• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semangat pelayanan Pastor Damian SS.CC memberi inspirasi bagi pelayanan para anggota SS.CC di Molokai, India, dan kaum awam di Alor dalam memperhatikan kaum penderita kusta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Semangat pelayanan Pastor Damian SS.CC memberi inspirasi bagi pelayanan para anggota SS.CC di Molokai, India, dan kaum awam di Alor dalam memperhatikan kaum penderita kusta - USD Repository"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

SEMANGAT PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC

MEMBERI INSPIRASI BAGI PELAYANAN PARA ANGGOTA SS.CC DI MOLOKAI, INDIA DAN KAUM AWAM DI ALOR

DALAM MEMPERHATIKAN PARA PENDERITA KUSTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Morta Sihite NIM: 051124024

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

seluruh anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus Dan Hati Suci Maria (SS.CC),

di mana pun berada yang telah memberikan kesempatan kepada saya

untuk menimba ilmu dan telah mendukung saya dengan caranya masing- masing

selama kuliah di IPPAK Yogyakarta hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

(5)

v MOTTO

“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu dan hendaklah

hatimu melimpah dengan syukur.”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam

kutipan atau daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 09 Juni 2009

Penulis,

(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Skripsi berjudul SEMANGAT PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC MEMBERI INSPIRASI BAGI PELAYANAN PARA ANGGOTA SS.CC DI MOLOKAI, INDIA DAN KAUM AWAM DI ALOR DALAM MEMPERHATIKAN PARA PENDERITA KUSTA. Judul ini dipilih berdasarkan fakta bahwa semangat pelayanan pastor Damian terhadap orang-orang kusta memberi inspirasi bagi pelayanan para anggota SS.CC di Molokai, India dan kaum awam di Alor hingga dewasa ini.

Kongregasi SS.CC menghayati dan menghidupi semangat Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria. Dengan kata lain semangat yang menjiwai para anggota SS.CC bersumber pada Cinta dan sembah sujud kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria dalam menghidupi, mengkontemplasikan dan mewartakan cinta kasih Allah kepada dunia. Semangat itu diwujudkan oleh anggota SS.CC dalam bentuk empat masa hid up Yesus yaitu: Masa kanak-kanak dalam pendidikan anak-anak terlantar, masa tersembunyi dalam adorasi, masa karya dalam kerasulan, dan masa sengsara Yesus dalam pantang dan matiraga. Semangat ini pula yang membakar hati pastor Damian untuk rela mengabdikan dirinya melayani orang-orang kusta di Molokai.

Pastor Damian mengasihi Tuhannya dengan segenap kekuatan dan mengashi sesamanya dengan segenap hatinya. Hal ini ditunjukkan oleh pastor Damian melalui pengabdian dirinya secara total yang bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah demi orang-orang yang menderita kusta di Molokai sampai ia wafat sebagai penderita kusta.

(9)

ix

ABSTRACT

The title is THE MINISTRY’S SPIRIT OF PATER DAMIEN SS.CC WHICH IS INSPIRING FOR THE MINISTRY OF SS.CC FOLLOWERS IN MOLOKAI, INDIA AND THE LAITY IN THE CITY OF ALOR FOR GIVING ATTENTION TO LEPROSY. The title is chosen based on the fact of Pater Damien’s spirit in his ministry to the leprosy which is inspiring for the ministry of SS.CC followers in Molokai, India and the Laity in the city of Alor.

Sacred Hearts Congregation experience and live the spirit of the Sacred Hearts of Yesus and Mary, which is a source for all the ministry of the SS.CC followers through to contemplate, to live and to announce God’s love to the world. The spirit was formed by SS.CC followers into four period of Yesus’life, which is; His childhood through education, contemplate and adoration period, the ministry period and the suffering in fasting, and prohibitation period. This is the spirit which mortified Pater Damien until he sacrifice his life became a servant of leprosy in Molokai.

Pater Damien showed his great love to God through his love for leprosy by hard worked day and nigth without any complaining, worked and served leprosy until he died as leprosy.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah yang Maha Pengasih dan Pemurah

atas berkat dan bimbingan-Nya yang melimpah, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul SEMANGAT PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC MEMBERI INSPIRASI BAGI PELAYANAN PARA ANGGOTA SS.CC DI MOLOKAI, INDIA DAN KAUM AWAM DI ALOR DALAM MEMPERHATIKAN PARA PENDERITA KUSTA ini dengan baik. Penulis mengajukan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan menempuh

ujian sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma tahun ajaran 2008/2009.

Dalam penyusunan skripsi ini, ada berbagai pihak yang terlibat membantu

penulis baik berupa sumbangan pemikiran dan dukungan lainnya. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini, dari lubuk hati yang paling dalam, penulis me ngucapkan

terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J., selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata

Dharma yang telah berkenan dan sabar membimbing penulis selama kuliah

di kampus IPPAK tercinta ini.

2. Bapak Dapiyanta SFK,M.Pd., selaku Sekretaris Prodi IPPAK Universitas

Sanata Dharma yang telah berjasa mendidik dan membimbing penulis

(11)

xi

3. Dr. J. Darminta, S.J., selaku pembimbing utama skripsi yang telah rela

meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran mendidik dan

membimbing penulis dari awal penyusunan hingga sampai selesainya

skripsi ini.

4. Bapak P. Banyu Dewa HS,S.Ag.,M.Si. selaku dosen pembimbing

akademik yang telah berjasa dalam mendidik, mengajar, membimbing dan

menjadi teman seperjalanan penulis dari awal perkuliahan hingga

selesainya studi di kampus IPPAK ini.

5. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku Dosen penguji skripsi yang telah

dengan sabar mendidik, mengajar dan membimbing penulis selama kuliah

di kampus IPPAK.

6. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan

membimbing penulis selama belajar hingga selesainya penulisan skripsi

ini.

7. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh

karyawan bagian la innya yang telah memberi dukungan kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2005/2006 yang turut

berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis

(12)

xii

9. Suster Aurora Laguarda SS.CC, sebagai Propinsial Kongregasi SS.CC,

se-Asia yang telah mendukung dan memotivasi penulis selama belajar hingga

selesainya penyusunan skripsi ini.

10. Suster Maria Nieves SS.CC, sebagai pembimbing para suster junior

Kongregasi SS.CC di Indonesia dan sekaligus sebagai pemimpin

komunitas di Bandung yang telah memberi usul, saran dan menyemangati

penulis untuk menuliskan skripsi tentang semangat pelayanan pastor

Damian SS.CC.

11. Segenap suster Kongregasi SS.CC di Komunitas Bandung, khususnya

Komunitas Yogyakarta dan dimanapun berada, baik yang masih belajar

maupun yang sudah berkarya, yang telah berpartisipasi memberi dukungan

moral dan material kepada penulis selama belajar sampai selesai skripsi

ini.

12. Segenap pastor, bruder dan frater Kongregasi SS.CC di komunitas

Bandung, khususnya komunitas Yogyakarta yang turut mendukung dan

membantu penulis selama belajar di Kampus Universitas Sanata Dharma

Prodi IPPAK sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

13. Segenap saudara-saudari se-Kongregasi dimanapun berada, yang telah

menolong dan mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini.

14. Bapak, ibu dan adik-adikku yang memberi semangat, dukungan dan

memotivasi penulis dengan cara mereka masing- masing, mulai dari awal

(13)
(14)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Motto ... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Pernyataan Publikasi ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Hidup Pastor Damian SS.CC ... 9

1. Tempat Lahir ... 9

2. Suasa Keluarga ... 9

B. Awal Panggilan Pastor Damian SS.CC ... 11

1. Peristiwa- peristiwa Hidup Masa Kecil Pastor Damian SS.CC ... 13

2. Motivasi Damian Pastor Damian SS.CC ... 15

3. Tokoh orang Kud us yang dikagumi oleh Pastor Damian SS.CC ... 16

C. Perjalanan Panggilan Pastor Damian SS.CC ... 16

(15)

xv

2. Karya secara singkat ... 18

3. Wilayah Pelayanan Pastor Damian SS.CC ... 22

D. Pastor Damian SS.CC Seorang Religius ... 23

1. Sejarah Kongregasi SS.CC secara singkat ... 26

2. Spiritualitas Kongregasi SS.CC ... 27

3. Semangat Dasar Pelayanan SS.CC ... 29

E. Pastor Damian SS.CC bukan hanya sekedar Misionaris ... 30

1. Abdi Allah ... 30

2. Sahabat Orang Kusta ... 31

3. Pahlawan orang Kusta ... 33

F. Beatifikasi dan Kanonisasi Pastor Damian SS.CC ... 34

1. Pengertian Beatifikasi ... 34

2. Pengertian Kanonisasi ... 36

BAB III. GAMBARAN PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC KEPADA PARA PENDERITA KUSTA ... 37

A. Defenisi Kusta ... 37

1. Pengertian Kusta ... 37

2. Beberapa Pendapat yang salah tentang kusta... 38

3. Fakta yang benar ... 38

4. Pengobatan Penyakit Kusta ... 39

5. Masalah yang dihadapi oleh Penderita Kusta ... 40

B. Eksistensi Penderita Kusta ... 41

1. Masa Pastor Damian SS.CC ... 41

2. Masa Sekarang ... 49

C. Pelayanan Pastor Damian SS.CC ... 51

1. Solider dengan penderita kusta ... 54

a. Pelayanan konkrit Pastor Damian dalam bentuk jasmani ... 54

b. Pelayanan Pastor Damian dalam bentuk rohani ... 54

2. Model pelayanan Pastor Damian SS.CC ... 55

(16)

xvi

BAB IV. RELEVANSI PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC BAGI ANGGOTA

