BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. KEHAMILAN
a) Pengertian
Kehamilan atau bisa disebut dengan periode antepartum adalah
periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid (HPHT)
hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode
antepartum. Sebaiknya, periode prenatal adalah kurun waktu terhitung
sejak hari pertama haid terakhir hingga kelahiran bayi yang menandai
awal periode pasca natal (Varney, dkk.2006; h : 492).
Menurut federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 mingggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2010 ; h. 213).
Kehamilan adalah berkembangnya hasil konsespsi yang dihitung
dari pertama haid terakhir sampai berakhirnya kehamilan selama 40
minggu atau lebih.
Proses kehamilan adalah matarantai yang berkesinambung dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,
2013).
Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 -9 bulan
(Prawiharjo, 2006). Jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah
periode diamana seorang wanita menyimpan embrio atau fetus didalam
tubuhnya dan usia kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau
9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
b) Proses terjadinya kehamilan
Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan (konsepsi).
Pembuahan/ konsepsi sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah
penyatuan sperma laki-laki dengan ovum perempuan. Spermatozoa
merupakan sel yang sangat kecil dengan ekor yang panjang sehingga
memungkinkan untuk bergerak dalam media cair dan dapat
mempertahankan fertilisasinya selama 2-4 hari. Sel telur (ovum) akan
hidup maksimal 48 jam setelah ovulasi (Hutahean S, 2013).
c) Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Hutahean (2013) tanda-tanda kehamilan sebagai berikut:
(1) Tanda persumtif/dugaan
Amenore, morning sickness, sering BAK, payudara
(2) Tanda mungkin
(a) Pembesaran abdomen (12 minggu)
(b) Tanda piskacek ( usia 14-16 minggu)
(3) Tanda hegar : perubahan pada isthmus uteri yang menyebabkan
isthmus uteri menjadi lebih panjang dan lunak (usia 6 minggu)
(4) Tanda goodell : pelunakan pada leher rahim akibat peningkatan
vaskularisasi (usia 8 minggu).
(5) Tanda Chadwick : warna merah tua atau kebiruan pada vagina
akibat peningkatan vaskularisasi (usia 6-8 minggu)
(6) Kontraksi Braxton hicks, kontaksi uterus yang datangnya
sewaktu-waktu, tidak beraturan dan tidak mempunyai irama tertentu (akhir
trimester pertama)
(7) Tes kehamilan positif (usia 7-10 hari setelah konsepsi)
d) Tanda pasti
Adanya denyut jantung janin, adanya pergerakan janin (usia 19
minggu), visualisasi fetus dalam USG (usia 5-6 minggu)
Menurut Manuaba (2013) tanda-tanda kehamilan sebagai berikut :
1) Tanda-tanda dugaan kehamilan :
(a) Amenora konsepsi dan nidasi menyababkan tidak terjadi
pembentukan folike de Graaf dan ovulasi.
(b) Mual dan muntah (emesis) Pengaruh estrogen dan progesteron
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
(d) Sinkop atau pingsan.
(e) Payudara tegang Pengaruh estrogen dan progesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan
garam pada payudara.
(f) Sering miksi Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh.
(g) Konstipasi Pengaruh progesterone dapat menghambat
peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
(h) Pigmentasi kulit Keluarnya melanophore stimulating hormone
(MSH) hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di
sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae
lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar
payudara (hiperpigmentasi areola mamae, putting susu makin
menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah
menifes sekitar payudara), disekitar pipi (kloasma
gravidarum).
(i) Epulis hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila
hamil.
(j) Varices Pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena.
2) Tanda tidak pasti hamil
(b) Pada pemeriksaan dalam,dijumpai ada hegar, tanda
chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan
teraba ballottement.
(c) Tanda pasti kehamilan
Gerakan janin dalam rahim, terlihat/teraba gerakan janin dan
teraba bagian-bagian janin, denyut jantung janin.
3) Perubahan fisiologis dalam kehamilan
Menurut Manuaba (2013) perubahan fisiologis dalam
kehamilan sebagai berikut :
a. Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol / beratnya 30
gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga
menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan ( Manuaba, 2013).
b. Vagina
Vagina dan vulva mengalami penuingkatan pembuluh
darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak tanda
Chadwicks ( Manuaba, 2013).
c. Ovarium
Indung telur yang mengandung korpus luteum
gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu (Manuaba,
d. Payudara
Mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.perkembangan
payudara dipengaruhi oleh hormone yaitu estrogen,
progesteron, dan somatomamotrofin (Manuaba, 2013).
e. Sirkulasi darah ibu
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia
kehamilan 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar
25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk
dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih meningkat hingga
10.000/ml. pada postpartum dengan terjadinya
hemokonsentrasi dapat terjadi tromboflebitis (Manuaba,
2013).
Sistem respirasi terjadi desakan diafragma karena
dorongan rahim yang membesar pada usia kehamilan 32
Sistem pengenceran pengaruh estrogen pengeluaran
asam lambung meningkat dan dapat menyebabkan :
a. Pengeluaran air liur berlebihan ( hipervalidasi)
b. Daerah lambung terasa panas
c. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari,
yang disebut morning sickness.
d. Muntah yang terjadi disebut emesis gravidarum
e. Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan
sehari-hari, disebut hiperemesis gravidarum.
f. Progesteron menimbulkan gerakan usus makin berkurang
dan dapat menyebabkan obstipasi.
Traktus urinarus terjadi gangguan miksi dalam bentuk
sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh. Ueter membesar untuk dapat
menampung banyaknya pembentukan urine (Manuaba, 2013).
Perubahan pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen
dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan kelenjar
suprarenalisis.hiperpigmentasi terjadi pada striae gravidarum
livide/alba, aerola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi
Metabolisme mengalami perubahan dimana kebutuhan
nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan pesiapan
memberikan ASI. (Manuaba, 2013).
Menurut Hutahean (2013) perubahan fisiologis dalam
kehamilan sebagai berikut :
a. Berat badan
Peningkatan berat badan sekitar 25% dari sebelum
hamil (Rata-rata 12,5 kg). Pada trimester II dan III
sebanyak 0,5 kg/minggu, pengaruh dari pertumbuhan janin,
pembesaran organ maternal, penyimpanan lemak dan
protein, serta peningkatan volume darah dan cairan
interstisial pada maternal ( Hutahean, 3013).
b. Sistem Reproduksi
Uterus, berat naik 20-25 gram, volume 10 ml.
