SEMANGAT PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC
MEMBERI INSPIRASI BAGI PELAYANAN PARA ANGGOTA SS.CC DI MOLOKAI, INDIA DAN KAUM AWAM DI ALOR
DALAM MEMPERHATIKAN PARA PENDERITA KUSTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Morta Sihite NIM: 051124024
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
seluruh anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus Dan Hati Suci Maria (SS.CC),
di mana pun berada yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menimba ilmu dan telah mendukung saya dengan caranya masing- masing
selama kuliah di IPPAK Yogyakarta hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
v MOTTO
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu dan hendaklah
hatimu melimpah dengan syukur.”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan atau daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 09 Juni 2009
Penulis,
viii
ABSTRAK
Skripsi berjudul SEMANGAT PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC MEMBERI INSPIRASI BAGI PELAYANAN PARA ANGGOTA SS.CC DI MOLOKAI, INDIA DAN KAUM AWAM DI ALOR DALAM MEMPERHATIKAN PARA PENDERITA KUSTA. Judul ini dipilih berdasarkan fakta bahwa semangat pelayanan pastor Damian terhadap orang-orang kusta memberi inspirasi bagi pelayanan para anggota SS.CC di Molokai, India dan kaum awam di Alor hingga dewasa ini.
Kongregasi SS.CC menghayati dan menghidupi semangat Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria. Dengan kata lain semangat yang menjiwai para anggota SS.CC bersumber pada Cinta dan sembah sujud kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria dalam menghidupi, mengkontemplasikan dan mewartakan cinta kasih Allah kepada dunia. Semangat itu diwujudkan oleh anggota SS.CC dalam bentuk empat masa hid up Yesus yaitu: Masa kanak-kanak dalam pendidikan anak-anak terlantar, masa tersembunyi dalam adorasi, masa karya dalam kerasulan, dan masa sengsara Yesus dalam pantang dan matiraga. Semangat ini pula yang membakar hati pastor Damian untuk rela mengabdikan dirinya melayani orang-orang kusta di Molokai.
Pastor Damian mengasihi Tuhannya dengan segenap kekuatan dan mengashi sesamanya dengan segenap hatinya. Hal ini ditunjukkan oleh pastor Damian melalui pengabdian dirinya secara total yang bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah demi orang-orang yang menderita kusta di Molokai sampai ia wafat sebagai penderita kusta.
ix
ABSTRACT
The title is THE MINISTRY’S SPIRIT OF PATER DAMIEN SS.CC WHICH IS INSPIRING FOR THE MINISTRY OF SS.CC FOLLOWERS IN MOLOKAI, INDIA AND THE LAITY IN THE CITY OF ALOR FOR GIVING ATTENTION TO LEPROSY. The title is chosen based on the fact of Pater Damien’s spirit in his ministry to the leprosy which is inspiring for the ministry of SS.CC followers in Molokai, India and the Laity in the city of Alor.
Sacred Hearts Congregation experience and live the spirit of the Sacred Hearts of Yesus and Mary, which is a source for all the ministry of the SS.CC followers through to contemplate, to live and to announce God’s love to the world. The spirit was formed by SS.CC followers into four period of Yesus’life, which is; His childhood through education, contemplate and adoration period, the ministry period and the suffering in fasting, and prohibitation period. This is the spirit which mortified Pater Damien until he sacrifice his life became a servant of leprosy in Molokai.
Pater Damien showed his great love to God through his love for leprosy by hard worked day and nigth without any complaining, worked and served leprosy until he died as leprosy.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah yang Maha Pengasih dan Pemurah
atas berkat dan bimbingan-Nya yang melimpah, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul SEMANGAT PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC MEMBERI INSPIRASI BAGI PELAYANAN PARA ANGGOTA SS.CC DI MOLOKAI, INDIA DAN KAUM AWAM DI ALOR DALAM MEMPERHATIKAN PARA PENDERITA KUSTA ini dengan baik. Penulis mengajukan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan menempuh
ujian sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma tahun ajaran 2008/2009.
Dalam penyusunan skripsi ini, ada berbagai pihak yang terlibat membantu
penulis baik berupa sumbangan pemikiran dan dukungan lainnya. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, dari lubuk hati yang paling dalam, penulis me ngucapkan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J., selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata
Dharma yang telah berkenan dan sabar membimbing penulis selama kuliah
di kampus IPPAK tercinta ini.
2. Bapak Dapiyanta SFK,M.Pd., selaku Sekretaris Prodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma yang telah berjasa mendidik dan membimbing penulis
xi
3. Dr. J. Darminta, S.J., selaku pembimbing utama skripsi yang telah rela
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran mendidik dan
membimbing penulis dari awal penyusunan hingga sampai selesainya
skripsi ini.
4. Bapak P. Banyu Dewa HS,S.Ag.,M.Si. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah berjasa dalam mendidik, mengajar, membimbing dan
menjadi teman seperjalanan penulis dari awal perkuliahan hingga
selesainya studi di kampus IPPAK ini.
5. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku Dosen penguji skripsi yang telah
dengan sabar mendidik, mengajar dan membimbing penulis selama kuliah
di kampus IPPAK.
6. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan
membimbing penulis selama belajar hingga selesainya penulisan skripsi
ini.
7. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh
karyawan bagian la innya yang telah memberi dukungan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2005/2006 yang turut
berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis
xii
9. Suster Aurora Laguarda SS.CC, sebagai Propinsial Kongregasi SS.CC,
se-Asia yang telah mendukung dan memotivasi penulis selama belajar hingga
selesainya penyusunan skripsi ini.
10. Suster Maria Nieves SS.CC, sebagai pembimbing para suster junior
Kongregasi SS.CC di Indonesia dan sekaligus sebagai pemimpin
komunitas di Bandung yang telah memberi usul, saran dan menyemangati
penulis untuk menuliskan skripsi tentang semangat pelayanan pastor
Damian SS.CC.
11. Segenap suster Kongregasi SS.CC di Komunitas Bandung, khususnya
Komunitas Yogyakarta dan dimanapun berada, baik yang masih belajar
maupun yang sudah berkarya, yang telah berpartisipasi memberi dukungan
moral dan material kepada penulis selama belajar sampai selesai skripsi
ini.
12. Segenap pastor, bruder dan frater Kongregasi SS.CC di komunitas
Bandung, khususnya komunitas Yogyakarta yang turut mendukung dan
membantu penulis selama belajar di Kampus Universitas Sanata Dharma
Prodi IPPAK sampai selesainya penyusunan skripsi ini.
13. Segenap saudara-saudari se-Kongregasi dimanapun berada, yang telah
menolong dan mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini.
14. Bapak, ibu dan adik-adikku yang memberi semangat, dukungan dan
memotivasi penulis dengan cara mereka masing- masing, mulai dari awal
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Persembahan ... iv
Motto ... v
Pernyataan Keaslian Karya ... vi
Pernyataan Publikasi ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Hidup Pastor Damian SS.CC ... 9
1. Tempat Lahir ... 9
2. Suasa Keluarga ... 9
B. Awal Panggilan Pastor Damian SS.CC ... 11
1. Peristiwa- peristiwa Hidup Masa Kecil Pastor Damian SS.CC ... 13
2. Motivasi Damian Pastor Damian SS.CC ... 15
3. Tokoh orang Kud us yang dikagumi oleh Pastor Damian SS.CC ... 16
C. Perjalanan Panggilan Pastor Damian SS.CC ... 16
xv
2. Karya secara singkat ... 18
3. Wilayah Pelayanan Pastor Damian SS.CC ... 22
D. Pastor Damian SS.CC Seorang Religius ... 23
1. Sejarah Kongregasi SS.CC secara singkat ... 26
2. Spiritualitas Kongregasi SS.CC ... 27
3. Semangat Dasar Pelayanan SS.CC ... 29
E. Pastor Damian SS.CC bukan hanya sekedar Misionaris ... 30
1. Abdi Allah ... 30
2. Sahabat Orang Kusta ... 31
3. Pahlawan orang Kusta ... 33
F. Beatifikasi dan Kanonisasi Pastor Damian SS.CC ... 34
1. Pengertian Beatifikasi ... 34
2. Pengertian Kanonisasi ... 36
BAB III. GAMBARAN PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC KEPADA PARA PENDERITA KUSTA ... 37
A. Defenisi Kusta ... 37
1. Pengertian Kusta ... 37
2. Beberapa Pendapat yang salah tentang kusta... 38
3. Fakta yang benar ... 38
4. Pengobatan Penyakit Kusta ... 39
5. Masalah yang dihadapi oleh Penderita Kusta ... 40
B. Eksistensi Penderita Kusta ... 41
1. Masa Pastor Damian SS.CC ... 41
2. Masa Sekarang ... 49
C. Pelayanan Pastor Damian SS.CC ... 51
1. Solider dengan penderita kusta ... 54
a. Pelayanan konkrit Pastor Damian dalam bentuk jasmani ... 54
b. Pelayanan Pastor Damian dalam bentuk rohani ... 54
2. Model pelayanan Pastor Damian SS.CC ... 55
xvi
BAB IV. RELEVANSI PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC BAGI ANGGOTA
SS.CC DAN KAUM AWAM DEWASA INI ... 58
A. Api kasih Allah Mengobarkan Hati Pastor Damian SS.CC... 58
1. Semangat Pastor Damian SS.CC ... 58
2. Semangat Zaman Sekarang ... 59
B. Kesulitan Hambatan, dan Tantangan ... 60
1. Dalam Diri Pastor Damian SS.CC ... 61
2. Luar Diri Pastor Damian SS.CC ... 61
C. Iman dan Harapan Pastor Damian SS.CC ... 62
1. Iman yang Hidup dalam Sejarah Manusia ... 62
2. Iman yang terlibat dalam persoalan hidup dunia ... 65
D. Karakter Pelayanan Pastor Damian SS.CC ... 65
E. Pengaruh Semangat Pastor Damian SS.CC ... 68
1. Pelayanan anggota SS.CC di India ... 68
Lampiran 3 : Keterangan dari Dokumentasi (DVD) ... (4)
Lampiran 4 : What is essential in our charism ... (6)
Lampiran 5 : Alasan Mengapa orang disebut orang kudus ... (7)
Lampiran 6 : Sahabat Damian ... (10)
Lampiran 7 : Komunitas Damian di India ... (13)
xvii
Lampiran 9 : Pelayanan Pastor Damian SS.CC di tengah penderita kusta ... (17)
Lampiran 10 : Pater Damian SS.CC ... (20
Lampiran 11 : Father Damien on Doorstep to Sainthood ... (23)
Lampiran 12 : Tambahan tentang pastor Damian ... (25)
Lampiran 13 : Penyakit Kusta ... (26)
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Daftar Singkatan Kitab Suci
Semua singkatan Kitab Suci dalam skripsi, penulis menggunakan
singkatan Kitab Suci sesuai dengan daftar singkatan Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru dalam Alkitab Katolik Deuterokanonika cetakan tahun 2000 oleh
Bimas Katolik Departemena Agama, Republik Indonesia dalam rangka PELITA
percetakan Arnoldus Ende pada hal. 8.
