• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Wahyu Musvian P.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II Wahyu Musvian P."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kemampuan Komunikasi Matematika

Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, dan di dalamnya terdapat pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Komunikasi adalah suatu proses yang dinamis, bukan yang bersifat statis, sehingga memerlukan tempat, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok. Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulisan maupun lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak – gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan sejenisnya (Majid,2013).

(2)

berbagi ide, strategi dan solusi. Menulis mengenai matematika mendorong siswa untuk merefleksikan pekerjaan siswa dan mengklarifikasi ide-ide.

Menurut Syaban (2008), kemampuan berkomunikasi dalam matematika merupakan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi lisan dalam bentuk: 1) kemampuan siswa mengajukan pertanyaan, 2) kemampuan siswa menjawab pertanyaan, 3) kemampuan siswa menyampaikan pendapat dan 4) kemampuan siswa mempresentasikan hasil jawaban. Sedangkan komunikasi matematika tertulis dalam bentuk: 1) merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan ide-ide matematika, 2) membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode oral, tertulis, konkret, grafik, gambar atau aljabar, 3) menggunakan keahlian membaca menulis dan menelaah, untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol-simbol, istilah serta informasi matematika dan 4) merespon terhadap suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi matematika adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengkonstruk dan menjelaskan suatu permasalahan kehidupan sehari-hari kedalam bentuk kalimat matematika. Pada penelitian ini, kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika akan dibatasi pada kemampuan komunikasi tertulis.

(3)

tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual, 2) kemampuan dalam memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya, 3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi, matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

Menurut Jihad (2008) yang merupakan indikator penalaran dan komunikasi antara lain : 1) menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan dugaan, 2) mengajukan dugaan, 3) melakukan manipulasi matematika, 4) menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi, 5) menarik kesimpulan dari pernyataan, 6) memeriksa keshahihan suatu argument, 7) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

(4)

Berdasarkan kajian teori diatas, secara umum terdapat indikator – indikator untuk pengukuran kemampuan komunikasi matematika siswa, yaitu:

1) Merefleksikan gambar, tabel, grafik kedalam idea-idea matematika Pada tahap ini, siswa dapat merefleksikan atau dapat menuangkan ide-ide matematika yang terdapat pada suatu gambar, tabel, grafik yang berhubungan dengan matematika.

2) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

Siswa diharapkan dapat menyatakan suatu permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika kedalam bentuk bahasa atau kalimat matematika.

3) Memberikan penjelasan ide, konsep atau simbol matematika dengan bahasa sendiri dalam bentuk penulisan secara matematika.

Siswa diaharapkan dapat memberikan penjelasan dari suatu permasalahan matematika dengan langkah-langkah matematika sehingga memperoleh suatu solusi atau jawaban dari permasalahan tersebut secara matematika.

2. Reciprocal Teaching

(5)

untuk memperbaiki kinerja membaca siswa yang pemahaman membacanya rendah. Strategi kognitif adalah suatu strategi yang membutuhkan keterampilan berpikir siswa. Reciprocal Teaching merupakan pembelajaran melalui kegiatan mengajarkan sesama teman (siswa dengan siswa) ataupun guru dengan siswa. Dalam hal ini siswa berperan sebagai “guru” untuk menggantikan peran gurusebenarnya dalam mengajar, sementara itu guru sebenarnya lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan, danpembimbing yang melakukan scaffolding (bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang paham).

(6)

penjelasan-penjelasan mengenai empat ketrampilan Reciprocal Teaching dalam pembelajaran matematika sebagai berikut :

1. Mengklarifikasikan (Claryfying)

Siswa diwajibkan untuk membaca lembar materi pembelajaran yang diberikan guru kemudian mengklarifikasi/menjelaskan kata-kata atau kalimat-kalimat yang masih asing/tidak familiar. Pada tahap klarifikasi, siswa yang bertugas sebagai “pemimpin klarifikasi

(clarifier)”, memimpin dan membimbing teman sekelompoknya dalam mengklarifikasi materi serta bertanggung jawab selama diskusi klarifikasi berlangsung (Trianto, 2009).

