• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V C SD NEGERI 2 JATIMULYO KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN AJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V C SD NEGERI 2 JATIMULYO KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN AJARAN 2011/2012"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V C SD

NEGERI 2 JATIMULYO KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN AJARAN 2011/2012

Oleh RISWAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran gerak dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan modifikasi alat berupa hulahope pada siklus pertama bambu dan tali karet pada siklus kedua dan tiang bambu dan mistar dari tali karet pada siklus ketiga. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),dengan menggunakan tiga siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo yang berjumlah 33 siswa. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar gerak dasar lompat tinggi gaya gunting.

Hasil penelitian menunjukkan: pada temuan awal hanya mencapai ketuntasan 30,30 % dengan persentase keberhasilan belajar siswa 9,09 % hal ini berarti masih rendahnya kemampuan gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting. Pada siklus pertama dengan penggunaan modifikasi alat berupa hulahope diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 33,34 %, sedangkan prosentase keberhasilan belajar klasikal 21,21 % itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus kedua dengan menggunakan modifikasi alat bambu dan tali karet diperoleh prosentase

keberhasilan ketuntasan belajar 42,42 %, dengan persentase keberhasilan belajar siswa 42,42 % itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus ketiga dengan menggunakan modifikasi alat tiang bambu dan mistar dari tali karet diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar 39,39 %, dengan persentase keberhasilan belajar siswa 90,90 % hal ini berarti proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan klasikal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran Atletik khususnya pada materi gerak dasar lompat tinggi gaya gunting dengan menggunakan modifikasi alat dapat memperbaiki dan

(2)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V C SD

NEGERI 2 JATIMULYO KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN AJARAN 2011/2012

Oleh RISWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V C SD NEGERI 2 JATIAMULYO KECAMATAN JATIAGUNG LAMPUNG SELATAN

AJARAN 2011/2012 Nama Mahasiswa : Riswan

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013078016 Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Akor Sitepu, M.Pd

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Wiyono, M.Pd

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(5)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Riswan

NPM : 1013078016

Tempat tanggal lahir : Menggala, 9 September 1976

Alamat : Jalan Ratu Dibalau Gg. Cempaka 3 RT 4 Way Kandis Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul Efektivitas Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan Ajaran 2011/2012 adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Juni 2012

(6)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V C SD

NEGERI 2 JATIMULYO KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN AJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh RISWAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

(7)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V C SD

NEGERI 2 JATIMULYO KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN AJARAN 2011/2012

Oleh RISWAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran gerak dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan modifikasi alat berupa hulahope pada siklus pertama bambu dan tali karet pada siklus kedua dan tiang bambu dan mistar dari tali karet pada siklus ketiga. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),dengan menggunakan tiga siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo yang berjumlah 33 siswa. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar gerak dasar lompat tinggi gaya gunting.

Hasil penelitian menunjukkan: pada temuan awal hanya mencapai ketuntasan 30,30 % dengan persentase keberhasilan belajar siswa 9,09 % hal ini berarti masih rendahnya kemampuan gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting. Pada siklus pertama dengan penggunaan modifikasi alat berupa hulahope diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 33,34 %, sedangkan prosentase keberhasilan belajar klasikal 21,21 % itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus kedua dengan menggunakan modifikasi alat bambu dan tali karet diperoleh prosentase

keberhasilan ketuntasan belajar 42,42 %, dengan persentase keberhasilan belajar siswa 42,42 % itu berarti tindakan belum memenuhi ketuntasan belajar. Pada siklus ketiga dengan menggunakan modifikasi alat tiang bambu dan mistar dari tali karet diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar 39,39 %, dengan persentase keberhasilan belajar siswa 90,90 % hal ini berarti proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan klasikal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran Atletik khususnya pada materi gerak dasar lompat tinggi gaya gunting dengan menggunakan modifikasi alat dapat memperbaiki dan

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Menggala Tulang Bawang pada tanggal 9 September 1976, dari pasangan Bapak Abdul Ajis dan Ibu Hasmah.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu Sekolah Dasar Di SD Negeri 2 Ujung Gunung Ilir diselesaikan pada tahun 1988. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negri 1Menggala pada tahun 1991, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1Menggala pada tahun 1994, dan menyelesaikan studi Diploma II Universitas Lampung pada tahun 2003. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan S1 FKIP Universitas Lampung.

April s.d mei 2012, penulis melaksanakan PTK (Penelitian Tindak Kelas) di SD Negeri 2 Jatimulyo Lampung Selatan untuk menyelesaikan tugas akhir studi Evektivitas Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo Kecamatan

(9)

MOTTO

Pendidikan adalah persiapan paling baik untuk hari tua .

