• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Pra Sekolah (3-5 Tahun) Di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Pra Sekolah (3-5 Tahun) Di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Nama Peneliti : Nofriyati

Judul penelitian : Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) Di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat Saya adalah mahasiswa S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak pra sekolah (3-5tahun). Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu-ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu-ibu mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu-ibu.

Partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga ibu-ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi apapun. Identitas pribadi ibu-ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini.

Medan,

Peneliti Responden

Nofriyati _____________________

(2)

INSTRUMEN PENELITIAN

Pola Asuh dan Perkembangan Anak Usia Sekolah(3-5 Tahun) Di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten

Tanah DatarSumatera Barat

Instrumen terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1. Kuesioner yang berkaitan dengan data demografi responden / subjek. 2. Kuesioner pola asuh orang tua yang terdiri dari 15 pernyataan.

Kuesioner perkembangan anak yang terdiri dari 22pernyataan. 1. KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian :

1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban

2. Beri tanda centang ( √ ) pada kotak yang disediakan

3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan 1 jawaban yang sesuai menurut responden.

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti. No. Responden :

1. Usia : ……… tahun

2. Pendidikan orang tua :

( ) Tidak sekolah ( ) SMP ( ) Diploma

( ) SD ( ) SMA

3. Apakah pekerjaan orang tua :

(3)

( ) Pegawai Negeri ( ) Wiraswasta ( ) Pegawai Swasta ( ) Lain-lainnya ( ) TNI/Polri

2. KUESIONER POLA ASUH ORANG TUA DI KELOMPOK

BERMAIN.

Pada halaman-halaman berikut terdapat sejumlah pernyataan yang menyangkut cara-cara yang mungkin digunakan orang tua anda sehari-hari dalam usaha mendidik dan menanamkan displin. Untuk setiap pernyataan berikanlah tanda (√) di tempat yang menggambarkan keberlakuan pernyataan tersebut dalam kehidupan anda sehari-hari.

Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan cobalah hayati keberlakuan pada diri anda, kemudian berikan penilaian dengan cara memberi tanda (√ ) pada kolom yang menurut anda paling sesuai dengan apa yang anda alami selama ini. Jika telah selesai, periksa kembali pekerjaan anda jangan sampai ada yang terlewat. Selamat bekerja!

(4)

KUESIONER POLA ASUH ORANG TUA

Petunjuk pengisian :

Isi pertanyaan dibawah ini dengan tanda cek (√) pada kolom yang sudah tersedia SL : Selalu 1. Saya mengatur segala kegiatan anak saya

2. Saya memberikan perintah apapun yang saya inginkan kepada anak saya

3. Saya membuat peraturan yang tidak boleh dibantah oleh anak saya

4. Saya mengawasi setiap hal yang anak saya lakukan

5. Saya akan menghukum anak saya, apabila tidak mematuhi peraturan yang saya berikan

6. Saya memberikan alasan kepada anak saya, apabila saya melarangnya bermain 7. Saya mendukung setiap aktivitas positif

yang dilakukan anak saya seperti menggambar, mewarnai

8. Apabila anak saya mengungkapkan pendapat yang berbeda dengan saya, saya akan menghargainya

9. Saya memperhatikan setiap

perkembangan anak saya, baik di sekolah maupun di luar sekolah

10. Saya akan mendengarkan alasan anak saya ketika melakukan kesalahan.

11. Saya selalu menuruti segala keiginan anak saya

(5)

12. Saya sangat memanjakan anak saya. 13 Saya tidak mewajibkan disiplin dalam

segala kegiatan anak saya.

14 Saya tidak pernah menghukum anak saya walaupun dia salah

15. Saya membiarkan anak saya bermain seharian tanpa menegurnya

(6)

LEMBAR KUESIONER

PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH

Petunjuk pengisian :

Isi pertanyaan dibawah ini dengan tanda cek (√) pada kolom yang sudah tersedia kuesioner praskrining untuk anak umur 36 bulan

NO PEMERIKSAAN YA TIDAK

1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tampa bantuan atau petunjuk?

Motorik halus 2. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu

persatu di atas kubus yang lain tampa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2,5-5 cm

Motorik halus

3. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat bicara seperti “minta minum”, “mau tidur”?

Bahasa dan bicara

4. Apakah anak dapat menyebut 2 nama binatang tampa bantuan?

Bahasa dan bicara

5. Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut atau dada anda dari jarak 1,5 meter

Motorik kasar 6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi

isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:

“letakkan kertas ini di lantai” “letakkan kertas ini di kursi” “berikan kertas ini ke ibu”

Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?

Bahasa dan bicara

7. Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurang-kurangnya 2,5 cm.

Suruh anak menggambar garis lain Jawad Ya bila dia menggambar lurus

Jawad Tidak bila dia menggambar kelok-kelok

Motorik halus

8 Letakkan selembar kertas seukuran buku dilantai. Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tampa di dahului lari?

Motorik kasar

9. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Personal social 10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh

sedikitnya 3 meter?

Motorik kasar

(7)

Kuesioner praskrining untuk anak umur 42 bulan

No. PEMERIKSAAN YA TIDAK

1. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri Personal sosial 2. Dapatkah anak mengayuh sepedaroda tiga sejauh

sedikitnya 3 meter?

Motorik kasar 3. Setelah makan, apakah anak mencuci dan

mengeringkan tanganya dengan baik sehingga anda tidak perlu menggulanginya?

Personal sosial

4. Suruh anak berdiri satu kaki tampa berpengangan jika perlu tunjukkan caranya danberi anak kesempatan melakukannya 3 kali dapatkah dia menjaga keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih

Motorik halus

5. Letakkan selembar kertas seukuran buku dilantai. Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tampa di dahului lari?

Motorik kasar

6. Jangan membantu anak dan jangan menyebutkan lingkaran suruh anak menggambarnya.

Jawab Ya bila dia menggambarnya ujung ke ujung bertemu

Jawab Tidak bila dia menggambar ujungnya tidak bertemu

Motorik halus

7. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tampa menjatuhkan kubus tersebut?

Kubus yang di gunakan ukuran 2,5-5 cm

Motorik halus

8. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular nagaatau permainan lain dimana dia ikut aturan main?

Personal sosial

9. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tampa di bantu (tidak termasuk memasang kancing, gasper atau ikat pinggang)

Personal sosial

(8)

kuesioner praskrening untuk umur anak 48 bulan

NO PEMERIKSAAN YA TIDAK

1 Dapatkah anak mengayuh sepedaroda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?

Motorik kasar 2. Setelah makan, apakah anak mencuci dan

mengeringkan tanganya dengan baik sehingga anda tidak perlu menggulanginya?

