BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN MEDIS
1. KEHAMILAN
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah bertemunya sel spermatozoa dan ovum yang akan
dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi sampai dengan lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu (Prawirohardjo, 2010;h. 213). Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
(Manuaba,2012;h.89).
Masa kehamilan yaitu masa yang dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 10 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Saifudin,2009;h.89).
Kehamilan adalah bertemunya sel spermatozoa dan ovum yang akan
dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi sampai lahirnya janin
yang akan berlangsung pada kehamilan normal yaitu 40 minggu.
b. Menurut Manuaba (2010; h.75) Peristiwa terjadinya kehamilan di
antaranya yaitu:
1) Ovulasi
Pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang
kompleks. Proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel
germinal→ oogonium→ folikel primer→ proses pematangan pertama
besar dan fluktuasi yang mendadak, terjadi pelepasan ovum yang
disebut dengan ovulasi.Ovum yang terlepas kemudian ditangkap oleh
fimbriae tuba terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus, dalam
bentuk pematangan pertama, artinya ovum siap untuk dibuahi.
2) Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa dimulai dari spermatogonium yang
berasal dari sel primitive tubulus, menjadi sel spermatosit pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya menjadi
spermatozoa.
3) Konsepsi
Pertemuan antara inti ovum dan inti spermatozoa disebut konsepsi
atau fertilisasi dan membentuk zigot. Konsepsi terjadi di pada pars
ampularis tuba, tempat yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot
dan tertutup sel yang mempunyai silia.
4) Nidasi atau Implantasi
Pertemuan kedua inti ovum dan inti spermatozoa, terbentuk zigot yang
dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan
seterusnya. Terjadi pada bagian fundus uteri dinding depan atau
belakang.
5) Pembentukan plasenta
Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata,
sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam
kedalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan endometrium
sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili
c. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Kehamilan
Menurut Mochtar (2012) Perubahan Anatomi dan adaptasi fisiologis pada
kehamilan terdiri dari:
1) Perubahan pada payudara dan sistem reproduksi
a) Payudara (mammae)
Selama kehamilan payudara akan bertambah besar, tegang, dan
berat. Dapat teraba nodul-nodul akibat hipertrofi kelenjar alveoli;
bayangan vena lebih membiru. Hiperpigmentasi terjadi pada puting
susu dan aerola payudara. Jika diperiksa akan keluar kolostrum.
b) Uterus
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah
alpukat, pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada
akhir kehamilan seperti bujur telur. Uterus wanita yang tidak hamil
kira- kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur
bebek, dan pada kehamilan 3 bulan sebesar telurangsa. Pada
minggu pertama, isthimus uterus mengadakan hipertrofi dan
bertambah panjang sehingga jika diraba terasa lebih lunak (tanda
hegar).Pada kehamilan 5 bulan, uterus teraba seperti berisi cairan
ketuban, dinding rahim teraba tipis, oleh karena itu bagian- bagian
janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding uterus. Berat
uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram
c) Ovarium
(1) Ovulasi terhenti
(2) Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya
uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan
progesteron.
d) Vagina dan vulva
Karena pengaruh ekstrogen, terjadi perubahan pada vagina dan
vulva.Akibatnya hipervaskularisasi pada vagina dan vulva terlihat
lebih merah atau kebiruan.
e) Dinding perut (Abdominal wall)
Pembesaran dinding rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robekya serabut elastik di bawah kulit sehingga
timbul striae gravidarum.Jika terjadi peregangan yang hebat
misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi
dilastasi rekti, bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah
pigmentasinya dan disebut linea nigra.
2) Perubahan pada organ dan sistem reproduksi lainnya
a) Sistem kardiovaskuler
Adaptasi kardiovaskuler melindungi fungsi fisilogis normal wanita,
dan menyediakan perkembangan dan pertumbuhan janin.
b) Sistem pernafasan
Terjadinya sesak nafas pada wanita hamil disebabkan karena usus
c) Saluran pencernaan
Salivasi meningkat pada trimester pertama, yang akan
menimbulkan mual dan muntah. Tonus otot- otot pencernaan
melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama dalam
saluran pencernaan. Resorpsi baik namun akan terjadi obstipasi.
d) Tulang dan gigi
Apabiila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan
kalsium janin, maka kalsium pada tulang ibu akan diambil untuk
memenuhi kebutuhan kalsium janin. Dan jika asupan kalsium cukup
maka gigi tidak akan kekurangan kalsium.
e) Kulit
Kulit akan terjadi hiperpigmentasi yaitu pada muka, payudara, perut
dan vulva.
f) Kelenjar endrokin
(1) Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit.
