• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN BENTUK IMPERATIF GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMK KEESATRIAN PURWOKERTO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN BENTUK IMPERATIF GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMK KEESATRIAN PURWOKERTO - repository perpustakaan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI A Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication

berasal dari kata latin communication dan bersumber dari kata comunis

yang berarti sama. Menurut Lasswel (dalam Effendy, 2007: 10)

komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan melalui media yang menimbulkan efek terterntu.

Menurut Susanto (1997: 1) komunikasi berasal dari perkataan

“communicare”, yaitu di dalam bahasa latin mempunyai arti

“berpartisipasi” ataupun “memberitahu”.

Lebih lanjut Kridalaksana (2008: 130) komunikasi adalah

penyampaian amanat dari sumber atau pengirim melalui sebuah saluran

Dari pengertian para pakar dapat disimpulkan bahwa

komunikasi adalah penyampaian pesan atau amanat melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.

2. Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses pemyampaian

pikiran/perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

(komunikan). Di dalam proses komunikasi ada tiga unsur yang sangat

berperan aktif. Pertama, komunikator yang berdiri dan memainkan

(2)

(pribadi atau kelompok) adalah pihak yang menerima hubungann dari

komunikator. Ketiga, pesan yaitu unsur terpenting dan inti dalam interaksi

antara komunikator dengan kominikan. Untuk mencapai keberhasilan

komunikasi pesan disampaikan sedemikian rupa, kadangkala dengan

menciptakan stimulan (rangsangan) sehingga komunikan merasakan

respect terhadap pesan. (http://trialianti.blogspot.com/2007/12/12/fungsi-

komunikasi.html)

Pesan itu diusahakan dengan memakai bahasa, simbol atau

lambang yang sudah dipahami oleh komunikan maupun komunikator itu

sendiri, sehingga salah pengertian (miscommunication) dapat dihindari.

Selain soal bahasa yang dipergunakan, pesan itu seharusnya

“membangkitkan kebutuhan atau keuntungan pihak komunikan”.

(http://trialianti.blogspot.com/2007/12/12/fungsi- komunikasi.html

Begitu juga dalam hal pendidikan, dalam bidang pendidikan

diusahakan agar komunikasi berjalan dengan baik agar pencapaian nilai

dan tujuan serta interaksi yang ada di dalamnya sehingga implementasi

pendidikan berjalan baik. Ditinjau dari prosesnya, pendidikan merupakan

komunkasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua

komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator

dan pelajar sebagai komunikan

(http://trialianti.blogspot.com/2007/12/12/fungsi- komunikasi.html)

(3)

kelompok yang mengambil prakasa ataupun sedang mengadakan

komunikasi dengan individu atau kelompok (sasaran) yang lain.

Komunikan adalah objek dari kegiatan komunikasi, yaitu hasil dari

kegiatan ini adalah bahwa ide ataupun anjuran dan pikiran komunikator,

akan di terima oleh komunikan ( Susanto, 1997: 2).

Menurut Effendy (2007:16) proses komunikasi terbagi menjadi

dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian

pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media

primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna

yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan

komunikator kepada komunikan.

b Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian

pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau

sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media

pertama. Surat kabar, telepon, majalah, televisi, film adalah media kedua

yang sering digunakan dalam komunikasi.

3. Fungsi Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana yang paling vital bagi setiap

(4)

memahami lingkungannya.

(http://trialianti.blogspot.com/2007/12/12/fungsi- komunikasi.html)

Menurut Effendy (2007 : 31) fungsi komunikasi dibagi menjadi

empat yaitu:

a. menyampaikan (to inform)

b. menghibur (to entertain)

c. mempengaruhi (to influence)

d. mendidik (to educate)

Guru sebagai sosok panutan, yang memiliki nilai moral dan

agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa di dalam maupun di luar

kelas, alat pendidikan yang diharapkan akan membentuk kepribadian

siswa kelak di masa dewasa. Dalam hal ini guru dipandang sebagai ‘role

model’ yang akan digugu dan ditiru oleh muridnya (Suparlan, 2006:

32-33).

Guru harus banyak menggunakan waktunya untuk berhubungan

dengan murid, tidak saja karena jauh dari kondisi komunikasi yang ideal di

kebanyakan kelas, tetapi juga karena hakikat mengajar itu sendiri. Ujaran

guru dikarakterisasi dengan banyaknya ujaran yang menindakan tindak

tutur yaitu, menginformasikan, menjelaskan, mendefinisikan, menanyakan,

membenarkan, menarik perhatian, dan memerinta (Ibrahim, 1993:

(5)

4. Kompetensi Guru

Kompetensi pada hakikatnya menggambarkan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasai peserta didik

dan direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Hall dan

Jones (dalam Sagala, 2009 : 157) mengatakan kompetensi

(competence) adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan

suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan

antara pengetahuan dan keterampilan yang dapat diamati dan diukur.

