• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY (SFBGT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY (SFBGT)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP

THERAPY (SFBGT)

Untuk Perilaku Agresif Remaja

Oleh :

(2)

Solution Focused Brief Group Therapy Untuk Perilaku Agresif Remaja Pengertian

Solution Focused Brief Group Therapy(SFBGT)merupakan hubungan teraputik antara terapis dan beberapa klien dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi klien dengan menggunakan hubungan kelompok.Klien bersama-sama dengan terapis membicarakan mengenai solusi terhadap suatu permasalahan yang sering dialami, lalu bersama-sama membahas, memperjelas dan menerapkan solusi tersebut dalam kehidupan nyata, sehingga klien dapat belajar berperilaku lebih baik dengan dirinya dan orang lain.

Pendekatan

SFBGT ini menggunakan pendekatan konstruktivisme, yaitu suatu pandangan yang beranggapan bahwa seseorang memandang diri mereka serta menciptakan realita secara subjektif, sehingga dalam terapi ini klien berperan aktif dalam membuat solusi yang akan diterapkannya dalam menghadapi permasalahan.

Sasaran

Sasaran SFBGT ini adalah remaja yang mempunyai perilaku agresif dan sering melakukan kekerasan fisik serta verbal dalam menghadapi suatu situasi permasalahan.

Tujuan

Untuk mengurangi perilaku agresif remaja dan membantu menemukan solusi dan perilaku baru.

Waktu

1. SFBGT ini dilakukan dalam waktu 7 pertemuan (sesi).

2. Frekwensi pertemuan dalam satu minggu adalah sebanyak 2 kali. 3. Durasi setiap pertemuan adalah 60 menit.

Jumlah kelompok

(3)

Konselor dan Pendamping Konselor

Terapis merupakan seseorang yang secara khusus dididik dalam bidang konseling dan terapi psikologi, yaitu konselor atau psikolog. Jika diperlukan, konselor atau terapis dapat dibantu pendamping konselor/terapis. Pendamping terapis adalah orang yang memiliki dasar-dasar profesi konseling atau terapi psikologi. Pendamping terapis dapat orang yang memiliki pengalaman dalam bidang konseling/terapi yang setara atau dibawah terapis.

Posisi Klien dan Konselor

Dalam proses terapi kelompok, bentuk kegiatan dilakukan dalam posisi duduk melingkar, terapis dan pendamping terapis (jika diperlukan), berada dalam posisi lingkaran dengan diameter jarak 2 meter.

= konselor = klien

Tahapan SFBGT

SFBGT dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan (10%) : 1 pertemuan 2. Eksplorasi masalah (10%) : 1 pertemuan 3. Mencari alternative dan menetapkan tujuan (10%) : 1 pertemuan 4. Identifikasi dan memperkuat perilaku solusi (60%) : 3 pertemuan 5. Penghentian tahap dan sesi (10%) : 1 pertemuan

(4)

Pola kegiatan setiap pertemuan

Setiap pertemuan membutuhkan waktu 60 menit, dengan pola kegiatan sebagai berikut :

1. Pembukaan : 5 menit 2. Kegiatan kelompok : 45 menit 3. Umpan balik : 5 menit 4. Penutup : 5 menit

Rincian pola kegiatan

1. Pembukaan

- Membahas mengenai topik yang dibahas pada sesi sebelumnya - Membahas mengenai terapi yang akan dilakukan

2. Kegiatan kelompok

- Klien mengemukakan pengalaman, pikiran dan perasaan mengenai permasalahan yang dihadapi

- Klien menyusun solusi dan dibantu oleh terapis untuk membahas, memperjelas dan melaksanakan dalam kehidupan nyata.

- Mambahas solusi yang telah disusun pada sesi sebelumnya dan telah diterapkan.

- Terapis memberikan umpan balik, sanggahan, dan mendorong perubahan untuk menemukan solusi dan menerapkannya kembali. 3. Umpan balik

- Anggota kelompok memberikan tanggapan atau pendapat mengenai proses terapi kelompok.

4. Penutup

- Merangkum hasil proses terapi kelompok.

- Informasi rencana terapi kelompok pada sesi berikutnya.

Rancangan Kegiatan SFBGT

Rancangan kegiatan SFBGT ini disusun untuk memberikan arahan didalam pelaksanaan SFBGT dilapangan, meskipun tentu saja beberapa keadaan perlu disesuaikan dengan realitas dilapangan. Pedoman pelaksanaan ini dapat dijadikan acuan bagi terapis dalam melakukan SFBGT.

