• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI-B SDN 3 KARANG ANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA GUNTING DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI-B SDN 3 KARANG ANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

OLEH : ALI APRIYANTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI-B SDN 3 KARANG ANYAR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

ALI APRIYANTO

Penelitian ini bertujuan ingin meningkatkan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting siswa kelas VI-B SDN 3 Karang Anyar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI-B SD Negeri 3 Karang Anyar tahun pelajaran 2011/2012. Instrumen yang dipakai adalah penilaian kualitas gerak dasar lompat tinggi gaya gunting dengan rentang nilai 1-3. Teknik analisis data menggunakan prosentasi ketuntasan belajar setiap siklusnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Setelah diberikan tindakan pada siklus pertama siswa yang mencapai ketuntasan belajar 7 siswa (23%); 2) setelah diberi tindakan pada siklus kedua siswa yang mencapai ketuntasan belajar 15 siswa (50%); 3) pada siklus ketiga sebanyak 25 siswa (83%) telah mencapai ketuntasan belajar artinya siklus ketiga tindakan yang diberikan telah berhasil.

(3)

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

ALI APRIYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Ali Apriyanto

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013078002

Program Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Imu Pendidikan Pembimbing I

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd Drs. Akor sitepu, M.Pd NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19590117 198403 1 001

(5)

Ketua : Drs. Akor Sitepu, M.Pd

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Wiyono, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 18 Juli 2012

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ali Apriyanto

(6)

Kec. Raja Basa Bandar Lampung

Peningkatkan Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Menggunting Dengan Menggunakan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas VI B SD Negeri 3 Karang Anyar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah benar-benar hasil karya penulis dan

sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan dan

penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Juli 2012

Ali Apriyanto NPM. 1013078002

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ali Apriyanto, dilahirkan di Gunung Mas Tanjung Ratu

Kec. Ketibung Lampung Selatan, pada tanggal 4 April 1979 sebagai anak

(7)

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain:

Sekolah Dasar di SD Negeri 02 Tanjung Agung Kecamatan Ketibung

Lampung Selatan tamat tahun 1993. Kemudian menempuh Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 01 Tanjungan Kec. Ketibung

Lampung Selatan tamat tahun 1996 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas

di SMK TAMAN KARYA MADYA TEKNIK TAMAN SISWA Tanjung

Karang Pusat Bandar Lampung tamat tahun 1999.

Pada tahun 1999 penulis diterima bekerja di perusahaan swasta PT.

Foorniture Exspor Impor Mebel sebagai tenaga mekanik mesin. Pada tahun

2001 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi D2 Pendidikan Jasmani

Dan Kesehatan tamat pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis bekerja sebagai guru honorer di SD Negeri 1 Karang

Maritim Panjang dan SD Negeri 4 Way Laga Panjang, kemudian pada tahun

2004 penulis melamar pekerjaan sebagai tenaga pengajar melalui jalur CPNS

di Kab. Lampung Selatan dan akhirnya penulis diterima kemudian diangkat

menjadi

Pegawai Negeri Sipil (PNS), SK di tetapkan 1 Januari 2005 sebagai guru

bidang studi Penjaskes di SD Negeri 3 Karang Anyar Kec. Jati Agung

(8)

Kailla Raissa Anggun Callysta.

Pada Tahun 2010 penulis melanjutkan kuliah pendidikan sarjana program

studi S1 Penjaskes Dalam Jabatan FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG.

Demikianlah riwayat hidup penulis, supaya bermanfaat bagi pembaca.

MOTTO

(9)

Sesungguhnya jika kamu bersukur niscaya aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat ku maka

sesungguhnya azab ku sangat pedih (QS.Ibrahim :7)

PERSEMBAHAN

Teriring doa dan rasa syukur kehadiran ALLAH SWT, penulis persembahkan

(10)

sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Istriku tercinta Setha Hartati, S.Pd yang telah memberikan dukungan baik

moril dan materi sehingga penulis mendapat kemudahan, atas doa dan

kasih sayangmu penulis mampu menjadikan semua yang kurang

menyenangkan menjadi sesuatu yang berharga dan bersejarah.