Guru memilliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak

dapat dipisahkan antara kemampuan mendidik, membimbing,

mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut secara

terminologis akademis dapat dibedakan antara satu dengan lain.

Namun, dalam kenyataan praktik di lapangan, keempat hal tersebut

harus menjadi satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan

(Suparlan, 2006 : 29).

Secara terminologis akademis, pengertian mendidik,

membimbing, mengajar dan melatih dapat dijelaskan dalam tabel

(6)

Perbedaan anatara kemampuan mengajar, membimbing,

mengajar, dan melatih.

No. Aspek Mendidik Membimbing Mengajar Melatih

1. Isi Moral dan

fer bahan ajar

yang berupa

(7)

Dari keempat keterampilan diatas, penulis akan menjelaskan lebih

rinci tentang keterampilan mengajar.

Keterampilan mengajar (teaching skills) dapat dilatihkan melalui

micro-teaching yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh praktikan atau

calon guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di

lembaga pendidikan (Usman, 2006 : 74)

Adapun keterampilan mengajar yang akan dibahas ialah:

a. keterampilan bertanya (questioning skills),

b. keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills),

c. keterampilan mengadakan variasi (variation skills),

d. keterampilan menjelaskan (explaning skills),

e. keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction an

closure),

f. keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,

g. keterampilan mengelola kelas, dan

h. keterampilan mengajar perseorangan.

Keterampilan mengajar tersebut di atas akan diuraikan sebagai

berikut:

a. keterampilan bertanya (questioning skills)

Bagaimanapun tujuan pendidikan, secara universal guru

akan selalu menggunakan keterampilan bertanya kepada siswanya.

(8)

individu, memiliki pengaruh yang sangat berarti tidak hanya pada

hasil belajar siswa tetapi juga pada suasana kelas baik sosial maupun

emosional (Djamarah, 2005 : 99).

Menurut Usman (2006 : 77-79) keterampilan bertanya

ada dua yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya

lanjutan.

1) Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar

a) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat

b) Pemberian acuan

c) Pemindahan giliran

d) Penyebaran

e) Pemberian waktu berfikir

f) Pemberian tuntutan

2) Komponen- komponen keterampilan bertanya lanjutan

a) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab

pertanyaan

b) Pengaturan urutan pertanyaan

c) Penggunaan pertanyaan pelacak

d) Peningkatan terjadinya interaksi

b. Keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills)

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons,

(9)

bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback)

bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak

dorongan ataupun koreksi (Usman, 2006 : 80).

Pemberian respon dalam proses interaksi educatif disebut

“pemberian penguatan”, karena hal tersebut akan membantu sekali

dalam meningkatkan hasil belajar siswa (Djamarah, 2005 : 118).

Usman (2006:81), penguatan mempunyai pengaurh yang

berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan

sebagai berikut:

1) meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran,

2) merangsang dan meningkatkan motivasi belajar,

3) meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa

yang produktif.

Dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan

komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut yaitu:

1. Penguatan verbal

Pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau

tingkah laku siswa adalah penguatan verbal.

2. Penguatan gestural

Pemberian penguatan gersutal sangat erat sekali dengan pemberian

penguatan verbal. Gerakan tubuh merupakan bentuk pemberian

(10)

3. Penguatan kegiatan

Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi bila guru

menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga dapat

memilihnya/menikmati sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan

atau penampilan sebelumnya.

4. Penguatan mendekati

Perhatian guru kepada siswa menunjukan bahwa guru

tertarik,secara fisik guru mendekati siswa dapat dikatakan sebagai

penguatan mendekati. Penguatan mendekati siswa secara fisik

dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan

tanda dan penguatan sentuhan.

5. Penguatan sentuhan

Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi bila guru

secara fisik menyentuh siswa, missal menepuk bahu, berjabatangan

yang semuanya ditunjukan untuk penghargaan penampilan tingkah

laku atau kerja siswa.

6. Penguatan tanda

Bila guru menggunakan berbagai macam simbol, apakah itu benda

atau tulisan yang ditujukan kepada siswa untuk penghargaan

terhadap suatu penampilan, tingkah laku, kerja siswa disebut

(11)

c. Keterampilan mengadakan variasi (variation skills)

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks

proses intelektual belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi

kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar-mengajar, murid

senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh

partisipasi.

Tujuan dan manfaat:

1) untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada

aspek-aspek belajar-mengajar yang relevan

2) untuk memberikan kesempatan bagi berkembangya bakat ingin

mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang

baru.

3) untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan

sekolah

4) guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara

smenerima pelajaran yang disenangi.

