• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Tinjauan Pustaka. berarti pengaruh atau pengaruh /efek keberhasilan atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Tinjauan Pustaka. berarti pengaruh atau pengaruh /efek keberhasilan atau"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

14

BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Efektifitas Hukum

Efektifitas berasal dari bahasa Inggris yaitu ( effectiveness ) yang

berarti pengaruh atau pengaruh /efek keberhasilan atau

kamanjuran/kemujaraban1. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

efektivitas adalah daya guna, keaktifan, serta adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan antara seseorang yang melaksanakan tugas dengan tujuan yang ingin dicapai.2

Menurut Bastian “efektivitas adalah suatu keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan di mana sebelumnya telah dilakukan. Di luar dari pada itu juga efektifitas adalah suatu hubungan terhadap hasil dari keluaran dan tujuan sebagai ukuran berdasarkan tingkat keberhasilan luaran dan keberhasilan mencapai suatu ketetapan yang sudah ada sebagai tujuan yang dalam hal ini sudah dan telah ditetapkan. Berikutnya dalam efektifitas yaitu mencapai tujuan dan juga hasil yang ingin dicapai tanpa melihat faktor waktu,tenaga,biaya dan

juga pikiran serta alat-alat dan lain-lain yang telah ditentukan”.3

Dapat disimpulkan bahwa pengertian efektivitas berarti yaitu suatu penilaian terhadap keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau pencapaian suatu tujuan yang

1Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,Bandung 2003, hlm. 85 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Efektifitas, https://kbbi.web.id, acces tgl 15

novembber 2019 Pukul 20:00

3 Asnawi,Efektivitas Penyelenggaraan Publik, Pada Samsat Corner Wilayah Malang Kota,2003 , Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIP, UMM, hlm.6

(2)

diukur dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.

“Apabila ingin mengetahui dalam sejauhmana suatu dari efektifitas hukum itu, pertama kita juga perlu tahu dari segi ketaatan hukum itu oleh tujuan atau subjek hukum itu sendiri , kita dapat mengatakan hukum itu dikatakan efektif tetapi tidak cukup sampai disitu masih banyak hal hal yang menjadi pertimbangan sampai hukum itu dianggap efektif atau tidak,kita masih dapat memperoleh data melalui suatu penelitian tentang derajat dari efektifitas hukum itu,apakah seseorang menaati karna kepentinganya saja atau ada maksud

lainya.”.4

Dalam hal ini Soerjono Soekanto sendiri menggunakan suatu tolak ukur

dalam menentukan efektivitas penegakan hukum dalam lima hal yaitu :5

a. Faktor Hukum

Dapat kita lihat bahwa hukum memiliki fungsi kepastian, keadilan, dan kemanfaatan dilihat secara teori namun dalam hal ini dilihat dari dalam praktiknya dalam penyelenggaraanya hukum itu sendiri secara langsung pasti memiliki kendala seperti pertentangan dari beberapa nilai hukum tadi di mana jika mementingkan salah satunya maka bertentangan dengan yang lainya contohseperti kepastian dan keadilan dimana diketahui bahwa keadilan secara nyata bersifat abstrak dan kepastian bersifat konkret sehingga jika mementingkan satunya ada kalanya satunya lagi akan tidak

4 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)

Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence).Penerbit Kencana,Jakarta 2009. Hal. 375

5 Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2007 Hal. 5

(3)

memenuhi secara teori Maka dalam melihat sesuatu dalam permasalahan mengenai hukum setidaknya keadilan menjadi prioritas utama. Karena

hukum tidaklah semata-mata dilihat dari sudut hukum tertulis saja.6

b. Faktor Penegakan Hukum

“Penegak Hukum dalah melakukan tugas nya dapat di lihat dari mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Selama ini ada kecenderungan yang kuat di kalangan masyarakat untuk mengartikan hukum sebagai petugas atau penegak hukum, artinya hukum diidentikkan dengan tingkah laku nyata petugas atau penegak hukum. Sayangnya dalam melaksanakan wewenangnya sering timbul persoalan karena sikap atau perlakuan yang dipandang melampaui wewenang atau perbuatan lainnya yang dianggap melunturkan citra dan wibawa penegak hukum. Hal ini disebabkan oleh

kualitas yang rendah dari aparat penegak hukum tersebut.”7

c. Faktor Sarana atau Fasilitas

Melihat dari Faktor sarana dan juga fasilitas yang dimiliki penegak hukum ini juga mendorong dan mendukung dalam melakukan atau melaksanakan funsi huku sehingga bekerja secara efektif yang dalam hal ini mencangkup seperti, perangkat keras dan perangkat lunaknya. Maka dari itu dilihat dari kebutuhan penegak juga menjadi peranan penting sarana dan

