BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual
1. Metode Peer Learning (Teman Sebaya)
Menurut (Miller et al.,1994), peer learning merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat digunakan pada peserta didik yang mengalami kemampuan belajar spesifik dalam meningkatkan kemampuan dasar matematika mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah bahkan ditempat kerja.
satu peserta didik lainnya sebagai tutor. d) Small group instruction, setiap kelompok bergantian sebagai tutor untuk kelompok lainnya. e) Home based tutoring, orang tua berfungsi sebagai tutor.
Menurut Goodlad (1998), tujuan peer learning adalah a) Mengembangkan kemampuan belajar. b) Mengevaluasi hasil kerja. c) Menyelesaikan masalah-masalah tertentu. d) Mendorong belajar mandiri. e) Mengurangi angka putus sekolah. f) Memberi dukungan kepada siswa.
Menurut Miller et al., (1994), tahapan pembelajaran peer learning adalah sebagai berikut: a) Membuat persiapan. b) Menjalankan program. c) Pengayaan dan ekstensi. Dalam langkah pertama, membuat persiapan sebelum pembelajaran dengan metode pembelajaran peer learning adalah sebagai berikut: a) Format bimbingan, guru harus mempertimbangkan karakteristik siswa, sumber daya yang tersedia, dan tujuan dari pembelajaran untuk memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran. b) Memilih rekan, perserta didik dapat dipasangkan oleh guru, baik secara acak, atau dengan pertimbangan khusus bagi peserta didik dengan perilaku atau berprestasi, peserta didik bergiliran mempresentasikan, masing-masing menghabiskan 5 sampai 10 menit. c) Melatih tutor, melatih tutor dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. d) Mengatur suasana pembelajaran, mengatur suasana belajar memerlukan peran guru dalam penjadwalan. Dalam langkah kedua, dijalankan program antara lain: a) Pre-test. b) Latihan. c) Tes. Dalam langkah ketiga, dilakuan pengayaan dan ekstensi yaitu praktik tambahan memberikan pengayaan dan perluasan kegiatan yang berkaitan dengan topik pembelajaran.
tersedia sebagai ahli untuk menyelesaikan kemungkinan masalah yang ditemukan tutor dan sebagai pengawas kegiatan. e) Guru memberikan formulir untuk memantau kesulitan dan kemampuan tutee pada tiap pertemuan kepada masing-masing tutor. f) Tutor memberi laporan dari hasil diskusi bersama tutee.
Menurut Djamarah et al., (2010), langkah-langkah metode peer learning adalah sebagai berikut: a) Bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada
seluruh anak didik. b) Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap anak didik. c) Minta anak didik secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan jawabannya. d) Setelah jawaban diberikan, mintalah anak didik lain untuk menambahkan. e) Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.
Berdasarkan keempat pendapat tersebut, langkah-langkah metode
pembelajaran peer learning pada penelitian ini sebagai berikut: a) Mempersiapkan bahan ajar sebelum memulai proses pembelajaran, pada
membantu guru dalam pembelajaran. d) Masing-masing kelompok diberi lembar kerja kelompok, pada langkah ini guru memberikan lembar kerja kelompok dengan masing-masing kelompok diberi masalah untuk didiskusikan dengan tutor. e) Guru memberikan waktu kepada masing-masing tutor dalam kelompok memberikan materi kepada anggota kelompoknya kemudian mendiskusikan soal yang ada pada lembar LKK.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran peer learning merupakan pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat
memahami materi pelajaran dengan baik dan dapat mentransfer apa yang dipahami kepada temannya. Selain itu, pembelajaran peer learning dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan kerja tim. Komunikasi dan kerjasama yang baik akan memudahkan siswa memecahkan permasalahan yang dihadapi.
2. Pendekatan Mastery Learning (Belajar Tuntas)
pembelajaran yang diindividualkan dengan menggunakan model kelompok (group-based approach).
Menurut Lalley (2003), prinsip-prinsip utama mastery learning dalah sebagai berikut: a) Kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkis. b) Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan dan setiap kompetensi harus diberikan feedback. c) Pemberian pembelajaran remedial dan bimbingan jika diperlukan. d) Pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal (Majid, 2014).
Setelah seluruh rangkaian unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes yang mencakup seluruh rangkaian/ seri unit pelajaran.
Mastery learning menyajikan suatu cara yang menarik dan ringkas untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok bahasan yang lebih memuaskan (Joice dan Weil, 1995). Menurut (Wena, 2012), model mastery learning terdiri atas lima tahap, yaitu orientasi (orientation), penyajian (presentation), latihan terstruktur (structured practice), latihan terbimbing (guided practice), dan latihan mandiri
(independent practice).
pertanyaan, kemudian guru memberi balikan atas jawaban siswa. d) Latihan Terbimbing, pada tahap ini guru memberi kesempatan pada siswa untuk latihan menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan dalam menyelesaikannya. Melalui kegiatan terbimbing ini memungkinkan guru untuk menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan sejumlah tugas dan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Jadi peran guru dalam tahap ini adalah memantau kegiatan siswa dan memberikan umpan balik yang bersifat korektif jika diperlukan. d) Latihan Mandiri, tahap latihan mandiri adalah inti dari strategi ini. Latihan mandiri dilakukan apabila siswa telah mencapai skor unjuk kerja antara 85%-90% dalam tahap latihan terbimbing.