Komponen –komponen keterampilan mengadakan variasi:

a. variasi dalam cara mengajar guru

1) penggunaan variasi suara (teacher voice)

2) pemusatan perhatian siswa (focusing)

3) kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence)

4) mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and

(12)

5) gerakan badan mimik

6) pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teachers

movement)

b. variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran

1) variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids)

2) variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids)

3) variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanupulasi, dan

digerakan (inotorik)

4) variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba

(audio visual aids)

c. variasi pola interaksi dan kegiatan siswa

1) pola guru-murid, yaitu komunikasi sebagai aksi satu arah)

2) pola guru-murid-guru, yaitu ada balikan (feedback)bagi guru,

tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi)

3) pola guru-murid-murid, yaitu ada balikan bagi guru, siswa

saling belaja satu sama lain

4) pola guru-murid, murid-guru, murid-murid, yaitu interaksi

optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan

murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah)

5) pola melingkar, yaitu setiap siswa mendapat giliran untuk

mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan

(13)

d. Keterampilan menjelaskan (explaning skills)

Menurut Djamarah (2005:131) menjelaskan adalah

pemberian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara

sistematis untuk menunjukan adanya hubungan sebab akibat, antara

yang sudah dialami dan yang belum dialami, antara generalisasi

dengan konsep antara konsep dengan data atau sebaliknya.

Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan

disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan

menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang

sangat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di

dalam kelas (Usman, 2006 : 89)

Menurut Djamarah (2005:131) tujuan memberikan

penjelasan adalah:

1) membimbing anak didik untuk mendapat dan memahami hukum,

dalil fakta secara benar

2) melibatkan anak didik untuk berfikir memecahkan masalah atau

pertanyaan

3) untuk mendapatkan balikan dari anak didik

4) membimbing anak didik untuk menghayati.

e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction an

closure) (Usman, 2006 : 90-107).

Yang dimaksud dengan set induction ialah usah atau

(14)

untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun

perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha

tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.

Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran

yaitu:

1) Membuka pelajaran

Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:

a) menarik perhatian siswa

b) menimbulkan motivasi

c) memberi acuan

d) membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang

akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang

telah dikuasai siswa.

2) Menutup pelajaran

Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menutup pelajaran

adalah:

a) Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan

merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan

b) Mengavaluasi.

f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang

(15)

informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan

kesimpulan, atau pemecah masalah.

Pengertian diskusi kelompok dalam kegiatan

belajar-mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas.

Komponen keterampilan membimbing diskusi meliputi:

1) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi

2) memperluas masalah atau urunan pendapat

3) menganalisis pandangan siswa

4) meningkatkan urunan siswa

5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi

6) menutup diskusi

g. Keterampilan mengelola kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses

belajar-mengajar.

Komponen keterampilan mengelola kelas yaitu:

1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan

pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).

a) Memberi perhatian.

b) Menunjukkan sikap tanggap.

c) Memusatkan perhatian kelompok.

(16)

e) Menegur.

f) Memberi penguatan

2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi

belajar yang optimal

a) Modifikasi tingkah laku

Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang

mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi

tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian

penguatan secara sistematis

b) Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah

kelompok dengan cara:

(1)Memperlancar tugas-tugas

(2)Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok

c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan

masalah.

guru dapat menggunakan separangkat cara untuk

mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia

mengetahui sebab-sebab dasat yang mengakibatkan

ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk

(17)

h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan

memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa

serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa

maupun antara siswa dengan siswa.

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan

perseorangan:

1) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

2) keterampilan mengorganisasi

3) keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

4) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan

belajar-mengajar

B Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Chaer (2007:32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang

arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk

bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Alat komunikasi

yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya

milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia (Chaer, 2007:

58).

Menurut Dipodjojo (1982:4) bahasa merupakan ungkapan

pikiran dan perasaan manusia yang setara dinyatakan dengan memakai

(18)

Lebih lanjut Kridalaksana (2008:24) menyatakan bahasa

adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota

suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi

diri

Dengan mengetahui pengertian bahasa dari beberapa ahli,

penulis menyimpulkan bawa bahasa adalah alat komunikasi yang

digunakan oleh manusia untuk melakukan interaksi dengan manusia

lain dan mengidentifikasi diri.

2. Fungsi Bahasa.

Finocchinario (dalam Lubis, 1991 : 4) membagi bahasa atas

lima bagian yaitu personal, interpersonal, direktif, referensial dan

imajinatif.

a. Fungsi personal, adalah kemampuan berbicaranya, misalnya : cinta,

kesenanagan, kekecewaan, kesusahan, kemarahan, kemasgulan dan

sebagainya.

b. Fungsi interpersonal, adalah kemampuan kita untuk membina dan

menjalin hubungan kerja dan hubungan sosial dengan orang lain.

Misalnya : rasa simpati, rasa senang atas keberhasilan orang lain,

kekhawatiran dan sebahainya yang dinyatkan dalam bahasa.

c. Fungsi deirektif memungkinkan kita untuk mengajukan permintaan,

saran, membujuk, meyakinkan, dan sebagainya.

d. Fungsi referensial, adalah yang berhubungan dengan kemampuan

untuk menulis atau membicarakan tentang lingkungan kita yang

terdekat dan juga mengenai bahasa itu sendiri

(19)

Menurut Wirjosoedarmao (1984:2-3) fungsi bahasa dibedakan

menjadi dua yaitu fungsi umum dan fungsi khusus.

