A. Personal Hygiene
1. Pengertian
Personal hygiene adalah bersasal dari bahasa Yunani yaitu personal, yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia
untuk memelihara kesehatan mereka. pemeliharaan kebersihan
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan,
dan kesehatan (Potter & Perri, 2005)
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Pemeliharaan hygiene
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan,
dan kesehatan.praktek hygiene sama dengan meningkatkan
kesehatan (Potter & Perry, 2012). Seorang yang sakit, biasanya
dikarenakan masalah kebersihan yang kureang diperhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan
adalah masalah yang biasa saja, padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secar umum.
Karena itu hendaknya setiap orang selalu berusaha supaya
Personal hygiene adalah suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis
yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk
memperbaiki status kesehatannya. Salah satu indikator dari
personal hygiene adalah perawatan kaki, tangan, dan kuku. Faktor yang mempengaruhi prsonal hygiene pada anak usia sekolah adalah citra tubuh, praktek sosial, status sosial
ekonomi, pengetahuan, kebudayaan, kebiasaan seseorang dan
kondisi fisik (Perry & potter, 2005).
Menurut Mubarak (2008) personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya
untuk memperoleh kesejateraan individu, keamanan, dan
kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik pada
personal hygiene bertujuan untuk meningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan
melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan hygiene
pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan
tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien
Personal hygine merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis (Hidayat, 2014). Andarmoyo (2012),
personal hygiene berasal dari bahasa Yunani ysng berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan baik fisik dan piskisnya.
2. Macam macam personal hygiene
Menurut Potter dan Perry (2005) bahwa macam-macam
personal hygiene adalah sebagai berikuut: a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi
melindung, sekresi, ekskresi, pengaturan temperatur, dan
sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama : Epidermis,
dermis, dan subkutan. Epidermis disususn beberapa lapisan
tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari
maturasi. Selama remaja pertumbuhan dan maturasi
intregumen meningkat. Pada wanita skresi etrogen
menyebab kan kulit menjadi lebih halus, lembut dan tebal
dengan peningkatan vaskularitas. Kelenjar sebasea menjadi
Kelenjar keringat ekrin dan apokrin berfungsi selama
pubertas. Remaja biasanya mulai mengguanakan
antiperspiran. Frekuensi mandi dan bershampo yang lebih
sering penting untuk mengurangi bau badan.
b. Perawatan kaki dan kuku
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian
khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada
jaringan. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau
pada waktu yang terpisah. Seringkali orang tidak sadar
akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau
ketidak nyamanan. Masalah dihasilkan karena perawatan
yang salah atau kurang terhadap kaki dan tangan seperti
menggit kuku atau pemotongan yang tidak tepat,
pemaparan dengan zat-zat kimia yang tajam dan pemakaian
sepatu yang tidak pas. Memotong kuku merupakan cara
untuk pemeliharaan kuku dan kaki.
c. Perawatan mulut
Hygiene mulut membantu mempertahankan status
kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. Menggosok dan
membersihkan gigi dari partikel- partikel makanan, plak,
bakteri, memasase gusi dan mengurangi ketidaknyamanan
yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
dan tartar diantara gigi untuk mengurangi inflamasi gusi
dan infeksi. Hygiene mulut yang lengkap memberikan rasa
sehat dan selanjutnya mensetimulasi nafsu makan.
d. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang sering kali
tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai
rambutnya. Penyakit atau ketidak mampuan mencegah
untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari. Rambut
akan terlihat kusut dan tidak sehat untuk itu memotong
rambut, menyikat, menyisir, dan bershampo adalah cara
perawatan rambut.
e. Perawatan mata
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang
diperlukan untuk mata karena secara terus-menerus
dibersihkan air mata dan kelopak mata dan bulu mata
mencegah masuknya partikel asing. Seseorang hanya
memerlukan untuk memindahkan skresi kering yang
terkumpul pada kantus sebelah dalam atau bulu mata.
f. Perawatan telinga
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk
ketajaman pendengaran bila subtansi lilin atau benda asing
berkumpul pada kanal telinga luar yang mengganggu
membersihkan telinga secara teratur dan jangan
mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
g. Perawatan hidung
Hidung memberikan indra penciuman tetapi juga
memantau temperatur dan kelembababan udara yang
dihirup serta mencegah masuknya partikel asing kedalam
sistem pernafasan. Akumulasi sekresi yang mengeras di
dalam nares dapat merusak sensasi olfaktori dan
pernafasaan. Secara tipikal perawatan hygiene hidung
adalah sederhana dengan membersihkan hidung secara
teratur.
3. Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang
melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumblah faktor
antara lain :
1). Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang
tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh
individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
2). Status sosioekonomi
Pendapatan keluarga akan mempengauhi kemampuan
keluarga untuk menyediakan fasilitas dan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan
kelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi
seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan praktek
personal hygiene. personal hygiene memerlukan biaya untuk membeli bahan-bahan membersihkan diri, sehingga
pada masyarakat dengan sosial ekonomi yang rendah
mungkin akan mengesampingkan perawatan dirinya
sehingga Personal hygiene mereka kurang.
Untuk melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti
kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi
yang cukup (misalnya: sabun, sikat gigi, sampo, dan
lain-lain) yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya (Tarwoto & Wartonah, 2006).
3). Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan ksehatan.
Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidak cukup.
diri. Sering kali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi
yang mendorong individu untuk meningkatkan personal hygiene. Misalnya mengetahui pentingnya kebersihan mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun agar
terhindar dari penyakit kulit seperti gatal-gatal, mencuci
tangan dengan menggunakan sabun agar tanganya bersih,
dan menggosok gigi dengan menggunakan pasta gigi.
4). Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya (Potter &
Perry, 2005)
5). Variabel kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan dan nilai peribadi
mempengaruhi perawatan hygiene. orang dari latar
kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan
diri yang berbeda. Di sebagian masyarakat, apabila
individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan
(Tarwoto & Wartonah, 2006)
6). Kebiasaan seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi,
bercukur dan melakukan perawatan rambut. Ada
kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
(Tarwoto & Wartonah, 2006).
7). Praktek sosial
Selama masa kanak-kanak, anak-anak mendapatkan
praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan
keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersedian air panas
atau air mengalir merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi perawatan kebersihan. Pada masa remaja,
hygiene pribadi dipengaruhi oleh teman misalnya remaja
wanita mulai tertarik pada penampilan pribadi dan mulai
memakai riasan wajah. Pada masa dewasa , teman dan
kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan
pribadi (Potter & Perry, 2009). Anak-anak yang selalu
dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene (Tarwoto &
Wartonah, 2006).
4. Manfaat perawatan personal hygiene, menurut Potter dan Perry
(2006).
a. Perawatan kulit
Memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, dapat
mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan
sejatera, serta dapat berpartisipasi dan memahami metode
perawatan kulit.
Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit
serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak,
memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, membuat individu
merasa lebih rileks dan segar serta meningkatkan citra
tubuh dari individu.
c. Perawatan mulut
Mukosa mulut yang terhidrasi baik serta untuk mencegah
penyebaran penyakit yang di tularkan melalui mulut
misalnya tifus dan hepatitis, mencegah penyakit mulut dan
gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa
nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu
melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.
d. Perawatan mata, hidung, dan telinga
Organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan
telinga akan bebas dari infeksi, serta dapat berpartisipasi
dan mampu melakukan perawatan mata, hidung dan telinga
sehari- hari.
e. Perawatan rambut
Memiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat,
untuk mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan dapat
berpartisipasi dalam melakukan perawatan rambut.
Memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut,
merasa nyaman dan bersih, serta dapat memahami dan
melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.
g. Perawatan genetalia
Untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan
kebersihan genetalia, meningkatkan kenyamanan serta
mempertahankan personal hygiene.
5. Dampak personal hygiene
Dampak yang akan timbul jika kurangnya personal hygiene adalah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharannya kebersihan perorangan dengan baik .
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah munculnya kuku
pada rambut, gangguan intergitas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan
fisik pada kuku.
b. Dampak piskososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai,
kebutuhan harga diri, aktualitasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
1. Pengertian
Anak jalan adalah seorang anak yang berada dijalan untuk
hidup maupun bekerja dengan memasuki kegiatan ekonomi di
jalan, seperti pedagang asongan, semir sepatu, pedagang koran,
pengamen, mengelap kaca mobil, menyewakan payung
diwaktu hujan, dan sebagainya (Anonim, 2004 dalam
pramuchita 2008 ).
