KEMAMPUAN MURID-MURID SMP KELAS VIII DALAM
MEMBACA DAN MENULIS TEKS MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL (EKONOMI)
DI KABUPATEN NABIRE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
MERI LESTARI WAKERKWA
051324020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
KEMAMPUAN MURID-MURID SMP KELAS VIII DALAM
MEMBACA DAN MENULIS TEKS MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL (EKONOMI)
DI KABUPATEN NABIRE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
MERI LESTARI WAKERKWA
051324020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
vi
MOTTO
Kerjakanlah Pekerjaan yang Membawa Kebaikan Bagi Dirimu
dan Orang yang Berarti Dalam Hidupmu
Kegagalan Dalam Hidupku adalah Semangat Untuk Mencapai
Sukses
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini kupersembahkan
untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Orang Tuaku Tercinta
Kakak-kakakku
Adek-adekku
viii
ABSTRAK
KEMAMPUAN MURID-MURID SMP KELAS VIII DALAM MEMBACA DAN MENULIS TEKS MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL (EKONOMI) DI KABUPATEN NABIRE Meri Lestari Wakerkwa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan murid-murid SMP N dalam membaca dan menulis teks mata pelajaran IPS, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan murid-murid dalam membaca dan menulis teks mata pelajaran IPS di Kabupaten Nabire.
Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Uwapa, SMP N 2 Wanggar, SMP N 1 Wanggar, kabupaten Nabire pada bulan Oktober-November 2009. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif, dengan subjek penelitian adalah murid-murid SMP N kelas VIII. Teknik pengambilan sample adalah purposive sampling, dengan mengambil sample sebanyak 3 sekolah dengan 195 responden dari murid kelas VIII. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan:
1. Dari hasil penelitian terdapat 23 (11,8%) kemampuan Membaca yang dilaksanakan para murid sangat baik, 53 (27,2%) murid membaca dengan baik, 34 (17,4%) murid membaca dengan cukup baik, 40 (20,5%) murid membaca dengan buruk serta sebanyak 45 (23,1%) murid membaca dengan sangat buruk.
2. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 30 (15,4%) kemampuan Menulis yang dilaksanakan para murid sangat baik, 22 (11,3%) murid menulis dengan baik, 26 (13,3%) murid menulis dengan cukup baik, 31 (15,9%) murid menulis dengan buruk serta sebanyak 86 (44,1%) murid menulis dengan sangat buruk.
3. Ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca murid- murid SMP N kelas VIII di kabupaten Nabire yaitu:
a. Faktor Intern antara lain: minat membaca, keinginan belajar
b. Faktor Ekstern antara lain: minimnya bahan bacaan, kurangnya perhatian orang tua, rendahnya kedisiplinan guru, kebiasaan membaca dalam keluarga
4. Ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis murid- murid SMP N kelas VIII di kabupaten Nabire yaitu
a. Faktor Intern: minat membaca, keinginan belajar
ix
ABSTRACT
THE ABILITY OF THE EIGHT GRADE STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL IN READING AND WRITING THE SOCIAL SCIENCES
READING TEXT ESPECIALLY IN ECONOMICS IN NABIRE Meri Lestari Wakerkwa
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
This study aims to determine the ability of Junior High School students in reading and writing social science reading text, and determine the factors that influence students abilities in reading and writing the social sciences reading text in Nabire.
This research was conducted in Uwapa 1 State Junior High School, 1 Wanggar Junior High School and 2 Wanggar Junior High School, Nabire in October-November 2009. This kind of research is a descriptive. Research and the subjects were the eight grade Junior High School students. Samples were 195 students of the eight grade and drawn by the technique of purposive sampling. The techniques of collecting the data were tests, observation, interviews and documentation. The techniques of analyzing the data were reduction, presentation and conclusion.
The results of this study indicate:
1. There are 23 students (11,8%) whose reading skill are very good, 53 students (27,2%) are good, 34 students (17,4%) are quite good, 40 students (20,5%) are bad and 45 students (23,1%) are very bad.
2. There are 30 students (15,4%) whose writing skill are very good, 22 students (11,3%) are good, 26 students (13,3%) are quite good, 31 students (15,9%) are bad and 86 students (44,1%) are very bad.
3. There are two factors which influence the reading skill of the eight grade of state Junior High School in Nabire regency:
a. Internal factor: reading interest and the desire of learning are low
b. External factor: lack of reading materials, habit and parents a low careness, and the discipline of the teacher are bad.
4. There are two factors which influence the writing skill of the eight grade of state Junior High School in Nabire regency:
a. Internal factor: reading interest and desire of learning are very low b. External factor: the school and parents do not encourage the students to
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang
berjudul “Kemampuan Murid-Murid SMP Kelas VIII Dalam Membaca Dan
Menulis Teks Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Ekonomi) Di Kabupaten
Nabire" disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim., M.E., Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku dosen pembimbing I yang
dengan sabar membimbing dan memberikan saran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Indra Darmawan S.E., M.Si, selaku dosen pembimbing II yang
memberikan saran dan bantuan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
xi
7. Mbak Titin, petugas sekretariat PE, yang telah memberikan pelayanan dan
bantuan selama perkuliahan sampai penyelesaian skripsi.
8. Staf perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan
pelayanan dan bantuan kepada penulis sehingga mendapatkan referensi
yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi.
9. Kepala Sekolah SMP N 1 Uwapa, SMP N 2 Wanggar dan SMP N 1
Wanggar, yang telah memberikan ijin penelitian dan informasi yang
dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi.
10.Pemerintah Kabupaten Puncak Papua yang telah memberi bantuan
beasiswa selama penulis Menyelesaikan Pendidikan di Universitas Sanata
Dharma
11.Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya yang telah memberi bantuan beasiswa
selama penulis Menyelesaikan Pendidikan di Universitas Sanata Dharma
12.Orang tuaku tercinta, terima kasih atas doa, biaya, dukungan dan bantuan
sehingga dapat menyelesaikan pendidikan.
13.Kakak-kakakku (Agus, Yuni, Elias), adik-adikku (Novi, Devi) dan
keponakanku (Hendry, Lionell) terima kasih atas dukungan dan doa yang
diberikan.
14.Kakakku Jeffry. R dan mbak Nenty terimakasih atas bantuan dan
semangatnya
15.Teman-teman seperjuangaku….Rinda, Josepin, prima, Brigitta, Ketrin,
Kiki, Lia, Dwik, Nian, Andri, Lely, Lesty, Ika, Ige, Anton, Rinto, Jojo,
xii
kasih atas kebersamaan, dukungan dan bantuannya…kapan kita reuni ke
Papua….hahaa…
16.Saudara-saudariku IPMAPUJA korwil Yogyakarta-Solo, terimakasih atas
bantuan, doa, dan kebersamaan selama saya menempuh pendidikan di kota
studi ini. Ayo cepat selesai dan mari kita bangun kabupaten dan Papua
yang tercinta…..wa..wa..wa..