Personal sosial

3. Suruh anak berdiri satu kaki tampa berpengangan jika perlu tunjukkan caranya danberi anak kesempatan melakukannya 3 kali dapatkah dia menjaga keseimbangandalam waktu 6 detik atau lebih

Motorik kasar

4. Letakkan selembar kertas seukuran buku dilantai. Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tampa di dahului lari?

Motorik kasar

5. Jangan membantu anak dan jangan menyebutkan lingkaran suruh anak menggambarnya.

Jawab Ya bila dia menggambarnya ujung ke ujung bertemu

Jawab Tidak bila dia menggambar ujungnya tidak bertemu

Motorik halus

6. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tampa menjatuhkan kubus tersebut?

Kubus yang di gunakan ukuran 2,5-5 cm

Motorik halus

7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular nagaatau permainan lain dimana dia ikut aturan main?

Personal sosial

8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tampa di bantu (tidak termasuk memasang kancing, gasper atau ikat pinggang)

Personal sosial

9. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tampa dibantu? Jawad Tidak jika ia hanya menyabutkan sebagian namanya atau ucapannya sulit di mengerti.

Bahasa dan bicara

(9)

Kuesioner pra skrining untuk anak umur 54 bulan. 1 Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus

satu persatu di atas yang lain tampa menjatuhkan kubus tersebut?

Kubus yang di gunakan ukuran 2,5-5 cm

Motorik halus

2 Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular nagaatau permainan lain dimana dia ikut aturan main?

Personal sosial 3 Dapatkah anak mengenakan celana panjang,

kemeja, baju atau kaos kaki tampa di bantu (tidak termasuk memasang kancing, gasper atau ikat pinggang)

Personal sosial

4 Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tampa dibantu? Jawad Tidak jika ia hanya menyabutkan sebagian namanya atau ucapannya sulit di mengerti.

Bahasa dan bicara

5 Isi titik-titik dengan jawaban anak jangan membatu kecuali mengulangi pertanyaan “apakah yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”

“apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?” “apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?” jawab YA jika anak menjawab 3 pertanyaan tadi benar bukan dengan gerakan atau isyarat

Jika kedinginan jawaban yang benar adalah menggigil. “pakai mantel atau masuk ke dalam rumah”

Jika lapar jawaban yang benar adalah makan”

Jika lelah jawaban yang benar adalah “ mengantuk, tidur, berbaring, atau tidur-tiduran, istirahat atau diam sejenak

Bahasa dan bicara

6 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?

Personal sosial 7 Suruh anak berdiri satu kaki tampa

berpengangan jika perlu tunjukkan caranya danberi anak kesempatan melakukannya 3 kali dapatkah dia menjaga keseimbangandalam waktu 6 detik atau lebih

Motorik kasar

8 Jangan mengoreksi atau membantu anak. jangan menyebut kata lebih panjang

Pertanyaan sebutkan garis mana yang lebih panjang jika anak menunjuk lebih dari 3 kalidan benar

Motorik halus

9 Jangan membantu anak dan jangan Motorik

(10)

memberitahu suruh anak menggambar garis silang. Beri tiga kali kesempatan.

Jawad Ya jika menggambar garis silangnya tidak putus-putus.

Jawad Tidak jika menggambar garis silangnya putus-putus.

halus

10 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini: “letakkan kertas ini di atas lantai” “letakkan kertas ini di bawah kursi” “berikan kertas ini di depan kamu “letakkan kertas ini di belakang kamu”

Jawad Ya hanya jika anak mengerti “di atas”, di bawah”, di depan” dan di belakang”

Bahasa dan bicara

Kuesioner pra skrining anak umur 60 bulan.

1 Isi titik-titik dengan jawaban anak jangan membatu kecuali mengulangi pertanyaan

“apakah yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”

“apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?” “apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?” jawab YA jika anak menjawab 3 pertanyaan tadi benar bukan dengan gerakan atau isyarat

Jika kedinginan jawaban yang benar adalah menggigil. “pakai mantel atau masuk ke dalam rumah”

Jika lapar jawaban yang benar adalah makan” Jika lelah jawaban yang benar adalah “ mengantuk, tidur, berbaring, atau tidur-tiduran, istirahat atau diam sejenak

Bahasa dan bicara

2 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?

Personal sosial 3 Suruh anak berdiri satu kaki tampa

berpengangan jika perlu tunjukkan caranya danberi anak kesempatan melakukannya 3 kali dapatkah dia menjaga keseimbangan dalam waktu 4 detik atau lebih

Motorik kasar

4 Jangan mengoreksi atau membantu anak. jangan menyebut kata lebih panjang

Pertanyaan sebutkan garis mana yang lebih panjang jika anak menunjuk lebih dari 3 kali dan benar

Motorik halus

5 Jangan membantu anak dan jangan memberitahu Motorik

(11)

suruh anak menggambar garis silang. Beri tiga kali kesempatan.

Jawad Ya jika menggambar garis silangnya tidak putus-putus.

Jawad Tidak jika menggambar garis silangnya putus-putus.

halus

6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:

“letakkan kertas ini di atas lantai” “letakkan kertas ini di bawah kursi” “berikan kertas ini di depan kamu “letakkan kertas ini di belakang kamu” Jawad Ya hanya jika anak mengerti “di atas”, di bawah”, di depan” dan di belakang”

Bahasa dan bicara

7 Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada anda)pada saat anda meninggalkannya?

Personal social 8 Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan

katakana pada anak

“Tunjukkan segi empat merah” “Tunjukkan segi empat kuning” “Tunjukkan segi empat hijau”

Dapatkah anak anak menunjukkan warna itu?

Bahasa dan bicara

9 Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompat dengan dua kaki tidak ikut di nilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

Motorik kasar

10 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tampa bantuan?