Luk. : Lukas
Mat. : Matius
Mrk. : Markus
Yoh. : Yohanes
B. Singkatan lain- lain
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
Art. : Artikel
Bdk. : Bandingkan
Cth. : Contoh
DDS : Diethyl-Diephenyl-Sulphone
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kons. : Konstitusi
xix MDT : Multiple Drug Therapy
SS.CC : Congregacion de los Sagrados Corazones de Jesu y de Maria
(Congregation of the Sacred Hearts of Jesus and Mary)
TT : Tanpa Tahun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada abad ke-18, di Amerika Serikat muncullah beberapa penyakit yang sangat
berbahaya dan dapat menular kepada siapa saja. Salah satu di antaranya adalah
penyakit kusta. Pada waktu itu, penyakit kusta menjadi penyakit yang paling ditakuti,
karena sangat berbahaya dan tidak dapat disembuhkan. Situasi ini menimbulkan
kekawatiran dan kecemasan bagi pihak Pemerintah dan Raja Hawai. Oleh karena itu,
Pemerintah dan Raja Hawai berunding dan memutuskan untuk mengasingkan mereka
yang pernah dan sedang menderita kusta ke suatu pulau yaitu Molokai. Pulau
Molokai adalah sebuah pulau terpencil di kepulauan Hawai yang sepi dan
menyeramkan karena tidak ada penghuninya. Para penderita kusta dikumpulkan dan
dibuang ke sana. Kalau sudah tiba di Molokai, tidak ada yang dapat keluar dari sana
dengan alasan dan cara apapun juga. Pegawai pemerintah ingin memusnahkan
penderita kusta dengan jalan kekerasan maka penderita kusta dikejar-kejar oleh
pegawai pemerintah (Van Kessel, 1992: 19).
Di antara penderita kusta yang diasingkan itu, banyak juga yang beragama
katolik, mereka berkalung rosario menurut ajaran missionaris di tempatnya. (Van
Kessel, 1994: 41). Mereka tentunya membutuhkan kehadiran seorang imam untuk
merawat, menggembalakan dan terlebih untuk melayani penerimaan
sakramen-sakramen Gerejani. Oleh karena itu, Uskup Maigret membicarakan hal itu dan
menawarkannya kepada para misionaris dari Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati
2
penderita kusta di pulau Molokai. Tawaran itu diterima oleh para misionaris SS.CC.
Awalnya mereka diutus secara bergantian. Satu orang diutus untuk tiga bulan, dan
diganti oleh misionaris berikutnya. Salah satu di antara mereka adalah Pastor Damian
yang sekarang ini disebut sebagai martir cinta kasih dan pahlawan kemanusiaan.
Pastor Damian merawat dan melayani penderita kusta selama 16 tahun dan ia wafat
sebagai penderita kusta (Van Kessel, 1992: 108)
Hidup manusia selalu saja penuh dengan kejutan. Itulah kedinamisan hidup
manusia. Setiap abad, orang selalu menemukan peristiwa dan tantangan yang baru
dan harus ditanggapi dengan penuh rasa tanggungjawab, baik secara pribadi maupun
bersama-sama. Penyakit kusta yang menyebar di Amerika Serikat pada waktu itu
adalah salah satu kejutan dari sekian banyak kejutan. Pemerintah dan Raja Hawai
telah memberikan tanggapannya dengan mengasingkan para penderita kusta ke pulau
Molokai. Pastor Damian yang disebut “pahlawan” bukan karena gila hormat, tetapi
karena pemberian diri seutuhnya untuk melayani penderita kusta juga memberikan
tanggapannya (Van Kessel 1992: 108). Akan tetapi tanggapan yang diberikan oleh
pastor Damian sangat berbeda dengan tanggapan pemerintah dan raja Hawai. Pastor
Damian tidak bermaksud untuk mengasingkan dan menolak penderita kusta tetapi
untuk merangkul, mengasihi, mencintai dan melayani mereka. Pastor Damian rela
mengorbankan hidupnya bagi mereka yang tidak lagi diperhitungkan di dalam
kehidupan bersama (Van Kessel, 1992: 16)
Dewasa ini, penyakit kusta tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang sangat
berbahaya. Penyakit kusta tidak lagi terlalu ditakuti, karena berkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, para ilmuwan dalam dunia medis telah menemukan obat
yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Kendatipun demikian, di berbagai tempat
3
kusta tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi karena takut akan akibat yang ditanggung
setelah penyakit itu disembuhkan. Orang takut akan ketidaksempurnaan fisik yang
dapat menyebabkan pengasingan dan keterasingan mereka dari kehidupan
bermasyarakat. Di samping itu, masih ada banyak orang yang mempunyai pandangan
yang salah tentang penyakit kusta dan memiliki pengetahuan yang sangat minim
(http://pelangikasihministry.blogspot. com/search/label/lain- lain).
Zaman sekarang, kita memang tidak dapat menfokuskan diri hanya pada satu
macam penyakit, persoalan, masalah, kesulitan dan penderitaan. Media Massa
menunjukkan kepada kita suatu wawasan yang lebih luas tentang penderitaan
manusia dalam dunia. Di beberapa kota, wilayah, desa, masih ada banyak orang yang
tidak bisa hidup sebagaimana layaknya manusia yang mempunyai martabat. Begitu
juga dengan penderita kusta. Di banyak tempat, mereka masih disingkirkan dan
diasingkan dari kehidupan bermasyarakat. Berhadapan dengan kenyataan ini, muncul
pertanyaan, bagaimanakah tanggapan kita terhadap mereka yang menderita? Dan apa
yang dapat kita lakukan untuk me ringankan keterasingan mereka?
Sebagai orang kris tiani, yang menamakan diri pengikut Kristus, dipanggil untuk
mewartakan karya keselamatan (Luk 12:31) di dalam kehidupan kita kini dan di sini.
Allah di dalam dan melalui Kristus telah menunjukkan betapa besar cinta kasih-Nya
kepada kita. Cinta dan kasih Allah yang besar itu, hendaknya menggerakkan hati kita
untuk memperhatikan dan melayani mereka yang tersingkir, miskin, lemah, dan
menderita, karena kita dipanggil untuk menolong sesama yang menderita dan
mengangkat martabatnya yang direndahkan.
Karya keselamatan Allah yang dikerjakan oleh Yesus adalah karya keselamatan
yang juga nyata di dalam sejarah. Mujizat- mujizat penyembuhan yang dikerjakan
4
dunia. Penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus adalah kesembuhan yang utuh, total
dalam arti menyeluruh secara jasmani dan rohani, fisik dan jiwa (bdk. Mat. 10:8ª).
Karya penyembuhan Yesus merupakan warta pembebasan, kebahagiaan, sukacita,
kegembiraan dan kesejahteraan bagi semua orang tanpa kecuali, seperti tertulis dalam
Injil Lukas 4:18-19. Orang-orang mengatakan bahwa Yesus mempunyai kuasa untuk
menyembuhkan, akan tetapi bagaimanakah tanggapan manusia akan karya
penyembuhan itu? Apa yang dapat dilakukan oleh manusia?