(2) Kelenjar hipofisis: dapat membesar terutama lobus anterior.
(3) Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh
d. Tanda – tanda Kehamilan
Menurut Mochtar (2012; h.35-36) tanda-tanda kehamilan dibagi menjdai 3
yaitu:
1) Tanda-tanda presumtif
a) Amenora ( tidak mendapat haid)
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir
persalinan (TTP), yang dihitung dengan menggunakan rumus dari
Neagle:
TTP=(hari HT+7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT +1)
b) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama.Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena
kehamilan, disebut hiperemesis gravidarum.
c) Mengidam (ingin makanan khusus).
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama
pada bulan-bulan triwulan pertama.
d) Pingsan
Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,
seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.
e) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan
pengaruhestrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan
alveoli payudara, kelenjar montgomery terlihat lebih membesar.
f) Sering miksi, karena kandung kemih tertekan oleh rahim tertekan
oleh rahim yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul
kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
g) Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh
pengaruh hormon steroid.
h) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil
a) Perut membesar
b) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk,besar dan
konsistensi rahim.
c) Tanda Hegar: ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunka
pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6
minggu.
d) Tanda Chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat
di porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran
vena karena peningkatan kadar estrogen.
3) Tanda pasti (tanda positif)
a) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga
bagian-bagian janin.
b) Denyut jantung janin
(1) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laennec,
(2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler,
(3) Dicatat dengan feto-elektrokardiogram,
(4) Dilihat pada ultrasonografi
c) Terihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
e. Perubahan psikologis dalam kehamilan
Menurut Varney (2007)Semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil
cukup labil dan kerap berubah lebih cepatmengenai kehidupan. Dapat
menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan, merasa
sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri dan pada bayinya,
Trimester pertama adalah waktu dimana terjadi penurunan libido tapi tidak
menentukan bahwa wanita hamil tirmester pertama tidak ada hasrat
hubungan seksual.
Trimester kedua dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, merasa
nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan.Lebih banyak
bersosialisasi dengan wanita hamil lainnya, sudah dapat menerima
kehamilan, mempersiapkan peran baru.Mengalami kemajuan untuk
berhubungan seksual.Hilang rasa menuntut kasih sayang namun mencari
kasih sayang dari orang terdekatnya.
Trimester ketiga disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Wanita mulai menyadari bayi sebagai makhluk terpisah sehingga ia tidak
sabar menanti kehadiran sang bayi. Fokusnya hanya tentang kelahiran
dan bayinya dengan rasa waspada.Merasakan ketidaknyamanan fisik.
f. Pemeriksaan fisik ibu hamil
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh karena telah terjadi
perubahan akibat kehamilan, yang bersumber dari perubahan
hormonal.Perubahan sistem hormonal ini dapat memperberat penyakit ibu
yang diderita sebelumnya sehingga saling memengaruhi antara
kehamilan dan penyakitnya. Selain itu, dasar keadaan umum sebelum
hamil merupakan bagian penting karena akan memengaruhi tumbuh
kembangnya janin (Manuaba,2012;h.180).
Menurut Manuaba 2012, Pemeriksaan fisik ibu hamil dapat dibagi menjadi
1) Pemeriksaan fisik umum
Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah :
a) Menilai kedaan umum yang dapat mendukung kehamilan atau
sebaliknya sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan.
b) Mencari tanda-tanda perubahan fisik ibu hamil yang dapat
mendukung diagnosis kehamilan.
c) Mencari kemungkinan penyakit yang telah dideritanya atau
terselubung sehingga dapat ditegakkan diagnosis dini dan
pengobatan.
d) Melakukan pemeriksaan penunjang khususnya laboratorium untuk
menilai kesehatan umum ibu hamil atau untuk menegakkan
diagnosis penyakit yang diderita.
2) Pemeriksaan fisik khusus kehamilan
Tujuan pemeriksaan fisik khusus adalah :
a) Untuk memastikan telah terjadi kehamilan
b) Untuk memastikan apakah kehamilannya intauterin
c) Untuk memastikan apakah kehamilannya tunggal atau ganda
d) Untuk memastikan apakah kehamilannya tergolong beresiko
rendah, meragukan atau beresiko tinggi
e) Bagaimana sikap masing-masing untuk menghadapi itu
f) Untuk menentukan keadaan ibu dan janin saat ini
g) Untuk menentukan apakah perlu diberikan pengobatan terhadap
penyakit yang diderita ibu
i) Jika perlu dilakukan intervensi medis, perlu ditetapkan bagaimana
bentuknya, tempat dilakukan sehingga jika mungkin tercapai well born baby dan well health mother.