Personal social

(12)

\

(13)

UJI RELIABILITAS UNTUK 30 ORANG

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(14)

Wiraswasta 10 23.8 23.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

"Usia Anak"

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 Tahun 10 23,8 23,8 23,8

3,5 tahun 5 11,9 11,9 35,7

4 tahun 8 19,0 19,0 54,7

4,5 Tahun 6 14.9 14.9 69,6

5 Tahun 13 32,3 32,3 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pola Asuh Orangtua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Demokratis 34 81.0 81.0 81.0

Otoriter 4 9.5 9.5 90.5

Permisif. 4 9.5 9.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

(15)
(16)
(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nofriyati

Tempat, Tanggal Lahir : Salimpaung, 12 Februari 1977 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : jl Hamka no 143 jorong Parak Juar Kec Lima kaum No.Telepon/ Hp :081261042890

Orangtua (Ayah) :Burhan Orangtua (ibu) : Chailis Riwayat Pendidikan

• 1984-1990 : SD no Salimpaung

• 1991-1994 : MTs. NegeriLawang Mandahiling

• 1994-1996 : SMA Negeri 1 Sungai Tarab

• 2007-2000 : D-III Keperawatan Akper PBH Batusangkar

• 2014-2016 : Program Sarjana Ilmu Keperawatan USU

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, (2005). Psikollgi Perkembangan. Edisi revisi.PT.Thineka Cipta Jakarta. Aisyah, (2010).Pengaruh pola asuh orang tua terhadap Tingkat agresivitas

anak.Jurnal MEDTEK,Volume 2, Nomor 1, April,2010

Alfanti (2012) Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosi Anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24 Malang

Aziz, (2005).Pengantar ilmu keperawatan anak 1.,. Jakarta: Salemba Medika

Anwar, M. (2000).Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas Tumbang Anak.Yogyakarta: pustaka pelejar

Azwar, S. (2007).Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2010).Penyuusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Desmita (2005) Psikologi Perkembangan: Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Dewi, (2012).Hakikat Anak Usia Dini. : Salemba Medika

Edward, D. C. (2006).Ketika Anak Sulit Diatur : Panduan Orang Tua Untuk Mengubah Masalah Perilaku Anak.Bandung : PT. Mizan Utama

Ema & Mukhtar,W.(2000). Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Ayyrrouz, Yogyakarta.

Fatimah (2012) Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak

di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang

Fitria, (2013).Resume Perkembangan Psikologi Pada Masa Prasekolah. Jakarta: Salemba Medika.

.

Gunarsa, S. (2000).Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.BPK Jakarta: Gunung Mulia

Harianti,(2003).Pendidikan Prasekolah. Siapa, Mengapa, dan BagaimanaPusat Kurikulum Balitbangdiknas (Makalah ini disampaikan dalam soft opening Taman Bocah Pre SchooYogyakarta, 11 Oktober

Haryanto, (2011).Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama.

(23)

Izzaty, R. E,(2005), permasalahan Anak Usia Taman Kanak-kanak).Jakarta: Depdiknas

Masnipal, (2013).Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesiona,(Jakarta: Elex Media Komputindo,

Mansur, (2005).Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Mubarak, WI dan Chayatin, N. (2007).Buku Ajar Keperawatan Dasar Manusia,Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC Buku Kedokteran

Nursalam, dkk.(2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan), Edisi 1. Jakarta: Salemba

Papalia,(2009). Human Development. Perkembangan Manusia, Penerbut

Salemba Humanika. Jakarta.

Rahman,(2009).Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini, Lentera Pendidikan, Vol. 12 no. 1 Juni 2009: 46-57

Samino, (2013).Kompleksitas Dunia Anak Usia Dini Dalam Pendidikan

Kompleksitas Dunia Anak Usia Dini,Dalam Pendidikan ProgramPascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Suryani, (2010)Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Perkembangan Sosial

Anak Usia 1 - 3 Tahun Di Desa Buntalan Iclaer.MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science)

Suyanto,S. (2005). Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Sugiyono,(2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D, Bandung. Alfabeta.

Sugiyono, (2012).Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Alfabeta.

Supartini, (2004).Buku Ajar, Konsep dasar Keperawatan Anak.PenerbitEGC.Jakarta

Suparyanto, (2010).Konsep Pola Asuh Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Ulumuddin, (2014).Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 3-5 Tahun,Di Paud Aisyiyah Nur’aini Ngampilan YogyakartaFakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

(24)

Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun (2003).Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Yanti,( 2011).Hubungan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorikhalus Anak Prasekolah Usia (3-5 Tahun), Di Paud Almubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji Tahun 2011

Yullyana, R. (2013).Hubungan Antara Presepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecergasan Interpersonal Remaja, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

Yuniarti, (2010).Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Usia 4-6 Tahun, Yogyakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam (2013).Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :Pendekatan Praktis. Jakarta : Salemba Medika.

(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1.Kerangka Konsep

Kerangka konsep menurut Notoatmojo (2010), kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur.

Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagian kerangka konsep sebagai berikut:

Anak Usia Pra Sekolah

Gambar 3.1.: Kerangka Konsep Penelitian

Perkembangan Anak - Sesuai dengan tingkat

perkembangan (S) - Meragukan (M)

- Kemungkinan ada

peyimpangan (P) Pola Asuh Orangtua - Pola Asuh Demokratis - Pola asuh Otoriter - Pola asuh Permisif

(26)

3.2Definisi Operasional

Berdasarkan perumusan masalah, kerangka berpikir dan hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

(27)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Dengan demikian metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaranpola asuh orangtua dan perkembangan anak usia pra sekolah (3-5 tahun) di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

4.2.Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya.Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi dibatasi sebagai sejumlah kelompok atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia pra sekolah diKelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat dan anak usia pra sekolah. Dengan demikian jumlah Populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 42 orang.

(28)

4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian objek dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling.Dengan demikian jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 42 orang.

4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1. Lokasi Penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan diKelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 4.4.Pertimbangan etik

Penelitian inidi lakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Universitas Sumatra Utara dan Kepala yayasan Kelompok Bermain MelatiSuka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. selanjutnya, peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. jika responden bersedia, maka telebih dahulu hurus menanda tangani lembar persetujuan (infomed consent). Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan persetujuan, secara verbal (lisan). Responden berhak menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencatumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden.

(29)

lembar tersebut hanya diberi nomor dan kode tertentu. kerahasian informasi yang diberikan oleh responden dijamin.

4.5.Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas Reliabilitas

Data responden diperoleh dengan menggunakan alat penggumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu: kuesioner data demografi, kuesioner pola asuh orang tua, dan kuesioner perkembangan anak pra sekolah.

1. Data demografi

Data demografi responden meliputi:usia,pendidikan orang tua pekerjaan orang tua, dan usia anak.

2. Kuesioner Pola Asuh Orang tua

Kuesioner ini bertujuan untuk melihat gambaran pola asuh yang digunakan orang tua.Kuesioner ini diadopsi dari penelitian sebelumnya, Refi Yulita (2014) dalam penelitiannya tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak.Kuesioner disusun dalam bentuk tertutup dengan menggunakan skala Likert yaitu jawaban responden telah termuat dalamlimaoptionyang di gunakan adalah selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Penilaian pola asuh orang tua untuk jawaban :.

