa aman dalam membela HAM karena dilindungi hukum yang jelas dan tegas.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ageng Dwi Prastyawan. 2013.  Mengenal Sejarah HAM di Indonesia.

http://rexcarnation.blogspot.com/2013/03/mengenal-sejarah-ham-di-indonesia.html. Diakses 21 April 2013

Anonim. 2012. Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.

http://www.psychologymania.com/2012/12/sejarah-perkembangan-hak-asasi-manusia_29.html. Diakses 21 April 2013

Febrian. 2012. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia di Dunia.

http://mystorystudy.blogspot.com/2012/10/sejarah-perkembangan-ham-di-dunia.html. Diakses 21 April 2013

Mulyono. 2012. Upaya Pemajuan dan Penegakan HAM.

http://gtmulyono.wordpress.com/2012/11/08/upaya-pemajuan-dan- penegakan-ham/. Diakses 21 April 2013

Setiawan,Didi. 2012. Pengertian HAM dan Instrumen HAM di Indonesia. http://dedisetiawan.com/pengertian-ham-dan-instrumen-ham-di-indonesia/. Diakses 21 April 2013

Suryadi,Didi. 2012. Pelanggaran HAM.

http://didisuryadi9.blogspot.com/ Diakses 21 April 2013

Trya, Hanifah. 2012. Upaya Penegakkan HAM di Indonesia.

http://bayuhendralosa.wordpress.com/matematika/upaya-penegakan-ham-di-indonesia/. Diakses 21 April 2013

Wayan. 2011. Sejarah Hak Asasi Manusia.

http://emperordeva.wordpress.com/about/sejarah-hak-asasi-manusia/. Diakses 21 April 2013

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku perawatan kehamilan pada remaja yang mengalami kehamilan dimana kehamilan tersebut tidak diinginkan..

Alhamdulillah, puji syukur kepada-Nya atas segala limpahan kasih dan sayang-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar

Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau

Tahun tersebut menjadi titik awal dari fase ketiga karena di tahun tersebut untuk pertama kalinya dibuat struktur institusi yang jelas terkait kerjasama lingkungan

Puji syukur penyusun kehadirat Tuhan YME, karena dengan rahmat, karunia, dan anugerah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Penetapan Nilai

Target dan luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah (1) berdirinya Pos DDTK Komprehensif; (2) tersusunnya buku dan kartu DDTK- Komprehensif; (3)

Dengan degradasi kapasitas sebesar 30% untuk lubang 4% mungkin menjadi alasan faktor reduksi desain kolom sebesar 0,65 berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 8.3

Hasil analisis denyut nadi sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol memperlihatkan bahwa denyut nadi kelompok intervensi (65 kali/ menit)