Kesehatan adalah pangkal kesuksesan

(Aritoteles)

Tidak ada pekerjaan yang yang tidak bias terselesaikan

Apabila ada usaha yang keras untuk menyelesaikannya

(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orangtuaku tercinta (alm) yang telah

mendidik dan membesarkanku

Untuk istriku yang selama ini menemani, mendukung, member semangat

sekaligus teman dalam hidupku

Untuk buah hatiku yang selali member kebahagiaan dalam hidupku

Untuk semua keluarga besarku yang selalu member semangat baik moral

maupun materil

Untuk teman-teman satu kampus yang selalu member masukan dan saran dalam

proses penyelesaian sekripsi ini

Serta untuk dosen-dosen dan staff pengajar yang selama ini telah memberikan

ilmu dan wawasan selama penulis menuntun ilmu

Almamater-ku FKIP Unila,

(11)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul Evektivitas Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2011/2012 adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan. 3. Drs. Wiyono, S.Pd. M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani

dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd. Selaku Pembimbing pertama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

5. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

7. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

8. Kepala sekolah SDN 2 Jatimulyo yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas V C tahun pelajaran 2011/2012. 9. Siswa-siswi kelas V C SD Negeri Jatimulyo tahun pelajaran 2011/2012,

terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, ayo sukseskan program S1 dalam jabatan secepatnya. Semangat.

(12)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 2012 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

SAN WACANA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran... 8

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ... 9

C. Konsep Belajar Motorik ... 11

1. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik... 11

2. Tahapan Belajar Gerak... 13

a. ... 13

b. Tahap Koqnitif/Fikasi ... 14

c. ... 14

D. Pengertian Mengajar ... 15

E. Modifikasi alat ... 16

F. Atletik... 20

G. Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Pengertian Metodologi Penelitian ... 24

B. Setting Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian... 26

D. Rencana Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting... 26

1. Siklus I ... 26

2. Siklus II ... 27

3. Siklus III... 28

E. Teknik Pengumpulan Data... 29

F. Instrumen dan Cara Pengambilanya ... 30

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran3Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 34

a. Siklus Pertama... 35

b. Siklus Kedua ... 35

c. Siklus Ketiga ... 35

2. Analisis Efektifitas Pembelajaran Setiap Siklusnya ... 38

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN DARAN ... 41

A. Simpulan ... 41

B. Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN... 45

(15)

Tabel Halaman 1. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 34 2. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 34 3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting

Siklus-1 ... 35 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting

Siklus-2... 36 5. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting

Siklus Ke-3... 36 6. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Pada

Cabang Olahraga Atletik Di Setiap Siklus... 37 7. Deskripsi Evektifitas Pembelajaran Pada Setiap siklus ... 38

(16)

Gambar Halaman

1. Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 21

2. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993) ... 24

3. Diagram batang Perbandingan hasil Persentase Ketuntasan Belajar pada Tes Awal, Siklus I, Siklis II, Siklus III... 37

4. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Saat Pemanasan Dengan Gerak Diam... 51

5. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Saat Pemanasan Dengan Bergerak... 52

6. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Siklus I ... 53

7. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Siklus II... 54

8. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Siklus III ... 55

(17)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V C SD

NEGERI 2 JATIMULYO KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN AJARAN 2011/2012

Oleh RISWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 21

2. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993) ... 24

3. Diagram batang Perbandingan hasil Persentase Ketuntasan Belajar pada Tes Awal, Siklus I, Siklis II, Siklus III... 37

4. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Saat Pemanasan Dengan Gerak Diam... 51

5. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Saat Pemanasan Dengan Bergerak... 52

6. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Siklus I ... 53

7. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Siklus II... 54

8. Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Siklus III ... 55

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

SAN WACANA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Efektivitas Pembelajaran... 8

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ... 9

C. Konsep Belajar Motorik ... 11

1. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik... 11

2. Tahapan Belajar Gerak... 13

a. ... 13

b. Tahap Koqnitif/Fikasi ... 14

c. ... 14

D. Pengertian Mengajar ... 15

E. Modifikasi alat ... 16

F. Atletik... 20

G. Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Pengertian Metodologi Penelitian ... 24

B. Setting Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian... 26

D. Rencana Penelitian Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting... 26

1. Siklus I ... 26

2. Siklus II ... 27

3. Siklus III... 28

(20)

F. Instrumen dan Cara Pengambilanya ... 30

G. Analisis Data ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran3Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 34

a. Siklus Pertama... 35

b. Siklus Kedua ... 35

c. Siklus Ketiga ... 35

2. Analisis Efektifitas Pembelajaran Setiap Siklusnya ... 38

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN DARAN ... 41

A. Simpulan ... 41

B. Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994.Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007.Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2005.Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik. Depdikbud Dirjen Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta.

Dahlan. M. D. 1984.Model-Model Mengajar. Penerbit CV Diponegoro. Bandung. Danusyogo, Suyono. 2000, 2001.Pedoman Mengajar; Lari, Lompat, Lempar

Level I. Jakarta : Staf Sekertariat IAAF-RDC.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Pembelajaran Silabus Penjas Sekolah Dasar.

Hamalik, Oemar. 1994.Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara. Bandung. Lutan, Rusli. 1988.Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.

Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Lutan, Rusli. 2002.Supervisi Pendidik Jasmani. Dirjen Olahraga. Jakarta. Muhajir. 2007.Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kelas VII.

Yudistira. Jakarta.