(5)

Sesi : ke 1

Fase :Persiapan

Waktu : 60 menit Tujuan :

1. Membangun hubungan awal

2. Menetapkan peraturan, struktur serta melakukan penggabungan antar anggota kelompok dengan terapis sebagai pemimpin.

3. Melakukan pengukuran sebelum dilakukan terapi.

4. Penggabungan antara anggota kelompok dengan kelompok dan terapis serta menciptakan kohesifitas.

Langkah kegiatan : 1. Pembukaan (5 menit)

Terapis menyampaikan mengenai tujuan kegiatan yang akan dilakukan dan manfaat yang akan didapat setelah melakukan kegiatan tersebut. 2. Kegiatan kelompok (45 menit)

a. Perkenalan

Terapis memperkenalkan dirinya terlebih dahulu dengan maksud menciptakan hubungan yang hangat dan terbuka dengan anggota kelompok. Terapis memperkenalkan dirinya dengan dimulai dari nama, alamat, status pekerjaan, kegiatan yang relevan dengan pelaksanaan kegiatan serta pengalaman yang dapat meningkatkan hubungan terapis dan kelompok. Perkenalan selanjutnya dilakukan oleh klien, dengan menyebutkan nama, alamat dan kelas.

b. Memperkenalkan tujuan terapi yang akan dilakukan dan manfaat yang akan didapat oleh klien dalam mengembangkan diri.

c. Menyajikan kontrak

Keterangandisajikanuntuk memberikangambaran, kontrak aturan, dengan menyajikan script yang meliputi topik sebagai berikut :

(6)

Tujuan dari terapi adalah untuk :

 Belajar untuk mengelola kemarahan

 Menetapkan tujuan untuk diri sendiri

 Mengenali perilaku alternatif terhadap perilaku agresif bermasalah

 Menerima dukungan berupa saran dan umpan balik dari orang lain

 Memanfaatkan perilaku alternatif selama dan pada akhir kelompok Peraturan :

 Menghadiri semua 7 sesi

 Menangani konflik didalam aktifitas kelompok dengan cara yang tidak agresif dan tanpa kekerasan

 Menjaga kerahasiaan topik dan isi pembicaraan anggota yang lain

 Berpartisipasi dalam diskusi kelompok d. Melakukan pengukuran

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kondisi sebelum dikenakan terapi, sehingga terapis dapat mengetahui mengenai pengaruh dari terapi yang diberikan.

3. Umpan balik

Terapis memberikan kesempatan anggota kelompok untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami.

4. Penutup

Terapis memberikan info mengenai pertemuan sesi kedua dan mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kesediaan dalam mengikuti kegiatan terapi serta mendorong klien untuk bersedia mengikuti seluruh sesi terapi.

(7)

Sesi : ke 2

Fase : Eksplorasi masalah

Waktu : 60 menit

Tujuan :

1. Menggali permasalahan klien.

2. Penggabungan antara anggota kelompok dengan kelompok dan terapis serta menciptakan kohesifitas.

Langkah kegiatan

a. Pembukaan

Terapis melakukan pembukaan dengan diawali ucapan terimakasih dan apresiasi terhadap keinginan serta niat klien untuk mengembangkan diri dalam terapi kelompok. Selanjutnya terapis menjelaskan tujuan dari terapi sesi dua dan kegiatan yang akan dilakukan.

b. Kegiatan kelompok

Setiap anggota kelompok mengemukakan pikiran, perasaan serta pengalamannya terkait dengan perilaku agresif yang pernah dilakukan. Klien menceritakan pengalamannya berupa perilaku sebab serta akibat dari perilaku yang dilakukannya. Terapis mendorong klien menceritakan pengalamannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan dapat menciptakan suasana saling percaya.

c. Umpan balik

Terapis memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk bertanya mengenai cerita yang telah dikemukakan oleh anggota lain.

d. Penutup

Terapis memberikan kesimpulan mengenai cerita dari masing-masing anggota kelompok.

(8)

Sesi : ke 3

Fase : Mencari exception dan menetapkan tujuan Waktu : 60 menit

Tujuan

1. Mencari exception, yaitu perilaku yang pernah dilakukan oleh klien dalam menyikapi situasi permasalahan dengan lebih adaptif.

2. Memperkuat exception dengan reinforcement positif berupa pujian.

3. Mendorong klien untuk melihat dan merasakan mengenai hidup tanpa masalah

4. Menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam terapi yang dilakukan.

Langkah kegiatan

a. Pembukaan

Terapis menyampaikan hasil dari kegiatan sesi dua, yaitu merangkum eksplorasi masalah.