SS.CC DAN KAUM AWAM DEWASA INI ... 58

A. Api kasih Allah Mengobarkan Hati Pastor Damian SS.CC... 58

1. Semangat Pastor Damian SS.CC ... 58

2. Semangat Zaman Sekarang ... 59

B. Kesulitan Hambatan, dan Tantangan ... 60

1. Dalam Diri Pastor Damian SS.CC ... 61

2. Luar Diri Pastor Damian SS.CC ... 61

C. Iman dan Harapan Pastor Damian SS.CC ... 62

1. Iman yang Hidup dalam Sejarah Manusia ... 62

2. Iman yang terlibat dalam persoalan hidup dunia ... 65

D. Karakter Pelayanan Pastor Damian SS.CC ... 65

E. Pengaruh Semangat Pastor Damian SS.CC ... 68

1. Pelayanan anggota SS.CC di India ... 68

Lampiran 3 : Keterangan dari Dokumentasi (DVD) ... (4)

Lampiran 4 : What is essential in our charism ... (6)

Lampiran 5 : Alasan Mengapa orang disebut orang kudus ... (7)

Lampiran 6 : Sahabat Damian ... (10)

Lampiran 7 : Komunitas Damian di India ... (13)

(17)

xvii

Lampiran 9 : Pelayanan Pastor Damian SS.CC di tengah penderita kusta ... (17)

Lampiran 10 : Pater Damian SS.CC ... (20

Lampiran 11 : Father Damien on Doorstep to Sainthood ... (23)

Lampiran 12 : Tambahan tentang pastor Damian ... (25)

Lampiran 13 : Penyakit Kusta ... (26)

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Daftar Singkatan Kitab Suci

Semua singkatan Kitab Suci dalam skripsi, penulis menggunakan

singkatan Kitab Suci sesuai dengan daftar singkatan Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru dalam Alkitab Katolik Deuterokanonika cetakan tahun 2000 oleh

Bimas Katolik Departemena Agama, Republik Indonesia dalam rangka PELITA

percetakan Arnoldus Ende pada hal. 8.

Luk. : Lukas

Mat. : Matius

Mrk. : Markus

Yoh. : Yohanes

B. Singkatan lain- lain

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

Art. : Artikel

Bdk. : Bandingkan

Cth. : Contoh

DDS : Diethyl-Diephenyl-Sulphone

HIV : Human Immunodeficiency Virus

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kons. : Konstitusi

(19)

xix MDT : Multiple Drug Therapy

SS.CC : Congregacion de los Sagrados Corazones de Jesu y de Maria

(Congregation of the Sacred Hearts of Jesus and Mary)

TT : Tanpa Tahun

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada abad ke-18, di Amerika Serikat muncullah beberapa penyakit yang sangat

berbahaya dan dapat menular kepada siapa saja. Salah satu di antaranya adalah

penyakit kusta. Pada waktu itu, penyakit kusta menjadi penyakit yang paling ditakuti,

karena sangat berbahaya dan tidak dapat disembuhkan. Situasi ini menimbulkan

kekawatiran dan kecemasan bagi pihak Pemerintah dan Raja Hawai. Oleh karena itu,

Pemerintah dan Raja Hawai berunding dan memutuskan untuk mengasingkan mereka

yang pernah dan sedang menderita kusta ke suatu pulau yaitu Molokai. Pulau

Molokai adalah sebuah pulau terpencil di kepulauan Hawai yang sepi dan

menyeramkan karena tidak ada penghuninya. Para penderita kusta dikumpulkan dan

dibuang ke sana. Kalau sudah tiba di Molokai, tidak ada yang dapat keluar dari sana

dengan alasan dan cara apapun juga. Pegawai pemerintah ingin memusnahkan

penderita kusta dengan jalan kekerasan maka penderita kusta dikejar-kejar oleh

pegawai pemerintah (Van Kessel, 1992: 19).

Di antara penderita kusta yang diasingkan itu, banyak juga yang beragama

katolik, mereka berkalung rosario menurut ajaran missionaris di tempatnya. (Van

Kessel, 1994: 41). Mereka tentunya membutuhkan kehadiran seorang imam untuk

merawat, menggembalakan dan terlebih untuk melayani penerimaan

sakramen-sakramen Gerejani. Oleh karena itu, Uskup Maigret membicarakan hal itu dan

menawarkannya kepada para misionaris dari Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati

(21)

2

penderita kusta di pulau Molokai. Tawaran itu diterima oleh para misionaris SS.CC.

Awalnya mereka diutus secara bergantian. Satu orang diutus untuk tiga bulan, dan

diganti oleh misionaris berikutnya. Salah satu di antara mereka adalah Pastor Damian

yang sekarang ini disebut sebagai martir cinta kasih dan pahlawan kemanusiaan.

Pastor Damian merawat dan melayani penderita kusta selama 16 tahun dan ia wafat

sebagai penderita kusta (Van Kessel, 1992: 108)

Hidup manusia selalu saja penuh dengan kejutan. Itulah kedinamisan hidup

manusia. Setiap abad, orang selalu menemukan peristiwa dan tantangan yang baru

dan harus ditanggapi dengan penuh rasa tanggungjawab, baik secara pribadi maupun

bersama-sama. Penyakit kusta yang menyebar di Amerika Serikat pada waktu itu

adalah salah satu kejutan dari sekian banyak kejutan. Pemerintah dan Raja Hawai

telah memberikan tanggapannya dengan mengasingkan para penderita kusta ke pulau

Molokai. Pastor Damian yang disebut “pahlawan” bukan karena gila hormat, tetapi

karena pemberian diri seutuhnya untuk melayani penderita kusta juga memberikan

tanggapannya (Van Kessel 1992: 108). Akan tetapi tanggapan yang diberikan oleh

pastor Damian sangat berbeda dengan tanggapan pemerintah dan raja Hawai. Pastor

Damian tidak bermaksud untuk mengasingkan dan menolak penderita kusta tetapi

untuk merangkul, mengasihi, mencintai dan melayani mereka. Pastor Damian rela

mengorbankan hidupnya bagi mereka yang tidak lagi diperhitungkan di dalam

kehidupan bersama (Van Kessel, 1992: 16)

Dewasa ini, penyakit kusta tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang sangat

berbahaya. Penyakit kusta tidak lagi terlalu ditakuti, karena berkat kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, para ilmuwan dalam dunia medis telah menemukan obat

yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Kendatipun demikian, di berbagai tempat

(22)

3

kusta tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi karena takut akan akibat yang ditanggung

setelah penyakit itu disembuhkan. Orang takut akan ketidaksempurnaan fisik yang

dapat menyebabkan pengasingan dan keterasingan mereka dari kehidupan

bermasyarakat. Di samping itu, masih ada banyak orang yang mempunyai pandangan

yang salah tentang penyakit kusta dan memiliki pengetahuan yang sangat minim

(http://pelangikasihministry.blogspot. com/search/label/lain- lain).

Zaman sekarang, kita memang tidak dapat menfokuskan diri hanya pada satu

macam penyakit, persoalan, masalah, kesulitan dan penderitaan. Media Massa

menunjukkan kepada kita suatu wawasan yang lebih luas tentang penderitaan

manusia dalam dunia. Di beberapa kota, wilayah, desa, masih ada banyak orang yang

tidak bisa hidup sebagaimana layaknya manusia yang mempunyai martabat. Begitu

juga dengan penderita kusta. Di banyak tempat, mereka masih disingkirkan dan

diasingkan dari kehidupan bermasyarakat. Berhadapan dengan kenyataan ini, muncul

pertanyaan, bagaimanakah tanggapan kita terhadap mereka yang menderita? Dan apa

yang dapat kita lakukan untuk me ringankan keterasingan mereka?

Sebagai orang kris tiani, yang menamakan diri pengikut Kristus, dipanggil untuk

mewartakan karya keselamatan (Luk 12:31) di dalam kehidupan kita kini dan di sini.

Allah di dalam dan melalui Kristus telah menunjukkan betapa besar cinta kasih-Nya

kepada kita. Cinta dan kasih Allah yang besar itu, hendaknya menggerakkan hati kita

untuk memperhatikan dan melayani mereka yang tersingkir, miskin, lemah, dan

menderita, karena kita dipanggil untuk menolong sesama yang menderita dan

mengangkat martabatnya yang direndahkan.

Karya keselamatan Allah yang dikerjakan oleh Yesus adalah karya keselamatan

yang juga nyata di dalam sejarah. Mujizat- mujizat penyembuhan yang dikerjakan

(23)

4

dunia. Penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus adalah kesembuhan yang utuh, total

dalam arti menyeluruh secara jasmani dan rohani, fisik dan jiwa (bdk. Mat. 10:8ª).