(22)

Sunarto dan Hartono, Agung. 1999.Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Tim Abdi Guru. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Kelas V. Erlangga.

Thompson, Peter J. L. 1993.Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Terjemahan oleh PB. PASI. Jakarta.

Toho Cholik Motohir dan Gusril. 2004.Perkembangan Motorik Pada Masa Anak Anak. Proyek Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga, Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. Jakarta.

Universitas Lampung. 2007.Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Winkel, W. S. 1984.Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia.

Jakarta.

www.depdiknas.go.id.

(23)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 34 2. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 34 3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting

Siklus-1 ... 35 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting

Siklus-2... 36 5. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting

Siklus Ke-3... 36 6. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting Pada

(24)

I. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan

permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 93)

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 93)

Menurut Arikunto dkk (2007: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran dikelasnya. Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas atau di lapangan dikarenakan ada 3 kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat di terangkan,

a. Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu yang menarik minat dan penting bagi peneliti,

b. Tindakan menujuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian pembentuk merangkaikan siklus kegiatan mahasiswa, dan

(25)

dalam bidang pendidikan dalam pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok mahasiswa sekelas yang sama dari pendidik yang sama pula.

Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang benar-benar nyata muncul dari dunia tanggung jawab peneliti/ pendidik yaitu dalam pembelajaran. Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri dan kemudian dicari pemecahannya.

Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan

alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai berikut :

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah. 2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas. 3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat

bantu, dan sumber belajar lainnya.

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa

5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah 6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan

pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

(26)

menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.

Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencaaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), observasi dan

mengevaluasi proses dan hasil tindakan, melakukan refleksi dan

seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

Gambar : Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins, 1993)

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan beberapa siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindakan, pengamatan dan tahap refleksi. Berikut adalah putaran spiral penelitian yang tindakan kelas:

(27)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

2) Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 3) Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh suatu tindakan.

4) Refleksi

Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

5) Perbaikan rencana

(28)

✁✂✂ ✁

✥✄☎ ✆ ✝✞ ✝✞✟✠✆✠✝ ✠✡✠☛☞☎ ✌✍ ✞✠ ☞ ✠✆☞ ✠✡✞✆ ✎✏✠ ✞ ✟✑✆ ✒✑ ✟☛ ✠ ✌✞✒✑ ✠✓✔

✥✕☎ ✍☎ ☛ ✠ ✒✠✆✠ ✝✠ ✡✠☛☞ ✠✆ ✎✟✠ ✡✟☎ ✍✑ ✟✍☎ ✍ ✠✆✓

(✖ ✌✞ ✒✗ ✒☎ ✡☎ ✍)

✥✘ ✞✝✠ ✟✠ ✝✠☞☎ ✟☎ ✌✙✠ ✠✆✚ ✠✆ ✎✚✠✆ ✎✒ ✞✝ ✠✟✏✞✠✍✒☎ ✌✍☎ ✡☎ ✍ ✠ ✞✟✠✆✓

✥✖☞✠ ✏✞✡✠✠ ✝✠✑✍ ✠☛ ✠✚ ✠✆ ✎✟☎ ✌✠✍✑✆ ✒✑ ✟✛☎ ✆ ✚☎ ✡☎ ✍ ✠ ✞✟✠✆ ✆✚✠✓

(29)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena banyak nomor yang dilombakan dalam cabang ini, seperti berjalan, lari, lompat dan lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik merupakan gerak dasar bagi cabang lainnya, karena hampir semua cabang olahraga memerlukan kekuatan, kecepatan, kelenturan dan daya tahan. Oleh karena itu tidaklah berlebihan sejarah mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

Cabang olahraga atletik mengandung nilai-nilai edukatif yang memegang peranan penting dalam mengembangkan kondisi fisik serta dapat

mengembangkan sikap percaya diri,disiplin, kerjasama, sportif dan berani. Sehingga untuk menunjang tujuan pembelajaran, sesuai dengan tujuan kurikulum tingkat satuan pembelajaran atletik adalah salah satu cabang olahraga yang wajib diajarkan dari SD sampai SMA. Cabang olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang ada dalam program pendidikan jasmani yang dilaksanakan disekolah-sekolah. Dalam kurikulum pendidikan jasmani dijelaskan bahwa melalui proses belajar mengajar olahraga atletik diharapkan dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan juga untuk mendidik watak kedisiplinan dan kesehatan. Pendidikan Jasmani pada dasarnya

(30)

bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Untuk itu dalam Pendidikan Jasmani diperlukan sarana dan prasarana yang memadai dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa yang menggunakannya agar guru dapat memberikan materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas gerak pada berbagai cabang olahraga, meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan kemampuan belajar dan kesehatannya.

Pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah merupakan landasan dasar yang diharapkan dapat menunjang prestasi olahraga nasional, karena sekolah adalah tempat persemaian yang strategis untuk pertumbuhan bibit - bibit olahraga. Dalam pendidikan jasmani, untuk memperoleh prestasi yang baik, perlu diajarkan gerakan yang benar dengan mengunakan metode yang tepat.

