• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN PELAYANAN PASTOR DAMIAN SS.CC KEPADA PARA

E. Pengaruh Semangat Pastor Damian SS.CC

1. Pelayanan anggota SS.CC di India

Komunitas Damian bergerak di bidang pengembangan masyarakat. Komunitas ini adalah cabang dari Pavitra Hrudaya Sangha yang bekerja bagi orang yang membutuhkan, bagi mereka yang disingkirkan dari masyarakat secara khusus bagi mereka yang dibuang karena sakit kusta. Keyakinan adalah menjadi salah satu kekuatan bagi para anggota SS.CC untuk berkarya di India. Anggota Kongregasi terdiri dari putra dan putri. Sebagai Kongregasi Internasional, anggotanya terdiri dari berbagai negara antara lain: Amerika, Polandia, Spanyol, Brazil dan India. Anggota ini bekerjasama di komunitas Damian di berbagai bidang. Mengapa komunitas ini

69

memakai nama Damian? Karena komunitas ini didirikan terinspriasi oleh semangat pelayanan dan teladan hidup pastor Damian. Pastor Damian sangat dihargai dan dihormati oleh orang-orang, baik yang katolik maupun yang bukan katolik karena pemberian dirinya. Dalam pelayanannya pastor Damian tidak kenal lelah serta pelayanannya yang tidak hanya untuk orang yang beragama katolik melainkan untuk semua orang tanpa membeda-bedakan agama. Oleh karena itu, dikatakan bahwa pastor Damian adalah bukan hanya imam orang katolik tetapi bapak semua orang.

Komunitas Damian dimulai pada tahun 1975 oleh pastor William Petrus hingga sekarang tanpa mengalami kegagalan. Mereka bekerja untuk para penderita kusta. Pastor William SS.CC bekerja beberapa tahun di tempat orang kusta di Shantinagar Benggal Barat bersama para suster ibu Theresa. Kemudian pastor William datang ke Orissa bekerja untuk orang kusta atas permintaan khusus dari Mother Theresa M.C supaya mendirikan pusat rehabilitasi untuk penderita kusta di Janla. Pada waktu itu ketika pastor William ke Orissa maka Mikael Shanahan SS.CC menggantikan pastor William di Shantinagar. Kami bekerja sama dengan pemerintah setempat. Awalnya kami hadir di sana, kami menyewa rumah di Satyanagar Bhubaneswar. Kemudian pemilik rumah meminta kami supaya segera pindah dari rumah itu. Kami pindah ke ke Nayapalli dan tinggal di sana selama dua tahun lalu pindah lagi ke Jayadev dengan alasan yang sama. Berpindah-pindah tempat dari rumah yang satu ke rumah yang lain menciptakan banyak masalah bukan hanya pada pekerja dan staff tetapi juga pada para para pasien penderita kusta yang datang untuk menerima pelayanan. Untuk itu dalam pertemuan staff ada usulan supaya mencari tempat yang menetap sehingga kita dapat memberikan pelayanan yang terbaik pada pasien. Dengan memiliki tempat yang permanen adalah sangat positif untuk kedua belah pihak, baik staff institusi maupun bagi mereka yang datang kepada kita.

70

Masukan atau usulan diterima oleh pemimpin provinsi. Tahun sebelumnya kami membeli tanah di sebuah di sebuah desa Phulanakhara di luar kota Bhubaneswar. Kami tinggal di sana sampai sekarang.

Anggota SS.CC sudah bekerja sejak tiga puluh tepatnya pada tahun 1979. Selain rehabilitasi dan training program pendidikan untuk kaum muda. Tugas utama oleh para pendampi adalah membantu para penderita kusta. (hasil wawancara dari India melalui email). tempat, program dan kegiatan mereka adalah:

1. Jagganath Colony di desa Mancheswar jaraknya tiga kilometer dari kota Bhubaneswar. Di sana ada sekitar enam puluh keluarga dari stasi yang berbeda-beda.

a. Anak-anak pergi ke sekolah

b. Program perbaikan gizi untuk orang-orang di sekitar

c. Pemeriksaan kesehatan dan pendistribusian obat tiga kali dalam satu bulan.

2. Janla adalah pusat rehabilitasi penyakit kusta yang dikelola oleh suster-suster missionaries karitas. Di sana ada lebih dari 200 pasien.