Dalam Gereja Katolik, banyak orang yang disebut Kudus, bukan karena mereka
mau menjadi orang Kudus, tetapi karena mereka mempunyai hati yang terbuka untuk
sesama, seperti yang telah dilakukan oleh pastor Damian, SS.CC. Ia mengabdikan
seluruh hidupnya demi memperhatikan mereka yang paling hina dan tersingkirkan
secara khusus sesuai pada zamannya, yakni para penderita kusta. Di Molokai pastor
Damian menyerahkan seluruh hidupnya demi Kerajaan Allah melalui pelayanannya
kepada penderita kusta. Sesudah bertahun-tahun pastor Damian tinggal dan hidup
bersama para penderita kusta serta melayani mereka di Molokai, akhirnya, pastor
Damian meninggal sebagai penderita kusta, pada tanggal 15 April 1889. Ada
kesaksian bahwa sebelum pastor Damian meninggal, penyakit kusta lenyap dari
wajahnya. Di sana tampak sekali perubahan bahwa hilangnya luka- luka yang semula
memenuhi wajahnya (Farrow, 1994: 296).
Penderitaan Yesus secara fisik, di satu pihak sangat mengerikan. Penderitaan
mengungkapkan kekejaman dosa dan kejahatan manusia. Namun di lain pihak mau
mengungkapkan penyerahan diri Tuhan yang rela terluka (Martasudjita, 2004: 33).
Kematian pastor Damian sebagai orang kusta menjadi bukti nyata, bahwa cinta
memang tidak jauh dari penderitaan, karena hakikat dari cinta adalah pengorbanan,
5
tidak mementingkan diri sendiri, membawanya ma suk ke dalam semangat pelayanan
Yesus Kristus yang datang ke dalam dunia bukan untuk dilayani tetapi untuk
melayani. “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani me lainkan untuk melayani
dan memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat.20:28).
Kemajuan zaman dan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan terkadang
mengaburkan hakikat cinta yang adalah pengorbanan. Pola dan semangat hidup
individualistik mengubah hakikat cinta yang adalah “pengorbanan diri” menjadi
“mengorbankan orang lain” demi diri sendiri atau sekelompok orang. Perkembangan
dunia; ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya semakin mengajak orang
untuk berbagi hidup dan saling meringankan penderitaan sesama, malah sebaliknya
membawa perpecahan, persaingan dan membawa korban bagi yang lain. Dalam
situasi seperti ini, masih adakah orang yang tergerak hatinya untuk membantu orang
lain yang menderita? Sebagaimana Yesus mempunyai semangat pelayanan yang
berpihak pada orang miskin dan menderita? (Bdk. Sabda Yesus yang tertulis di dalam
Injil Mat. 9:36). “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”. Masih
adakah orang yang mau menghayati dan menghidupi cinta yang adalah pengorbanan
diri dan tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dengan mengabdikan diri bagi
mereka yang menderita, disingkirkan dan diasingkan?
Pastor Damian yang mengambil bagian dalam cinta kasih Kristus dengan
mengabdikan hidupnya bagi para penderita kusta di Molokai, telah memberi inspirasi
bagi banyak orang dalam melaksanakan karya pelayanan mereka. Di belahan dunia,
ada banyak orang yang meneladani, menghayati, dan menghidupi semangat pastor
Damian dalam memperhatikan dan melayani penderita kusta sebagai ungkapan dan
6
Di Indonesia, khususnya di Alor-Kupang, ada seorang gadis awam berasal dari
Jerman yang tertarik dan terinspirasi untuk meneladani, menghayati dan menghidupi
semangat pastor Damian, SS.CC. Ia bernama: Gisela. Orang-orang di sekitarnya lebih
sering memanggil dia dengan sebutan “mama putih”, karena warna kulitnya yang
putih. Gisela lahir pada tanggal 25 Agustus 1934 di Neisse Jerman. Hingga sekarang,
gadis Jerman itu, masih melayani penderita kusta yang masih tersisa dan lebih- lebih
anak-anak yatim piatu. Gisela sudah 46 tahun, mengabdikan hidupnya bagi penderita
kusta dan anak-anak yatim piatu di Alor-Kupang sampai sekarang (Borowka, TT:
sampul depan).
Ibu Theresa, dan perawat serta teman sekerjanya di India, Yemen, Ethiopia dan
Tanzania telah mengabdikan diri dalam pelayanan terhadap orang kusta dan berbagai
penyakit lainnya. Bertolak dari pengalaman pelayanan mereka, mereka memahami
bagaimana beratnya perjuangan dan pengorbanan pastor Damian dalam melayani
para penderita kusta waktu itu. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1984, ibu Theresa
menulis sepucuk surat kepada Paus Yohanes Paulus II dan meminta Bapa Suci untuk
mengangkat pastor Damian menjadi orang Kudus.
Beberapa tokoh atau sekelompok orang yang mengikuti Kristus dengan bercermin
pada semangat pastor Damian menjadi tanda bahwa semangat pelayanannya masih
sangat relevan hingga dewasa ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan tiga hal yang akan menjadi pokok uraian di dalam tulisan ini.
1. Siapakah pastor Damian SS.CC?
7
3. Bagaimana semangat pelayanan pastor Damian SS.CC memberi inspirasi bagi
anggota Kongregasi SS.CC dan kaum awam dewasa ini?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pokok persoalan yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari tulisan ini
adalah:
1. Memperkenalkan kepada pembaca siapa itu pastor Damian SS.CC
2. Memperkenalkan dan mendalami semangat pelayanan pastor Damian SS.CC.
3. Melihat semangat pelayanan pastor Damian SS.CC sebagai inspirasi dalam
pelayanan kaum awam bagi mereka yang menderita dan tersingkirkan.
4. Memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan stud i IPPAK dalam
memperoleh gelar sarjana S1 Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan
Agama Katolik.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Supaya orang mengenal pastor Damian dan semangat pelayanannya sehingga
dapat mendalami semangat pelayanannya,
2. Menambah wawasan penulis tentang pastor Damian SS.CC yang disebut
sebagai pahlawan dan sahabat orang kusta.
3. Untuk memberi semangat baru bagi para anggota SS.CC dan kaum awam
dalam meningkatkan karya dan pelayanannya dewasa ini.
E. Metode Penulisan
Dalam menulis skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis
8
Molokai dan studi pustaka. Penulis juga mengadakan wawancara sederhana dengan
rekan-rekan se-Kongregasi SS.CC guna untuk semakin mendalami tema ini.
F. Sistematika Penulisan
Untuk sampai pada apa yang diharapkan, maka tulisan ini akan ditata sebagai berik ut:
Bagian pertama merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan metode penulisan. Sebelum mengenal apa dan
bagaimana karya pastor Damian, pada Bagian kedua, akan ditelusuri secara singkat
riwayat hidup pastor Damian.
Bagian ketiga, merupakan bagian inti dari tulisan ini, yang akan mengurai tentang
bentuk pelayanan Damian kepada orang kusta, pengertian kusta dan keberadaannya
dalam masa hidup Damian dan sekarang ini. Bentuk pelayanan Damian tentunya lahir
dari spirit atau semangat yang menjiwai dan menggerakkannya. Semangat atau spirit
inilah yang akan dipaparkan dalam Bagian keempat. Bagian terakhir dari tulisan ini
BAB II
PASTOR DAMIAN SS.CC
Melihat dan mengenal siapa itu pastor Damian merupakan suatu hal penting untuk
mengantar masuk kepada pemahaman tentang semangat dan bentuk pelayanannya.
Oleh karena itu, di dalam sub-sub Bab di bawah ini akan dilihat riwayat hidup singkat
pastor Damian.
A. Latar Belakang Hidup Pastor Damian SS.CC 1. Tempat Lahir
Pastor Damian dengan nama kecil Yosef De Veuster. Yosef De Veuster lahir
pada tanggal 3 Januari 1840 di Tremelo, sebuah desa kecil di daerah berpasir
Kempen-Belgia. Ayahnnya bernama Frans De Veuster dan ibunya bernama Katarina
Wouters. Orangtua Yosef bekerja sebagai petani. Yosef De Veuster adalah anak
ketujuh dari delapan bersaudara (Van Kessel, 1994: 5). Keluarga Frans De Veuster
adalah keluarga petani yang sederhana, namun bahagia, harmonis dan saleh. Di dalam
situasi dan suasana keluarga yang demikian, Yosef bertumbuh menjadi anak yang
sehat, kuat dan pemberani. Yosef adalah seorang yang cekatan di dalam mengerjakan
sesuatu dengan cepat dan tegas dalam mengambil keputusan.
2. Suasana Keluarga
Keluarga Frans De Veuster merupakan pemeluk agama katolik yang saleh.
Suasana kekatolikan dalam keluarga membawa pengaruh besar terhadap pertumbuhan
10
sebelum pergi ke tempat tidur, Yosef dan saudara-saudarinya duduk di dekat kaki
ibunya, untuk mendengarkan ibu yang sedang membaca dan menceritakan kisah dan
riwayat hidup para orang kudus. Dengan serius dan penuh rasa kagum mereka
mendengarkan kisah orang-orang kudus yang dengan berani, rela dan gembira hati
mengabdikan hidupnya demi mempertahankan iman mereka akan Kristus. Cerita dan
riwayat hidup para santo-santa ini, ternyata sangat mempengaruhi sikap dan hidup
anak-anak keluarga De Veuster.