1) SL= Selalu diberi nilai 5 2) SR=Sering diberi nilai 4

3) KK=Kdang-kadang diberi nilai 3 4) JR=Jarang diberi nilai 2

5) TP=Tidak pernah diberi nilai1

(30)

3. Kuesioner Perkembangan.

Berdasarkan rumus statistik tersebut, maka didapat panjang kelas untuk perkembangananak pra sekolah adalah :

� =Range i

� =0−48

2

�= 24

Berdasarkan panjang kelas yang didapat maka nilai tugas perkembangan anak pra sekolah adalah:

a. Sesuai dengan tahap perkembangan (S) jika skor jawaban YA= 9-10 b. Meragukan(M) jika skor jawaban YA= 7-8

c. Kemungkinan ada Penyimpangan (P) jika skor jawaban YA ≤ 6.

4.6.Uji Validitas dan Reabilitas a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2013). Uji validitas instrumentbertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2010).Kuesioner perkembangan tidak di uji validitaskarena kuesioner sudah baku.Sedangkan kuesionerpola asuh orang tua di validasi dengan menggunakan validitas isi (content validity index)yang di lakukan oleh dosen ahli dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti telah berkonsultasi dengan salah satu staf RS Sumatera Utara yang ahli di bidang Keperawatan anak. Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal

(31)

penelitian kepada penguji validitas. Ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua pernyataan yang hendak divalidasi. Kemudian mengoreksi semua pernyataan yang telah dibuat. Setelah dikoreksi pernyataan yang tidak valid yaitu nomor1,4,6,8,10,11,14,15 langsungdiganti peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas.Pernyataan yang tidak valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas (Sukardi, 2009 dalam Dewi, 2012).

Menurut pendapatSudaryanto (2003) dalam penentuan validitas ada 3 hal pentingyang harus dipenuhi yaitu kriteria pengukuran harus relevan, isipengukuran harus relevan, dan cara pengukuran harus relevan.Item Instrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan (Notoatmodjo, 2010). Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut.Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran tidak dapatdipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel.Data tersebut diolah dengan menggunakan program komputerisasi, yaitu Cronbach Alfa.Alasan digunakannya Cronbach Alfa sebab dapat digunakan untuk menguji

reliabilitas instrumen skala likert untuk kuesioner pola asuh orang tua. Menurut Djemari (2003, dalam Riwidikdo, 2008) kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alfha minimal 0,7.

(32)

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 anak usia pra sekolah (3-5tahun) di Paud Padang Jaya Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.Hasil uji reliabilitas instrument menghasilkan nilai “r” sebesar 0,786.

4.7.Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Mengajukan permohonan izin melakukan survey awal untuk melihat karakteristik anak (populasi) yang akan dijadikan sampel penelitian.

2. Melakukan perhitungan untuk menentukan jumlah anak yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan metode Metode total Sampling, dimana sampel diambil secara keseluruhan populasi.

3. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara).

4. Mengirimkan permohonan izin pengambilan data yang diperoleh dari fakultas ke tempat penelitian(Kelompok Bermain Melati Suka Ramai kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat).

5. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah datar Sumatera Barat, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

6. Menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, mamfaat, dan proses pengisian kuesioner.

7. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan).

(33)

8. Peneliti melakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner terhadap responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami.Selanjutnya, data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa. 4.8. Analisa data

Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban dan tulisan.

2. Coding

Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden penelitian.Penilaian pola asuh orang tua untuk jawaban “Selalu” diberi kode5, “Sering” di beri kode 4, “kadang-kadang” di beri kode 3, “Jarang” di beri kode 2, dan ”Tidak pernah” di beri kode 1.Sedangkanpenilaian perkembangan anak pra sekolah di lakukan secara manual.

3. Processing

Processing yaitu memasukkan data ke dalam komputer untuk diproses. 4. Cleaning

(34)

Cleaning yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data yang

telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan ketika memasukkan data.

5. Komputerisasi

Komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputer 4.8.2. Teknik Analisa Data

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan gambaran pola asuh orang tua dan perkembangananak pra sekolah. Proses pengolahan data dilakukan dengan :

1. Analisa Univariat

Statistika univariat digunakan untuk menyajikan data – data demografi meliputi usia ibu, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan usia anak,data pola asuh orang tua dan data perkembangan anak pra sekolah. Hasil dari data demografi,data pola asuh, dan data perkembangan anak pra sekolah akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentasenya.

(35)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan data hasil penelitian mengenai Pola Asuh Orang Tua Dan Perkembangan Anak usiamPra Sekolah (3-5 Tahun) di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai kabupaten Tanah Datar.Responden dalam dalam penelitian ini adalah orang tua yang yang mempunyai anak di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai kabupaten Tanah Datar berjumlah 42 orang.Analisis hasil penelitian ini berupa univariat untuk melihat distribusi data demografi responden (karakteristik responden), pola asuh orang tua danperkembangan anak pra sekolah.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (ibu) berusia 21-30 tahun 26 orang (61,9%), anak usia 5 tahun sebanyak 13 orang (32,3%),berpendidikan SMA sebanyak 27 orang (64,3%),memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 19 orang (45,2%)

(36)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik

5.1.2 Tipe Pola Asuh Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pola asuh Demokratis yaitu sebanyak 34responden (81,0%). Sedangkan orang tua responden yang menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 4 responden (9,5%) dan pola asuh permisif sebanyak 4 responden (9,5%) (lihat tabel 5.2).

(37)

Tabel.5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden tentang Pola Asuh Orang Tua di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar

Pola Asuh f %

Pola asuh Demokratis 34 81,0

Pola asuh Oteriter 4 9,5

Pola asuh Permisif 4 9,5

5.1.3 Perkembangan Anak Pra Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dari 42 responden yaitu sebanyak 37 responden (88,0%) perkembangan anak sesuai dengan perkembangan. Sedangkan sebanyak 5 responden (11,97%) perkembangan anak meragukan dan tidak ada perkembangan anak yang menyimpang (lihat tabel 5.3).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase perkembangan anak pra sekolah

Perkembangan anak F Persentase (%)

Sesuai dengan perkembangan (S) 37 88,0

Meragukan (M) 5 11,9

Kemungkinan ada penyimpangan (P) 0 0

(38)

5.3.Pembahasan

5.3.1. Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkansebagian besar orang tua menggunakan pola asuh Demokratis yaitu 34 orang (81.0%) Orang tua dengan pola

asuh Demokratisbaik untuk diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anak,

karena orang tua bertindak secara realistis dan selalu memberikan tanggungjawab pada anak secara penuh sehingga anak bisa tumbuh secara kreatif dan cerdas.Pola asuh yang diterapkan orangtua memiliki peranan yang penting dalam mendidik,

membimbing, mendisiplinkan danmelindungi anak untuk mencapai kedewasaan

sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dan akan menjadikan anak

menjadi lebih, sopan dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh.Alfanti, (2012) di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24

Malang pola asuh orang tua menggunakan pola asuh Demokratif yaitu (93,4%).Dan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Ulumudin, (2014) di Paud Aisyiyah Nuraini Ngapalin Muhamadiyah Yogyakarta pola asuh orang tua mayoritas adalah pola asuh pemisif yaitu (95,5%). Hal serupa diungkap oleh (Hurlock, 1999) peranan orang tua atau keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Peranan orang tua terkait dengan cara pengasuhan memberi kesempatan belajar untuk mampu mandiri, memperoleh rasa aman, kesempatan berkembang sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Umur Ibu terdiri dari 26 ibu (61.9%) adalah 21-30 tahun. Kemudian 16 orang ibu (38.1%) memiliki umur 31-40 tahun.