2. Memprediksi (Predicting)

Pada tahap ini, siswa diajak untuk memprediksi hubungan antara konsep pembelajaran satu dengan konsep pembelajaran yang lain. Hubungan antar konsep pembelajaran tersebut dapat berupa hubungan antara konsep yang telah dipelajari dengan konsep yang sedang dipelajari maupun hubungan antar konsep pada materi yang sedang dipelajari. Siswa yang bertugas sebagai “pemimpin prediksi/predictor” ini memimpin dan membimbing teman sekelompoknya dalam memprediksi suatu materi serta bertanggung jawab selama diskusi prediksi berlangsung (Trianto, 2009).

3. Membuat Pertanyaan (Questioning)

(7)

membuat pertanyaan sendiri/membuat soal yang diajukan kepada diri sendiri kemudian menjawabnya (proses ini disebut metakognitif). Dengan melakukan proses metakognitif ini, siswa dapat melakukan crosscheck tentang informasi yang telah diperoleh dari proses belajar dan materi yang belum dikuasai dari keseluruhan konsep yang diajarkan oleh gurunya. Siswa yang bertugas sebagai “pemimpin

pertanyaan/questioner” ini bertugas untuk memimpin dan membimbing teman sekelompoknya dalam membuat pertanyaan secara tertulis maupun membimbing dalam menyelesaikannya serta bertanggung jawab selama diskusi “Questioning” berlangsung

(Trianto, 2009).

4. Merangkum (Summarizing)

Dalam strategi ini, siswa diminta membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari. Siswa yang bertugas sebagai “pemimpin

merangkum/summarizer” memimpin serta membimbing teman sekelompoknya dalam kegiatan merangkum dan bertanggung jawab selama diskusi “Summarizing”. Setelah merangkum, guru memberikan

soal-soal sebagai latihan pemecahan masalah (Trianto, 2009).

(8)

(Questioning), dan merangkum (Summarizing) yang menekankan kerjasama antara siswa dengan siswa dalam kelompok kecil ataupun antara guru dengan siswa dalam kelompok besar.

Langkah-langkah Reciprocal Teaching: Tahap 1

Pada tahap awal pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk memimpin Tanya jawab dan melaksanakaan keempat ketrampilan pembelajaran terbalik yaitu merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi. Selain itu, guru memperagakan bagaimana cara merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi setelah selesai membaca. Tahap 2

Setelah diperkenalkan kepada siswa dan mereka mengetahui langkah-langkah pembelajaran terbalik, kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa siap untuk melaksanakan pembelajaran terbalik dengan satu materi. Masing-masing strategi yang harus dilalui dijelaskan. Kemudian dipilih “guru” siswa dari masing masing kelompok secara

acak untuk memandu jalannya diskusi dalam kelompok dan diberikan bantuan yang secukupnya kepada “guru” siswa saat diperlukan.

Tahap 3

(9)

mengemukakan pendapatnya didepan dan arahkan mereka untuk berdiskusi bagaimana masing-masing dari mereka menerapkan strategi-strategi diatas untuk mendapatkan isi materi yang dihadapi. Tahap 4

Berikan kepada siswa lembar kerja siswa pembelajaran terbalik dan perintahkan mereka untuk mempelajari materi. Sebelum mereka memulai ingatkan siswa untuk membuat prediksi, mencatat informasi penting, menyusun pertanyaan, dan mengklarifikasi hal yang mereka anggap tidak jelas.

3. Pembelajaran Konvensional

Dari segi bahasa, konvensional berasal dari kata konvensi yang berarti kesepakatan umum seperti adat, kebiasaan atau kelaziman.Pembelajaran konvensional berarti pembelajaran yang biasa terjadi di sekolah.

Menurut Sanjaya (2006) dalam pembelajaran konvensional siswa di tempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif, lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

(10)

Langkah-langkah pembelajaran langsung (Trianto, 2011) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran langsung

Tahapan Peran Guru

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru memberikan informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk belajar. dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap melalui metode ceramah.

3. Membimbing Pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.

Tahap persiapan pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa.