(31)

budaya seorang guru penjas dituntut pula memahami lingkungan belajar yang baik untuk mencapai tujuan pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut yang menjadi prioritas utama adalah perwujudan secara optimal peranan dan fungsi guru dalam mengelola

kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Dalam pelaksanaannya, penguasaan tugas gerak pada berbagai cabang olahraga merupakan kesulitan yang dihadapi oleh anak didik. Teknik-teknik baku yang harus mereka kuasai sebelum dapat dikatakan berhasil

memberikan pengaruh pada anak didik. Pengaruh yang timbul adalah rasa frustasi dan tidak senang pada Pendidikan Jasmani. Guru harus memberikan alternatif pendekatan atau model yang dapat menumbuhkan rasa senang dan suka berolahraga sehingga anak akan berusaha untuk menguasainya.

Minimnya peralatan yang tidak sesuai untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, banyaknya biaya yang diperlukan dan keterbatasan dana yang dimiliki untuk pengadaan dana sarana dan prasarana yang dibutuhkan menjadi kendala untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran, hal ini

menuntut seorang guru harus kreatif. Guru harus bisa memodifikasi alat dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang seadanya. Pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan peralatan sederhana dilapangan atau alat buatan guru sendiri dinamakan pembelajaran dengan modifikasi.

(32)

Star Jongkok ada tiga jenis yaitushort start/bunch start (start pendek), medium start (start menengah), long start (start panjang),dalam start jongkok menggunakan alat yang disebut Start-Blok.

Keadaan sebagian besar sekolah didaerah-daerah belum memiliki sarana dan prasarana yang layak untuk cabang olahraga tertentu. Menghadapi hal ini guru harus dapat mengembangkan materi pembelajaran dengan memodifikasi ukuran lapangan, peralatan, jumlah pemain, dan lain-lain. Dengan demikian guru diharapkan harus bisa memberikan materi pembelajaran dengan baik dengan fasilitas yang sederhana, misalnya dalam belajar start jongkok bisa menggunakan tali tambang, mistar, dan bilah kayu dan lain-lain.

Idealnya disetiap sekolah harus mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, agar proses belajar lebih efektif dan siswa dapat menguasai dengan baik. Selain itu guru harus memiliki metode yang bervariasi dalam

melakukan pembelajaran supaya siswa tidak jenuh dan dapat lebih aktif dalam melakukan pembelajaan. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di SD Negeri 2 Jatimulyo khususnya pembelajaran start jongkok belum berjalan sebagai mana mestinya. Masalah ini disebabkan karena terbatasnya alat untuk pembelajaran start jongkok untuk mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani.

(33)

dapat meningkatkan pembelajaran start jongkok. Model yang disusun harus menarik dan menyenangkan agar mampu memberikan angin segar bagi siswa sehingga termotivasi untuk melakukan pembelajaran start jongkok.

Atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) tentang

Pembelajaran Start Jongkok dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2011/2012

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Dalam proses belajar belum menggunakan modifikasi alat untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran start jongkok.

2. Pembelajaran start jongkok siswa kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo belum berjalan efektif karena belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

3. Pembelajaran start jongkok siswa kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo belum menunjukan model mengajar yang bervariasi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam identifikasi masalah, batasan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

(34)

2. Apakah dengan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pembelajaran start jongkok siswa kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo?

3. Apakah dengan modelpembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan pembelajaran start jongkok siswa kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis hanya membatasi masalah pada :

1. Ingin memotivasi siswa untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran start jongkok pada cabang olahraga atletik dengan menggunakan modifikasi alat.

2. Ingin tercapainya pembelajaran atletik khususnya pada pada kemampuan start jongkok.

3. Ingin memberikan model atau pendekatan yang tepat sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan start jongkok pada cabang olahraga atletik.

4. Untuk mempermudah implementasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

(35)

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan metode dan model atau pendekatan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran start jongkok pada siswa, dan juga memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di masa yang akan datang.

4. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

(36)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Riswan

NPM : 1013078016

Tempat tanggal lahir : Menggala, 9 September 1976

Alamat : Jalan Ratu Dibalau Gg. Cempaka 3 RT 4 Way Kandis

Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul Efektivitas Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan Ajaran 2011/2012 adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Juni 2012

(37)

✣E✤ ✦EMBAHAN

K✧★✩ ✪ ✫✩ ✬✭✮ ✯ ✰✮✱✫✰✪ ✲★✫✲✲✱ ✲✧✱ ✳ ✧✰✰✩ ✴✧ ✮✵✪✮✱ ✶✳ ✧ ✮ ✰✧✳ ✩ ✪ ✷✲✱ ✳ ✮(✮✸ ✬) ✹ ✮✱ ✶✳ ✩✸ ✮ ✯

✬✩ ✱✴ ✲✴✲ ✰✴✮✱✬✩ ✬✭✩ ✫✮✪ ✰✮✱ ✰✧

✺✱✳ ✧ ✰✲✫✳✪ ✲ ✰✧✹ ✮✱✶✫✩ ✸ ✮✬ ✮✲✱ ✲✬✩ ✱ ✩ ✬ ✮✱ ✲, ✬✩ ✱ ✴✧ ✰✧✱ ✶, ✬✩ ✬✭✩ ✪✫✩ ✬ ✮✱ ✶ ✮✳