3. Gandha Palli adalah di kota Cuttack berjarak 24 kilometer dari Bhubaneswar. Kegiatannya: membuat handuk untuk dapat memnuhi kebutuhan hidup. 4. Trinath Colony adalah di tengah kota Choudwar berjarak 3-4 kilometer dari

kota Bhubaneswar. Ditempat ini ada sejumlah 56 keluarga.

Kegiatannyamemberi perhatian kepada para koban TB, HIV dan AIDS

5. Coudrin chhatrabas: di sana ada asrama universitas untuk laki- laki bagi mahasiswa yang datang dari keluarga tidak mampu alias miskin.

71

Kegiatan utama memonitor semua yang berkaitan dengan kesehatan dan kegiatan sosial. Kita akan mengelola klinik untuk physioterapy, laboratorium dan pemeriksaan kesehatan secara umum, dalam waktu yang bersamaan kita bekerjasama dengan rumah sakit pusat yang melayani pasien yang sakit TBC (sumber vahan dari India lewat internet)

2. Pengikut Jejak Pastor Damian SS.CC

Di bawah ini, ada beberapa orang yang tergerak hatinya untuk melayani mereka yang sangat miskin dan menderita, yang dibuang dan terlantar. Hal ini terinspirasi oleh semangat pelayanan pastor Damian yang luar biasa di dalam mewartakan cinta kasih Allah, antara lain:

a. Yosef Dutton

Yosef Dutton adalah orang yang pertama mengikuti jejak pastor Damian. Dutton menjadi sahabat dan kepercayaan pastor Damian yang bekerja dua puluh empat tahun di pemukiman orang kusta (Farrow, 1992: 255).

Pemuda ini, lahir di Stowe dalam negara Vermont sebuah desa kecil di Amerika Serikat. Dia bertumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan. Dutton berasal dari keluarga pioner dan turunan bangsawan, asli dari Inggris. Sebelum Dutton datang ke Molokai, hidupnya hampir sama dengan kisah roman ya ng mempunyai unsur petualangan dan ia menjadi korban kegagalan cinta. Ira Dutton, itulah sebutannya ketika ia belum menjadi katolik. Akan tetapi pada tahun 1883 dalam ulang tahunnya yang ke-40, Dutton menjadi katolik dengan memakai nama baru: Yosef (Farrow, 1992: 256).

72

Dutton mempunyai orangtua yang ramah dan bijaksana. Suasana hidup di dalam keluarga Dutton terasa damai dan tenang. Masa kanak-kanak dan remajanya, berjalan dengan baik dan lancar, tanpa halangan. Dutton bertumbuh menjadi seorang pemuda yang pemberani. Ia menempuh pendidikan di salah satu sekolah yang terkenal (Farrow, 1992: 256).

Setelah selesai menempuh pendidikan, Dutton mencoba terjun dalam dunia jurnalistik. Dia menulis buku yang berjudul Busana Putih Seorang Rahib dan kebun Allah. Kedua buku ini ditulis bertitik tolak dari pengalaman Dutton sendiri (Farrow, 1992: 256).

Dutton pernah hidup sebagai serdadu dan rahib. Sikap Dutton terbentuk seumur hidup tetap seperti serdadu, meskipun Dutton sudah mengabdikan diri di Molokai dan bahkan sudah tua, ia tetap bersikap seperti seroang serdadu. Suatu kali diadakan upacara bendera di pemukiman, Dutton sangat teliti mengatur agar bendera dinaikkan dan diturunkan dengan tata hormat militer yang tepat. Kalau ada orang berdiri tidak tegak, tidak menggunakan tutup kepala, maka Dutton tidak segan-segan, langsung menegur mereka dengan tajam dan dengan suara yang bernada keras (Farrow, 1992: 258).

Pada tahun 1861, mulai terjadi perang saudara dan proklamasi Lincolin berseru meminta sukarelawan. Dutton sebagai orang muda segera masuk dinas militer. Setelah menjadi anggota militer selama dua tahun, Dutton naik pangkat menjadi letnan. Dutton sangat senang bertempur, mendengar teriakan, bunyi-bunyian dan suara yang melengking (Farrow, 1992: 256). Perang diwarnai pertikaian tragis dan romantis antar saudara yang berpakaian seragam biru dan kelabu. Hal ini rupanya sangat menyenangkan hati Dutton (Farrow, 1992: 257).

