• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mekanisme Koping (Adaptasi Psikologis) 1. Pengertian - IIS RISNAWATI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mekanisme Koping (Adaptasi Psikologis) 1. Pengertian - IIS RISNAWATI BAB II"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mekanisme Koping (Adaptasi Psikologis) 1. Pengertian

Adaptasi psikologis adalah proses penyesuaian secara psikologis akibat stressor yang ada, dengan cara memberikan mekanisme pertahanan diri dengan harapan dapat melindungi atau bertahan dari serangan-serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stressor yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented) yang dikenal dengan problem solving strategi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri (Stuart & Sundeen, 1995).

(2)

Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang dapat mengatasi stres dan depresi dengan menggunakan sumber koping di lingkungan sosial, intrapersonal, dan interpersonal. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan depresi dan mengadopsi strategi koping yang efektif.

Klien yang menggunakan mekanisme koping yang efektif, ketika klien sudah berada dapat dalam tahap kompromi yaitu mengajukan tawar-menawar agar tetap dapat hidup sehat. Peningkatan kesadaran terhadap masalah, pengolahan informasi: pengumpulan informasi dan pengkajian semua sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah, pengubahan perilaku: tindakan yang dipilih secara sadar yang di lakukan bersama sikap yang positif, dan resolusi damai. Penggunaan mekanisme koping kompromi efektif untuk dapat lebih cepat terhadap penerimaan penyakit yang di deritanya (National Safety Council, 2004).

2. Macam-Macam Mekanisme Koping 1) Koping Psikologi

Umumnya gejala yang ditimbulkan akibat cemas dan stress psikologis tergantung 2 (dua) faktor, yaitu :

(3)

tersebut terhadap stressor yang diterimanya.

b) Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu, artinya dalam menghadapi stressor jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis. 2) Koping Psiko-Sosial

Menurut Stuart & Sundeen (1995), reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus yang diterima atau dihadapi oleh klien terdapat 2 (dua) kategori koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stress dan kecemasan diantaranya:

a) Task Oriented Reaction (Reaksi berorientasi pada tugas)

Bertujuan menghadapi stressor secara sadar, realistik, objektif, rasional. Reaksi ini merupakan koping yang digunakan dalam mengatasi masalah dengan berorientasi pada tugas antara lain :

(4)

pendekatan negosiasi atau bermusyawarah.

(2) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik atau psikologis, reaksi fisik yaitu individu lari atau pergi untuk menghindari sumber stressor misalnya menjauhi populasi. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.

(3) Perilaku menyerang (fight), reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah ini dapat konstruktif atau destruktif. Tindakan yang konstruktif misalnya, penyelesaian masalah dengan teknik asertif yaitu antara lain tindakan yang dilakukan dengan mengatakan terus-terang tentang ketidaksukaannya terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan pada dirinya. Sedangkan cara destruktif yaitu individu melakukan tindakan penyerangan terhadap stressor, dapat juga merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan bermusuhan.

b) Ego Oriented Reaction (Reaksi Berorientasi pada Ego)

(5)

secara psikologis agar tidak mengganggu psikologis yang lebih dalam. Di antara mekanisme pertahanan diri yang dapat digunakan untuk melakukan proses adaptasi psikologis antara lain:

(1) Rasionalisasi; usaha yang dilakukan untuk menghindari dari masalah psikologis dengan selalu memberikan alasan secara rasional, sehingga masalah yang dihadapi dapat teratasi.

(2) Displacement; upaya untuk mengatasi masalah psikologis dengan melakukan pemindahan tingkah laku kepada objek lain.

(3) Denial; upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah yang dihadapi atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.

(4) Reaksi formasi; adopsi perilaku atau perasaan yang sangat berlawanan dengan emosi seseorang yang sebenarnya.

(5) Sublimasi; mengganti perilaku konstruktif dan dapat diterima masyarakat dengan impuls yang kuat yang tidak diterima dalam bentuk aslinya.

(6)

pemikiran yang mungkin hanya sementara atau jangka waktu lama.

(7) Represi; upaya untuk mengatasi masalah dengan cara menghilangkan pikiran masa lalu yang buruk dengan melupakannya, menahan ke alam tak sadar atau disengaja.

(8) Proyeksi; mekanisme pertahanan diri dengan menempatkan sifat batin sendiri ke dalam sifat batin orang lain.