Pembesaran uterus karena pengaruh estrogen adalah
Table 2.1 Pembesaran uterus pada ibu hamil
No Umur Kehamilan Pembesaran Uterus (TFU) a). Tidak hamil/normal Telur ayam (± 30 g)
b). 8 minggu Telur bebek
c). 12 minggu Telur angsa
d). 16 minggu Pertengahan simfisis ke pusat
e). 20 minggu Pinggir bawah pusat
f) 24 minggu Pinggir atas perut
g) 28 minggu Sepertiga pusat ke xyphoid
h). 32 minggu Pertengahan pusat ke xyphoid
i). 36-42 minggu 3 jari dibawah xyphoid
Sumber : Hutahean, 2013
Tabel 2.2 Pemeriksaan TFU sesuai kehamilan (Manuaba,2012)
Usia
kehamilan TFU
Dalam cm Penunjuk badan
12 minggu - 1/3 diatas simpisis
34 minggu - Pertengahan antara px dengan
pusat
36 minggu 30 cm Setinggi px
40 minggu - 2 jari dibawah px
c. Servik
Terdapat tanda Chadwick, goodell, dan mucus plug,
servik uteri mengalami hipervaskularisasi dan pelunakan.
Lendir servik meningkat seperti gejala keputihan
d. Ovarium
Fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta terutama
fungsi progesterone dan esterogen pada usia kehamilan 16
minggu. Tidak terjadi kematangan ovum selama
kehamilan (hutahean, 2013).
e. Payudara
Areola mengalami hipervaskularisasi karena
pengaruh progesterone dan estrogen, berwarna kebiruan (
tanda Chadwick) ( Hutahean, 2013).
4) Sistem Muskuloskeletal
Pembesaran payudara dan rotasi anterior panggul
memungkinkan untuk terjadinya lordosis, sering mengalami nyeri
dibagian punggung dan pinggang karena mempertahankan posisi
stabil, beban meningkat pada otot punggung dan koluma vertebrate
(Hutahean, 2013).
5) Adaptasi musculoskeletal
(i) Pengaruh hormonal,retraksi persendian karena pengaruh
horman relaksin.
(ii) Pengaruh mekanik, peningkatan berat badan karena
pembesaran uterus, postur, diastasis rekti, sindroma carpal
(iii) Relaksasi dan hipermobilitas sendi pada masa hamil kembali
stabil dan ukuran sama dengan sebelum hamil, kecuali pada
kaki (Hutahean, 2013).
6) Sistem endokrin
(1) Kelenjar thyroid, pembesaran kelenjar thyroid akibat
hyperplasia jaringan glandular dan peningkatan vaskularitas
(Hutahean, 2013).
(2) Kelenjar paratiroid, Kehamilan menginduksi
hiperparatiroidisme sekunder ringan, suatu refleksi
peningkatan kebutuhan kalsium (Ca) dan vitamin D
(Hutahean, 2013).
(3) Pancreas
(a) Janin butuh glukosa sebagai bahan pertumbuhan, tidak
hanya menghasilkan simpanan glukosa (Hutahean, 2013).
(b) Kadar glukosa ibu menurun, insulin ibu tidak dapat
menembus plasenta untuk sampai ke janin. Akibatnya,
pada awal kehamilan pancreas meningkatkan produksi
insulinnya (Hutahean, 2013).
(c) Seiring peningkatan usia kehamilan, plasenta bertumbuh
dan secara progresif memproduksi hormone dalam jumlah
(d) Estrogen, progesterone dan kortisol secara kolektif
menurunkan kemampuan untuk menggunakan insulin
(Hutahean, 2013).
7) Sistem Integumen
Menurut Hutahean (2013) perubahan pada sistem integumen
selama hamil disebabkan oleh perubahan keseimbangan hormon.
Peningkatan aktifitas MSH mengakibatkan hiperpigmentasi wajah
(kloasma gravidarum), payudara, linea alba, dan striae gravidarum.
8) Sistem Respirasi
Menurut Hutahean (2013) Kebutuhan oksigen meningkat
15-20%, diafragma terdorong keatas, hiperfentilasi, pernafasan
dangkal (20-24x/m).mengakibatkan penurunan komplikasi dada,
volume residu, dan kapasitas paru serta terjadinya peningkatan
volume tidal.
(1) Inpirasi meningkat, maka jumlah kebutuhan oksigen (O2)
akan meningkat, sehingga suplai oksigen terus meningkat.
(2) Jika ekspirasi meningkat, maka output karbon dioksida (CO2)
meningkat, sehingga kerbon dioksida dalam darah maternal
menurun selanjutnya akan memudahkan transfer kerbon
dioksida dari futus kepada maternal ( Hutahean, 2013).
9) Sistem Grastrointestinal
Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amylase
akan tampak gerakan peristaltic usus. Protein dan cairan amnion
yang ditelan akan menghasilkan mekonium didalam usus (
Prawirohardjo, 2009 ; hal 161).
10)Sistem Perkemihan
Ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan elektrolit
dan asam-basa, mengatur volume cairan ekstrasel, mengeluarkan
sampah metabolisme, dan menyimpan urine yang sangat penting (
Hutahean,2013)
11)Sistem Kerdiovaskular
(1) Tekanan darah
Tekanan darah arteri (arteri brakialis) dipengaruhi oleh
usia, posisi ibu, kecemasan ibu, dan ukuran mansetsaat
pengukuran darah. Posisi ibu mempengaruhi hasil karena
posisi uterus menghambat aliran balik vena, curah jantung dan
tekanan darah menurun. Edema pada ektremitas bawah dan
varices terjadi akibat obstruksi vena iliaka dan vena cava
inferior oleh uterus ( Hutahean, 2013). Menurut Manuaba
(2012) kemungkinan terjadinya preeklamsia yaitu 140/90
mmHg.
(2) Volume darah dan komposisi darah
Volume darah meningkat sekitar 1.500 ml (dengan
1.000 ml plasma dan 450 ml sel darah merah (Hutahean,
2013).
(3) Curah Jantung
Meningkat 30-50% pada minggu ke 32 kehamilan,
kemudian, menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke-40.
(Hutahean, 2013).
(4) Waktu sirkulasi dan koagulasi
Waktu koagulasi sedikit menurun pada minggu ke-32
kehamilan (Hutahean, 2013).
12)Sistem Neurologi
Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu
cemas/gangguan penglihatan seperti kesalahan reflaksi, sinusitis,
atau migraine (Hutahean, 2013).
13) Adaptasi Psikologis Ibu Hamil
a) Trimester I
Periode penyesuaian yang dilakukan wanita terhadap
kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian besar
wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia
hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan,
penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. (Varney 2007)
b) Trimester II
Wanita sudah merasa nyaman dan bebas dari segala
Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang
terpisah, dan menjadi dorongan bagi wanita dalam
melaksanakan tugas psikologis sebagai ibu bagi dirinya sendiri,
yang berbeda dari ibunya. (Varney, 2007).
c) Trimester III
Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar
menanti kehadiran sang bayi. Ibu menjadi lebih protektif
terhadap bayi, mulai menghindari keramaian/ seseorang
ataupun yang ia anggap bahaya. Wanita mungkin merasa cemas
dengan kehidupan bayi dan kehiduoannya sendiri : apakah
nanti bayinya akan lahiran abnormal, terkait persalinan dan
pelahiran, apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin
atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar
biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cidera
akibat tendangan bayinya (Varney, 2007).