73

Satu bulan setelah selesai perang, Dutton berjumpa dengan seorang wanita muda. Dutton sebagai perwira yang masih muda dan cakap mengenakan seragam biru, langsung jatuh cinta pada wanita tersebut. Perempuan itu mempunyai masa lalu yang selalu tergila-gila dengan seragam perwira. Setelah mereka berdua saling jatuh cinta, kemudian mereka bertunangan (Farrow, 1992: 259).

Dutton mengemukakan pertunangannya kepada rekan-rekannya tetapi nampaknya rekan-rekannya kurang setuju. Hal ini kelihatan, ketika mereka memberi ucapan selamat kepada Dutton dengan nada yang agak sinis. Ada seorang mayor yang berniat baik mengingatkan Dutton supaya jangan bertunangan dengan wanita itu, sebab wanita itu bukan wanita baik-baik, karena dari dulu dia selalu tergila-gila dengan seragam perwira. Dutton menanggapinya dengan cara yang lain, sehingga hampir terjadi perkelahian di antara mereka (Farrow, 1992: 259). Dutton adalah orang yang tidak senang bila diingatkan. Setelah itu, teman-temannya membiarkan Dutton berbuat sesuai dengan kehendaknya. Akhirnya Dutton menikah dengan peremp uan itu.

Tidak lama kemudian, perempuan itu menyakiti hati Dutton, karena perempuan itu berkali-kali menghianatinya. Meskipun hati Dutton sudah hancur namun ia masih berharap bahwa suatu saat perempuan itu akan bertobat, maka Dutton tidak mau menceraikannya. Perkawinan mereka berlangsung kira-kira satu tahun. Akhirnya perempuan itu meninggalkan Dutton dan pergi bersama pria lain ke New York dengan meninggalkan banyak hutang. Hati Dutton hancur dan harapannya sirna karena sikap dan perbuatan perempuan itu (Farrow, 1992: 260).

74

Setelah itu, Dutton merasa bebas dan ia mengakui bahwa peristiwa itu adalah suatu pukulan yang sangat berat baginya. Dutton merasa malu dengan teman-temannya. Dia tidak senang lagi membicarakan tentang wanita. Apabila Dutton dan kawan-kawannya sedang istirahat, mereka minum minuman keras, main kartu dan bersenang-senang. Dutton menjadi peminum berat dan me njadi budak segala kemaksiatan (Farrow, 1992: 260).

Dutton putus asa dan ia bekerja keras untuk mengembalikan nama baiknya seperti semula dan ingin memperoleh kedudukannya kembali seperti yang dahulu. Ketika Dutton berangkat ke medan pertempuran, ada seorang wanita memberikan fotonya kepada Dutton. Di tempat pertempuran, Dutton lupa kalau dia pernah diberi foto oleh seorang wanita. Dutton tidak berpikir tentang perempuan itu lagi. Dia merasa bebas dan hatinya tidak terikat oleh siapapun secara khusus (Farrow, 1992: 259).

Periode ini berlangsung kira-kira sepuluh tahun. Setelah lama ia meninggalkan kemiliterannya, ia masuk lagi dalam dinas pemerintahan. Dutton sudah bercerai secara resmi dengan istrinya karena tidak setia itu. Kemudian perempuan itu meninggal, tetapi tidak ada kaitan perceraian dengan kematiannya. Dutton dari daerah Utara menjadi perwira di kota dareah Selatan di antara go longan para elit (Farrow, 1992: 260).

Kehadiran Dutton menggoncangkan para wanita kota. Meskipun wanita di kota itu sudah tahu kegagalan pernikahan Dutton, tetapi mereka tidak peduli. Dutton seorang yang terkenal, terpandang, dan terhormat. Ketenaran Dutton mengagumkan hati para wanita dan ia dipandang sebagai orang yang bijaksana (Farrow, 1992: 260-261).