Anak jalanan termasuk dalam kategori anak terlantar
Menurut undang-undang Nomer 23 TAHUN 2002 tentang
perlindungan anak, “Anak terlantar adalah anak yang tidak
terpenuhi kebutuhanya secara wajar, baik fisik, mental,
spritual, maupun sosial‟‟. Pada realitas sehari-hari, kejahatan
dan ekspolitasi seksual terhadap anak sering terjadi. Anak-anak
jalanan merupakan kelompok yang paling rentan menjadi
korban. Anak-anak yang seharusnya berada dilingkungan
belajar, bermain dan berkembang justru mereka harus
mengurangi kehidupan yang keras dan penuh baerbagai bentuk
ekspolitasi (Nugroho, 2014).
Hidup dijalan merupakan merupakan salah satu usaha yang
dilakukan oleh anak jalanan untuk memperhatikan hidupnya
(Erwin, 2013). Agar kehidupan mereka dapat berjalan terus
maka anak jalanan harus melakukan berbagai cara agar dapat
mana mereka berada.
2. Karakteristik anak jalanan
Dari temuan hasil penelitian Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) (2008) dapat diidentifikasi krakteristik anak
jalanan kota Semarang sebagai berikut :
a. Lebih banyak laki-laki (74,51%) dari pada anak
perempuann (25,49%)
b. Sebagian besar muslim (93,14%) sebagian kecil non
muslim (6,86% beragama kristen)
c. Usia rata-rata 13 tahun, termuda 6 tahun tertua 21 tahun
sebagian besar lahir diwilayah kota semarang (69,61%),
19,61% lahir diluar wilayah Semarang. Lainya
sebanyak 10,73% tidak dapat menjawab karena tidak
tahu dimana dilahirkan.
d. Profesi yang dijalani sebagian besar sebagai pengamen
(60,78%) dan lainya (39,21%) meliputi: pengemis,
tukang parkir, jual media masa, membersihkan kereta
api, pemulung, membantu di RSPA.
e. Rata-rata dijalanan 6 jam/hari
f. Rata-rata penghasilan Rp19.690,-/hari
g. Sebagian besar ke jalanan
h. Sebagian besar saat ini beralamat dikota Semarang
i. Sebagian besar tidak sekolah (60,79%) dan lainnya
(39,21%) bersekolah, terdiri dari: TK (5%), SD(70%),
SLTP (22,5%), dan SLTA (2,5%).
j. Lokasi sekolah sebagian besar di kota Semarang (95%),
sisanya (5%) diluar kota semarang.
k. Sumber biaya sekolah kebanyakan dari orang tua
(57,5%), swasta dalam hal ini yayasan (30%), orang tua
dan diri sendiri(7,5%), dari sendiri (2,5%) dan
pemerintah (2,5%)
l. Dari yang bersekolah, 72% pernah mendapatkan
beasiswa dan 27,5% belum pernah mendapatkan
beasiswa. Pihak swasta yang membiyayai anak jalanan
antara lain yayasan Setara, yayasan Sugiyo Pranoto dan
Yayasan Tunas Harapan.
Hasil penelitian Erwin (2013) menunjukan bahwa
karakteristik anak jalanan berdasarkan lamanya waktu
anak jalanan melakukan kegiatan di jalanan sekitar
delapan jam sampai dengan 12 jam, sekitar 54%, dan
sekitar 12 jam sampai dengan 14 jam kurang lebih 32%,
dan sekitar 14% berada dijalanan lebih dari 14 jam.
3. Ciri- ciri anak jalanan
ciri-ciri fisik dan piskis, yaitu sebagai berikut :
a. Ciri Fisik
1) Warna kulit kusam
2) Rambut kemerah-merahan
3) Kebanyakan berbadan kurus
4) Pakaian tidak terurus
b. Ciri pskis
1) Mobilitas tinggi
2) Acuh tak acuh
3) Penuh curiga
4) Sangat sensitive
5) Berwatak keras
6) Kreatif
7) Semngat hidup tinggi
8) Berani menanggung resiko
9) Mandiri
4. Kelompok anak jalanan
Anak jalanan menurut Yayasan Kesejateraan Anak
Indonesia (1999) dalam Siregar (2006) dibedakan menjadi
empat kelompok, yaitu:
a. Anak-anak yang tidak lagi berhubungan dengan orang tua
(children of the street) mereka ini telah mempergunakan
keluarga sudah terputus. Kelompok ini disebabkan oleh
faktor sosial piskologis keluarga, mereka mengalami
kekerasan, penolakan, penyiksaan, dan perceraian orang
tua. Umunya mereka tidak mau kembali kerumah,
kehidupan anak jalanan dan solidaritas sesama temannya
telah menjadi ikatan mereka.
b. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang
tuanya. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan
(children on the street). Mereka sering kali diidentifikasikan
sebagai pekerja migrant kota yang pulung tidak teratur
kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka
bekerja dari pagi sampai sore hari seperti menyemir sepatu,
pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli
panggul. Tempat tinggal mereka dilingkungan kumuh
bersama dengan saudara atau teman-teman senasib.
c. Anak-anak yang berhubungan langsung dengan orang tua.
Mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam
dijalanan karena ajakan dari teman, belajar mandiri,
membantu orang tua dan disuruh oleh orang tua. Aktivitas
mereka yang paling menyolok adalah berjualan koran.
d. Anak-anak jalanan yang berusia diatas 16 tahun. Mereka
berada dijalanan untuk mencari kerja. Umumnya mereka
biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa (orang
tua maupun saudara) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya
menyemir sepatu, membawa barang belanjaan (kuli
panggul), pengasong, pengamen, pengemis, dan pemulung.
5. Faktor yang mempengaruhi anak jalanan
Berdasarkan hasil penelitian LPM (2008) menunjukan
bahwa faktor penyebab menjadi anak jalanan yaitu kemiskinan
(83,33%), keretakan keluarga (1,96%), orang tua tidak paham
dan tidak memenuhi kebutuhan sosial anak (0,98%) dan lainya
(13,7%): keinginan sendiri, sering dipukuli orang tua, dan ingin
bebas.
Hasil penelitian Erwin (2013) menunjukan bahwa faktor
penyebab anak jalanan yaitu sekitar 43% dari anak-anak
menyebutkan faktor ekonomi orang tua, yang menjadi alasan
kenapa mereka berada di jalalanan: faktor penceraian orang tua
dan ketidak harmonisan orang tua sekitar 32% sedangkan
sisanya karena faktor lingkungan sosial (pertemanan).
Faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan
berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena
kekerasan dalam keluarga, dorongan ekonomi keluarga, ingin
bebas, dan ingin memiliki uang sendiri karena pengaruh teman,
kemudian kondisi ini diperparah dengan hadirnya kekerasan
semakin menjadi alasan anak untuk turun ke jalan adalah faktor
ekonomi rumah tangga. Melihat keberadaan anak-anak jalanan
dan alasan-alasan yang dikemukaan mereka sehingga mereka
hidup dan bekerja di jalanan (Budiyanto, dkk., 2000 dalam
C. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Krangka Teori
Sumber : Potter dan Perry (2005), Tarwato & Wartonah (200). Faktor faktor yang
mempengaruhi
personal hygiene :
1. Status
sosioekonomi
2. Pengetahuan
3. Praktek sosial
Dampak personal hygiene :
1. Dampak fisik 2. Dampak
D. Krangka konsep
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
E. Hipotensis
Hipotensis ada satu jawaban sementara dari penelitian, patokan
duga atau dail sementara yang kebenaran nya akan dibuktikan
dalam penelitian (Notoatmojo, 2010). Hipotesis yang dikemukakan
dalam penelitian ini adalah :
Ho: Tidak ada pengaruh antara faktor status sosio ekonomi dengan
personal hygiene pada anak jalanan.
Ha : Ada faktor yang mempengaruhi faktor sosio ekonomi dengan
personal hygiene pada anak jalanan
Ho : Tidak ada pengaruh antara faktor pengetahuan dengan Faktor faktor yang
mempengaruhi :
1. Status
sosioekonomi
2. Pengetahuan
3. Praktek sosial
personal hygiene pada anak jalanan
Ha : Ada faktor yang mempengaruhi faktor pengetahuan dengan
personal hygiene pada anak jalanan.
Ho : Tidak ada pengaruh antara faktor praktek sosial dengan
personal hygiene pada anak jalanan.
Ha : Ada faktor yang mempengaruhi faktor praktek sosial dengan