Karya penyembuhan Yesus merupakan warta pembebasan, kebahagiaan, sukacita,

kegembiraan dan kesejahteraan bagi semua orang tanpa kecuali, seperti tertulis dalam

Injil Lukas 4:18-19. Orang-orang mengatakan bahwa Yesus mempunyai kuasa untuk

menyembuhkan, akan tetapi bagaimanakah tanggapan manusia akan karya

penyembuhan itu? Apa yang dapat dilakukan oleh manusia?

Dalam Gereja Katolik, banyak orang yang disebut Kudus, bukan karena mereka

mau menjadi orang Kudus, tetapi karena mereka mempunyai hati yang terbuka untuk

sesama, seperti yang telah dilakukan oleh pastor Damian, SS.CC. Ia mengabdikan

seluruh hidupnya demi memperhatikan mereka yang paling hina dan tersingkirkan

secara khusus sesuai pada zamannya, yakni para penderita kusta. Di Molokai pastor

Damian menyerahkan seluruh hidupnya demi Kerajaan Allah melalui pelayanannya

kepada penderita kusta. Sesudah bertahun-tahun pastor Damian tinggal dan hidup

bersama para penderita kusta serta melayani mereka di Molokai, akhirnya, pastor

Damian meninggal sebagai penderita kusta, pada tanggal 15 April 1889. Ada

kesaksian bahwa sebelum pastor Damian meninggal, penyakit kusta lenyap dari

wajahnya. Di sana tampak sekali perubahan bahwa hilangnya luka- luka yang semula

memenuhi wajahnya (Farrow, 1994: 296).

Penderitaan Yesus secara fisik, di satu pihak sangat mengerikan. Penderitaan

mengungkapkan kekejaman dosa dan kejahatan manusia. Namun di lain pihak mau

mengungkapkan penyerahan diri Tuhan yang rela terluka (Martasudjita, 2004: 33).

Kematian pastor Damian sebagai orang kusta menjadi bukti nyata, bahwa cinta

memang tidak jauh dari penderitaan, karena hakikat dari cinta adalah pengorbanan,

(24)

5

tidak mementingkan diri sendiri, membawanya ma suk ke dalam semangat pelayanan

Yesus Kristus yang datang ke dalam dunia bukan untuk dilayani tetapi untuk

melayani. “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani me lainkan untuk melayani

dan memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat.20:28).

Kemajuan zaman dan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan terkadang

mengaburkan hakikat cinta yang adalah pengorbanan. Pola dan semangat hidup

individualistik mengubah hakikat cinta yang adalah “pengorbanan diri” menjadi

“mengorbankan orang lain” demi diri sendiri atau sekelompok orang. Perkembangan

dunia; ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya semakin mengajak orang

untuk berbagi hidup dan saling meringankan penderitaan sesama, malah sebaliknya

membawa perpecahan, persaingan dan membawa korban bagi yang lain. Dalam

situasi seperti ini, masih adakah orang yang tergerak hatinya untuk membantu orang

lain yang menderita? Sebagaimana Yesus mempunyai semangat pelayanan yang

berpihak pada orang miskin dan menderita? (Bdk. Sabda Yesus yang tertulis di dalam

Injil Mat. 9:36). “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan,

karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”. Masih

adakah orang yang mau menghayati dan menghidupi cinta yang adalah pengorbanan

diri dan tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dengan mengabdikan diri bagi

mereka yang menderita, disingkirkan dan diasingkan?

Pastor Damian yang mengambil bagian dalam cinta kasih Kristus dengan

mengabdikan hidupnya bagi para penderita kusta di Molokai, telah memberi inspirasi

bagi banyak orang dalam melaksanakan karya pelayanan mereka. Di belahan dunia,

ada banyak orang yang meneladani, menghayati, dan menghidupi semangat pastor

Damian dalam memperhatikan dan melayani penderita kusta sebagai ungkapan dan

(25)

6

Di Indonesia, khususnya di Alor-Kupang, ada seorang gadis awam berasal dari

Jerman yang tertarik dan terinspirasi untuk meneladani, menghayati dan menghidupi

semangat pastor Damian, SS.CC. Ia bernama: Gisela. Orang-orang di sekitarnya lebih

sering memanggil dia dengan sebutan “mama putih”, karena warna kulitnya yang

putih. Gisela lahir pada tanggal 25 Agustus 1934 di Neisse Jerman. Hingga sekarang,

gadis Jerman itu, masih melayani penderita kusta yang masih tersisa dan lebih- lebih

anak-anak yatim piatu. Gisela sudah 46 tahun, mengabdikan hidupnya bagi penderita

kusta dan anak-anak yatim piatu di Alor-Kupang sampai sekarang (Borowka, TT:

sampul depan).

Ibu Theresa, dan perawat serta teman sekerjanya di India, Yemen, Ethiopia dan

Tanzania telah mengabdikan diri dalam pelayanan terhadap orang kusta dan berbagai

penyakit lainnya. Bertolak dari pengalaman pelayanan mereka, mereka memahami

bagaimana beratnya perjuangan dan pengorbanan pastor Damian dalam melayani

para penderita kusta waktu itu. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1984, ibu Theresa

menulis sepucuk surat kepada Paus Yohanes Paulus II dan meminta Bapa Suci untuk

mengangkat pastor Damian menjadi orang Kudus.

Beberapa tokoh atau sekelompok orang yang mengikuti Kristus dengan bercermin

pada semangat pastor Damian menjadi tanda bahwa semangat pelayanannya masih

sangat relevan hingga dewasa ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

dirumuskan tiga hal yang akan menjadi pokok uraian di dalam tulisan ini.

1. Siapakah pastor Damian SS.CC?

(26)

7

3. Bagaimana semangat pelayanan pastor Damian SS.CC memberi inspirasi bagi

anggota Kongregasi SS.CC dan kaum awam dewasa ini?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pokok persoalan yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari tulisan ini

adalah:

1. Memperkenalkan kepada pembaca siapa itu pastor Damian SS.CC

2. Memperkenalkan dan mendalami semangat pelayanan pastor Damian SS.CC.

3. Melihat semangat pelayanan pastor Damian SS.CC sebagai inspirasi dalam

pelayanan kaum awam bagi mereka yang menderita dan tersingkirkan.

4. Memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan stud i IPPAK dalam

memperoleh gelar sarjana S1 Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

1. Supaya orang mengenal pastor Damian dan semangat pelayanannya sehingga

dapat mendalami semangat pelayanannya,

2. Menambah wawasan penulis tentang pastor Damian SS.CC yang disebut

sebagai pahlawan dan sahabat orang kusta.

3. Untuk memberi semangat baru bagi para anggota SS.CC dan kaum awam

dalam meningkatkan karya dan pelayanannya dewasa ini.

E. Metode Penulisan

Dalam menulis skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis

(27)

8

Molokai dan studi pustaka. Penulis juga mengadakan wawancara sederhana dengan

rekan-rekan se-Kongregasi SS.CC guna untuk semakin mendalami tema ini.

F. Sistematika Penulisan

Untuk sampai pada apa yang diharapkan, maka tulisan ini akan ditata sebagai berik ut:

Bagian pertama merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar belakang,

rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan metode penulisan. Sebelum mengenal apa dan

bagaimana karya pastor Damian, pada Bagian kedua, akan ditelusuri secara singkat

riwayat hidup pastor Damian.

Bagian ketiga, merupakan bagian inti dari tulisan ini, yang akan mengurai tentang

bentuk pelayanan Damian kepada orang kusta, pengertian kusta dan keberadaannya

dalam masa hidup Damian dan sekarang ini. Bentuk pelayanan Damian tentunya lahir

dari spirit atau semangat yang menjiwai dan menggerakkannya. Semangat atau spirit

inilah yang akan dipaparkan dalam Bagian keempat. Bagian terakhir dari tulisan ini

(28)

BAB II

PASTOR DAMIAN SS.CC

Melihat dan mengenal siapa itu pastor Damian merupakan suatu hal penting untuk

mengantar masuk kepada pemahaman tentang semangat dan bentuk pelayanannya.

Oleh karena itu, di dalam sub-sub Bab di bawah ini akan dilihat riwayat hidup singkat

pastor Damian.

A. Latar Belakang Hidup Pastor Damian SS.CC 1. Tempat Lahir

Pastor Damian dengan nama kecil Yosef De Veuster. Yosef De Veuster lahir

pada tanggal 3 Januari 1840 di Tremelo, sebuah desa kecil di daerah berpasir

Kempen-Belgia. Ayahnnya bernama Frans De Veuster dan ibunya bernama Katarina

Wouters. Orangtua Yosef bekerja sebagai petani. Yosef De Veuster adalah anak

ketujuh dari delapan bersaudara (Van Kessel, 1994: 5). Keluarga Frans De Veuster

adalah keluarga petani yang sederhana, namun bahagia, harmonis dan saleh. Di dalam

situasi dan suasana keluarga yang demikian, Yosef bertumbuh menjadi anak yang

sehat, kuat dan pemberani. Yosef adalah seorang yang cekatan di dalam mengerjakan

sesuatu dengan cepat dan tegas dalam mengambil keputusan.

2. Suasana Keluarga

Keluarga Frans De Veuster merupakan pemeluk agama katolik yang saleh.