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang dapat
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
siapapun yang membaca dan membutuhkan.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Lembar Persetujuan... ii
Lembar Pengesahan... iii
Pernyataan Keaslian Karya... iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi... v
Motto... vi
Bab II Tinjauan Pustaka A. Aktivitas-Aktivitas Utama Dalam Belajar ... 10
xiv
C. Arti Penting Aktivitas Menulis Dalam Proses Belajar... 19
D. Penelitian Terdahulu ... 24
E. Rasionalitas Penelitian ... 24
Bab III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 28
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 28
E. Variabel Penelitian... 30
F. Teknik Pengumpulan Data... 31
G. Jenis Data ... 33
H. Teknik Analisis Data………. 33
Bab IV Gambaran Umum A. Gambaran Umum Kabupaten Nabire... 36
B. Gambaran Umum SMP N 1 Uwapa... 38
C. Gambaran Umum SMP N 2 Wanggar... 42
D. Gambaran Umum SMP N 1 Wanggar... 45
Bab V Analisis Data Dan Kesimpulan A. Kemampuan Murid-murid SMP Dalam Membaca ... 49
B. Kemampuan Murid-Murid SMP Dalam Menulis ... 51
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca ... 54
xv
Bab VI Penutup
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran... 60
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Penilaian Acuan Patokan Tipe II... 32
Tabel III. 2 Penilaian Kemampuan Menulis………... 33
Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Nabire Tahun 2008... 38
Tabel V.1 Penilaian Acuan Patokan Tipe II... 50
Tabel V.2 Hasil Tes Kemampuan Membaca yang Dilakukan Murid……….. 50
Tabel V.3 Penilaian Kemampuan Menulis... 52
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV. 1 Peta Kabupaten Nabire... 35
1 BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar BelakangSaat ini kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk atau
rendah. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi
Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic
Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Selain itu masih
menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai
follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Kualitas
pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003)
bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP).
Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP)
dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan
dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ini di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu kualitas guru, sarana dan prasarana pendidikan. Sarana
pembelajaran turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia,
pendidikan maka pengetahuan siswa juga terbatas seperti: buku cetak,
perpustakaan, laboraturium, komputer, gedung.
(http://www.sarolangun-jambi.co.cc/2008/11/penyebab-rendahnya-kualitas-pendidikan.html)
Kualitas guru juga menjadi faktor yang sangat penting, bagaimana siswa
dapat pintar bila tingkat pendidikan gurunya tidak sesuai, misalnya guru SMA
hanya lulusan D3 atau lulusan PGSD. Hal seperti itu banyak terjadi di
daerah-daerah terpencil. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun
2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya
21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99%
(swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK
yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta). Kelayakan mengajar
itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang
Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8%
yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar
680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma
D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru
57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari
181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan
S3)
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan
pemerintah sudah mengadakan usaha perbaikan kualitas pendidikan namun
kualitas pendidikan belum juga dapat ditingkatkan.
Kondisi pendidikan di Papua maupun Irian Jaya Barat sekarang ini
membutuhkan perhatian yang sangat serius dari semua pihak terutama pihak
pemerintah. Rendahnya kualitas pendidikan di Papua ini terutama terjadi di
daerah-daerah pedalaman atau pegunungan. Kondisi pendidikan yang
memprihatinkan ini terlihat dari sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia.
Salah satu persoalan pandidikan di Papua adalah masalah ketersediaan guru.
Persoalan ini merupakan persoalan yang sudah lama terjadi dan sampai saat ini
belum dapat diselesaikan, mulai dari masalah kesejehteraan (tunjangan hidup),
kompetensi guru, campur tangan politik, kemerdekaan guru, wibawa guru. Namun
yang sangat penting bagi pendidikan di Papua saat ini adalah peningkatan
kesejahteraan, peningkatan kompetensi, dan peningkatan erosi wibawa guru
Pertama, masalah kesejahteraan. Masalah ini sangat berdampak buruk
terhadap pendidikan di Papua. Banyak guru di Papua yang memiliki pekerjaan
sampingan selain menjadi guru. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru
Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru
menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata
guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. Guru bantu Rp 460 ribu, dan guru
honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan
seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan.
tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel,
dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Kedua, kompetensi guru juga menjadi masalah. Banyak guru di Papua
yang masih mengajar dengan materi, metode, dan teknik yang masih sama dengan
semasa mereka sekolah. Sebagian besar guru yang ada di Papua tidak memiliki
banyak kemampuan dalam membuat metode pembelajaran yang menarik. Selain
itu mayoritas guru yang ada di Papua bukan merupakan guru yang berlatar
belakang pendidik. Hal ini merupakan ancaman terbesar bagi sumber daya
manusia di Papua. Semua orang dapat mengajar tetapi tidak semua orang dapat
mendidik. Pendidikan di Sekolah bukan sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih
kepada transformasi nilai dan kebudayaan sehingga terjadi perubahan perilaku
pada anak didik untuk terus belajar melakukan perubahan dalam dirinya sendiri
maupun dalam hidup bermasyarakat. Materi yang diajarkan merupakan materi
yang sudah lama (referensi guru kurang luas karena di Papua para guru sangat
sulit untuk mendapatkan buku-buku pelajaran terbitan terbaru, jikapun ada pasti
harganya sangat mahal).
Ketiga, peningkatan erosi wibawa guru. Untuk meningkatkan derajat
wibawa guru pemerintah harus berani membuat trobosan antara lain: memberikan
jaminan hidup atau gaji yang besar kepada tenaga pendidik, kemudian pemerintah
harus membantu meningkatkan kompetensi guru dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan seorang guru agar dapat bekerja sesuai dengan
kebutuhan lapangan. Dengan melakukan dua hal diatas secara serius maka
Jumlah guru di Papua maupun Irian Jaya Barat menurut status
kepegawaian tahun 2007 adalah sebagai berikut: Propinsi Papua jumlah guru PNS
sebanyak 11,594 guru, dan Non PNS sebanyak 2,218 guru, sedangkan di Provinsi
Irian Jaya Barat jumlah guru PNS sebanyak 4,470 guru dan non PNS sebanyak
970.
Jumlah buta huruf di Papua dari tahun ke tahun terus bertambah.
Berdasarkan data jumlah buta huruf di Papua umur 44 tahun sebanyak 339.436
orang, usia 45 tahun keatas 224.969 orang, usia 13-15 tahun yang belum pernah
sekolah 13.784 orang (tahun 2003). Jumlah pelajar yang drop out dari sekolah
juga cukup tinggi, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 146.000 orang, Sekolah
Menengah pertama (SMP) sebanyak 39.567, Sekolah Menengah Umum (SMU)
sebanyak 21.788 orang dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 12.537
orang (http://www.infopapua.com/modelus.php?op=modload&name=News&file
=article&sid=308).