Dalam penerapannya, pembelajaran langsung memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran ini menurut Trianto (2011) diantaranya adalah :

Keunggulan :

1) Guru dapat dengan mudah mengatur tahapan pemberian materi pelajaran yang harus dibahas.

(11)

Kelemahan :

1) Pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa kurang dapat aktif selama pembelajaran.

2) Siswa kurang diberi kesempatan berpikir, melainkan hanya mendengar, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru.

3) Latihan individu yang diberikan kepada siswa secara berkelanjutan dan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat membuat kejenuhan pada siswa.

Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Meskipun tujuan pembelajaran langsung dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini tetap berpusat pada guru. Oleh karena itu, sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan tanya jawab yang terencana (Trianto, 2011).

4. Pokok Bahasan SPLDV

Sesuai dengan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pokok bahasan SPLDV diajarkan dikelas VIII SMP Semester satu. Pokok bahasan SPLDV meliputi :

Standar Kompetensi :

(12)

Kompetensi Dasar :

- Menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel.

- Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel.

- Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variable dan penafsirannya.

Indikator :

- Menentukan himpunan penyelesaian SPLDV dengan subsitusi dan eliminasi.

- Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan sistem persamaan linier dua variabel.

- Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persaman linier dua variable dan penafsirannya.

5. KERANGKA BERFIKIR

(13)

Siswa dikatakan mampu dalam komunikasi pada mata pelajaran matematika apabila mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.Penguasaan kemampuan tersebut dapat dilatihkan pada materi pembelajaran matematika dan model pembelajaran yang sesuai, yangberpotensi memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau medialain.

Reciprocal Teaching merupakan suatu pendekatan kontruktivis yang

diduga dapat mengoptimalkan dan memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa dalam memahami serta menyerap materi pembelajaran matematika di sekolah. Reciprocal teaching merupakan pembelajaran melalui kegiatan mengajarkan sesama teman (siswa dengan siswa) ataupun guru dengan siswa. Dalam pembelajaran ini, siswa berperan sebagai “guru” untuk menggantikan peran guru sebenarnya dalam mengajar,

(14)

Sedangkan pembelajaran konvensional adalah suatu model pengajaran yang bersifat Teacher Center, dimana guru berperan sebagai pembicara utama. Metode dalam model pembelajaran ini dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan, praktek, ataupun tugas kelompok. Dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif, lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pembelajaran.

Pada hakikatnya, pembelajaran yang ideal di dalam kelas adalah pembelajaran yang menimbulkan adanya interaksi antara guru dengan siswa. Siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan kembali ide atau konsep matematika, siswa juga bebas mengeluarkan ide-ide yang dimiliki, serta mengkomunikasikan pendapat maupun pemikiran-pemikiran mereka bersama siswa yang lainnya, agar pemerataan kemampuan komunikasi matematika dan pemahaman materi matematika dapat tersebar merata. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka diperlukan variasi model pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh positif untuk mengoptimalkan kemampuan komunikasi matematika siswa secara tertulis.

6. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka diduga bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan Reciprocal Teaching lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran langsung

Referensi

Dokumen terkait

Metode Fuzzy Inference System Tsukamoto mampu diterapkan dalam menyeleksi pemasok pada perusahaan manufaktur.Pengujian yang dilakukan terhadap nilai dari pakar

(c) Bagi siswa di Kecamatan Buleleng, program pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam memahami kurikulum tahun 2013 dan Penelitian serta Penulisan

yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada siklus I, yaitu masih banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menggunakan metode

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan murid-murid SMP N dalam membaca dan menulis teks mata pelajaran IPS, serta mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi

Selanjutnya penulis mengharapkan dan menyarankan untuk kedepannya penerapan metode promethee dapat dilakukan inovasi dan pengembangan kasus karena masih banyaknya kasus

Subjek uji coba produk untuk implementasi perpustakaan digital dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI (enam). Untuk uji coba kelompok kecil dilakukan

orientalis tergolong jenis fast growing species dan dapat membentuk kolonisasi yang baik pada areal kritis sehingga potensial dimanfaatkan sebagai tanaman pionir pada

Berdasarkan lembar penilaian aktivitas siswa, perolehan skor aktivitas siswa adalah 28 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa yang memperoleh penilaian