Suasana kekatolikan dalam keluarga membawa pengaruh besar terhadap pertumbuhan

(29)

10

sebelum pergi ke tempat tidur, Yosef dan saudara-saudarinya duduk di dekat kaki

ibunya, untuk mendengarkan ibu yang sedang membaca dan menceritakan kisah dan

riwayat hidup para orang kudus. Dengan serius dan penuh rasa kagum mereka

mendengarkan kisah orang-orang kudus yang dengan berani, rela dan gembira hati

mengabdikan hidupnya demi mempertahankan iman mereka akan Kristus. Cerita dan

riwayat hidup para santo-santa ini, ternyata sangat mempengaruhi sikap dan hidup

anak-anak keluarga De Veuster.

Keluarga De Veuster mempunyai kebiasaan berdoa bersama pada malam hari

sebelum tidur. Kebiasaan yang baik ini, membawa dampak pelan-pelan membentuk

sikap anak-anak, sehingga tumbuh menjadi anak-anak yang saleh. Kesalehan yang

tumbuh ini menjadi cikal-bakal tumbuhnya benih-benih panggilan hidup membiara di

dalam keluarga De Veuster. Yosef dan ketiga saudaranya memilih hidup membiara.

Dua orang dari saudarinya menjadi suster di dalam tarekat Ursulin dan dua orang lagi,

termaksud Yosef, menjadi imam Kongregasi SS.CC. Empat anak yang membaktikan

diri mereka kepada Kristus dengan pilihan hidup membiara ini tentu merupakan

berkat dan kebahagiaan bagi keluarga De Veuster (Farrow, 1992: 21-24).

Pada usia 13 tahun, Yosef dianjurkan oleh ayahnya supaya melanjutkan

sekolahnya dalam bidang perdagangan, di Gravenbrakel, supaya dapat meneruskan

usaha dan karya orangtuannya kelak. Pada awalnya, Yosef mengikuti kehendak

ayahnya dengan taat. Akan tetapi, rencana dan keinginan orangtuannya tidak dapat

terpenuhi, karena Yosef berubah pikiran dan ingin menjadi seorang biarawan setelah

(30)

11

B. Awal Panggilan Pastor Damian SS.CC

Pada bagian ini, akan diuraikan awal panggilan pastor Damian yang dimulai dari

peristiwa hidup, motivasi yang ada di dalam diri Damian dan diakhiri dengan tokoh

orang Kudus yang dikaguminya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dituliskan bahwa pengertian

panggilan adalah himbauan, ajakan, dan undangan. Panggilan hidup adalah

kecenderungan hati untuk melakukan suatu pekerjaan (KBBI, 2003:822). Pada

dasarnya semua panggilan itu baik, sejauh panggilan tersebut tidak bertentangan

dengan kehendak Allah. Panggilan hidup manusia dihayati sebagai perutusan Allah,

maka segala sesuatu yang berasal dari Allah pada hakikatnya adalah baik.

Panggilan adalah suatu pilihan untuk menentukan dan memutuskan sesuatu

termasuk pilihan hidup. Dalam hidup sehari-hari, kita sering dihadapkan pada suatu

pilihan. Sebelum menentukan pilihan dan mengambil keputusan, kita perlu

memikirkan dengan matang supaya jangan sampai jatuh pada pilihan yang salah.

Ketika seseorang menentukan sebuah pilihan, diandaikan sudah siap menanggung

segala resiko yang akan terjadi sebagai konsekuensi dari pilihan tersebut.

Kitab Suci Perjanjian Baru berbicara tentang panggilan hidup. Panggilan hidup

yang tertulis di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru sebagai berikut ; “ada orang yang

tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada

dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian

karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga ” (Mat.19:12). Artinya ada

orang yang memilih hidup sendiri karena ingin mengabdikan hidupnya demi Kerajaan

Allah. Ada juga orang yang hidup tanpa menikah karena memang lahir demikian dan

banyak orang yang memilih hidup menikah atau berkeluarga untuk memperbanyak

(31)

12

masing- masing. Mereka yang menikah atau berkeluarga adalah rekan kerja Allah

dalam hal penciptaan. Panggilan hidup yang dijalani oleh pastor Damian adalah hidup

sendiri karena ingin mengabdikan hidupnya demi Kerajaan Allah.

Sejak awal, di dalam Gereja telah muncul komunitas pria dan wanita yang hidup

bebas tanpa terikat dengan sebuah perkawinan. Mereka hidup bersama dalam sebuah

komunitas yang masing- masing ingin mengabdikan hidupnya bagi Tuhan dan sesama

secara total. Mereka hidup dengan mengamalkan nasehat- nasehat Injili yaitu

kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan, dengan tujuan untuk mengikuti jejak Kristus

secara lebih bebas dan meneladani-Nya dengan lebih setia. Mereka hidup menyendiri

atas dorongan Roh Kudus dan mendirikan keluarga-keluarga religius (Dekrit tentang

pembaharuan dan penyesuaian hidup religius bagian pendahuluan, 247).

Panggilan adalah misteri Ilahi, dengan kata lain, Allah berkarya dalam setiap

peristiwa hidup. Panggilan manusia bisa terjadi kapan, dimana, dan kepada siapa saja.

Panggilan hidup adalah anugerah yang terjadi pada setiap manusia. Panggilan selalu

mengejutkan manusia karena terjadi di luar dugaan dan tidak pernah dibayangkan

sebelumnya. Sebagai contoh, dalam hidup membiara, seorang biarawati ingin menjadi

seorang yang ahli dalam bidang tertentu tetapi yang terjadi jauh dari apa yang

diinginkannya. Artinya bahwa apa yang tidak terpikirkan oleh manusia, bisa terjadi

dalam hidup yang sesungguhnya ataupun sebaliknya, apa yang dipikirkan oleh

manusia justru tidak terjadi dalam hidupnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

hidup ini surprise, penuh dengan misteri Allah yang sering tidak dapat dimengerti

sepenuhnya oleh manusia dengan akal budinya.

Yosef memilih panggilan hidup membiara dan panggilan ini tidak terjadi begitu

saja. Panggilan hidup dapat bertumbuh oleh karena situasi dan keadaan yang baik dan

(32)

13

hidup religius. Gejala panggilan hidup membiara dalam diri Yosef sudah muncul

sejak kecil, akan tetapi hal ini belum terpikirkan oleh kedua orangtua nya, karena

Yosef masih kecil.

1. Peristiwa-peristiwa Hidup Masa Kecil Pastor Damian SS.CC

Jika diperhatikan dan diamati, sejak kecil hidup Yosef sudah mempunyai

fenomena yang mengarah pada panggilan hidup membiara, karena terlihat Yosef

kecil senang pergi ke tempat sunyi, suka akan keheningan dan senang bermain laku

tapa.

Yosef adalah anak kesayangan seluruh anggota keluarga (Van Kessel, 1994: 6).

Suatu malam Yosef tidak ikut berkumpul untuk makan malam bersama keluarga di

rumah. Sampai selesai makan malam, Yosef belum juga pulang. Ayah dan ibunya

mulai cemas dan pergi mencarinya ke berbagai tempat, tetapi tidak menemukannya.

Akhirnya, bapak permandiannya menemukan Yosef di dalam Gereja sedang berlutut

di bangku paling depan dan berdoa dengan khusuk. Yosef ingat bagaimana para

penjahat pada zaman dulu, terlindungi dengan aman dan bebas dari hukuman bila

berada di dekat altar. Yosef merasa bersalah karena tidak pulang ke rumah untuk

makan malam bersama. Oleh karena itu, ketika orangtuanya mengajak Yosef pulang

ke rumah, dia tidak mau karena takut dihukum (Van Kessel, 1994: 7).

Ibunya membujuk Yosef dengan lembut supaya pulang ke rumah, tetapi ia tetap

tidak mau. Orangtuanya menyadari bahwa Gereja adalah tempat suci, sehingga

mereka tidak menggunakan kekerasan. Oleh karena itu, mereka berlutut, si ibu

merayu dan si ayah mengancam dengan suara yang tertahan mengajak Yosef supaya

pulang tetapi dia tidak mau sampai ayahnya yang sangat marah itu berjanji tidak akan

(33)

14

1992: 28). Kelihatannya kakeknya lebih mengenal Yosef, maka ketika ia tidak ada di

rumah, kakeknya menyuruh ayah dan ibunya mencari Yosef ke Gereja. Benar, Yosef

ditemukan di dalam Gereja sedang duduk dengan tenang dan berdoa di depan

Tabernakel. Peristiwa itu terjadi pada hari Pentekosta dan Yosef baru berumur empat

tahun (Van Kessel, 1994: 7).

Sejak kecil, Yosef senang menyendiri, mengambil tempat yang tenang dan

hening. Dia sering mengajak teman-temannya bermain laku tapa di hutan. Mereka

masuk ke tengah-tengah hutan dan duduk dengan diam di antara rerumputan. Selain

di hutan, Yosef juga sering berlaku tapa di kamarnya sendiri. Ia duduk dengan tenang

di atas sehelai papan (Van Kessel, 1994: 7-8).

Pada masa kanak-kanaknya, Yosef yang sehat dan bermata jernih ini, sering

memunculkan angan-angan yang mengherankan. Ia pun dikenal sebagai anak yang

pintar bermain namun ada kalanya dia ceroboh dan tidak hati- hati, sehingga

mengakibatkan banyak kecelakaan. Yosef adalah anak yang setia berdoa kepada

malaikat pelindungnya yang sering melindungi dia dari bahaya (Van Kessel, 1994: 6).

