• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN KULIAH BK PRA SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANDUAN KULIAH BK PRA SEKOLAH"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

Nama: ...

NIM:...

Kelas:...

(2)

Ringkasan Buku Konseling dan Psikoterapi Anak Dan Prophetic Parenting

Penyusun : Juli Wantoro

Editor : Lilis Ernawati

Tata Letak : Arum Dwi Pangestika

Desain: Annisa Noorbaiti Firdaus

PERSEMBAHAN

Buku ini saya persembahkan untuk sahabat –sahabat yang baik dan budiman yang terus memotivasi dan mendukung kami untuk meraih cita –cita dan impian dan visi misi kami ke depan

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Kedua orang tua kami , Sahabat kami dan pembaca yang

berbudiman serta semua tim atas kerja sama yang konstruktif , serta kerendahan hati , pengetahuan luas ,

serta dukungan tidak ada akhir yang ia berikan dalam proses penyusunan buku ini.

Di buat direvisi dan dicetak untuk kalangan sendiri Oleh :

BERCAHAYA

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Karena berkat

rahmat, hidayah, dan inayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Modul ini untuk bahan belajar

UAS.BK Pra Sekolah dan Sekolah Dasar.

Modul ini Sebagai salah satu Acuan belajar Bagi Pribadi untuk mendukung Visi Misi Progam Pribadi

Yaitu Visi : Membentuk Kepribadian Individu Yang Berpilar 5 B (Beriman , BerakhlakMulia ,

Berprinsip , Berprestasi Dan Berwawasan Luas) Misi : Mengaktualisasikan Diri Dalam Mengembangkan

Bakat Minat Serta Kemampuan Yang Dimiliki Baik Segi Religius, Akademik , Iptek Serta Interaksi

Sosial Guna Mencapai Profesionalisme Untuk Bekal Menghadapi Tantangan Kehidupan Di Era

Globalisasi

Penulisan modul ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Penulis sadar bahwa masih

banyak kekurangan dalam penulisan modul ini. Oleh karena itu, penulis membuka diri dengan adanya

kritik dan saran demi sempurnanya tulisan ini. Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 25 November 2014

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 3

DAFTAR ISI ... 4

BAB 1 ... 11

PERASAAN ... 11

A. Depresi dan Mania ... 11

B. Stress ... 12

C. Kemarahan... 12

D. Kecemasan ... 13

E. Ketakutan dan Fobia ... 14

F. Kecemasan Berpisah ... 15

G. Kesedihan ... 15

H. Gangguan obsesif-kompulsif ... 16

I. Kecemasan yang berlebihan terhadap kesehatan ... 16

BAB 2 ... 17

PERILAKU ... 17

A. Tantrum ... 17

B. Anak Pemalu ... 17

C. Fobia Sekolah ... 18

D. Teman Imajiner ... 18

E. Ritual ... 19

F. Gangguan Tidur ... 20

G. Mencuri ... 21

H. Berbohong ... 22

I. Pemicu Kebakaran... 22

J. Perkelahian ... 23

K. Gangguan Perilaku ... 24

L. Attention Deficit Disoder ... 26

BAB 3 ... 28

PEMBELAJARAN DAN SEKOLAH ... 28

A. Gangguan Belajar ... 28

B. Intelegensi ... 30

C. FOBIA SEKOLAH... 32

D. Anak Berprestasi Rendah ... 33

1. Faktor-Faktor Penyebab Siswa Mengalami Underachiever ... 33

2. Faktor dalam Diri Individu... 34

BAB 4 ... 35

(5)

A. Kegagapan ... 35

H. Anak yang Mengidap Penyakit Fisik ... 41

I. Gangguan Saraf Bawah Sadar (Termasuk Sindrom Tourette) ... 41

J. Gangguan Pola Makan... 42

G. Anak Dari Orang Tua Yang Mengidap Sakit Fisik ... 49

H. Kekerasan Fisik Pada Anak-Anak ... 49

I. Disiplin ... 50

J. Media Dan Anak-Anak ... 50

K. Orangtua Tunggal ... 51

BAB 6 ... 51

MENDIDIK ANAK HINGGA USIA DUA TAHUN ... 51

A. Doa untuk proses kelahiran ... 51

B. Mendidik Bayi pada Hari Pertama Kelahiran ... 52

C. Mendidik Bayi pada Hari Ketujuh Kelahiran ... 53

1. Memberikan Nama yang Baik ... 53

2. Mencukur Rambut... 53

3. Aqiqah ... 53

4. Khitan... 54

D. Mendidik Bayi dengan Menyusui dan Menyapih... 54

E. Keutamaan ASI: ... 54

BAB 7 ... 55

MEMPENGARUHI AKAL ANAK ... 55

A. Menceritakan Kisah-kisah... 55

1. Kisah Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar ... 55

2. Kisah Kifl ... 55

B. Berdialog Langsung ke Inti Persoalan... 56

(6)

E. Melatih Anak dengan Beraktivitas ... 57

F. Mengarahkan Anak untuk Meneladani Rasulullah ... 57

BAB 8 ... 57

Bagaimana Mempengaruhi Jiwa Anak ... 57

A. Berteman dengan Anak ... 57

B. Menanamkan Kegembiraan pada Anak ... 58

C. Mengadakan Perlombaan dan Memberikan Hadiah bagi Pemenang ... 58

D. Memotivasi dan Mendukung Potensi Anak ... 58

E. Memberikan Pujian dan Sanjungan ... 58

F. Bermain Bersama Anak ... 59

G. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak ... 59

1. Menguatkan keinginan anak ... 59

2. Membangun kepercayaan social... 59

3. Membangun kepercayaan ilmiah ... 59

4. Membangun kepercayaan fiansial ... 59

5. Panggilan yang baik ... 60

6. Mengabulkan Keinginn dan Mengarahkan Bakat Anak ... 60

7. Melakukan Pengulangan Anak ... 60

8. Memberikan Janji dan Ancaman ... 60

9. Bertahap dalam Menanamkan Pendidikan ... 60

BAB 9 ... 61

Mentalqin Anak untuk Mengucapkan Kalimat Tauhid ... 61

A. Cinta kepada Allah dan Selalu Merasa Diawasi oleh- Nya... 61

B. Cinta kepada Rasulullah, Keluarga dan Sahabat Beliau ... 62

C. Mengajarkan Al- Qur’an kepada anak ... 62

1. Pahala untuk kedua orangtua karena mengajarkan al –Qur’an kepada anak ... 62

2. Ketika anak – anak memahami al –Qur’an ... 63

D. Mendidik Anak agar Teguh dan Berkorban demi Akidah ... 64

BAB 10 ... 64

IBADAH ANAK ... 64

A. Mengajarkan Anak untuk shalat ... 64

1. Tingkatan perintah untuk shalat ... 64

2. Tingkatan mengajarkan shalat pada anak ... 64

3. Tinkatan perintah untuk shalat disertai ancaman pukulan ... 65

(7)

6. Membiasakan anak untuk shalat istiharah. ... 65

7. Menemani anak shalat ketika hari raya. ... 66

8. Mengajak anak ke masjid ... 66

B. Bagaimana shaff anak ketika shalat berjamaah? ... 66

C. Mengikat anak dengan masjid ... 66

D. Melatih anak berpuasa ... 66

E. Menghibur anak ketika berpuasa ... 66

1. Mengumpulkan anak – anak dan berdoa bersama saat berbuka ... 66

F. Mengajarkan Haji ... 66

G. Melatih anak membayar zakat. ... 67

BAB 11. ... 67

Membentuk Jiwa Sosial Masyarakat Anak ... 67

A. Mengajak Anak Dalam Majlis Orang Dewasa ... 67

B. Mengutus Anak Untuk Melasanakan Keperluan ... 68

C. Membiasakan Anak Mengucapkan Salam ... 68

D. Menjenguk Anak Sakit ... 69

E. Mencari Teman Baik... 69

F. Membiasakan Anak Berdagang ... 69

G. Mengajak Anak Menghadiri Perayaan yang Disyariatkan ... 69

H. Mengajak Anak Menginap di Kerabatnya yang Shaleh ... 70

1. Contoh Interaksi Rasul dengan Anak-anak ... 70

BAB 12. ... 70

MEMBENTUK AKHLAK ISLAMI ANAK ... 70

A. Perintah Menanamkan Adab pada Anak ... 71

B. Penanaman Akhlak Ala Salafus-Saleh ... 72

1. Adab kepada orang tua ... 72

11. Adab mendengarkan bacaan Al-quran ... 75

12. Menanamkan kejujuran pada anak ... 75

13. Mengajarkan anak untuk menjaga rahasia ... 75

14. Menanamkan sikap amanah ... 75

(8)

BAB 13. ... 76

Membentuk Perasaan Anak ... 76

A. Makna Ciuman Keelembutan dan Kasih Sayang ... 77

B. Bermain dan Bercanda dengan Anak ... 79

C. Memberikan Hadiah untuk Anak ... 80

D. Mengusap Kepala Anak ... 80

E. Mencari Informasi Keadaan Anak ... 80

F. Menjaga Anak Perempuan dan Anak Yatim ... 81

G. Pendidikan Bagi Anak Perempuan ... 82

1. Larangan membenci anak perempuan ... 82

2. Menyamakan hak anak laki-laki dengan anak perempuan ... 83

3. Pahala mendidik, berbuat baik,bersabar dan menikahkan anak perempuan ... 83

H.Pendidikan anak yatim laki-laki dan perempuan ... 83

1. Seimbang dalam Mencintai Anak ... 84

2. Sabar atas sakitnya anak ... 87

3. Pahala kesabaran atas kematian anak ... 87

MATERI SUPLEMEN ... 88

BAB 14 ... 88

Cara Mendidik Anak Syariat Islam ... 88

2. Memilih istri yang soleh: ... 89

3 . Berlindung Kepada Allah Sebelum Berhubungan Suami Istri. ... 89

4 . Mengazankannya pada telinganya ... 89

5. Memberikan bagi anak nama yang baik. ... 90

6. Bersedekah dengan dua kambing untuk bayi laki-laki dan satu ekor untuk bayi perempuan. ... 90

7. Mengkhitan anak ... 90

8. Tidak memberikannya makan kecuali dari makanan yang halal ... 90

9. Mengajarkannya Al-Qur’an... 90

10. Melatih anak untuk mendirikan shalat pada usia tujuh tahun. ... 90

11. Kedua orang tua harus selalu mengarahkan anak dari sejak belia hingga dewasa. ... 91

12. Memilih dan memeprkenalkan bagi anak teman-teman yang soleh. ... 91

13. Bersikap moderat yang memadukan sikap ekstrim dan lemah lembut dalam mendidik anak. ... 91

BAB 15 ... 93

PERAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA ISLAMI ... 93

A. Tinjuan Psikologis ... 93

B. Pengantar ... 94

C. PERAN DAN TUGAS PEREMPUAN DALAM KELUARGA ... 94

D. PERAN PEREMPUAN SEBAGAI IBU ... 95

1. Ibu sebagai sumber pemenuhan kebutuhan anak ... 95

2. Ibu sebagai teladan atau model bagi anaknya. ... 96

(9)

1. Istri sebagai teman/partner hidup ... 98

2. Istri sebagai penasehat yang bijaksana ... 98

3. Istri sebagai pendorong suami ... 98

BUTIR-BUTIR PENTING ... 99

A. PENDIDIKAN IMAN (dalam Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, DR.Abdullah Nashih Ulwan) ... 99

B. PENDIDIKAN BIDANG AKHLAQ... 99

C. PENDIDIKAN BIDANG PERGAULAN ... 99

D. MENDIDIK BIDANG INTELIGENSI ... 100

E. MENDIDiK BIDANG EMOSI ... 100

F. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PEREMPUAN SEBAGAI ISTRI... 100

G. PERAN WANITA DALAM MASYARAKAT ... 100

PROFIL PENYUSUN ... 104

VISI MISI TARGET DAN RENCANA PROGAM SASARAN KEDEPAN ... 106

(10)
(11)

BAB 1

PERASAAN

A.Depresi dan Mania

Kita semua memiliki perasaan dan suasana hati.terkadang kitaterasa bahagia, dan dilain hari kita

dilanda kesedihan. Terkadang kita mudah tersinggung, marah dan cemas, sementara dilain waktu kita

merasa berbunga-bunga. Anak-anak juga memiliki perasaan hati yang sama dengan yang dialamai

para orang dewasa, dan pada anak-anak kita bisa melihat perubahan suasana hati yang jauh lebih

sering, sampai-sampai terkadang bisa sampai beberapakali dalam sehari. Perhatikan saja bagaimana

tangisan frustasi dari seorang anak yang dengan mudah akan berubah menjadi tawa bahagia tepat

ketika ia mendapatkan mainan kesukaanya.

Salah satu suasana hati yang paling umum dimiliki anak-anak adalah kesedihan. Seorang anak

bisa merasakan suasana hati ini sebagai hasil dari sejumlah besar situasi, semisal kekecewaan,

hilangnya salah satu anggota keluarga atau binatang peliharaan, frustasi yang lahir dari lingkungan

sosial, dan lain-lain.Depresi biasanya menunjukan perasaan yang jauh lebih mendalam ketimbang

kesedihan biasa. Seringkali sebuah depresi disertai dengan kemarahan dan perasaan yang mudah

tersinggung. Selain itu, pola tidur sang anak yang mengalami depresi jugasering kali akan ikut

terganggu, nafsu makanya menghilang, dan iya bisa jadi akan mengalami penurunan berat badan.

Anak-anak yang mengidap depresi juga sering mengalami masalah di sekolah karena mereka selalu

gelisah dan tidak mampu memfokuskan perhatian dengan baik. Dan yang paling penting, anak-anak

yang terkena depresi seringkali mengalami kombinasi perasaan tak nyaman, penuh rasa bersalah,

kurang percaya diri, dan bahkan perasaan tak berharga.

Tanda tanda yang muncul dalam anak yang mengidap depresi nisa terlihan dari bahasa tubuhnya

: Wajah yang sedih, Tatapan yang kuyu, Bahu yang jatuh, Kepala yang tertunduk, Kegelisahan yang berbaur dengan sikap ragu-ragu, Serta penampilan yang lesu secara umum. Depresi terdiri dari beberapa tingkatan, mulai dari level yang rendah hingga level tertinggi. Terkadang depresi berbaur

dengan sikap lekas marah yang kerap muncul, an kadang akan terlihat seperti keputus asaan yang

datar. Sebagian besar depresi di sebabkan oleh stress yang ada di lingkungan.

Selama ini mania dianggap tidak ada pada anak-anak. Ia selalu di kenal sebagai gejala yang

hanya ada pada orang dewasa. Pada orang dewasa mania hadir sebagai sebuah suasana hati atau

perasan yang dicirikan dengan kegirangan, eforia, luapan semangat, dan bahkan ekstasi yang

berlebih-lebihan, yang disertai dengan sikap pamer dan keangkuhan pikiran-pikiran yang saling berganti

(12)

menurunya kebutuhan untuk tidur, serta prilaku impulsif, berbahaya semisal kebebasan seksual dan

pemorosan financial.

B.Stress

Stress yaitu tekanan internal atau eksternal yang kita anggap sebagai paksaan atau

ancaman.Telah menjadi topik hangat karna tak seorangpun yang dapat menghindarinya.Sesungguhnya

tidak semua stress buruk dan abnormal; stress dalamjumlah tertentu terkadang justru diperlukan untuk

menjalankan beberapa fungsi-fungsi tertentu dari diri kita. Kita akan mengalami kesulitan untuk

menyelesaikan sesuatu jika tidak disertai dengan stress. Memenuhi tenggat waktu di tempatkerja,

menangani tanggung jawab dasar dalam keluarga, sebuah perencanaan jangka panjang dalam meraih

tujuan yang lebih besar, adalah beberapa hal yang sepenuhnya begantung pada sikap dan respon

positif kita terhadap tress yang normal, produktif, dan terkendali.

Pada kenyataanya pertumbuhan anak-anak bisa jadi dianggap sebagai keberhasilan dari adaptasi

terurut terhadapbeberapa tingkatan stress yag baru dan perlu terjadi, miaslnya belajar berjalan makan,

bicara, meggunakan kamar kecil, melaksanakan interaksi sosial, mengendarai sepeda, mengeja,

penambahan dan pengurangan, penundaan kegembiraan. Semua hal ini melibatkan kemampuan untuk

menangani frustasi yang niscaya (stress) dalam usia mereka untuk mendewasakan diri.

Kendati demikian, secara menyeluruh gambaran stress pada anak-anak sama menghawatirkanya

dengan yang ada pada orang dewasa. Selain harus menghadapi stress normal dalam adaptasi

pertumbuhanya, sebagian besaranak-anak juga harus berhadapan dengan beberapa trauma lain,

semisal pindah rumah dari sebuah lingkungan ke lingkungan baru, perceraian orang tua, pindah

sekolah, atau bahkan penyakit fisik.

C.Kemarahan

Marah adalah perasaan yang sama normalnya dengan bahagia, cinta, lapar, bersalah, malu,

cemburu, puas, gelisah, riang serta berbagai emosi normal yang lain yang dirasakan

anak-anak.Mendefinisikan kemarahan sebagai sebuah keadaan tidak nyaman yang akut sebagai respon

terhadap sebuah ketidak-berdayaan.Ada dua tipe kemarahan yaitu:

a. Kemarahan masa pertumbuhan, yaitu kemarahan yang dirasakan seorang anak ketika ia berpindah

menuju sebuah fase adaptif baru dan perlu dalam menjalani pertumbuhannya (semisal latihan

buang air di kamar kecil, dan merupakan bagian dari usaha penguasaan sang anak terhadap fase

tersebut.

b. Kemarahan antar-personal adalah munculnya interaksi normal harian seorang anak yan

menimbulkan frustasi sesaat, tipe kemarahan yang muncul akibat larangan adalah pengalaman

(13)

tipe kemarahan seperti ini bisa sangat menjengkelkan (sebagian besar orang dewasa, sama seperti

anak-anak, tidak sepenuhnya mampu atau nyaman beradaptasi dengan keadaan frustasi).

Respon kemarahan pada anak-anak bervariasi sesuai usia dan dengan pengalaman mereka

dimasa bayi, kemarahan dideskripsikandalam bentuk jeritan, tangisan, dan terkadang penolakan atau

ketidak-mampuan untuk makan dengan baik. Anak-anak yang baru mampu berjalan ini seringkali

menunjukan sikap keras-kepala dan mulai belajar untuk menggunakan kekuatan kemarahan melui

kata “tidak!”.

Anak usia pra-sekolah, berkisar antara dua sampai lima tahun, memiliki kemampuan fisik yang

lebih besar dan kemampuan verbal yang meningkat akan lebih besar tingkat untuk menunjukan

kemarahannya. Anak usia pra-sekolah mampu menendang dan memukul serta mencakar dan

melompat-lompat.Kesalahan dalam menangani kemarahan seorang anak akan selalu mengarah pada

“metamorfosa kemarahan” karena mereka dicegah untuk menunjukan kemarahan mereka secara langsung, anak-anak cenderung akan menahan kemarahan tersebut, dan hal ini akan menyebabkan

emosi yang tidak sehat.

Yang perlu anda lakukan dalam menangani kemarahan seorang anak yaitu:

a. Temani anak dan tenangkan dia dalam cara apapun untuk menghindari dari kerugian untuk anak

anda atau orang lain, jangan buat anak anda merasa bersalah atas kemarahannya. dan jangan

menjauh dari anak anda.

b. Anda harus melatih kepekaan anda terhadap kemarahan pada masa pertumbuhan yang normal pada

anak anda (misalnya gangguan usus pada bayi, popok yang terlalu ketat, tempat tidur bayi yang

miring, atau frustasi akibat belajar berjalan).

c. Cobalah untuk tidaak mengkritik anak anda pada saat anda berusaha mencari tahu apa yang telah

mengganggunya.

d. Anda bisa memberikan solusi bagi masalah yang anak hadapi.

D.Kecemasan

Kecemasaan lahir dari gejala umum yaitu : rasa khawatir, sebagian anak-anak memiliki rasa

khawatir yang kecil dibandingkan dengan anak-anak lain, akan tetapi satu hal yang pasti, semua anak

yang sepenuhnya mampu melepaskan diri dari pengaruh rasa khawatir tersebut.Kecemasaan akan

menimbulkan kegugupan sedari awal. Hal ini menunjukan bahwa sang anak telah menapak pada sebuah

tahap baru yang penting dalam perkembangannya, kecemasaan hampir selalu merupakan akibat dari

kepribadian yang buruk seorang anak yang lahir dari pembandingan yang berlebih-lebihan dengan

(14)

berlebihan pada berbagai situasi harian.Kecemasan pada masa-masa ini juga bisa mewujud secara fisik

dalam bentuk nafas pendek, detak jantung yang kencang, diare mual-mual (nausea), gemetar, ruam kulit,

mudahber keringat, pusing-pusing, susah tidur (insomnia), sakit kepala, sering buang air kecil.

Seiring proses pendewasaan diri yang mereka jalani, mereka akan memahami bahwa mereka sama

sekali tidak perlu bersikap terlalu keras kepada diri mereka sendiri maupun kepada orang lain.Yang

perlu anda lalukan untuk menangani rasa kecemasaan pada anak adalah :

a.Menetapkan batasan-batasan yang rasional dan masuk akal bagi perilaku sang anak untuk membuat

sang anak mengerti bahwa kecemasaanya tidak akan pernah bisa mendikte anggota-anggota keluarga

yang lain.

b. Seluruh anggota keluarga harus mengikuti perawatan bersama-sama dengan tujuan untuk menyadari

bentuk-bentuk interaksi yang sudah mereka lakukan secara tidak sadar.

E.Ketakutan dan Fobia

Hampir setiap anak di seluruh dunia akan merasa tersandung dalam mempelajari sebuah kemampuan

baru, takut adalah sebuah reaksi yang sangat normal dan wajar. Dengan simpati dan dorongan serta

bujukan yang penuh kasih saying, para orang tua secara umum akan mampu membantu anak-anak yang

memiliki ketakutan sedemikian dalam mengatasi perasaanya tersebut. Usaha tersebut pada akhirnya akan

membuat anak bahwa ketakutan adalah sebuah hal yang biasa ia hadapi dan ia atasi.Fobia sangat berbeda

dengan ketakutan dan kecemasaan harian, fobia selalu melambangkan dilema yang lebih dalam yang secara

bawah sadar sedang berkutat dalam pikiran sang anak, dan pada akhirnya, meneumbuhkan pemahan dan

perawatan yang berbeda pula.Yang anda perlu lakukan untuk mengatasi ketakutan pada anak adalah :

a. Anda harus menyikapi ketakutan pada anak anda dengan serius, meskipun secara rasional anda

menyadari bahwa sesungguhnya sama sekali tidak ada hal yang perlu ia takutkan.

b. Jangan panic, ketakutan bisa meular, jika anda menyikapi ketakutan anak anda dengan ketakutan anda

sendiri, maka anda hanya memperpanjang masalah.

c. Jangan terpancing untuk marah dengan pada ketakutan anak anda. Sikap tersebut akan menambah rasa

takut pada anak.

Yang anda perlu dilakukan untuk mengatasi fobia pada anak adalah :

a.Membantu anak untuk sedikit lebih berani pada kehidupannya, belajar untuk tidak mengabaikan dan

menghukum mereka jika mereka memiliki kemarahan atau rasa bersalah dan meluangkan lebih

banyak kasih-sayang yang lebih tulus pada mereka.

b.Secara perlahan diajak untuk menghadapi ketakutan sejati yang ada dibalik fobianya, selanjutnya

(15)

c.Seluruh anggota keluarga benar-benar jujur menyangkut kontribusi mereka terhadap ketakutan sejati

pada diri si anak dan merubah pola interaksi mereka terhadap anak pengidap fobia.

F. Kecemasan Berpisah

Kecemasan berpisah sangat mungkin akan mewujud dalam bentuk yang ringan, misalnya,

antisipasi yang gugup ketika orang tua harus pergi di malam hari, atau ketakutan harus tidur sendiri.

Kecemasan berpisah secara umum terjadi, dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda, pada semua

anak-anak dibawah usia lima atau enam tahun. Sebagian anak-anak memiliki kebutuhan yang lebih besar

ketimbang sebagian orang anak-anak lain, memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengambil

resiko disbanding sebagian anak-anak lain, dan seterusnya.Dalam sebagian besar kasus anak-anak akan

mampu mengendalikan krisis ini dan belajar untuk menjalani perpisahan dan beranjak pada tahap

pertumbuhannya tanpa masalah-masalah yang berkepanjangan. Yang anda perlu lakukan untuk

mengatasi kecemasaan berpisah pada anak adalah :

a.Kecemasan berpisah pada anak sangat normal akan hadir hampir disetiap tahap pertumbuhan dan

akan menghilang dan muncul kembali pada saat masa kemandirian.

b.Bersabar dan hadirlah selalu untuk anak anda.

c.Anda sebaiknya tidak membebankan kemandirian yang terlalu besar kepada anak anda, ada harus

peka pada kebutuhan anak dan memberikan respon yang sesuai.

G.Kesedihan

Kesedihan timbul akibat adanya perasaan kehilangan dengan orang terkasih yang sudah dahulu

meninggal, beberapa reaksi yang timbul dari anak-anak terhadap kematian melibatkan gejala fisik

semisal masalah-masalah tidur (insomnia, mimpi buruk, dan sebagainya), pusing-pusing, gangguan usus

dan hilangnya nafsu makan. Sbuah periode berduka-cita adalah sebuah hal yang normal dan sehat, serta

tidak memerlukan, campur-tangan sebagaimana yang dibutuhkan oelh penderita depresi kronis.Wajar

dan normal saja jika seorang anak bereg beraksi terhadap kematian dengan kemarahan yang hebat,

beragam masalah kosentrasi di sekolah, atau penarikan diri dari aktivitas sosial, sebagian besar

anak-anak akan merasa bersalah atas peristiwa yang terjadi, dan dengan sengaja sangat mungkin akan

memancing kemarahan orang lain agar mereka bisa “menerima hukuman” atas rasa bersalah yang secara

diam-diam mereka rasakan tersebut.

Yang anda perlukan utntuk mengatasi kesedihan pada anak adalah :

(16)

b.Semua teman dan anggota keluarga harus menunjukan sikap simpatik kepada anak, dan sama sekali

tidak boleh memberikan reaksi sang anak baik reaksi itu berupa hal yang terkesan irrasional, penuh

dengan kemarahan atau semcam halusinasi.

H.Gangguan obsesif-kompulsif

Ada sebagian anak yang sulit untuk bisa yakin hingga pada tingkatan tertentu, sampai-sampai ia

harus mengikuti ritual atau prilaku yang berulang, hanya untuk memastikan pelindungan terhadap

keamanan diri mereka dan keamanan orang-orang terdekatnya.anda mungkin pernah bertemu dengan

anak usia pra-sekolah yang harus menjajarkan boneka binatangnya berdasarkan pada ukuran, warna,

dan tingkat kelucuan, dan tidak akan beranjak tidur sebelum ritual penataan boneka tersebut

benar-benar sudah selesai dengan hasil yang memuaskan.Signifikasi ini sesungguhnya hanya bersandar pada

sebuah alas an sederhana :ritual tersebut membuat sang anak merasa memiliki semacam kekuasaan

dan kendali terhadap lingkunganya yang membingungkan. Anak-anak memang hanya memiliki

kekuasaanyang sangat kecilterhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.. sehingga usaha yang mereka

lakukan dengan membentuk dan mengikuti ritual tertentu, akan membuat mereka merasa bahwa

mereka bukanlah semata-mata korban dari keputusan orang dewasa atau keadaan lingkungan yang

sulit dimengerti.

Untungnya, anak-anak akan cenderung menghilangkanritual-ritual atauprilaku kompulsif

tersebut seiring dengan pertumbuhan dan kemampuan mereka dalam mengembangkan cara-cara

dewasa dalam menyatakan diri danmemanfaatkan kekuatan sejati yang ia miliki.Secara umum, pada

usia awal sekolah dasar, kebiasaan-kebiasaan tersebut hampir sepenuhnya akan menghilang. Namun

demikian, ketika perkembangan anak membentur sebuah masalah, tidak menutup kemungkinan

kebiasaan tersebut akan muncul.Bagi anak-anak yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi,

pikiran-pikiran dan prilaku ritualistic tersebut bisa menjadi sebuah obsesi dan kompulsif.Prilaku

obsesif-kompulsif hampir selalu terkesan jauh lebih rumit ketimbang kemunculanya.

I. Kecemasan yang berlebihan terhadap kesehatan

Sangibu kembali memeriksa suhu badan Billy dan suhu badanya ternyata benar-benar normal.

Kepalanya t idak panas. Ia terlihat baik-baik saja apa yang sedang dilakukan Billy pada saat ini?

Seberapa seriyus sang ibu harus menyikapi keluhanya? Haruskah ia memanggil dokter untuk

memeriksa Billy? Atau jangan-jangan keluhanya yang terahir, dimana dokter mengatakan baik-baik

saja apakah ini hanya sala satu bentuk sikap Billy terhadap keadaan tertentu di sekolahnya?

Kecemasan yang berlebihan terhadap kesehatan(hypochondriasi) sebenarnya bukanlah suatu yang

(17)

untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin ia lakukan dengan alas an sakit. Sebagaimana yang terlihat

dalam contoh klasik diatas.

BAB 2

PERILAKU

A.Tantrum

Tantrum sering muncul pada anak – anak di usia awal, dimulai pada saat masih bayi dan cenderung meningkat pada saat sang anak menginjak usia dua atau tiga tahun. Sebagian besar anak-anak diusia tiga

tahun memiliki tantrum cenderung akan mengurangu perilaku agresif dan destrukti ini seiring

bertambahnya usia mereka. Tantrum adalah sebuat tanda bahwa seorang anak sedang dibanjiri oleh rasa

ketidakberdayaan, yang pada akhirnya mencul dalam berbagai perilaku agresif dan destruktif, semisal

mengamuk. Kenyataan ini menunjukan bahwa ada dua fakta penting yang harus selalu diingat oleh para

orangtua menyangkut tantrum seorang anak. Dua fakta tersebut adalah :

a. Tantrum sama sekali bukanlah sebuah hal yang direncanakan sang anak, sebuah tantrum tidak boleh

dianggap sebagai usaha yang secara sadar dan sengaja dilakukan oleh seorang anak untuk menggangu

orangtuanya, dan

b. Ketika seorang anak sedang mengalami tantrum, maka ia benar-benar sedang berada di luar kemampuan

pengendalian dirinya, Anda tidak akan pernah bisa merasionalisasikan seorang anak yang sedang

terserang tantrum. Kendati demikian, terlepas dari apapun penyebab kemunculannya, tantrum

membutuhkan respon cepat dari orangtua, berbeda dari langkah-langkah yang mereka ambil dalam

mengatasi kemarahan biasa yang lebih ringan.

B.Anak Pemalu

Belakang ini, ada beragam penelitian terhadap anak-anak pemalu yang berusaha memisahkan

sikap-sikap mana saja yang bersifat genetik dan sikap-sikap-sikap-sikap mana saja yang merupakan hasil dari sebuah

pengasuhan. Orangtua yang pernah seringkali mewariskan pesan kuat pada anak mereka bahwa setiap

situasi baru harus dihindari dengan segala cara; peringatan adalah rambu, dan sebagai konsekuensinya,

anak-anak akan cenderung menjadi gelisah setiap kali ia berhadapan dengan orang-orang yang tidak ia

kenal, atau situasi-situasi yang baru pertama kali ia alami. Kita sepenuhnya telah mengetahui bahwa bisa

saja terjadi silang-silang antara sikap pemalu dengan kekhawatiran serta fobia sosial.

Kita juga telah mengetahui bahwa keseganan yang semula muncul sebagai sebuah sifat yang wajar,

bisa jadi akan memburuk ketika bertemu dengan beberapa pengaruh eksternal lain, dengan tingkat

(18)

atau sakitnya orangtua hingga kekerasan dan pengabaian yang dialami sang anak. Menagani seorang anak

yang pemalu, sangat mungkin jauh lebih sulit untuk dilakukan oleh orangtua yang pemalu, yang secara

personal sudah pernah mengalami perasaan yang dirasakan oleh sang anak, dan secara paradoks bisa jadi

akan memberikan reaksi kemarahan atau kritik terhadap sang anak dengan tujuan memperbaiki keadaan.

C.Fobia Sekolah

Terkadang anak-anak ini akan mengalami kecemasan yang luar biasa hanya dengan memikirkan

kemungkinan dari sebuah situasi, dan kecemasan ini dengan mudah bisa saja berubah menjadi sebuah

kepanikan. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk fobia yang lain, ciri khusus dari anak-anak fobia sosial

adalah penghindaran terhadap terhadap siapapun yang mereka anggap bisa menghakimi mereka sebagai

anak yang cemas, lemah, tidak berkompeten, atau memiliki ketidakmampuan tertentu (semua hal negatif

yang mereka anggap sudah ada pada diri mereka). Kecemasan yang lahir dari fobia sosial yang dirasakan

anak-anak seringkali mewujud secara fisik dalam debar jantung yang cepat, gangguan perut, keringat,

diare, dan pusing-pusing. Ketika sedang mengantisipasi sebuah pertemua sosial yang menakutkan,

anak-anak sedemikian akan melewati setiap detik waktu dengan sebuah ketakutan, dan pada akhirnya akan

meningkatkan kecemasan yang sebelumnya memang sudah berada pada tegangan tingkat tinggi. Pada

akhirnya, mereka bisa saja membuat berbagai alasan untuk menghindari keadaan tersebut. mereka mungkin

akan mengaku sedang sakit dengan memanifestasikan ketakutan karena secara somatik dalam gejala-gejala

fisik ringan sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, namun terkadang juga bisa menyertakan

gejala-gejala yang lebih berbahaya, semisal kesulitan bernafas.

Sebagian anak-anak pengidap fobia sosial juga sangat mungkin akan memperlihatkan kemarahan dan

tantrum. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak yang terlalu menja pada orangtuanya dan selalu

menjauh dari setiap orang yang tidak mereka kenal atau mereka percaya, biasanya semua orang selain

orangtua. Anak-anak yang mengidap fobia sosial serigkali sudah menjadi anak yang segan dan takut sejak

lahir yang menandakan bahwa fobia sosial merupakan sebuah kecenderungan yangbisa saja diwariskan.

Fobia sosial secara umum tidak menghilang sebagaimana bentuk-bentuk fobia yang lain. Kendati demikian,

dengan dorongan, pujian, dan bantuan yang cukup, seorang anak fobia sosial tidak serta merta harus

mengalami kelumpuhan. Meskipun mereka cwnderung akan selalu terlihat pemalu dan sedikit menarik diri,

anak-anak fobia sosial juga akan mampu untuk menyesuaikan diri dengan penuh kebahagiaan,

D.Teman Imajiner

Anak-anak senang sekali dengan apa yang ada dalam benak mereka ketika sedang bermain, bermimpi,

atau melamun. Imajinasi seorang anak sangat kuat dan kreatif untuk mampu menciptakan sebuah dunia

petualangan dengan beragam kemungkinan teman imajiner, binatang peliharaan, dan berbagai makhluk

imajiner lain yang mereka anggap sangat nyata. Bahkan sesungguhnya sepertiga hingga separuh anak-anak

(19)

bermain yang ideal, seorang ibu peri, atau seekor kuda biru yang bisa berbicara. Orang tua tidak perlu

khawatir ketika mereka mendapatkan tanda-tanda ajaib ini pada anak-anak mereka, karena hal ini

seringkali merupakan tanda yang menunjukkan bahwa imajinasi sang anak berjaln dengan baik. Lebih

sering lagi, hal ini merupakan bukti dari usaha sehat sang anak dalam mengatasi tekanan, harapan, konflik,

impian, dan keinginan internal mereka. Ketimbang sebuah penyakit yang kronis atau berbahaya,

teman-teman imajiner ini tidak jauh berbeda dengan boneka teddy bear, selimut kesukaan, atau mainan-mainan

kesayangan yang lain (para psikolog menyebut semua hal tersebut sebagai obyek-obyek penenang pada

masa transisi). Teman-teman imajiner ini juga membantu sang anak untuk menikmati perpisahan dengan

dengan orang tua dan mengurangi kesendirian serta isolasi yang sedang mereka rasakan. Terkadang hal ini

juga akan membuat anak-anak memiliki pengalaman pertama dalam mengendalikan seseorang atau sesuatu

diluar dirinya biasanya dalam cara yang demikian menjengkelkan bagi orang dewasa. Layaknya seorang

seniman anak-anak yang memiliki teman imajiner sedang menjalankan sebuah media kreatif yang luar

biasa dalam mengenali dan mengatasi berbagai konflik dan perilaku yang mereka temui.

Secara umum, teman imajiner bersifat pribadi. Ketika mereka ditanya, sebagian besar anak-anak akan

menyadari bahwa teman imajiner mereka itu tidak nyata, dan sebagian besar dari mereka akan melepaskan

teman-teman imajinernya mereka pada usia enam ataudelapan tahun. Ada yang beranggapan bahwa teman

imajiner hanya muncul pada anak kecil saja, kemungkinan besar hal ini disebabkan karena ia membuat

anak-anak kecil tersebut merasa memiliki seorang teman. Anak-anak yang mengalami kekerasan atau

pengabaian juga seringkali memiliki teman imajiner. Meskipun demIkian, dalam beberapa kasus tertentu

ada teman-teman imajiner yang tak menghilang hingga sang anak menginjak usia sembilan atau sepuluh

tahun, atau akan menakut-nakuti sang anak, atau bahkan “memaksa” sang anak untuk bersikap destruktif yang cenderung lebih sering terjadi pada anak-anak korban kekerasan dan pengabaian. Teman-teman

imajiner seperti inilah yang bisa menjadi sumber masalah bagi sang anak dan meniscayakan perhatian dari

seorang ahli.

E.Ritual

Ritual adalah perilaku yang menurut sebagian besar anak harus mereka lakukan misalnya,

mendengarkan dongeng sebelum tidur yang sama berulangkali, menjajarkan bantal atau boneka binatang

dalam cara-cara tertentu, hanya bersedia makan makanan tertentu ketika sarapan atau makan siang. Ritual

sangat umum dan sangat alamiah terjadi pada sebagian besar anak-anak, terutama yang masih sangat kecil.

Ritual-ritual tersebut akan melengkapi mereka dengan serangkaian peristiwa terduga yang memungkinkan

mereka memiliki sebentuk kekuasaan terhadap diri dan lingkungan disekitar mereka.

Rutinitas yang mereka jalankan secara secara ritualistik dan repetitif atau berulang-ulang,

menawarkan setingkat ketenangan dan kenyamanan pada diri mereka meskipu, tak diragukan lagi, rutinitas

(20)

masa kanak-kanak dan akan berlalu seiring dengan kemampuan anak-anak mengatasi kecemasan yang

mereka alami. Tidak ada kejelasan waktu tentang berapa lama kebiasaan ini akan berlangsung, namun pada

saat sang anak memasuki sekolah dasar, kebiasaan ini secara umum akan berkurang drastis . Ritual yang

sering dilakukan anak sangat mungkin akan menimbulkan masalah yang lebih besar jika,

a. Ritual tersebut menggaggu rutinitas harian anak misalnya, anak kesulitan berpakaian, berangkat

sekolah, dan berinteraksi dengan orang lain.

b. Ritual tersebut berlangsung lebih lama dari dugaan sebelumnya misalnya,masalah masih akan

berlangsung setiap hari pada aak setelah anak menginjak usia tujuh atau delapan tahun.

c. Anak menunjukkan tanda-tanda isolasi diri yang parah, penarikan diri dari kehidupan sosial, serta

ketidak mampuan untuk berhubungan dengan orang lain dalam interaksi sosial.

d. Anak menunjukkan tanda-tanda gangguan obsesif-kompulsif semisal gagasan-gagasan yang mampu

memprovokasi kecemasan atau perilaku ritualistik lain yang seolah-olah berhubungan dengan usaha

anak dalam menghilangkan kecemasan.

e. Anak menunjukkan tanda-tanda kemunculan autisme, misalnya hubungan yang sangat buruk dengan

orang lain.

F. Gangguan Tidur

Seseorang mengalami gangguan tidur entah itu insomnia, mimpi buruk atau fenomena “parasomnia

(tidur berjalan atau teror pada saat tidur) maka gangguan tersebut biasanya menandakan adanya sebuah

kecemasan atau masalah fisik lain pada dirinya. Gangguan tidur telah terbukti menjadi salah satu masalah

anak-anakyang bisa mengagguseluruh anggota keluarga.

Gangguan tidur paling umum terjadi pada anak-anak insomnia, yang digambarkan sebagai ketidak

mampuanuntuk tidur atau tetap tidur sepanjang malam.Indomnia selalau dikaitkan dengan kesulitan yang

dialami seorang anak dalam beradaptasi dengan lingkungannya.

Meskipun jauh lebih jarang terjadi, parasomnia terbukti mengakibatkan kekhawatiran yang sangat,

baik bagi anak maupun orang tua. Berbeda dengan mimpi buruk parasomnia lebih cenderung terjadi diawal

tidur, umumnya di sepertiga pertama, dimasa transisi antara hatuh tidur menuju tidur REM. Teror dalam

tidur (disebut juga teror malam) adalah nama yang sangat tepat sang anak akan terbangun tiba-tiba, terlihat

sangat teragitas, serta beresiko untuk berlari kesana-kemari dan membahayakan diri. Berjalan sambil tidur

biasanya terjadi dia wal tidur,dan anak-anak juga cenderung akan lupa bahwa mereka mengalaminya.

Anak-anak yang berjalan sambil tidur, secara umum akan terlihat kosong dan tidak bereaksi terhadap

siapapun yang berudsaha berkomunikasi dengannya. Solusi terbaik bagi orangtua adalah membimbing sang

anak dengan lembut kembali ke tempat tidur, dan berusaha untuk tidak membangunkannya. Berbeda

dengan insomnia dan mimpi buruk, teror malam dan berjalan sambil tidur secara umum bukanlah respon

(21)

periode demam, atau kurang tidur atau bisa jadi merupakan hasil dari kerentanan yang mereka warisi dari

orang tua.

G. Mencuri

Perilaku mencuri ketika dilakukan oleh anak-anak yang masih sangat kecil biasanya merupakan

representasi dari sebuah usaha dalam memenuhi sebuah kebutuhan terhadap keterlibatan yang lebih banyak

dalam keluarga, atau semata-mata kebutuhan untuk mendapatkan perhatian yang lebih besar, yang selama

ini belum dipenuhi orang tua.Perilaku mencuri sedimikian biasanya bukanlah sebuah masalah yang serius,

dan sebaliknya bisa menjadi sebuah tanda penting bagi para orang tua bahwa anak-anak mereka

membutuhkan peran dan perhatian yang lebih banyak.Perilaku ini bisa menjadi sebuah kesempatan baik

untuk membangun sebuah ikatan yang lebih erat dan lebih hangat dengan anak. Bahkan ketika beranjak

pada masa kanak-kanak, perilaku ini biasanya akan menandakan bahwa sang anak membutuhkan dan

memerlukan perhatian dan peran yang lebih besar dalam keluarga, barangkali sebagai akibat dari kesibukan

orang tua dalam menangani masalah saudara-saudara yang lebih tua, masalah-masalah penyakit fisik, atau

hal-hal lainnya. Sang anak merasakan sebuah ancaman terhadap perasaannya bahwa ia tidak lagi disayangi

dan diperhatikan oleh orang tuanya. Inilah alasan mengapa gangguan perilaku mencuri ini cenderung

terjadi pada saat stress sedang melanda sebuah keluarga, semisal perceraian atau perpisahan, orang tua

yang di-PHK, atau keluarga yang baru saja pindah rumah. Periode gangguan perilaku ini biasanya akan

berlalu dalam waktu yang cukup cepat seiring dengan kemampuan sang anak menyesuaikan diri terhadap

situasi baru, atau ketika hubungan orang tua dan anak sudah terjalin kembali.

Mencuri akan menjadi masalah yang lebih serius dan menandakan masalah psikologi jangka panjang

jika perilaku tersebut :

a.Berlangsung dalam kurun waktu yang lama

b.Berhubungan dengan fenomena lain, semisal sikap agresif terhadap orang lain (atau binatang

peliharaan), pengrusakan benda-benda, serta pelanggaran-pelanggaran serius lainnya. Kesemuanya

adalah gejala-gejala dari gangguan perilaku

c.Sulit dihilangkan

d.Berhubungan dengan sikap egosntris dan hubungan antar-personal yang buruk

e.Melibatkan pihak-pihak berwenang, seperti kepolisian, dan / guru

f. Sulit dipahami atau tidak bereaksi terhadap intervensi

g.Terkesan tak terkendali

Mencuri yang berhubungan dengan beberapa ciri di atas menandakan sebuah masalah serius dalam

pertumbuhan seorang anak bersama dan di dalam keluarganya. Biasanya terdapat stress yang parah yang

(22)

memiliki depresi dan kecemasan serta keinginan yang kuat untuk memperlihatkan kemarahan mereka

terhadap orang-orang dewasa.Psikoterapi yang mungkin akan disarankan para ahli biasanya melibatkan

beberapa hal berikut :Terapi individu, Terapi keluarga, Terapi kelompok khusus bagi gangguan perilaku

dan beberapa perawatan khusus lainnya

H.Berbohong

Cerita Biily yang baru berusia 5 tahuntentang burung yang berukuran sebesar pesawat terbang yang

telah mengambil bola pantainya sepintas mengindikasikan ia sedang mengalami ganggguan psikologis.

Pada kenyataannya tidak demikian. Anda mungkin bisa menyebut ceritanya sebagai sebuah kebohongan,

akan tetapi sesungguhnya hanya melakukan apa yang dilakukan anak-anak seusianya. Mengedepankan

imajinasi dan berusaha menciptakan sebuah kenyataan yang menarik bagi dirinya sendiri dan berharap

imajinasi yang sama akan menarik bagi mamanya.

Sesunggguhnya billy sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi pada bola pantainya, ia hanya

mungkin menduga-duga bahwa ia akan dihukum jika tidak memberi alasan yang meyakinkan tentang

hilangnya bola pantai tersebut. Ia tidak sepenuhnya berbohong ia hanya separuh yakin bahwa seekor

burung raksasa benar-benar datangdari angkasa dan mengambil mainannya tersebut

Hingga menginjak usia enam atau tujuh tahun, sebagian besar anak-anak tidak memahami perbedaan

antara gagasan penuh harapan, imajinasi, dan kenyataan yang sesungguhnya.

I. Pemicu Kebakaran

Bert berusia delapan tahun yang berusia rata-rata dari anak-anak yang terus menerus menyalakan api

emi sensasi dari perbuatan tersebut dan atau demi niat jahat tertentu. pemicu kebakaran adalah hal yang

serius, ini adalah salah satu penyebab utama kematian anak-anak usia pra-sekolah dan kematian anak-anak

antara usia enam sampai empatbelas tahun. Enam puluh persen anak-anak memiliki ketertarikan untuk

bermain api sejak usia 3 tahun.

Pemicu kebakaran jarang sekali menjadi gejala tersendiridalam diri anak-anak sedemikian.Prilaku ini

justru terjadi pada anak-anak yang baru saja datang dari keluarga yang telah mengalami perceraian,

kematian atau masalah-masalah lain yang mengarah pada sempitnya pola pikir.Yang harus dilakukan :

1. Orangtua harus mengajarkan bahaya api kepada anak-anak sejak dini. Dan terus menerus mengajarkan

hal tersebut seiring pertumbuhan usia dan kemampuan anak-anak

2. Jangan pernah meremehkankeingintahuan anak anda terhadap api serta kecendrungan mereka untuk

terpesona dan tergoda oleh api tersebut.

3. Bermain api sama sekali harus dilarang dan jauhkan peralatan yang mudah terbakar dari jangkauan

(23)

4. Ajak anak anda untuk mengunjungi dinas pemadam kebakaran setempat

5. Jika kebiasaan bermain api pada anak anda masih terus berlangsung dan anda meyakini bahwa anak

anda sudah melewati masa penasaran dengan api maka anda harus meyakini masalah tersebut sebagai

masalah yang genting dan membutuhkan bantuan para ahli

6. Terapi yang dibutuhkan biasanya terapi individu, keluarga, kognitif/behavior terapi, dan terkadang terapi

tindak lanjut bagi kasus-kasus tertentu

J. Perkelahian

Perkelahian antar anak-anak yang beranjak besar secara khusus akan meletus ketika mereka harus

“berbagi” mainan atau benda-benda milik lainnya. Berbagi adalah konsep asing bagi anak-anak kecil, yang pada akhirnya bisa menjadi anak-anak yang posesif ainnya. Berbagi adalah konsep asing bagi anak-anak

kecil, yang pada akhirnya bisa menjadi anak-anak yang posesif terhadap apa yang mereka anggap sebagai

milik mereka. Anak-anak seringkali berfikir tidak ada yang salah ketika mereka mengambil benda milik

anak-anak lain bahkan, mereka akan tersedia berkelahi untuk mendapatkannya, dan untuk

mempertahankannya. Selanjutnya, ketika mereka melewati berbagai kecemasan berpisah, serta berbagai

bentuk kekhawatiran antara anak-anak lain yang ada dilingkungan tetangga, playground, atau di ruang kelas, anak-anak usia sekolah juga cenderung melepaskan kemarahan dan rasa frustasinya dengan

berkelahi. Namun begitu, kita bisa sedikit tenang dengan bawha ketika mereka sudah bisa sedikit tenang

dengan fakta bahwa ketika mereka sudah menginjak kelas dua atau kelas tika, anak-anak tak lagi secara

otomatis menggunakan perkelahian fisik sebagai cara dalam menyelesaikan perselisisan. Mulai dari usaia

ini, anak-anak suadah bisa dibujuk untuk menyelesaikan sebuah ketidak-sepahaman dengan diskusi

ketimbang saling pukul atau saling tendang atau saling lempar dalam mempertahankan pendapat mereka

masing-masing.

Meskipun perkelahian adalah hal yang normal hingga pada beberapa tingkatan tertentu, tetap saja ada

beberapa kondisi khusus yang menjadikan perkelahian sebagai hal yang umum pada sebagai

anak-anak.Kondisi-kondisi khusus ini hampir selalu berhubungan dengan dinamika keluarga yang berada di

bawah kondisi optimal. Anak-anak yang terbiasa ditampar memiliki kecenderungan untuk lebih sering

berkelahi, anak-anak yang membutuhkan lebih banyak perhatian juga cenderung untuk lebih sering

berkelahi, dan anak-anak sering menyaksikan keadaan di sekitarnya dimana sebagian besar masalah

diselesaikan dengan cara kekerasan, intimidasi, dan bahasa verbal yang kasar, juga akan lebih sering

berkelahi. anak korban pelecehan seksual juga seringkali tergoda untuk lebih sering berkelahi.

Anak-anak yang pernah merasa dipermalukan atau diperlakukan dengan cara-cara yang membuat mereka merasa

tidak berdaya, juga akan cenderung lebih sering berkelahi. Dengan kata lain, struktur keluarga serta

lingkungan masyarakat dimana sang anak tumbuh seringkali bisa mengindikasikan anak-anak mana saja

(24)

yang lebih besar khususnya acara-acara TV dan film-film dimana kekerasan sudah demikian merajalela,

dan terkesan tidak peduli terhadap pengaruh yang mereka sampaikan kepada anak-anaka hal ini juga bisa

mengarah pada kecenderungan anak-anak untuk lebih sering berkelahi.Perkelahian akan menjadi masalah

yang lebih serius dan membutuhkan perhatian lebih dari para ahli, jika.

a. Perkelahian tersebut berubah menjadi perilaku yang kompulsif dan repetitif serta terkesan menjadi

satu-satunya cara yang diketahui anak anda dalam mengespresikan kemarahan dan penderitaan yang sedang

di alami.

b. Perkelahian tersebut mulai melahirkan dan menimbulkan dampak-dampak negatif yang mempengaruhi

prestasi akademi serta interaksi sosial anak anda.

c. Anak anda menjadi tukang gertak atau terus menerus menjadi korban gertakan.

d. Perkelahian tersebut melahirkan masalah yang melibatkan pihak-pihak berwenang, semisal polisi atau

pihak-pihak lainnya.

e. Perkelahian tersebut berhubungan dengan masalah-masalah lain yang mengindikasikan gangguan

psikologis yang lebih luas, semisal memicu kebakaran, mencuri, vadalisme, serta kebohongan

kompulsif, atau jika perkelahian tersebut berhubungan dengan gejala-gejala ADD, semisal kurangnya

perhatian, perilaku hiperaktif, serta kecenderungan untuk bersikap impulsif.

f. Perkelahian tersebut berhubungan dengan masalah-masalah neurologis.

g. Perkelahian tersebut berhubungan dengan gangguan belajar.

h. Perkelahian anak anda mulai menjadi bagian dari sebuah kekerasan geng. Kekerasan geng jauh lebih

serius ketimbang kekerasan serta senjata mematikan terhadap geng-geng lain)

K. Gangguan Perilaku

Anak –anak tidak terlahirdengan serta merta memiliki nilai – nilai kesopanan, kode etik, atau standar perilaku. Mereka mempelajari semua hal tersebut dari pengaruh – pengaruh eksternal yang ia terima dari orang tua, para guru, saudara tua, teman – teman, televise, film, bahkan dari internet. Orang tua juga akan kesal ketika anak – anak mereka seolah – olah tidak mampu menyadari kewajibannya sebagai seseorang anak yang harus selalu menentukan apa yang benar dan apa yang salah bagi dirinya sendiri.Perilaku anak – anak juga dipengaruhi oleh watak dan kepribadian mereka, sebagaimana yang telah anda temui dalam

berbagai pembahasan di buku ini, masing – masing anak tumbuh dari warisn genetik serta pengaruh dari keluarga dan lingkungannya. Ada beberapa anak pendiam yang secara alamiah terkesan sopan, dan

mengikuti aturan yang ia terima. Sementara sebagian yang lain sepertinya tidak bisa diam dan cenderung

untuk menjadi yang suka melempar bola lewat jendela. Akan tetapi, sesungguhnya kedua tipe anak tersebut

adalah tipe anak – anak yang normal mereka hanya memiliki pola perilaku yang berbeda. Bayangkan

(25)

sang anak tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam sebuah klub sepak bola atau tidak seorang ibu pendiam

yang berfikir anaknya” salah berprilaku “ hanya karena sang anak selalu berisik dan lasak. Ini adalah

beberapa contoh nyata dari jebakan dimana orangtua bisa saja tergoda untuk mengaplikasikan ekspektasi

dan standar perilaku mereka kepada sang anak tanpa mempertimbangkan watak kepribadian anak – anak sendiri

Pada kenyataan, tidak ada wilayah dalam psikologi anak yang lebih memperhatikan evaluasi orangtua

ketimbang masalah perilaku sang anak. Beragam penelitian telah mempelajari perilaku pada anak

diantaranya adalah ADD ( attention deficit disorder) dan hasilnya penelitian – penelitian tersebut menunjukkan bahwa sumber masalah hamper selalu adad pada salah satu antara reaksi orangtua terhadap

perilaku dan watak sang anak, atau keteladanan yang sengaja atau tidak sengaja telah mereka Tetapkan

bagi anak – anak mereka. Hal ini menegaskan bahwa jika anda memiliki seorang anak yang nakal, anda pertama kali harus memisahkan antara kebutuhan dan watak anak anda dengan kecemasan serta ekspektasi

masa kecil anda sendiri .cobalah untuk balajar melihat siapa sesungguhnya anak anda, dan saya berani

menjamin bahwa anda , dan saya berani menjamin bahwa anda akan mampu untuk mengatasi kenakalan

anak.

Kesimpulan para ahli kesehatan mental dalam menilai perilaku sebagai sebuah masala sebagian besar

terletak pada gangguan kronis dari perilaku tersebut. Sebagian besar anak –anak memiliki masalah perilaku berdasarkan pada temperamen mereka, anak – anak ini tidak serta merta akan tumbuh menjadi orang dewasa yang juga memiliki masalah psikologi. Akan tetapi, jika gangguan perilaku ini berlangsung lama

dan terus menerus ini disebut ADD atau gangguan kurang perhatian. Kita akan menyambut seorang anak

terserang gangguan kesopanan ketika ia secara terus menerus dan berulang – ulang melanggar aturan, menafikan nilai – nilai social yang tepat bagi usianya, sementara gangguan suka menentang dicirikan oleh kurangnya kerjasama, sikap yang bermusuhan, serta perlawanan terhadap pihak yang berwenang dan

sangat mukin akan menyertakan gejala – gejala tantrum, suka membantah, melanggar aturan, menolak permintaan orang lain serata mengganggu kenyamanan orang lain.

Anak –anak yang menderita gangguan suka menentang cenderung akan mengkambing – hitamkan orang lain atas mesalah dan kesalahan yang mereka lakukan. Kemarahan anak – anak ini bisa jadi akan meletus ketika ia berhadapan dengan beberapa masalah, semisal pola makan, pola tidur, latihan buang air, serta

berbagai hal atau keadaan – keadaan lain, yang aturan – aturannya coba ditetapkan oleh orangtua. Gangguan suka menantang ini merupakan hal yang normal terjadi pada anak – anak yang sedang menginjak sebuah tahap baru diawal masa – masa kanak – kanaknya dimana ia berusaha untuk mengembangkan sebuah kemandirian dan melepaskan diri dari ketergantungan sbuah kemandirian dan

(26)

menantang yang parah ini adalah anak – anak yang menderita gejala depresi akibat penolakan oleh teman – teman sebaya , anggota keluarga dan para guru.

Beberapa penelitian telah berusaha untuk menghubungkan kurangnya serotonin, norepinephrine, atau

dopamine serta ketidak – normalan otak dengan gangguan gangguan tersebut adalah pengaruh negative dari lingkungan. Anak – anak yang menunjukkan gangguan suka menantang dan gangguan kesopanan adalah tipe anak – anak yang sedang terbiasa dengan kekerasan serta masalah mental atau emosional dari orang tuanya. Gangguan – gangguan tersebut cenderung akan tumbuh menjadi orang dewasa yang psikotik dan kehilangan hubungan dengan dunia nyata. Bagi anak – anak yang mengalami kekerasaan yang parah, mereka cenderung akan mengindap gangguang paska stress traumatic atau post – traumatic stress disorder ( PTSD) , dalam usia yang relative muda, mereka sangat mungkin akan terjebak dalam ketergantungan

terhadap alcohol dan penyalah – gunaan obat – obatan terlarang ( narkotika ). Tidak mengherankan jika sebagian besar anak –anak tersebut juga akan mengalami gangguan belajar, gangguan kurangnya perhatian ( ADD) .

Katagori gangguan perilaku yang kronis yang bisa menimbulkan masalah dan membutuhkan bantuan

para ahli adalah sebagai berikut :

1. Agresif terhadap orang lain atau binatang ( menyiksa hewan peliharaan, hewan liar atau serangga,

memukul atau melukai anak lain dan sebagainya)

2. Mengrusak benda milik orang lain ( memicu kebakaran, memembanting gelas, melempar bola keluar

jendela,dan sebagainya)

3. Ketidak jujuran dan pencurian ( menyelinap kerumah orang lain, mencuri dari seorang korban

kekerasan dijalan menguntil sesuatu dari took, dan sebagainya)

4. Pelanggaran serius terhadap aturan – atyran yang sufah ditetapkan ( secara terus menerus melanggar peringatan orang tua, bolos sekolah, dan sebagainya )

L.Attention Deficit Disoder

Seiring pertumbuhannya, anak-anak akan mengembangkan kesabaran serta kemampuan untuk

memfokuskan perhatian pada sebuah topic atau aktivitas dalam durasi waktu yang semakin lama semakin

panjang. Sebagian anak-anak sudah mengembangkan kemampuan untuk duduk,mendengar,dan mengikuti

sebagian besar perintah yang mereka terima pada saat mereka menginjak usia pra-sekolah. Anak-anak

memiliki perbedaan yang luas dalam tingkat aktivitas mereka ( hal ini sudah bisa dikenali bahkan sejak

kelahirannya ) serta dalam kapasitas mereka untuk bersabar,dan kemampuan mereka dalan memfokuskan

perhatian, mengingat, dan menyesuaikan diri dengan tugas-tugas tertentu.

Pada sebagian anak-anak, kurangnya perhatian, prilaku hiperaktif,dan atau sikap implusif akan tetap

(27)

kedewasaannya. Anak-anak ini terkadang menderita gangguan kurangnya perhatian atau attention deficit disorder ( ADD, dikenal juga dengan attention deficit hyperactivity disorder, atau ADHD ), yaitu sebuah disgnosa yang demikian menarik perhatian besar dalam berbagai media, yang pada akhirnya membuat

sebagian besar orang tua khawatir dan bersikap ekstrim dengan menganggap anak-anak mereka sedang

mengalami gangguan ADD tersebut, padahal anak-anak mereka hanya sekedar menunjukkan prilaku aktif

dan ketidak-sabaran yang sesungguhnya normal. Orang tua justru beranggapan bahwa gangguan ADD itu

tidak ada. Mereka cenderung meyakini bahwa para dokter dan perusahaan farmasi secara rutin melakukan

kesalahan diagnose dengan menganggap hadirnya penyakit dan gangguan pada anak-anak yang sebenarnya

normal meskipun mereka terlihat menunjukkan sikap aktif.

Untuk meyakini sindrom ADD hal yang harus dilakukan oleh orang tua yaitu menghabiskan satu hari

saja dengan seorang anak pengidap gangguan ADD. Anak-anak gangguan ADD secara terus menerus akan

terlibat dalam masalah. Mereka memiliki kemampuan organisasi diri yang sangat lemah, rentang perhatian

yang pendek, mudah lupa dan atau suka menghilangkan benda-benda miliknya sendiri, terlihat kurang

cakap dalam mendengarkan atau mengikuti perintah,dan mudah terganggu bahkan oleh gangguan terkecil

sekalipun.

Sebuah estimasi yang bisa di percaya menunjukkan sebuah fakta bahwa hingga 7 persen dari semua

anak usia pra-sekolah menderita gangguan ADD ini. Dan tidak semua anak-anak penderita ADD akan

menunjukkan semua gejala-gejala ADD. Hampir separuh dari semua anak-anak pengidap gangguan ADD

mengalami gangguan belajar, semisal dyslexia ( ketidakmampuan membaca dengan baik ), dyscalculia ( ketidakmampuan mengerjakan matematika dengan baik ), dan dysgrafia ( ketidakmampuan menulis dengan

baik ). Para remaja dan orang-orang dewasa yang pada masa kanak-kanaknya mengidap gangguan ADD

tidak hanya akan kembali mengalami sisa-sisa masalah yang pernah mereka derita di masa kecil(

kurangnya perhatian, sikap implusif, prilaku hipraktif),Yang harus orang tua perhatikan dari tanda-tanda

keberadaan ADD yaitu:

a. Ketidakmampuan untuk memfokuskan atau mempertahankan perhatian.

b. Kekacauan kronis

c. Ketidakmampuan untuk mendengar

d. Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mengikuti tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental

yang panjang

e. Sikap mudah kehilangan perhatian atau terganggu

f. Kegelisahan yang terus menerus

g. Kebiasaan untuk terlalu banyak bicara

(28)

i. Kebiasaan untuk memberikan jawaban secara blak-blakan, tidak bersedia menunggu giliran, cenderung

untuk menginterupsi.

BAB 3

PEMBELAJARAN DAN SEKOLAH

A.Gangguan Belajar

Gangguan belajar atau learning disorder adalah gangguan yang jauh lebih umum terjadi ketimbang yang kita kira. Kendati frekuensi dan variasinya sangat mungkin akan membuat kita pusing, akan tetapi

tetap ada sebuah hikmah di balik variasi tesebut. Karena, semakin kita mengetahui keragaman gangguan

tersebut, maka akan semakin banyak hal yang bisa kita pelajari untuk mengatasinya, dan pada akhirnya,

akan seakin berkurang kecendrungan kita untuk menyalahkan anak-anak atas kekurangan yang dalam

sebagian besar kasus tidak mampu dikendalikan. Anak-anak yang dulunya selalu dianggap sebagai anak

yang bdoh atau pemalas hanya karena mereka tidak mampu membaca, menulis, mengerjakan soal-soal

matematika atau memproses informasi dalam standar-standar yang dianggap normal, saat ini seringkali

dianggap sebagai anak-anak yang memilki kesulitan dalam menaklukkan tantangan-tantangan pelajaran.

Dan, untungnya anak-anak tersebut bisa mendapatkan banyak manfaat dengan melakukan beberapa

langkah perawatan yang tepat terhadap kesulitan-kesulitan yang selama ini ia hadapi.

Sebuah proses pembelajaran bergantung pada kemampuan untuk mengatasi tiga buah proses

informasi yang berbeda: penerimaan, integrasi, dan penyampaian informasi. Penerimaan informasi

berhubungan dengan kemampuan seseorang anak dalam menerima informasi sebagai contoh, memahami

kata-kata yang tertulis di papan tulis atau menyerap instrksi dari guru menyangkut bagaimana cara

melakukan perkalian dan pembagian. Ketidak-mampuan dalam memahami kata-kata atau angka-angka atau

instruksi sangat mungkin muncul dari kegagalan sistem saraf pusat (semisal dyslexia) yang menghalangi persepsi visual dan kognitif sang anak. Integrasi informasi melibatkan kemampuan seorang anak dalam

mengingat proses informasi yang relevan yang sebelumnya sudah pernah ia pelajari. Seorang anak yang

mengalami gangguan belajar yang berhubungan dengan integrasi sangat mungkin tidak mampu mengingat

bahwa Anda sudah menambahkan sebuh kolom berisi tiga digit angka di sisi kanan, dan bukan di sisi kiri.

Proses penyampaian informasi berhubungan dengan ekpresi bahasa atau anggota tubuh yang tepat untuk

mengalami galami gangguan belajar yang berhubungan dengan prk menyampaikan pengetahuan yang

sudah diterima; seorang anak yang mengalami gangguan belajar yang berhubungan dengan proses

penyampaian informasi bisa jadi akan mengalami beberapa kesulitan untuk menulis dalam tulisan yang

(29)

Masalah-masalah dalam proses informasi ini terlihat jelas dalam beberapa masalah-masalah umu yang

dihadapi anak-anak disekolah: gangguan membaca, menulis dan mengerjakan matematika. Gangguan

ketrampilan motorik (disfungsi motorik yang bert dan ringan, semisal kekakuan lengan atau manipulasi jari

yang janggal) serta gangguan emosi sosial (dimana seorang anak bisa jadi tak mampu untuk bersimpati

terhadap atau memahami perasaan anak-anak lain) juga sangat mungkin lahir dari sebuah kekurangan

dalam satu bagian atau lebih, dari proses pembelajaran ini.

Keterlambatan atau kesulitan dalam mengembangkan ketrampilan-ketrampilan motorik,

masalah-masalah dalam berbicara, dan/atau kelemahan dalam kemampuan kognitif pada anak-anak kecil sangat

mungkin merupakan alamat penting dari keberadaan gangguan belajar. Mayoritas anak-anak yang

menderita gangguan belajar memilki setidaknya intelegensi yang rata-rata dan bahkan sangat mungkin

meraih nilai diatas rata-rata dalam tes potensi yang berfokus pada wilayah-wilayah yang tidak terpengaruh

oleh gangguan tertentu yang ia alami.

Karena diagnosa awal demikian penting, maka orangtua perlu untuk bersikap sensitif terhadap

tanda-tanda keberadaan gangguan belajar pada anak-naka mereka. Gejala-gejala utama gangguan ini adalah

ketidak-sesuaian antara prestasi akademik sanga anak dengan tingkat intelegensinya. Anak-anak juga

memiki gaya belajar yang berbeda serta kecerdasan yang beragan tehadap pola pelajaran tertentu, namun

semua hal tidak serta-merta merupakan indikasi dari gangguan belajar.

Hingga pada tingkatan-tingkatan tertentu gangguan ini ada dalam beberapa keluarga yang

seakan-akan mengesankan jika gangguan tersebut bersifat keturunan. Meskipun ada beberapa indikasi bahwa

“jaringan” otak pada anak-anak yang mengalami gangguan belajar sedikit berbeda, namun karena proses kimiawi otak demikian kompleks dan belum sepenuhnya dipahami, maka lagi-lagi kita belum mampu

untuk menyatakan sesuatu yang definif tentang gangguan tersebut.

YANG PERLU ANDA LAKUKAN

a. Jika anda menyadari keberadaan tanda-tanda yang tercantum diatas. Ada baiknya anda meminta

seorang ahli bersertifikat dalam bidang gangguan belajar untuk memberikan tes pada anak Anda segera

mungkin.

b. Cari tahu ketidak-sesuaian apa saja antara prestasi dan kecerdasan dalam dir anak Anda.

c. Jika Anda selalu menerima keluhan yang terus-menerus dari guru anak Anda tentang berbagai kesulitan

di sekolah, anggaplah kesulitan-kesulitan tersebut sebagai gangguan belajar dan bukan serta merta

masalah dalam disiplin atau ketekunan anak Anda.

d. Perlu Anda ingat bahwa ganggan belajar adalah masalah yang berdampak seumur hidup dan perawatan

(30)

e. Jika gangguan belajar sudah menjadi sebuah diagnosa, maka Anda harus melakukan kerjasama yang

erat dengan sistem sekolah anak Anda untuk memastikan bahwa anak Anda usdah berada di kelas yang

tepat dan menerima perhatian yang mencukupi.

B.Intelegensi

Ayah Brad memang bukanlah orang yang pertama kali menghubungi sayadalam keadaan panik akibat

nilai rendah dari tes IQ anaknya. Namun saya sedikit terkejut melihat tingkat urgensidalam kepanikan

tersebut, apakah anaknya benar-benar mampumeraih nilai tes IQ yang jauh dibawah niali yang normal?

Jika benar mungkin kekhawatiran tersebut sah-sah saja. Tampaknya ayah Brad beranggapan bahwa nilai tes

IQ dibawah 140 merupakan sebuah bencana intelektual. Sebagai salah satu mantan anggota Ivy League

(perhimpunan atletik mahasiswa dari delapan buah universitas dibagian timur laut Amerika Serikat) dan

seorang profesor, ayah brad percaya bahwa nilai yang ditunjukkan dalam sebuah tes kecerdasan pertanda

status sosial dan prediksi kesuksesan masa depan seseorang.

Bagaimanapun juga, nilai yang ditunjukkan dalam sebuah tes kecerdasan hanyalah suatu bagian dari

keseluruhan intelegensi seseorang. Bahkan pada kenyataannya intelegensi adalah sebuah istilah yang

sangat luas dimana terdapat beragam skill, keterampilan, bakat, serta kapasitas yang lainnya, sehingga tidak

semuanya bisa dideteksi dengan menggunakan tes-tes kecerdasan yang sudah distandarkan. Dan beragam

skill, keterampilan, bakat, serta kapasitas tersebut cenderung akan berkembang pada tingkat kecepatan

yang terduga dan melalui beberapa bagian tahap perkembangan. Hal ini termasuk penggunaan ingatan,

kemampuan untuk menerima beragam hal yang ada dalam suatu lingkungan sekitar, kemampuan melihat

pola interaksi dan menyimpan informasi serta memberikan respon secara tepat terhadap stimulus yang

diterima, sehingga dapat menyimpulkan dalam melakukan generalisasi dalam berbagai hal.

Langkah besar dalam pembetukan intelegensi dilakukan anak-anak pada tahun pertama hidupnya saat

seorang anak mulai menjalain sebuah ikatan dengan pengasuhnya dan ketika ia melakukan eksperimen

dalam melihat perbedaan pengaruh yang dihasilkan oleh tindakannya terhadap objek disekitanya. Sekitar

pada tahun kedua, pemikiran simbolik mulai berkembang pada diri anak dan demikian pula dalam

kemampuan untuk menyelesaikan beragam masalah dalam permainan imajinatifnya. Perkembangan bahasa

juga mulai berjalan dengan cepat menuju sebuah pemahaman dan ekspresi yang utuh, yaitu saat dimualinya

masa sekolah. Pada kenyataannya perkembangan bahasa benar-benar berhubungan dengan tingkat

intelegensi, intelegesi benar-benar akan terus berkembang pada masa-masa pra-sekolah dan masa sekolah,

termasuk dari segi aspek seoarang anak mampu memfungsikan diri dalam kerasnya dunia luar dengan

segudang keingin-tahuan, pemahaman, dan pengetahuan ang normal.

Asal mula Intelegensi adalah topik perdebatan yang selalu hangat. Seberapa besar faktor genetik dan

seberapa besar faktor peran lingkungan terhadap intelegensi tersebut sangat mungkin tetap tidak akan

Referensi

Dokumen terkait

Ketua umum adalah ketua pengurus harian tertinggi yang ditetapkan oleh Musyawarah Besar mahasiswa Fakultas Teknologi Industri.. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh

bahwa keberadaannya tidak berarti lagi. Memberikan suasana nyaman dan menyenangkan guna membantu menyehatkan tubuh. Mendapatkan sarana yang nyaman untuk mengunjungi

Analisis atas kesesuaian model (Goodness-of-fit), yaitu menguji hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarians data sampel

Hasil regresi menunjukan variabel sektor wisata dan jumlah pengunjung memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah, sedangkan jumlah

Selain itu, bentuk kompensasi yang diberikan kepada pekerja level staf berstatus PWTT pada PT Pertamina Patra Niaga terdiri dari komponen pengupahan finansial yang

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018..

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme

dengan judul “ Persepsi Masyarakat Sunda Terhadap Masyarakat Pendatang Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten” ini