(39)

Menurut Hurlock (dalam Suryani, 2010) bahwa usia 20-40 tahun merupakan usiadewasa awal atau masa reproduksi dimana peran pada masa ini antara lainperan sebagai pasangan hidup dan sebagai orang tua yang selalumempersembahkan waktu untuk mendidik dan merawat anak. Selain haltersebut peran orang tua pada usia ini adalah menstimuli tumbuh kembanganak dan memfokuskan dalam pola pengasuhan terhadap anak. Dari jabaran tersebutjelas bahwa usia orang tua mempengaruhi pola pengasuhan pada anak initerbukti dari hasil prosentase umur orang tua dengan nilai tertinggi pada usia 21-30 tahun sebesar 69%. Usia orang tua mempengaruhi peranan dalammenentukan pola asuh, setiap tahap perkembangan mempunyai peran masing-masing, semakin tua usia orang tua maka berbeda pula peran dari usiasebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Pendidikanterdiri dari 27 ibu (64.3%) adalah SMA. Kemudian 10 orang ibu (23.8%) memiliki pendidikan SMP dan 5 orang (11.9%) memiliki pendidikan SD. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas pendidikan ibu adalah SMA.

Pendidikan orang tuamerupakan salah satu faktor yang penting dalam pola

asuhperkembangan anak karena dengan pendidikan orang tua yang baik

makaorang tua dapat menerima segala informasi dari luar. Terutama tentang

carapengasuhan anak yang baik, bagaimana cara menjaga kesehatan,mendidik,

dan mengasuh anak.Hasil yang sama ditunjukkan dalam penelitian (Suryani,

2010) bahwaterdapat keterkaitan antara pendidikan ibu dalam menentukan polapengasuhan. Dalam pelaksanaan penelitian terlihatjelasperbedaan antara

orangtua berpendidikan tinggi dengan orang tua berpendidikan rendah.Orang

(40)

tuayang berpendidikan tinggi merekahanya memerlukan sedikit penjelasan

danbisa menjawab kuesioner sendiri dengan cepat tanpa banyak bertanya.Orang

tua yang berpendidikan rendah dalam penelitianmembutuhkan penjelasan secara

perlahan-lahan dan jelas, dalam mengisikuesioner juga membutuhkan waktu yang

lama. Tentu tingkat pendidikanorang tua ini akan berpengaruh langsung dalam

penerapan pola asuhkepada anak-anak mereka.

Pada penelitian ini orangtua yang mempunyai pola asuh otoriter sebanyak 4

orang (9,5%). Pola asuh otoriter adalah pola yang membatasi dan menghukum,

dimana orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka. Orangtua yang

berpola asuh otoriter menekankan adanya kepatuhan seorang anak terhadap peraturan

yang mereka buat tanpa banyak basa-basi, tanpa penjelasan kepada anaknya

mengenai sebab dan tujuan diberlakukannya peraturan tersebut, cenderung

menghukum anaknya yang melanggar peraturan atau menyalahi norma yang berlaku

Pola asuh seperti ini bisa disebabkan oleh pengaruh dari usiaorang tua yang

mengasuh anaknya. Menurut Hurlock (2010) pasangan dengan usia yang lebih tua

cenderung lebih keras dan bersikap otoriter dalam memberikan pengasuhan kepada

anak-anaknya. Orang tua lebih dominan dalam mengambil keputusan, karena

orangtua merasa sangat berpengalaman dalam memberikan pengasuhan dan

pendidikan kepada anak mereka.

Hasil penelitian menunjukkanpola asuh permisif yaitu sebanyak 4 orang (9,5%).

Orangtua dengan pola asuh permisif cenderung selalu menuruti keinginan anaknya.

Sikap ini mungkin disebabkan karena orangtua terlalu sayang terhadap anak, proteksi

yang berlebihan dan terlalu memanjakan anak sehingga apapun yang dilakukan anak

akan diterima oleh orangtua.

(41)

5.3.2. Perkembangan anak pra sekolah

Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 42 responden yaitu sebanyak 37 responden (88,0%) perkembangan sesuai dengan perkembangan anak. Sedangkan sebanyak 5 responden (11,9%) perkembangan anak meragukan, dan tidak ada terdapat perkembangan anak yang meyimpang. Data tersebut menggambarkan bahwa mayoritas Anakdi Kelompok Bermain Melati Suka Ramaiperkembangan anak pra sekolah sesuai dengan perkembangan anak .Setiap individu berbeda dalam proses tumbuh kembangnya karena dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu : pengaruh budaya lingkungan, status sosial dan ekonomi

keluarga, nutrisi, olahraga, latihan fisik, posisi anak dalam keluarga dapat

mempengaruhi sikap orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak di lingkungan

keluarga.

Menurut Hurlock (dalam Suryani, 2010) bahwa usia 20-40 tahun merupakan usiadewasa awal atau masa reproduksi dimana peran pada masa ini antara lainperan sebagai pasangan hidup dan sebagai orang tua yang selalumempersembahkan waktu untuk mendidik dan merawat anak. Selain haltersebut peran orang tua pada usia ini adalah menstimuli tumbuh kembanganak dan memfokuskan dalam pola pengasuhan dan perkembangan anak. Dari jabaran tersebutjelas bahwa usia orang tua mempengaruhi pola pengasuhan pada anak initerbukti dari hasil prosentase umur orang tua dengan nilai tertinggi pada usia 21-30 tahun sebesar 69%. Usia orang tua mempengaruhi peranan dalammenentukan setiap tahap perkembangan anak dan mempunyai peran masing-masing, semakin tua usia orang tua maka berbeda pula peran dari usiasebelumnya.

(42)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Pekerjaan Ibu terdiri dari 19 ibu (45.2%) adalah ibu rumah tangga. Kemudian 10 orang ibu (23.8%) memiliki pendidikan wiraswasta, 8 orang (19.0 %) memiliki pekerjaan Swasta dan 5 orang (11,9%) adalah PNS. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas pekerjaan Ibu adalah IRT (Ibu Rumah Tangga).