Yosep bertumbuh seperti anak-anak yang lainnya dengan segala kegembiraan,

kesusahan dan kekecewaan yang datang silih berganti. Akan tetapi, Yosef

mempunyai keistimewaan yaitu ia cenderung menyendiri dan mencari tempat yang

sunyi untuk berdoa (Farrow, 1992: 29).

Masih ada cerita yang lain. Yosef pernah mendengar kotbah tentang keutamaan

cinta kepada sesama. Setelah mendengar itu, Yosef bertemu dengan seorang

pengemis di jalan. Pengemis itu berkata kepada Yosef, aku sudah tiga hari tidak

makan. Yosef menyuruh pengemis itu menunggu sebentar dan ia lari masuk ke rumah

langsung menuju ke dapur. Pada waktu itu Yosef sendirian di rumah, sehingga tanpa

(34)

15

untuk makan siang mereka dan diberikan kepada pengemis itu. Ia tidak hanya

memberi pengemis itu makanan, tetapi juga dengan wadahnya (Farrow, 1992: 29).

Sejak kecil Yosef sudah mempraktekkan kepeduliannya terhadap orang miskin.

Peristiwa-peristiwa hidup pada masa kecil Yosef, ternyata pelan-pelan menggiringnya

untuk mengarah pada panggilan hidup membiara.

2. Motivasi Pastor Damian SS.CC

Yosef mempunyai daya juang yang tinggi, tekun dan setia. Ia juga pekerja keras

dan tidak mudah menyerah dengan situasi. Hal ini dapat dibuktikan, pada masa

remajanya, Yosef sudah banyak membantu ibunya menjual gandum ketika Yosef

tinggal bersama orangtuanya.

Yosef memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi seorang imam. Hal ini dapat

diketahui, pada masa formasinya. Ketika Yosef masuk Kongregasi SS.CC dan

diterima sebagai novis pada tanggal 2 Februari 1859 di Leuven Belgia dengan nama

biara “Damianus”, ia diterima sebagai bruder pekerja karena tidak menguasai bahasa

Latin. Akan tetapi Damian tidak menyerah. Ia belajar keras untuk mengetahui bahasa

Latin. Damian dengan semangat yang tinggi ia menempuh berbagaimacam cara untuk

belajar.Ia tidak berhenti belajar. Damian selalu menggunakan kesempatan yang ada

untuk belajar bahasa Latindengan banyak bertanya kepada kakaknya, pater Pamfilius

yang sudah menjadi imam dalam Kongregasi SS.CC. Setiap malam pada saat bacaan

rohani di kapel biara, Damian mendengarkan beraneka pepatah dalam bahasa Latin

dan ia berusaha menghafalkannya.

Oleh karena ketekunannya dalam belajar, maka dalam waktu yang singkat, Yosef

dapat menyalin beberapa pepatah bahasa Latin dan mampu mengerti bentuk-bentuk

(35)

16

penulis Latin Kuno Kornelius Nepos. Dan akhirnya Yosef diperkenankan untuk

mengikut i ujian bahasa Latin (Van Kessel, 1994: 10).

Pada waktu Damian meminta pergi ke Molokai untuk melayani penderita kusta, ia

masih mahasiswa dan belum menjadi imam. Tetapi meskipun demikian, Damian

sudah memiliki semangat missioner ya ng kuat. Oleh karena itu, ia memberanikan diri

pergi ke tanah misi kepulauan Hawai dengan motivasi utama, untuk membantu para

penderita dengan apa saja yang bisa dibantu dan terutama membantu menguburkan

mereka secara manusiawi yang telah meninggal akibat sakit kusta (Borowka, TT: 4).

3. Tokoh Orang Kudus yang dikagumi oleh Pastor Damian SS.CC

Yosef menjalani masa novisiat dengan nama biara “Damianus ”. Pada waktu itu,

misi dan pengorbanan diri adalah menjadi cita-cita yang ingin diwujudkannya.

Damian adalah pengagum St. Fransiskus Xaverius. Oleh karena itu, untuk

mewujudkan cita-citanya, Damian rajin berdoa setiap hari di dalam kapela di hadapan

arca St Fransiskus Xaverius, misionaris agung untuk memohon supaya cita-citanya

terkabul (Van Kessel, 1994:11).

C. Perjalanan Panggilan Pastor Damian SS.CC 1. Formasi

Dalam hidup membiara, masa formasi selalu ada. Masa formasi adalah masa

pembentukan dan pembinaan kepribadian secara menyeluruh, baik yang masih calon

maupun yang sudah menjadi anggota Kongregasi. Dalam Konstitusi Kongregasi

SS.CC dituliskan langkah- langkah pembinaan anggota yaitu masa postulansi, masa

novisiat, kaul sementara dan kaul kekal untuk para suster, bruder dan frater. Frater

(36)

17

diakon kemudian menerima tahbisan imamat. Sadar akan karya Roh Kudus yang

membentuk dan membimbing kita kepada Kristus, maka kita terbuka pada Roh Allah

yang berkarya di dalam diri supaya kita bertumbuh dan berkembang dalam iman dan

dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi Gereja dan dunia dengan semangat

Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria (Art, 67:54).

Masa formasi adalah masa pembentukan kepribadian secara menyeluruh. Setiap

orang dibentuk supaya membangun relasi dengan dirinya sendiri, dengan sesama dan

dengan Tuhan. Sebagai pribadi yang mengabdikan diri pada Hati Kudus Yesus dan

Maria, setiap anggota Kongregasi SS.CC setia dalam panggilan, karya dan menjadi

saksi kasih Allah yang menciptakan persekutuan (Art, 69: 54).

Yosef diterima sebagai no vis di Kongregasi SS.CC pada tanggal 2 Februari 1859

di Leuven Belgia. Pada awalnya, Damian diterima sebagai calon bruder SS.CC

karena ia tidak menguasai bahasa latin. Akan tetapi dalam proses pembinaannya,

Damian berusaha mengetahui dan menghafalkan arti pepatah dalam bahasa Latin

yang ia dengarkan pada saat doa malam di kapel. Damian adalah orang yang rajin

belajar. Dalam waktu yang singkat, Damian dapat menyalin beberapa pepatah kata

dan mampu mengerti bentuk-bentuk percakapan dalam bahasa latin. Pater Vincke,

sebagai pimpinan heran ketika mengetahui kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki

oleh Damian. Maka pada waktu itu, pemimpin memperkenankan Damian mengikuti

pelajaran dan ujian bahasa Latin secara teratur dalam waktu setengah tahun. Oleh

karena kemampuan yang ada dalam diri Damian, maka pemimpin dan atas anjuran

kakaknya, Damian diperkenankan mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang

imamat. Damian mempersiapkan diri untuk menjadi imam dengan masuk di sekolah

tinggi teologi. Damian mempunyai kepekaan yang mengagumkan karena praktek

(37)

18

di Paris Perancis. Dalam masa pembinaan hidup rohani, Damian semakin bertumbuh

dan berkembang. Ia semakin menghayati cita-citanya untuk mengabdikan diri kepada

orang lain.

2. Karya secara singkat

Pada bulan November tahun 1863, para rombongan misionaris Kongregasi Hati

Kudus Yesus dan Maria siap diberangkatkan ke daerah misi, kepulauan Hawai. Pater

Pamfilius termasuk dalam rombongan tersebut. Sela ma persiapan ke Hawai, saat itu

berjangkitlah wabah di Leuven. Pater Pamfilius ditugaskan untuk menolong penderita

kusta, tetapi sebelum berangkat, beberapa minggu kemudian, ia sendiri terjangkit

penyakit wabah dan tidak bisa bangun dari tempat tidurnya sehingga tidak bisa ikut

berangkat ke Hawai. Oleh karena itu, pater Pamfilius merasa sedih karena

menimbulkan kesukaran bagi pemimpinnya.

Keadaan pater Pamfilius mendorong hati Damian untuk pergi menggantikan

kakaknya ke Hawai sebagai missionaris. Damian pergi menghadap kakaknya dan

bertanya, apakah kakak setujuh bila kuusulkan aku yang berangkat sebagai gantimu?”

“ya baiklah”, jawab pater Pamfilius dalam kondisi lemah dan tak berdaya. Damian

bersama rombongan para imam berangkat ke Hawai sebagai missionaris pada tangga l

9 November 1863 dan tiba di Hawai pada tanggal 19 Maret 1864 (Van Kessel:1994:

11).

Kepulauan Hawai adalah salah satu tanah misi anggota SS.CC yang terdiri dari

dua belas pulau. Akan tetapi, hanya delapan yang di layani karena tidak cukup tenaga.