Terapis menginformasikan tujuan pelaksanaan sesi yang akan dilakukan.

b. Kegiatan kelompok

Terapismenanyakan tentangapakah pernah klien menghadapi situasi yang biasanya membuat ia marah dan melakukan perilaku agresif dengan cara yang berbeda atau lebih baik.

Ketika klien menemukan pengalamannya di masa lalu dalam bertindak lebih adaptif terhadap situasi yang memancing kemarahannya, selanjutnya terapis memperdalam dengan pertanyaan mengenai detail situasi dan hasil yang didapat. Setiap anggotakelompokdidorong untukberbagisetidaknyasalah satucontoh di mana mereka berhasildalam menanganikemarahan mereka

secara tepatatauadaptif

Terapis memberikan pujian terhadap kekuatan mereka, usaha dalam menghadapi masalah secara adaptif atau perilaku pengecualian (exception) dan mendorong anggota lain untuk melakukan hal yang sama.Terapis melakukan check kepada klien dan melakukan konfrontasi terhadap mereka untuk mengenali hasil positif dari perilaku pengecualian (exception), serta bagaimana perasaan mereka ketika melakukan perilaku tersebut.

(9)

Bagian selanjutnya adalah menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam terapi. Tujuan yang dimaksud adalah suatu keadaan dimana klien ada dalam kondisi tidak mengalami permasalahan.Teknik yang dapat digunakan adalah dengan miracle question, pertanyaan ini bermaksud untuk mendorong klien melihat suatu keadaan tanpa masalah.Pertanyaan ini berupa “bayangkan

ketika kamu tidur dan saat itu tiba-tiba masalahmu telah hilang, kira-kira apa yang dapat kamu kenali dari diri kamu atas perubahan tersebut”.

Apabila miracle question tidak efektif karena mungkin klien kurang memahami maksud pertanyaan, maka dapat digunakan outcome question dan

specific relationship question, dimana pertanyaan ini berorientasi kepada hasil yang akan dicapai dan perasaan ketika hasil tersebut berhasil dicapai.

Outcome question dapat berupa “ kira-kira hal apa yang berubah ketika kamu telah berhasil dalam terapi ini”. Specific relationship question dapat berupa “

bayangkan dia (seseorang yang khusus untuk klien) ada disini, kira-kira apa yang ia perhatikan mengenai perubahanmu?”.

c. Umpan balik

Terapis memberikan umpan balik berupa pujian terhadap exception dari masing-masing klien, serta meyakinkan bahwa klien dapat melakukan perilaku tersebut dalam menghadapi situasi yang sama dimasa berikutnya.

Terapis memberikan kesempatan bertanya kepada anggota kelompok mengenai proses terapi kelompok.

d. Penutup

Terapis merangkum hasil dari kegiatan kelompok.

(10)

Sesi : ke 4, 5 dan 6

Fase : Identifikasi dan memperkuat perilaku solusi Waktu : 60 menit

Tujuan

1. Identifikasi perilaku solusi

2. Memperluas dan memperkuat perilaku solusi yang telah diidentifikasi. 3. Mendorong terjadinya perubahan.

4. Mendorong anggota kelompok untuk menerapkan perilaku solusi.

Langkah kegiatan

a. Pembukaan

Terapis menyampaikan hasil terapi kelompok yang dicapai pada sesi sebelumnya.

Terapis menyampaikan informasi mengenai tujuan terapi yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan kelompok Identifikasi perilaku solusi

Terapis membantu anggota kelompok mencari perilaku solusi yang tepat untuk digunakan dalam mengatasi situasi permasalahan, yang biasanya dapat memunculkan respon berupa perilaku agresif bagi anggota kelompok. Perilaku solusi dapat ditemukan dari perilaku pengecualian (exception) yang telah diidentifikasi dari sesi tiga. Namun demikian apabila tidak ditemukan perilaku pengecualian (exception) dari sesi tiga, maka terapis dan anggota kelompok dapat merumuskan sendiri perilaku solusi yang dinggap tepat.

Memperluas dan memperkuat perilaku solusi yang telah diidentifikasi. Perilaku solusi yang sudah teridentifikasi maka akan diperkuat oleh terapis dengan teknik EARS. Terapis menggunakan teknik EARS, yaitu Elicit

(menanyakan mengenai perubahan yang positif), Amplify (menanyakan mengenai detil mengenai perubahan yang positif), Reinforce (meyakinkan

(11)

partisipan melihat dan menghargai perubahan yang positif) dan Start again

(menanyakan apalagi yang bisa lebih baik).