Keluarga De Veuster mempunyai kebiasaan berdoa bersama pada malam hari
sebelum tidur. Kebiasaan yang baik ini, membawa dampak pelan-pelan membentuk
sikap anak-anak, sehingga tumbuh menjadi anak-anak yang saleh. Kesalehan yang
tumbuh ini menjadi cikal-bakal tumbuhnya benih-benih panggilan hidup membiara di
dalam keluarga De Veuster. Yosef dan ketiga saudaranya memilih hidup membiara.
Dua orang dari saudarinya menjadi suster di dalam tarekat Ursulin dan dua orang lagi,
termaksud Yosef, menjadi imam Kongregasi SS.CC. Empat anak yang membaktikan
diri mereka kepada Kristus dengan pilihan hidup membiara ini tentu merupakan
berkat dan kebahagiaan bagi keluarga De Veuster (Farrow, 1992: 21-24).
Pada usia 13 tahun, Yosef dianjurkan oleh ayahnya supaya melanjutkan
sekolahnya dalam bidang perdagangan, di Gravenbrakel, supaya dapat meneruskan
usaha dan karya orangtuannya kelak. Pada awalnya, Yosef mengikuti kehendak
ayahnya dengan taat. Akan tetapi, rencana dan keinginan orangtuannya tidak dapat
terpenuhi, karena Yosef berubah pikiran dan ingin menjadi seorang biarawan setelah
11
B. Awal Panggilan Pastor Damian SS.CC
Pada bagian ini, akan diuraikan awal panggilan pastor Damian yang dimulai dari
peristiwa hidup, motivasi yang ada di dalam diri Damian dan diakhiri dengan tokoh
orang Kudus yang dikaguminya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dituliskan bahwa pengertian
panggilan adalah himbauan, ajakan, dan undangan. Panggilan hidup adalah
kecenderungan hati untuk melakukan suatu pekerjaan (KBBI, 2003:822). Pada
dasarnya semua panggilan itu baik, sejauh panggilan tersebut tidak bertentangan
dengan kehendak Allah. Panggilan hidup manusia dihayati sebagai perutusan Allah,
maka segala sesuatu yang berasal dari Allah pada hakikatnya adalah baik.
Panggilan adalah suatu pilihan untuk menentukan dan memutuskan sesuatu
termasuk pilihan hidup. Dalam hidup sehari-hari, kita sering dihadapkan pada suatu
pilihan. Sebelum menentukan pilihan dan mengambil keputusan, kita perlu
memikirkan dengan matang supaya jangan sampai jatuh pada pilihan yang salah.
Ketika seseorang menentukan sebuah pilihan, diandaikan sudah siap menanggung
segala resiko yang akan terjadi sebagai konsekuensi dari pilihan tersebut.
Kitab Suci Perjanjian Baru berbicara tentang panggilan hidup. Panggilan hidup
yang tertulis di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru sebagai berikut ; “ada orang yang
tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada
dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian
karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga ” (Mat.19:12). Artinya ada
orang yang memilih hidup sendiri karena ingin mengabdikan hidupnya demi Kerajaan
Allah. Ada juga orang yang hidup tanpa menikah karena memang lahir demikian dan
banyak orang yang memilih hidup menikah atau berkeluarga untuk memperbanyak
12
masing- masing. Mereka yang menikah atau berkeluarga adalah rekan kerja Allah
dalam hal penciptaan. Panggilan hidup yang dijalani oleh pastor Damian adalah hidup
sendiri karena ingin mengabdikan hidupnya demi Kerajaan Allah.
Sejak awal, di dalam Gereja telah muncul komunitas pria dan wanita yang hidup
bebas tanpa terikat dengan sebuah perkawinan. Mereka hidup bersama dalam sebuah
komunitas yang masing- masing ingin mengabdikan hidupnya bagi Tuhan dan sesama
secara total. Mereka hidup dengan mengamalkan nasehat- nasehat Injili yaitu
kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan, dengan tujuan untuk mengikuti jejak Kristus
secara lebih bebas dan meneladani-Nya dengan lebih setia. Mereka hidup menyendiri
atas dorongan Roh Kudus dan mendirikan keluarga-keluarga religius (Dekrit tentang
pembaharuan dan penyesuaian hidup religius bagian pendahuluan, 247).
Panggilan adalah misteri Ilahi, dengan kata lain, Allah berkarya dalam setiap
peristiwa hidup. Panggilan manusia bisa terjadi kapan, dimana, dan kepada siapa saja.
Panggilan hidup adalah anugerah yang terjadi pada setiap manusia. Panggilan selalu
mengejutkan manusia karena terjadi di luar dugaan dan tidak pernah dibayangkan
sebelumnya. Sebagai contoh, dalam hidup membiara, seorang biarawati ingin menjadi
seorang yang ahli dalam bidang tertentu tetapi yang terjadi jauh dari apa yang
diinginkannya. Artinya bahwa apa yang tidak terpikirkan oleh manusia, bisa terjadi
dalam hidup yang sesungguhnya ataupun sebaliknya, apa yang dipikirkan oleh
manusia justru tidak terjadi dalam hidupnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
hidup ini surprise, penuh dengan misteri Allah yang sering tidak dapat dimengerti
sepenuhnya oleh manusia dengan akal budinya.
Yosef memilih panggilan hidup membiara dan panggilan ini tidak terjadi begitu
saja. Panggilan hidup dapat bertumbuh oleh karena situasi dan keadaan yang baik dan
13
hidup religius. Gejala panggilan hidup membiara dalam diri Yosef sudah muncul
sejak kecil, akan tetapi hal ini belum terpikirkan oleh kedua orangtua nya, karena
Yosef masih kecil.
1. Peristiwa-peristiwa Hidup Masa Kecil Pastor Damian SS.CC
Jika diperhatikan dan diamati, sejak kecil hidup Yosef sudah mempunyai
fenomena yang mengarah pada panggilan hidup membiara, karena terlihat Yosef
kecil senang pergi ke tempat sunyi, suka akan keheningan dan senang bermain laku
tapa.
Yosef adalah anak kesayangan seluruh anggota keluarga (Van Kessel, 1994: 6).
Suatu malam Yosef tidak ikut berkumpul untuk makan malam bersama keluarga di
rumah. Sampai selesai makan malam, Yosef belum juga pulang. Ayah dan ibunya
mulai cemas dan pergi mencarinya ke berbagai tempat, tetapi tidak menemukannya.
Akhirnya, bapak permandiannya menemukan Yosef di dalam Gereja sedang berlutut
di bangku paling depan dan berdoa dengan khusuk. Yosef ingat bagaimana para
penjahat pada zaman dulu, terlindungi dengan aman dan bebas dari hukuman bila
berada di dekat altar. Yosef merasa bersalah karena tidak pulang ke rumah untuk
makan malam bersama. Oleh karena itu, ketika orangtuanya mengajak Yosef pulang
ke rumah, dia tidak mau karena takut dihukum (Van Kessel, 1994: 7).
Ibunya membujuk Yosef dengan lembut supaya pulang ke rumah, tetapi ia tetap
tidak mau. Orangtuanya menyadari bahwa Gereja adalah tempat suci, sehingga
mereka tidak menggunakan kekerasan. Oleh karena itu, mereka berlutut, si ibu
merayu dan si ayah mengancam dengan suara yang tertahan mengajak Yosef supaya
pulang tetapi dia tidak mau sampai ayahnya yang sangat marah itu berjanji tidak akan
14
1992: 28). Kelihatannya kakeknya lebih mengenal Yosef, maka ketika ia tidak ada di
rumah, kakeknya menyuruh ayah dan ibunya mencari Yosef ke Gereja. Benar, Yosef
ditemukan di dalam Gereja sedang duduk dengan tenang dan berdoa di depan
Tabernakel. Peristiwa itu terjadi pada hari Pentekosta dan Yosef baru berumur empat
tahun (Van Kessel, 1994: 7).
Sejak kecil, Yosef senang menyendiri, mengambil tempat yang tenang dan
hening. Dia sering mengajak teman-temannya bermain laku tapa di hutan. Mereka
masuk ke tengah-tengah hutan dan duduk dengan diam di antara rerumputan. Selain
di hutan, Yosef juga sering berlaku tapa di kamarnya sendiri. Ia duduk dengan tenang
di atas sehelai papan (Van Kessel, 1994: 7-8).
Pada masa kanak-kanaknya, Yosef yang sehat dan bermata jernih ini, sering
memunculkan angan-angan yang mengherankan. Ia pun dikenal sebagai anak yang
pintar bermain namun ada kalanya dia ceroboh dan tidak hati- hati, sehingga
mengakibatkan banyak kecelakaan. Yosef adalah anak yang setia berdoa kepada
malaikat pelindungnya yang sering melindungi dia dari bahaya (Van Kessel, 1994: 6).