Kepulauan Hawai terletak 200 mil sebelah barat dari Amerika utara dan kira-kira

3500 mil dari Jepang. Penduduk kepulauan Hawai terdiri dari rumpun

(38)

19

sebelumnya mereka datang dari Tahiti dan Marquesas. Bahasa yang dipakai dekat

dengan bahasa penduduk asli kepulauan Marquesas dan suku Maori dari selandia

Baru. Sejarah mereka tidak banyak diketahui karena tidak tertulis, hanya lewat cerita

rakyat yang diceritakan dari generasi ke generasi. Pada zaman Cook, kepulauan ini

dibagi menjadi tiga kerajaan dan semuanya berdiri sendiri. Setiap kerajaan

mempunyai peradaban yang baik tetapi mereka juga mempunyai adat yang bengis

contohnya kanibalisme, poligami dan poliandri. Pada tahun 1810, ada larangan untuk

kaum wanita tidak boleh makan pisang, kelapa, kura-kura daging babi dan jenis ikan

tertentu. Apabila kaum perempuan melanggar larangan tersebut, akan diancam

dengan hukuman mati (Farrow, 1992: 65-67). Kaum perempuan kepulauan Hawai

kebanyakan cantik-cantik, maka di sana terkenal wanita penggoda. Maka pastor

Damian mengalami kesulitan dalam melayani mereka. Meskipun demikian pastor

Damian berusaha melayani para penderita kusta dengan berbagaimacam cara seperti:

• Pastor memberi perhatian khusus pada orang kusta

• Pastor Damian mewartakan kabar sukacita kepada mereka yang sesat supaya

kembali ke jalan yang benar

• Pastor Damian mengunjungi umatnya baik yang tinggal di paroki maupun

yang di stasi. Ketika Damian tiba di Kohala, ia membutuhkan waktu enam

minggu khusus untuk berkunjung dan mengenal umat dan tempat tinggal

mereka. Pastor Damian memiliki semangat pelayanan yang berkobar-kobar

sehingga ia tidak kenal lelah. Sesulit apapun untuk menjangkau tempat

umatnya, Damian tetap pergi mengunjunginya dengan naik kuda karena ia

(39)

20

• Pastor Damian melayani orang kusta dengan memperhatikan dan

menyediakan kebutuhan mereka antara lain: makanan, air bersih untuk

minum, pakaian yang layak dan tempat tinggal yang layak juga. Selain

kebutuhan jasmani yang diatas maka Damian juga memenuhi kebutuhan umat

dari segi rohani dengan mengajar para katekumen. Jadi singkatnya tidak

memperhatikan dan memenuhi kebutuhan mereka baik jasmani manun

rohani.itu pastor Damian juga memperhatikan kebutuhan Singkat kata mulai

dari makanan sampai pakaian.

• Pastor Damian membangun tempat tinggal dan kapel, gereja serta sekolah

yang layak bagi umatnya

• Selain itu, pastor Damian juga mempersiapkan peti mayat karena hampir

setiap hari dari antara yang penyakit kusta ada yang dipanggil kepangkuan

Bapa oleh karena itu ia pun harus menggali kubur bagi yang meninggal dunia

• Pastor Damian mempermandikan orang-orang katolik tapi belum dibaptis dan

sebagian besar umat yang pindah agama dari protestan ke katolik.

Pastor Damian bahagia sekali dengan pelayanannya karena ia mendapat jiwa-jiwa

katolik yang sungguh-sungguh tabah. Dalam kunjungannya ke rumah umat pastor

Damian juga mengalami banyak kesulitan dan tantangan namun hal itu ia lalui

karena cintanya begitu besar kepada Tuhan dan sesama. Memang cinta kepada

Allah dan sesama mengalahkan segala sesuatu termasuk kesulitan dan kesulitan

yang dihadapi setiap hari. Cintanya kepada Tuhan dan sesama memampukan

pastor Damian dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan yang dialami di dalam

tugas pelayanannya setiap hari. Berjalan diantara semak belukar dan dibawah

(40)

21

yang luar biasa. Ia pun terasa sangat haus. Pastor Damian berjalan berjalan tanah

gersang, naik turun lereng dan jurang yang suram. Namun hal ini tidak

menurunkan semangat Damian untuk tetap melayani umatnya. Damian tetap

mempunyai semangat yang menyala. Meski dengan napas yang terengah-engah

dan seluruh tub uhnya gemetaran mencapai puncak sebanyak tiga kali. Ia berjalan

di padang belantara yang tandus, tidak ada tumbuh-tumbuhan dan pepohonan

tempat untuk berteduh ketika diterpa terik panas matahari yang menyengat. Pastor

Damian tidak pernah putus asa dia tetap tegar. Nampaknya pekerjaan ini adalah

suatu pekerjaan sangat mustahil, tangan penuh goresan darah, sepatunya rusak

berat karena bebatuan sehingga tidak bisa dipakai lagi. Damian mendaki puncak

sebanyak tiga kali. Bukankah Tuhan Yesus jatuh tiga kali tertindih kayu salib.

Dia meyemangati dirinya sendiri untuk terus berjuang, jangan sampai patah

semangat. Setelah semua dilewati dengan semangat pelayanan yang tersirat di

dalam jiwanya. Pastor Damian mampu melewati semua tantangan dan kesulitan

karena ia selalu sadar bahwa semua ini dilakukan demi cintanya kepada Tuhan

yang telah memanggilnya untuk melayani sesamanya khususnya yang sangat

menderita. Pastor Damian memiliki prinsip bahwa duka, jerih payah, kesulitan

dan tantangan bukanlah sesuatu yang menghalangi seseorang bekerja bagi Tuhan.

Pater Damian mengajar dengan kata-kata teladan. Sebagai imam, Damian juga

mempersembahkan Ekaristi pada hari Minggu.

Dalam membangun kapel, rumah sekolah gereja tentu pastor Damian tidak

bekerja sendirian. Pastor Damian me nerima bantuan uang dari uskup Maigret,

(41)

22

3. Wilayah pelayanan pastor Damian SS.CC

Wilayah yang pertama kali tempat pelayanan pastor Damian adalah Puna. Ia

melayani di sana selama 1 tahun, kemudian tempat pelayanan yang kedua adalah

Kolaha. Di sana Pastor Damian melayani umat selama 8 tahun, dan tempat pelayanan

yang ketiga Molokai. Di sana pastor Damian melayani selama 16 tahun.

Situasi umum yang dihadapi oleh pastor Damian (Van Kessel, 1994: 16).

Wilayah puna terletak di sebelah selatan Hawai. Wilayah ini luas dan jarang

dikunjungi oleh para misionaris. Ketika Damian diutus ke sana, uskup berpesan

supaya misi di sana di tumbuhkan kemabil dengan berkata:

”ingatlah, misi di sana harus ditumbuhkan lagi” (Van Kessel, 1994: 6).

Tugas yang diemban oleh pastor Damian sangat berat. Situas penduduk di sana sangat

sulit karena tempat tinggal mereka terpencar-pencar. Mereka tersebar di antara

lembah dan bukit, di antara gunung-gunung dan hutan rimba belantara. Oleh karena

itu, pastor Damian membutuhkan waktu tiga minggu untuk menjelajahi wilayah

Puna. Di sana pastor Damian menemukan banyak ajaran sesat yang membuat dirinya

sulit untuk menggembalakan umat. Tanpa mengulur waktu, pastor Damian

cepat-cepat mengadakan kunjungan kepada umatnya. Ia berjalan kaki dari desa ke desa, dari

pondok ke pondok untuk memberi semangat kepada mereka (Van Kessel, 1994: 16).

Orang-orang miskin menerima pastor Damian dengan hati terbuka. Umat di

Puna memanggil pastor Damian dengan nama Kamiano. Pastor Damian pun sangat

gembira bertemu dengan mereka (miskin dan menderita) Ia sangat mengasihi mereka.

Pastor Damian rela mengorbankan hidupnya bagi mereka (Van Kessel, 1994: 16).

“Orang-orang miskin sangat gembira melihat kedatangan Kamiano (Damian)! Pastor

Damian berkata Aku sangat gembira melihat mereka dan sangat mengasihi mereka.

(42)

23

Penebus Ilahi. Jika perlu diriku tak kusayangkan mencari orang-orang menderita sakit

meskipun harus berjalan kaki tujuh atau delan jam” (Van Kessel, 1994: 17).

Ketika Damian tiba di Molokai, ia berkata kepada penderita kusta, “kita orang

kusta”. Mendengar perkataan itu, terkejutlah hati para penderita kusta, karena Damian

sendiri sehat dan tidak sakit kusta. Damian tinggal bersama mereka, bahkan makan

dan tidur bersama mereka. Selama 16 tahun banyak hal yang ia kerjakan termasuk

membangun kapel dan Gereja, rumah dan sekola-sekolah, jalan, pembuatan aliran air

minum bersih dan sebagainya. Damian sungguh-sungguh memberi memperhatian

besar terhadap kebutuhan para penderita kusta, baik kebutuhan jasmani maupun

kebutuhan rohani.

Pastor Damian mempunyai semangat pelayanan yang luar biasa. Semangat itu

membuat Damian semakin kuat dan berani berhadapan dengan orang-orang yang

menderita kusta. Orang lain tidak pernah memikirkan bagaimana nasib penderita

kusta, tetapi Damian siang dan malam memberi perhatian yang sangat besar terhadap

persoalan hidup mereka. Dalam pelayanannya, Damian pernah merasa kesepian dan

mengalami kesulitan. Damian mempunyai perasaan ingin pulang tetapi kekuatan

Allah yang membuat dirinya senantiasa mampu menjalani semua karyanya dengan

tabah.