1. Fungsi umum bahasa

Fungsi umum bahasa adalah fungsi bahasaa yang berlaku bagi

semua bangsa di semua Negara dan dapat diperinci sebagai berikut:

a Fungsi prosduktif

Dalam fungsi ini bahasa dipakai oleh manusia untuk

menyampaikan isi hatinya kepada manusia yang lain.

b Fungsi reseptif

Dalam fungsi ini bahasa dipakai oleh manusia untuk menerima isi

hati manusia yang lain yang disampaikan kepadanya.

c Fungsi reproduktif

Dalam fungsi ini bahasa dipakai oleh manusia untuk menyatakan

isi hatinya setelah menerima pernyataan isi hati orang lain.

2. Fungsi khusus bahasa

Fungsi khusus bahasa adalah fungsi bahasa yang disesuaikan

dengan kepentinagan nasional suatu negara dengan kepentingan

nasional suatu negara.

a. Sebagai alat untuk menjalankan administrasi negara

b. Sebagai pemersatu bangsa Indonesia

c. Sebagai wahana (tempat,wadah)untuk menampung kebudayaan

(20)

C Pragmatik

1. Pengertian Pragmatik

Kajian bahasa tidak dapat dilakuakan tanpem

mempertimbangkan konteks siituasi yang meliputi partisipasi, cir- ciri

situasi yang sesuai dengan hal-hal yang sedang berlangsung, serta

dampak-dampak tindakan tutur yang diwujudkan dalam bentuk

perubahan yang timbul akibat partisipan (Frith dalam Wijana,1996 :5).

Wijana (1996: 1) menjelaskan bahwa pragmatik adalah

cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal,

yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi.

Pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam

komunikasi dan bagaimana pragmatik menyelidiki makna sebagai

konteks, bukan sebagai sesuatu yang abstrak dalam komunikasi (Leech,

1993 : 5)

Menurut Kridalaksana (2008:198) menyatakan pragmatik

adalah:

a syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian

bahasa ddalam komunasi.

b aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang

memberikan sumbangan kepada makna ujaran

Jadi, makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat

(21)

dapat memanfaatkan pengalaman bersama ( background knowledge)

untuk memudahkan pengertian bersama.

Dari beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa

cakupan kajian pragmatik sangat luas sehingga sering dianggap

tumpang tindih dengan kajian wacana atau kajian sosiolinguistik. Yang

jelas disepakati ialah bahwa satuan kajian pragmatik bukanlah kata atau

kalimat, melainkan tindak tutur atau tindak ujaran (speech act).

2. Aspek Pragmatik

Leech (dalam Rohmadi, 2004 : 23) mengemukakan

sejumlah aspek studi pragmatik, meliputi:

a. penutur dan lawan tutur, b. konteks tutur,

c. tujuan tuturan,

d. tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan e. tuturan sebagai produk tindak verbal.

a. Penutur dan mitra tutur

Aspek – aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur

adalah usia, latar belakang, sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat

keakraban.

b. Konteks

Konteks tuturan peneliitian linguistik adalah konteks dalam semua

aspek fisik atau latar belakang sosial yang sesuai dari tuturan yang

(22)

adalah semua latar belakang pengetaguan (background knowledge)

yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur

c. Tujuan tuturan

Bentuk – bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatar

belakangi oleh maksud dan tujuan tuturan. Dalam hubungan ini

bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan

untuk menyatakan satu maksud atau sebaliknya satu maksud dapat

disampaikan dengan beraneka ragam tuturan.

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Pragmatik menangani bahasa dan tingkatannya yang lebih konkret,

dibanding tata bahasa. Tuturan yang konkret, jelas penutur dan

mitra tuuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan dalam pragmatik merupakan wujud dari

tindak verbal. Oleh karena itu, tuturan yang dihasilkan merupakan

bentuk dari tindak verbal.

Keberhasilan suatu komunikasi, di samping ditentukan oleh

persamaan bahasa, juga ditentukan oleh adanya persamaan

pengetahuan mengenai konteks yang melingkupi selama komunikasi

tersebut berlangsung.

Kridalaksana (2008:134) berpendapat bahwa konteks adalah:

(23)

2) pengetahuaan yang sama – sama dimiliki pembicara dan

pendengar sehingga pendengar paham akan apa yang disonan

dipakai untuk konsep fonemik dan grafemik.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwasanya dalam

melakukan ujaran ada beberapa aspek yang harus diperhatikan.Aspek-

aspek tersebut akan berpengaruh pada keberterimaan dan keefektifan

ujaran yang dilakukan atau karena tidak dapat dipungkuri bahwa

dalam mamaknai suatu ujaran tidak dapat mengabaikan fakor – faktor

di luar ujaran itu sendiri.