Konsep pemeriksaan ibu hamil adalah :
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
(4) Pemeriksaan dalam
(5) Pemeriksaan tambahan :
(a) Minimal dilakukan ultrasonografi
(b) Pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan
laboratorium.
g. Palpasi Abdomen – Manuver Leopold
Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan secara sistematis dengan
menggunakan empat maneuver yang diperkenalkan oleh Leopold pada
tahun 1894. Ibu berada pada posisi supinasi dan dalam posisi yang
nyaman serta bagian perut terbuka. Maneuver ini sulit atau bahkan tidak
dapat dilakukan dan diinterpretasikan jika pasien obesitas, jika cairan
amnion berlebihan, atau jika plasenta terletak di bagian anterior.
1) Manuver pertama memungkinkan identifikasi polus janin, yaitu sefalik
atau podalik yang menempati fundus uterus. Bokong memberikan
sensasi massa besar nodular, sedangkan kepala terasa keras dan
bulat serta lebih mudah bergerak dan dapat diayun.
2) Manuver kedua dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan
lengan memberikan tekanan lembut tetapi dlaam. Pada satu sisi,
dirassakan struktur yang keras dan resisten – punggung. Pada sisi lain, dirasakan bagian kecil irregular yang mudah digerakkan – ekstremitas janin. Dengan memperhatikan apakah punggung terarah
ke anterior, atau posterior, dapat ditentukan orientasi janin.
3) Maneuver ketiga dilakukan dengan cara ibu jari dan jari-jari satu
tangan menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat di atas
simfisis pubis. Jika bagian terendah janin tedak engaged, akan terasa massa yang dapat digerakkan, biasanya kepala. Perbedaan antara
kepala dan bokong ditentukan seperti pada maneuver pertama.
Namun, jika bagian terendah janin telah masuk jalan lahir (engaged), hasil manuver ini hanya menunjukkan bahwa bagian terendah polus
janin berada di dalam pelvis, dan rinciannya ditentukan melalui
maneuver keempat.
4) Untuk melakukan manuver keempat, pemeriksa menghadap kearah
kaki ibu dan, dengan uhung tiga jari pertama masing-masing tangan,
memberikan tekanan yang dalam searah aksis aperture pelvis
superior. Pada berbagai keadaan, ketika kepala telah berjalan turun ke
dalam pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui
maneuver ketiga.
h. Pembesaran uterus pada tinggi fundus uteri
Tabel 2.1 Pembesaran uterus pada tinggi fundus uteri Tinggi fundus uteri Umur kehamilan
1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis 12 minggu ½ simfisis-pusat 16 minggu 2/3 diatas simfisis atau 3 jari dibawah pusat 20 minggu Setinggi pusat 24 minggu 1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat 28 minggu ½ pusat-procesus xipoideus 32 minggu Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
Table 2.2 Perbedaan antara primipara dan multipara
Pembeda Primigravida Multigravida
Perut Tegang Longgar, terdapat
striae
Pusat Menonjol Dapat datar
Rahim Tegang Agak lunak
Payudara Tegang, tegak Terdapat striae
Labia mayora Bersatu Agak terbuka
Hymen Robek dibeberapa
tempat
Asuhan antenatal atau antenatal care adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan (Prawirohardjo,2010;h.278). Menurut Mochtar (2012) tujuan
pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil yaitu :
1) Tujuan umum adalah menyampaikan seoptimal mungkin fisik dan
mental ibu dan anak selama dalam masa kehamilan, persalinan, dan
nifas; dengan demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2) Tujuan khusus adalah :
a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai
dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.
b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita
sedini mungkin.
c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak, dan
d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadual kunjungan
harus lebih ketat.Namun, bila kehamilan normal, jadual asuhan cukup 4
kali. Dalam bahas program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal
diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.
Pemeriksan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini
berarti, minimal dilakukan sekali saat kunjungan antenatal hingga usia
kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan
28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia
kehamilan diatas 36 minggu (Prawirohardjo,2010;279).
Tabel 2.3 Jadwal kunjungan antenatal care
Kunjungan ke- Umur kehamilan Tujuan
I 16 minggu 1. Penapisan dan pengobatan anemia 2. Perencanaan persalinan
3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan penangobatannya II dan III 24-28 minggu dan 32
minggu
1. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan penangobatannya 2. Penapisan preeklamsia, gemelli,
infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
3. Mengulang perencanaan persalinan IV 36 minggu sampai
lahir
1. kegiatan yang dilakukan sama dengan kunjungan II dan III
2. mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
3. memantapkan rencana persalinan 4. mengenali tanda-tanda persalinan
Sumber :Prawirohardjo(2009).
Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 dijelaskan bahwa pelayanan
antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi standar kualitas, yaitu:
1) Penimbanganberat badan dan pengukuran tinggi badan
2) Pengukuran Tekanan darah
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan toksoid sesuai status
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana)
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urine dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilaksanakan sebelumnya)
10) Tatalaksana kasus.
Tabel 2.4 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Antigen Interval Lama
Perlindungan
% perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama
- -
TT2 4 minggu setelaah TT1 3 tahun 80 TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95 TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99 TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur
hidup
99
Sumber: Prawirohardjo, 2009.
j. Menurut DepKes RI (2013) komplikasi dalam Kehamilan sebagai berikut;
1) Hiperemesis Gravidarum (HEG)
2) Abortus
3) Mola hidatidosa
4) Kehamilan ektopik terganggu (KET)
5) Plasenta previa
6) Solusio plasenta
B. PERSALINAN
a. Definisi persalinan
Menurut varney persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir
dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). (Manuaba, 2010; h.164).
Persalinan adalah prosses pengeluaran hasil konsepsi yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain yang dimulai dengan kontraksi dan diakhiri dengan pengeluaran
plasenta dengan bantuan atau tanpa bantuan.
b. Menurut Manuaba Manuaba (2010) macam – macam persalinan a) Persalinan spontan.
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
b) Persalinan buatan.
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
c) Persalinan anjuran (partus presipitatus)
c. Etiologi persalinan
Menurut Mochtar (2011; h.69-70) Sebab-sebab yang menimbulkan
persalinan yaitu:
a) Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan hormon estrogen
polos rahim. Karena itu, akan terjadi kejangan pembuluh darah yang
menimbulkan his jika kadar progesteron turun.
b) Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut
akan menimbulkan kontraksi rahim.
c) Teori distensi rahim
Rahim menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.
d) Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks, terletak ganglion servikale(pleksus frankenhauser).
Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan misalnya oleh kepala
janin, akan timbul kontraksi uterus.
e) Induksi partus
Partus dapat pula ditimbulkan dengan:
(1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan kedalam kanalis
servisis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser
(2) Amniotomi: pemecahan ketuban
(3) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per infus
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Mochtar(2011; h.70) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
adalah:
1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a) His (kontraksi uterus )
b) Kontraksi otot-otot dinding perut
2) Faktor jalan lahir (Passage)
Faktor jalan lahir di bagi atas:
a) Bagian keras tulang – tulang panggul (rangka panggul)
b) Bagian lunak: otot-otot, jaringan – jaringan dan ligamen – ligamen. 3) Faktor janin (Passenger)
Faktor janin di bagi atas:
a) Kepala janin
Bagian yang paling besar dan keras pada janin adalah kepala
janin.Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalannya
persalinan.
b) Postur janin dalam rahim
Postur janin sangat mempengaruhi dalam proses persalinan
diantaranya:
(1) Sikap yaitu menunjukan hubungan bagian – bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya.
Janin umumnya berada dalam sikap fleksi, yaitu kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan
bersilang di dada.
(2) Letak janin adalah bagimana posisi sumbu janin terhadap
sumbu ibu. Sebagai contoh, pada letak lintang, sumbu janin
tegak lurus terhadap sumbu ibu; dan pada letak membujur,
sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu. Pada letak membujur,
terdapat dua kemungkinan, yaitu bagian terbawah janin adalah
(3) Presentsi digunakan untuk menentukan bagian janin yang
terdapat di bagian bawah rahim.
(4) Posisi merupakan indikator untuk menyatakan arah bagian
terbawah janin: apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau
belakang terhadapsumbu ibu (maternal-pelvis). Misalnya Letak
Belakang Kepala (LBK), Ubun – ubun Kecil (UUK) kiri depan, uuk kanan belakng.
e. Menurut Mochtar (2012; h.70) tanda – tanda persalinan yaitu: 1) Tanda –tanda permulaan persalinan yaitu:
a) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara hal
tersebut tidak begitu jelas.