D. Pastor Damian SS.CC Seorang Religius

Pastor Damian adalah salah seorang imam anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus

dan Hati Suci Maria yang mencintai Tuhan dengan segenap kekuatannya dan

mengasihi sesama dengan sepenuh hatinya sampai akhir hidupnya. Pastor Damian

mengabdikan seluruh hidupnya secara total bagi penderita kusta sampai ia rela mati

(43)

24

Pastor Damian sungguh mencintai Kongregasinya, sehingga seberat apapun

penderitaan yang dialaminya dan penolakan dari para konfrater serta pemimpinnya,

pastor Damian tidak pernah me nyerah dan putus asa sebagai anggota atau imam

Kongregasi SS.CC. Dalam Kongregasi SS.CC, anggota mempunyai devosi kepada

Hati Kudus Yesus dan Maria. Dua hati ini, menjadi sumber kekuatan bagi pastor

Damian dalam melaksanakan seluruh karya perutusan dalam memperhatikan

penderita kusta.

Semangat pelayanan pastor Damian sungguh mengagumkan. Semangat

pelayanannya tidak pernah pudar sekalipun ia dalam keadaan sakit. Bahkan sudah

mendekati ajalnya pun pastor Damian masih bekerja. Pastor Damian merasa bahagia

karena tugasnya sudah hampir selesai. Dalam hidupnya, pastor Damian sangat

menghayati semangat kaul kemiskinan. Hal ini terlihat, ketika sebelum pastor Damian

meninggal, ia menyerahkan segala sesuatu kepada uskup karena ia ingin meninggal

dalam keadaan miskin dan tidak punya apa-apa. Dalam keadaan sakit, Pastor Damian

berbaring dan tidur di lantai dengan beralaskan jerami tanpa tempat tidur.

Sebagai religius dan imam, pastor Damian tidak pernah mengabaikan doa

resmi biarawan (brefir) dan perayaan Ekaristi Kudus meskipun pastor Damian sudah

bekerja siang dan malam, karena Ekaristi dan doa-doalah yang menjadi sumber

kekuatan bagi pastor Damian dalam melaksanakan karyanya untuk melayani orang

kusta setiap hari.

Sebagai imam Kongregasi SS.CC, pastor Damian tidak pernah mengabaikan

adorasi atau sembah sujud di depan Sakramen Mahakudus dan pengakuan dosa.

Pastor Damian selalu memperhatikan kehidupan rohaninya. Setiap pater Kongregasi

SS.CC yang datang berkunjung, pastor Damian menganggap bahwa yang datang

(44)

25

kesempatan untuk mengaku dosa bila ada pastor yang datang ke Molokai. Sebelum

pastor Damian meninggal dunia, ia mengaku dosa kepada pater Wendelinus SS.CC

dan pastor Wendelinus mengaku dosa kepada pastor Damian. Mereka berdua saling

memperbaharui kaul sebagai Imam Kongregasi SS.CC. Pada kesempatan itu juga

pastor Damian meminta kepada pater Wendelinus supaya mereka berdua mendoakan

doa-doa Kongregasi agar pastor Damian dapat meninggal dengan damai dan tenang

sebagai putera Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria.

Orang kusta sangat dekat dengan pastor Damian. Ia memanggil mereka sebagai

putra-putrinya. Malam sebelum meninggal, pastor Damian mohon pamit kepada

putra-putrinya yang menderita kusta. Pastor Damian memandangi mereka satu

persatu dan memberkatinya. Putra-putrinya sangat terharu melihat keadaan pastor

Damian. Mereka sangat sedih karena tidak lama lagi gembala yang baik itu akan

kembali kepada Bapa di surga artinya akan meninggal dunia. Dua minggu sebelum

pastor Damian kembali ke pangkuan Bapa, ia sempat menerima Sakramen Minyak

Suci dan Sakramen Maha Kudus sebagai bekal dalam perjalanan menuju kebahagiaan

di surga.

Pastor Damian meninggal dunia dalam usia 49 tahun, tepat pada tanggal 15 April

1889. Usia pastor Damian meninggal dunia terhitung muda, namun wajahnya

kelihatan tua karena ia bekerja keras. Pastor Damian meninggal dunia dengan damai

dan tenang. Semua orang di seluruh dunia yang mengenal hidup dan pelayanan pastor

Damian, berha rap supaya pastor Damian berbahagia di surga bersama para kudus

Allah (Van Kessel, 1994: 103-107).

Pastor Damian adalah seorang religius yang bergabung di dalam Kongregasi

SS.CC. maka pada kesempatan ini akan diuraikan sejarah singkat Kongregasi SS.CC

(45)

26

1. Sejarah Kongregasi SS.CC secara singkat

Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria disingkat dengan SS.CC adalah salah

satu Kongregasi yang didirikan di Perancis pada masa Perang Dunia II oleh dua

pendiri yaitu Pastor Petrus Coudrin dan suster Henriette Aymer de la Chevaleria.

Keduanya berasal dari Perancis. Kongregasi ini lahir pada tanggal 24 Desember

malam Natal tahun 1800. Pada malam itu juga, bapak dan ibu pendiri mengikrarkan

kaul kekal mereka. Sebelum mendirikan Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria,

bapak Pendiri bergabung dalam tarekat dioses Perancis dan Ibu Pendiri bergabung

dalam kelompok pencinta Hati Kudus Yesus. Mereka mempunyai devosi yang kuat

kepada Hati Kudus Yesus.

Anggota Kongregasi SS.CC terdiri dari pastor, bruder, suster dan awam.

Kongregasi ini berdiri karena timbul keprihatinan terhadap anak-anak yang miskin

dan terlantar. Pada waktu Perang Dunia II, Revolusi Perancis sedang bergejolak

mengakibatkan terjadinya kekacauan ekonomi, politik, sosial dan budaya di negara

Perancis, sehingga banyak anak-anak yang terlantar dan tidak bisa sekolah. Pada

masa itu, banyak tangisan dan teriakan minta tolong dari orang-orang yang tak

berdaya. Siapakah yang berani menolong mereka? Pembunuhan terjadi berbagai

tempat. Orang-orang kecil, lemah, dan miskin, kehilangan rumah, kehilangan

saudara, sahabat, ayah, ibu yang mereka cintai karena pembunuhan yang sadis dari

para penguasa.

Bapak pendiri sempat bersembunyi beberapa bulan di atas loteng. Ia bersembunyi

mungkin karena takut menghadapi situasi yang sangat genting pada waktu itu. Di

tempat persembunyiannya, Bapak Pendiri beradorasi untuk mendoakan situasi

seluruh dunia ya ng penuh kejahatan dan kekejian khususnya situasi yang sangat

(46)

27

Setelah melihat situasi yang semakin hari semakin memburuk, maka bapak

Pendiri dengan berani mengambil segala resiko yang akan terjadi, ia keluar dari

tempat persembunyiannya. Dengan terang Ilahi, Bapak dan ibu Pendiri yakin bahwa

Allah memanggil mereka berdua untuk menolong dan membawa harapan bagi

orang-orang yang menderita akibat Revolusi Perancis (Hunermann, TT: 51).

Bapak Petrus Coudrin dan ibu Aymer dipanggil dan diutus oleh Allah untuk

menyelamatkan iman yang masih tersisa. Bapak pendiri sempat takut untuk keluar

karena banyak terjadi pembunuhan, namun kekuatan Roh Kudus menggerakkan hati

bapak pendiri sehingga ia tidak tega hanya tinggal diam di loteng. Bapak pendiri

memutuskan dengan tegas dan berani untuk keluar dari tempat persembunyiannya

dan masuk dalam realita kehidupan yang sangat menakutkan dan memprihatinkan itu.

Dalam situasi dan kondisi yang sangat menakutkan itu, bapak pendiri berani terbuka

pada kehendak Allah dengan mengambil resiko rela mati demi keselamatan jiwa-jiwa

yang menderita.

Yesus rela mati demi keselamatan umat manusia seperti tertulis dalam Injil

Yohanes “tiada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan

nyawanya demi keselama tan banyak orang” (Van Kessel, 1994: 113).

2. Spiritualitas Kongregasi SS.CC

Spiritualitas pada umumnya dapat dirumuskan sebagai cara hidup manusia yang

membimbingnya kepada persatuan dengan Allah.

Para anggota Kongregasi SS.CC menghayati dan menghidupi spiritualitas Hati

Kudus Yesus dan Maria yang diwujudkan dalam hidup dan pelayanan sehari- hari.

Artinya, seluruh hidup dan karya para anggota Kongregasi SS.CC didasarkan pada

(47)

28

Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria. Dengan kata lain, semangat Hati Kudus

Yesus dan Maria yang menjiwai seluruh hidup dan karya pelayanan para anggota

SS.CC dalam mewartakan cinta kasih Allah kepada dunia.

Tujuan spiritualitas Kongregasi SS.CC adalah mewujudkan ke-empat masa hidup

Yesus. Artinya, para anggota Kongregasi menjalani hidup dan melaksanakan karya

pelayanan diwujudkan dalam empat masa hidup Yesus yaitu: Masa kanak-kanak

Yesus yang diwujudkan melalui pendidikan bagi anak-anak terlantar, pembinaan

kaum muda, para pelajar dan calon imam. Masa tersembunyi Yesus di Nazaret

diwujudkan dengan adorasi yaitu sembah sujud di depan Sakramen Mahakudus yang

dilakukan oleh para anggota SS.CC sebagai silih untuk dosa-dosa dunia.