Mendorong terjadinya perubahan.

Terapis juga dapat secara bertahap mendorong anggota kelompok untuk melakukan perubahan. Terapis memberikan pujian kepada anggota kelompok serta menggunakan teknik yang berfokus kepada solusi untuk memperkuat realitas baru bahwa mereka sedang mengalami dan bekerja untuk berkembang. Teknik untuk mendorong terjadinya perubahan diantaranya sebagai berikut :

1. Specific relationhip question

Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk membantu anggota kelompok untuk mengerti mengenai perubahan yang mereka lakukan. Pertanyaan ini berupa “bayangkan dia (seseorang yang khusus untuk klien) ada disini, kira-kira apa yang ia perhatikan mengenai perubahanmu?”.

2. Coping question

Coping question digunakan jika seorang anggota kelompok melaporkan tidak ada perubahan. Seperti, “ bagaimana kamu dapat

bertahan ketika sebenarnya semua tidak terjadi secara baik?”, “apa

yang kamu telah lakukan untuk membiarkan kemarahanmu menjadi perilaku yang demikian?”.

3. Scaling question

Pertanyaan ini bertujuan untuk membantu anggota kelompok untuk memantau perkembangan dirinya dalam menerapkan perilaku solusi serta hasil yang didapat. Angka 1 bisa digambarkan sebagai keadaan yang paling tidak diinginkannya, dan angka 10 digambarkan sebagai keadaan yang diinginkannya dimana tujuannya telah tercapai.

4. Kohesifitas kelompok

Terapis memanfaatkan kohesifitas kelompok untuk mendorong perubahan anggota kelompok dengan memberikan kesempatan bagi anggota kelompok menerima dan juga memberi feedback kepada anggota kelompok lainnya.

(12)

Mendorong anggota kelompok untuk menerapkan perilaku solusi.

Perilaku solusi yang sudah diperkuat selama sesi terapi selanjutnya akan diterapkan oleh anggota kelompok sebagai tugas rumah. Anggota kelompok bertugas melakukan, mencatat atau mengingat perilaku solusi yang dilakukan serta respon dari orang-orang terhadap perilakunya tersebut.

c. Umpan balik

Terapis memberikan waktu bagi anggota kelompok untuk bertanya mengenai proses terapi dan hasil yang telah dicapai. Anggota kelompok diperbolehkan mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok lainnya ataupun memberikan pendapatnya.

d. Penutup

Terapis merangkum hasil dari kegiatan kelompok.

(13)

Sesi : ke 7

Fase : Penghentian sesi Waktu : 60 menit

Tujuan

1. Evaluasi dan perbaikan

2. Konsolidasi dan merayakan kemajuan

3. Memperjelas gambaran solusi dan realitas kedalam pikiran kelompok. 4. mengenali kapan mereka menjadi maladaptif dalam mengelola kemarahan

mereka.

Langkah kegiatan

a. Pembukaan

Terapis menyampaikan hasil terapi kelompok yang dicapai pada sesi sebelumnya.

Terapis menyampaikan informasi mengenai tujuan terapi yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan kelompok Evaluasi dan perbaikan

Terapis menanyakan hal yang masih menjadi hambatan bagi anggota kelompok untuk selanjutnya mengkaji kembali, menambah hal yang kurang serta mendorong perubahan anggota atas yang dilakukan kelompok.

Konsolidasi dan merayakan kemajuan

Terapis menggunakan pertanyaan skala (scaling question) untuk menentukan kemajuan anggota antara sesi pertama dan sesi terakhir.Terapis menggunakan pertanyaan skala untuk menentukan keyakinan masing-masing anggota dalam mempertahankan perubahan yang telah mereka ciptakan.Anggota kelompok dapat melaksanakan perubahan positif mereka kedalam perilaku dan bertanggung jawab terhadap hal tersebut.

(14)

Memperjelas gambaran solusi dan realitas kedalam pikiran kelompok. Anggota kelompok merangkum mengenai hasil yang didapat dari sesi awal kegiatan terapi menjadi gambaran yang jelas. Hal ini penting untuk membuat anggota kelompok menyadari mengenai dampak dari apa yang mereka kerjakan dan membawa gambaran solusi dan realitas kedalam pikiran mereka, sehingga mereka dapat menghubungkan antara upaya positif terhadap hasil positif yang mereka alami.