14)Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi
Menurut Moctar (2012) ovum yang telah dibuahi segera
membelah diri sambil bergerak ( dengan bantuan rambut getar
tuba) menuju ruuang rahim. Ovum yang telah dibuahi kemudian
melekat pada mukosa rahim dan bersarang diruang rahim,
kemudian diikuti implantasi atau nidasi. Dari pembuahan sampai
15)Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
a) Kebutuhan fisik
1) Oksigen
Posisi miring kiri dianjurkan untuk meningkatkan
perfusi uterus dan oksigenasi fetoplasma dengan
mengurangi tekanan pada vena asenden (hipotensi supine)
(kuswati, 2014).
2) Nutrisi
a) Kalori
Kebutuhan kalori untuk ibu hamil dan menyusui
masing-masing adalah 2300 dan 2800 Kkal.
b) Protein
Wanita tidak hamil, konsumsi protein yang ideal
adalah 0,9 gram/kg BB/hari tetapi selama kehamilan
dibutuhkan tambah protein hingga 30 gram/hari. Protein
yang dianjurkan adalah protein hewani.
c) Mineral
Kebutuhan zat besi pada Trimester kedua
kira-kira 17 mg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini
dibutuhkan suplemen besi 30 mg/hari dan pada
kehamilan kembar atau wanita yang anemia dibutuhkan
3) Personal Hygine
Mandi dianjurkan sedikitnya 2x/hr karena ibu hamil
cenderung mengeluarkan banyak keringat (Kuswati, 2014).
4) Pakaian
Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan
yang ketat pada daerah perut, bahan pakaian usahakan yang
mudah menyerap keringat, memakai bra yang
menyongkong payudara, memakai sepatu dengan hak yang
rendah, pakaian dalam yang selalu bersih (Kuswati, 2014).
5) Eliminasi
a) BAK
1) Trimester I : frekunsi BAK meningkat karena
kandung kencing tertekan oleh pembesaran uterus.
2) Trimester II : frekuensi BAK normal kembali
karena uterus telah keluar dari rongga panggul.
3) Trimester III : frekuensi BAK meningkat karena
penurunan kepala ke PAP.
b) BAB
Defekasi terjadi karena pengaruh relaksasi otot
polos oleh estrogen, tekanan uterus yang membesar,
pada kehamilan lanjut karena pengaruh tekanan kepala
6) Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang
selama tidak ada riwayat seperti :
a) Sering abortus dan kelahiran premature
b) Perdarahan pervaginam
c) Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada
minggu terakhir kehamilan.
d) Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat
menyebabkan infeksi janin intrauterine(Kuswati, 2014).
7) Istirahat
Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah
miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk
dan diganjal dengan bantal, dan untuk mengurangi rasa
nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah
sebelah kiri (Kuswati, 2014).
8) Kebutuhan psikologi
1) Support Keluarga : dukungan selama masa kehamilan
sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang
hamil, terutama dari orang terdekat apalagi ibu yang
baru pertama kali hamil.
2) Support Tenaga Kesehatan : tenaga kesehatan harus
mampu mengenali tentang keadaan yang ada disekitar
16)Antenatal Care
a. Pengertian antenatal carre
Merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama
ditunjukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim (Manuaba, 2013).
b. Tujuan pengawasan antenatal care
Tujuan umum asuhan kehamilan adalah menyiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama
dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, dengan demikian
didapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar, 2012).
c. Jadwal kunjungan pada pemeriksaan kehamilan
Jadwal kunjungan pada pemeriksaan kehamilan menurut
Mochtar (2012) adalah :
1) Pemeriksaan kehamilan pertama kali yang ideal adalah
sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan.
2) Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan ke 7 bulan.
3) Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan ke 9 bulan.
4) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
d. Pemeriksaan Leopold
1) Tahap pemeriksaan Leopold
a) Leopold I
Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri
juga ditentukan bagian janin mana yang terletak pada
fundus uteri (Kuswati, 2014).
Teknik pelaksanaan :
(1) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan
usia kehamilan dapat disesuaikan dengan tanggal
haid terakhir.
(2) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada
terletak membujur sungsang, kepala keras bulat
dan melenting pada goyangan : pada letak kepala
akan teraba bokong pada fundus : tidak keras tidak
melenting, dan tidak bulat : pada letak lintang
fundus uteri tidak diisi olah bagian-bagian janin
(Manuaba, 2013).
b) Leopold II
Leopold II untuk mengetahui bagian janin yang
ada disebelah kanan atau kiri perut ibu (Kuswati,
2014).
Teknik pelaksanaan :
(1) Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri
tepi uterus untuk menetapkan bagian apa yang
(2) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak,
yang teraba rata dengan tulang iga seperti papan
cuci.
(3) Pada anak lintang dapat ditetapkan dimana kepala
janin (Manuaba, 2013).
c) Leopold III
Leopold III untuk menentukan bagian yang berada
disebelah bawah uterus ibu (Kuswati, 2014).
Teknik pelaksanaan :
(1) Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas
simpisis pubis.
(2) Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan
bokong teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada
letak lintang simpisis pubis akan kosong
(Manuaba, 2013).
d) Leopold IV
Leopold IV untuk menentukan bagian janin mana
yang berada dibawah, menentukan seberapa bagian
dari kepala janin yang telah masuk pintu atas panggul
(Kuswati, 2014).
Teknik penatalaksanaan :
(1) Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksaan
bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas
panggul.
(2) Bila bagian terendah sudah masuk PAP telah
melampaui lingkaran terbesarnya, maka tangan
yang melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan
bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka
tangan pemeriksaan kovergen (Manuaba, 2013).
17)Konsep dasar antenatal
a) Konsep dasar antenatal Trimester I
Trimester I adalah periode kehamilan dari mulai terjadinya
konsepsi sampai dengan usai kehamilan (antenatal) belum
mencapai 14 minggu (0-3) ( Hutahean, 2013). Menurut
Kuswati (2014) kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai
12 minggu).
1) Perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil Trimester
I :
(a) Uterus : uterus membesar pada bulan pertama
kehamilan karena peningkatan kadar estrogen dan
progesteron (Hutahean, 2013).
(b) Servik uteri, pada kehamilan juga mengalami
perubahan karena hormone estrogen. Jika korpus uteri
lebih banyak mengandung jaringan ikat, dimana hanya
10 % jaringan ototnya (Hutahean, 2013).
(c) Vagina dan vulva, mengalami perubahan akibat
hormone estrogen. Adanya hipervaskularisasi
mengakibatkan munculnya tanda chadwicks (Hutahean,
2013).
(d) Ovarium, terdapat korpus luteum graviditis sampai
terbentuknya plasenta diusia kehamilan kira-kira 16
minggu ( Hutahean,2013).