75

Selama bertempur dalam Perang Saudara, Dutton tidak perna h terluka artinya dia selamat. Oleh karena itu, Dutton merasa berhutang kepada Tuhan sebagai Sang Penyelamat yang telah melindunginya selama pertempuran (Farrow, 1992: 256). Dutton bertemu dengan satu keluarga yang terpandang dan ia menyampaikan kerinduan dan keinginan hatinya kepada keluarga tersebut untuk menjadi katolik. Meskipun Dutton sudah lama merencanakan niat ini, tetapi ia masih ragu pada rencana nya. Ia bertanya pada dirinya, apakah jiwaku sudah siap melaksanakan keputusanku? Dutton mempunyai ketakutan tidak sanggup melaksanakan keputusannya. Namun dalam hidupnya, ia berusaha keras agar tidak jatuh pada kuasa kejahatan (Farrow, 1992: 260-261).

Suatu ketika, Dutton pergi ke perpustakaan Biara Redemptoris di New Orleans. Di sana Dutton menemukan buku bacaan tentang Damian dari Molokai. Hati Dutton tergugah oleh kisah pengabdian pastor Damian dalam melayani para penderita kusta. Damian yang gagah, berani dan tampan mau mengabdikan diri bagi penderita kusta. Mata Dutton terbuka dan menemukan panggilannya. Dutton adalah seorang sahabat dan kepercayaan Damian di Molokai. (Farrow, 1992: 255-264).

Dutton sungguh-sungguh ingin bertobat pada jalan yang benar. Atas niat yang indah ini, maka keluarga memperkenalkan Dutton kepada pater Yosef Kelly, seorang pater Dominikan yang mempersiapkan Dutton untuk menerima sakramen baptis.

Pada ulang tahunnya yang keempat puluh, Dutton berubah haluan menjadi katolik tepatnya pada tahun 1883 dia dibaptis dengan memakai nama Yosef, sehingga nama panggilannya menjadi Yosef Dutton. Setelah dibaptis Dutton tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatannya tanpa mengutarakan

76

alasannya. Ia meninggalkan dunia keramaian dan mencari kesunyian dengan memilih Pertapaan Trapis (Farrow, 1992: 262).

Sebulan kemudian terdengar berita bahwa perwira tampan itu telah mengurung diri di dalam sebuah biara. Dutton mengundurkan diri dari dunia ramai dengan memilih hidup di Pertapaan Trapis. Damian juga tertarik di pertapaan ketika ia masih mahasiswa. Dutton tahu bahwa hidup di pertapaan itu sangat disiplin. Tetapi justru situasi yang seperti itu yang dibutuhkan oleh Dutton pada saat itu. Dutton mengungkapkan bahwa hidup di pertapaan adalah suatu hidup yang keras karena tidak bisa berbicara, ia juga mengakui bahwa pertapa mempunyai ciri khas yaitu kemiskinan dan kerendahan hati.

Dutton mengatakan bahwa dalam keadaan cuaca apapun para pertapa tetap bangun jam dua setiap pagi untuk menyanyikan ofisi ibadat pagi. Sepanjang hari mereka mengerjakan pekerjaan tangan, ibadat dan belajar. Dutton diterima sebagai novis dalam ordo itu, tetapi ia tidak pernah mengucapkan kaul apapun artinya bahwa Dutton tidak terikat pada ordo dan selalu bebas meninggalkan kapanpun ia kehendaki dan bahkan ia pernah tinggal di luar biara selama dua puluh bulan. Tetapi ketika Dutton membantu Damian, Dutton mengikrarkan janji setia pada Misi Katolik di Molokai setiap tahun.

Meskipun Dutton hidup di biara tetapi dia mengakui bahwa dirinya tetap seorang awam biasa. Dia bukan seorang bruder dan belum pernah hidup sebagai seorang bruder. Dutton mengundurkan diri dari biara karena dia merasa tidak cocok lagi hidup di pertapaan trapis. Dutton menyadari lebih cocok hidup aktif. Dutton mencari pekerjaan yang sesuai dengan karakternya.

77

Sejak awal sampai menjelang ajalnya, pastor Damian mempunyai kebiasaan selalu berada di pelabuhan pantai untuk menyambut setiap kapal yang datang dari Honolulu dan berlabuh di pemukiman entah untuk menurunkan penderita kusta atau menurunkan barang. Dari jarak jauh, Damian sudah dapat mengenal kapal yang akan berlabuh. Ketika Damian sakit, ia dirawat di rumah sakit Honolulu. Setelah Damian kembali dari Honolulu ke Molokai, penyakit kusta sudah menggerogoti kakinya tetapi ia masih datang ke pelabuhan dengan naik dokar karena sudah tak sanggup lagi berjalan kaki. Dokar itu dihadiahkan kepada Damian oleh seorang petani yang bukan penderita kusta yang berdomisili di bagian pulau Molokai.