3. Peristiwa Tutur

Setiap komunikasi antarindividu pasti saling menyampaikan

informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan maupun emosi

secara langsung. Rohmadi (2004:27) menjelasakan bahwa peristiwa

tutur (speech act) adalah serangkaian tindak tutur yang

terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan.

Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik

dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

penutur dan mitra tutur dengan satu pokok tuturan dalam waktu,

tempat, dan situasi tertentu (Chaer, 2004 : 47).

Bertolak pada pendapat di atas, maka dapat ditegaskan bahwa

peristiwa tutur merupakan satu rangkaian tindak tutur dalam satu

bentuk ujjaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur

(24)

situasi tertentu. Hal ini masih berkaitan dengan aspek – aspek yang

melingkupi tuturan dalam suatu komunikasi antar penutur dan mitra

tutur.

4. Bentuk Tindak Tutur

Searle (dalam Rohmadi, 2004:29) menyebut tindak tutur

sebagai produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu

dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang

dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau yang lainnya.

Tindak tutur (speech ach) adalah gejala individual yang bersifat

psikologis dan keberlangsungannya ditenntukan oleh kemampuan

bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu (Chaer, 2004 :49).

Secara pragmatik, ada tiga jenis tindakan yang diwujudkan

oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak

ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act)

(Austin dalam Chaer, 2004 : 53)

a. Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindakan mengatakan sesuatu dan

makna sesuatu yang anda katakana (Ibrahim, 1993 : 304).

Searle dalam Wijana (1996 : 17) mengatakan bahwa lokusi

adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan

(25)

b. Tindak Ilokusi

Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya

diidentifikasikan dengan kalaimat performatif yang eksplisit

(Chaer, 2004 : 53).tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan

dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh,

menawarkan, dan menjanjikan.

Menurut Rohmadi (2004:31) menjelaskan tindak tutur

ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau

menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan

sesuatu.

Searle (dalam Rahardi, 2005 : 36) menggolongkan tindak

tutur ilokusi ke dalam lima macam bentuk tuturan yang

masing-masing memiliki fungsi komunikatif.

Kelima macam bentuk tuturan itu dapat dirangkum sebagai

beriku: a) asertif, b) direktif, c) ekspresif, d) komisif dan e)

deklarasi.

1) Asertif , yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada

kebenaran proposisi yang diungkpakan.

2) Ditektif, yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya

untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan

(26)

3) Ekspresif, yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk

menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur

terhadap suatu keadaan.

4) Komisif, yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan

janji atau penawaran.

5) Deklarasi, yakni bentuk tutur yang menghubungkan bentuk

tuturan dengan kenyataan.

c. Tindak Perlokusi

Chaer (2004:53) tindak perlokusi adalah tindak tutur yang

berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan

sikap dan perilaku non linguistik dari orang lain itu. Misalnya,

karena adanya ucapan dokter (kepada pasiennya)” mungkin ibu

menderita penyakit jantung koroner”,maka si pasien akan panik

atau sedih. Ucapan si dokter itu adalah tindak tutur perlokusi.

Wijana(1996:20) tindak perlokusi adalah sebuah tuturan

yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya

pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang

(27)

5. Prinsip Kesantunan

Prinsip kesantunan yang sampai dengan saat ini dianggap

paling lengkap, paling mapan dan relatif paling komprehensif telah

dirumuskan oleh Leech (1993:206) yang selengkapnya tertuang dalam

enam maksim interpersonal adalah sebagai berikut:

a Maksim kebijaksanaan

Kurangi kerugian orang lain, tambahi keuntungan orang lain.

b Maksim kedermawanan

Kurangi keuntungan diri sendiri, tambahi pengorbanan diri sendiri. c Maksim penghargaan

Kurangi caciaan pada orang lain, tambahi pujian pada orang lain. d Maksim kesederhanaan

Kurangi pujian pada diri sendiri, tambahi cacian pada diri sendiri. e Maksim pemufakatan

Kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri denngan orang lain, tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain.

f Maksim simpati

Kurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain, perbesar simpati antara diri sendiri deengan orang lain.

D Bentuk Pragmatik Imperatif

Bentuk imperatif adalah realisasi meksud imperatif dalam

bahasa Indonesia apabiala dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang

melatarbelakanginya. Makna pragmatik imperatif tuturan yang

demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya (Rahardi, 2000 : 93).

(Rahardi, 2005 : 93) ada tujuh belas macam makna pragmatik

imperatif itu ditemukan baik dalam tuturan imperatif langsung maupun

di dalam tuturan imperatif tidak langsung. Pada bagian – bagian ini

masing-masing wujud makna pragmatik imperatif tersebut diuraikan

(28)

a. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah

Perlu dicatat bahwa untuk membuktikan apakah

masing-masing tuturan mengandung makna perintah, tuturan itu dapat

dikenakan teknik prafrasa atau teknik ubah ujud seperti yang lazim

digunakan dalam analisis linguistik struktural.