Pekerjaan orang tua mempengaruhi terhadap perkembangan anak, ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga akan lebih mengontrol perkembangan anak ketimbang orang tua yang bekerja di luar rumah. Peneliti berasumsi bahwa ibu rumah tangga lebih baik dalam mengontrol perkembangan anak di bandingkan orang tua yang bekerja di luar rumah karana merupakan modal dasar mencapai hasil pertumbuhan dan perkembangan anak. Ekonomi dan status sosial sudah mapan maka orang tua cenderung lebihmemperhatikan perkembangan anaknya.Orang tua lebih berfokus padapengembangan kreativitas anak dibanding masalah ekonomi keluarga.(Mubarak dan Chayatin, 2007).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah

(2012)di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang Dimana hasil

penelitian menyebutkan sebagian besar perkembangan anak normal yaitu 32 responden (72,7%). Hasil penelitian di atas juga relevan dengan hasil penelitian Yuniarti, (2010) di paud qolbi al mutakim yogyakarta mengenai Perkembangan Anak sesuai dengan perkembangan.

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar.menggambarkan bahwa pola asuh orang tua terbanyak yang digunakan yaitu pola asuh demokratis sebanyak 34 responden, pola asuh otoriter sebanyak 4 responden dan pola asuh permisif sebanyak 4 responden. Perkembangan anak pra sekolah menggambarkan Sebanyak 37 responden perkembangan anak pra sekolah sesuai dengan perkembangan, sebanyak 5 responden perkembangan anak usia pra sekolah meragukan dan tidak ada perkembangan anak menyimpang.

6.2. Saran

Saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi beberapa pihak: 1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan anak perlu diadakan penekanan materi tentang perkembangan anak prasekolah dan pola asuh yang baik yang dapat diterapkan dalam mengasuh sehingga perawat dapat memberi informasi kepada orang tua.

2. Pelayanan Keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan anak maupun orang tua perlu diadakan penyuluhan tentang pentingnya memberikan pola asuh yang tepat sehingga mendukung perkembangan khususnya perkembangan anak pra sekolah. Informasi yang diberikan akan menambahkan pengetahuan orang tua dalam mengadapi anak

(44)

pra sekolah dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan anak pra sekolah.

3. Penelitian Berikutnya

Untuk penelitian berikutnya disarankan untuk meneliti hubungan pola asuh orang tua dengan tumbuh kembang anak.

(45)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anak Usia Prasekolah 2.1.1. Pengertian

UNESCO dengan persetujuan negara-negara anggotanya membuat International Standard Classification of Education (ISCED) dengan 7 klasifikasi

penjenjangan mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi. Jenjang Prasekolah (Level 0) disebut juga sebagai pendidikan usia dini. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan bagi anak usia 3-5 tahun. Beberapa negara memulai lebih awal (2 tahun) dan beberapa negara lain mengakhiri lebih lambat (6 tahun). Dinyatakan pula bahwa untuk beberapa negara pendidikan usia dini termasuk baik pendidikan prasekolah maupun pendidikan dasar (Harianti, 2003).

Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana sebagian besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan yang moderat. Selama periode ini sebagian besar anak sudah

menjalani toilet training (Wong, 2008).Anak usia prasekolah adalah anak berusia 3-6 tahun yang merupakan sosok individu, makhluk sosial kultural yang sedang mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik tertentu (Snowman, 2003).

Menurut Hurlock (2001), mengatakan bahwa usia prasekolah adalah usia 3-5 tahun dan merupakan kurun yang disebut sebagai masa keemasan (the golden age). Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan

(46)

karakteristik sebagai berikut, berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu, imajinasi, belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal (tubuh), belajar dari lingkungannya, berkembangnya cara berfikir, berkembangnya kemampuan berbahasa, dan munculnya perilaku (Wong, 2008).

Dengan demikian anak usia prasekolah adalah usia 3-5 tahunanak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut,yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-kanak, yang memiliki karakteristik berpikir daya imajinasi yang kaya dan munculnya perilaku. 2.1.2. Karakteristik ciri-ciri Anak Prasekolah

Menurut Hurlock (2001) ciri-ciri anak prasekolah meliputi fisik, motorik, intelektual dan sosial. Ciri fisik anak prasekolah yaitu :

a. Otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras. b. Anak prasekolah mempergunakan gerak kasar seperti berlari, berjalan,

memanjat, dan melompat sebagai bagian dari permainan mereka.

c. Kemudian secara motorik anak mampu memanipulasi obyek kecil, menggunakan balok-balok dengan berbagai ukuran dan bentuk.

d. Selain itu juga anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri, dan cemburu. Hal ini timbul karena anak tidak memiliki hal-hal yang dimiliki oleh teman sebayanya.

e. Sedangkan secara sosial anak mampu menjalani kontak sosial dengan orang-orang yang ada diluar rumah, sehingga anak mempunyai minat yang lebih untuk bermain pada temannya, orang-orang dewasa, dan saudara kandung di dalam keluarganya.

(47)

2.1.3. Aspek-Aspek Perkembangan Pada Usia Anak Pra Sekolah

Perkembangan adalah perubahanpsikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan. Perawatan dan pendidikan merupakan rangsangan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju kedewasaan.Sumber rangsangan tersebut terhadap wawasan.Sumber rangsanan tersebut terdapat di lingkungan hidup dimana orangtua merupakan faktor pertama-tama yang bertanggung jawab dalam mengatur,mengkoordinasi rangsangan-rangsangan tersebut (Yanti, 2011).

Menurut Santrock (Rahman, 2009) adapun karakteristik perkembangan anak usia dini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Perkembangan Fisik-Motorik

Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat, ada pula yang lambat. Pada masa kanak-kanak pertambahan tinggi dan pertambahan berat badan relatif seimbang. Perkembangan motorik anak terdiri dari dua, ada yang kasar dan ada yang halus. a. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar seorang anak pada usia 3 tahun adalah 1. melakukan gerakan sederhana seperti berjingkrak,

2. melompat, berlari ke sana ke mari dan ini menunjukkan kebanggaan dan prestasi.

3. Sedangkan usia 4 tahun, si anak tetap melakukan gerakan yang sama, tetapi sudah berani mengambil resiko seperti jika si anak dapat naik

(48)

tangga dengan satu kaki lalu dapat turun dengan cara yang sama dan memperhatikan waktu pada setiap langkah.

4. Lalu, pada usia 5 tahun si anak lebih percaya diri dengan mencoba untuk berlomba dengan teman sebayanya atau orang tuanya.

5. Sebagian ahli menilai bahwa usia 3 tahun adalah usia bagi anak dengan tingkat aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Sebab tingkat aktivitas yang tinggi dan perkembangan otot besar mereka (lengan dan kaki) maka anak-anak pra sekolah perlu olah raga seharí-hari.