Kualitas pendidikan di kabupaten Nabire tidak jauh berbeda dengan kualitas
pendidikan di Papua secara keseluruhan. Kondisi yang paling parah lagi adalah
sebagian besar penduduk Papua yang belum dapat membaca dan menulis
bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman Papua. Hal ini di sebabkan karena
terbatasnya alat transportasi, keadaan iklim, sarana dan prasarana (contoh di
kabupaten Puncak Jaya, daerahnya terletak di antara gunung-gunung dengan
udara yang sangat dingin, belum lagi biaya hidup mahal). Kalaupun sudah ada
yang dapat menulis dan membaca masih ada huruf-huruf yang dikurangi, contoh
Membaca dan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang sangat
penting. Disamping kemampuan lain yaitu mendengarkan dan berbicara. Dari
membaca dituntut kemampuan untuk memahami dengan baik apa yang ditulis
oleh orang lain, sedangkan dengan menulis dituntut kemampuan untuk dapat
melahirkan dan menyatakan kepada orang lain apa yang dirasakan, dikehendaki,
dan dipikirkan dengan bahasa tulisan. Sampai saat ini kemampuan membaca dan
menulis murid SMP di Indonesia pada umumnya dan Papua pada khususnya
belum pernah diteliti secara menyeluruh sehingga data dan informasi yang
diperlukan tentang kemampuan membaca dan menulis murid-murid SMP tidak
dimiliki oleh lembaga yang bersangkutan dengan masalah ini. Jikalau ada yang
sudah mengadakan penelitian tentang kemampuan membaca dan menulis, apabila
diteliti secara baik kebanyakan hanya dilakukan dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Pelajaran IPS ekonomi di SMP diberikan dengan tujuan untuk membekali
murid agar memahami dasar-dasar perekonomian mengenai peristiwa-peristiwa
ekonomi dan masalah ekonomi sehari-hari, terutama yang mempunyai dampak
atas kehidupan sehari-hari masyarakat serta menitik beratkan pada usaha
membina pengetahuan, keterampilan, dan sikap ekonomi para siswa.
Survey Sosial Ekonomi Nasional menunjukan dari 105.244 penduduk
Nabire yang berusia 10 tahun keatas, lebih dari 30% belum pernah mengenyam
bangku sekolah. Hingga tahun 2006, angka partispasi murni SD, SMP, dan SMA
masing-masing 75,09%, 45,78% dan 35,73%. Sepertiga penduduk (36,76%)
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka peneliti ingin
mengadakan penelitian terhadap kemampuan membaca dan menulis dalam mata
pelajaran ilmu pengetahuan sosial khususnya ekonomi dengan judul
“KEMAMPUAN MURID-MURID SMP KELAS VIII DALAM
MEMBACA DAN MENULIS TEKS MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (EKONOMI) DI KABUPATEN NABIRE”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan murid-murid SMP N dalam membaca teks
mata pelajaran IPS di kabupaten Nabire ?
2. Bagaimanakah kemampuan murid-murid SMP N dalam menulis teks mata
pelajaran IPS di kabupaten Nabire ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan murid-murid SMP
N kelas VIII dalam membaca teks mata pelajaran IPS di kabupaten
Nabire?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan murid-murid SMP
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan murid-murid SMP N dalam membaca
teks mata pelajaran IPS di kabupaten Nabire.
2. Untuk mengetahui kemampuan murid-murid SMP N dalam menulis teks
mata pelajaran IPS di kabupaten Nabire.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan
murid-murid SMP N dalam membaca teks mata pelajaran IPS di
kabupaten Nabire.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan
murid-murid SMP N dalam menulis teks mata pelajaran IPS di kabupaten
Nabire.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberi informasi dan memberikan gambaran tentang
kemampuan murid-murid dalam membaca dan menulis teks mata pelajaran
ilmu pengetahuan sosial (ekonomi) sehingga dapat menentukan langkah yang
harus diambil.
2. Penulis
Dengan penelitian ini diharapkan penulis mendapatkan tambahan pengetahuan
dengan membandingkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan
3. Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan menjadi
bahan pembanding bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian sejenis
4. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah
Agar pemerintah mengetahui bagaimanakah kemampuan murid-murid SMP
dalam membaca dan menulis teks mata pelajaran IPS (ekonomi) di kabupaten
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aktivitas-Aktivitas Utama Dalam Belajar
Dalam usaha meningkatkan belajar siswa, maka unsur-unsur yang
sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar yang dapat
membangkitkan aktivitas belajar siswa diantaranya:
1. Aktivitas Visual (visual activities)
Aktivitas visual dalam proses pembelajaran merupakan aktivitas
belajar yang dilakukan siswa berkaitan dengan indera pengelihatan.
Aktivitas visual dalam belajar meliputi membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Aktivitas Lisan (oral activities)
Aktivitas lisan dalam proses belajar diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan secara wujud penafsiran dalam interaksi belajar melalui
komunikasi lisan. Aktivitas lisan dalam belajar meliputi menyatakan,
merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Aktivitas Mendengarkan (listening activities)
Metode yang erat kaitannya dengan mendengarkan adalah metode
ceramah. Ketika guru menjelaskan materi pelajaran dituntut aktivitas
mendengarkan dalam belajar meliputi mendengarkan uraian,
percakapan, diskusi musik dan pidato.
4. Aktivitas Mental (mental activities)
Aktivitas mental dalam pembelajaran merupakan aktivitas belajar
yang dilakukan berkaitan dengan fungsi-fungsi kejiwaan. Aktivitas
mental dalam belajar meliputi menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
5. Aktivitas Menulis (writing activities)
Aktivitas menulis dalam belajar meliputi menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin
6. Aktivitas Gerak(motor activities)
Aktivitas gerak dalam belajar meliputi melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Aktivitas Emosional (emotional activities)
Aktivitas emosional dalam belajar meliputi menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
8. Drawing Activities
Drawing activities dalam belajar meliputi menggambar, membuat
B. Arti Penting Aktivitas Membaca dalam Proses Belajar 1. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu
kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna
kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan- pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan
tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana
dengan baik (Hodgson 1960:43-44).
Dari segi linguistic, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process),
berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan
penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)
adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna
bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan
tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson 1972:
209-210).
Disamping pengertian atau batasan yang telah diutarakan di
atas maka membaca pun dapat diartikan sebagai suatu metode yang kita
pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan
terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Kesimpulan
yang dapat ditarik dari pembicaraan diatas adalah bahwa “membaca
ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya” (Lodo
dalam Tarigan 1976: 132).
2. Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
Makna arti erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan atau
intensif kita dalam membaca. Berikut ini kita kemukakan beberapa
yang penting:
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui
penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang
telah dibuat sang tokoh; apa yang terjadi pada tokoh khusus, atau
untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh
perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts)
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik
yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,
apa-apa yang dipelajari atau yang di alami sang tokoh, dan yang
merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk
mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi
pada bagian tiap cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua
dan ketiga atau seterusnya setiap tahap dibuat untuk memecahkan
suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian-kejadian di buat
dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau
susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan
oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh
berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat
mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk
menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak
biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yng lucu dalam
cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut
membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifiklasikan (reading to classify).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau
hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat
seperti yang diperbuat sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang
tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini di sebut membaca menilai,
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh
berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita
kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana
sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare
or contrast)
3. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Keterampilan membaca mencakup tiga komponen yaitu:
a. Pengenalan Terhadap Aksara serta Tanda-tanda Baca.