6 ibid hal 8 7 Ibid hal 21

(4)

prasarana di dalam melaksanakan dalam penegakan, mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang actual.8

d. Faktor Masyarakat

“ faktor masyarakat adalah salah satu faktor untuk untuk menggapai suatu kemaslahatan dan perdamaian di dalam masyarakat itu setiap individu maupun secara mandiri atau bersama harus memiliki tingkat kesadaran. Persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, seperti memiliki rasa patuh yang tinggi terhadap hukum karna dapat dinilai kurangnya kepatuhan dari masyarakat merupakan salah satu ukuran atau penyebab terjadinya hukum itu tidak berfungsi atau tidak efektif.

e. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan memiliki nilai dan mencangkup atas dari dasar hukum yang saaat ini berlaku di masyarakat, kebudayaan memiliki nilai yang menjadi konsep dari apa yang dapat di katakana baik atau buruk membuat masyarkat mudah untuk menghindari atau menurutin sebuah aturan yang berlaku. Oleh sebab itu Indonesia yang memiliki nilai budaya yang tinggi merupakan pondasi yang mengawalin hukum tidak tertulis yang ada, Disamping itu juga berlaku yang namanya hukum tertulis yang dimana dibuat oleh pejabat Negara yang memiliki hak dan kewenangan dalam hal itu, hukum yang sudah tertulis tersebutlah yang dapat menggambarkan nilai.

(5)

yang menjadi poko dalam dasar dari hukum adat, agar hukum

perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara aktif.9

Dapat disimpulkan bahwa Teori efektifitas Hukum sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor dari penegakan dan dari subjek hukum itu sendiri dapat dilihat dari teori yang di sampaikan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya bahwa lima factor yang mempengaruhi efektifitas hukum adanya keterkaitan dari segala aspek yang ada di subjek hukum serta dari penegak hukum itu sendiri.

B. Tinjauan Umum Tentang Barang Cetakan 1. Pengertian Barang cetakan

Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) barang dari hasil cetakan dapat dikatakan sebagai barang penggandaan gambar atau tulisan di suatu kertas atau di tempat yang biasa di gunakan pada suatu tempat percetaka,yang pembuatanya melalui suatu proses mekanik maupun secara fotografis, contoh seperti stensil, blok dan lainya, juga di edarkan secara

terbuka baik tidak bersambul maupun di dalam sampul.”.10

Sedangkan dalam pengertian” barang cetakan juga dapat disebut sebagai media informasi dan tempat informaasi tersebut sebagai media cetak. menurut Eric Barnow mengemukakan bahwa media cetak memiliki

9 Ibid Hal 53

10 Kamus Besar Bhasa Indonesia, Pengertian barang cetakan, https://kbbi.web.id, akses tgl 24 Nov 2019, Pukul 22:00.

(6)

pengertian sebagai segala barang yang dicetak dan ditujukan untuk

umum.”11

Dalam hal ini dapat disimpulukan bahwa barang cetakan juga dapat di artikan merupakan berbagai bentuk barang tertulis, maupun bentuk gambar atau lainnya yang dicetak dan dibuat dengan tujuan menyebarkan informasi atau pesan komunikasi kepada masyarakat luas sebagai sebuah informasi kepada masyarakat umum .

2. Jenis-jenis Barang Cetakan

Seperti yang sudah di sebutkan di atas bahwa barang cetak memiliki beberapa jenis yaitu suatu yang didapat dari hasil suatu penggandaan tulisan dan gambar diatas suatu bahan yang biasa dipergunakan dan lazim pada tempat percetakan melalui suatu proses baik itu secara fotografis ataupun mekanik,contohnya seperti stensil dan blok dan juga di edarkan secara terbuka baik tidak bersambul maupun di dalam sampul , Dapat kita pahami dari pengertian sebelumnya bahwa jenis barang cetak yaitu: Buku, Majalah,

Koran/Surat Kabar, Benner, Poster, Sablon, Photo blok.12

Namun dalam hal ini barang cetakan kita bagi menurut pandangan hukum, barang cetakan biasanya yang dapat mengganggu suatu dalam ketertiban umum,dan barang cetak yang tidak mengganggu ketertiban umum hal ini agar dapat mengetahui secara konkrit tentang barang cetakan yang di maksud oleh “Pasal 30 ayat 3 butir C Undang-Undang No 16 Tahun

11 Rizki wahyu, pengertian media cetak, https://www.academia.edu, akses tgl 26 Des 2019, Pukul 16:00

(7)

2004 Tentang kejaksaan” “Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum,kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan pengawasan peredaran barang cetakan “.