✫✩ ✰✮✸✲ ✶✧ ✫✳✩ ✬ ✮✱✴ ✮✸ ✮ ✬✯✲✴✧★ ✰✧

✺✱ ✳✧ ✰✭✧ ✮✯✯ ✮✳ ✲ ✰✧ ✹✮✱ ✶✫✩ ✸ ✮✸✲✬✩ ✬✭✩ ✪ ✰✩ ✭✮ ✯ ✮✶✲✮ ✮✱✴ ✮✸ ✮ ✬✯✲✴✧★✰✧

✺✱ ✳ ✧ ✰✫✩ ✬✧ ✮✰✩ ✸✧ ✮✪✶ ✮✭✩ ✫✮✪ ✰✧✹ ✮✱✶✫✩ ✸ ✮✸✧✬✩ ✬✭✩ ✪✫✩ ✬✮✱ ✶✮✳✭✮✲✰✬✵✪ ✮✸

✬✮✧★ ✧✱✬ ✮✳ ✩ ✪✲ ✸

✺✱✳ ✧ ✰✳ ✩ ✬✮✱-✳ ✩ ✬✮✱✫✮✳ ✧✰✮ ✬★✧ ✫✹✮✱ ✶✫✩ ✸ ✮✸✧✬✩ ✬✭✩ ✪✬✮ ✫✧ ✰✮✱✴ ✮✱✫✮✪ ✮✱✴ ✮✸ ✮ ✬

★✪✵✫✩ ✫★✩ ✱ ✹✩ ✸✩ ✫✮✲ ✮✱✫✩ ✰✪ ✲★ ✫✲✲ ✱✲

✻✩ ✪✳✮✧✱✳ ✧ ✰✴✵✫✩ ✱-✴✵ ✫✩ ✱✴ ✮✱✫✳✮✼✼★✩ ✱ ✶ ✮✽✮✪✹✮✱ ✶✫✩ ✸ ✮ ✬✮✲✱ ✲✳✩ ✸ ✮ ✯✬✩ ✬✭✩ ✪✲✰✮✱

✲✸ ✬✧✴✮✱✾✮✾✮ ✫✮✱✫✩ ✸ ✮ ✬✮★✩ ✱ ✧✸✲ ✫✬✩✱ ✧✱✳ ✧✱✲ ✸ ✬✧

A✸ ✬✮✬ ✮✳ ✩ ✪-✰✧ FKIP ✺✱ ✲✸ ✮ ✿

(38)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Menggala Tulang Bawang pada tanggal 9 September 1976, dari pasangan Bapak Abdul Ajis dan Ibu Hasmah.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu Sekolah Dasar Di SD Negeri 2 Ujung Gunung Ilir diselesaikan pada tahun 1988. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negri 1Menggala pada tahun 1991, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1Menggala pada tahun 1994, dan menyelesaikan studi Diploma II Universitas Lampung pada tahun 2003. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan S1 FKIP Universitas Lampung.

April s.d mei 2012, penulis melaksanakan PTK (Penelitian Tindak Kelas) di SD Negeri 2 Jatimulyo Lampung Selatan untuk menyelesaikan tugas akhir studi Strata Satu dengan Evektivitas Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo Kecamatan

(39)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia. Skripsi dengan judul Evektivitas Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Gunting dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V C SD Negeri 2 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2011/2012 adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan. 3. Drs. Wiyono, S.Pd. M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani

dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd. Selaku Pembimbing pertama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

5. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

7. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

8. Kepala sekolah SDN 2 Jatimulyo yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas V C tahun pelajaran 2011/2012. 9. Siswa-siswi kelas V C SD Negeri Jatimulyo tahun pelajaran 2011/2012,

terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, ayo sukseskan program S1 dalam jabatan secepatnya. Semangat.

(40)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 2012 Penulis

(41)

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektifitas Pembelajaran

Efektifitas berasal dari kata dasar-efektitdan ditambah akhiran-itas. Efektifitas berarti ada pengaruh, dapat dapat membawa hasil, berguna. Akhiran -itas membentuk kata benda yang memiliki sifat dan kata dasarnya. Jadi efektifitas adalah ke efektifitas dari suatu keadaan/usaha sehingga ada pengaruhnya dan daya guna. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi III ; Balai Pustaka, 2001 : 284).