Keterampilan ini merupakan suatu kemampuan untuk mengenal
bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa
gambar-gambar diatas suatu lembaran, lengkungan-lengkungan ,
garis-garis dan titik dalam hubungan–hubungan berpola yang
teratur rapi.
b. Korelasi Aksara Beserta Tanda-tanda Baca dengan Unsur-unsur
Linguistik yang Formal. Keterampilan ini merupakan suatu
kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam diatas
kertas yaitu gambar-gambar berpola tersebut dengan bahasa.
c. Hubungan Lebih Lanjut dari Komponen Pertama dan Kedua
dengan Makna atau Meaning. Keterampilan ketiga yang
mencakup keseluruhan keterampilan membaca pada hakikatnya
merupakan keterampilan intelektual; ini merupakan kemampuan
kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal yaitu kata-kata
sebagai bunyi dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata
tersebut.
4. Aspek-aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang
melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Secara
garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
a. Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada
pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini mencakup: pengenalan
bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistic, pegenalan
hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi, kecepatan
membaca.
b. Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup:
memahami pengertian sederhana, memahami signifikansi atau
makna, evaluasi atau penilaian, kecepatan membaca yang
fleksibel yang mudah di sesuaikan dengan keadaan.
5. Mengembangkan Keterampilan Membaca
Dalam mengembangkan serta meningkatkan keterampilan
membaca para pelajar maka sang guru mempunyai tanggung jawab
berat, paling sedikit meliputi enam hal utama yaitu:
a. Memperluas pemahaman para murid sehingga mereka akan
b. Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna-makna kata-kata
baru,
c. Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol
d. Membantu para pelajar memahami struktur-struktur,
e. Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman kepada
para pelajar,
f. Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam
membaca.
6. Manfaat Membaca
Membaca memiliki manfaat antara lain sebagai berikut:
a. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan,
b. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam
kebodohan,
c. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa
berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja,
d. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan
keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata,
e. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan
menjernihkan cara berpikir,
f. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan
mengingatkan memori dalam pemahaman,
g. Dengan sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat
bijaksana dan kecerdasan para sarjana,
h. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan
kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu
pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu
dan aplikasinya di dalam hidup,
i. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca
buku-buku yang bermanfaat,
j. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya
dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.
dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata
dan mempelajari berbagai model kalimat,
k. Membacadapat meningkatkan kemampuannya untuk menyerap
konsep dan untuk memahami apa yang tertulis diantara baris.
7. Arti Penting Membaca
Membaca merupakan salah satu media yang paling efektif
untuk melihat cakrawala dunia secara obyektif, mandiri, dan kreatif.
Dengan membaca kita akan banyak memperoleh ilmu pengetahuan dan
pengalaman serta cakrawala berpikir. Bahkan dengan membaca kita
akan menjadi seseorang yang kreatif, kritis, dan bijak atau
sekurang-kurangnya kita bisa beralih dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan
membaca seseorang bisa mengaktualisasikan kekayaan intelektualitas
yang diperoleh dari membaca ke dalam realitas pada berbagai tingkat
yang integral bagi penyebaran ilmu pengetahuan tersebut. Dengan
demikian maka membaca menjadi kebutuhan bagi masyarakat ilmu
pengetahuan , bahkan membaca merupakan sebuah keterampilan yang
dapat digunakan dengan cara yang sangat menguntungkan baik secara
spiritual maupun untuk tujuan komersial.
C. Arti penting Aktivitas Menulis dalam Proses Belajar 1. Pengertian Menulis
Menurut Tarigan (Tarigan dalam Hasani, 2005:1) menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau
mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Sementara itu Syamsudin
(Syamsudin dalam Hasani, 2005:1) mengatakan menulis adalah aktivitas
seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis
dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat di
pahami oleh para pembaca. Di lain pihak Hasani (2005:2) mengatakan
menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung.
2. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang di
pergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara
tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
haruslah trampil; memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa
kata. Keterampilan menulis ini kita tidak datang secara otomatis
melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.
Dalam masyarakat modern ini jelas bahwa keterampilan
menulis sangat di butuhkan. Kiranya tidak berlebihan bila di katakan
bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang
terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Ada seorang penulis yang
mengatakan bahwa menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk
mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan
dan mempengaruhi dan maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat
dicapai dengan dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun
pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan itu tergantung
pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat.
3. Hubungan Antara Menulis dan Membaca
Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat.
Bila kita menuliskan sesuatu, maka pada prinsipnya kita ingin agar
tulisan itu dibaca oleh orang lain; paling sedikit dapat kita baca sendiri
pada saat lain. Demikianlah hubungan antara menulis dan membaca
pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dan pembaca.
Mengenai tulisan yang baik, Morris (Moris dalam Tarigan) beserta
rekan-rekannya mengemukakan pendapat sebagai berikut:
“tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran dan perasaan yang
a. Kalau sang penulis tahu apa yang harus dikatakan, yaitu kalau
dia mengetahui benar-benar pokok pembicaraannya;
b. Kalau sang penulis tahu bagaimana caranya memberi struktur
terhadap gagasan-gagasanya;
c. Kalau sang penulis mengetahui bagaimana caranya
mengekspresikan dirinya dengan baik, yaitu kalau dia menguasai
suatu gaya yang serasi.
Atau secara singkat, para ahli merumuskan ciri-ciri tulisan
yang baik seperti berikut ini:
a. Jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau ide anda
b. Jelas: jangan membingungkan para pembaca
c. Singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca
d. Usahakan keanekaragaman: panjang kalimat yang
beranekaragam; berkarya dengan penuh kegembiraan.
4. Hubungan Antara Menulis Dan Berbicara
Antara menulis dan berbicara mempunyai hubungan yang sangat
erat. Kedua-duanya memiliki ciri yang sama yaitu produktif dan
ekspresif. Perbedaannya ialah bahwa dalam menulis diperlukan
pengelihatan dan gerak tangan, sedangkan dalam berbicara di perlukan
pendengaran dan pengucapan. Dengan kata lain menulis merupakan
komunikasi tidak langsung, tidak tatap muka, sedangkan berbicara
merupakan komunikasi langsung atau komunikasi tatap muka baik
yang sama yaitu: sruktur kata atau bahasa, kosa kata, kecepatan atau
kelancaran umum; bedanya ialah bahwa kalau menulis berkaitan dengan
ortografi, maka berbicara berkaitan erat dengan fonologi.
5. Menulis Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi
Secara luas komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia
dan binatang-binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain.
Manusia berkomunikasi melalui gerak gerik refleks yang sederhana dan
bunyi-bunyi yang tidak berupa bahasa. Proses komunikasi berlangsung
melalui tiga media yaitu: visual, Oral atau lisan dan Written atau tulis.