(e) Payudara, pada usia kehamilan 12 minggu ke atas dari
putting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak
jernih, disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari
kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekreasi, terjadi
hiperpigmentasi, sehingga berwarna aerola menjadi
lebih gelap (Hutahean, 2013).
(f) Kulit, pigmentasi disebabkan oleh pengaruh
melanophone stimulating hormone (MHS) yang
meningkat (Hutahean,2013).
(g) Sistem kardiovaskular, sirkulasi darah ibu dalam
kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi plasenta,
uterus yang membesar dengan pembuluh darah yang
membesar pula, payudara dan organ lain yang memang
(h) System pencernaan, bulan pertama kehamilan terdapat
perasaan mual (nause), kemungkinan akibat kadar
hormone estrogen yang meningkat (Hutahean, 2013).
(i) System berkemih, kandung kemih tertekan oleh uterus
yang mulai membesar, sehingga sering timbul
keinginan berkemih (Hutahean, 2013).
2) Keluhan-keluhan ibu hamil Trimester I
(a) Nyeri epigastrik (Ulu Hati)
Peningkatan hormone estrogen dan progesterone
sehingga motilitas otot polos gastrointestinal menurun
(GI), terjadi peningkatan asam lambung yang akhirnya
menyebabkan ulkus dan nyeri epigastrik ( Ulu hati).
Cara mengatasi yaitu : anjurkan ibu untuk makan
sedikit tapi sering ( porsi kecil 5-6 x/hari), anjurkan ibu
untuk mengkonsumsi vitamin B Kompleks (Hutahean,
2013).
(b) Rasa Mual dan Muntah ( Morning sickness)
Cara mengatasi keluhan yaitu : anjurkan ibu
untuk menghindari perut kosong, anjurkan ibu untuk
menghindari rangsangan berupa bau-bauan, anjurkan
ibu untuk makan makanan kering yang mengandung
kerbohidrat sebelum bangun dari tempat tidur
(c) Gangguan berkemih
Dipengaruhi hormone aldosteron yang dapat
meningkatkan vaskularisasi pembuluh darah. Cara
mengatasi keluhan yaitu : anjurkan ibu untuk minum
sesaat akan tidur, anjurkan ibu untuk melakukan latihan
kagel untuk kekuatan otot pubis (Hutahean, 2013).
(d) Obstipasi
Disebabkan oleh kekuatan otot traktus digestivus
menurun akibat pengaruh hormone progesterone yang
mengakibatkan motilitas saluran pencernaan berkurang.
Cara mengatasi keluhan yaitu : anjurkan ibu untuk
minum ±8 gelas sehari, anjurkan ibu untuk diet
mengandung tinggi serat (Hutahean, 2013).
(e) Epulis
Merupakan keadaan hipertrofi dan hipermis pada
gusi. Cara mengatasi keluhan yaitu : anjurkan ibu untuk
menggunakan sikat yang untuk makan makanan yang
seimbang, meningkatkan buah-buahan segar dan cairan
(Hutahean, 2013).
(f) Varices
Varices dipengaruhi faktor keturuanan dalam
masa kehamilan selainan itu juga faktor hormonal
keluhan yaitu : anjurkan ibu untuk menghindari bekerja
sambil berdiri terlalu lama, anjurkan ibu untuk
menghindari penggunaan pakaian yang terlalu ketat
(Hutahean, 2013).
(g) Flour albus meningkat
Dipengaruhi oleh hormone estrogen dan
progesterone sehingga menjaga hipertrofi dan hiperaktif
serta mengeluarkan banyak mukosa. Cara mengatasi
keluhan yaitu : anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
vulva dan pakaian dalam (Hutahean, 2013).
(h) Mudah lelah, malaise dan fatique
Penyebab belum diketahui adanya peningkatan
estrogen dan progesterone, peningkatan HCG, dan
asupan nutrisi yang kurang. Cara mengatasi keluhan
yaitu : cegah terjadinya anemia, anjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup, anjurkan ibu untuk meningkatkan
asupan nutrisi yang adekuat (Hutahean, 2013).
(i) Perubahan payudara dan perasaan nyeri
Disebabkan oleh hipertrofi kelenjar payudara dan
peningkatan vaskularisasi serta adanya hiperpigmentasi
aerola dan putting susu yang disebabkan oleh stimulasi
MSH. Cara mengatasi keluhan tersebut yaitu : anjurkan
payudara, anjurkan ibu untuk membersihkan aerola dan
putting susu dengan air hangat serta baby oil lalu
keringkan. (Hutahean, 2013).
b) Konsep dasar antenatal Trimester II
Trimester II adalah periode kehamilan dari usia 14
minggu – 29 minggu (Hutahean, 2013). Menurut kuswati
(2014) kehamilan Triwulan kedua (antara 12-28 minggu).
1) Perubahan anatomis dan fisiologis ibu hamil Trimester II
(a) Uterus
Setelah bulan keempat kehamilan, kontraksi uterus
dapat dirasakan melalui dinding abdomen yang disebut
dengan Braxton hicks (Hutahaean,S, 2013).
(b) Seviks uteri
Serviks akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.
Terjadi hipervaskularisasi akibat peningkatan hormone
estrogen dan progesterone (Hutahaean, S, 2013).
(c) Vagina dan vulva
Peningkatan vaskularisasi disebabkan oleh
peningkatan hormone estrogen dan progesterone. Hal
ini menyebabkan sensitivitas meningkat sehingga dapat
membangkitkaan keinginan serta hasrat seksual
(d) Ovarium
Korpus luteum mulai menghasilkan hormone
estrogen dan progesterone, namun korpus luteum
tergantikan fungsinya setelah plasenta terbentuk
(Hutahaean, S, 2013).
(e) Mammae
Pada kehamilan trimester II terjadinya perubahan
pada mammae, yaitu adanya rasa kesemutan dan nyeri
tekanan (Hutahaean, S, 2013).
(f) Kulit
Strie grafidarum yang tampak yaitu tanda regangan
yang dibentuk akibat serabut elastic dari lapisan kulit
terdalam terpisah dan putus. Hal ini mengakibatkan
pruritus atau rasa gatal pada perut ibu (Hutahaean, S,
2013).
(g) System kardiovaskular
Semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena
umbilical, maka sirkulasi menjadi khasus. Tali pusat
berisi 1 vena dan 2 arteri. Vena menyalurkan oksigen
dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaiknya kedua
arteri menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah
kearah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolism.
venosus, dan duktus arteriosus akan mengerut. Pada
saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana
terjadi pengembahan paru dan vena pulmonalis, daktus
arteriosus akan menutup dalam 3 hari dan total pada
minggu ke-2 (Prawiroharjo, 2009 ; hal 159).
(h) System Respirasi
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak
kehamilan 12 minggu dan pada 34 minggu secara
regular gerak napas ialah 40-60 x/menit dan diantara
jeda adalah periode apnea (Prawirohardjo, 2009 ; hal
161).