Pengertian efektifitas menurut Soewarno Handayaningrat (1985 ; 35 ) mengutip pernyataan Emerson dalam Buku Studi Administrasi dan Managemen bahwa efektifitas merupakan pengukuran dalam arti pencapaian sasaran atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik dan matang untuk masalah program perencanaan dengan berbagai pertimbangan. Perencanaan proses penentuan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran harus dipertimbangkan ke-efektivan dan efisiensinya. Hal-hal yang harus diperhatikan agar dalam pembelajaran dapat efektif :

(1) suasana dan system belajar yang kondusif, (2) tenaga pengajar,

(3) metode pembelajaran, serta

(42)

Setelah melihat bebrapa pengertian efektifitas tersebut diatas maka penulis menyimpulkan bahwa efektifitas merupakan pengukuran dalam arti

pencapaian sasaran atau pencapaian tujuanyang telah ditetapkan.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran. Anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang sangat khusus. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang dan belajar, apa kebutuhan dan apa minatnya Proses

berkembang ini dibagi atas fase-fase tertentu. Dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu, memberikan informasi dan landasan dalam menentukan alternatif model pembelajaran yang cocok sehingga proses belajar mengajar lebih efektif , agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin.

Menurut Thompson (1993: 41) bahwa tiap anak mengembangkan pertumbuhan dengan kecepatan masing-masing dan beberapa anak

berkembang lebih awal dan sebagian lagi berkembang lebih lambat daripada rata-rata anak pada umumnya. Rata-rata puncak pertumbuhan sangat cepat ini kira-kira pada umur 12 tahun bagi anak perempuan dan umur 14 tahun bagi anak laki-laki. Sebelum pertumbuhan sangat cepat ini tidak ada perbedaan penting antara anak laki-laki dan perempuan dalam berat dan tinggi badan. Bila saat pertumbuhan cepat ini terjadi maka akan

(43)

Penjelasan lebih lanjut oleh Thompson (1993: 42) yang menyebutkan bahwa perbedaan-perbedaan yang muncul pada pertumbuhan cepat dan masa puber terjadi akibat perubahan hormon yang dihasilkan tubuh. Perbedaan tersebut berupa bahu yang lebih lebar dan sedikit perubahan lebar panggul pada laki-laki dan panggul yang lebih lebar dan sedikit perubahan pada lebar bahu pada anak perempuan. Perubahan ini berpengaruh pada cara gerak anak laki-laki dan perempuan.

Sunarto (1999: 53) juga menyebutkan perkembangan fisik yang menjadi tanda pubertas dihitung mulai menstruasi pertama pada anak perempuan atau sejak anak laki-laki mengalami mimpi basah (mengeluarkan air mani pada waktu tidur). Perubahan ini terkadang membawa kesukaran fisik bagi anak remaja, juga menyebabkan mereka punya keasyikan mental dan emosional. Apabila menstruasi mulai datang, mungkin atau boleh jadi menghalangi partisipasi mereka dalam kegiatan fisik.

Jika pertumbuhan merupakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis maka perkembangan lebih diartikan pada perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis dan aspek sosial. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Sunarto (1999:68) menyatakan bahwa masa remaja adalah upaya menentukan jati dirinya (identitasnya) atau aktualisasi diri.

Sunarto (1999:69) menyebutkan beberapa jenis kebutuhan remaja, yaitu: 1. Kebutuhan organik, yaitu makan, minum, bernapas.

(44)

3. Kebutuhan berprestasi, yang berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikofisis.

4. Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis. Dalam pertumbuhan cepat ini, alas pertumbuhan masih rawan sehingga perlu dihindari kekuatan yang berlebihan yang dapat merusak dan dapat berdampak dalam waktu lama. Karena sekali tulang berhenti tumbuh, maka tempat/alas pertumbuhan berubah menjadi tulang keras dan tidak lagi menjadi tempat terlemah pada tulang itu. Beberapa gerakan yang perlu dihindari pada waktu pertumbuhan cepat adalah gerak memantul-mantul, melempar keras berulang-ulang, dan penggunaan beban. Sekali badan telah berhenti tumbuh, tempat/alas pertumbuhan berubah menjadi tulang keras dan tidak lagi menjadi tempat terlemah pada tulang itu. (PASI, 1993: 44)

Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada anak, guru harus memperhatikan sarana dan prasarana yang digunakan agar sesuai dengan karakteristik siswa yang menggunakannya sehingga guru dapat memberikan materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas gerak pada berbagai cabang olahraga, meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan kemampuan belajar dan kesehatannya.

C. Konsep Belajar Motorik

1. Pengertian Belajar Gerak atau Motorik

(45)

diwujutkan melalui respon respon atau muskular, yang pada umumnya diekspedisikan dalam gerak tubuh atau bagian tubuh. Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan otak, dan ingatan. Dengan demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan menginteprestasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari, kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk ketrampilan. Belajar gerak adalah serangkaian proses yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang menyebabkan timbulnya perubahan menetap dalam keterampilan, dalam Sugiyanto,dkk (2004:19) .

Yang dipelajari di dalam belajar gerak adalah pola-pola gerak

mempelajari gerakan olahraga, seorang atlet berusaha untuk mengerti gerakan yang dipelajari kemudian apa yang dimengerti itu

dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang dipelajari. Menurut Schmid dalam Lutan (1988: 102) Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan

permanen dalam perilaku gerak.