Anakku tersayang Kailla Raissa Anggun Callysta, yang selalu sabar dan

penuh rasa cinta mendoakanku serta memberikan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan PTK ini dengan baik dan lancar.

Kepala SD Negeri 3 Karang Anyar Kec Jati Agung Lampung Selatan Ibu

Yuhana, S.Pd dan rekan-rekan guru yang telah memberikan motifasi

kepada penulis dalam menyelesaikan PTK ini.

Teman-teman seperjuangan yang telah bersama-sama menempuh kuliah S1

Penjaskes Dalam Jabatan, selama kurang lebih 2 tahun penulis sangat

merasakan kebersamaan yang telah terjalin, semoga kita dapat lulus

dengan peredikat yang baik.

Almamater tercintaku FKIP UNILA tempat yang telah merubah sikap dan

perilaku serta mendewasakan penulis.

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan ke pada ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi laporan penelitian

tindakan kelas yang berjudul Peningkatan Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya

(11)

Penulisan PTK ini digunakan untuk meningkatkan pembelajaran mata

pelajaran penjaskes di SD Negeri 3 Karang Anyar Lampung Selatan.

Keberhasilan penulisan skripsi penelitian tindakan kelas ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Drs.Akor Sitepu, M.Pd selaku pembimbing dalam penulisan skripsi

ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Drs.Wiyono, M.Pd selaku dosen pembahas dan ketua program studi S1

Penjaskes Dalam Jabatan, FKIP Universitas Lampung.

3. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung

4. Drs. Baharudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan

segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung

5. Yuhana, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 3 Karang Anyar Kec. Jari

Agung

Lampung Selatan.

6. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses

perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah

diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

7. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila.yang telah membantu proses

(12)

penulisan penelitian tindakan kelas ini yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi Penelitian Tindakan Kelas inimasih

terdapat banyak kekurangan baik isi maupun susunannya. Oleh karena itu saran

dan keritik yang membengun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi

perbaikan masa mendatang. Akhirnya semoga laporan skripsi Penelitian

Tindakan Kelas ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca khususnya

rekan-rekan sejawat.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis

Ali Apriyanto

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

(13)

C. Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 10

D. Belajar Gerak ... 11

E. Alat Modifikasi ... 16

F. Kerangka Pikir ... 18

G. Hipotesis Tindakan... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN... 20

A. Metode Penelitian... 20

B. Setting Penelitian ... 21

C. Subjek Penelitian... 22

D. Rencana Tindakan... 22

E. Instrumen Penelitian... 24

F. Teknik Analisis Data... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A. Hasil Penelitian ... 26

B. Pembahasan... 35

V. SIMPULAN DAN DARAN ... 38

A. Simpulan ... 38

B. Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN... 40

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 10

2. Spiral PTK... 21

3. Grafik Batang Prosentase Ketuntasan Belajar Tes Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ... 27

4. Grafik Batang Perbandingan Siswa Yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Tes Awal... 28

5. Grafik Batang Perbandingan Siswa Yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Tes Siklus Pertama ... 29

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nomor-Nomor Perlombaan Atletik... 9

2. Format Penilaian Gerak Dasar Lompat Tingi Gaya Gunting... 24

3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 26

4. Analisis Hasil Tes Awal Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 28

5. Analisis Hasil Tes Siklus I Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 29

6. Analisis Hasil Tes Siklus II Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 30

(15)
(16)

DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VI-B SDN 3 KARANG ANYAR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

ALI APRIYANTO

Penelitian ini bertujuan ingin meningkatkan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting siswa kelas VI-B SDN 3 Karang Anyar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI-B SD Negeri 3 Karang Anyar tahun pelajaran 2011/2012. Instrumen yang dipakai adalah penilaian kualitas gerak dasar lompat tinggi gaya gunting dengan rentang nilai 1-3. Teknik analisis data menggunakan prosentasi ketuntasan belajar setiap siklusnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Setelah diberikan tindakan pada siklus pertama siswa yang mencapai ketuntasan belajar 7 siswa (23%); 2) setelah diberi tindakan pada siklus kedua siswa yang mencapai ketuntasan belajar 15 siswa (50%); 3) pada siklus ketiga sebanyak 25 siswa (83%) telah mencapai ketuntasan belajar artinya siklus ketiga tindakan yang diberikan telah berhasil.