(i) System pencernaan
(1) Konstipasi disebabkan oleh hormone estrogen yang
semakin meningkat.
(2) Hemoroid disebakan konstipasi dan naiknya
tekanan vena-vena di bawah uterus.
(3) Panas perut (Heart burn) yang terjadinya akibat
aliran balik asam gastric ke dalam esofagus bagain
bawah (Hutahaenan,S, 2013).
(j) System Perkemihan
Pembesaran kandung kemih menimbukan rasa ingin
(k) Keluhan-keluhan ibu hamil Trimester II
(a) Kram otot
Disebabkan karena tekanan saraf pada
ekstremitas bawah oleh uterus yang besar,
kurangnya pencapaian darah pada sirkulasi perifer,
serta penyerapan kalsium oleh janin yang meningkat
sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tulang dan
gigi (Hutahaean, S, 2013).
(b) Anemia
Penyebab tersering sehingga terjadi anemia
ini adalah kurangnya nutrisi, zat besi, asam folat,
serta hemoglobinopati. Cara mengatasi keluhan ibu
hamil trimester II tersebut adalah sebagai berikut :
kolaborasi untuk mendapatkan zat besi dan vitamin
C konsul tentang pemberian diet, anjurkan ibu untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi secara adekurat,
istirahat yang cukup (Hutahaean, S, 2013).
(c) Perubahan Libido
Pengaruh psikologi, hormonal maupun
perubahan emosi. Cara mengatasi keluhan ibu hamil
trimester II tersebut yaitu : anjurkan ibu dan
pasangannya membicarakan hubungan seksual yang
(d) Pruritas
Pruritas yang dialami oleh ibu hamil masih
belum diketahui secara pasti penyebabnya. Cara
mengatasi keluhan ibu adalah seagai berikut :
pastikan kuku ibu hamil pendek dan bersih untuk
meningkatkan kesehatan dan bersih untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya
masalah baru, oleskan air hangat atau lotion
(Hutahean,S 2013).
c) Konsep dasar antenatal Trimester III
Trimester III merupakan periode kehamilan 29-40
minggu. (Hutahean, S, 2013). Menurut kuswanti (2014)
kehamilan triwulan ketiga ( antara 28 minggu sampai 40
minggu).
(1) Perubahan anatomis dan fisiologis pada ibu hamil trimester
III
(a) Uterus
Pada usia gestasi 30 minggu, fundus uteri dapat
dipalpasi dibagian tengah antara umbilicus dan
sternum.pada usia kehamilan 38 minggu, uterus sejajar
(b) Serviks uteri
Mengalami pelunakan/pematangan secara
bertahap akibat bertambahnya aktifitas uterus selama
kehamilan, akan mengalami trimester ketiga. Enzim
kolagenase dan prostaglandin berperan dalam
pematangan serviks.
(c) Vagina dan Vulva
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan
normal. Cairan biasanya jernih.
(d) Mammae
Keluar pembesaran cairan berwarna kekuningan
dari payudara ibu disebut dengan kolostrum.
Progesterone menyebabkan putting lebih menonjol dan
dapat digerakkan.
(e) System kardiovaskuler
Kondisi tubuh dapat memiliki dampak besar pada
tekanan darah, posisi terlentang dapat menurunkan
curah jantung hingga 25%. Kompresi vena cava inferior
oleh uterus yang membesar selama trimester ketiga
mengakibatkan menurunnya aliran balik vena.
Peningkatan volume darah dan aliran darah selama
kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena
(f) System respirasi
Perubahan hormonal yang mempengaruhi aliran
darah ke paru-paru mengakibatkan banyak ibu hamil
akan merasa susah bernafas. Ini juga diakibatkan
adanya tekanan rahim yang membesar yang dapat
menekan diafragma.
(g) System pencernaan
Pada kehamilan trimester III, penurunan drastic
tonus dan motilitas lambung dan usus ditambah
relaksasi sfinger bawah esofagus merupakan
predisposisi terjadinya nyeri ulu hati, konstipasi dan
haemoroid.
(h) System perkemihan
Peningkatan frekuensi BAK karena kepala janin
mulai turun sehingga kandung kemih tertekan.
(i) Asuhan kebidanan pada kehamilan
Menurut Manuaba (2013) penatalaksanaan pada
TM I dan TM II yaitu: pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan USG, pendidikan kesehatan diet empat
sehat lima sempurna, observasi adanya penyakit yang
dapat mempengaruhi kehamilan dan komplikasi
kehamilan, rencana untuk pengonatan penyakit, dan
evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium untuk melihat
hasil pengobatan, diet empat sehat lima sempurna,
pemeriksaan USG, imunisasi TT II, observasi adanya
penyakit menyertai kehamilan, komplikasi hamil TM
III, rencana pengobatan, tanda inpartu.
(2) Komplikasi dalam kehamilan
(a) Hiperemesis Gravidarum
Mual muntah yang berlebihan pada wanita
hamil sampai menganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi buruk, dan terjadi dehidrasi.
Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah kapiler pada lambung dan esophagus,
sehingga muntah bercampur darah (Manuaba, 2013).
(b) Abortus
Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (Mochtar,
2012).
(c) Anemia pada kehamilan
1) Definisi
Anemia karena kekurangan zat besi. Anemia
kehamilan disebut “potential danger to mother and
child” (potensial membahayakan pada ibu dan
semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan. Menurut WHO dikatakan anemia apabila
Hb kurang dari 11 g/dl (Manuaba, 2013).
2) Kebutuhan zat besi pada wanita hamil
Kehamilan memerlukan tambahan zat besi
untuk untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta.
Semakin sering wanita hamil dan melahirkan akan
semakin banyak kehilangan zat besi dan menjadi
semakin anemis.
3) Diagnosis anemia pada kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia
kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan
mual muntah.
4) Pemeriksaan HB
Pemeriksaan Hb dilakukan minimal dua kali
selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan
trimester III. Pemeriksaan Hb adalah salah satu
upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil
5) Pengaruh anemia pada kehamilan menurut Manuaba
(2013) :
(a) Pengaruh anemia terhadap ibu :
(1) Kehamilan : abortus, persalinan
prematuritas, hambatan tumbuh kembang
janin dalam rahim, infeksi, dekompensasi
kordis (Hb <6 g%), mola hidatidosa,
hiperemesis gravidarum, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (KPD).
(2) Persalinan : gangguan His (kekuatan
mengejan), kala 1 lama, kala 2 lama,
retensio plasenta, perdarahan postpartum,
kala 4 dapat terjadi perdarahan postpartum.
(b) Pengaruh anemia pada janin : abortus, IUGR,
IUFD, persalinan persalinan prematururitas
tinggi, BBLR, cacat bawaan.