B. Penanganan Koping pada Klien Kanker Payudara

Penderita kanker sebagian besar belum begitu mengetahui tentang penyakitnya dan juga pengobatan serta efek samping yang mungkin akan terjadi sebagai akibat dari pengobatan itu. Banyak diantara mereka, setelah divonis menderita penyakit kanker dan dianjurkan menjalani pengobatan tidak mengikutinya, bahkan mencari upaya pengobatan lain. Hal tersebut masih sangat wajar karena kanker masih dipandang penyakit yang sangat menakutkan dan harapan sembuhnya sangat kecil, sehingga mereka sudah putus asa terlebih dahulu sebelum melakukan pengobatan.

(7)

a. Tahap pertama, orang itu masih mengharapkan kesembuhan walaupun telah mengetahui bahwa ada kemungkinan bagi penderita kanker tersebut tidak dapat disembuhkan lagi. Tahap ini disebut tahap pengharapan. b. Tahap kedua adalah tahap penyangkalan. Orang itu akan mencari-cari

adanya kemungkinan salah diagnosa. Dia akan menyangkal kenyataan bahwa menderita kanker sehingga biasanya meminta dilakukan pemeriksaan ulang atau konsultasi ke dokter yang lebih ahli dan tidak percaya bahwa penyakitnya parah dan ada kemungkinan membawa kematian.

c. Tahap ketiga biasanya orang itu akan berontak menentang kenyataan yang dihadapi. Tahap ini disebut tahap pemberontakkan.

d. Tahap keempat adalah tahap kemarahan dan akan mudah tersinggung. Bahkan mungkin akan menyalahkan dan memarahi orang lain yang berusaha membantu.

e. Tahap kelima adalah tahap kompromi. Orang itu akan mengajukan tawar-menawar atau memikirkan alternatif lain agar penderita dapat tetap hidup sehat. Pada tahap ini seringkali seseorang membuat janji akan melakukan hal-hal tertentu atau berjanji akan hidup lebih baik apabila penderita sembuh.

(8)

g. Tahap ketujuh adalah tahap penerimaan. Orang itu akan menerima kenyataan bahwa dia menderita kanker juga akan menerima segala proses yang terjadi akibat kanker tersebut yang mungkin bisa menjadi lebih buruk. Pada tahap ini, dia menjadi tenang, pasrah, dan menerima apa saja yang akan terjadi.

Ketujuh tahapan reaksi ini tidak semuanya akan dilalui oleh setiap orang dan belum tentu berurutan tahap demi tahap. Tahapan reaksi tersebut adalah hal yang wajar dialami oleh setiap orang yang sedang mengalami masalah. Penderita juga mengalami tahapan reaksi dalam dirinya dan dia membutuhkan motivasi dan dukungan (Anonim, 2007).

Keliat (1998), menyatakan dukungan bagi penderita kanker, yaitu: a. Dukungan Sosial

Dukungan sangat diperlukan terutama dalam menghadapi masalah yang pelik termasuk penyakit yang serius. Dukungan sosial termasuk pasangan, orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, konselor, dan sebagainya. Klien yang masih tetap dapat mempertahankan hubungan dengan sistem sosialnya dapat menghadapi kanker payudara ini secara efektif.

b. Kontrol

(9)

dengan cara meningkatkan prilaku penyelesaian masalah dan membantu percaya diri dalam mengontrol situasi, ketabahan hati dan memberikan harapan karena harapan sangat penting bagi klien kanker, karena dapat memberi kemampuan klien untuk mengatasi masalah.

C. Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi adalah kemuramanan hati (kepedihan, kesenduhan, keburaman perasaan) yang bersifat patologis. Pada umumnya orang membedakan tiga jenis depresi, yaitu :

a. Depresi reaktif; reaksi dari suatu bencana dalam hidup yang merupakan trauma psikis yang langsung muncul sesudah trauma tadi berlangsung. Biasanya disebabkan oleh karena ditinggalkan orang-orang yang dikasihani.

b. Depresi neurotis; depresi yang timbul disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri dan mekanisme pelarian diri yang keliru dan muncul banyak konflik intra psikis. Depresi neurotis bisa timbul oleh peristiwa biasa, yang pada orang normal dan sehat tidak mungkin memunculkan depresi. Pada orang-orang neurotis dengan struktur kepribadian yang labil, depresi mudah timbul.

(10)

oleh pribadi yang bersangkutan. Depresi biasanya berlangsung pula pada masa usia tua, yang disebut depresi klimakterium.