b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih ( polakisuria) karna
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d) Perasaan nyeri diperut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”. e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah ( bloody show). 2) tanda – tanda inpartu yaitu;
a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks
d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan
f. Mekanisme persalinan
Terdapat tiga faktor penting dalam persalinan yaitu kekuatan-kekuatan
yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengejan, keadaan
jalan lahir, dan janinnya sendiri.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan
sinklintismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang
pintu atas panggul. Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak
simetris, dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan
jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan
kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul. Kepala yang sedang
turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas kebawah
depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra
uterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, maka kepala mengadakan
rotasi yang disebut putaran paksi dalam.dengan suboksiput sebagai
hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan.Pada setiap his vulva lebih membuka dan kepala janin semakin
terlihat.perinium menjadi semakin lebar dan tipis, anus membuka dinding
rektum.Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan,
berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu
terlahir.Setelah kepala lahir maka kepala melakukan rotasi yang disebut
putaran paksi luar untuk menyesuaikankedudukan kepala dan punggung
g. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal
Menurut Prawirohardjo (2010; h.341), ada 60 langkah persalinan normal,
yaitu:
Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua 1. Mengamati tanda dan gejala kala dua
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih ang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah
#9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput
ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan (seperti diatas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memasyikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180
kali/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai apabila DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan
Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran
11. Memberi tahu ibu pembukaan sedah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan temuan-temuan.
b. Menjelaskan kepada naggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran.(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengan duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan per oral.
h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primipara atau 60 menit (1
jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak ada
keinginan untuk meneran.
i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi
tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
j. Jika bai belum lahir atau kelahiran bai belum akan terjadi segera
setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan Pertolongan kelahiran Bayi
14. Jika kepala bayi telak membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Meolong Kleahiran Bayi
Lahirnya kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan sat tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain
atau kassa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi:
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangn
di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah
dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dank e arah luar
yntuk melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi
di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi pada tempat
yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong btali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi
bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami
kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar,
setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan
klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
1) Mengulangi pemberian oksitosen 10 unit I.M.
2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptic bila perlu
3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kalehiran bayi.
38. Jika plaseta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan sela[ut ketuban tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput
yang tertinggal.
Pemijatan uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
Menilai perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastic atau tempat khusus.
a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan prosedur pascapersalinan
42. Menilai ulang kontraksi uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik.
43. Menceluokan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masae uterus
dan memeriksa kontaksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan
a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,55 selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
h. Tahapan persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1) Kala I
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah (bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effecement).
Kala pembukaan di bagi atas 2 fase.
a) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.
b) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 subfase.
(1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
(2) Periode dilatasi maksimal ( steady) : selama 2 jam, pembukaan
(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi lengkap 10 cm (lengkap).
(4) Kala II (kala pengeluaran janin)
Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui
lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan.Karena tekanan
pada rektum, membuat ibu merasa seperti mau buang air
besar, dengan tanda anus terbuka, vulva membuka dan
perinium meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin,
akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primi berlangsung selama 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam(
Mochtar, 2011; h.71)
(5) Kala III ( Kala pengeluaran Uri)
Kala III berlangsung mulai dari bayi lahir sampai plasenta lahir
lengkap. Biasanya, plasenta akan lahir dalam 15-30 menit (
Mochtar, 2011; h.79)
(6) Kala IV
Kala IV yaitu kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama
terhadap bahaya perdarahan postpartum( Mochtar, 2011; h.73).
i. Komplikasi dalam persalinan
Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal
khususnya di Negara berkembang. Faktor yang menyebabkan
pendarahan post partum adalah grandemultipara, jarak persalinan pendek
pertolongan persalinan dengan paksa, dan persalinan dengan narkosa.
(Manuaba,2012;h 395)
Kegawatdaruratan persalinan :
1) Retensio plasenta
Terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam (30 menit)
setelah persalinan bayi (Manuaba, 2012; h.399).
2) Persalinan lama
Persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam pada primigravida dan 18
jam pada multigravida (Manuaba, 2012; h.389).
3) Atonia uteri
Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mau menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2010; h. 524).
4) Inversio uteri
Keadaan ketika fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, yang dpaat
terjadi secara mendadak atau perlahan (Manuaba,2012;h 406).
C. BAYI BARU LAHIR
a. Pengertian bayi baru lahir
Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan bayi segera setelah lahir yang
berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri ke
kehidupan ekstrauteri (Bobak,2004;h.362).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh, 2013 h:
Bayi Baru Lahir adalah bayi segera setelah lahir yang berusaha untuk
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan
ekstrauteri pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara
2500-4000 gram.
b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu
selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi
untuk mencari dan menemukan puting susu ibunya. Manfaat IMD bagi
bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh
bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menajaga kolonisasi
kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial kadar
bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih
cepat sehingga menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. kontak kulit
dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur
yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan dapat optimal
mengeluarkan hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat
menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi (Sarwono, 2010; h.369).
c. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir
1) Menurut Sondak (2013; h.150-152) Setiap bayi baru lahir akan
mengalami periode transisi, yaitu:
a) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam pertama
kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi dengan
mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan atau melahirkan.
b) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi
cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi, serta suara
seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai
180x/menit selama beberapa menit kehidupan.
c) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir ini akan menjadi tenang,
relaks, dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini (dikenal sebagai fase
tidur) terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam.
d) Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai
dengan respons berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna
kulit dari merah mudan menjadi agak sianosis, dan denyut jantung
cepat.
e) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna,
misalnya tersedak atau aspirasi, tercekik, dan batuk.