(d) Emesis Gravidarum
Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala
pusing, terutama pagi hari, disertai mual dan muntah
sampai kehamilan berumur 4 bulan. Penanganan emesis
gravidarum menurut Manuaba (2013) yaitu :
1) Kemunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang
gravidarum. Emesis gravidarum akan
berangsur-angsur berkurang sampai umur kehamilan 4 bulan.
2) Menganjurkan untuk tidak cepat bangun dari posisi
tidur.
3) Menganjurkan ibu untuk makan dengan porsi kecil
tetapi sering dan jangan memakan makanan yang
menimbulkan mual.
4) Pemberian obat-obatan seperti vitamin B kompleks.
5) Menganjurkan untuk banyak minum air dan hindari
minuman dan makanan yang asam untuk
mengurangi iritasi lambung.
(e) Kehamilan postterm
1) Pengertian
Menurut Prawirohardjo (2009) kehamilan
postterm disebut juga kehamilan serotinus,
kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan,
prolonged pregnancy, extended pregnancy,
postdate/pos datisme atau pascamaturitas adalah
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu
(294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid
2) Penyebab kehamilan postterm
a) Pengaruh progestron, penurunan hormone
progesterone dalam kehamilan merupakan
kejadian perubahan endokrin yang memicu
proses biomolekuler dalam persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus pada oksitosin.
Penyebab kehamilan postterm adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progesterone.
b) Teori oksitosin , oksitosin secara fisiologi
memiliki peranan penting dalam menimbulakan
persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis. Pada kehamilan postterm tidak
ada oksitosin dari neurohipofisis.
c) Teori kortisol / ACTH, dalam teori ini bahwa
sebagai “ pemberi tanda” dimulainya persalinan
adalah janin akibat peningkatan kadar kortisol
plasma janin. Kortisol mempengaruhi plasenta
sehingga produksi progesterone berkurang dan
membesar sekresi estrogen dan meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada kehamilan
postterm kortisol janin tidak diproduksi dengan
d) Saraf uterus tekanan pada ganglion servikalis
dari pleksus Frankhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Penyebab kehamilan posttterm
karena tidak adanya tekanan pada pleksus ini
seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian terendah masih tinggi.
e) Asuhan Antenatal
Asuhan Antenatal adalah upaya prefentif program pelayanan
kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan
(Prawirohardjo, 2010; h. 278).
Pelayanan antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi
standar kualitas, yaitu :
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2. Pengukuran tekanan darah.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi.
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan.
8. Pelaksanaan temu wicara (komunikasi interpersonal dan
konseling).
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana minimal tes Hemoglobin
(Hb), protein urin, dan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya).
10.Tatalaksana kasus (Profil Kesehatan Indonesia, 2016; h.103-104).
f) Jadwal Kunjungan ANC
Tabel 2.4
Kunjungan Pemeriksaan Antenatal
Trimeste
r mlah Kunjungan Minimal aktu Kunjungan Yang Dianjurkan
I 1 x Sebelum minggu ke 16
II 2 x Antara minggu ke 24-28
IIII 3 x Antara minggu ke 30-32
Antara minggu ke 36-38
Sumber : Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas KesehatanDasar dan
Rujukan, (2013; h. 22).
2. PERSALINAN
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kadung
melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati, A,
2010). Persalinan dan kelahiran adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
Jadi dapat disimpulkan persalinan adalah proses pengeluaran
janin cukup bulan (36-42 minggu) lahir spontan dengan belakang
kepala yang berlangsung 18 jam tanpa faktor penyulit dan komplikasi
baik bagi ibu maupun janin.
2. Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
a) Persalinan spontan
b) Persalinan buatan
c) Persalinan anjuran ( partus presipitatus) (Manuaba, 2013).
Beberapa istilah yang berkaitan dengan usia kehamilan dan berat
janin yang dilahirkan menurut Manuaba (2013) yaitu :
a) Abortus terhentinya dan dikeluarkan hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungan ; usia kehamilan 28 minggu ;
berat janin kurang dari 1000 g.
b) Persalinan prematuritas. Persalinan sebelum usia kehamilan 28
sampai 36 minggu ; berat janin kurang dari 2499 g.
c) Persalinan aterm. Persalinan antara usia kehamilan 37 dan 42
minggu ; berat janin diatas 2500 g.
d) Persalinan serotinus. Persalinan melampaui usia kehamilan 42
minggu. Pada janin terdapat tanda postmaturitas.
e) Persalinan presipitatus. Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3
3. Sebab-sebab terjadinya persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya persalinan (Johariyah, S, 2012).
a) Estrogen
1) Meningkatkan sensitivitas otot rahim
2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan prostaglandin dan rangsangan mekanik.
b) Progesterone
1) Menurunkan sensitivitas otot rahim
2) Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin dan
rangsangan mekanik.
3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
4. Pemulaan terjadinya persalinan
Hormone progesterone menjelang persalinan dapat terjadi
kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan :
a. Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada
primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak di bagian
bawah, diatas simfisis pubis dan sering ingin berkemih atau sulit
kencing karena kandung kemih tertekan kepala.
c. Muncul nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot
rahim dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak sekitar
serviks (tanda persalinan palsu).
d. Terjadinya pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim.
e. Terjadinya pengeluaran lendir, lendir menutup serviks dilepaskan
(Manuaba, 2013).
5. Tanda persalinan
Tanda persalinan menurut (Manuaba, 2013) yaitu :
a) Terjadinya his persalinan. Pinggang terasa nyeri yang menjalar ke
depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya
makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks,
makin beraktivitas (jalan) kekuatan semakin bertambah.
b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). His persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan
pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir darah yang terdapat
pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler
pembuluh darah pecah.
c) Pengeluaran cairan. Ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Pecahnya ketuban diharapkan persalinan
6. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a) Power/Tenaga
Merupakan tenaga yang dikeluarkan untuk melahirkan
janin, yaitu kontraksi uterus atau his dari tenaga mengejan ibu.
Tenaga kedua yaitu tenaga mengejan terutama pada kontraksi
otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peningkatan tekanan
intraabdominal. Tenaga ini digunakan dalam kala II persalinan.
Tenaga dipakai untuk mendorong bayi keluar dan merupakan
kekuatan ekspulsi (Sondakh, 2013).
Menurut Sondakh (2013) kontaksi uterus atau his yang
normal mempunyai sifat-sifat, yaitu : kontraksi simetris, fundus
dominan, involuntir ( terjadi diluar kehendak), relaksasi,
intermintten : terjadi secara berkala (berselang-seling), terasa sakit,
terkoordinasi.
Menurut manuaba (2013) terdapat beberapa kelainan
kontraksi otot rahim, diantaranya :
(1) Inertia Uteri : His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari
his yang normal yang terbagi menjadi :
(a) Inertia Uteri Primer : Apabila sejak semula kekuatannya
sudah lemah.