Pada usia tua mengakibatkan daya tahan jasmani maupun rohani laki-laki dan perempuan jadi sangat berkurang, sedangkan ketegangan psikis oleh kecemasan ketuaan menjadi lebih besar ditambah dengan macam-macam penyakit. Proses-proses kerusakan dan kemunduran dari sistem otak, semua kejadian itu bisa menyebabkan orang menjadi depresif. Depresi ini disebut dengan depresi organis (Konginan, n.d).

Gottlieb dan Torney membagi depresi menjadi beberapa bagian. Grief reaction, yaitu timbulnya reaksi-reaksi sedih. Reactive depression, pada keadaan ini disamping gejala-gejala juga didapatkan gejala kecemasan. Pada umumnya muncul gangguan tidur. Kemudian ada yang disebut manik depression reaction, penderita dalam tingkat ini cenderung mendapat serangan berulang-ulang. Involutional depresion umumnya terdapat pada usia 40-65 tahun. Biasanya diikuti kecenderungan insomnia (tidak dapat tidur).

(11)

2. Penyebab Depresi

Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, kepribadian, dan keluarga). Ada pendapat yang menyatakan bahwa masalah keturunan punya pengaruh terhadap kecenderungan munculnya depresi.

3. Gejala Depresi

a. Gejala Fisik

Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai rentang dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti: 1) gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit; 2) menurunnya tingkat aktivitas; 3) menurunnya effisiensi kerja. Orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas; 4) menurunnya produktifitas kerja; 5) mudah merasa letih dan sakit.

b. Gejala Psikis

(12)

termasuk menilai diri sendiri. Mereka senang membandingkan antara dirinya dengan orang lain.

2) Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Akibatnya, mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain (yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung, dan lebih suka menyendiri.

3) Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.

4) Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.

(13)

c. Gejala Sosial

Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan. Lingkungan akan bereaksi terhadap perilaku orang depresi tersebut yang pada umumnya negatif. Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan. 4. Depresi pada Penderita Kanker

Ketika seseorang dinyatakan menderita kanker, maka akan terjadi beberapa tahapan reaksi emosional yang bisa menyebabkan depresi. Depresi ini biasanya terjadi karena munculnya rasa kehilangan, misalnya pada penderita kanker payudara yang merasa dia akan kehilangan bentuk tubuhnya. Namun sejalan dengan meluasnya penyakit, maka depresi ini bisa juga diakibatkan oleh rasa perpisahan dengan dunia.

(14)

5. Insiden Depresi pada Penderita Kanker

Sekitar 6% dari populasi umum mengalami depresi, sedangkan dari penderita kanker ditemukan 15% sampai 25% mengalami depresi. Prosentase ini meningkat dengan semakin parahnya kecacatan dan meluasnya stadium dari penyakit kankernya. Pada penderita kanker stadium lanjut dengan Karnofsky performance < 40 prevalensi depresinya adalah 75%, sedangkan penderita yang lebih baik fisiknya dengan Karnofsky performance >60 prevalensi depresinya 23%. (Bukberg, dkk), melaporkan bahwa penderita yang mempunyai skor Karnofsky 40% (ketidakmampuan paling parah), 77% memenuhi kriteria depresi major. Insiden penderita kanker pria sama dengan wanita (Konginan, n.d).

6. Penyebab Depresi pada Penderita Kanker

Ketakutan akan kematian, tidak bisa meneruskan rencana-rencana hidupnya, perubahan citra diri dan percaya diri, perubahan peran sosial dan

life style (gaya hidup), serta masalah-masalah terkait lainnya, merupakan hal-hal yang mempengaruhi kehidupan penderita kanker sehingga bisa menyebabkan depresi. Beberapa studi terakhir juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemilihan koping yang maladaptif dengan tingginya derajat depresi.

7. Gejala Depresi pada Penderita Kanker

(15)

kanker adalah rasa sedih yang mendalam karena merasa kehilangan kesehatannya. Respon normal ini adalah bagian dari spektrum gejala depresi yang batasannya mulai rasa sedih normal sampai akan menjadi ganguan penyesuaian. Pada keadaan ini gejalanya biasanya hanya berlangsung 1 atau 2 minggu saja, setelah itu membaik sendiri dengan berlalunya waktu dan dukungan yang baik dari keluarga, teman dan tim yang merawat.

b. Gangguan penyesuaian yaitu bila gejala depresinya tidak membaik. Berlanjut sampai lebih dari 2 minggu dan gejala depresinya juga lebih berat, serta fungsi sehari-hari, aktivitas sosial dan relationship dengan orang lain sudah terganggu. Gangguan ini biasanya bercampur dengan kecemasan bahkan mungkin menunjukkan obsesi terhadap gejalanya. c. Depresi major dimana gejala depresinya lebih berat dari gangguan

penyesuaian dan biasanya tidak berespon dengan suport dan perawatan yang diberikan.