3. Kriteria Barang Cetakan yang di Perbolehkan

Jika dilihat dari pendapat mahrus ali dapat kita simpulkan bahwa Dalam kriteria barang cetakan yang diperbolehkan peredaranya dalam hal ini memiliki beberapa kriteria yaitu :

a. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut tidak memiliki isi yang mencemarkan maupun menghina dan menyerang nama baik seseorang.

b. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut tidak memiliki isi yang menghina dan menodai maupun melecehkan agam lain atau tertentu..

c. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut tidak memiliki isi yang merendahkan maupun menjelek suatu etnis dan suku tertentu.

d. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut tidak memiliki isi yang membocorkan rahasia Negara.

e. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut tidak

memiliki isi yang menodai kesusilaan masyarakat umum.13

13 Mahrus ahli , Pengawasan barang cetakan Dur prosses of law dan hak kebebasa mengeluarkan

(8)

Hal tersebut menjadi kriteria yang dapat dinilai sulit untuk diakui menjadi hal yang di akui untuk menjadi suatu penilaian terhadap suatu barang cetakan akan tetapi bukan barati kesulitan tersebutlah yang menjadi tidak adanya peraturan atau terjadinya pembiaran barang cetakan yang di dalamnya diketahuin isinya telah atau melanggar norma di dalam kesusilaan dibiarkan beredar kedalam publik secara bebas. Maka sebab itu kejaksaan harus bertindak secara hati hati dalam menilai barang cetakan tersebut dengan memperhatikan tanggapan umum masyarakat dengan norma –norma kesusilaan yang tumbuh dan hidup dalam

masyarakat. 14

4. Kriteria Barang Cetakan yang Dilarang

Hal ini tidak terdapat aturan yang mengklasifikasikan barang cetakan yang di larang secara rinci namun dalam hal ini mahrus ahli menyimpulkan bahwa ada beberapa hal yang dapat di jadikan acuan menjadi kriteria barang cetakan yang dilarang jika dilihat dari tujuanya yaitu menjaga ketertiban umum maka dapat kita artikan bahwa barang yang di larang yaitu :

a. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki isi yang mencemarkan maupun menghina dan menyerang nama baik seseorang.

b. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki isi yang menghina dan menodai maupun melecehkan agam lain atau

(9)

tertentu.. , yang di mana disebutkan juga dalam pasal 156a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bahwa dalam sebuah kejahatan terhadap ketertiban umum yang di mana dalam pokoknya itu bersifat

penodaaan terhadap suatu agama yang dianut di indonesisa.15

c. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki isi yang merendahkan maupun menjelek suatu etnis dan suku tertentu. , hal ini juga di atur dalam kejahatan terhadap ketertiban umum dalam pasal 156 KUHP “barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian, atau penghinaan terhadap suatu atau golongan rakyat Indonesia diancam dengan pidan d. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki

isi yang membocorkan rahasia Negara.

e. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki isi yang menodai kesusilaan masyarakat umum. bangsa Indonesia menekankan pentingnya aspek religiusitas dalam segala aspek kehidupan. Segala bentuk barang cetakan yang isinya melanggar norma kesusilaan sudah sepantasnya dilarang. Untuk menilai bahwa suatu barang cetakan memuat dan melanggar norma kesusilaan bukan didasarkan pada pandangan subjektif kejaksaan atau orang-orang yang berada di dalam clearing house, tapi didasarkan pada ukuran

15 Tim pustaka buana, kitab lengkap KUHP KUHAP KUHPER KUHAPER, puataka buana, 2007, hal 678

(10)

umum masyarakat dikaitkan dengan cita hukum, nilai-nilai dan

pandangan hidup bangsa Indonesia yang termuat dalam Pancasila.16

C. Tinjauan Umum Tentang Pengawasan Barang Cetak 1. Pengertian Pengawasan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan pengawasan

berasal dari kata “awas”yang berarti mengamati dan menjaga baik-baik,17

Adapun beberapa pengertian pengawasan terdapat macam pengertian, mengidentifikasikan pengertian pengawasan menurut dari beberapa ahli sebagai berikut:

a. Lyndal F. urwick, pengawasan adalah upaya agar sesuatu dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang dikeluarkan.