Ketika Dutton tiba di pelabuhan pemukiman Molokai, Damian melihat bahwa ada orang yang berkulit putih, tampan, menurunkan barang. Damian bertanya-tanya dalam hati siapakah dia? Nampak sekali bahwa kedatangan Dutton mengherankan Damian karena belum pernah ada orang yang datang ke Molokai selain orang yang sakit kusta. Orang jarang sekali datang berkunjung ke Molokai apalagi membawa barang yang banyak. Menurut pengalaman Damian, bahwa ia sudah lama di Molokai tetapi belum pernah ada orang yang datang berkunjung ke sana. Dutton juga melakukan hal yang sama.

Dutton mengamat-amati seorang yang duduk di tepi pantai. Nampak wajah Damian terbakar karena sinar matahari dan rusak karena sakit kusta. Ternyata dia adalah Damian yang menarik perhatian Dutton untuk datang ke Molokai karena teladan, semangat hidup dan pelayanannya. Singkatnya , pastor Damian dan Dutton saling mengamat-amati satu sama lain. Mereka berdua saling penasaran karena belum saling kenal satu sama lain. Pastor Damian mengamat-amati Dutton dan Dutton mengamati Damian.

78

Setelah tiba di pantai Molokai, orang Amerika itu turun untuk berkenalan dengan pastor Damian. Dutton secara singkat mengutarakan maksud kedatangannya. Dia mau bekerja untuk para penderita kusta tanpa mengharapkan gaji atau imbalan apa pun. Sebaliknya, ia ingin membagikan sebagian dari harta warisannya untuk penderita kusta. Seperti Zakheus yang memberikan sebagian harta miliknya untuk orang miskin.

Zakheus seorang kaya kepala pemungut cukai yang bertobat dari kejahatannya. Boleh digambarkan bahwa Zakheus tidak puas dengan pendapatannya sampai ia memeras banyak orang sehingga dia sangat dibenci oleh orang-orang di sekitarnya. Tetapi ketika mendengar bahwa Yesus akan datang dan ia berusaha mau bertemu Yesus. Dia penasaran seperti apakah Yesus itu. Orang apakah Dia? Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak Zakheus yang mendorong hatinya ingin bertemu Yesus. Orang di sekitarnya menolak Zakheus tetapi Yesus malah ingin bertamu di rumahnya. Tentu hal ini suatu keajaiban ya ng membahagiakan bagi Zakheus. Zakheus dengan senang hati membukakan pintu dan mempersilahkan Yesus masuk ke dalam rumahnya. Di sanalah terjadi keselamatan yang tak diduga-duga oleh Zakheus (Luk. 19:1-10). Begitulah kiranya Dutton yang terdorong dan tergerak hatinya untuk memberi diri lewat pelayanan kepada orang kusta atas inspirasi kehidupan dan semangat pelayanan Damian. Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan untuk melayani orang miskin (Mrk. 8:20).

Pemerintah menawarkan gaji kepada Dutton tetapi ia sama sekali tidak menginginkan itu. Kehadiran Dutton menggembirakan para penguasa Gereja dan pemerintah tetapi pastor Damian masih bertanya apakah pria yang tampan ini sanggup tinggal di tempat yang menyeramkan ini. Pastor Damian berkata

79

demikian dalam hatinya karena ia tahu persis bahwa situasi penderita kusta di Molokai itu sangat memprihatinkan dan tidak memberi harapan. Pastor Damian yang sudah sekian lama berkarya masih belum terlalu nampak apa yang telah ia kerjakan dan masih harus berjuang dan bekerja keras. Pastor Damian sudah memakai kaca mata tebal ini masih ragu-ragu atas kehadiran Dutton di Molokai. Menjadi pertanyaan bagi pastor Damian, apakah tuan besar mampu untuk bertahan hidup di Molokai yang amat berat ini.