Di dalam pemakaian bahasa Indonesia keseharian terdapat

beberapa makna pragmatik perintah yang tidak saja diwujudkan

dengan tuturan imperatif melainkan dapat diwujudkan dengan

tuturan nonimperatif. Impertif yang demikian dapat disebut dengan

imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna

pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi.

Dengan demikian konteks situasi tuturlah yang dapat

menentukan kapan sebuah tuturan akan ditafsirkan sebagai imperatif

perintah dan kapan pula sebuah tuturan akan dapat ditafsirkan

dengan makna pragmatik imperatif yang lain.

b. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan

Secara struktural, imperatif yang bermakna sururhan dapa

ditandai oleh pemakaian penanda kesantunan “coba”.

Makna pragmatik imperatif suruhan itu tidak selalu

(29)

dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan interogatif,seperti dapat

dilihat contoh tuturan berikut.

(1) “Ah, panas betul ruang sekretaris direktur yang di atas itu.

c. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan

Pada tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan

lazimnya terdapat pada ungkapan penanda kesantunan tolong atau

frasa lain yang bermakna minta. Makna imperatif pernintaan yang

lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan mohon.

d. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permohonan

Secara struktural, imperatif yang mengandung makna

permohonan biasanya ditandai dengan ungkapan penanda

kesantunan mohan. Selain ditandai dengan hadirnya penanda

kesantuna itu, partikel- lah juga lazim digunakan untuk

memperhalus kadar tuturan imperatif permohonan.

Sebagaimana didapatkan pada bentuk-bentuk imperatif

lainnya, dalam kegiatan bertutur sesungguhnya makna pragmatik

imperatif permohonan tidak selalu dituangkaan dalam konstruksi

(30)

e. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan

Imperatif dengan makna desakan menggunakan kata ayo,

atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu kadang-kadang

digunakan juga kata harap atau harus untuk menuturkan imperatif

jenis ini lazimnya lebih keras dibandingkan dengan intonasi pada

tuturan imperatif yang lain.

f. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan

Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonessi

biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari.

Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan

penanda kesantunan tolong seperti dilihat pada tuturan di bawah ini.

(2) “Habiskan susunya dulu, yo! Nanti terus pergi ke

Malioboro.

Seringkali didapatkan bahwa imperatif yang mengandung

makna pragmatik bujukan, tidak diwujudkan dalam bentuk tuturan

imperatif seperti yang telah disebutkan di depan. Maksud atau

makna pragmatik imperatif bujukan dapat diwujudkan dengan

tuturan yang berbentuk deklaratif ataupun interogaif seperti dapat

dilihat pada contoh tuturan berikut ini.

(31)

g. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan

Imperatif yang mengandung makna imbauan lazimnya

digunakan bersama partikel- lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering

digunakan bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan

mohon.

h. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan

Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia lazimnya

diguanakan dengan penanda kesantunan silakan. Seringkali

digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud

pragmatik imperatif persilaan itu.

Makna pragmatik tuturan imperatif persilaan pada

komunikasi keseharian dapat ditemukan juga di dalam bentuk

tuturan non imperatif.

i. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan

Imperatif dengan makna ajakan biasanya ditandai dengan

pemakaian penanda kesantunan mari atau ayo. Kedua macam

penanda kesantunan itu masing-masing memiliki makna ajakan.

Secara pragmatik, maksud imperatif ajakan ternyata tidak

selalu diwujudkan dengan tuturan-tuturan yang berbentuk imperatif.

Berkenaan dengan makna pragmatik imperatif ajakan termaksud

(32)

(4) ”Pak…! Si Iyan batuknya mengerikan sekali lho. Sore ini

bisa to?

j. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan Izin

Imperatif dengan makna permintaan izin biasanya ditandai

dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh.

Secara pragmatik, imperatif dengan maksud atau makna

pragmatik permintaan izin dapat diwujudkan dalam bentuk tuturan

nonimperatif.

k. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Mengizinkan

Imperatif yang bermakna mengizinkan lazimnya ditandai

dengan pemakaian penanda kesantunan silakan. Tuturan berikut

dapat digunakan sebagai ilustrasi.

(5) “Silakan merokok di tempat ini!”

Secara pragmatik, imperatif dengan maksud atu makna

pragmatik mengizinkan dapat ditemukan dalam komunikasi

sehari-hari dan lazimnya diwujudkan di dalam tuturan nonimperatif.

l. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan

Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia

(33)

Imperatif yang bermakna larangan dapat diwujudkan secara

pragmatik dalam bahasa Indonesia kesharian. Wujud pragmatik itu

ternyata dapat berupa tuturan yang bermacam-macam dan tidak

selalu berbentuk tuturan imperatif.

m. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan

Imperaif yang menyatakan makna harapan biasanya

ditunjukkan dengan penanda kesantunan harap dan semoga. Kedua

macam penanda kesantunan itu di dalamnya mengandung makna

harapan.