b. George R Terry, pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan, yaitu menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

c. David granick, pengawasan pada dasarnya memiliki tiga fase yaitu; fase

legislatif, fase administratif, dan fase dukungan. 18

16 Ibid, hal 25

17 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Pengawasan, https://kbbi.web.id, akses tgl 24 Nov 2019, Pukul 20:46

18 Damang averoes,Teori Pengawasana, https://www.negarahukum.com, akses Tgl 24 Nov 2019, Pukul 21:0

(11)

2. Fungsi dan Tujuan Pengawasan Barang cetakan

Dalam hal ini fungsi pengawasan untuk menjaga ketertiban umum dengan cara menyita maupun dengan melarang distribusi terhadap peredaran barang cetakan yang diduga ataupun telah dianggap mengganggu dalam ketertiban umum namun dalah hal ini tidak di jelaskan tentang barang cetakan secara spesifik barang cetakan yang melanggar tersebut, maka dari situ dalam hal ini perlunya suatu penjelasan dan rinci kriteria barang cetakan yang melanggar ketertiban umum tersebut namun ada beberapa hal yang manjadi dasar sebagai acuan menurut mahrus ali yaitu .

a. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki isi yang mencemarkan maupun menghina dan menyerang nama baik seseorang.

b. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki isi yang menghina dan menodai maupun melecehkan agam lain atau tertentu..

c. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki isi yang merendahkan maupun menjelek suatu etnis dan suku tertentu.

d. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki isi yang membocorkan rahasia Negara.

(12)

e. Seluruh atau hanya sebagian dari isi barang cetakan tersebut memiliki

isi yang menodai kesusilaan masyarakat umum.19

Sedangkan dalam tujuan pengawasan barang cetakan yang dilakukan adalah berfokus untuk menciptakan ketertiban umum, dapat kita telaah bahwa dalam menjaga ketertiban umum, seperti konflik horizontal seperti masyarakat dengan masyarakat , atau fertikal seperti konflik antara masyarakat dengan pejabat Negara maka dalam hal ini perlunya pengawasan terhadap barang cetakan untuk menjaga keutuhan antara masyarakat atau dengan pejabat Negara.

A. Tinjauan Umum Tentang Tugas dan Wewenang Kejaksaan dalam pelaksanaan penyelenggaraan pengawasan terhadap barang cetakan.

1. Pengertian Kejaksaan

Pengertian Kejaksaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jaksa adalah pejabat di bidang hukum yang bertugas menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dalam proses pengadilan terhadap orang yang

diduga melanggar hukum.20 Dan dalam Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, disebutkan bahwa Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan

19 Mahrus ahli , Pengawasan barang cetakan Dur prosses of law dan hak kebebasa mengeluarkan

pendapat, jurnal konstitusi vol.8, No.4, Agustus 2011 hal,21-25

20 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pengertian Kejaksaan, https://kbbi.web.id, akses tgl 24 Nov 2019, Pukul 22:00

(13)

kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan

undang-undang.21

2. Tugas dan Wewenang Kejaksaan

Jadi perlu digaris bawahi bahwa selain tugasnya di bidang pembacaan surat dakwaan dan penuntutan,kejaksaan juga diberi kewenangan lain oleh Undang-Undang No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan yaitu:

a. Bertindak menjadi pengacara Negara.

b. Sebagai Penyelesaian dan pengawasan terhadap putusan hakim yang telah di terima dari pengadilan

c. Sebagai penegak hukum penyelidik dalam pidana tertentu. d. Kejaksaan juga sebagai penegak hukum yang mengendalikan

proses perkara.

e. Kejaksaan memiliki tempat kedudukan sentral dalam system

hukum Acara Pidana.22

Sehubungan dengan itu, maka antara tugas dan wewenang merupakan dua kata yang selalu berkaitan satu sama lain, Mengenai dua kata yang selalu berkaitan antara tugas dan wewenang dapat dibuktikan secara tertulis bahwa setelah apa yang disebutkasn di atas berkenaan tentang wewenang kejaksaan adapun dalam tugasnya kejaksaan dalam hal ini

21 Marwan Effendy, Kejaksaan Republik Indonesia, Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum, Ghalia Indonesia, 2007, hlm. 127

(14)

di ataur dalam pasal “Pasal 30 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaaan” , yaitu:

a. Meningkatkan ketaatan hukum di masyarakat

b. Melakukan Pengamanan terhadap kebijakan proses penegakan hukum;

c. Melakukan Pengawasan terhadap peredaran barang cetak;

d. Melakukan Pengawasan terhadap kepercayaan yang diaggap dapat membahayakan masyarakat atau negara;

e. Melakukan tindakan preventif penyalahgunaan atau penodaan agama.

f. Melakukan reset serta pengembangan hukum positif dan

statik dan tindak pidana.