(b) Inertia Uteri Sekunder : His pernah cukup kuat tapi
(2) Tetania Uteri : His yang terlalu kuat dan terlalu sering, tidak
terdapat kesempatan relaksasi otot rahim. Akibat dari tetania
uteri dapat terjadi: Persalinan Presipitatus, trauma janin, trauma
jalan lahir ibu, asfiksia intra uterin sampai kematian janin
dalam rahim.
(3) Inkoordinasi otot rahim : dapat menyebabkan sulitnya kekuatan
otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau
pengeluaran janin dari dalam rahim.
b) Passages ( Jalan Lahir)
Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina
sebelum dilahirkan, janin harus mengatasi tahanan resisten yang
ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya (Sondakh,
2013).
Menurut Sondakh (2013) passages terdiri dari :
1) Bagian keras tulang-tulang panggul ( Rangka Panggul) :
(a) Os.Coxae
(b) Os. Illium
(c) Os. Ischium
(d) Os. Pubis
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen Pintu
Panggul
(a) Pintu Atas Panggul (PAP)
(c) Pintu Bawah panggul (PBP)
(d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity)
Adapun bidang hodge menurut Sondakh (2013), yaitu :
(a) Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas
panggul (PAP) dengan bagian atas symphisis dan
promontorium.
(b) Hodge II : sejajar dengan hodge I, terletak setinggi bagian
bawah symphysis.
(c) Hodge III : sejajar dengan hodge I dan II, terletak setinggi
spina ischiadica kanan dan kiri.
(d) Hodge IV : sejajar dengan hodge I,II,III terletak seringgi Os
coccygis.
c) Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian
janin yang paling penting adalah kepala janin selain itu disertai
dengan plasenta selaput dan cairan ketuban atau amnion (Sondakh,
2013).
d) Penolong
Peran penolong persalinan dalam hal ini Bidan
adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin
terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill
dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan
7. Tahapan persalinan (Kala I,II,III,IV)
Menurut johariyah, Dkk (2012) persalinan dibagi menjadi IV kala
yaitu :
1. Kala I
a. Yang dimaksud dengan kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
b. Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap.
c. Kala I dibagi menjadi dua fase yaitu :
1) Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap,
berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga
8 jam. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara
20-30 detik.
2) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat /
memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nullipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada
multipara, terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Fase aktif : dibagi dalam 3 fase yaitu :
(a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
(b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sengat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
(c) Fade deselerasi : pembukaan menjadi lambat, dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme membukanya serviks berada antara
primigravida dengan multigravida. Pada primigravida,
Ostium Uteri Internum (OUI) akan membuka lebih dulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru
kemudian Ostium Internum Eksternum (OUE) membuka.
Pada multrigravida OUI sudah sedikit terbuka. Pada proses
persalinan terjadi penipisan dan pendataran serviks dalam
saat yang sama.
2. Kala II (Kala pengeluaran)
Pada kala II, his berkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama,
kira- kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul
tekanan pada rectum, ibu merasa seperti ingin buang air besar,
dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Lama kala II
pada primigravida adalah dari 1,5 jam sampai dengan 2 jam,
sedangkan pada multipravida adalah 0,5 jam sampai dengan 1 jam.
a. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai dengan
lahirnya bayi.
b. Gejala dan tanda kala II persalinan
1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik.
2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
3) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
4) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum
atau vagina.
5) Perineum menonjol.
6) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
7) Tanda pasti kala II : pembukaan serviks telah lengkap atau
terlihatnya bagian terendah janin di introitus vagina.
3. Kala III (pengeluaran Uri)
a. Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirnya dengan
b. Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Karena pelekatan plasenta menjadi
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka
plasenta akan terlipat, menebal dan akhirnya lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau kedalam vagina.
c. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah :
1) Uterus menjadi bundar
2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke
segmen bawah rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi perdarahan.
4. Kala IV (kala observasi)
a. Kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir, untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
post partum.
b. Kala IV dimulai sejak ibu dinyatakan aman dan nyaman
sampai 2 jam.
c. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan pasca persalinan sering terjadi pada 2 jam pertama.
1) Tingkat kesadaran penderita.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu,
pernafasan, nadi.
3) Kontraksi uterus, Tinggi Fundus Uteri.
4) Terjadinya perdarahan : perdarahan normal bila tidak
melebihi 400-500 cc.
Lama persalinan dihitung dari kala 1 sampai dengan
kala III kemungkinan akan berbeda, dibawah ini adalah table
perbedaan lama persalinan anatara Nullipara dengan Multipara.
Tabel 1.1 lama persalinan
Lama Persalinan
Para 0 Multipara
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
14 ½ jam 7 ¾ jam
(4) Mekanisme Persalinan
Pada minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim
meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada primigravida,
sedangkan pada multigravida, peluasan tersebut terjadi pada saat
dimulainya partus (Mochtar, 2012).
(5) Asuhan pada persalinan
a) Tujuan asuhan persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah untuk menjaga
kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu
dan bayi. Walaupun dengan intervensi yang minimal, namun
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan optimal. Dengan
pendekatan seperti ini, maka hal-hal yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :
1) Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik
pencegahan infeksi seperti cuci tangan, penggunaan sarung
tangan, sanitas lingkungan dan proses ulang (Sterilisasi)
peralatan bekas pakai.
2) Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan,
dan menolong proses persalinan serta kelahiran bayi.
Menggunakan patrograf untuk membuat keputusan klinik
sebagai upaya pengenalan adanya gangguan proses
persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan
tindakan yang paling tepat dan memadai.
3) Memberikan asuhan sayang ibu disetiap tahapan persalinan,
kelahiran bayi dan masa nifas, termasuk memberikan
penjelasan bagi pasien dan keluarganya tentang proses
persalinan dan kelahiran bayi serta menganjurkan suami
atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam proses
persalinan dan kelahiran bayi.
4) Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat
waktu dan optimal bagi pasien di setiap tehapan persalinan
5) Menghindari berbagai tindakan yang tidak perlu dan
berbahaya seperti pemasangan kateter urin, tindakan
episiotomy, amniotomi sebelum terjadi pembukaan
lengkap, meminta pasien meneran secara terus menerus,
dan penghisapan lendir secara rutin pada bayi baru lahir.
6) Melakukan penatalaksanaan aktif pada kala III untuk
mencegah perdarahan pasca persalinan.
7) Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk
mengeringkan dan menghangat bayi pemberian ASI sedini
mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi
serta mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk
menyelamatkan pasien dan bayi baru lahir.
8) Memberikan asuhan dan pemantauan pada awal nifas untuk
memastikan kesehatan, keamanan, serta kenyamanan pasien
dan bayi baru lahir : mengenali secara dini tanda dan gejala
bahaya atau komplikasi pasca persalinan pada pasien juga
pada bayi baru lahir serta mengambil tindakan yang sesuai.