Secara pragmatik, imperatif yang maksud harapan banyak

ditemukan dalam komunkasi keseharian. Maksud harapan itu

ternyata banyak yang diwujudkan di dalam tuturan nonimperatif.

n. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Umpatan

Imperatif jenis ini relatif banyak ditemukan dalam

pemakaian bahasa Indonesia pada komunikasi keseharian. Sebagai

ilustrasi tentang makna pragmatik impertatif yang demikian perlu

dicermati tuturan (6) berikut.

(6) ”Awas, tunggu pembalasanku!”

Secara pragmatik, imperatif yang mengandung makna

(34)

keseharian. Lazimnya, bentuk tuturan yang demikian bukan

berwujud imperatif melainkan nonimperatif.

o. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Pemberian Ucapan Selamat

Impertif jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam

pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Telah menjadi bagian dari

budaya masyarakat Indonesia bahwa dalam periistiwa-peristiwa

tertentu, biasanya anggota masyarakat bahasa Indonesia saling

meyampaikan ucapan salam atau ucapan selamat kepada anggota

masyakat lain.

p. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran

Secara sturktural, imperatif yang mengandung makna

anjuran biasanya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan

sebaiknya.

q. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif “Ngelulu"

Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki

maknaa pragmatik “ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa

Jawa, yang bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan

sesuatu namun sebenarnya yang dimaksud adalah melarang

(35)

(7) “Makan saja semuanya biar ayahmu senang kalalu

nanti pulang kerja!”

E Belajar – Mengajar

1. Pengertian

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang

memungkin terjadinya proses belajar (Hasibuan, 2008 : 3).

Belajar adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang

merupakan pendewasaan atau pematangan atau yang disebutkan oleh

suatu kondisi dari organism (Anwar, 1990 : 98).

Jadi belajar-mengajar adalah perubahan dari setiap tingkah laku

yang disebabkan sistem lingkungan.

2. Peran Guru

Wrightman(dalam Usman, 2006 : 4) peranan guru adalah

terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang

dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan

kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang

menjadi tujuannya.

Peran guru dalam proses belajar-mengajar adalah 1) guru

sebagai demonstrator, 2) guru sebagai pengelola kelas, 3) guru sebagai

evaluator, dan 4) guru sebagai mediator dan fasillitator (Usman, 2006 :

(36)

Damyati dan Mudjiono (2006 : 172-174) peran guru dalam

pembelajaran ada dua yaitu:

a. Peran guru dalam pembelajaran dengan strategi ekspositori

(kegiatan mengajar yang terpusat pada guru)

1) Penyusunan program pembelajaran

2) Pemberi informasi yang benar

3) Pemberi fasilitas belajar yang baik

4) Pembimbing siswa dalam pemerolehan informasi yang benar

5) Penilai pemerolehan informasi

b. Peran guru dalam pembelajaran dengan strategi inkuiri (pengajaran

yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh

keterampilan dan pengetahuan).

1) Menciptakan suasana bebas berfikir sehingga siswa berani

bereksplorasi dalam penemuan dan pemecah masalah.

2) Fasilitator dalam penelitian.

3) Rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternatif

pemecah masalah

4) Pembimbing penelitian.

Proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses

pendidikan formal di sekolah dari dalamnya terjadi interaksi antara

bebagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu dapat

(37)

3. Langkah Proses Belajar Mengajar

Dalam satu kali proses belajar-mengajar, yang pertama kali

dilakukan adalah merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang

akan dicapai. Setelah merumuskan TPK, langkah berikutnya ialah

menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut.

Selanjutnya menentukan metode mengajar yang merupakan wahana

pengembangan materi pelajaran sehingga dapat diterima dan menjadi

milik siswa. Kemudian menenttukah alat peraga pengajaran yang dapat

digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan materi

pelajaran oleh siswa serta dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut.

Langkah yang terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang dapat

mengukur tercapai-tidaknya tujuan yang hasilnya dapat dijadikan

sebagai feedback baagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya

maupun kuantitias belajar siswa (Usman, 2006 : 5).

Dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar-mengajar

merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai kompnen yang saling

berkaitan satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan yang tak

(38)

4. Metode Mengajar

Menurut Hasibuan (2008:13-30) metode mengajar ada

lima,yaitu:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran

dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif

untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian.

Kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan

kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok

untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung

menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir.

b. Metode Tanya-Jawab

Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan

yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik

pengajuan yang tepat akan:

1) meningkatkan pertisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar

2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap

masalah yang sedang dibicarakan

3) mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab

berpikir itu sendiri adalah bertanya

4) menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik

(39)

5) memusatkan perhatian murud terhadap masalah yang sedang

dibahas

c. Metode Diskusi

Diskusi adalah suatu proses penghilangan dua atau lebih

individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka

mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara

tukar-menukar informasi mempertahankan pendapat, atau pemecahan

masalah.