2) Adaptasi pernapasan
Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.
a) Faktor-faktor fisik, meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps
(misalnya perubahan dalam gradient tekanan).
b) Factor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan
penurunan suhu).
c) Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah (misalnya
penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbon dioksida, dan
penurunan ph).
Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respons reflex
jalan napas tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu
setelah kelahiran.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik
sesudah kelahiran.Pernapasan timbul sebagai akibat aktivitas normal
system saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya.
3) Adaptasi kardiovaskuler
a) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis pada
tangan, kaki, dan sekitar mulut).
b) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/menit saat tidur.
c) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmhg dan bervariasi sesuai
dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
d) Nilai hematologi normal pada bayi.
Berkembangnya paru-paru pada alveoli akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan
mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan
resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru
dan ductus arteriosus tertutup.Setelah tali pusat dipotong, aliran darah
dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup.
4) Adapatasi neurologis
a) System neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis belum
b) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, control otot yang buruk, mudah terkejut,
dan tremor pada ekstremitas.
c) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku
yang lebih kompleks (misalnya control kepala, tersenyum, dan
meraih dengan tujuan) akan berkembang.
d) Refleks bayi baru lahir merupakan indicator penting perkembangan
normal.
5) Adaptasi gastrointestinal
a) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong
kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
b) Perkembangan otot-otot dan refleks yang penting untuk
menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
c) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan
absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim
pancreas dan lipase.
d) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi
berusia 3 bulan.
e) Pengeluaran mekonium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan,
lengket, dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24
jam pada 90% bayi baru lahir yang normal.
f) Beberapa bayi baru lahir menyusui segera bila diletakkan pada
payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu
6) Adaptasi ginjal
Laju filtrasi glomerulus relative rendah pada saat lahir disebabkan oleh
tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus.Meskipun
keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi
menghambat kapasitas bayi untuk berespon terhadap
stressor.Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan
dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih
dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada hari 1-2
hari pertama, setelah itu akan berkemih 5-20 kali salam 24 jam.
7) Adaptasi hati
Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati
terus membantu pembentukan darah.Selama periode neonatus, hati
memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah.Penyimpanan
zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan
ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap
defisiensi zat besi.Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak
terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan
dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan system vascular dan
menembus jaringan ekstravaskular lainnya (misalnya kulit, sclera, dan
membrane mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang disebut
8) Menurut Varney (2008; h.886) adaptasi imun pada BBL sebagai
berikut;
a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu
masuk.
b) Imaturitas jumlah system pelindung secara signifikan meningkatkan
resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
(a) Respons inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
(b) Fagotosis lambat.
(c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.
(d) Immunoglobulin akan hilang dari saluran pernapasan dan
perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu asi.
9) Menurut Varney (2008) Perubahan termoregulasi dan metabolik yaitu;
a) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat celcius karena
lingkungan eksternal lebih dingin dan dari pada suhu pada rahim.
b) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit
yang besar dibandingkan dengan berat badan, menyebabkan bayi
mudah untuk mengahantarkan panas pada lingkungan.
c) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadu
melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
d) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungan
dengan asidosis metabik dapat bersifat mematikan, bahkan bayi
d. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Tanda-tanda bayi lahir normal menurut Sondakh. 2013. h: 150 , yakni:
a) Lahir aterm antara 37-42 minggu
b) Berat badan 2500 gram-4000 gram
c) Panjang badan 48-52 cm
d) Lingkar dada 30-38 cm
e) Lingkar kepala 33-35 cm
f) Lingkar lengan 11-12 cm
g) Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h) Pernapasan 40-60 x/menit
i) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
j) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
k) Kuku agak panjang dan lemas
l) Nilai apgar >7
m) Gerak aktif
n) Bayi lahir langsung menangis kuat
o) Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora
telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
p) Reflek isap, menelan, dan morro telah terbentuk
q) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
e. Reflek pada bayi normal
Table 2.5 Reflek pada bayi baru lahir (Sondakh, 2013;h.154)
Refleks Respons Normal Respons Abnormal Rooting dan
Menghisap
Bayi baru lahir menolehkan kepala ke arah stimulus, membuka mulut, dan mulai menghisap bila pipi,bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dengan jari atau puting.