Mengenaliperilaku maladaptif

Terapis membantu anggota dalam membedakan, mengenali kapan mereka menjadi maladaptif dalam berperilaku.Anggota kelompok mampumembedakandanmengenali kapan perilakumerekakembali menjadimaladaptive.

c. Umpan balik

Terapis memberikan waktu bagi anggota kelompok untuk bertanya mengenai proses terapi dan hasil yang telah dicapai. Anggota kelompok diperbolehkan mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok lainnya ataupun memberikan pendapatnya.

d. Penutup

Terapis memberikan pujian yang produktif dan tulus untuk setiap anggota kelompok pada perubahan mereka, yang dapat mengelola perilaku agresifnya dalam menghadapi situasi tertentu dan menggunakan cara yang lebih sesuaidan dapat diterima orang lain.

Anggota kelompok mendapat penghargaan untuk perubahan yang telah mereka buat dan merayakan pencapaian tujuan mereka.

(15)
(16)

Lampiran 5 DESKRIPSI HASIL TERAPI

SIKLUS 1

Sesi ke-1

Fase : Persiapan dan eksplorasi masalah

Tempat : Ruang kelas

Tanggal : 14 Juni 2012

EK

Pada sesi EK lebih sering diam dan hanya menjawab pertanyaan terapis ketika diberi pertanyaan oleh terapis. EK bercerita bahwa ia mempunyai kebiasaan mengumpat atau berkata kotor serta enggan jika disuruh membantu pekerjaan orangtua. Kebiasaan EK mengeluarkan kata-kata kotor ketika ia diganggu oleh teman dan ia merasa marah maka ia seringkali berkata kotor atau mengumpat.

BN

Pada sesi I BN nampak tidak terlalu banyak berbicara, namun demikian sesekali ia melontarkan kata-kata bercanda ketika partisipan yang lain sedang berbicara. BN menceritakan pengalamannya bahwa ia pernah dimarahi oleh neneknya karena memukul adik keponakannya dan berkata kotor jika ia merasa marah diganggu teman-temannya.

LK

LK Cukup aktif menceritakan pengalamannya dan terlihat cukup antusias. Menceritakan pengalamannya bahwa ia sering dimarahi oleh orangtua karena tidak mau membantu orangtua bekerja disawah dengan alas an tidur. LK juga pernah bertengkar dengan temannya yang sebenarnya pada awalnya bercanda, akan tetapi LK marah saat ban sepeda motornya dibuat kemps oleh temannya sehingga ia marah dan terjadi perkelahian. Selain itu LK juga sering berkelahi dengan BN karena BN sering mengganggu dirinya, ketika ia marah maka ia berkelahi dengan BN. NV

Pada sesi I ini NV menceritakan tentang pengalamannya bertengkar dengan temannya. Hal ini dikarenakan NV dituduh mengganggu hubungan temannya dengan pacarnya, karena NV sering berbicara dengan pacar temannya. Ketika NV dituduh merebut pacar temannya itulah NV marah dan mengumpat pada temannya sebagai pelampiasan rasa marahnya. NV juga pernah dilempar piring oleh orangtuanya karena memukul adiknya yang tidak mau disuruhnya mandi. NV banyak bertanya kepada peneliti mengenai apa tujuan kegiatan yang diadakan dan mempertanyakan apakah yang dilibatkan adalah anak-anak yang nakal

KK

KK dalam sesi ini sering bercanda dengan partisipan lain, atau memandangi orang yang ada diluar ruangan, sambil sesekali berdiri untuk melihat keluar ruangan. KK menceritakan bahwa ia sering dimarahi orangtuanya karena sering pulang sore hari dan tidak pernah membersihkan rumah. Selain itu KK juga mengatakan bahwa ia sering berkata kotor dan juga bertengkar temannya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan rep- likasi dari penelitian sebelumnya oleh Rian Angelina (2012) yang meneliti pengaruh Total Quality Management, sistem penghargaan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Solution-Focused Brief Therapy sebagai salah satu alternative pendekatan konseling yang dapat diterapkan pada konseli

Agroforestri adalah sistem kombinasi lahan yang mengkombinasikan tanaman kayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konseling Islami solution focused brief therapy merupakan salah satu teknik dalam bimbingan konseling yang menggunakan

Menurut Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqh Az-Zakah, Pajak merupakan kewajiban yang ditetapkan oleh wajib pajak, harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan

Harvard University Press for the Study of World Religions, Harvard Divinity School... Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa

Sebagaimana penelitian jauh sebelumnya terkait dengan hal tersebut, Weber pernah menjelaskan dalam bukunya, Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme, bahwa proses

Organisasi Perangkat Daerah yang perlu untuk dibentuk adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah mengingat Dalam Pasal 25 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007