Dalam hal ini kejaksaan memiliki point penting sebagai sentral penegak hukum, meliputi proses awal sampai dengan proses akhir putusan yaitu sebagai eksekutor peradilan terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

B. Tinjauan Umum Prosedur hukum Pengawasan dan Penindakan terhadap barang cetakan yang dilarang

Dalam hal ini tugas dan wewenang kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap barang cetak diatur dalam “pasal 30 ayat 3 butir c Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan” bahwa “Dalam

bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut

(15)

sedangkan dalam prosedur beserta dengan teknik pengawasanya barang cetakan diselenggarakan berdasarkan Kepja nomor: KEP-190/A/JA/3/2003 tanggal 25 Maret 2003, yaitu :

1. Dimana telah dibentuk badan institusi internal bernama Clearing

House (CH), disini Clearing House melibatkan:

a. Jaksa b. Kepolisian:

c. Badan Intelejen Negara: d. TNI:

e. Departemen Agama:

f. Departemen Pendidikan Nasional:

2. Lalu Kejaksaan dapat menerima laporan masyarakat, permintaan dari instansi lainya maupun secara proaktif.

3. Kejaksaan akan melakukan penelitian terhadap Barang cetakan tersebut yang dianggap mengganggu ketertiban umum

4. Hasil dari peroses penelitian tersebut maka di tuliskan surrat rekomendasi yang di dalam surat rekomendasi tersebut meliputi isi tentang barang cetakan yang di teliti melampirkan nama pengarang, penerbit,dan judul buku serta isi dari buku tersebut yang bermasalah.yang telah di analisis.

5. Setelah itu Rekomendasi akan diberikan ke Clearing House (CH), yang diketahui bahwa ketua dari clearing hause adalah JAM Intelijen.

(16)

6. Tugas Clearing House (CH) setelah itu adalah mengkaji serta juga menentukan barang cetakan tersebut dilarang atau tidak.

7. Hasilnya dari kajian yang dilakukan oleh CH dan telah ditandatanganin dibuatkan berita acara.

8. Hasilnya akan disampaikan kepada Jaksa Agung melalui JAM Intelijen.

9. Jaksa Agung akan mengeluarkan SK pelarangan terhadap barang cetakan yang berbahaya dan dianggap menggangu ketertiban umum. 10. Sebaliknya, atau jaksa agung akan mengeluarkan SK untuk tidak

melarang barang cetakan tersebut jika dianggap tidak berbahaya.23

Dalam hal ini kejaksaan memiliki wewenang mengeluarkan SK pelarangan barang cetakan naun dapat dilhat dalam prosesnya tidak ada hal yang menunjukan keikutsertaan penulis barang cetakan tersebut dalam proses pelaranganya, adapun proses penegakan hukum ini berdasarkan dengan aturan yang sebelumnya yaitu dalam “Undang-Undang No 4/PNPS/1963 tentang pengamana barang cetakan yang mengganggu ketertiban umum” yang sekarang telah di batalkan oleh “Putusan Mahkamah Konstitusi No-13-20/PUU-VIII/2010” di mana dalam salah satu putusanya menyatakan bahwa telah bertentangan dengan UUD NRI 1945.

23Kejaksaan Republik Indonesia Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-190/A/JA/3/2003 tanggal 25

(17)
(18)

Referensi

Dokumen terkait

a.  3,5 jam  b.  4 jam   c.  4,5 jam   d.  5 jam  e. 

B Catatan : Melakukan penyebaran kuesioner sebagai bahan artikel ilmiah.Untuk pengisian laporan program kerja dilakukan input tentang pelaksanaan program kerja “Pendampingan

Dengan mengkombinasikan algoritma RSA dan mode CBC, hasil enkripsi citra digital menjadi lebih optimal tanpa memakan waktu running time yang cukup

e. Penentuan dan pemilihan alat untuk kegiatan keterampilan, agar siswa bisa menjelaskan dan memahami manfaat alat dan kegunaanya dalam kegiatan keterampilan. Pengoperasian

REFOLIS ISKANDAR Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Menimbang, bahwa Penggugat dalam alasan gugatannya pada pokoknya mendalilkan bahwa sikap diam Tergugat dengan tidak memberikan jawaban atas permohonan yang diajukan oleh

Hasil dari penelitian diperoleh bahwa pengukuran kelembaban tanah permukaan di lapangan dengan nilai spektral dari hasil transformasi memiliki hubungan yang