Secara umum, keuntungan model mastery learning adalah sebagai
beriku: a) Siswa dengan mudah dapat menguasai isi pembelajaran. b) Meningkatkan motivasi belajar siswa. c) Meningkatkan kemampuan siswa
memecahkan masalah secara mandiri. d) Meningkatkan kepercayaan diri siswa.
sulit dan masih baru. d) Model ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan waktu yang cukup besar. e) Untuk melaksanakan model ini mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan model mastery learning merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.
3. Metode Peer Learning dengan Pendekatan Mastery Learning
Berdasarkan kajian teori diatas, maka dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode peer learning dengan pendekatan mastery learning adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode peer learning dengan pendekatan mastery learning.
No. Langkah-langkah peer learning dengan pendekatan mastery learning
1. Guru mempersiapkan bahan ajar sebelum memulai pembelajaran.
2. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa.
3. Guru menentukan tutor untuk masing-masing kelompok, siswa yang ditunjuk sebagai tutor sudah terlebih dahulu mendapatkan bimbingan oleh guru.
No. Langkah-langkah peer learning dengan pendekatan mastery learning
masing-masing kelompok.
5. Guru memberikan waktu kepada masing-masing tutor dalam kelompok
memberikan materi kepada anggota kelompoknya kemudian
mendiskusikan soal yang ada pada lembar LKK secara tuntas.
6. Guru memberikan lembar kerja siswa
7. Guru membahas hasil jawaban siswa secara tuntas.
8. Guru memberikan waktu untuk berdiskusi dengan tutor dalam kelompok kecil.
9. Guru melakukan remedial untuk siswa yang jawabannya masih salah.
4. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman menurut Nana (2011) merupakan tingkat hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan yang diperoleh, perlu adanya mengenal atau mengetahui untuk dapat dipahami. Menurut Sardiman (2003), pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh karena itu, belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasinya, serta bagaimana aplikasinya sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi.
suatu contoh tertentu termasuk dalam kategori konsep atau tidak. Cara menyajikan konsep adalah dengan sebuah definisi.
Dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan bagian yang sangat penting dan menjadi landasan untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika maupun permasalahan sehari-hari. Menurut Jihad (2012), pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Menurut Wardhani (2008), pemahaman konsep merupakan kondisi siswa mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam berbagai pemecahan masalah.
Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah (Wardhani, 2008; Shaddiq, 2009; Jihad, 2012).
Adapun indikator kemampuan pemahaman konsep dalam penelitian ini yaitu: a) Menyatakan ulang sebuah konsep. b) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. c) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep. d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. f) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu. g) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep dapat diartikan sebagai kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan melakukan prosedur secara efisien dan tepat dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah. Siswa dikatakan mempunyai kemampuan pemahaman konsep matematis jika siswa mampu mendefinisikan dan mengidentifikasikan konsep serta menyajikannya dalam representasi matematis.
B. Materi Pembelajaran
Kompetensi dasar dan indikator :
1. Menyelesaikan persamaan linear satu variabel.
2. Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel. a. Mengenal PtLSV dalam berbagai bentuk dan variabel. b. Menentukan bentuk setara PtLSV.
c. Menentukan penyelesaian PtLSV.
3. Membuat matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
4. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
a. Membuat model matematika yang berkaitan dengan PLSV dan PtLSV. b. Menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan PLSV dan
PtLSV.
C. Penelitian Relevan
Ada beberapa penelitian yang berkenaan dengan metode peer learning yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Safitri et al., (2014) menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa-siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif peer tutoring memiliki prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran mandiri dengan e-learning, dan model pembelajaran langsung.
ada perbedaan pemahaman konsep matematis pada materi program linear antara peserta didik yang menggunakan KTSP dan kurikulum 2103.
Berdasarkan penelitian di atas, menunjukkan bahwa melalui metode peer learning berdampak positif terhadap pembelajaran matematika. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode peer learning dalam pembelajarannya. Perbedaan penelitian ini adalah Pengaruh metode peer learning dengan pendekatan mastery learning terhadap kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa.
D. Kerangka Pikir
bertanya kepada temannya yang menjadi tutor. Siswa menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran. Tidak hanya metode pembelajaran yang digunakan, tetapi juga perlu adanya pendekatan pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara penuh materi pelajaran. Pendekatan mastery learning mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas materi pelajaran sehingga konsep matematika siswa dapat dikuasai secara tuntas. Penguasaan konsep tersebut dicapai oleh masing-masing siswa dengan adanya diskusi ulang untuk siswa yang belum tuntas dan remidial sehingga siswa dapat menguasai materi bahan ajar yang dilakukan disekolah secara penuh. Salah satu pembelajaran yang mungkin dapat menunjang pemahaman konsep matematis siswa adalah metode peer learning dengan pendekatan mastery learning.
algoritma pada pemecahaman masalah. Langkah selanjutnya, siswa yang jawabannya masih salah melakukan remedial dengan mengerjakan kembali soal yang jawabannya salah. Pada tahap ini, diharapkan siswa dapat menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu sesuai soal yang ditanyakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kerangka pikir bahwa melalui pembelajaran metode peer learning dengan pendekatan mastery learning dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
E. Hipotesis Penelitian