Yosep bertumbuh seperti anak-anak yang lainnya dengan segala kegembiraan,
kesusahan dan kekecewaan yang datang silih berganti. Akan tetapi, Yosef
mempunyai keistimewaan yaitu ia cenderung menyendiri dan mencari tempat yang
sunyi untuk berdoa (Farrow, 1992: 29).
Masih ada cerita yang lain. Yosef pernah mendengar kotbah tentang keutamaan
cinta kepada sesama. Setelah mendengar itu, Yosef bertemu dengan seorang
pengemis di jalan. Pengemis itu berkata kepada Yosef, aku sudah tiga hari tidak
makan. Yosef menyuruh pengemis itu menunggu sebentar dan ia lari masuk ke rumah
langsung menuju ke dapur. Pada waktu itu Yosef sendirian di rumah, sehingga tanpa
15
untuk makan siang mereka dan diberikan kepada pengemis itu. Ia tidak hanya
memberi pengemis itu makanan, tetapi juga dengan wadahnya (Farrow, 1992: 29).
Sejak kecil Yosef sudah mempraktekkan kepeduliannya terhadap orang miskin.
Peristiwa-peristiwa hidup pada masa kecil Yosef, ternyata pelan-pelan menggiringnya
untuk mengarah pada panggilan hidup membiara.
2. Motivasi Pastor Damian SS.CC
Yosef mempunyai daya juang yang tinggi, tekun dan setia. Ia juga pekerja keras
dan tidak mudah menyerah dengan situasi. Hal ini dapat dibuktikan, pada masa
remajanya, Yosef sudah banyak membantu ibunya menjual gandum ketika Yosef
tinggal bersama orangtuanya.
Yosef memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi seorang imam. Hal ini dapat
diketahui, pada masa formasinya. Ketika Yosef masuk Kongregasi SS.CC dan
diterima sebagai novis pada tanggal 2 Februari 1859 di Leuven Belgia dengan nama
biara “Damianus”, ia diterima sebagai bruder pekerja karena tidak menguasai bahasa
Latin. Akan tetapi Damian tidak menyerah. Ia belajar keras untuk mengetahui bahasa
Latin. Damian dengan semangat yang tinggi ia menempuh berbagaimacam cara untuk
belajar.Ia tidak berhenti belajar. Damian selalu menggunakan kesempatan yang ada
untuk belajar bahasa Latindengan banyak bertanya kepada kakaknya, pater Pamfilius
yang sudah menjadi imam dalam Kongregasi SS.CC. Setiap malam pada saat bacaan
rohani di kapel biara, Damian mendengarkan beraneka pepatah dalam bahasa Latin
dan ia berusaha menghafalkannya.
Oleh karena ketekunannya dalam belajar, maka dalam waktu yang singkat, Yosef
dapat menyalin beberapa pepatah bahasa Latin dan mampu mengerti bentuk-bentuk
16
penulis Latin Kuno Kornelius Nepos. Dan akhirnya Yosef diperkenankan untuk
mengikut i ujian bahasa Latin (Van Kessel, 1994: 10).
Pada waktu Damian meminta pergi ke Molokai untuk melayani penderita kusta, ia
masih mahasiswa dan belum menjadi imam. Tetapi meskipun demikian, Damian
sudah memiliki semangat missioner ya ng kuat. Oleh karena itu, ia memberanikan diri
pergi ke tanah misi kepulauan Hawai dengan motivasi utama, untuk membantu para
penderita dengan apa saja yang bisa dibantu dan terutama membantu menguburkan
mereka secara manusiawi yang telah meninggal akibat sakit kusta (Borowka, TT: 4).
3. Tokoh Orang Kudus yang dikagumi oleh Pastor Damian SS.CC
Yosef menjalani masa novisiat dengan nama biara “Damianus ”. Pada waktu itu,
misi dan pengorbanan diri adalah menjadi cita-cita yang ingin diwujudkannya.
Damian adalah pengagum St. Fransiskus Xaverius. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan cita-citanya, Damian rajin berdoa setiap hari di dalam kapela di hadapan
arca St Fransiskus Xaverius, misionaris agung untuk memohon supaya cita-citanya
terkabul (Van Kessel, 1994:11).
C. Perjalanan Panggilan Pastor Damian SS.CC 1. Formasi
Dalam hidup membiara, masa formasi selalu ada. Masa formasi adalah masa
pembentukan dan pembinaan kepribadian secara menyeluruh, baik yang masih calon
maupun yang sudah menjadi anggota Kongregasi. Dalam Konstitusi Kongregasi
SS.CC dituliskan langkah- langkah pembinaan anggota yaitu masa postulansi, masa
novisiat, kaul sementara dan kaul kekal untuk para suster, bruder dan frater. Frater
17
diakon kemudian menerima tahbisan imamat. Sadar akan karya Roh Kudus yang
membentuk dan membimbing kita kepada Kristus, maka kita terbuka pada Roh Allah
yang berkarya di dalam diri supaya kita bertumbuh dan berkembang dalam iman dan
dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi Gereja dan dunia dengan semangat
Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria (Art, 67:54).
Masa formasi adalah masa pembentukan kepribadian secara menyeluruh. Setiap
orang dibentuk supaya membangun relasi dengan dirinya sendiri, dengan sesama dan
dengan Tuhan. Sebagai pribadi yang mengabdikan diri pada Hati Kudus Yesus dan
Maria, setiap anggota Kongregasi SS.CC setia dalam panggilan, karya dan menjadi
saksi kasih Allah yang menciptakan persekutuan (Art, 69: 54).
Yosef diterima sebagai no vis di Kongregasi SS.CC pada tanggal 2 Februari 1859
di Leuven Belgia. Pada awalnya, Damian diterima sebagai calon bruder SS.CC
karena ia tidak menguasai bahasa latin. Akan tetapi dalam proses pembinaannya,
Damian berusaha mengetahui dan menghafalkan arti pepatah dalam bahasa Latin
yang ia dengarkan pada saat doa malam di kapel. Damian adalah orang yang rajin
belajar. Dalam waktu yang singkat, Damian dapat menyalin beberapa pepatah kata
dan mampu mengerti bentuk-bentuk percakapan dalam bahasa latin. Pater Vincke,
sebagai pimpinan heran ketika mengetahui kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki
oleh Damian. Maka pada waktu itu, pemimpin memperkenankan Damian mengikuti
pelajaran dan ujian bahasa Latin secara teratur dalam waktu setengah tahun. Oleh
karena kemampuan yang ada dalam diri Damian, maka pemimpin dan atas anjuran
kakaknya, Damian diperkenankan mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang
imamat. Damian mempersiapkan diri untuk menjadi imam dengan masuk di sekolah
tinggi teologi. Damian mempunyai kepekaan yang mengagumkan karena praktek
18
di Paris Perancis. Dalam masa pembinaan hidup rohani, Damian semakin bertumbuh
dan berkembang. Ia semakin menghayati cita-citanya untuk mengabdikan diri kepada
orang lain.
2. Karya secara singkat
Pada bulan November tahun 1863, para rombongan misionaris Kongregasi Hati
Kudus Yesus dan Maria siap diberangkatkan ke daerah misi, kepulauan Hawai. Pater
Pamfilius termasuk dalam rombongan tersebut. Sela ma persiapan ke Hawai, saat itu
berjangkitlah wabah di Leuven. Pater Pamfilius ditugaskan untuk menolong penderita
kusta, tetapi sebelum berangkat, beberapa minggu kemudian, ia sendiri terjangkit
penyakit wabah dan tidak bisa bangun dari tempat tidurnya sehingga tidak bisa ikut
berangkat ke Hawai. Oleh karena itu, pater Pamfilius merasa sedih karena
menimbulkan kesukaran bagi pemimpinnya.
Keadaan pater Pamfilius mendorong hati Damian untuk pergi menggantikan
kakaknya ke Hawai sebagai missionaris. Damian pergi menghadap kakaknya dan
bertanya, apakah kakak setujuh bila kuusulkan aku yang berangkat sebagai gantimu?”
“ya baiklah”, jawab pater Pamfilius dalam kondisi lemah dan tak berdaya. Damian
bersama rombongan para imam berangkat ke Hawai sebagai missionaris pada tangga l
9 November 1863 dan tiba di Hawai pada tanggal 19 Maret 1864 (Van Kessel:1994:
11).
Kepulauan Hawai adalah salah satu tanah misi anggota SS.CC yang terdiri dari
dua belas pulau. Akan tetapi, hanya delapan yang di layani karena tidak cukup tenaga.