(46)

sekedar menerima di pihak siswa atau atlet yang belajar. Penjelasan tersebut menegaskan pentingnya psiko-fisik sebagai suatu kesatuan untuk merealisasi peningkatan keterampilan. Cholik (2004:1) mengatakan bahwa belajar ketrampilan dan kemampuan motorik merupakan sesuatu yang berkembang secara terus menerus sesuai dengan tingkat perkembangan. Prilaku motorik adalah tanggapan atau reaksi anak yang terwujud dalam gerak (sikap) badan, dalam Cholik (2004:25)

2. Tahapan Belajar Gerak

Dalam proses untuk menyempurnakan suatu belajar gerak menurut Winkel (1984:54) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : 1) Tahap Kognitif, 2) Tahap Fiksasi, 3) Tahap Otomatis. Adapun tahap-tahapan dalam belajar gerak adalah sebagai berikut :

a. Tahap Kognitif

(47)

Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru

untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

b. Tahap Asosiatif/Fiksasi

Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap latihan. Winkel (1984: 54) tahap latihan adalah tahap dimana siswa diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari. Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup? Apabila siswa telah melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharapkan telah memiliki

keterampilan yang memadai. c. Tahap Otomatis

Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan. Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah bila seorang siswa dapat

(48)

dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan benar. Winkel (1984: 55).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa penguasaan, sikap dan cara berfikir yang bersikap menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan belajar yang harus dilalui oleh anak didik untuk dapat mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis).

Tiga tahapan belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap belajar prasyarat untuk taraf barikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak ini tidak dilakukan oleh guru pada saat

mengajar Pendidikan Jasmani, maka guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan, khususnya untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal.

D. Pengertian Mengajar

ngajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau blajar. Karena mengajar merupakan upaya yang di sengaja, maka guru harus lebih dahulu memprsiapkan bahan yang akan

(49)

kesabaran dan kecintaan dalam memahami dan mengelola proses

pembelajaran, hal inilah yang menjadi kata kunci suksesnya proses belajar mengajar di sekolah. MenurutPeter Kline dalam Gordon Drydem dan Dr. Jeannette Vos,(2002 : 22), belajar akan efektif , jika dilakukan dalam suasana menyenangkan (fun and enjoy), maka perlu diciptakan suasana dan sistem(kondisi) belajar yang konduktif, di samping faktor lain yang akan menentukan hasil belajar siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah faktor pengajar/pendidik.

Oleh sebab itu, mengajar yang diartikan suatu usaha menciptakan sistem lingkungan, harus memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang fun and enjoy.Sistem lingkungan belajar itu sendiri dipengaruhi berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu antara lain tujuan pembelajaran, bahan kajian yang di ajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang di kembangkan, metode pembelajaran, serta media pembelajaran yang di pilih. Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengarui secara berfariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang utuh dan komplek. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar diperuntukan untuk tujuan-tujuan yang dengan kata lain untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkingan belajar yang tertentu pula.

E. Modifikasi Alat

(50)

sebelumnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dan dapat dicapai sebaik-baiknya. Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.

berasal d

mengubah dapat juga diartikan pembaruan.tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam pembaruan berpokokpada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksut menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan untuk memperbaiki paraktek pendidikan dengan sungguh-sungguh.

(51)

siswa. Lutan (1988) menjelaskan bahwa modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya.

Perhatian yang besar dari para guru Pendidikan Jasmani terhadap kondisi alat belajar dan kreatifitas untuk merubahnya, apabila dirasakan kondisi alat belajar tersebut tidak sesuai dengan peserta didik. Lebih lanjut Kiram

yang sesuai dengan tuntutan kurikulum terlalu besar, kecil, ringan, rumit, dan sebagainya, ubalah alat yang digunakan tersebut sehingga memberikan

Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :

1). mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan

jasmani, 2). mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, 3). mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif,

4). mengurangi resiko cidera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang.

Menurut Bahagia (2000:41) cara guru memodifikasi alat pembelajaran akan tercermin dari aktifitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pembelajaran. Beberapa aspekanalisa modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang : 1).Modifikasi tujuan pembelajaran, 2).Modifikasi materi Pembelajaran, 3).Modifikasi kondisi lingkungan, 4).Modifikasi dalam evaluasi pembelajaran.

(52)

dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar. Aspek inilah yang harus selalu disajikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelakaran penjas. Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi tingkat yang lebih tinggi. Modifikasi yang berprinsip DAP

diarahkan agar aktifitas belajar sesuai dengan tingkat perkembangan anak serta dapat membantu dan mendorong perubahan kemampuan belajar anak kearah perubahan yang lebih baik.

Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan

mencapai tujuan pembelajaran

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

(53)

yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh).

F. Pengertian Mengajar

Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Pengertian mengajar

yang sangat kompleks. Karena mengajar merupakan upaya yang disengaja, maka guru harus lebih dahulu mempersiapkan bahan yang akan disajikan kep Upaya yang guru lakukan ini dimaksudkan agar tujuan yang telah di rumuskan dapat dicapai. Oleh karena itu , disamping guru harus menguasai materi pelajarannya guru juga dituntut memiliki kesabaran dan kecintaan dalam memahami dan mengelola proses pembelajaran, hal inilah yang menjadi kata kunci suksesnya proses belajar mengajar di sekolah.