Maju atau tidaknya komunikasi tulis dapat di lihat dan diukur dari
kualitas dan kuantitas hasil percetakan yang terdapat di suatu negara,
yang antara lain meliputi penerbitan-penerbitan :
a. Surat kabar-surat kabar
b. Majalah-majalah
c. Buku-buku
6. Batasan, Fungsi, Tujuan Menulis
Maksud dan tujuan penulis adalah response atau jawaban yang
diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan
batasan ini maka dapatlah dikatakan bahwa:
a. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar
b. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut
wacana persuasive
c. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan
atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer
d. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat
atau berapi-api disebut wacana ekspresif
7. Arti Penting Menulis
Dengan menulis seseorang bisa mengaktualisasikan kekayaan
intelektualitas yang diperoleh dari membaca ke dalam relitas pada
berbagai tingkat masyarakat dan peradaban, sehingga akan
menghasilkan infrastruktur yang integral bagi penyebaran ilmu
pengetahuan tersebut. Dengan demikian maka menulis menjadi
kebutuhan bagi masyarakat ilmu pengetahuan , bahkan menulis
merupakan sebuah keterampilan yang dapat digunakan dengan cara yang
sangat menguntungkan baik secara spiritual maupun untuk tujuan
komersial.
Menulis merupakan salah satu kebutuhan pokok dari suatu
masyarakat ilmu pengetahuan atau masyarakat modern. Artinya suatu
masyaraklat modern tidak akan berkembang tanpa ilmu pengetahuan dan
tanpa memiliki ilmu pengetahuan. Tidak mungkin suatu masyarakat ilmu
pengetahuan tanpa ada bahan bacaan, dan tidak mungkin bahan bacaan
akan ada tanpa ada sebuah tulisan. Tanpa menulis, masyarakat ilmu
ilmu pengetahuan merupakan suatu hambatan yang sangat besar di
dalam pengembangan diri seseorang di dalam suatu masyarakat ilmu
pengetahuan.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang terkait dengan kemampuan membaca
dan menulis dilakukan oleh Sulaiman B. Adiwidjaja, dkk (1981), yang
berjudul “Kemampuan Berbahasa Indonesia Murid-murid Kelas III SMP
Negeri Jawa Barat: Menulis dan Membaca”. Subyek pada penelitian ini
adalah murid-murid kelas III di Jawa Barat. Sedangkan sampelnya diambil
secara stratifikasi dengan teknik random, sekolah yang di jadikan sampel
adalah sekolah yang terletak di ibu kota kabupaten/ kota madya dan yang
terletak di ibu kota kecamatan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner, serta
mengadakan tes kemampuan berbahasa Indonesia khususnya membaca dan
menulis.
E. Rasionalitas Penelitian
Indonesia adalah salah satu negara multikultural di dunia. Hal ini
dapat dilihat dari kondisi sosio kultural maupun geografis. Bangsa Indonesia
terdiri dari beragam suku dan ras, yang memiliki budaya bangsa, agama atau
keyakinan yang berbeda-beda. Saat ini jumlah pulau yang ada di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar ± 13.000 pulau yang
mana terdiri dari 300 suku yang mampunyai hampir 200 bahasa yang
berbeda. Penduduk di Indonesia juga menganut agama dan kepercayaan
yang beragam, seperti Islam, Kriten, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu serta
berbagai macam aliran kepercayaan (Azra, 2003).
Kondisi Indonesia yang sangat beragam ini, menggambarkan
kekayaan potensi sebuah masyarakat yang pluralis atau heterogen, namun
kondisi yang demikian mengandung dampak negatif antara satu dengan
yang lain karena mereka tidak saling mengenal budaya lain. Berdasarkan
budaya yang beranekaragaman tersebut maka alat yang dapat
mempersatukan semua suku yang ada di Indonesia adalah bahasa Indonesia.
Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat belajar dan menghargai
kebudayaan suku yang lain.
Dalam dunia pendidikan kemampuan berbahasa Indonesia juga
merupakan kebutuhan yang sangat mendasar, bagaimana mungkin seorang
siswa dapat berhasil dalam belajar jika ia tidak memiliki kemampuan
berbahasa (membaca dan menulis). Apabila seorang siswa sudah dapat
membaca dan menulis maka ia akan lebih mudah untuk mempelajari mata
pelajaran yang lain seperti: ekonomi, geografi, biologi, fisika, dll.
Sampai saat ini, sudah banyak penelitian-penelitian yang telah
dilakukan untuk mengetahui kemampuan murid-murid dalam berbahasa
(membaca dan menulis). Namun, sebagian besar penelitian-penelitian
tersebut dilakukan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Memang tidak
fokus dari bidang bahasa. Dalam penelitian kali ini, peneliti ingin
mengadakan penelitian tentang kemampuan murid-murid dalam membaca
dan mennulis tetapi lebih memfokuskan pada bidang ilmu pengetahuan
sosial (ekonomi). Membaca dan menulis dalam mata pelajaran ekonomi
banyak mempunyai arti yang berbeda dengan mata pelajaran bahasa.
Sebagai contoh kata permintaan kalau dalam ekonomi berarti sejumlah
barang dan jasa yang diinginkan untuk dibeli atau dimiliki pada berbagai
harga dan waktu tertentu, sedangkan dalam bidang bahasa diartikan
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif sebab berusaha
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek atau subjek
yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.
(Sugiono, 2007:21). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang yang dialami oleh subyek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik
dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah (Moleong:1992: 6).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 2 Wanggar , SMP N 1
Wanggar, dan SMP N 1 Uwapa di kabupaten Nabire. Waktu penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2009. Alasan objektif
penulis mengadakan penelitian di kabupaten Nabire adalah masih terdapat
masalah membaca dan menulis di tingkat SMP, selain itu di kabupaten
Nabire merupakan salah satu kabupaten yang ada di Papua yang cukup
juga ditempati oleh masyarakat dari luar Papua misalnya, suku Jawa,
Manado, Toraja, Batak, dan lain-lain. Sedangkan alasan subyektif penulis
mengadakan Penelitian di Kabupaten Nabire karena lokasi penelitian
merupakan daerah asal penulis.