Anak-anak pra sekolah mengalami kemajuan yang luar biasa dalam kemampuan motorik kasar, seperti berlari dan melompat yang melibatkan penggunaan otot besar (Papalia,2009).

b. Perkembangan motorik halus.

Adapun perkembangan keterampilan motorik halus dapat dilihat pada usia 3 tahun yakni

1. kemampuan anak-anak masih terkait dengan kemampuan untuk menempatkan dan memegang benda-benda.

2. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain balok, kadang sulit menyusun balok sampai tinggi sebab khawatir tidak akan sempurna susunannya.

3. Sedangkan pada usia 5 tahun, mereka sudah memiliki koordinasi mata yang bagus dengan memadukan tangan, lengan, dan anggota tubuh lain-nya untuk bergerak.

(49)

4. Hal ini tidak terlepas dari ciri anak yang selalu bergerak dan selalu ingin bermain sebab dunia mereka adalah dunia bermain dan merupakan proses belajar.

5. Mulai sejak si anak membuka mata di waktu pagi sampai menutup mata kembali di waktu malam, semua kegiatannya dilalui dengan bergerak, baik bolak-balik, berjingkrak, berlari maupun melompat.

Dalam kaitan ini, anak bukanlah miniatur orang dewasa karena mereka melakukan aktivitas berdasarkan kematangan dan kemampuan yang sesuai usianya. kemampuan motorik halus seperti mengancingkan baju, menggambar (Papalia,2009).

2. Perkembangan Sosio Emosional

Para psikolog mengemukakan bahwa terdapat tiga tipe temperamen anak, yaitu:

a. Pertama, anak yang mudah diatur, mudah beradaptasi dengan pengalaman baru, senang bermain dengan mainan baru, tidur dan makan secara teratur dan dapat meyesuaikan diri dengan perubahan di sekitarnya.

b. Anak yang sulit diatur seperti sering menolak rutinitas sehari-hari, sering menangis, butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan dan gelisah saat tidur.

c. Anak yang membutuhkan waktu pemanasan yang lama, umumnya terlihat agak malas dan pasif,jarang berpartisipasi secara aktif dan seringkali menunggu semua hal diserahkan kepadanya

Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini dapat diuraikan sebagai berikut (Fitria, 2013);

(50)

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya.Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti :

1) Pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan menetap.

2) Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm.

3) Tulang kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang semakin besar dan kuat.

4) Pertumbuhan gigi semakin komplit.

Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti protein, vitamin, dan mineral dsb.

b. Perkembangan Intelektual

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain :

1) Menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu atau peristiwa.

(51)

2) Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.

3) Dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.

c. Perkembangan Emosional

Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan terpaksa.Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu :

1) Takut (perasaan terancam),

2) Cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan kecewa), 3) Cemburu (merasa tersisihkan),

4) Kegembiraan (kebutuhan terpenuhi), 5) Kasih sayang (menyenangi lingkungan),

6) Phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin mengenal). d. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak prasekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan:

a. Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.

(52)

b. Anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.

c. Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana, dsb. d. Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran 2.1.4.Teori-teori Perkembangan Anak Pra Sekolah

Teori-teori perkembangan anak pra sekolah dapat dibagi menjadi : a. Perkembangan kognitif (Piaget)

1) Tahap pra operasional (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan kemampuan sebagai berikut anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik, seperti dalam penelitian Piaget anak selalu menunjukkan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria dikeluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah pikiran animisme selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut (Alimul, 2005).

2) Tahun kedua berada pada fase pereptual, anak cenderung egosentrik dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda.

3) Tahun ketiga anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka

(53)

patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah.

4) Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang factual dunia (Zae, 2000).

b. Perkembangan psikosexual anak (Freud)

1) Tahap oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun dengan perkembangan sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dari pada ayahnya demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya (Alimul, 2005).

2) Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa di sekitarnya (Nursalam dkk, 2005). c. Perkembangan psikososial anak (Erikson)

1) Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun (prasekolah) dengan perkembangan sebagai berikut anak akan memulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak (Hidayat, Aziz Alimul, 2005).

(54)

2) Menurut Erikson pada usia (3-5 tahun) anak berada pada fase inisiatif bertentangan dengan rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu disekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, maka hal tersebut akan membuat anak merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang abstrak dengan konkret, sehingga orang tua sering menganggap bahwa anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian (Nursalam dkk, 2005).

2.2.Pola Asuh Orangtua 2.2.1.Pengertian

Menurut Gunarsa (2000) Pola asuh orang tua merupakan “perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan”. Menurut kamus bahasa indonesia (2005), pola asuh adalah suatu bentuk (standar), sistim dalam menjaga, merawat, mendidik, dan membimbing anak.

Pola asuh orang tua yang baik dengan selalu mengekspresikan kasih sayang (memeluk, mencium, dan memberikan pujian), melatih emosi dan melakukan pengontrolan pada anak akan berakibat anak merasa diperhatikan dan akan lebih percaya diri, sehingga hal ini akan membentuk pribadi yang baik, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak sejak dini yang baik meliputi perkembangan personal sosial, motorik halus, dan motorik kasar. Anak yang merasa diperhatikan dan yang di sayangi oleh orang tuanya tidak ada rasa

(55)

takut untuk bergaul dengan orang lain, anak lebih berekspresif, kreatif, tidak takut untuk mencoba hal-hal yang baru sehingga perkembangan anak terutama anak-anak di bawah umur 5 tahun akan maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian (Borawitz,1986). Dalam bukunya (soejiningsih,2002) menyebutkan alat DDST (Denver Developmental Scrining Test) dapat mengidentifikasi 85-100% bayi dan anak-anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan dan pada follaw up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun kemudian.

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan nilai atau norma,memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Suparyanto,2010).

Dari beberapa pengertian dan penelitian yang dikemukakan di atas oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian pola asuh orang tua mengandung pengertian suatu hubungan interaksi antara orang tua yaitu ayah dan ibu dengan anaknya yang melibatkan aspek sikap, nilai, dan kepercayaan orang tua sebagai bentuk dari upaya pengasuhan, pemeliharaan, menunjukan kekuasaannya terhadap anak dan salah satu tanggung jawab orang tua dalam mengantarkan anaknya menuju kedewasaan.

2.2.2.Bentuk Pola Asuh Orangtua

Menurut Baumrind(Suparyanto,2010), terdapat 3 macam pola asuh orang tua :

(56)

1) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

Pola asuh demokratis di tandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya,membuat keputusan atau aturan-aturan yang disetujui bersama, anak diberi kebebasan mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya serta belajar untuk dapat menangapi pendapat orang lain (Petranto,2006). Orang tua bersikap sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap aktivitas anak dan dengan pola asuh ini, anak akan mampu mengembangkan kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima oleh masyarakat(Hurlock,2006).