Kepulauan Hawai terletak 200 mil sebelah barat dari Amerika utara dan kira-kira
3500 mil dari Jepang. Penduduk kepulauan Hawai terdiri dari rumpun
19
sebelumnya mereka datang dari Tahiti dan Marquesas. Bahasa yang dipakai dekat
dengan bahasa penduduk asli kepulauan Marquesas dan suku Maori dari selandia
Baru. Sejarah mereka tidak banyak diketahui karena tidak tertulis, hanya lewat cerita
rakyat yang diceritakan dari generasi ke generasi. Pada zaman Cook, kepulauan ini
dibagi menjadi tiga kerajaan dan semuanya berdiri sendiri. Setiap kerajaan
mempunyai peradaban yang baik tetapi mereka juga mempunyai adat yang bengis
contohnya kanibalisme, poligami dan poliandri. Pada tahun 1810, ada larangan untuk
kaum wanita tidak boleh makan pisang, kelapa, kura-kura daging babi dan jenis ikan
tertentu. Apabila kaum perempuan melanggar larangan tersebut, akan diancam
dengan hukuman mati (Farrow, 1992: 65-67). Kaum perempuan kepulauan Hawai
kebanyakan cantik-cantik, maka di sana terkenal wanita penggoda. Maka pastor
Damian mengalami kesulitan dalam melayani mereka. Meskipun demikian pastor
Damian berusaha melayani para penderita kusta dengan berbagaimacam cara seperti:
• Pastor memberi perhatian khusus pada orang kusta
• Pastor Damian mewartakan kabar sukacita kepada mereka yang sesat supaya
kembali ke jalan yang benar
• Pastor Damian mengunjungi umatnya baik yang tinggal di paroki maupun
yang di stasi. Ketika Damian tiba di Kohala, ia membutuhkan waktu enam
minggu khusus untuk berkunjung dan mengenal umat dan tempat tinggal
mereka. Pastor Damian memiliki semangat pelayanan yang berkobar-kobar
sehingga ia tidak kenal lelah. Sesulit apapun untuk menjangkau tempat
umatnya, Damian tetap pergi mengunjunginya dengan naik kuda karena ia
20
• Pastor Damian melayani orang kusta dengan memperhatikan dan
menyediakan kebutuhan mereka antara lain: makanan, air bersih untuk
minum, pakaian yang layak dan tempat tinggal yang layak juga. Selain
kebutuhan jasmani yang diatas maka Damian juga memenuhi kebutuhan umat
dari segi rohani dengan mengajar para katekumen. Jadi singkatnya tidak
memperhatikan dan memenuhi kebutuhan mereka baik jasmani manun
rohani.itu pastor Damian juga memperhatikan kebutuhan Singkat kata mulai
dari makanan sampai pakaian.
• Pastor Damian membangun tempat tinggal dan kapel, gereja serta sekolah
yang layak bagi umatnya
• Selain itu, pastor Damian juga mempersiapkan peti mayat karena hampir
setiap hari dari antara yang penyakit kusta ada yang dipanggil kepangkuan
Bapa oleh karena itu ia pun harus menggali kubur bagi yang meninggal dunia
• Pastor Damian mempermandikan orang-orang katolik tapi belum dibaptis dan
sebagian besar umat yang pindah agama dari protestan ke katolik.
Pastor Damian bahagia sekali dengan pelayanannya karena ia mendapat jiwa-jiwa
katolik yang sungguh-sungguh tabah. Dalam kunjungannya ke rumah umat pastor
Damian juga mengalami banyak kesulitan dan tantangan namun hal itu ia lalui
karena cintanya begitu besar kepada Tuhan dan sesama. Memang cinta kepada
Allah dan sesama mengalahkan segala sesuatu termasuk kesulitan dan kesulitan
yang dihadapi setiap hari. Cintanya kepada Tuhan dan sesama memampukan
pastor Damian dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan yang dialami di dalam
tugas pelayanannya setiap hari. Berjalan diantara semak belukar dan dibawah
21
yang luar biasa. Ia pun terasa sangat haus. Pastor Damian berjalan berjalan tanah
gersang, naik turun lereng dan jurang yang suram. Namun hal ini tidak
menurunkan semangat Damian untuk tetap melayani umatnya. Damian tetap
mempunyai semangat yang menyala. Meski dengan napas yang terengah-engah
dan seluruh tub uhnya gemetaran mencapai puncak sebanyak tiga kali. Ia berjalan
di padang belantara yang tandus, tidak ada tumbuh-tumbuhan dan pepohonan
tempat untuk berteduh ketika diterpa terik panas matahari yang menyengat. Pastor
Damian tidak pernah putus asa dia tetap tegar. Nampaknya pekerjaan ini adalah
suatu pekerjaan sangat mustahil, tangan penuh goresan darah, sepatunya rusak
berat karena bebatuan sehingga tidak bisa dipakai lagi. Damian mendaki puncak
sebanyak tiga kali. Bukankah Tuhan Yesus jatuh tiga kali tertindih kayu salib.
Dia meyemangati dirinya sendiri untuk terus berjuang, jangan sampai patah
semangat. Setelah semua dilewati dengan semangat pelayanan yang tersirat di
dalam jiwanya. Pastor Damian mampu melewati semua tantangan dan kesulitan
karena ia selalu sadar bahwa semua ini dilakukan demi cintanya kepada Tuhan
yang telah memanggilnya untuk melayani sesamanya khususnya yang sangat
menderita. Pastor Damian memiliki prinsip bahwa duka, jerih payah, kesulitan
dan tantangan bukanlah sesuatu yang menghalangi seseorang bekerja bagi Tuhan.
Pater Damian mengajar dengan kata-kata teladan. Sebagai imam, Damian juga
mempersembahkan Ekaristi pada hari Minggu.
Dalam membangun kapel, rumah sekolah gereja tentu pastor Damian tidak
bekerja sendirian. Pastor Damian me nerima bantuan uang dari uskup Maigret,
22
3. Wilayah pelayanan pastor Damian SS.CC
Wilayah yang pertama kali tempat pelayanan pastor Damian adalah Puna. Ia
melayani di sana selama 1 tahun, kemudian tempat pelayanan yang kedua adalah
Kolaha. Di sana Pastor Damian melayani umat selama 8 tahun, dan tempat pelayanan
yang ketiga Molokai. Di sana pastor Damian melayani selama 16 tahun.
Situasi umum yang dihadapi oleh pastor Damian (Van Kessel, 1994: 16).
Wilayah puna terletak di sebelah selatan Hawai. Wilayah ini luas dan jarang
dikunjungi oleh para misionaris. Ketika Damian diutus ke sana, uskup berpesan
supaya misi di sana di tumbuhkan kemabil dengan berkata:
”ingatlah, misi di sana harus ditumbuhkan lagi” (Van Kessel, 1994: 6).
Tugas yang diemban oleh pastor Damian sangat berat. Situas penduduk di sana sangat
sulit karena tempat tinggal mereka terpencar-pencar. Mereka tersebar di antara
lembah dan bukit, di antara gunung-gunung dan hutan rimba belantara. Oleh karena
itu, pastor Damian membutuhkan waktu tiga minggu untuk menjelajahi wilayah
Puna. Di sana pastor Damian menemukan banyak ajaran sesat yang membuat dirinya
sulit untuk menggembalakan umat. Tanpa mengulur waktu, pastor Damian
cepat-cepat mengadakan kunjungan kepada umatnya. Ia berjalan kaki dari desa ke desa, dari
pondok ke pondok untuk memberi semangat kepada mereka (Van Kessel, 1994: 16).
Orang-orang miskin menerima pastor Damian dengan hati terbuka. Umat di
Puna memanggil pastor Damian dengan nama Kamiano. Pastor Damian pun sangat
gembira bertemu dengan mereka (miskin dan menderita) Ia sangat mengasihi mereka.
Pastor Damian rela mengorbankan hidupnya bagi mereka (Van Kessel, 1994: 16).
“Orang-orang miskin sangat gembira melihat kedatangan Kamiano (Damian)! Pastor
Damian berkata Aku sangat gembira melihat mereka dan sangat mengasihi mereka.
23
Penebus Ilahi. Jika perlu diriku tak kusayangkan mencari orang-orang menderita sakit
meskipun harus berjalan kaki tujuh atau delan jam” (Van Kessel, 1994: 17).
Ketika Damian tiba di Molokai, ia berkata kepada penderita kusta, “kita orang
kusta”. Mendengar perkataan itu, terkejutlah hati para penderita kusta, karena Damian
sendiri sehat dan tidak sakit kusta. Damian tinggal bersama mereka, bahkan makan
dan tidur bersama mereka. Selama 16 tahun banyak hal yang ia kerjakan termasuk
membangun kapel dan Gereja, rumah dan sekola-sekolah, jalan, pembuatan aliran air
minum bersih dan sebagainya. Damian sungguh-sungguh memberi memperhatian
besar terhadap kebutuhan para penderita kusta, baik kebutuhan jasmani maupun
kebutuhan rohani.
Pastor Damian mempunyai semangat pelayanan yang luar biasa. Semangat itu
membuat Damian semakin kuat dan berani berhadapan dengan orang-orang yang
menderita kusta. Orang lain tidak pernah memikirkan bagaimana nasib penderita
kusta, tetapi Damian siang dan malam memberi perhatian yang sangat besar terhadap
persoalan hidup mereka. Dalam pelayanannya, Damian pernah merasa kesepian dan
mengalami kesulitan. Damian mempunyai perasaan ingin pulang tetapi kekuatan
Allah yang membuat dirinya senantiasa mampu menjalani semua karyanya dengan
tabah.