C. Subjek dan Objek 1. Subjek
Subjek menurut Arikunto (2000:116) adalah benda, hal atau orang
tempat variabel penelitian melekat. Mereka berperan sebagai pemberi
informasi yang berhubungan dengan subjek penelitian. Subjek penelitian
ini adalah murid-murid SMP N kelas VIII dikabupaten Nabire
2. Objek
Objek dalam penelitian ini adalah variabel yang akan diteliti yaitu
kemampuan murid SMP dalam membaca dan menulis teks mata
pelajaran ilmu pengetahuan sosial (ekonomi) di kabupaten Nabire.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi menurut Sugiono (2007:55) adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri
2. Sampel
Sampel menurut Sugiono (2007:56) adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut
Arikunto (1989:120), dalam pengambilan sampel apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian tersebut
merupakan penelitian populasi. Sebaliknya, apabila subyeknya lebih dari
100 maka diambil 10-15%. Sesuai dengan rekomendasi dari Arikunto
sampel yang diambil adalah: seluruh murid kelas VIII di SMP N 1
Wanggar, SMP N 2 Wanggar dan SMP N 1 Uwapa.
a. SMP N 1 Wanggar, jumlah murid kelas VIII sebanyak 58
b. SMP N 2 Wanggar, jumlah murid kelas VIII sebanyak 113
c. SMP N 1 Uwapa, jumlah murid kelas VIII sebanyak 24
Jumlah seluruh murid yang dijadikan sample penelitian adalah 195
murid.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Penentuan sampel dari populasi dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan Purposive Sampling. Menurut Hariwijaya, dkk
(2007:67) Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel
berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai
hubungan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Kriteria yang digunakan untuk memilih sekolah dan murid sebagai
a. Sekolah negeri yang terletak di pinggiran kota, karena peneliti
ingin mengetahui bagaimanakah kemampuan membaca dan
menulis teks mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial murid SMP N
yang ada di pinggiran kota.
b. Responden dari setiap sekolah yaitu murid kelas VIII, sebab
murid-murid tersebut sudah merasakan suasana dan kondisi lingkungan
sosial selama satu tahun
c. Semua kelas VIII
Sampel diambil menggunakan Purposive Sampling. Dengan
demikian, terdapat 3 sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian
ini yang meliputi:
1. SMP N 2 Wanggar
2. SMP N 1 Wanggar
3. SMP N 1 Uwapa
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa
saja yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari sehingga dapat
diperoleh informasi tentang hal-hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2003:31) variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Kemampuan Membaca
b. Kemampuan Menulis
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Teks
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis Teks Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Ekonomi)
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah Tes, observasi, wawancara.
1. Kemampuan Membaca
Untuk memperoleh data kemampuan membaca telah
disediakan sejumlah soal yang berhubungan dengan bahan bacaan.
Bahan bacaan dibagikan kepada para murid untuk dibaca dalam hati .
Setelah para murid membaca, selajutnya diminta untuk menjawab
pertanyaan yang telah dipersiapkan. Hal ini ditempuh untuk
memudahkan para murid untuk jawaban dalam waktu yang telah
ditentukan dan untuk memudahkan pemeriksaan mengingat responden
untuk penelitian ini cukup banyak.
Setelah membaca dalam hati para murid diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disediakan sebagian besar
diambil dari bahan bacaan. Pertanyaan berbentuk pilihan ganda yaitu:
memilih jawaban yang tepat. Pada waktu pemeriksaan setiap soal
diberikan bobot yang sama. Yang dihitung adalah jawaban yang benar.
Hasil akhir untuk setiap murid diperoleh dengan cara membagi jumlah
Rumus :
∑ jawaban benar
= x 100
∑ soal
Kemudian data hasil penelitian dianalisis menggunakan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) tipe II (Masidjo, 1995:157) dengan perhitungan
sebagai berikut :
Tabel III.1
Penilaian Acuan Patokan Tipe II Kemampuan Membaca Teks Mata
Pelajaran IPS
Untuk mengetahui kemampuan murid dalam menulis dapat
digunakan berbagai cara. Namun dalam penelitian ini peneliti akan
membacakan teks mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (ekonomi),
sedangkan para murid diminta untuk menulis kembali apa yang di baca
oleh peneliti di atas kertas yang telah disediakan.
Pada waktu pemeriksaan untuk mengetahui kemampuan menulis,
peneliti menilai berdasarkan kesalahan per kata dalam teks bacaan.
Tabel III. 2
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari murid SMP
kelas VIII mengenai kemampuan murid-murid dalam membaca dan
menulis teks mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (ekonomi). Data
primer diperoleh melalui Tes.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari SMP Negeri di kabupaten
Nabire berupa keterangan, catatan atau dokumen dalam kaitannya
dengan penelitian ini. Data tersebut meliputi gambaran umum kabupaten
Nabire dan gambaran umum SMP Negeri di kabupaten Nabire.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diinginkan terkumpul maka untuk selanjutnya
dilakukan analisis data. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu
melalui alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa
sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita
akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan
berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian
tersebut. Dalam penelitian kali ini penyajian data yang dimaksud
adalah data tentang kemampuan murid-murid SMP N kelas VIII
dalam membaca dan menulis teks mata pelajaran ilmu pengetahuan
sosial (ekonomi) di kabupaten Nabire.
c. Menarik Kesimpulan
Kegiatan analisis ketiga yang paling penting adalah menarik
kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian
dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan
35 BAB IV
GAMBARAN UMUM
Dalam bab IV ini peneliti akan membahas tentang gambaran umum
kabupaten Nabire, gambaran umum SMP N 1 Uwapa, gambaran umum SMP
N 1 Wanggar serta gambaran umum SMP N 2 Wanggar.
A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN NABIRE
Dalam gambaran umum kabupaten Nabire ini, peneliti akan membahas
tentang peta kabupaten Nabire, dasar hukum berdirinya kabupaten Nabire,
keadaan geografi, kependudukkan.
1.Peta Kabupaten Nabire
GambarIV.1 Peta Kabupaten Nabire
Dalam peta tersebut di atas menggambarkan bahwa, di Kabupaten
Distrik Uwapa, Distrik Siriwo, Distrik Napan, Distrik Nabire, Distrik
Sukikai, Distrik Mapia, Distrik Kamu, Distrik Kamu.
Namun terjadi pemekaran beberapa kabupaten di propinsi Papua,
sehingga 4 Distrik yang terdapat di kabupaten Nabire ikut terbagi dalam
kabupaten baru yang dimekarkan, maka tersisa 6 distrik. Pada tahun 2008
terjadi pemekaran 6 distrik baru di kabupaten Nabire antara lain: Distrik
Teluk Umar, Distrik Teluk Kimi, Distrik Nabire barat, Distrik Makimi,
Distrik Yaro, Distrik Wapoga. Dengan demikian jumlah distrik di
kabupaten Nabire berjumlah 12 distrik.
2. Dasar Hukum Berdirinya Kabupaten Nabire
Pemerintah kabupaten Nabire dibentuk perdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 tahun 1996 sebagai wujud
pemekaran Kabupaten Dati II Paniai yang dibagi menjadi 3 kabupaten
yaitu:
a. Kabupaten Dati II Nabire dengan ibukota Nabire
b.Kabupaten Administratif Paniai dengan ibukota Enarotali
c. Kabupaten Administratif Puncak Jaya dengan ibukota Mulia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, maka pada tanggal 28
Desember 1996 atas nama Menteri Dalam Negeri, Gubernur Irian Jaya
meresmikan terbentuknya Kabupaten Daerah Tingkat II Nabire, yang
sekaligus dijadikan sebagai Hari Ulang Tahun Kabupaten Nabire.
Pemerintah Daerah, dengan konsep Otonomi Daerah yang luas, nyata dan
bertanggung jawab, maka Daerah Tingkat II dihapus, sehingga sebutan
Kabupaten Dati II Nabire berubah menjadi Kabupaten Nabire.