G. Atletik

Kata atletik berasal dari bahasa Yunani, yaituathlonyang berlomba atau bertanding. Atletik adalah suatu cabang olahraga atau induk olahraga yang paling tua didunia yang terdiri dari nomor lempar, nomor lompat, dan nomor lari (Harald Muller, 2000:1). Orang Amerika, Inggris, Eropa dan beberapa negara lainya, termasuk sebagian dikawasan Asia biasa untuk

memakai istilah

(54)

setiap memulai apapun cabang olahraga tersebut pasti menggunakan bagian dari nomor cabang atletik. Gerakan-gerakan dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari sejak dahulu. Atletik meliputi nomor perlombaan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar.

Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena banyak nomor yang dilombakan dalam cabang ini, seperti berjalan, lari, lompat dan lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik merupakan gerak dasar bagi cabang lainnya, karena hampir semua cabang olahraga memerlukan kekuatan, kecepatan, kelenturan dan daya tahan. Oleh karena itu tidaklah berlebihan sejarah mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

H. Start Jongkok

Start jongkok dibagi dalam empat phase yaitu posisi bersedia, posisi siap, gerakan dorong, (drive) dan lari percepatan/akselerasi. Dalam posisi bersedia si pelari sprinter telah siap di start-blok dan mengambil sikap atau posisi awal, dalam posisi siap sprinter telah bergerak kesuatu posisi strat yang optimal, dalam tahap dorong sprinter meninggalkan start-blok dan melakukan atau membuat langkah pertama lari, dalam phase lari percepatan sprinter menambah kecepatan lari dan membuat atau melakukan transisi kegerakan berlari. Cara-cara dalam melakukan start Jongkok antara lain:

1. Penempatan Start-Blok

Untuk memasang atau penempatan start-blok dengan disesuaikan terhadap ukuran perawakan dan kemampuan si pelari sprint. Blok depan

(55)
[image:55.595.179.485.145.297.2] [image:55.595.170.491.471.619.2]

dipasang 1.5 panjang kaki dibelakang blok depan, blok depan biasanya dipasang lebih datar dan blok belakng biasanya dipasang lebih curam.

Gambar Posisi Kaki 2. Posisis Bersedia

Awalnya mengambil sikap start posisis awal yang layak, kedua kaki dalam keadaan menyentuh tanah, lutut kaki belakang terletak di tanah, kedua tangan diletakan di tanah, terpisah selebar bahu lebih sedikit dan jari-jari tangan dilengkungkan, kepala dalam keadaan datar dengan punggung dan mata menatap lurus kebawah.

Gambar Posisi Bersedia 3. Posisi Siap

(56)
[image:56.595.189.469.170.296.2] [image:56.595.157.502.520.657.2]

membentuk sudut antara 120-140 derajat, pinggang sedikit diangkat tinggi dari pada bahu dan tubuh sedikit dorong kedepan, bahu sedikit lebih maju kedepan dari kedua tangan.

Gambar Posisi Siap 4. Posisi Dorong atau Drive

Bertujuan untuk meninggalkan start blok dan untuk mempersiapkan pembuatan langkah lari pertama. Badan diluruskan dan diangkat pada saat kedua kaki menekan keras pada start blok, kedua tangan diangkat daru tanah bersamaan untuk kemudian diayun bergantian, kaki belakng

mendorong kuat atau singkat, dorongankaki depan sedikit tidak kuat atau keras namun lebih lama, lutut dan pinggang kedua nya di luruskan penuh pada saat akhir dorongan.

Gambar Posisi Dorong Atau Drive 5. Lari Percepatan

(57)
[image:57.595.155.507.138.282.2]

kaki untuk membuat langkah pertama, condong badan kedepan dan dipertahankan.

Gambar

Gambar  : Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Hopkins, 1993)
Gambar Posisi Kaki
Gambar Posisi Siap
Gambar Lari Percepatan

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan metode pembelajaran modifikasi alat pada siswa kelas IV Di SD Negeri 1 Gading Rejo Prengsewu

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat mengajukan bahwa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani dapat digunakan alat modifikasi untuk meningkatkan gerak dasar

Penggunaan Media Pembelajaran Sederhana Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas V SD Negeri 118385 Pinggir Jati Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten

Objek dari penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran lompat tinggi gaya gunting melalui bermain rintangan. Metode dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, tentang pembelajaran kemampuan Lompat tinggi gaya stradel pada siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri

Penelitian berlanjut pada siklus II untuk memperbaiki hasil belajar lompat tinggi gaya flop melalui modifikasi alat tali karet pada siklus I, dimana pada

Awalan untuk memulai lompat tinggi dengan gaya gunting bisa dilakukan dengan cara berlari agak menyerong dari mistar, yakni menyerong ke kanan atau ke kiri sesuai dengan tumpuan

Dengan tetap menggunakan modifikasi alat pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok berupa kardus setiap peserta didik menjadi terbiasa melakukan teknik