Masing-masing anggota Kongregasi bersembah sujud beradorasi di depan Sakramen

Mahakudus satu jam setiap hari. Masa karya diwujudkan dengan karya kerasulan oleh

para anggota Kongregasi SS.CC ke mana pun mereka diutus. Tempat pelayanan para

anggota SS.CC biasanya di tempat-tempat yang sulit dan belum ada orang yang

menanganinya. Yesus berkeliling dari desa ke desa dan ke seluruh daerah Galilea

untuk memberitakan Injil sambil mengajar jemaat. Masa sengsara Yesus diwujudkan

dengan puasa, pantang dan mati raga atau pengorbanan sukarela.

Para anggota SS.CC melanjutkan karisma yang diwariskan oleh pastor Petrus

Coudrin dan suster Henriette dengan sembah sujud dihadapan Sakramen Mahakudus,

dan menghidupi semangat kekeluargaan. Semangat kekeluargaan ini bersumber pada

Hati Kudus Yesus dan Maria, artinya bahwa Hati Yesus yang Mahakudus dan Hati

Tersuci Maria, menjadi sumber dan pusat hidup anggota Kongregasi SS.CC yang

menjiwai seluruh hidup dan karya pelayanannya untuk mewartakan cinta kasih Allah

(48)

29

Semangat yang dihayati dan dihidupi oleh para anggota Kongregasi SS.CC adalah

semangat yang berasal dari semangat Yesus dan Maria, melalui Ekaristi dan adorasi

Oleh karena itu, ciri khas dan dasar spiritualitas Kongregasi SS.CC adalah:

“Penyerahan diri secara total kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria”. Oleh

sebab itu, di dalam rumusan pengikraran kaul ditambahkan, dalam pengabdiannya

“saya mau hidup dan mati”. Artinya bahwa melalui kaul yang diikrarkan oleh para

anggota SS.CC kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Suci Maria, keluarga religius ini

menyerahkan diri secara total menjadi milik Allah. Para anggota Kongregasi

mengabdikan diri seutuhnya kepada Allah dalam hidup dan mati dalam pelayanan

terhadap sesama (Kerrien, 1982: 5-10).

3. Semangat Dasar Pelayanan SS.CC

Dasar semangat pelayanan para anggota Kongregasi SS.CC bersumber pada

sembah bakti kepada Hati Kudus Yesus dan Maria melalui adorasi. Anggota SS.CC

mengadakan sembah sujud kepada Hati Yesus yang Maha Kudus yang menyatu

dengan Hati Maria Tersuci membawa silih untuk pemulihan dosa diri sendiri dan

dosa seluruh dunia. Anggota SS.CC berdoa bagi pertobatan Gereja yang berjuang

mewartakan cinta kasih Allah dan dunia yang menderita akibat dosa-dosa manusia

(Kerrien, 1979: 46). Dari sinilah anggota SS.CC menimba kekuatan untuk melayani

sesama khususnya mereka yang paling hina dan menderita. Untuk itu, adorasi

menjadi salah satu ministri dan bagian hidup para anggota SS.CC. Sebagai

komunitas, anggota SS.CC ber-adorasi seminggu sekali dan secara pribadi satu jam

setiap hari masing- masing anggota. “Each of us spends one hour a day and one

(49)

30

adalah sebagai silih atas dosa-dosa dunia. Dengan ber-adorasi, para anggota SS.CC

mendoakan dunia secara khusus kepada Allah.

E. Pastor Damian SS.CC bukan hanya sekedar Misionaris 1. Abdi Allah

Pastor Damian selalu menimba kekuatan dari Yesus yang tersalib melalui

perayaan Ekaristi dan adorasi. Ekaristi dan adorasi menjadi sumber kekuatan bagi

pastor Damian dalam menghadapi segala tantangan dan kesulitan yang dihadapi

dalam setiap karya pelayanannya. Dengan penuh harapan dan iman, ia selalu

menyerahkan pelayanannya kepada kehendak Tuhan. Yesus pernah menga lami

ditolak dalam pelayanannya, khususnya di tempat kelahirannya. Demikian juga pastor

Damian, ia pernah mengalami penolakan, tetapi ia selalu mempunyai harapan dan

semangat untuk meyakinkan bahwa Tuhan menyertai dia di dalam membawa

umatnya kembali ke jalan yang benar. Pastor Damian mencintai Tuhan dengan

segenap hati dan mengasihi sesama dengan memberikan seluruh hidupnya sampai

wafat sebagai penderita kusta. Tiada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang

sahabat yang memberikan nyawanya bagi para sahabat-sahabatnya. Pastor Damian

disebut sebagai abdi Allah karena ia telah mengabdikan hidupnya bagi Allah dengan

melayani orang-orang yang paling hina, terlantar dan menderita. Pastor Damian telah

memperhatikan dan merawat penderita kusta dengan penuh cinta. Ia membalut

luka-luka mereka. “Sesungguhnya, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang

dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Mat.

25:40b)”. Apapun yang dilakukan oleh pastor Damian untuk meringankan beban

(50)

31

Damian melakukannya demi cintanya kepada Tuhan. yang diwujudkan kepada

sesama.

2. Sahabat Orang Kusta

Dalam kehidupan ini, kita membutuhkan sahabat. Sahabat adalah orang yang setia

menjadi teman, baik dalam suka maupun dalam duka. Untuk menjadi sahabat bagi

sesama, kadang-kadang tidak mudah, apalagi menjadi sahabat bagi yang menderita.

Menjadi sahabat mempunyai konsekuensi. Ada kriteria yang perlu dikembangkan

untuk menjadi sahabat bagi orang lain. Kriteria tersebut antara lain: keterbukaan,

kesetiaan dan pengorbanan. Keterbukaan berarti terbuka untuk menerima orang lain

dengan seluruh kepribadiannya, artinya menerima orang lain dengan segala

kekurangan dan kelebihannya.

Manusia lebih muda menerima sesamanya dengan kelebihan dan kekuatannya

dari pada menerima orang lain dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Oleh

karena itu, untuk menjadi sahabat bagi orang lain menuntut suatu keterbukaan untuk

menerima mereka apa adanya. Selain itu, untuk menjadi sahabat bagi orang lain, juga

menuntut kesetiaan, artinya setia menjadi teman, baik dalam suka maupun dalam

duka. Kita lebih muda setia kepada orang ketika mereka sedang bahagia dalam

hidupnya. Tetapi sulit bagi kita, menjadi teman bagi mereka yang sedang mengalami

kesusahan, ketika mereka berada dalam kesulitan, menderita, padahal justru pada

saat-saat seperti itulah, mereka membutuhkan kehadiran teman.

Pertolongan yang bisa kita berikan mungkin tidak harus yang besar dan

hebat-hebat, tetapi sekecil apapun pertolongan yang kita berikan, akan sangat membantu

dan sangat berharga bila saat dibutuhkan. Persahabatan tidak menuntut yang

(51)

32

keterbukaan, kesetiaan dan pengobanan ini, sangat dibutuhkan dalam sebuah

persahabatan. Untuk itu, mari kita lihat apa yang telah dilakukan oleh pastor Damian,

sehingga ia menjadi sahabat bagi para penderita kusta. Banyak hal yang telah

dikorbankan oleh pastor Damian, demi keselamatan putra-putrinya. Pastor Damian

mengunjungi mereka, memberi nasehat kepada mereka, mendukung dan membantu

mereka supaya tidak terlarut dalam penderitaannya. Pastor Damian mengangkat

martabat para penderita kusta dengan mengembalikan mereka ke jalan yang benar.

Hal ini, bukanlah perkara kecil atau pekerjaan yang mudah untuk dilakukan, tetapi

karena dengan kesetiaan dan penuh semangat, pastor Damian dapat melakukannya

demi Tuhan yang dicintainya dan demi keselamatan umatnya.

Pastor Damian hadir di tengah para penderita kusta dan menjadi sahabat bagi

mereka. Ketika pastor Damian berkunjung kepada para penderita kusta, ia

mendengarkan keluhan mereka. Penyakit yang menjijikkan itu membuat mereka

terpaksa harus disingkirkan dari keluarga dan masyarakat. Mereka dibuang ke tempat

yang paling terpencil. Mengingat karena penyakit kusta menular dan berbahaya, maka

tidak ada orang yang berani mendekati mereka, apa lagi merawatnya. Semua orang

menjauh dari mereka sebab mereka menakutkan dan menjijikkan.

Penderita kusta miskin dalam banyak hal. Dapat dikatakan, bahwa mereka yang

paling miskin dari antara orang yang miskin. Mereka menderita la hir dan batin.

Mereka menderita sakit, tidak punya tempat tinggal, makanan, pakaian, uang, tidak

punya teman atau sahabat. Mereka serba kekurangan. Mereka sungguh-sungguh

disingkirkan, diterlantarkan, dibuang dan ditinggalkan. Mereka kesepian, karena

orang menjauh dari mereka. Namun pastor Damian memberi diri bagi mereka yang

menderita. Dia pun menjalani panggilannya dengan semangat Yesus yang selalu

Referensi

Dokumen terkait