3. Keadaan Geografi
Luas wilayah kabuaten Nabire adalah 15.357,55 km2, dan terletak
diantara 134,35 BT-136,37 BT dan 2,25 LS-4,15 LS, dengan batas-batas
wilyah Kabupaten Nabire sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Yapen dan Kabupaten Waropen
b.Sebelah Timur : Kabupaten Paniai dan Kabupaten Waropen
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Kaimana dan Kabupaten Mimika
d.Sebelah Barat : Kabupaten Teluk Wandama dan Kabupaten Kaimana
Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian letak dimana setiap kenaikan
100 m dari permukaan air laut mengalami penurunan rata-rata 0.60 ºC.
Akibat topografi yang bervariasi di dataran tinggi maka suhu udara di
Kabupaten Nabire berkisar antara 20 ºC –32 ºC, dengan suhu maksimun 34
ºC. Wilayah ini beriklim tropis basah dengan curah hujan hampir merata
sepanjang tahun. Kabupaten Nabire terdiri dari 12 Distrik yaitu, Distrik
Wapoga, Distrik Napan, Distrik Makimi, Distrik Teluk Kimi, Distrik
Nabire, Distrik Siriwo, Distrik Nabire Barat, Distrik Wanggar, Distrik Yaro,
4. Kependudukan
Jumlah penduduk kabupaten Nabire pada tahun 2008 tercatat sejumlah
105.244 jiwa, yang terdiri dari laki- laki berjumlah 57.861 jiwa dan
perempuan berjumlah 47.383 jiwa dengan perincian sebagai berikut:
Table IV.I
Jumlah Penduduk Kabupaten Nabire Tahun 2008 Kode
Distrik
Nama
Distrik Laki-laki Perempuan Jumlah
050 UWAPA 7559 5290 12849
060 YAUR 1248 866 2114
061 TELUK UMAR 455 409 864
070 WANGGAR 3690 3117 6807
071 NABIRE
BARAT 4566 3875 8441
080 NABIRE 28963 24365 53328
081 TELUK KIMI 3436 3015 6451
090 NAPAN 1251 1084 2335
091 MAKIMI 2816 2504 5320
092 WAPOGA 223 218 441
100 SIRIWO 2074 1320 3394
110 YARO 1580 1320 2900
Sumber : BPS (Angka Estimasi)
B. GAMBARAN UMUM SMP NEGERI I UWAPA
1. Sejarah SMP Negeri 1 Uwapa
SMP Negeri 1 Uwapa yang beralamatkan dijalan Nabire- Ilaga
kelurahan Topo distrik Uwapa kabupaten Nabire ini berdiri pada tahun
1986. Sejak sekolah ini berdiri sudah terjadi pergantian kepala sekolah
sebanyak 3 kali yaitu:
Tahun 1986-1998 Bpk Saragih
Tahun 1998-2003 Bpk Theodorus
Tahun 2004-Sekarang Bpk Kristian Mukiri
Sampai saat ini SMP N 1 Uwapa masih beroperasi dan masih memiliki
ini hanya ada 3 rombongan belajar yaitu: kelas VII terdiri dari 1
rombongan belajar, kelas VIII terdiri dari 1 rombongan belajar dan kelas
IX juga terdiri dari 1 rombongan belajar.
2. Visi, Misi SMP Negeri 1 Uwapa
a. Visi SMP Negeri 1 Uwapa
“Unggul dalam IPTEK, berketerampilan, berbudi pekerti, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatkan’
Indikator Visi:
a) Unggul dalam bidang akademik
b) Unggul dalam bidang non akademik
c) Luhur dalam budi pekerti
d) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Misi SMP Negeri 1 Uwapa
SMP Negeri 1 Uwapa memiliki 7 Misi antara lain:
a) Memberi bekal pengetahuan yang bermuara pada perolehan
nilai UN sama nilai Standar Minimum
b) Memberi bekal pengetahuan dasar komputer dan keterampilan
dasar lainnya sebagai dasar lainnya sebagai modal dasar
kecakapan hidup
c) Cakap dan percaya diri sendiri dalam rangka pengembangan
Imtaq, Ilmu Pengetahuan, dan Keterampilan
e) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif
sehingga setiap peserta didik dapat berkembang optimal sesuai
dengan potensi yang dimilikinya
f) Meningkatkan mutu pendidik
g) Meningkatkan sarana dan prasarana
3. Sumber Daya Manusia SMP Negeri 1 Uwapa
SMP Negeri 1 Uwapa memiliki 12 orang guru tetap (GT), 2 orang
guru tidak tetap (GTT), serta memiliki 2 orang pegawai Tata Usaha
(TU).
4. Murid SMP Negeri 1 Uwapa
Tahun ajaran 2009/2010, SMP Negeri 1 Uwapa mempunyai 3
rombongan belajar yaitu: kelas VII terdiri dari 1 rombongan belajar
dengan jumlah murid 28 orang, kelas VIII terdiri dari 1 rombongan
belajar dengan jumlah murid 24 orang, dan kelas IX juga terdiri dari 1
rombongan belajar dengan jumlah murid 30 orang. Jumlah seluruh
murid SMP Negeri 1 Uwapa sebanyak 82 orang.
5. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah
SMP Negeri 1 Uwapa beralamatkan di jalan Nabire- Ilaga,
distrik Uwapa kabupaten Nabire. Letak sekolah dekat jalan raya
namun sangat jauh dari pusat kota, sehingga suasana belajar mengajar
tidak terganggu oleh suara kendaraan karena jarak gedung sekolah ke
jalan raya masih cukup jauh. Gedung sekolah berbentuk huruf U.
Gedung sekolah SMP N 1 Uwapa dalam keadaan baik. Kondisi
bangunan semi permanent, kokoh dan lantai bertegel warna putih.
Sirkulasi udara sangat baik dan terdapat banyak candela. Terdapat
taman bunga di depan setiap kelas sehingga menambah kesejukan,
keindahan, dan kenyamanan.
Halaman sekolah SMP N1 Uwapa terbagi menjadi 2 bagian.
Bagian depan sekolah adalah halaman yang cukup luas yang ditanami
pohon cemara. Dan halaman yang kedua di bagian tengah, halaman ini
luas yang biasanya di gunakan untuk upacara bendera, dan olah raga.
Pagar sekolah terbuat dari kayu besi yang dicat warna biru dan pink.