Respons yang lemah atau tidak ada respons
Menelan Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh
Muntah, batuk
Ekstrusi Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting
Menjulurkan lidah yang berulang-ulang
Moro Ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf c diikuti dengan abduksi esktremitas
Respon asimetris terlihat pada cedera saraf perifer atau fraktur klavikula
Melangkah Bayi akan melangkah dengan satu kaki lainnya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata
Respon asimetris terlihat pada cedera sistem saraf pusat atu fraktur tulang Merangkak Bayi akan berusaha merangkak
ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan telungkup pada permukaan datar
Respon asimetris terlihat pada cedera saistem saraf pusat
Tonik leher atau fencing
Ekstremitas pada satu sisi dimana saat kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang brelawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi beristirahat
Respon menetap tampak pada cedera sistem saraf pusat
Terkejut Bayi melakukan abduksi dan fleksi seluruh ekstremitas dan dapat mulai menangis bila mendapat gerakan mendadak atau suara keras
Tidak ada respon
Glabellar “blink” Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang hidung saat mata terbuka
Terus berkedip atau gagal untuk berkedip
Tanda Babinski Jari-jari kaki bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas
Tidak ada respon
j. Penilaian Awal Pada Bayi Baru Lahir
Mochtar (2012) mengemukakan, penilaian awal bayi baru lahir
menggunakan
APGAR skor, klasifikasi klinik APGAR skor yaitu:
2) Nilai 4-6 asfiksia ringan-sedang
3) Nilai 0-3 asfiksia berat
Tabel 2.6 APGAR Skor
Tidak ada Kurang dari 100 kali per menit
Lebih dari 100 kali per menit
G: Grimace (reaksi terhadap rangsangan)
Tidak ada Sedikit gerakan mimic
Menangis, batuk, bersin
A: Activity (tonus otot)
Lumpuh Ekstremitas sedikit lumpuh
Tidak ada Lemah, tidak teratur Menangis kuat
Jumlah
Sumber: buku Sinopsis Obstetri 2012.
f. Tanda bahaya pada bayi baru lahir
Menurut Sarwono Prawirohardjo, 2010 tanda-tanda bahaya bayi yang
harus diwaspadai pada bayi baru lahir, yaitu:
1) Pernafasan: sulit atau lebih dari 60 kali per menit
2) Kehangatan: terlalu panas (˃ 38 °C atau terlalu dingin < 36 °C)
3) Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
memar
4) Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah
5) Tali pusat: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
6) Infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah). Bau
7) Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau
tua, ada lendir atau darah pada tinja
8) Aktivitas: menggigi, atau tangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung,
lemah, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,kejang halus, tidak bisa
tenang, menangis terus menerus (Saifuddin,dkk, 2010;h.N-36).
g. Asuhan pada bayi
Menjaga kehangatan tubuh bayi dan mencegah hipotermia
1) Memberikan kontak dini dengan ibu (IMD)
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI dan perawatan tali
pusat
3) Menunda memandikan bayi baru lahir sampai tubuh bayi stabil
4) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
h. Kunjungan neonatus
Tabel 2.7 Jadwal Kunjungan Neonatal
Kunjungan Ke- Waktu Tujuan
1 6-12 jam a) Napas
b) Kehangatan c) Minum d) Tali pusat
2 3-6 hari a) Minum
b) Infeksi c) Tes urin
3 6 minggu a) Berat badan
b) Pemberian minum c) Imunisasi
4 6 bulan Tumbuh kembang
D. NIFAS
a. Pengertian masa nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan seelesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti prahamil ( Mochtar, 201; h.87).
Masa Nifas atau puerperium yaitu dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) (Prawirohardjo, 2010;h.356).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil (Saifuddin,2009;h122).
Masa nifas adalah masa pemulihan kembali yang dimulai setelah kelahiran
plasenta sampai alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas biasanya berlangsung selama 6 minggu (42 hari).
b. Tahapan masa nifas
Menurut Mochtar (2011) Tahapan masa nifas yang terjadi pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Bidan
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan
darah dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahanlochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
3) Periode late postpartum ( 1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB.
c. Perubahan sistem reproduksi
1) Vagina dan Ostium Vagina
Pada masa awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran
yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara
perlahan namun jarang kembali ke ukuran saat nulipara (Cuningham, 20
; h.674)
2) Uterus
Uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil ( berinvolusi ) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil ( Mochtar, 2011; h.87).