(16)

8. Dampak Akibat Depresi pada Penderita kanker a. Bunuh diri

Percobaan bunuh diri dijumpai pada hampir 1/3 dari penderita kanker yang mengalami depresi major dan >50% dengan gangguan penyesuaian. Pada penderita terminal diperlukan penanganan yang baik, pikiran bunuh diri yang muncul adalah gejala dari depresi atau merupakan suatu cara penderita mengekspresikan keinginannya mengakhiri hidup karena tidak kuat menahan gejala-gejala penyakitnya terutama rasa nyeri.

Penderita yang mempunyai risiko tinggi melakukan bunuh diri antara lain: riwayat pernah melakukan percobaan bunuh diri, keluarga ada yang bunuh diri, teman atau pasangannya meninggal dunia, penyalahgunaan alkohol, pengendalian nyeri kurang baik.

b. Penelantaran diri

Penderita menjadi tidak kooperatif, baik dalam hal pengobatan maupun menjaga stamina. Kondisi ini akan semakin memperparah penyakitnya dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup penderita.

c. Distress pada keluarga

(17)

Inggris pada kanker mammae menunjukkan bahwa depresi merupakan faktor terkuat yang menimbulkan masalah perilaku dan emosional. 9. Penanganan Depresi pada Penderita Kanker

Berikut adalah penanganan depresi pada penderita kanker menurut Konginan (n.d) :

a. Menegakkan diagnosis dan pengobatan gangguan mental organik. b. Mengobati faktor penyebab: nyeri, gangguan fisik, sosial dan spiritual. c. Dukungan menyeluruh tanggap dan empati, melakukan perawatan,

memberikan informasi tentang penyakitnya, eksplorasi pengertian dan rasa takut terhadap penyakitnya dan prognosis, memperkuat dukungan keluarga dan sosial.

d. Memerlukan terapi yang intensif dan antidepresan. Psikoterapi bertujuan meredakan konflik atau membimbing penderita kearah

acceptance (menerima). D. Kanker Payudara

1. Pengertian

(18)

2. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Payudara terletak di daerah antara sternum dan aksila melebar dari iga kedua sampai iga ke tujuh, di bagian tengah juga terdapat puting susu yang dikelilingi oleh aerola mamae yang berwarna coklat. Berdekatan dengan dasar puting terdapat kelenjar Montgomeri yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas, puting mempunyai lubang kurang lebih 5 – 20 buah yang merupakan tempat saluran kelenjar susu.

Payudara terdiri dari jaringan kelenjar susu (kelenjar alveolar) yang tersusun atas lobus-lobus, saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak. Setiap lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu). Saluran limfe berbentuk fleksus dalam ruang interlobuler jaringan kelenjar dan bergabung membentuk saluran lebih besar.

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Estrogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial. Prolaktin merangsang laktogenesis.

a. Perubahan siklik: volume meningkat sampai 50% setelah hari ke delapan dari siklus menstruasi. Kongesti vaskular dan proliferasi lobular berkurang saat menstruasi.

(19)

dengan regresi setelah masa menyusui. Puting dan areola bertambah gelap dan kelenjar montgomery menjadi lebih menonjol. Striae tampak.

c. Menopause : Lobulus berinvolusi. Lemak menggantikan parenkim. d. Penyimpangan : Perkembangan asimetrik dan hipertrofi virginal pada

anak perempuan dapat dikoreksi denga pembedahan setelah dewasa. Ginokomastia pada anak laki-laki pubertas dapat diperbaiki jika tidak ada regresi kelainan hormonal (Schwartz, 2000).

Menurut Sjamsuhidajat (2005), 6 (enam) langkah pemeriksan payudara untuk diteksi kanker payudara:

1) Insfeksi: penderita duduk, bandingkan kiri dengan kanan 2) Inspeksi: sewaktu angkat kedua lengan dan turunkan 3) Bandingkan kiri dengan kanan

4) Pemeriksaan puting mamae

5) Palpasi: keempat kuadran, bandingkan kiri dengan kanan 6) Palpasi ketiak.