D. Pastor Damian SS.CC Seorang Religius
Pastor Damian adalah salah seorang imam anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus
dan Hati Suci Maria yang mencintai Tuhan dengan segenap kekuatannya dan
mengasihi sesama dengan sepenuh hatinya sampai akhir hidupnya. Pastor Damian
mengabdikan seluruh hidupnya secara total bagi penderita kusta sampai ia rela mati
24
Pastor Damian sungguh mencintai Kongregasinya, sehingga seberat apapun
penderitaan yang dialaminya dan penolakan dari para konfrater serta pemimpinnya,
pastor Damian tidak pernah me nyerah dan putus asa sebagai anggota atau imam
Kongregasi SS.CC. Dalam Kongregasi SS.CC, anggota mempunyai devosi kepada
Hati Kudus Yesus dan Maria. Dua hati ini, menjadi sumber kekuatan bagi pastor
Damian dalam melaksanakan seluruh karya perutusan dalam memperhatikan
penderita kusta.
Semangat pelayanan pastor Damian sungguh mengagumkan. Semangat
pelayanannya tidak pernah pudar sekalipun ia dalam keadaan sakit. Bahkan sudah
mendekati ajalnya pun pastor Damian masih bekerja. Pastor Damian merasa bahagia
karena tugasnya sudah hampir selesai. Dalam hidupnya, pastor Damian sangat
menghayati semangat kaul kemiskinan. Hal ini terlihat, ketika sebelum pastor Damian
meninggal, ia menyerahkan segala sesuatu kepada uskup karena ia ingin meninggal
dalam keadaan miskin dan tidak punya apa-apa. Dalam keadaan sakit, Pastor Damian
berbaring dan tidur di lantai dengan beralaskan jerami tanpa tempat tidur.
Sebagai religius dan imam, pastor Damian tidak pernah mengabaikan doa
resmi biarawan (brefir) dan perayaan Ekaristi Kudus meskipun pastor Damian sudah
bekerja siang dan malam, karena Ekaristi dan doa-doalah yang menjadi sumber
kekuatan bagi pastor Damian dalam melaksanakan karyanya untuk melayani orang
kusta setiap hari.
Sebagai imam Kongregasi SS.CC, pastor Damian tidak pernah mengabaikan
adorasi atau sembah sujud di depan Sakramen Mahakudus dan pengakuan dosa.
Pastor Damian selalu memperhatikan kehidupan rohaninya. Setiap pater Kongregasi
SS.CC yang datang berkunjung, pastor Damian menganggap bahwa yang datang
25
kesempatan untuk mengaku dosa bila ada pastor yang datang ke Molokai. Sebelum
pastor Damian meninggal dunia, ia mengaku dosa kepada pater Wendelinus SS.CC
dan pastor Wendelinus mengaku dosa kepada pastor Damian. Mereka berdua saling
memperbaharui kaul sebagai Imam Kongregasi SS.CC. Pada kesempatan itu juga
pastor Damian meminta kepada pater Wendelinus supaya mereka berdua mendoakan
doa-doa Kongregasi agar pastor Damian dapat meninggal dengan damai dan tenang
sebagai putera Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria.
Orang kusta sangat dekat dengan pastor Damian. Ia memanggil mereka sebagai
putra-putrinya. Malam sebelum meninggal, pastor Damian mohon pamit kepada
putra-putrinya yang menderita kusta. Pastor Damian memandangi mereka satu
persatu dan memberkatinya. Putra-putrinya sangat terharu melihat keadaan pastor
Damian. Mereka sangat sedih karena tidak lama lagi gembala yang baik itu akan
kembali kepada Bapa di surga artinya akan meninggal dunia. Dua minggu sebelum
pastor Damian kembali ke pangkuan Bapa, ia sempat menerima Sakramen Minyak
Suci dan Sakramen Maha Kudus sebagai bekal dalam perjalanan menuju kebahagiaan
di surga.
Pastor Damian meninggal dunia dalam usia 49 tahun, tepat pada tanggal 15 April
1889. Usia pastor Damian meninggal dunia terhitung muda, namun wajahnya
kelihatan tua karena ia bekerja keras. Pastor Damian meninggal dunia dengan damai
dan tenang. Semua orang di seluruh dunia yang mengenal hidup dan pelayanan pastor
Damian, berha rap supaya pastor Damian berbahagia di surga bersama para kudus
Allah (Van Kessel, 1994: 103-107).
Pastor Damian adalah seorang religius yang bergabung di dalam Kongregasi
SS.CC. maka pada kesempatan ini akan diuraikan sejarah singkat Kongregasi SS.CC
26
1. Sejarah Kongregasi SS.CC secara singkat
Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria disingkat dengan SS.CC adalah salah
satu Kongregasi yang didirikan di Perancis pada masa Perang Dunia II oleh dua
pendiri yaitu Pastor Petrus Coudrin dan suster Henriette Aymer de la Chevaleria.
Keduanya berasal dari Perancis. Kongregasi ini lahir pada tanggal 24 Desember
malam Natal tahun 1800. Pada malam itu juga, bapak dan ibu pendiri mengikrarkan
kaul kekal mereka. Sebelum mendirikan Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria,
bapak Pendiri bergabung dalam tarekat dioses Perancis dan Ibu Pendiri bergabung
dalam kelompok pencinta Hati Kudus Yesus. Mereka mempunyai devosi yang kuat
kepada Hati Kudus Yesus.
Anggota Kongregasi SS.CC terdiri dari pastor, bruder, suster dan awam.
Kongregasi ini berdiri karena timbul keprihatinan terhadap anak-anak yang miskin
dan terlantar. Pada waktu Perang Dunia II, Revolusi Perancis sedang bergejolak
mengakibatkan terjadinya kekacauan ekonomi, politik, sosial dan budaya di negara
Perancis, sehingga banyak anak-anak yang terlantar dan tidak bisa sekolah. Pada
masa itu, banyak tangisan dan teriakan minta tolong dari orang-orang yang tak
berdaya. Siapakah yang berani menolong mereka? Pembunuhan terjadi berbagai
tempat. Orang-orang kecil, lemah, dan miskin, kehilangan rumah, kehilangan
saudara, sahabat, ayah, ibu yang mereka cintai karena pembunuhan yang sadis dari
para penguasa.
Bapak pendiri sempat bersembunyi beberapa bulan di atas loteng. Ia bersembunyi
mungkin karena takut menghadapi situasi yang sangat genting pada waktu itu. Di
tempat persembunyiannya, Bapak Pendiri beradorasi untuk mendoakan situasi
seluruh dunia ya ng penuh kejahatan dan kekejian khususnya situasi yang sangat
27
Setelah melihat situasi yang semakin hari semakin memburuk, maka bapak
Pendiri dengan berani mengambil segala resiko yang akan terjadi, ia keluar dari
tempat persembunyiannya. Dengan terang Ilahi, Bapak dan ibu Pendiri yakin bahwa
Allah memanggil mereka berdua untuk menolong dan membawa harapan bagi
orang-orang yang menderita akibat Revolusi Perancis (Hunermann, TT: 51).
Bapak Petrus Coudrin dan ibu Aymer dipanggil dan diutus oleh Allah untuk
menyelamatkan iman yang masih tersisa. Bapak pendiri sempat takut untuk keluar
karena banyak terjadi pembunuhan, namun kekuatan Roh Kudus menggerakkan hati
bapak pendiri sehingga ia tidak tega hanya tinggal diam di loteng. Bapak pendiri
memutuskan dengan tegas dan berani untuk keluar dari tempat persembunyiannya
dan masuk dalam realita kehidupan yang sangat menakutkan dan memprihatinkan itu.
Dalam situasi dan kondisi yang sangat menakutkan itu, bapak pendiri berani terbuka
pada kehendak Allah dengan mengambil resiko rela mati demi keselamatan jiwa-jiwa
yang menderita.
Yesus rela mati demi keselamatan umat manusia seperti tertulis dalam Injil
Yohanes “tiada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan
nyawanya demi keselama tan banyak orang” (Van Kessel, 1994: 113).
2. Spiritualitas Kongregasi SS.CC
Spiritualitas pada umumnya dapat dirumuskan sebagai cara hidup manusia yang
membimbingnya kepada persatuan dengan Allah.
Para anggota Kongregasi SS.CC menghayati dan menghidupi spiritualitas Hati
Kudus Yesus dan Maria yang diwujudkan dalam hidup dan pelayanan sehari- hari.
Artinya, seluruh hidup dan karya para anggota Kongregasi SS.CC didasarkan pada
28
Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria. Dengan kata lain, semangat Hati Kudus
Yesus dan Maria yang menjiwai seluruh hidup dan karya pelayanan para anggota
SS.CC dalam mewartakan cinta kasih Allah kepada dunia.
Tujuan spiritualitas Kongregasi SS.CC adalah mewujudkan ke-empat masa hidup
Yesus. Artinya, para anggota Kongregasi menjalani hidup dan melaksanakan karya
pelayanan diwujudkan dalam empat masa hidup Yesus yaitu: Masa kanak-kanak
Yesus yang diwujudkan melalui pendidikan bagi anak-anak terlantar, pembinaan
kaum muda, para pelajar dan calon imam. Masa tersembunyi Yesus di Nazaret
diwujudkan dengan adorasi yaitu sembah sujud di depan Sakramen Mahakudus yang
dilakukan oleh para anggota SS.CC sebagai silih untuk dosa-dosa dunia.