(Baumrind dikutip dari Yuniyati,2003) menyatakan pola asuh demokratis bercirikan adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak yang saling melengkapi. anak dilatih untuk bertanggung jawab terhadap anak dimana orang tua yang berdisiplin mampu menunjukan tanggung jawabnya dalam bentuk berani menanggung resiko atas konsekwensi dari keputusan yang telah di ambil.

2) Pola asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.Orang tua tipe ini cenderung

(57)

memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, tegas, diktator, kurang ada kasih sayang serta simpatik, dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tampa perlu menjelaskan kepada anak guna dan alasan dibalik aturan tersebut (Astuti,2002). Sedangkan menurut (Santrock,2003) pengasuhan otoriter adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak anak untuk mengikuti petunjuk orang tua dan menghormatinya.

Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, dimana anak merasa tidak bahagia, ketakutan dan kemampuan komunikasi anak juga buruk (Astuti,2002). Selain itu menurut (Baumrind,1999) pola asuh ini meningkatkan ketergantungan anak, menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak karena tidak belajar mengatasi masalah dan tantangannnya sendiri atau segala sesuatu disediakan orang tua serta anak merasa rendah diri dimata saudara dan teman-temannya.

3) Pola asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya.Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan

(58)

oleh mereka.Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

(Hurlock,1976 dalam Tarmuji,2004) menyatakan bahwa pola asuh permisif memiliki ciri-ciri adanya kontrol yang kurang. orang tua bersikap longgar dan bebas, bimbingan terhadap anak kurang. Sementara itu Bowomen, Elder dan Elder (dalam Tarmuji,2004) mengatakan ciri pola asuh ini adalah keputusan lebih banyak dibuat oleh anak dari pada orang tua. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Pola asuh mengakibatkan anak kurung dalam belajar sehingga sulit mengetahhui mana yang baik mana yang buruk, akibatnya anak-anak akan terseret dalam hal-hal yang negatif(Clara, 2004). Menurut (Hasan,2002)hasil gaya pengasuhan yang permisif adalah anak-anak yang belajar menaruh hormat kepada orang lain dan mengalami kesulitan dalam mengendalikan perilaku mereka.

2.2.3.Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Adapun faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah: (Edwards, 2006).

a. Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akanmempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman

(59)

sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Supartini, 2004).

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya (Anwar,2000)

(60)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dalam hal kesehatan, anak-anak usia dini banyak mengalami gangguan. Menurut WHO, 5-25 % dari anak-anakusia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan motorik halus. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya: kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya. Gangguan pada perkembangan motorik halus biasanya menyebabkan anak–anak mengalami kesulitan belajar. Perkembangan motorik halus anak ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi: genetik, motivasi untuk berlatih, kesehatan, gizi, dan kesempatan berlatih, dan faktor eksternal yang meliputi: pengetahuan orang tua, pendidikan orang tua, sikaporang tua, keluarga, sosial ekonomi, sosial budaya, lingkungan, petugas kesehatan, dan pola asuh (Yanti, 2011).

Dalam kaitannya dengan perkembangan fisik motorik anak,padakenyataannya masih mengalami kesulitan. Realita di lapangan masih banyak ada beberapa anak yang tidak mau bermain dengan permainan yang berkaitan dengan perkembangan fisik motorik halus anak.Hal ini disebabkan karena kurang menyukai permainan tersebut dan beberapa anak menganggap permainan itu sulit untuk di mainkan. Gejala tersebut ditandai adanya ciri-ciri sebagai berikut: anak kurang tertarik pada permainan tersebut karena anak

(61)

menganggap permainan tersebut terlalu sulit, anak kurang percaya diri untuk bermain karena anak merasa memiliki kekurangan pada dirinya, anak memilih diam dalam beberapa permainan yang menyangkut motorik karena anak merasa cepat lelah, anak tidak mau bermain yang bersifat kelompok karena anak merasa tidak mampu mengimbangi temannya, karena perkembangan fisik motorik halus yang berbeda. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan perkembangan fisik motorik halus anak. Dari mulai permainan yang mudah seperti menggambar dan mewarnai bentuk dengan crayon,pensil warna sepidol,mencoret, menempel potongan kertas, dan melipat berbagai bentuk dengan beragam kertas.

Dalam kaitannya dengam kehidupan sehari-hari, orang tua secara sadar atau tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anaknya, misalnya meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, memberi nasihat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu yang tepat, berbicara kasar pada anak,terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Beberapa contoh sikap dan perilaku diatas berdampak negatif terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga efek negatif yang terjadi adalah anak memiliki sikap keras hati, manja, keras kepala, pemalas, pemalu dam lain- lain. Semua perilaku diatas dipengaruhi oleh pola pendidikan orang tua. Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.Tipe kepemimpinan orang tua berdampak pada pola asuh yang terhadap anaknya, (Suparyanto, 2009).

Dalam hal pola asuh keluarga, anak-anak pra sekolah juga banyak mengalami gangguan. Fakta masihbanyaknya anak-anakyang berkeliaran di jalan atau diterlantarkan di jalanan baik di kota-kota besar maupun di kampung

Gambar

Gambar 3.1.: Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.2. Definisi Variabel dan Definisi Operasional Variabel Defenisi Alat ukur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik
Tabel.5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden tentang Pola Asuh

Referensi

Dokumen terkait

penelitian lebih besar dari (alpha) = 0,05, maka hipotesis nol diterima dan secara statistik disimpulkan ada tidak hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua

Dari penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa pola asuh otoriter membuat perkembangan emosi anak terhambat dan membuat anak kurang dalam mengekspresikan emosinya, sehingga

Berdasarkan hasil penelitian para orang tua disarankan untuk menggunakan pola asuh demokratis, karena dapat menciptakan kontrol emosi yang baik pada anak. Terbukti dengan

Dari uraian diatas peneliti mengangkat judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini, untuk mengetahui apakah terdapat hubungan atau tidak

Yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima ada hubungan signifikan antara pola asuh orang tua permisif dengan kecerdasan emosi anak usia dini di TK Melati Ngembat Padas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola asuh terhadap perkembangan emosi anak di TK Desa Juwangi, Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali

Jika anak saya bertanya tentang suatu tugas saya berusaha membantunya dengan memberikan penjelasan dengan bahasa yang dia pahami. 03 Saya mengajarkan anak untuk membuang sampah pada

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang diterapkan kepada anak-anaknya dengan memberikan penuh kasih sayang,