3) Bekas Implantasi Uri
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri
dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada
minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
Tabel 2.8 Ukuran TFU
Involusi Tinggi fundus uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba di atas sympisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar Normal 30 gram
4) Luka – luka
5) Rasa nyeri
yang disebut after pains, ( merian atau mulas – mulas ) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal tersebut dan jika
terlalu menganggu, dapat di berikan obat – obat anti nyeri dan anti mulas.
6) Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
a) Lokia rubra ( cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desdua, vernic caseosa, Lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pascapersalinan.
b) Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir,
hari ke 3 – 7 pascapersalinan.
c) Lokia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7 – 14 pascapersalinan.
d) Lokia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lokia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f) Lokiostasis: Lokia tidak lancar keluarnya.
7) Serviks. Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak,kadang – kadang terdapat perlukaan – perlukaan kecil. Setelah bayi lahir., tangan masih bisa dimasukan ke rongga rahim; setelah 2 jam, dapat dilalui oleh
8) Ligamen – ligamen. Ligamen, fasica, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur – angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Akibatnya, tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Setelah melahirkan, wanita indonesia memiliki
kebiasaan “berkusuk” atau “berurut”. Sewaktu dikusuk, tekanan
intraabdominal bertambah tinggi. Karena ligamentum, fascia, dari
jaringan penunjang menjadi kendor setelah melahirkan, jika dilakukan
kusuk/urut, banyak wanita akan mengeluh „‟ kandungannya turun „‟ atau
„‟terbalik‟‟. Untuk memulihkan kembali, sebaiknya dengan latihan –
latihan dan senam pascapersalinan.
d. Komplikasi masa nifas
Menurut Prawirohardjo, 2009; h.259 Infeksi masa nifas yaitu;
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi
nifas.Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca
bersalin.Drajat komplikasi bervariasi sangat tajam, mulai dari mastitis
hingga adanya koagulasi intravaskular diseminata. Beberapa faktor
predisposisi masa nifas yaitu kurang gizi atau malnutrisi, anemia, higiene,
kelelahan, proses persalinan yang bermasalah yaitu partus lama/macet,
karioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan
infeksi, manipulasi yang berlebihan. Berikut macam – macam infeksi masa
a) Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah
satu penyebab terbesar kematian ibu. Cara penanganannya yaitu
berikan tranfusi bila diperlukan, berikan antibiotika broadspektrum dalam
dosis yang tinggi yaitu ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam
ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan
metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai
ibu tidak panas selama 24 jam, pertimbangkan pemberian antitetanus
profilaksis, bila dicurigai adanya sisa plasenta lakukan pengeluaran
(digital atau dengan kuret yang lebar).
b) Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Cara
menanganinya yaitu susukan sesering mungkin, kedua payudara
disusukan, kompres hangat payudara sebelum disusukan, bantu dengan
memijat payudara untuk permulaan menyusui, sangga payudara,
kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui, bila diperlukan
berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, lakukan evaluasi
setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
c) Infeksi payudara sesudah persalinan
Mastitis yaitu payudara tegang/indurasi dan kemerahan.
Penanganannya dengan memberikan klokasilin 500 mg setiap 6 jam
selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya
keluhan akan berkurang, sangga payudara, kompres dingin, bila
diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, ibu harus
setelah pemberian pengobatan.Abses payudara yaitu terdapat masa
padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan.
d) Infeksi luka perineal dan luka abdominal
Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan
infeksi yang kurang baik.
e) Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang paling ering ialah perluasan atau invasi
mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena
dan cabang – cabangnya sehingga terjadi tromboplebitis. f) Pelviotromboflebitis
Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/ atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
Penderita tampak sakit dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
(1) menggigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40
menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan
kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
(2) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C), yang
diikuti dengan penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris
seperti pada endometritis)
(3) Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan.
(4) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar ke mana-mana, terutama
ke paru-paru.
Penanganan Pelviotromboflebitis dengan rawat inap penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya
g) Tromboflebitis femoralis
Penilaian kliniknya yaitu keadaan umum tetap baik, suhu badan
subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira
pada hari ke 10-20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan
tanda-tanda sebagai berikut:
(1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
(2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas.
(3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
(4) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada
umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering
dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian mulas dari
bawah keatas.
(5) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijit betis
atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda Homan).
e. Menurut Prawirohardjo (2009) Tujuan asuhan pada ibu masa nifas
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi
sehari-hari.