7) Pemeriksaan diarahkan untuk mencari adanya metastasis. 3. Etiologi dan Faktor-Faktor Resiko Kanker Payudara

(20)

wanita yang diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor-faktor resiko yang teridentifikasi kecuali dalam lingkungan hormonal mereka, sehingga semua wanita dianggap beresiko mengalami kanker payudara selama masa kehidupan. Faktor-faktor resiko mencakup : jenis kelamin, usia, riwayat kanker individu, riwayat kanker keluarga, genetik, menarche dini dan menopouse lambat, riwayat produksi, penyakit payudara jinak, obesitas dan kebiasaan makan makanan berlemak, pajanan radiasi, hormon estrogen, konsumsi alkohol.

Dari faktor di atas, riwayat keluarga serta usia menjadi faktor utama. Riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker payudara meningkatkan resiko berkembangnya penyakit ini. Para peneliti menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan resiko sampai 85% wanita terkena kanker. Sedangkan faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara dan ini menunjukkan bahwa faktor resiko lainnya memainkan peranan penting.

(21)

4. Manifestasi Klinis

Kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak terganggu aktivitas sehari-harinya. Gejala yang dirasakan adalah benjolan kecil di payudara.

Yang diperhatikan pada cairan dari puting payudara: sifat cairan (serous, hemoragig, susu ), ada tidaknya sel tumor, uni lateral dan bilateral dari satu atau dari beberapa duktus, keluar spontan setelah dipijat, keluar bila seluruh mamae ditekan atau dari segmen yang tertentu, berhubungan dengan daur haid. Pramenapouse atau pascamenapause, penggunaan obat hormon.

Sedangkan keluhan bila sudah memasuki stadium lanjut, yaitu: a. Ada benjolan yang dapat diraba oleh tangan

b. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya

c. Luka pada payudara yang sudah lama, tidak sembuh dengan pengobatan

d. Eksim pada puting susu dan sekitarnya yang sudah lama, tidak sembuh dengan pengobatan

e. Keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting atau keluar air susu pada perempuan yang tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui f. Puting susu tertarik ke dalam

(22)

5. Patofisiologi

Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ tempat asalnya, tumor masih dalam fase lokal tetapi bila terjadi infiltrasi ke organ sekitarnya, tumor mencapai fase lokal invasif atau lokal infiltratif. Penyebabnya disebut penyebaran per-kontinuitatum karena berhubungan langsung dengan tumor induknya.

Untuk mengukur kecepatan pertumbuhan tumor dipakai parameter “waktu ganda”, yaitu waktu yang diperlukan oleh tumor untuk mencapai volume menjadi dua kali semula. Makin pendek waktu ganda makin cepat pertumbuhannya dan pada umumnya makin ganas tumor tersebut (Win De Joung, 2004).

6. Patogenesis Tumor Payudara a. Tahap Induksi

(23)

saat ini terbentuk sel-sel yang poliformis dan anaplastik. Pembawa promotor, mungkin merupakan karsinogen yang sama dengan pembawa inisiator, tetapi seringkali berbeda. Selanjutnya terjadi progresi yang ditandai dengan invasi sel-sel ganas ke membran basalis atau kapsul.

b. Infiltrasi dan diseminasi

Sel tumor bersifat tumbuh terus tanpa batas sehingga tumor makin lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya (infiltratif). Selain bersifat menyusup, sel kanker dapat melepaskan diri meninggalkan tumor induknya dan masuk ke dalam pembuluh limfe atau ke dalam pembuluh darah terutama pembuluh kapiler dengan cara terjadi penyebaran limfogen dan hematogen (metastasis).

Sel-sel ganas ini dapat merusak bentuk dan fungsi organ yang bersangkutan. Tumor dapat menyumbat saluran tubuh dan menimbulkan obstruksi karena sebagian sel kanker akan mengalami hipoksia atau anoksia sehingga terjadi nekrosis yang menyebabkan ulkus di permukaan tumor.

7. Klasifikasi Penyebaran TNM (Tumor, Nodus, Metastase)

(24)

metastase dengan memberikan indeks angka dan huruf (Brunner & Sudarth, 2002).