Masing-masing anggota Kongregasi bersembah sujud beradorasi di depan Sakramen
Mahakudus satu jam setiap hari. Masa karya diwujudkan dengan karya kerasulan oleh
para anggota Kongregasi SS.CC ke mana pun mereka diutus. Tempat pelayanan para
anggota SS.CC biasanya di tempat-tempat yang sulit dan belum ada orang yang
menanganinya. Yesus berkeliling dari desa ke desa dan ke seluruh daerah Galilea
untuk memberitakan Injil sambil mengajar jemaat. Masa sengsara Yesus diwujudkan
dengan puasa, pantang dan mati raga atau pengorbanan sukarela.
Para anggota SS.CC melanjutkan karisma yang diwariskan oleh pastor Petrus
Coudrin dan suster Henriette dengan sembah sujud dihadapan Sakramen Mahakudus,
dan menghidupi semangat kekeluargaan. Semangat kekeluargaan ini bersumber pada
Hati Kudus Yesus dan Maria, artinya bahwa Hati Yesus yang Mahakudus dan Hati
Tersuci Maria, menjadi sumber dan pusat hidup anggota Kongregasi SS.CC yang
menjiwai seluruh hidup dan karya pelayanannya untuk mewartakan cinta kasih Allah
29
Semangat yang dihayati dan dihidupi oleh para anggota Kongregasi SS.CC adalah
semangat yang berasal dari semangat Yesus dan Maria, melalui Ekaristi dan adorasi
Oleh karena itu, ciri khas dan dasar spiritualitas Kongregasi SS.CC adalah:
“Penyerahan diri secara total kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria”. Oleh
sebab itu, di dalam rumusan pengikraran kaul ditambahkan, dalam pengabdiannya
“saya mau hidup dan mati”. Artinya bahwa melalui kaul yang diikrarkan oleh para
anggota SS.CC kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria, keluarga religius ini
menyerahkan diri secara total menjadi milik Allah. Para anggota Kongregasi
mengabdikan diri seutuhnya kepada Allah dalam hidup dan mati dalam pelayanan
terhadap sesama (Kerrien, 1982: 5-10).
3. Semangat Dasar Pelayanan SS.CC
Dasar semangat pelayanan para anggota Kongregasi SS.CC bersumber pada
sembah bakti kepada Hati Kudus Yesus dan Maria melalui adorasi. Anggota SS.CC
mengadakan sembah sujud kepada Hati Yesus yang Maha Kudus yang menyatu
dengan Hati Maria Tersuci membawa silih untuk pemulihan dosa diri sendiri dan
dosa seluruh dunia. Anggota SS.CC berdoa bagi pertobatan Gereja yang berjuang
mewartakan cinta kasih Allah dan dunia yang menderita akibat dosa-dosa manusia
(Kerrien, 1979: 46). Dari sinilah anggota SS.CC menimba kekuatan untuk melayani
sesama khususnya mereka yang paling hina dan menderita. Untuk itu, adorasi
menjadi salah satu ministri dan bagian hidup para anggota SS.CC. Sebagai
komunitas, anggota SS.CC ber-adorasi seminggu sekali dan secara pribadi satu jam
setiap hari masing- masing anggota. “Each of us spends one hour a day and one
30
adalah sebagai silih atas dosa-dosa dunia. Dengan ber-adorasi, para anggota SS.CC
mendoakan dunia secara khusus kepada Allah.
E. Pastor Damian SS.CC bukan hanya sekedar Misionaris 1. Abdi Allah
Pastor Damian selalu menimba kekuatan dari Yesus yang tersalib melalui
perayaan Ekaristi dan adorasi. Ekaristi dan adorasi menjadi sumber kekuatan bagi
pastor Damian dalam menghadapi segala tantangan dan kesulitan yang dihadapi
dalam setiap karya pelayanannya. Dengan penuh harapan dan iman, ia selalu
menyerahkan pelayanannya kepada kehendak Tuhan. Yesus pernah menga lami
ditolak dalam pelayanannya, khususnya di tempat kelahirannya. Demikian juga pastor
Damian, ia pernah mengalami penolakan, tetapi ia selalu mempunyai harapan dan
semangat untuk meyakinkan bahwa Tuhan menyertai dia di dalam membawa
umatnya kembali ke jalan yang benar. Pastor Damian mencintai Tuhan dengan
segenap hati dan mengasihi sesama dengan memberikan seluruh hidupnya sampai
wafat sebagai penderita kusta. Tiada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang
sahabat yang memberikan nyawanya bagi para sahabat-sahabatnya. Pastor Damian
disebut sebagai abdi Allah karena ia telah mengabdikan hidupnya bagi Allah dengan
melayani orang-orang yang paling hina, terlantar dan menderita. Pastor Damian telah
memperhatikan dan merawat penderita kusta dengan penuh cinta. Ia membalut
luka-luka mereka. “Sesungguhnya, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang
dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Mat.
25:40b)”. Apapun yang dilakukan oleh pastor Damian untuk meringankan beban
31
Damian melakukannya demi cintanya kepada Tuhan. yang diwujudkan kepada
sesama.
2. Sahabat Orang Kusta
Dalam kehidupan ini, kita membutuhkan sahabat. Sahabat adalah orang yang setia
menjadi teman, baik dalam suka maupun dalam duka. Untuk menjadi sahabat bagi
sesama, kadang-kadang tidak mudah, apalagi menjadi sahabat bagi yang menderita.
Menjadi sahabat mempunyai konsekuensi. Ada kriteria yang perlu dikembangkan
untuk menjadi sahabat bagi orang lain. Kriteria tersebut antara lain: keterbukaan,
kesetiaan dan pengorbanan. Keterbukaan berarti terbuka untuk menerima orang lain
dengan seluruh kepribadiannya, artinya menerima orang lain dengan segala
kekurangan dan kelebihannya.
Manusia lebih muda menerima sesamanya dengan kelebihan dan kekuatannya
dari pada menerima orang lain dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Oleh
karena itu, untuk menjadi sahabat bagi orang lain menuntut suatu keterbukaan untuk
menerima mereka apa adanya. Selain itu, untuk menjadi sahabat bagi orang lain, juga
menuntut kesetiaan, artinya setia menjadi teman, baik dalam suka maupun dalam
duka. Kita lebih muda setia kepada orang ketika mereka sedang bahagia dalam
hidupnya. Tetapi sulit bagi kita, menjadi teman bagi mereka yang sedang mengalami
kesusahan, ketika mereka berada dalam kesulitan, menderita, padahal justru pada
saat-saat seperti itulah, mereka membutuhkan kehadiran teman.
Pertolongan yang bisa kita berikan mungkin tidak harus yang besar dan
hebat-hebat, tetapi sekecil apapun pertolongan yang kita berikan, akan sangat membantu
dan sangat berharga bila saat dibutuhkan. Persahabatan tidak menuntut yang
32
keterbukaan, kesetiaan dan pengobanan ini, sangat dibutuhkan dalam sebuah
persahabatan. Untuk itu, mari kita lihat apa yang telah dilakukan oleh pastor Damian,
sehingga ia menjadi sahabat bagi para penderita kusta. Banyak hal yang telah
dikorbankan oleh pastor Damian, demi keselamatan putra-putrinya. Pastor Damian
mengunjungi mereka, memberi nasehat kepada mereka, mendukung dan membantu
mereka supaya tidak terlarut dalam penderitaannya. Pastor Damian mengangkat
martabat para penderita kusta dengan mengembalikan mereka ke jalan yang benar.
Hal ini, bukanlah perkara kecil atau pekerjaan yang mudah untuk dilakukan, tetapi
karena dengan kesetiaan dan penuh semangat, pastor Damian dapat melakukannya
demi Tuhan yang dicintainya dan demi keselamatan umatnya.
Pastor Damian hadir di tengah para penderita kusta dan menjadi sahabat bagi
mereka. Ketika pastor Damian berkunjung kepada para penderita kusta, ia
mendengarkan keluhan mereka. Penyakit yang menjijikkan itu membuat mereka
terpaksa harus disingkirkan dari keluarga dan masyarakat. Mereka dibuang ke tempat
yang paling terpencil. Mengingat karena penyakit kusta menular dan berbahaya, maka
tidak ada orang yang berani mendekati mereka, apa lagi merawatnya. Semua orang
menjauh dari mereka sebab mereka menakutkan dan menjijikkan.
Penderita kusta miskin dalam banyak hal. Dapat dikatakan, bahwa mereka yang
paling miskin dari antara orang yang miskin. Mereka menderita la hir dan batin.
Mereka menderita sakit, tidak punya tempat tinggal, makanan, pakaian, uang, tidak
punya teman atau sahabat. Mereka serba kekurangan. Mereka sungguh-sungguh
disingkirkan, diterlantarkan, dibuang dan ditinggalkan. Mereka kesepian, karena
orang menjauh dari mereka. Namun pastor Damian memberi diri bagi mereka yang
menderita. Dia pun menjalani panggilannya dengan semangat Yesus yang selalu