Kamar kecil di SMP N 1 Uwapa ini dibedakan atas kamar kecil untuk
guru dan untuk murid yang masing-masing dibedakan bagi pria dan
wanita. Kantin SMP N 1 Uwapa terdiri dari satu unit yang melayani
kebutuhan murid dan guru pada waktu istirahat. SMP Negeri 1 Uwapa
juga memiliki laboratorium IPA, perpustakaan, rumah dinas kepala
sekolah, ruang keterampilan, komputer, genset, motor dinas, dan
C. GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 2 WANGGAR
1. Sejarah SMP Negeri 2 Wanggar
SMP Negeri 2 Wanggar yang beralamatkan dijalan
Diponegoro kampung Kalisemen Distrik Nabire Barat Kabupaten
Nabire ini berdiri pada tanggal 20 November tahun 1984. Sejak
sekolah ini berdiri sudah terjadi pergantian kepala sekolah sebanyak 4
kali yaitu:
Tahun 1984-1995 Bpk. Agus Lukito, B. A (almarhum)
Tahun 1995-2001 Bpk. Untung Sumarman
Tahun 2001- 2009 Ibu Petronelly Toisuta
Dari bulan Juli 2009 sampai sekarang Ibu SaloceYumame, S. Pd
Selain sudah terjadi pergantian kepala sekolah SMP Negeri 2
Wanggar ini juga sudah pernah mengalami perubahan nama sebanyak
3 kali yaitu:
Tahun 1997 menjadi SLTP Negeri 3 Nabire
Tahun 2004 menjadi SMP Negeri 3 Nabire
Tahun 2006 menjadi SMP Negeri 2 Wanggar
Sampai saat ini SMP ini masih beroperasi dan masih memiliki
murid- murid yang cukup banyak. Rombongan belajar di SMP ini ada
12 rombongan belajar yaitu: kelas VII terdiri dari 4 rombongan belajar,
kelas VIII terdiri dari 4 rombongan belajar dan kelas IX juga terdiri
2. Visi, Misi SMP Negeri 2 Wanggar
a. Visi SMP Negeri 2 Wanggar
“Unggul dalam Mutu, Maju dalam prestasi, Bertaqwa dan Berbudi
Luhur’
b. Misi SMP Negeri 2 Wanggar
SMP Negeri 2 Wanggar memiliki 4 Misi antara lain:
a) Melaksanakan pembelajaran yang aktif dan memberdayakan
bimbingan konseling secara efektif agar peserta didik dapat
berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki
b) Menumbuhkembangkan keunggulan dalam penerapan IPTEK
c) Membina peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler
d) Menumbuhkan penghayatan terhadap agama yang dianut melalui
kegiatan pengajian, kebaktian atau ibadah.
3. Sumber Daya Manusia SMP Negeri 2 Wanggar
SMP Negeri 2 Wanggar memiliki 22 orang guru tetap (GT), 3 orang
guru tidak tetap (GTT), serta memiliki 3 orang pegawai Tata Usaha
(TU).
4. Murid SMP Negeri 2 Wanggar
Tahun ajaran 2009/2010, SMP Negeri 2 Wanggar mempunyai 12
rombongan belajar yaitu: kelas VII terdiri dari 4 rombongan belajar
dengan jumlah murid 91 orang, kelas VIII terdiri dari 4 rombongan
4 rombongan belajar dengan jumlah murid 115 orang. Jumlah seluruh
murid SMP Negeri 2 Wanggar sebanyak 319 orang.
5. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah
SMP N 2 Wanggar beralamat di jalan Diponegoro kampung
kalisemen distrik Nabire barat Kabupaten Nabire. Letak sekolah sangat
dekat dengan jalan raya, sehingga mudah dijangkau oleh siapa saja.
Gedung sekolah SMP N 2 Wanggar berbentuk persegi.
Ditengah-tengah terdapat lapangan basket dan lapangan upacara. Gedung
bangunan SMP N 2 Wanggar baik. Kondisi bangunannya Semi
permanent, kokoh dan berlantai tegel. Sirkulasi udara sangat baik dan
terdapat banyak jendela sehingga cahaya cukup mendukung proses
belajar mengajar. Terdapat taman di depan semua kelas sehingga
menambah kesejukan, keindahan dan kenyamanan lingkungan.
Pagar selolah terbuat dari tembok berwarna putih biru, kamar
kecil di SMP N 2 dibedakan atas kamar kecil guru dan kamar kecil
murid yang masing- masing dibedakan bagi pria dan wanita. Kamar
kecil guru terawat dengan baik, dengan kondisi selalu bersih dan air
cukup, sedangkan untuk kamar kecil murid keadaannya kurang baik.
Kantin SMP N 2 Wanggar ada satu unit sehingga kurang mampu
melayani kebutuhan murid dan guru pada saat istirahat. Kantin
disekolah ini dikelola oleh para guru dengan kondisi yang kurang baik.
SMP N 2 Wanggar mempunyai sebuah perpustakaan namun
tidak dibuka setiap hari. Perpustakaan ini dibuka jika ada murid yang
mengambil buku paket untuk belajar setelah itu ditutup kembali.
Sehingga di SMP ini para murid tidak pernah membaca buku di dalam
perpustakaan.
D. GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 WANGGAR
1. Sejarah SMP Negeri 1 Wanggar
SMP Negeri 1 Wanggar yang beralamatkan di jalan Poros kelurahan
Wanggar Sari distrik Wanggar kabupaten Nabire ini berdiri pada tahun
1984, namun baru beroperasi pada tahun 1985. Sejak sekolah ini berdiri
sudah terjadi pergantian kepala sekolah sebanyak 3 kali yaitu:
Tahun 1985-1998 Koufi Bolo Aras
Tahun 1998-2002 Maria Cicilia Yulianti
Tahun 2002-Sekarang Ramelan Tahanina
Sampai saat ini SMP ini masih beroperasi dan masih memiliki murid-
murid yang cukup banyak. Rombongan belajar di SMP ini ada 6
rombongan belajar yaitu: kelas VII terdiri dari 2 rombongan belajar, kelas
VIII terdiri dari 2 rombongan belajar dan kelas IX juga terdiri dari 2
rombongan belajar.
2. Visi, Misi SMP Negeri 1 Wanggar a. Visi SMP Negeri 1 Wanggar
“Terwujudnya sekolah unggulan yang berlandaskan Imtaq dan Ipteks’
Indikator Visi:
b). Unggul dalam perolehan Nilai Ujian Akhir Nasional (NUAN)
c). Unggul dalam bidang olah raga dan seni
d). Juara dalam olympiade MIPA/SAINS
e). Cakap dalam menggunakan bahasa Inggris
f). Terampil dalam mengoperasikan komputer
g). Memiliki lingkungan yang sehat, Asri dan kondusif untuk belajar
h). Mampu dalam menyikapi kondisi geografis, ekonomis dan politis
masyarakat lingkungan sekolah
b. Misi SMP Negeri 1 Wanggar
SMP Negeri 1 Wanggar memiliki 3 Misi antara lain:
a) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif
dan menyenangkan (PAKEIM)
b) Melaksanakan pembinaan pengembangan diri melalui kegiatan
ekstrakurikuler
c) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral,
agama, seni, dan budaya.
3. Sumber Daya Manusia SMP Negeri 1 Wanggar
Guru yang bekerja di SMP Negeri 1 Wanggar secara keseluruhan
berjumlah 18 orang guru tetap serta 2 orang pegawai Tata Usaha. Dari 18
guru tersebut 12 orang berpendidikan Sarjana atau S1, Sarjana Muda atau
D III berjumlah 3 orang, PGSD 2 orang sedangkan SPG/SGO/SGA/KPG
berjumlah 1 orang. Para guru tersebut mengajar sesuai dengan