Mansjoer (2000), menuliskan 4 (empat) stadium kanker payudara : a. Stadium I : tumor terbatas pada payudara dengan ukuran <2 cm, tidak

terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila.

b. Stadium II : tumor dengan diameter <2 cm dengan metastasis aksila atau tumor dengan diameter 2-5 cm dengan / tanpa metastasis aksila. c. Stadium IIIa : tumor dengan diameter >5 cm tapi masih bebas dari

jaringan sekitarnya dengan / tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat. d. Stadium IIIb : tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau

tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks. e. Stadim IV : tumor yang telah mengadakan metastasis jauh. 8. Pemeriksaan Penunjang/Prosedur Diagnostik

Menurut Brunner & Sudarth (2002), untuk menegakkan diagnosa kanker payudara, selain pemeriksaan fisik secara umum, juga diperlukan pemeriksaan penunjang, diantaranya :

a. Mamografi

Mamografi adalah teknik pencitraan payudara yang dapat mendeteksi lesi yang tidak terpalpasi. Setiap wanita diajukan untuk melakukan mamografi disesuaikan dengan umur, yaitu :

(25)

kali pemeriksaan mamografi dasar.

2) Wanita dengan umur antara 40-49 tahun dilakukan mamografi setiap 1 atau 2 tahun sekali.

3) Wanita dengan umur 50 tahun dan seterusnya dilakukan mamografi setiap satu tahun sekali.

Selain hal tersebut, ada beberapa indikasi untuk pemeriksaan mamografi, yaitu: ada benjolan di payudara, rasa sakit di payudara, keluar cairan abnormal dari puting susu, puting susu tertarik ke dalam, wanita dengan resiko tinggi.

b. Ultrasonografi

Pemeriksaan USG payudara dilakukan dengan tujuan untuk membedakan tumor padat atau kistik (berisi cairan). Pemeriksaan USG tersebut akibat dilakukan bersama-sama dengan pemeriksaan mamografi, hal tersebut untuk mendapatkan nilai akurasi yang lebih tinggi.

c. Fine Nidle Aspirasi Biopsi (FNAB)

FNAB adalah pengambilan spesimen menggunakan jarum halus yang ditusukkan ke payudara kemudian diaspirasi dengan tujuan untuk mendapatkan diagnosa patologi.

d. Biopsi

(26)

melakukan eksisi lesi, ada juga biopsi eksisional dengan cara mengambil jaringan yang mengelilingi tepi lesi selanjutnya jaringan tersebut diperiksa di bagian patologi.

E. Peranan Perawat

Peranan perawat yang utama pada klien depresi adalah bukan untuk membebaskan klien secara total keluar dari masalah depresi, tetapi bagaimana klien mentoleransi depresi serta menggunakan mekanisme koping yang baik buat dirinya. Tujuan keperawatan adalah membantu klien untuk mengembangkan nilai-nilai yang dimiliki karena saat depresi akan terjadi pertentangan antara situasi yang mengancam dengan nilai-nilai yang diidentifikasi sesuai dengan eksistensinya. Perawat membantu klien memilih nilai yang diyakininya.

(27)

F. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi (Rasmun,2004). G. Kerangka Konsep

Keterangan:

= Variabel

= Hubungan H. Hipotesis

Mekanisme koping kompromi efektif terhadap depresi klien kanker payudara di Poliklinik Bedah RSUD Tasikmalaya.

Klien kanker

payudara Depresi

Depresi ringan

Depresi sedang

Mekanisme koping a.Mekanisme koping yang berpusat pada tugas : Kompromi, menarik diri, perilaku menyerang (fight).

b.Mekanisme koping yang berpusat rada ego : Rasionalisasi,

Variabel bebas : mekanisme koping Koping yang berpusat pada tugas : Kompromi, isolasi, perilaku menyerang (fight).

Referensi

Dokumen terkait

melakukan pemilihan pemasok. Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok yang dipilih. Fungsi penerimaan memeriksa dan menrima barang yang dikirim oleh

Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar yang jelas yang dijadikan tolok ukur atau patokan terhadap kinerja yang akan diukur. Standar yang dibuat tentu saja

kecenderungan penderita melakukan instruksi medikasi yang dianjurkan (Gough, 2011). Kepatuhan minum obat sendiri dilihat dari kesesuaian penderita dengan rekomendasi pemberi

istirahat serta kapan saatnya kontrol. 3) Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.. 4) Memberikan motivasi pada penderita untuk sembuh.. Dukungan keluarga merupakan bagian

tidak kaku sehingga otot tidak akan menekan pada sendi yang terkena. dampak erosi, sehingga akan menurunkan persepsi

PDT adalah pengobatan yang menggunakan obat-obatan khusus, yang disebut agen fotosensitizer, bersama dengan cahaya untuk membunuh sel kanker.. Obat-obatan hanya bekerja

Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan

Pengetahuan yang baik dan sikap yang tepat mendorong keluarga untuk berperilaku yang tepat dalam hal ini perawatan pada penderita hipertensi, dimana perilaku biasanya