Pastor Damian memberikan penjelasan secara singkat tentang kehidupan para penderita kusta yang sangat pahit di Molokai. Kemudian Damian bertanya: apakah saudara bersedia untuk berjanji akan bekerja paling sedikit satu tahun? Dutton menjawab bahwa ia bersedia. Jawaban ini belum memberi harapan pada Damian sehingga ia masih tetap bersikap dingin terhadap Dutton. Peristiwa yang memberi harapan bagi Damian ketika mereka melakukan perjalanan jauh di kedua desa. Dutton menyaksikan dengan tenang dan tanpa menunjukkan wajah yang menggerutu melihat segala hal yang menjijikkan. Dari situ, pastor Damian dapat memahami Dutton tanpa banyak berkata-kata. Dutton adalah teman yang baik bagi pastor Damian yang bisa memahami situasi dan dapat diajak untuk bekerja sama. Pada pandangan pertama selama dalam perjalanan secara spontan sudah menampakkan persahabatan yang akrab. Dutton adalah asisten pastor Damian yang tenang, serasi, pengertian dan setia (Farrow, 1992: 267).

Pastor Damian dan Dutton adalah dua pribadi yang sangat berbeda dalam segala hal. Contoh, Penampilan Dutton jauh lebih rapi dari pada Damian. Namun dalam perbedaan itu ada pula persamaan. Mereka mempunyai keyakinan iman dan pengabdian yang sama bagi para penderita kusta. Mereka

80

mempunyai cita-cita yang luhur dan mulia. Perbedaan antara Dutton dan Damian menjadi sarana untuk saling melengkapi dan menjaga keseimbangan persahabatan yang tercipta di antara mereka. Dutton menjadi tangan kanan Damian (Farrow, 1992: 268).

Kematian pastor Damian semakin dekat tetapi semangatnya semakin menggelora. Dia bekerja tanpa kenal lelah dan selalu ada saja yang harus dikerjakan. Meskipun pastor Damian belum mengenal lagu yang bersyair

“jangan lelah bekerja di ladang-Nya Tuhan”, namun ia telah melaksanakan dalam pelayanannya. Pastor Damian bekerja keras siang dan ma lam di kebun anggur Tuhan tanpa kenal lelah untuk melayani orang yang paling hina, tersingkir dan terbuang. Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit (Luk.10:2).

Penyakit yang diderita oleh pastor Damian tidak mematahkan semangatnya dalam melayani para penderita kusta. Pastor Damian tetap berjuang dengan segala kekuatan yang ditimba melalui doa-doanya. Namun sebagai manusia, pastor Damian juga mempunyai kelemaha n. Hal ini dapat dilihat bahwa pastor Damian pernah marah dan mengalami uring-uringa n akibat penyakit yang dideritanya. Di samping itu umurnya juga semakin bertambah dan daya ingatannya semakin berkurang sehingga banyak hal yang terlupakan. Untuk itu Dutton sebagai teman dan sahabat setia pastor Damian sering menye lesaikan pekerjaannya (Farrow, 1992: 269).

Pertemuan pertama antara pastor Damian dan Dutton membicarakan tentang kebutuhan para penderita kusta. Kedua sahabat ini membagi tugas. Dutton ditugaskan untuk merawat kedua gereja dan menjadi pelayan Misa, karena tangan pastor Damian semakin membengkak, maka tugas Damian

81

pelan-pelan diambil alih oleh Dutton seperti: membersihkan dan membalut luka-luka para penderita kusta di rumah sakit. Sambil menikmati malam yang berbintang, pastor Damian menceritakan kepada Dutton bahwa ia tidur di bawah pohon pandanus ketika baru tiba di Molokai. Dutton dengan tenang mendengarkan pastor Damian membagikan pengalaman, impian dan cita-citanya. Pastor Damian memanggil Dutton bruder Yosef.

Pastor Damian dan Dutton semakin banyak bulan yang mereka lalui persahabatan mereka pun semakin akrab. Pastor Damian semakin menghargai Dutton. Damian menaruh harapan penuh pada Dutton bahwa dia yang akan menggantikan pastor Damian sepenuhnya kelak. Pastor Damian mengusulkan supaya Dutton mau menjadi imam tetapi Dutton menolak tanpa memberi alasan. Tetapi pastor Damian semakin mendesak Dutton supaya ia bersedia menjadi imam karena kesalehan Dutton tidak diragukan lagi. Dutton menolak ide dan saran pastor Damian. Pastor Damian sempat membandingkan dirinya dengan Dutton yang dari perwira sementara pastor Damian hanyalah seorang petani. Hal ini dilakukan oleh pastor Damian untuk menggugah hati Dutton