9) Mengajarkan pada pasien dan keluarganya untuk mengenali
tanda dan gejala bahaya pada masa nifas pada pasien dan
bayi baru lahir.
10)Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan
b) Asuhan Persalinan Normal 58 Langkah
1) Langkah 1
Mendengarkan, melihat dan memeriksa gejala serta
tanda gejala kala II sebagai berikut :
a) Ibu mengatakan dorongan kuat dan rasa ingin meneran.
b) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada
rectum dan vagina.
c) Perineum tampak menonjol.
d) Vulva dan sfingter ani membuka.
2) Langkah ke 2
Memastikan perlengkapan peralatan, bahan, dan
obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia, yaitu : tempat tidur datar dan keras, 2 kain
dan 1 handuk bersih dan kering., lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a) Menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi, dan
mengganjal bahu bayi.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
3) Langkah 3
4) Langkah 4
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, kemudian mengeringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5) Langkah 5
Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan
pemeriksaan dalam.
6) Langkah 6
Memasukan oksitosin kedalam tabung suntik (
menggunakan tangan yang memakan sarung tangan DTT
dan steril, memastikan tidak terkontaminasi pada alat
suntik).
7) Langkah 7
Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan
hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan
kapas atau kassa yang dibahasi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau terkontaminasi
tinja, membersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang.
b) Membuang kapas atau pembersih ( terkontaminasi)
c) Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(mendokumentasi, melepaskan, dan merendam dalam
larutan klorin 0,5%).
8) Langkah 8
a) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap.
b) Melakukan amniotomi bila selaput ketuban dalam
belum pecah dan pembukaan sudah lengkap.
9) Langkah 9
Mendokumentasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5% kemudian melepaskan dan
merendam kedalam terbalik dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan.
10) Langkah 10
Memeriksakan denyut jantung janin (DJJ) setelah
kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal ( 120-160 x/menit).
11) Langkah 11
a) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan
ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
b) Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran,
melanjutkan pemantauan kondisi ibu dan janin,
memantau kenyamanan ibu ( mengikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif), dan mendokumentasikan
sesuai temuan yang ada.
c) Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan member semangat
pada ibu untuk meneran secara benar
12) Langkah 12
Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi
meneran ( jika ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi
yang kuat, membantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi yang diinginkan dan memastikan ibu merasa nyama).
13) Langkah 13
Melaksanakan bimbingan meneran pada saar ibu
merasakan ada dorongan kuat untuk meneran dengan cara
sebagai berikut :
a) Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif.
b) Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam
waktu yang lama).
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga member dukungan dan
semangat untuk ibu.
f) Memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum).
g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Segera merujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir
setelah 120 menit atau 2 jam meneran pada
primigravida, dan 60 menit atau 1 jam meneran pada
multipravida.
14) Langkah 14
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran 60 menit.
15) Langkah 15
Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
diperut ibu jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
16) Langkah 16
Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian
17) Langkah 17
Membuka tutup partus set dan memperhatikan
kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Langkah 18
Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Langkah 19
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka melindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.
20) Langkah 20
Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan
segera melanjutkan proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, mengklem tali
pusat didua tempat dan memotong diantara klem
21) Langkah 21
Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Langkah 22
Memegang secara biparietal setelah kepala melakukan
putaran paksi luar. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Secara lembut menggerakan kepala kea rah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus
pubis dan kemudian menggerakan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
23) Langkah 23
Menggeser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah bawah
setelah kedua bahu lahir. Menggunakan tangan atas untuk
menyelusuri dan memegang lengan dan sebelah atas.
24) Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan
atas berkelanjut ke punggung, bokong dan kaki. Memegang
kedua mata kaki (memasukan telunjuk diantara kaki dan
memegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
25) Langkah 25
Melakukan penilaian (selintas) sebagai berikut :
a) Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa
kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak bernafas atau megap-megap, segera
lakukan tindakan resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut ke
langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir
dengan asfiksia).
26) Langkah 26
Mengeringkan dan memosisikan tubuh bayi diatas
perut ibu.
a) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks),
kecuali bagian tangan.
b) Mengganti handuk basah dengan handuk kering.
c) Memastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut
ibu.
27) Langkah 27
Memastikan kembali perut ibu untuk memastikan
28) Langkah 28
Memberitahu ibu bahwa penolong akan
menyuntikkan oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).
29) Langkah 29
Menyuntikkan oksitosin 10 unit (intramuscular) di 1/3
paha atas bagian distal lateral (melakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin) dalam waktu satu menit setelah
bayi lahir.
30) Langkah 30
Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem (dua
menit setelah bayi lahir pada sekitar 3 cm dari pusar
(umbilicus) bayi. Pada sisi luar klem penjepit, mendorong
isi tali pusat kearah distal (ibu) dan melakukan penjepitan
kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Langkah 31
Memotong dan mengikat tali pusat dengan cara
sebagai berikut :
a) Mengangkat tali pusat yang telah dijepit dengan satu
tangan kemudian melakukan pengguntingan tali pusat
(melindungi perut bayi) diantara 2 klem tersebut.
b) Mengikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu
berlawanan dan melakukan ikatan kedua menggunakan
benang dengan simpul kunci.
c) Melepaskan klem dan memasukan dalam wadah yang
telah tersedia.
32) Langkah 32
Melakukan persiapan inisiasi menyusui dini dengan
cara sebagai berikut :
a) Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ke
ibu kekulit bayi.
b) Meletakan bayi dengan posisi tengkurap didada ibu.
c) Meluruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan
baik didinding dada perut ibu.
d) Mengusahakan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara
ibu.
33) Langkah 33
Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
pasang topi dikepala bayi.
34) Langkah 34
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak
35) Langkah 35
Meletakan satu tangan diatas kain pada perut iu yaitu
padaa tepi atas simfisis untuk mendeteksi dan tangan lain
menegangkan tali pusat.
36) Langkah 36
Menegangkan tali pusat kearah bawah setelah uterus
berkontraksi, sambil tangan yang lain mendorong uterus
kearah belakang-atas (dorso cranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversion uteri).
Menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik kemudian mengulangi prosedur diatas.
Meminta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi putting susu jika uterus tidak segera
berkontraksi.
37) Langkah 37
Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial
hingga plasenta terlepas. Meminta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
kemudian kearah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap
a) Jika tali pusat bertambah panjang memindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
melahirkan plasenta.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat maka :
(1) Memberi dosis ulang oksitosin 10 unit IM.
(2) Melakukan katerisasi (aseptic) jika kandung kemih
penuh.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya.
(5) Segera merujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30
menit setelah bayi lahir.
(6) Melakukan manual plasenta jika terjadi perdarahan.
38) Langkah 38
Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat
plasenta muncul diintroicus vagina. Memegang dan
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
melahirkan dan menepatkan plasenta pada wadah yang
telah disedikan. Jika selaput ketuban robek memakai sarung
tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa