Nama: ...
NIM:...
Kelas:...
Ringkasan Buku Konseling dan Psikoterapi Anak Dan Prophetic Parenting
Penyusun : Juli Wantoro
Editor : Lilis Ernawati
Tata Letak : Arum Dwi Pangestika
Desain: Annisa Noorbaiti Firdaus
PERSEMBAHAN
Buku ini saya persembahkan untuk sahabat –sahabat yang baik dan budiman yang terus memotivasi dan mendukung kami untuk meraih cita –cita dan impian dan visi misi kami ke depan
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Kedua orang tua kami , Sahabat kami dan pembaca yang
berbudiman serta semua tim atas kerja sama yang konstruktif , serta kerendahan hati , pengetahuan luas ,
serta dukungan tidak ada akhir yang ia berikan dalam proses penyusunan buku ini.
Di buat direvisi dan dicetak untuk kalangan sendiri Oleh :
BERCAHAYA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Karena berkat
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Modul ini untuk bahan belajar
UAS.BK Pra Sekolah dan Sekolah Dasar.
Modul ini Sebagai salah satu Acuan belajar Bagi Pribadi untuk mendukung Visi Misi Progam Pribadi
Yaitu Visi : Membentuk Kepribadian Individu Yang Berpilar 5 B (Beriman , BerakhlakMulia ,
Berprinsip , Berprestasi Dan Berwawasan Luas) Misi : Mengaktualisasikan Diri Dalam Mengembangkan
Bakat Minat Serta Kemampuan Yang Dimiliki Baik Segi Religius, Akademik , Iptek Serta Interaksi
Sosial Guna Mencapai Profesionalisme Untuk Bekal Menghadapi Tantangan Kehidupan Di Era
Globalisasi
Penulisan modul ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Penulis sadar bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan modul ini. Oleh karena itu, penulis membuka diri dengan adanya
kritik dan saran demi sempurnanya tulisan ini. Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 25 November 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 3
DAFTAR ISI ... 4
BAB 1 ... 11
PERASAAN ... 11
A. Depresi dan Mania ... 11
B. Stress ... 12
C. Kemarahan... 12
D. Kecemasan ... 13
E. Ketakutan dan Fobia ... 14
F. Kecemasan Berpisah ... 15
G. Kesedihan ... 15
H. Gangguan obsesif-kompulsif ... 16
I. Kecemasan yang berlebihan terhadap kesehatan ... 16
BAB 2 ... 17
PERILAKU ... 17
A. Tantrum ... 17
B. Anak Pemalu ... 17
C. Fobia Sekolah ... 18
D. Teman Imajiner ... 18
E. Ritual ... 19
F. Gangguan Tidur ... 20
G. Mencuri ... 21
H. Berbohong ... 22
I. Pemicu Kebakaran... 22
J. Perkelahian ... 23
K. Gangguan Perilaku ... 24
L. Attention Deficit Disoder ... 26
BAB 3 ... 28
PEMBELAJARAN DAN SEKOLAH ... 28
A. Gangguan Belajar ... 28
B. Intelegensi ... 30
C. FOBIA SEKOLAH... 32
D. Anak Berprestasi Rendah ... 33
1. Faktor-Faktor Penyebab Siswa Mengalami Underachiever ... 33
2. Faktor dalam Diri Individu... 34
BAB 4 ... 35
A. Kegagapan ... 35
H. Anak yang Mengidap Penyakit Fisik ... 41
I. Gangguan Saraf Bawah Sadar (Termasuk Sindrom Tourette) ... 41
J. Gangguan Pola Makan... 42
G. Anak Dari Orang Tua Yang Mengidap Sakit Fisik ... 49
H. Kekerasan Fisik Pada Anak-Anak ... 49
I. Disiplin ... 50
J. Media Dan Anak-Anak ... 50
K. Orangtua Tunggal ... 51
BAB 6 ... 51
MENDIDIK ANAK HINGGA USIA DUA TAHUN ... 51
A. Doa untuk proses kelahiran ... 51
B. Mendidik Bayi pada Hari Pertama Kelahiran ... 52
C. Mendidik Bayi pada Hari Ketujuh Kelahiran ... 53
1. Memberikan Nama yang Baik ... 53
2. Mencukur Rambut... 53
3. Aqiqah ... 53
4. Khitan... 54
D. Mendidik Bayi dengan Menyusui dan Menyapih... 54
E. Keutamaan ASI: ... 54
BAB 7 ... 55
MEMPENGARUHI AKAL ANAK ... 55
A. Menceritakan Kisah-kisah... 55
1. Kisah Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar ... 55
2. Kisah Kifl ... 55
B. Berdialog Langsung ke Inti Persoalan... 56
E. Melatih Anak dengan Beraktivitas ... 57
F. Mengarahkan Anak untuk Meneladani Rasulullah ... 57
BAB 8 ... 57
Bagaimana Mempengaruhi Jiwa Anak ... 57
A. Berteman dengan Anak ... 57
B. Menanamkan Kegembiraan pada Anak ... 58
C. Mengadakan Perlombaan dan Memberikan Hadiah bagi Pemenang ... 58
D. Memotivasi dan Mendukung Potensi Anak ... 58
E. Memberikan Pujian dan Sanjungan ... 58
F. Bermain Bersama Anak ... 59
G. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak ... 59
1. Menguatkan keinginan anak ... 59
2. Membangun kepercayaan social... 59
3. Membangun kepercayaan ilmiah ... 59
4. Membangun kepercayaan fiansial ... 59
5. Panggilan yang baik ... 60
6. Mengabulkan Keinginn dan Mengarahkan Bakat Anak ... 60
7. Melakukan Pengulangan Anak ... 60
8. Memberikan Janji dan Ancaman ... 60
9. Bertahap dalam Menanamkan Pendidikan ... 60
BAB 9 ... 61
Mentalqin Anak untuk Mengucapkan Kalimat Tauhid ... 61
A. Cinta kepada Allah dan Selalu Merasa Diawasi oleh- Nya... 61
B. Cinta kepada Rasulullah, Keluarga dan Sahabat Beliau ... 62
C. Mengajarkan Al- Qur’an kepada anak ... 62
1. Pahala untuk kedua orangtua karena mengajarkan al –Qur’an kepada anak ... 62
2. Ketika anak – anak memahami al –Qur’an ... 63
D. Mendidik Anak agar Teguh dan Berkorban demi Akidah ... 64
BAB 10 ... 64
IBADAH ANAK ... 64
A. Mengajarkan Anak untuk shalat ... 64
1. Tingkatan perintah untuk shalat ... 64
2. Tingkatan mengajarkan shalat pada anak ... 64
3. Tinkatan perintah untuk shalat disertai ancaman pukulan ... 65
6. Membiasakan anak untuk shalat istiharah. ... 65
7. Menemani anak shalat ketika hari raya. ... 66
8. Mengajak anak ke masjid ... 66
B. Bagaimana shaff anak ketika shalat berjamaah? ... 66
C. Mengikat anak dengan masjid ... 66
D. Melatih anak berpuasa ... 66
E. Menghibur anak ketika berpuasa ... 66
1. Mengumpulkan anak – anak dan berdoa bersama saat berbuka ... 66
F. Mengajarkan Haji ... 66
G. Melatih anak membayar zakat. ... 67
BAB 11. ... 67
Membentuk Jiwa Sosial Masyarakat Anak ... 67
A. Mengajak Anak Dalam Majlis Orang Dewasa ... 67
B. Mengutus Anak Untuk Melasanakan Keperluan ... 68
C. Membiasakan Anak Mengucapkan Salam ... 68
D. Menjenguk Anak Sakit ... 69
E. Mencari Teman Baik... 69
F. Membiasakan Anak Berdagang ... 69
G. Mengajak Anak Menghadiri Perayaan yang Disyariatkan ... 69
H. Mengajak Anak Menginap di Kerabatnya yang Shaleh ... 70
1. Contoh Interaksi Rasul dengan Anak-anak ... 70
BAB 12. ... 70
MEMBENTUK AKHLAK ISLAMI ANAK ... 70
A. Perintah Menanamkan Adab pada Anak ... 71
B. Penanaman Akhlak Ala Salafus-Saleh ... 72
1. Adab kepada orang tua ... 72
11. Adab mendengarkan bacaan Al-quran ... 75
12. Menanamkan kejujuran pada anak ... 75
13. Mengajarkan anak untuk menjaga rahasia ... 75
14. Menanamkan sikap amanah ... 75
BAB 13. ... 76
Membentuk Perasaan Anak ... 76
A. Makna Ciuman Keelembutan dan Kasih Sayang ... 77
B. Bermain dan Bercanda dengan Anak ... 79
C. Memberikan Hadiah untuk Anak ... 80
D. Mengusap Kepala Anak ... 80
E. Mencari Informasi Keadaan Anak ... 80
F. Menjaga Anak Perempuan dan Anak Yatim ... 81
G. Pendidikan Bagi Anak Perempuan ... 82
1. Larangan membenci anak perempuan ... 82
2. Menyamakan hak anak laki-laki dengan anak perempuan ... 83
3. Pahala mendidik, berbuat baik,bersabar dan menikahkan anak perempuan ... 83
H.Pendidikan anak yatim laki-laki dan perempuan ... 83
1. Seimbang dalam Mencintai Anak ... 84
2. Sabar atas sakitnya anak ... 87
3. Pahala kesabaran atas kematian anak ... 87
MATERI SUPLEMEN ... 88
BAB 14 ... 88
Cara Mendidik Anak Syariat Islam ... 88
2. Memilih istri yang soleh: ... 89
3 . Berlindung Kepada Allah Sebelum Berhubungan Suami Istri. ... 89
4 . Mengazankannya pada telinganya ... 89
5. Memberikan bagi anak nama yang baik. ... 90
6. Bersedekah dengan dua kambing untuk bayi laki-laki dan satu ekor untuk bayi perempuan. ... 90
7. Mengkhitan anak ... 90
8. Tidak memberikannya makan kecuali dari makanan yang halal ... 90
9. Mengajarkannya Al-Qur’an... 90
10. Melatih anak untuk mendirikan shalat pada usia tujuh tahun. ... 90
11. Kedua orang tua harus selalu mengarahkan anak dari sejak belia hingga dewasa. ... 91
12. Memilih dan memeprkenalkan bagi anak teman-teman yang soleh. ... 91
13. Bersikap moderat yang memadukan sikap ekstrim dan lemah lembut dalam mendidik anak. ... 91
BAB 15 ... 93
PERAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA ISLAMI ... 93
A. Tinjuan Psikologis ... 93
B. Pengantar ... 94
C. PERAN DAN TUGAS PEREMPUAN DALAM KELUARGA ... 94
D. PERAN PEREMPUAN SEBAGAI IBU ... 95
1. Ibu sebagai sumber pemenuhan kebutuhan anak ... 95
2. Ibu sebagai teladan atau model bagi anaknya. ... 96
1. Istri sebagai teman/partner hidup ... 98
2. Istri sebagai penasehat yang bijaksana ... 98
3. Istri sebagai pendorong suami ... 98
BUTIR-BUTIR PENTING ... 99
A. PENDIDIKAN IMAN (dalam Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, DR.Abdullah Nashih Ulwan) ... 99
B. PENDIDIKAN BIDANG AKHLAQ... 99
C. PENDIDIKAN BIDANG PERGAULAN ... 99
D. MENDIDIK BIDANG INTELIGENSI ... 100
E. MENDIDiK BIDANG EMOSI ... 100
F. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PEREMPUAN SEBAGAI ISTRI... 100
G. PERAN WANITA DALAM MASYARAKAT ... 100
PROFIL PENYUSUN ... 104
VISI MISI TARGET DAN RENCANA PROGAM SASARAN KEDEPAN ... 106
BAB 1
PERASAAN
A.Depresi dan Mania
Kita semua memiliki perasaan dan suasana hati.terkadang kitaterasa bahagia, dan dilain hari kita
dilanda kesedihan. Terkadang kita mudah tersinggung, marah dan cemas, sementara dilain waktu kita
merasa berbunga-bunga. Anak-anak juga memiliki perasaan hati yang sama dengan yang dialamai
para orang dewasa, dan pada anak-anak kita bisa melihat perubahan suasana hati yang jauh lebih
sering, sampai-sampai terkadang bisa sampai beberapakali dalam sehari. Perhatikan saja bagaimana
tangisan frustasi dari seorang anak yang dengan mudah akan berubah menjadi tawa bahagia tepat
ketika ia mendapatkan mainan kesukaanya.
Salah satu suasana hati yang paling umum dimiliki anak-anak adalah kesedihan. Seorang anak
bisa merasakan suasana hati ini sebagai hasil dari sejumlah besar situasi, semisal kekecewaan,
hilangnya salah satu anggota keluarga atau binatang peliharaan, frustasi yang lahir dari lingkungan
sosial, dan lain-lain.Depresi biasanya menunjukan perasaan yang jauh lebih mendalam ketimbang
kesedihan biasa. Seringkali sebuah depresi disertai dengan kemarahan dan perasaan yang mudah
tersinggung. Selain itu, pola tidur sang anak yang mengalami depresi jugasering kali akan ikut
terganggu, nafsu makanya menghilang, dan iya bisa jadi akan mengalami penurunan berat badan.
Anak-anak yang mengidap depresi juga sering mengalami masalah di sekolah karena mereka selalu
gelisah dan tidak mampu memfokuskan perhatian dengan baik. Dan yang paling penting, anak-anak
yang terkena depresi seringkali mengalami kombinasi perasaan tak nyaman, penuh rasa bersalah,
kurang percaya diri, dan bahkan perasaan tak berharga.
Tanda tanda yang muncul dalam anak yang mengidap depresi nisa terlihan dari bahasa tubuhnya
: Wajah yang sedih, Tatapan yang kuyu, Bahu yang jatuh, Kepala yang tertunduk, Kegelisahan yang berbaur dengan sikap ragu-ragu, Serta penampilan yang lesu secara umum. Depresi terdiri dari beberapa tingkatan, mulai dari level yang rendah hingga level tertinggi. Terkadang depresi berbaur
dengan sikap lekas marah yang kerap muncul, an kadang akan terlihat seperti keputus asaan yang
datar. Sebagian besar depresi di sebabkan oleh stress yang ada di lingkungan.
Selama ini mania dianggap tidak ada pada anak-anak. Ia selalu di kenal sebagai gejala yang
hanya ada pada orang dewasa. Pada orang dewasa mania hadir sebagai sebuah suasana hati atau
perasan yang dicirikan dengan kegirangan, eforia, luapan semangat, dan bahkan ekstasi yang
berlebih-lebihan, yang disertai dengan sikap pamer dan keangkuhan pikiran-pikiran yang saling berganti
menurunya kebutuhan untuk tidur, serta prilaku impulsif, berbahaya semisal kebebasan seksual dan
pemorosan financial.
B.Stress
Stress yaitu tekanan internal atau eksternal yang kita anggap sebagai paksaan atau
ancaman.Telah menjadi topik hangat karna tak seorangpun yang dapat menghindarinya.Sesungguhnya
tidak semua stress buruk dan abnormal; stress dalamjumlah tertentu terkadang justru diperlukan untuk
menjalankan beberapa fungsi-fungsi tertentu dari diri kita. Kita akan mengalami kesulitan untuk
menyelesaikan sesuatu jika tidak disertai dengan stress. Memenuhi tenggat waktu di tempatkerja,
menangani tanggung jawab dasar dalam keluarga, sebuah perencanaan jangka panjang dalam meraih
tujuan yang lebih besar, adalah beberapa hal yang sepenuhnya begantung pada sikap dan respon
positif kita terhadap tress yang normal, produktif, dan terkendali.
Pada kenyataanya pertumbuhan anak-anak bisa jadi dianggap sebagai keberhasilan dari adaptasi
terurut terhadapbeberapa tingkatan stress yag baru dan perlu terjadi, miaslnya belajar berjalan makan,
bicara, meggunakan kamar kecil, melaksanakan interaksi sosial, mengendarai sepeda, mengeja,
penambahan dan pengurangan, penundaan kegembiraan. Semua hal ini melibatkan kemampuan untuk
menangani frustasi yang niscaya (stress) dalam usia mereka untuk mendewasakan diri.
Kendati demikian, secara menyeluruh gambaran stress pada anak-anak sama menghawatirkanya
dengan yang ada pada orang dewasa. Selain harus menghadapi stress normal dalam adaptasi
pertumbuhanya, sebagian besaranak-anak juga harus berhadapan dengan beberapa trauma lain,
semisal pindah rumah dari sebuah lingkungan ke lingkungan baru, perceraian orang tua, pindah
sekolah, atau bahkan penyakit fisik.
C.Kemarahan
Marah adalah perasaan yang sama normalnya dengan bahagia, cinta, lapar, bersalah, malu,
cemburu, puas, gelisah, riang serta berbagai emosi normal yang lain yang dirasakan
anak-anak.Mendefinisikan kemarahan sebagai sebuah keadaan tidak nyaman yang akut sebagai respon
terhadap sebuah ketidak-berdayaan.Ada dua tipe kemarahan yaitu:
a. Kemarahan masa pertumbuhan, yaitu kemarahan yang dirasakan seorang anak ketika ia berpindah
menuju sebuah fase adaptif baru dan perlu dalam menjalani pertumbuhannya (semisal latihan
buang air di kamar kecil, dan merupakan bagian dari usaha penguasaan sang anak terhadap fase
tersebut.
b. Kemarahan antar-personal adalah munculnya interaksi normal harian seorang anak yan
menimbulkan frustasi sesaat, tipe kemarahan yang muncul akibat larangan adalah pengalaman
tipe kemarahan seperti ini bisa sangat menjengkelkan (sebagian besar orang dewasa, sama seperti
anak-anak, tidak sepenuhnya mampu atau nyaman beradaptasi dengan keadaan frustasi).
Respon kemarahan pada anak-anak bervariasi sesuai usia dan dengan pengalaman mereka
dimasa bayi, kemarahan dideskripsikandalam bentuk jeritan, tangisan, dan terkadang penolakan atau
ketidak-mampuan untuk makan dengan baik. Anak-anak yang baru mampu berjalan ini seringkali
menunjukan sikap keras-kepala dan mulai belajar untuk menggunakan kekuatan kemarahan melui
kata “tidak!”.
Anak usia pra-sekolah, berkisar antara dua sampai lima tahun, memiliki kemampuan fisik yang
lebih besar dan kemampuan verbal yang meningkat akan lebih besar tingkat untuk menunjukan
kemarahannya. Anak usia pra-sekolah mampu menendang dan memukul serta mencakar dan
melompat-lompat.Kesalahan dalam menangani kemarahan seorang anak akan selalu mengarah pada
“metamorfosa kemarahan” karena mereka dicegah untuk menunjukan kemarahan mereka secara langsung, anak-anak cenderung akan menahan kemarahan tersebut, dan hal ini akan menyebabkan
emosi yang tidak sehat.
Yang perlu anda lakukan dalam menangani kemarahan seorang anak yaitu:
a. Temani anak dan tenangkan dia dalam cara apapun untuk menghindari dari kerugian untuk anak
anda atau orang lain, jangan buat anak anda merasa bersalah atas kemarahannya. dan jangan
menjauh dari anak anda.
b. Anda harus melatih kepekaan anda terhadap kemarahan pada masa pertumbuhan yang normal pada
anak anda (misalnya gangguan usus pada bayi, popok yang terlalu ketat, tempat tidur bayi yang
miring, atau frustasi akibat belajar berjalan).
c. Cobalah untuk tidaak mengkritik anak anda pada saat anda berusaha mencari tahu apa yang telah
mengganggunya.
d. Anda bisa memberikan solusi bagi masalah yang anak hadapi.
D.Kecemasan
Kecemasaan lahir dari gejala umum yaitu : rasa khawatir, sebagian anak-anak memiliki rasa
khawatir yang kecil dibandingkan dengan anak-anak lain, akan tetapi satu hal yang pasti, semua anak
yang sepenuhnya mampu melepaskan diri dari pengaruh rasa khawatir tersebut.Kecemasaan akan
menimbulkan kegugupan sedari awal. Hal ini menunjukan bahwa sang anak telah menapak pada sebuah
tahap baru yang penting dalam perkembangannya, kecemasaan hampir selalu merupakan akibat dari
kepribadian yang buruk seorang anak yang lahir dari pembandingan yang berlebih-lebihan dengan
berlebihan pada berbagai situasi harian.Kecemasan pada masa-masa ini juga bisa mewujud secara fisik
dalam bentuk nafas pendek, detak jantung yang kencang, diare mual-mual (nausea), gemetar, ruam kulit,
mudahber keringat, pusing-pusing, susah tidur (insomnia), sakit kepala, sering buang air kecil.
Seiring proses pendewasaan diri yang mereka jalani, mereka akan memahami bahwa mereka sama
sekali tidak perlu bersikap terlalu keras kepada diri mereka sendiri maupun kepada orang lain.Yang
perlu anda lalukan untuk menangani rasa kecemasaan pada anak adalah :
a.Menetapkan batasan-batasan yang rasional dan masuk akal bagi perilaku sang anak untuk membuat
sang anak mengerti bahwa kecemasaanya tidak akan pernah bisa mendikte anggota-anggota keluarga
yang lain.
b. Seluruh anggota keluarga harus mengikuti perawatan bersama-sama dengan tujuan untuk menyadari
bentuk-bentuk interaksi yang sudah mereka lakukan secara tidak sadar.
E.Ketakutan dan Fobia
Hampir setiap anak di seluruh dunia akan merasa tersandung dalam mempelajari sebuah kemampuan
baru, takut adalah sebuah reaksi yang sangat normal dan wajar. Dengan simpati dan dorongan serta
bujukan yang penuh kasih saying, para orang tua secara umum akan mampu membantu anak-anak yang
memiliki ketakutan sedemikian dalam mengatasi perasaanya tersebut. Usaha tersebut pada akhirnya akan
membuat anak bahwa ketakutan adalah sebuah hal yang biasa ia hadapi dan ia atasi.Fobia sangat berbeda
dengan ketakutan dan kecemasaan harian, fobia selalu melambangkan dilema yang lebih dalam yang secara
bawah sadar sedang berkutat dalam pikiran sang anak, dan pada akhirnya, meneumbuhkan pemahan dan
perawatan yang berbeda pula.Yang anda perlu lakukan untuk mengatasi ketakutan pada anak adalah :
a. Anda harus menyikapi ketakutan pada anak anda dengan serius, meskipun secara rasional anda
menyadari bahwa sesungguhnya sama sekali tidak ada hal yang perlu ia takutkan.
b. Jangan panic, ketakutan bisa meular, jika anda menyikapi ketakutan anak anda dengan ketakutan anda
sendiri, maka anda hanya memperpanjang masalah.
c. Jangan terpancing untuk marah dengan pada ketakutan anak anda. Sikap tersebut akan menambah rasa
takut pada anak.
Yang anda perlu dilakukan untuk mengatasi fobia pada anak adalah :
a.Membantu anak untuk sedikit lebih berani pada kehidupannya, belajar untuk tidak mengabaikan dan
menghukum mereka jika mereka memiliki kemarahan atau rasa bersalah dan meluangkan lebih
banyak kasih-sayang yang lebih tulus pada mereka.
b.Secara perlahan diajak untuk menghadapi ketakutan sejati yang ada dibalik fobianya, selanjutnya
c.Seluruh anggota keluarga benar-benar jujur menyangkut kontribusi mereka terhadap ketakutan sejati
pada diri si anak dan merubah pola interaksi mereka terhadap anak pengidap fobia.
F. Kecemasan Berpisah
Kecemasan berpisah sangat mungkin akan mewujud dalam bentuk yang ringan, misalnya,
antisipasi yang gugup ketika orang tua harus pergi di malam hari, atau ketakutan harus tidur sendiri.
Kecemasan berpisah secara umum terjadi, dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda, pada semua
anak-anak dibawah usia lima atau enam tahun. Sebagian anak-anak memiliki kebutuhan yang lebih besar
ketimbang sebagian orang anak-anak lain, memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengambil
resiko disbanding sebagian anak-anak lain, dan seterusnya.Dalam sebagian besar kasus anak-anak akan
mampu mengendalikan krisis ini dan belajar untuk menjalani perpisahan dan beranjak pada tahap
pertumbuhannya tanpa masalah-masalah yang berkepanjangan. Yang anda perlu lakukan untuk
mengatasi kecemasaan berpisah pada anak adalah :
a.Kecemasan berpisah pada anak sangat normal akan hadir hampir disetiap tahap pertumbuhan dan
akan menghilang dan muncul kembali pada saat masa kemandirian.
b.Bersabar dan hadirlah selalu untuk anak anda.
c.Anda sebaiknya tidak membebankan kemandirian yang terlalu besar kepada anak anda, ada harus
peka pada kebutuhan anak dan memberikan respon yang sesuai.
G.Kesedihan
Kesedihan timbul akibat adanya perasaan kehilangan dengan orang terkasih yang sudah dahulu
meninggal, beberapa reaksi yang timbul dari anak-anak terhadap kematian melibatkan gejala fisik
semisal masalah-masalah tidur (insomnia, mimpi buruk, dan sebagainya), pusing-pusing, gangguan usus
dan hilangnya nafsu makan. Sbuah periode berduka-cita adalah sebuah hal yang normal dan sehat, serta
tidak memerlukan, campur-tangan sebagaimana yang dibutuhkan oelh penderita depresi kronis.Wajar
dan normal saja jika seorang anak bereg beraksi terhadap kematian dengan kemarahan yang hebat,
beragam masalah kosentrasi di sekolah, atau penarikan diri dari aktivitas sosial, sebagian besar
anak-anak akan merasa bersalah atas peristiwa yang terjadi, dan dengan sengaja sangat mungkin akan
memancing kemarahan orang lain agar mereka bisa “menerima hukuman” atas rasa bersalah yang secara
diam-diam mereka rasakan tersebut.
Yang anda perlukan utntuk mengatasi kesedihan pada anak adalah :
b.Semua teman dan anggota keluarga harus menunjukan sikap simpatik kepada anak, dan sama sekali
tidak boleh memberikan reaksi sang anak baik reaksi itu berupa hal yang terkesan irrasional, penuh
dengan kemarahan atau semcam halusinasi.
H.Gangguan obsesif-kompulsif
Ada sebagian anak yang sulit untuk bisa yakin hingga pada tingkatan tertentu, sampai-sampai ia
harus mengikuti ritual atau prilaku yang berulang, hanya untuk memastikan pelindungan terhadap
keamanan diri mereka dan keamanan orang-orang terdekatnya.anda mungkin pernah bertemu dengan
anak usia pra-sekolah yang harus menjajarkan boneka binatangnya berdasarkan pada ukuran, warna,
dan tingkat kelucuan, dan tidak akan beranjak tidur sebelum ritual penataan boneka tersebut
benar-benar sudah selesai dengan hasil yang memuaskan.Signifikasi ini sesungguhnya hanya bersandar pada
sebuah alas an sederhana :ritual tersebut membuat sang anak merasa memiliki semacam kekuasaan
dan kendali terhadap lingkunganya yang membingungkan. Anak-anak memang hanya memiliki
kekuasaanyang sangat kecilterhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.. sehingga usaha yang mereka
lakukan dengan membentuk dan mengikuti ritual tertentu, akan membuat mereka merasa bahwa
mereka bukanlah semata-mata korban dari keputusan orang dewasa atau keadaan lingkungan yang
sulit dimengerti.
Untungnya, anak-anak akan cenderung menghilangkanritual-ritual atauprilaku kompulsif
tersebut seiring dengan pertumbuhan dan kemampuan mereka dalam mengembangkan cara-cara
dewasa dalam menyatakan diri danmemanfaatkan kekuatan sejati yang ia miliki.Secara umum, pada
usia awal sekolah dasar, kebiasaan-kebiasaan tersebut hampir sepenuhnya akan menghilang. Namun
demikian, ketika perkembangan anak membentur sebuah masalah, tidak menutup kemungkinan
kebiasaan tersebut akan muncul.Bagi anak-anak yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi,
pikiran-pikiran dan prilaku ritualistic tersebut bisa menjadi sebuah obsesi dan kompulsif.Prilaku
obsesif-kompulsif hampir selalu terkesan jauh lebih rumit ketimbang kemunculanya.
I. Kecemasan yang berlebihan terhadap kesehatan
Sangibu kembali memeriksa suhu badan Billy dan suhu badanya ternyata benar-benar normal.
Kepalanya t idak panas. Ia terlihat baik-baik saja apa yang sedang dilakukan Billy pada saat ini?
Seberapa seriyus sang ibu harus menyikapi keluhanya? Haruskah ia memanggil dokter untuk
memeriksa Billy? Atau jangan-jangan keluhanya yang terahir, dimana dokter mengatakan baik-baik
saja apakah ini hanya sala satu bentuk sikap Billy terhadap keadaan tertentu di sekolahnya?
Kecemasan yang berlebihan terhadap kesehatan(hypochondriasi) sebenarnya bukanlah suatu yang
untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin ia lakukan dengan alas an sakit. Sebagaimana yang terlihat
dalam contoh klasik diatas.
BAB 2
PERILAKU
A.Tantrum
Tantrum sering muncul pada anak – anak di usia awal, dimulai pada saat masih bayi dan cenderung meningkat pada saat sang anak menginjak usia dua atau tiga tahun. Sebagian besar anak-anak diusia tiga
tahun memiliki tantrum cenderung akan mengurangu perilaku agresif dan destrukti ini seiring
bertambahnya usia mereka. Tantrum adalah sebuat tanda bahwa seorang anak sedang dibanjiri oleh rasa
ketidakberdayaan, yang pada akhirnya mencul dalam berbagai perilaku agresif dan destruktif, semisal
mengamuk. Kenyataan ini menunjukan bahwa ada dua fakta penting yang harus selalu diingat oleh para
orangtua menyangkut tantrum seorang anak. Dua fakta tersebut adalah :
a. Tantrum sama sekali bukanlah sebuah hal yang direncanakan sang anak, sebuah tantrum tidak boleh
dianggap sebagai usaha yang secara sadar dan sengaja dilakukan oleh seorang anak untuk menggangu
orangtuanya, dan
b. Ketika seorang anak sedang mengalami tantrum, maka ia benar-benar sedang berada di luar kemampuan
pengendalian dirinya, Anda tidak akan pernah bisa merasionalisasikan seorang anak yang sedang
terserang tantrum. Kendati demikian, terlepas dari apapun penyebab kemunculannya, tantrum
membutuhkan respon cepat dari orangtua, berbeda dari langkah-langkah yang mereka ambil dalam
mengatasi kemarahan biasa yang lebih ringan.
B.Anak Pemalu
Belakang ini, ada beragam penelitian terhadap anak-anak pemalu yang berusaha memisahkan
sikap-sikap mana saja yang bersifat genetik dan sikap-sikap-sikap-sikap mana saja yang merupakan hasil dari sebuah
pengasuhan. Orangtua yang pernah seringkali mewariskan pesan kuat pada anak mereka bahwa setiap
situasi baru harus dihindari dengan segala cara; peringatan adalah rambu, dan sebagai konsekuensinya,
anak-anak akan cenderung menjadi gelisah setiap kali ia berhadapan dengan orang-orang yang tidak ia
kenal, atau situasi-situasi yang baru pertama kali ia alami. Kita sepenuhnya telah mengetahui bahwa bisa
saja terjadi silang-silang antara sikap pemalu dengan kekhawatiran serta fobia sosial.
Kita juga telah mengetahui bahwa keseganan yang semula muncul sebagai sebuah sifat yang wajar,
bisa jadi akan memburuk ketika bertemu dengan beberapa pengaruh eksternal lain, dengan tingkat
atau sakitnya orangtua hingga kekerasan dan pengabaian yang dialami sang anak. Menagani seorang anak
yang pemalu, sangat mungkin jauh lebih sulit untuk dilakukan oleh orangtua yang pemalu, yang secara
personal sudah pernah mengalami perasaan yang dirasakan oleh sang anak, dan secara paradoks bisa jadi
akan memberikan reaksi kemarahan atau kritik terhadap sang anak dengan tujuan memperbaiki keadaan.
C.Fobia Sekolah
Terkadang anak-anak ini akan mengalami kecemasan yang luar biasa hanya dengan memikirkan
kemungkinan dari sebuah situasi, dan kecemasan ini dengan mudah bisa saja berubah menjadi sebuah
kepanikan. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk fobia yang lain, ciri khusus dari anak-anak fobia sosial
adalah penghindaran terhadap terhadap siapapun yang mereka anggap bisa menghakimi mereka sebagai
anak yang cemas, lemah, tidak berkompeten, atau memiliki ketidakmampuan tertentu (semua hal negatif
yang mereka anggap sudah ada pada diri mereka). Kecemasan yang lahir dari fobia sosial yang dirasakan
anak-anak seringkali mewujud secara fisik dalam debar jantung yang cepat, gangguan perut, keringat,
diare, dan pusing-pusing. Ketika sedang mengantisipasi sebuah pertemua sosial yang menakutkan,
anak-anak sedemikian akan melewati setiap detik waktu dengan sebuah ketakutan, dan pada akhirnya akan
meningkatkan kecemasan yang sebelumnya memang sudah berada pada tegangan tingkat tinggi. Pada
akhirnya, mereka bisa saja membuat berbagai alasan untuk menghindari keadaan tersebut. mereka mungkin
akan mengaku sedang sakit dengan memanifestasikan ketakutan karena secara somatik dalam gejala-gejala
fisik ringan sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, namun terkadang juga bisa menyertakan
gejala-gejala yang lebih berbahaya, semisal kesulitan bernafas.
Sebagian anak-anak pengidap fobia sosial juga sangat mungkin akan memperlihatkan kemarahan dan
tantrum. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak yang terlalu menja pada orangtuanya dan selalu
menjauh dari setiap orang yang tidak mereka kenal atau mereka percaya, biasanya semua orang selain
orangtua. Anak-anak yang mengidap fobia sosial serigkali sudah menjadi anak yang segan dan takut sejak
lahir yang menandakan bahwa fobia sosial merupakan sebuah kecenderungan yangbisa saja diwariskan.
Fobia sosial secara umum tidak menghilang sebagaimana bentuk-bentuk fobia yang lain. Kendati demikian,
dengan dorongan, pujian, dan bantuan yang cukup, seorang anak fobia sosial tidak serta merta harus
mengalami kelumpuhan. Meskipun mereka cwnderung akan selalu terlihat pemalu dan sedikit menarik diri,
anak-anak fobia sosial juga akan mampu untuk menyesuaikan diri dengan penuh kebahagiaan,
D.Teman Imajiner
Anak-anak senang sekali dengan apa yang ada dalam benak mereka ketika sedang bermain, bermimpi,
atau melamun. Imajinasi seorang anak sangat kuat dan kreatif untuk mampu menciptakan sebuah dunia
petualangan dengan beragam kemungkinan teman imajiner, binatang peliharaan, dan berbagai makhluk
imajiner lain yang mereka anggap sangat nyata. Bahkan sesungguhnya sepertiga hingga separuh anak-anak
bermain yang ideal, seorang ibu peri, atau seekor kuda biru yang bisa berbicara. Orang tua tidak perlu
khawatir ketika mereka mendapatkan tanda-tanda ajaib ini pada anak-anak mereka, karena hal ini
seringkali merupakan tanda yang menunjukkan bahwa imajinasi sang anak berjaln dengan baik. Lebih
sering lagi, hal ini merupakan bukti dari usaha sehat sang anak dalam mengatasi tekanan, harapan, konflik,
impian, dan keinginan internal mereka. Ketimbang sebuah penyakit yang kronis atau berbahaya,
teman-teman imajiner ini tidak jauh berbeda dengan boneka teddy bear, selimut kesukaan, atau mainan-mainan
kesayangan yang lain (para psikolog menyebut semua hal tersebut sebagai obyek-obyek penenang pada
masa transisi). Teman-teman imajiner ini juga membantu sang anak untuk menikmati perpisahan dengan
dengan orang tua dan mengurangi kesendirian serta isolasi yang sedang mereka rasakan. Terkadang hal ini
juga akan membuat anak-anak memiliki pengalaman pertama dalam mengendalikan seseorang atau sesuatu
diluar dirinya biasanya dalam cara yang demikian menjengkelkan bagi orang dewasa. Layaknya seorang
seniman anak-anak yang memiliki teman imajiner sedang menjalankan sebuah media kreatif yang luar
biasa dalam mengenali dan mengatasi berbagai konflik dan perilaku yang mereka temui.
Secara umum, teman imajiner bersifat pribadi. Ketika mereka ditanya, sebagian besar anak-anak akan
menyadari bahwa teman imajiner mereka itu tidak nyata, dan sebagian besar dari mereka akan melepaskan
teman-teman imajinernya mereka pada usia enam ataudelapan tahun. Ada yang beranggapan bahwa teman
imajiner hanya muncul pada anak kecil saja, kemungkinan besar hal ini disebabkan karena ia membuat
anak-anak kecil tersebut merasa memiliki seorang teman. Anak-anak yang mengalami kekerasan atau
pengabaian juga seringkali memiliki teman imajiner. Meskipun demIkian, dalam beberapa kasus tertentu
ada teman-teman imajiner yang tak menghilang hingga sang anak menginjak usia sembilan atau sepuluh
tahun, atau akan menakut-nakuti sang anak, atau bahkan “memaksa” sang anak untuk bersikap destruktif yang cenderung lebih sering terjadi pada anak-anak korban kekerasan dan pengabaian. Teman-teman
imajiner seperti inilah yang bisa menjadi sumber masalah bagi sang anak dan meniscayakan perhatian dari
seorang ahli.
E.Ritual
Ritual adalah perilaku yang menurut sebagian besar anak harus mereka lakukan misalnya,
mendengarkan dongeng sebelum tidur yang sama berulangkali, menjajarkan bantal atau boneka binatang
dalam cara-cara tertentu, hanya bersedia makan makanan tertentu ketika sarapan atau makan siang. Ritual
sangat umum dan sangat alamiah terjadi pada sebagian besar anak-anak, terutama yang masih sangat kecil.
Ritual-ritual tersebut akan melengkapi mereka dengan serangkaian peristiwa terduga yang memungkinkan
mereka memiliki sebentuk kekuasaan terhadap diri dan lingkungan disekitar mereka.
Rutinitas yang mereka jalankan secara secara ritualistik dan repetitif atau berulang-ulang,
menawarkan setingkat ketenangan dan kenyamanan pada diri mereka meskipu, tak diragukan lagi, rutinitas
masa kanak-kanak dan akan berlalu seiring dengan kemampuan anak-anak mengatasi kecemasan yang
mereka alami. Tidak ada kejelasan waktu tentang berapa lama kebiasaan ini akan berlangsung, namun pada
saat sang anak memasuki sekolah dasar, kebiasaan ini secara umum akan berkurang drastis . Ritual yang
sering dilakukan anak sangat mungkin akan menimbulkan masalah yang lebih besar jika,
a. Ritual tersebut menggaggu rutinitas harian anak misalnya, anak kesulitan berpakaian, berangkat
sekolah, dan berinteraksi dengan orang lain.
b. Ritual tersebut berlangsung lebih lama dari dugaan sebelumnya misalnya,masalah masih akan
berlangsung setiap hari pada aak setelah anak menginjak usia tujuh atau delapan tahun.
c. Anak menunjukkan tanda-tanda isolasi diri yang parah, penarikan diri dari kehidupan sosial, serta
ketidak mampuan untuk berhubungan dengan orang lain dalam interaksi sosial.
d. Anak menunjukkan tanda-tanda gangguan obsesif-kompulsif semisal gagasan-gagasan yang mampu
memprovokasi kecemasan atau perilaku ritualistik lain yang seolah-olah berhubungan dengan usaha
anak dalam menghilangkan kecemasan.
e. Anak menunjukkan tanda-tanda kemunculan autisme, misalnya hubungan yang sangat buruk dengan
orang lain.
F. Gangguan Tidur
Seseorang mengalami gangguan tidur entah itu insomnia, mimpi buruk atau fenomena “parasomnia”
(tidur berjalan atau teror pada saat tidur) maka gangguan tersebut biasanya menandakan adanya sebuah
kecemasan atau masalah fisik lain pada dirinya. Gangguan tidur telah terbukti menjadi salah satu masalah
anak-anakyang bisa mengagguseluruh anggota keluarga.
Gangguan tidur paling umum terjadi pada anak-anak insomnia, yang digambarkan sebagai ketidak
mampuanuntuk tidur atau tetap tidur sepanjang malam.Indomnia selalau dikaitkan dengan kesulitan yang
dialami seorang anak dalam beradaptasi dengan lingkungannya.
Meskipun jauh lebih jarang terjadi, parasomnia terbukti mengakibatkan kekhawatiran yang sangat,
baik bagi anak maupun orang tua. Berbeda dengan mimpi buruk parasomnia lebih cenderung terjadi diawal
tidur, umumnya di sepertiga pertama, dimasa transisi antara hatuh tidur menuju tidur REM. Teror dalam
tidur (disebut juga teror malam) adalah nama yang sangat tepat sang anak akan terbangun tiba-tiba, terlihat
sangat teragitas, serta beresiko untuk berlari kesana-kemari dan membahayakan diri. Berjalan sambil tidur
biasanya terjadi dia wal tidur,dan anak-anak juga cenderung akan lupa bahwa mereka mengalaminya.
Anak-anak yang berjalan sambil tidur, secara umum akan terlihat kosong dan tidak bereaksi terhadap
siapapun yang berudsaha berkomunikasi dengannya. Solusi terbaik bagi orangtua adalah membimbing sang
anak dengan lembut kembali ke tempat tidur, dan berusaha untuk tidak membangunkannya. Berbeda
dengan insomnia dan mimpi buruk, teror malam dan berjalan sambil tidur secara umum bukanlah respon
periode demam, atau kurang tidur atau bisa jadi merupakan hasil dari kerentanan yang mereka warisi dari
orang tua.
G. Mencuri
Perilaku mencuri ketika dilakukan oleh anak-anak yang masih sangat kecil biasanya merupakan
representasi dari sebuah usaha dalam memenuhi sebuah kebutuhan terhadap keterlibatan yang lebih banyak
dalam keluarga, atau semata-mata kebutuhan untuk mendapatkan perhatian yang lebih besar, yang selama
ini belum dipenuhi orang tua.Perilaku mencuri sedimikian biasanya bukanlah sebuah masalah yang serius,
dan sebaliknya bisa menjadi sebuah tanda penting bagi para orang tua bahwa anak-anak mereka
membutuhkan peran dan perhatian yang lebih banyak.Perilaku ini bisa menjadi sebuah kesempatan baik
untuk membangun sebuah ikatan yang lebih erat dan lebih hangat dengan anak. Bahkan ketika beranjak
pada masa kanak-kanak, perilaku ini biasanya akan menandakan bahwa sang anak membutuhkan dan
memerlukan perhatian dan peran yang lebih besar dalam keluarga, barangkali sebagai akibat dari kesibukan
orang tua dalam menangani masalah saudara-saudara yang lebih tua, masalah-masalah penyakit fisik, atau
hal-hal lainnya. Sang anak merasakan sebuah ancaman terhadap perasaannya bahwa ia tidak lagi disayangi
dan diperhatikan oleh orang tuanya. Inilah alasan mengapa gangguan perilaku mencuri ini cenderung
terjadi pada saat stress sedang melanda sebuah keluarga, semisal perceraian atau perpisahan, orang tua
yang di-PHK, atau keluarga yang baru saja pindah rumah. Periode gangguan perilaku ini biasanya akan
berlalu dalam waktu yang cukup cepat seiring dengan kemampuan sang anak menyesuaikan diri terhadap
situasi baru, atau ketika hubungan orang tua dan anak sudah terjalin kembali.
Mencuri akan menjadi masalah yang lebih serius dan menandakan masalah psikologi jangka panjang
jika perilaku tersebut :
a.Berlangsung dalam kurun waktu yang lama
b.Berhubungan dengan fenomena lain, semisal sikap agresif terhadap orang lain (atau binatang
peliharaan), pengrusakan benda-benda, serta pelanggaran-pelanggaran serius lainnya. Kesemuanya
adalah gejala-gejala dari gangguan perilaku
c.Sulit dihilangkan
d.Berhubungan dengan sikap egosntris dan hubungan antar-personal yang buruk
e.Melibatkan pihak-pihak berwenang, seperti kepolisian, dan / guru
f. Sulit dipahami atau tidak bereaksi terhadap intervensi
g.Terkesan tak terkendali
Mencuri yang berhubungan dengan beberapa ciri di atas menandakan sebuah masalah serius dalam
pertumbuhan seorang anak bersama dan di dalam keluarganya. Biasanya terdapat stress yang parah yang
memiliki depresi dan kecemasan serta keinginan yang kuat untuk memperlihatkan kemarahan mereka
terhadap orang-orang dewasa.Psikoterapi yang mungkin akan disarankan para ahli biasanya melibatkan
beberapa hal berikut :Terapi individu, Terapi keluarga, Terapi kelompok khusus bagi gangguan perilaku
dan beberapa perawatan khusus lainnya
H.Berbohong
Cerita Biily yang baru berusia 5 tahuntentang burung yang berukuran sebesar pesawat terbang yang
telah mengambil bola pantainya sepintas mengindikasikan ia sedang mengalami ganggguan psikologis.
Pada kenyataannya tidak demikian. Anda mungkin bisa menyebut ceritanya sebagai sebuah kebohongan,
akan tetapi sesungguhnya hanya melakukan apa yang dilakukan anak-anak seusianya. Mengedepankan
imajinasi dan berusaha menciptakan sebuah kenyataan yang menarik bagi dirinya sendiri dan berharap
imajinasi yang sama akan menarik bagi mamanya.
Sesunggguhnya billy sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi pada bola pantainya, ia hanya
mungkin menduga-duga bahwa ia akan dihukum jika tidak memberi alasan yang meyakinkan tentang
hilangnya bola pantai tersebut. Ia tidak sepenuhnya berbohong ia hanya separuh yakin bahwa seekor
burung raksasa benar-benar datangdari angkasa dan mengambil mainannya tersebut
Hingga menginjak usia enam atau tujuh tahun, sebagian besar anak-anak tidak memahami perbedaan
antara gagasan penuh harapan, imajinasi, dan kenyataan yang sesungguhnya.
I. Pemicu Kebakaran
Bert berusia delapan tahun yang berusia rata-rata dari anak-anak yang terus menerus menyalakan api
emi sensasi dari perbuatan tersebut dan atau demi niat jahat tertentu. pemicu kebakaran adalah hal yang
serius, ini adalah salah satu penyebab utama kematian anak-anak usia pra-sekolah dan kematian anak-anak
antara usia enam sampai empatbelas tahun. Enam puluh persen anak-anak memiliki ketertarikan untuk
bermain api sejak usia 3 tahun.
Pemicu kebakaran jarang sekali menjadi gejala tersendiridalam diri anak-anak sedemikian.Prilaku ini
justru terjadi pada anak-anak yang baru saja datang dari keluarga yang telah mengalami perceraian,
kematian atau masalah-masalah lain yang mengarah pada sempitnya pola pikir.Yang harus dilakukan :
1. Orangtua harus mengajarkan bahaya api kepada anak-anak sejak dini. Dan terus menerus mengajarkan
hal tersebut seiring pertumbuhan usia dan kemampuan anak-anak
2. Jangan pernah meremehkankeingintahuan anak anda terhadap api serta kecendrungan mereka untuk
terpesona dan tergoda oleh api tersebut.
3. Bermain api sama sekali harus dilarang dan jauhkan peralatan yang mudah terbakar dari jangkauan
4. Ajak anak anda untuk mengunjungi dinas pemadam kebakaran setempat
5. Jika kebiasaan bermain api pada anak anda masih terus berlangsung dan anda meyakini bahwa anak
anda sudah melewati masa penasaran dengan api maka anda harus meyakini masalah tersebut sebagai
masalah yang genting dan membutuhkan bantuan para ahli
6. Terapi yang dibutuhkan biasanya terapi individu, keluarga, kognitif/behavior terapi, dan terkadang terapi
tindak lanjut bagi kasus-kasus tertentu
J. Perkelahian
Perkelahian antar anak-anak yang beranjak besar secara khusus akan meletus ketika mereka harus
“berbagi” mainan atau benda-benda milik lainnya. Berbagi adalah konsep asing bagi anak-anak kecil, yang pada akhirnya bisa menjadi anak-anak yang posesif ainnya. Berbagi adalah konsep asing bagi anak-anak
kecil, yang pada akhirnya bisa menjadi anak-anak yang posesif terhadap apa yang mereka anggap sebagai
milik mereka. Anak-anak seringkali berfikir tidak ada yang salah ketika mereka mengambil benda milik
anak-anak lain bahkan, mereka akan tersedia berkelahi untuk mendapatkannya, dan untuk
mempertahankannya. Selanjutnya, ketika mereka melewati berbagai kecemasan berpisah, serta berbagai
bentuk kekhawatiran antara anak-anak lain yang ada dilingkungan tetangga, playground, atau di ruang kelas, anak-anak usia sekolah juga cenderung melepaskan kemarahan dan rasa frustasinya dengan
berkelahi. Namun begitu, kita bisa sedikit tenang dengan bawha ketika mereka sudah bisa sedikit tenang
dengan fakta bahwa ketika mereka sudah menginjak kelas dua atau kelas tika, anak-anak tak lagi secara
otomatis menggunakan perkelahian fisik sebagai cara dalam menyelesaikan perselisisan. Mulai dari usaia
ini, anak-anak suadah bisa dibujuk untuk menyelesaikan sebuah ketidak-sepahaman dengan diskusi
ketimbang saling pukul atau saling tendang atau saling lempar dalam mempertahankan pendapat mereka
masing-masing.
Meskipun perkelahian adalah hal yang normal hingga pada beberapa tingkatan tertentu, tetap saja ada
beberapa kondisi khusus yang menjadikan perkelahian sebagai hal yang umum pada sebagai
anak-anak.Kondisi-kondisi khusus ini hampir selalu berhubungan dengan dinamika keluarga yang berada di
bawah kondisi optimal. Anak-anak yang terbiasa ditampar memiliki kecenderungan untuk lebih sering
berkelahi, anak-anak yang membutuhkan lebih banyak perhatian juga cenderung untuk lebih sering
berkelahi, dan anak-anak sering menyaksikan keadaan di sekitarnya dimana sebagian besar masalah
diselesaikan dengan cara kekerasan, intimidasi, dan bahasa verbal yang kasar, juga akan lebih sering
berkelahi. anak korban pelecehan seksual juga seringkali tergoda untuk lebih sering berkelahi.
Anak-anak yang pernah merasa dipermalukan atau diperlakukan dengan cara-cara yang membuat mereka merasa
tidak berdaya, juga akan cenderung lebih sering berkelahi. Dengan kata lain, struktur keluarga serta
lingkungan masyarakat dimana sang anak tumbuh seringkali bisa mengindikasikan anak-anak mana saja
yang lebih besar khususnya acara-acara TV dan film-film dimana kekerasan sudah demikian merajalela,
dan terkesan tidak peduli terhadap pengaruh yang mereka sampaikan kepada anak-anaka hal ini juga bisa
mengarah pada kecenderungan anak-anak untuk lebih sering berkelahi.Perkelahian akan menjadi masalah
yang lebih serius dan membutuhkan perhatian lebih dari para ahli, jika.
a. Perkelahian tersebut berubah menjadi perilaku yang kompulsif dan repetitif serta terkesan menjadi
satu-satunya cara yang diketahui anak anda dalam mengespresikan kemarahan dan penderitaan yang sedang
di alami.
b. Perkelahian tersebut mulai melahirkan dan menimbulkan dampak-dampak negatif yang mempengaruhi
prestasi akademi serta interaksi sosial anak anda.
c. Anak anda menjadi tukang gertak atau terus menerus menjadi korban gertakan.
d. Perkelahian tersebut melahirkan masalah yang melibatkan pihak-pihak berwenang, semisal polisi atau
pihak-pihak lainnya.
e. Perkelahian tersebut berhubungan dengan masalah-masalah lain yang mengindikasikan gangguan
psikologis yang lebih luas, semisal memicu kebakaran, mencuri, vadalisme, serta kebohongan
kompulsif, atau jika perkelahian tersebut berhubungan dengan gejala-gejala ADD, semisal kurangnya
perhatian, perilaku hiperaktif, serta kecenderungan untuk bersikap impulsif.
f. Perkelahian tersebut berhubungan dengan masalah-masalah neurologis.
g. Perkelahian tersebut berhubungan dengan gangguan belajar.
h. Perkelahian anak anda mulai menjadi bagian dari sebuah kekerasan geng. Kekerasan geng jauh lebih
serius ketimbang kekerasan serta senjata mematikan terhadap geng-geng lain)
K. Gangguan Perilaku
Anak –anak tidak terlahirdengan serta merta memiliki nilai – nilai kesopanan, kode etik, atau standar perilaku. Mereka mempelajari semua hal tersebut dari pengaruh – pengaruh eksternal yang ia terima dari orang tua, para guru, saudara tua, teman – teman, televise, film, bahkan dari internet. Orang tua juga akan kesal ketika anak – anak mereka seolah – olah tidak mampu menyadari kewajibannya sebagai seseorang anak yang harus selalu menentukan apa yang benar dan apa yang salah bagi dirinya sendiri.Perilaku anak – anak juga dipengaruhi oleh watak dan kepribadian mereka, sebagaimana yang telah anda temui dalam
berbagai pembahasan di buku ini, masing – masing anak tumbuh dari warisn genetik serta pengaruh dari keluarga dan lingkungannya. Ada beberapa anak pendiam yang secara alamiah terkesan sopan, dan
mengikuti aturan yang ia terima. Sementara sebagian yang lain sepertinya tidak bisa diam dan cenderung
untuk menjadi yang suka melempar bola lewat jendela. Akan tetapi, sesungguhnya kedua tipe anak tersebut
adalah tipe anak – anak yang normal mereka hanya memiliki pola perilaku yang berbeda. Bayangkan
sang anak tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam sebuah klub sepak bola atau tidak seorang ibu pendiam
yang berfikir anaknya” salah berprilaku “ hanya karena sang anak selalu berisik dan lasak. Ini adalah
beberapa contoh nyata dari jebakan dimana orangtua bisa saja tergoda untuk mengaplikasikan ekspektasi
dan standar perilaku mereka kepada sang anak tanpa mempertimbangkan watak kepribadian anak – anak sendiri
Pada kenyataan, tidak ada wilayah dalam psikologi anak yang lebih memperhatikan evaluasi orangtua
ketimbang masalah perilaku sang anak. Beragam penelitian telah mempelajari perilaku pada anak
diantaranya adalah ADD ( attention deficit disorder) dan hasilnya penelitian – penelitian tersebut menunjukkan bahwa sumber masalah hamper selalu adad pada salah satu antara reaksi orangtua terhadap
perilaku dan watak sang anak, atau keteladanan yang sengaja atau tidak sengaja telah mereka Tetapkan
bagi anak – anak mereka. Hal ini menegaskan bahwa jika anda memiliki seorang anak yang nakal, anda pertama kali harus memisahkan antara kebutuhan dan watak anak anda dengan kecemasan serta ekspektasi
masa kecil anda sendiri .cobalah untuk balajar melihat siapa sesungguhnya anak anda, dan saya berani
menjamin bahwa anda , dan saya berani menjamin bahwa anda akan mampu untuk mengatasi kenakalan
anak.
Kesimpulan para ahli kesehatan mental dalam menilai perilaku sebagai sebuah masala sebagian besar
terletak pada gangguan kronis dari perilaku tersebut. Sebagian besar anak –anak memiliki masalah perilaku berdasarkan pada temperamen mereka, anak – anak ini tidak serta merta akan tumbuh menjadi orang dewasa yang juga memiliki masalah psikologi. Akan tetapi, jika gangguan perilaku ini berlangsung lama
dan terus menerus ini disebut ADD atau gangguan kurang perhatian. Kita akan menyambut seorang anak
terserang gangguan kesopanan ketika ia secara terus menerus dan berulang – ulang melanggar aturan, menafikan nilai – nilai social yang tepat bagi usianya, sementara gangguan suka menentang dicirikan oleh kurangnya kerjasama, sikap yang bermusuhan, serta perlawanan terhadap pihak yang berwenang dan
sangat mukin akan menyertakan gejala – gejala tantrum, suka membantah, melanggar aturan, menolak permintaan orang lain serata mengganggu kenyamanan orang lain.
Anak –anak yang menderita gangguan suka menentang cenderung akan mengkambing – hitamkan orang lain atas mesalah dan kesalahan yang mereka lakukan. Kemarahan anak – anak ini bisa jadi akan meletus ketika ia berhadapan dengan beberapa masalah, semisal pola makan, pola tidur, latihan buang air, serta
berbagai hal atau keadaan – keadaan lain, yang aturan – aturannya coba ditetapkan oleh orangtua. Gangguan suka menantang ini merupakan hal yang normal terjadi pada anak – anak yang sedang menginjak sebuah tahap baru diawal masa – masa kanak – kanaknya dimana ia berusaha untuk mengembangkan sebuah kemandirian dan melepaskan diri dari ketergantungan sbuah kemandirian dan
menantang yang parah ini adalah anak – anak yang menderita gejala depresi akibat penolakan oleh teman – teman sebaya , anggota keluarga dan para guru.
Beberapa penelitian telah berusaha untuk menghubungkan kurangnya serotonin, norepinephrine, atau
dopamine serta ketidak – normalan otak dengan gangguan gangguan tersebut adalah pengaruh negative dari lingkungan. Anak – anak yang menunjukkan gangguan suka menantang dan gangguan kesopanan adalah tipe anak – anak yang sedang terbiasa dengan kekerasan serta masalah mental atau emosional dari orang tuanya. Gangguan – gangguan tersebut cenderung akan tumbuh menjadi orang dewasa yang psikotik dan kehilangan hubungan dengan dunia nyata. Bagi anak – anak yang mengalami kekerasaan yang parah, mereka cenderung akan mengindap gangguang paska stress traumatic atau post – traumatic stress disorder ( PTSD) , dalam usia yang relative muda, mereka sangat mungkin akan terjebak dalam ketergantungan
terhadap alcohol dan penyalah – gunaan obat – obatan terlarang ( narkotika ). Tidak mengherankan jika sebagian besar anak –anak tersebut juga akan mengalami gangguan belajar, gangguan kurangnya perhatian ( ADD) .
Katagori gangguan perilaku yang kronis yang bisa menimbulkan masalah dan membutuhkan bantuan
para ahli adalah sebagai berikut :
1. Agresif terhadap orang lain atau binatang ( menyiksa hewan peliharaan, hewan liar atau serangga,
memukul atau melukai anak lain dan sebagainya)
2. Mengrusak benda milik orang lain ( memicu kebakaran, memembanting gelas, melempar bola keluar
jendela,dan sebagainya)
3. Ketidak jujuran dan pencurian ( menyelinap kerumah orang lain, mencuri dari seorang korban
kekerasan dijalan menguntil sesuatu dari took, dan sebagainya)
4. Pelanggaran serius terhadap aturan – atyran yang sufah ditetapkan ( secara terus menerus melanggar peringatan orang tua, bolos sekolah, dan sebagainya )
L.Attention Deficit Disoder
Seiring pertumbuhannya, anak-anak akan mengembangkan kesabaran serta kemampuan untuk
memfokuskan perhatian pada sebuah topic atau aktivitas dalam durasi waktu yang semakin lama semakin
panjang. Sebagian anak-anak sudah mengembangkan kemampuan untuk duduk,mendengar,dan mengikuti
sebagian besar perintah yang mereka terima pada saat mereka menginjak usia pra-sekolah. Anak-anak
memiliki perbedaan yang luas dalam tingkat aktivitas mereka ( hal ini sudah bisa dikenali bahkan sejak
kelahirannya ) serta dalam kapasitas mereka untuk bersabar,dan kemampuan mereka dalan memfokuskan
perhatian, mengingat, dan menyesuaikan diri dengan tugas-tugas tertentu.
Pada sebagian anak-anak, kurangnya perhatian, prilaku hiperaktif,dan atau sikap implusif akan tetap
kedewasaannya. Anak-anak ini terkadang menderita gangguan kurangnya perhatian atau attention deficit disorder ( ADD, dikenal juga dengan attention deficit hyperactivity disorder, atau ADHD ), yaitu sebuah disgnosa yang demikian menarik perhatian besar dalam berbagai media, yang pada akhirnya membuat
sebagian besar orang tua khawatir dan bersikap ekstrim dengan menganggap anak-anak mereka sedang
mengalami gangguan ADD tersebut, padahal anak-anak mereka hanya sekedar menunjukkan prilaku aktif
dan ketidak-sabaran yang sesungguhnya normal. Orang tua justru beranggapan bahwa gangguan ADD itu
tidak ada. Mereka cenderung meyakini bahwa para dokter dan perusahaan farmasi secara rutin melakukan
kesalahan diagnose dengan menganggap hadirnya penyakit dan gangguan pada anak-anak yang sebenarnya
normal meskipun mereka terlihat menunjukkan sikap aktif.
Untuk meyakini sindrom ADD hal yang harus dilakukan oleh orang tua yaitu menghabiskan satu hari
saja dengan seorang anak pengidap gangguan ADD. Anak-anak gangguan ADD secara terus menerus akan
terlibat dalam masalah. Mereka memiliki kemampuan organisasi diri yang sangat lemah, rentang perhatian
yang pendek, mudah lupa dan atau suka menghilangkan benda-benda miliknya sendiri, terlihat kurang
cakap dalam mendengarkan atau mengikuti perintah,dan mudah terganggu bahkan oleh gangguan terkecil
sekalipun.
Sebuah estimasi yang bisa di percaya menunjukkan sebuah fakta bahwa hingga 7 persen dari semua
anak usia pra-sekolah menderita gangguan ADD ini. Dan tidak semua anak-anak penderita ADD akan
menunjukkan semua gejala-gejala ADD. Hampir separuh dari semua anak-anak pengidap gangguan ADD
mengalami gangguan belajar, semisal dyslexia ( ketidakmampuan membaca dengan baik ), dyscalculia ( ketidakmampuan mengerjakan matematika dengan baik ), dan dysgrafia ( ketidakmampuan menulis dengan
baik ). Para remaja dan orang-orang dewasa yang pada masa kanak-kanaknya mengidap gangguan ADD
tidak hanya akan kembali mengalami sisa-sisa masalah yang pernah mereka derita di masa kecil(
kurangnya perhatian, sikap implusif, prilaku hipraktif),Yang harus orang tua perhatikan dari tanda-tanda
keberadaan ADD yaitu:
a. Ketidakmampuan untuk memfokuskan atau mempertahankan perhatian.
b. Kekacauan kronis
c. Ketidakmampuan untuk mendengar
d. Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mengikuti tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental
yang panjang
e. Sikap mudah kehilangan perhatian atau terganggu
f. Kegelisahan yang terus menerus
g. Kebiasaan untuk terlalu banyak bicara
i. Kebiasaan untuk memberikan jawaban secara blak-blakan, tidak bersedia menunggu giliran, cenderung
untuk menginterupsi.
BAB 3
PEMBELAJARAN DAN SEKOLAH
A.Gangguan Belajar
Gangguan belajar atau learning disorder adalah gangguan yang jauh lebih umum terjadi ketimbang yang kita kira. Kendati frekuensi dan variasinya sangat mungkin akan membuat kita pusing, akan tetapi
tetap ada sebuah hikmah di balik variasi tesebut. Karena, semakin kita mengetahui keragaman gangguan
tersebut, maka akan semakin banyak hal yang bisa kita pelajari untuk mengatasinya, dan pada akhirnya,
akan seakin berkurang kecendrungan kita untuk menyalahkan anak-anak atas kekurangan yang dalam
sebagian besar kasus tidak mampu dikendalikan. Anak-anak yang dulunya selalu dianggap sebagai anak
yang bdoh atau pemalas hanya karena mereka tidak mampu membaca, menulis, mengerjakan soal-soal
matematika atau memproses informasi dalam standar-standar yang dianggap normal, saat ini seringkali
dianggap sebagai anak-anak yang memilki kesulitan dalam menaklukkan tantangan-tantangan pelajaran.
Dan, untungnya anak-anak tersebut bisa mendapatkan banyak manfaat dengan melakukan beberapa
langkah perawatan yang tepat terhadap kesulitan-kesulitan yang selama ini ia hadapi.
Sebuah proses pembelajaran bergantung pada kemampuan untuk mengatasi tiga buah proses
informasi yang berbeda: penerimaan, integrasi, dan penyampaian informasi. Penerimaan informasi
berhubungan dengan kemampuan seseorang anak dalam menerima informasi sebagai contoh, memahami
kata-kata yang tertulis di papan tulis atau menyerap instrksi dari guru menyangkut bagaimana cara
melakukan perkalian dan pembagian. Ketidak-mampuan dalam memahami kata-kata atau angka-angka atau
instruksi sangat mungkin muncul dari kegagalan sistem saraf pusat (semisal dyslexia) yang menghalangi persepsi visual dan kognitif sang anak. Integrasi informasi melibatkan kemampuan seorang anak dalam
mengingat proses informasi yang relevan yang sebelumnya sudah pernah ia pelajari. Seorang anak yang
mengalami gangguan belajar yang berhubungan dengan integrasi sangat mungkin tidak mampu mengingat
bahwa Anda sudah menambahkan sebuh kolom berisi tiga digit angka di sisi kanan, dan bukan di sisi kiri.
Proses penyampaian informasi berhubungan dengan ekpresi bahasa atau anggota tubuh yang tepat untuk
mengalami galami gangguan belajar yang berhubungan dengan prk menyampaikan pengetahuan yang
sudah diterima; seorang anak yang mengalami gangguan belajar yang berhubungan dengan proses
penyampaian informasi bisa jadi akan mengalami beberapa kesulitan untuk menulis dalam tulisan yang
Masalah-masalah dalam proses informasi ini terlihat jelas dalam beberapa masalah-masalah umu yang
dihadapi anak-anak disekolah: gangguan membaca, menulis dan mengerjakan matematika. Gangguan
ketrampilan motorik (disfungsi motorik yang bert dan ringan, semisal kekakuan lengan atau manipulasi jari
yang janggal) serta gangguan emosi sosial (dimana seorang anak bisa jadi tak mampu untuk bersimpati
terhadap atau memahami perasaan anak-anak lain) juga sangat mungkin lahir dari sebuah kekurangan
dalam satu bagian atau lebih, dari proses pembelajaran ini.
Keterlambatan atau kesulitan dalam mengembangkan ketrampilan-ketrampilan motorik,
masalah-masalah dalam berbicara, dan/atau kelemahan dalam kemampuan kognitif pada anak-anak kecil sangat
mungkin merupakan alamat penting dari keberadaan gangguan belajar. Mayoritas anak-anak yang
menderita gangguan belajar memilki setidaknya intelegensi yang rata-rata dan bahkan sangat mungkin
meraih nilai diatas rata-rata dalam tes potensi yang berfokus pada wilayah-wilayah yang tidak terpengaruh
oleh gangguan tertentu yang ia alami.
Karena diagnosa awal demikian penting, maka orangtua perlu untuk bersikap sensitif terhadap
tanda-tanda keberadaan gangguan belajar pada anak-naka mereka. Gejala-gejala utama gangguan ini adalah
ketidak-sesuaian antara prestasi akademik sanga anak dengan tingkat intelegensinya. Anak-anak juga
memiki gaya belajar yang berbeda serta kecerdasan yang beragan tehadap pola pelajaran tertentu, namun
semua hal tidak serta-merta merupakan indikasi dari gangguan belajar.
Hingga pada tingkatan-tingkatan tertentu gangguan ini ada dalam beberapa keluarga yang
seakan-akan mengesankan jika gangguan tersebut bersifat keturunan. Meskipun ada beberapa indikasi bahwa
“jaringan” otak pada anak-anak yang mengalami gangguan belajar sedikit berbeda, namun karena proses kimiawi otak demikian kompleks dan belum sepenuhnya dipahami, maka lagi-lagi kita belum mampu
untuk menyatakan sesuatu yang definif tentang gangguan tersebut.
YANG PERLU ANDA LAKUKAN
a. Jika anda menyadari keberadaan tanda-tanda yang tercantum diatas. Ada baiknya anda meminta
seorang ahli bersertifikat dalam bidang gangguan belajar untuk memberikan tes pada anak Anda segera
mungkin.
b. Cari tahu ketidak-sesuaian apa saja antara prestasi dan kecerdasan dalam dir anak Anda.
c. Jika Anda selalu menerima keluhan yang terus-menerus dari guru anak Anda tentang berbagai kesulitan
di sekolah, anggaplah kesulitan-kesulitan tersebut sebagai gangguan belajar dan bukan serta merta
masalah dalam disiplin atau ketekunan anak Anda.
d. Perlu Anda ingat bahwa ganggan belajar adalah masalah yang berdampak seumur hidup dan perawatan
e. Jika gangguan belajar sudah menjadi sebuah diagnosa, maka Anda harus melakukan kerjasama yang
erat dengan sistem sekolah anak Anda untuk memastikan bahwa anak Anda usdah berada di kelas yang
tepat dan menerima perhatian yang mencukupi.
B.Intelegensi
Ayah Brad memang bukanlah orang yang pertama kali menghubungi sayadalam keadaan panik akibat
nilai rendah dari tes IQ anaknya. Namun saya sedikit terkejut melihat tingkat urgensidalam kepanikan
tersebut, apakah anaknya benar-benar mampumeraih nilai tes IQ yang jauh dibawah niali yang normal?
Jika benar mungkin kekhawatiran tersebut sah-sah saja. Tampaknya ayah Brad beranggapan bahwa nilai tes
IQ dibawah 140 merupakan sebuah bencana intelektual. Sebagai salah satu mantan anggota Ivy League
(perhimpunan atletik mahasiswa dari delapan buah universitas dibagian timur laut Amerika Serikat) dan
seorang profesor, ayah brad percaya bahwa nilai yang ditunjukkan dalam sebuah tes kecerdasan pertanda
status sosial dan prediksi kesuksesan masa depan seseorang.
Bagaimanapun juga, nilai yang ditunjukkan dalam sebuah tes kecerdasan hanyalah suatu bagian dari
keseluruhan intelegensi seseorang. Bahkan pada kenyataannya intelegensi adalah sebuah istilah yang
sangat luas dimana terdapat beragam skill, keterampilan, bakat, serta kapasitas yang lainnya, sehingga tidak
semuanya bisa dideteksi dengan menggunakan tes-tes kecerdasan yang sudah distandarkan. Dan beragam
skill, keterampilan, bakat, serta kapasitas tersebut cenderung akan berkembang pada tingkat kecepatan
yang terduga dan melalui beberapa bagian tahap perkembangan. Hal ini termasuk penggunaan ingatan,
kemampuan untuk menerima beragam hal yang ada dalam suatu lingkungan sekitar, kemampuan melihat
pola interaksi dan menyimpan informasi serta memberikan respon secara tepat terhadap stimulus yang
diterima, sehingga dapat menyimpulkan dalam melakukan generalisasi dalam berbagai hal.
Langkah besar dalam pembetukan intelegensi dilakukan anak-anak pada tahun pertama hidupnya saat
seorang anak mulai menjalain sebuah ikatan dengan pengasuhnya dan ketika ia melakukan eksperimen
dalam melihat perbedaan pengaruh yang dihasilkan oleh tindakannya terhadap objek disekitanya. Sekitar
pada tahun kedua, pemikiran simbolik mulai berkembang pada diri anak dan demikian pula dalam
kemampuan untuk menyelesaikan beragam masalah dalam permainan imajinatifnya. Perkembangan bahasa
juga mulai berjalan dengan cepat menuju sebuah pemahaman dan ekspresi yang utuh, yaitu saat dimualinya
masa sekolah. Pada kenyataannya perkembangan bahasa benar-benar berhubungan dengan tingkat
intelegensi, intelegesi benar-benar akan terus berkembang pada masa-masa pra-sekolah dan masa sekolah,
termasuk dari segi aspek seoarang anak mampu memfungsikan diri dalam kerasnya dunia luar dengan
segudang keingin-tahuan, pemahaman, dan pengetahuan ang normal.
Asal mula Intelegensi adalah topik perdebatan yang selalu hangat. Seberapa besar faktor genetik dan
seberapa besar faktor peran lingkungan terhadap intelegensi tersebut sangat mungkin tetap tidak akan