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran

di mana guru member kesempatan kepada para siswa untuk

mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat,

membuat kesimpulan, atau menyusun berbaga alternatif pemecahan

atas suatu masalah.

d. Metode Kerja Kelompok

Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar-mengajar

yang memiliki kadar CBSA. Tetapi pelaksanaanya menuntut kondisi

serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar

yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah.

e. Simulasi

Simulasi adalah tiruan atau perbuaan yang hanya pura-pura

saja (dari fakta simulate yang artinya pura-pura atau bebuat

seolah-olah,dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura

(40)

Tujuan simulasi adalah:

1) untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat

professional maupun bagi kehidupan sehari-hari

2) untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau

prinsip

3) untuk latihan memecahkan masalah

f. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang

sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi sebagai metode mengajar

adalah bahwa seorang guru, atau seorang demonstrator (orang luar

yang sengaja diminta), atau seorang siswa memperlihatkan kepada

seluruh kelas suatu proses.

5. Pelaksanaan Pengajaran

Pelaksanaan pengajaran selayaknya berpegang pada apa yang

tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi guru dalam

melaksanakn pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses

belajar itu sendiri. Menurut Ali (1992:5-6) situasi pengajaran

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a Faktor guru

Gaya mengajar ini mencerminkan bagaimana pelaksanaan

(41)

pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi

yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan.

b Faktor siswa

Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan

maupun kepribadian. Kecakapan yang dimiliki masing-masing siswa

itu meliputi kecakapan potensial yang memungkinkan untuk

dikembangkan, seperti bakat dan kecerdasan, maupun kecakapan

yang diperoleh dari hasil belajar. Adapun yang dimaksud dengan

kepribadian adalah cirri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu yang

bersifat menonjol yang membedakan dirinya dengan orang lain.

Keragaman dalam kecakapan dan kepribadian ini dapat

mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses belajar

mengajar.

c Faktor kurikulum

Secara sederhana arti kurikulum dalam kajian ini

menggambarkan pada isi atau pelajaran dan pola interaksi belajar

mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian, baik bahan maupun pola interaksi guru-siswa pun

beraneka ragam.

d Faktor lingkungan

Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan

(42)

berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan ini pun dapat

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi situasi belajar.

E KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Berdasarkan uraian di atas, yaitu landasan teori yang digunakan untuk

menganalisis bentuk imperatif pada tuturan guru bahasa Indonesia terhadap

siswa SMK Kesatrian Purwokerto. Tuturan dalam kegiatan belajar mengajar

tersebut di analisis dengan menggunakan kajian pragmatik tentang imperatif.

Untuk lebih jelasnya perlu penulis kemukakan bagan untuk

(43)

PRAGMATIK

Menjelaskan Mendefinisikan Menanyakan Membenarkan Menarik

perhatian

LOKUSI PERLOKUSI

ILOKUSI KOMPETENSI DASAR MENGAJAR

1. Keterampilan bertanya - Bertanya dasar - Bertanya lanjutan

2. Keterampilan memberi penguatan 3. Keterampilan mengadakan variasi 4. Keterampilan menjelaskan

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 6. Keterampilan membimbing diskusi diskusi kecil 7. Keterampilan mengelola kelas

8. Keterampilan mengajar perseorangan 1. IMPERATIF PERINTAH

2. IMPERATIF SURUHAN 3. IMPERATIF PERMINTAAN 4. IMPERATIF PERMOHONAN 5. IMPERATIF DESAKAN 6. IMPERATIF BUJUKAN 7. IMPERATIF HIMBAUAN 8. IMPERATIF PERSILAAN 9. IMPERATIF AJAKAN

Direktif Komisif Deklarasi Asertif

Peran guru Metode

mengajar Langkah dan pelaksanaan proses pembelajaran Pengertian

Referensi

Dokumen terkait

Variabel t erikat yang digunakan dalam model ini adalah t arikan pergerakan kendaraan ke hot el t ersebut , sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah luas

Dari waktu yang disediakan oleh Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Polres Gianyar selama 2 jam ( 09.00 s/d 11.00 Wita ), tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan desain reaktor gasifikasi sekam padi tipe downdraft skala kecil yang terbaik dari beberapa skenario sudut throat dan sudut nozel

Dalam hal ini tebing atau sarana panjat yang digunakan adalah tebing buatan yang dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan grade pemanjatan yang sama dengan yang ada pada tebing

Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka.. Pemeliharaan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dikelola langsung oleh DRPM Ditjen Risbang untuk kompetitif nasional dan penugasan dan dikelola PT untuk skema

Draf makalah setiap mahasiswa yang sebelumnya sudah dikoreksi sehingga sudah dibenahi aspek logika, ejaan, fonologi, morfologi, kalimat, dan paragraf, ditukar

1.0 Input Data Admin 2.0 Input Data Beranda 3.0 Input Data Profil 4.0 Input Data Guru 5.0 Input Data Siswa 6.0 Input Data Alumni 7.0 Input Data Mata Pelajaran 9.0 Input Data Berita