(17)

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

OLEH : ALI APRIYANTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(18)

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

ALI APRIYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(19)

Gambar Halaman

1. Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 10 2. Spiral PTK... 21 3. Grafik Batang Prosentase Ketuntasan Belajar Tes Awal,

Siklus I, Siklus II dan Siklus III ... 27 4. Grafik Batang Perbandingan Siswa Yang Tuntas dan Belum

Tuntas Pada Tes Awal... 28 5. Grafik Batang Perbandingan Siswa Yang Tuntas dan Belum

Tuntas Pada Tes Siklus Pertama ... 29 6. Grafik Batang Perbandingan Siswa Yang Tuntas dan Belum

Tuntas Pada Tes Siklus Kedua ... 30 7. Grafik Batang Perbandingan Siswa Yang Tuntas dan Belum

(20)

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pendidikan Jasmani... 5

B. Atletik... 9

C. Lompat Tinggi Gaya Gunting ... 10

D. Belajar Gerak ... 11

E. Alat Modifikasi ... 16

F. Kerangka Pikir ... 18

G. Hipotesis Tindakan... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN... 20

A. Metode Penelitian... 20

B. Setting Penelitian ... 21

C. Subjek Penelitian... 22

D. Rencana Tindakan ... 22

E. Instrumen Penelitian... 24

F. Teknik Analisis Data... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A. Hasil Penelitian ... 26

B. Pembahasan... 35

V. SIMPULAN DAN DARAN ... 38

A. Simpulan ... 38

B. Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(21)

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994.Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.PT Bumi Aksara. Jakarta.

Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik. Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004.Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006.Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta: Jakarta

Kunandar. 2009.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Lutan, Rusli, dkk. 2002.Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen OR. Jakarta.

Sujana, Nana. 1991.Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2007.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

PT Remaja Pusda karya. Bandung.

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

(22)

Tabel Halaman

(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral

dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas

emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui

aktivitas jasmani dan olahraga. Penjaskes merupakan wahana pengembangan

motorik, pengetahuan, dan penghayatan nilai-nilai moral serta membiasakan

diri pola hidup sehat yang bermuara pada pengembangan jiwa pribadi peserta

didik secara utuh.

Manfaat yang diperoleh dari proses pembelajaran Penjaskes adalah

diharapkan peserta didik disiplin, sportivitas, dan mampu berperilaku hidup

sehat dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. Aktifitas

pembelajaran sendiri dalam berolahraga bagaimana membuat percaya diri

peserta didik agar senang dan mau belajar dengan rasa sadar serta terpanggil

jiwanya akan manfaat dari pembelajaran olahraga ini sekaligus merupakan

salah satu upaya inovasi menghilangkan kejenuhan dalam berolahraga.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang diajarkan di sekolah memberikan

(24)

pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang

dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan

untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,

sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan

potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindak , dan karya yang diberi bentuk,

isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sebagai pendidikan gerak dan pendidikan

melalui gerak memiliki aspek-aspek gerak yang ingin dicapai. Adapun

struktur materi Pendidikan Jasmani untuk TK sampai SD/MI kelas 3 SD

meliputi kesadaran akan tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan

ritmik, permainan, akuatik (olahraga di air/bila memungkinkan), senam,

kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan perilaku. Dan materi

pembelajaran untuk SD/MI kelas 4 sampai 6 adalah aktivitas pembentukan

tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup di alam bebas,

dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap

dan perilaku).

Berdasarkan observasi peneliti pada kegiatan belajar mengajar materi lompat

tinggi, sebagian besar siswa masih belum tuntas atau berhasil melakukan

gerak dasar lompat tinggi. Dari 30 jumlah siswa yang mendapat nilai lebih

atau sama dengan 65 hanya 5 orang siswa, sedangkan yang mendapat nilai

kurang dari 65 berjumlah 25 siswa. Sedangkan pembelajaran dikatakan

berhasil jika lebih dari 50% siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Siswa

(25)

mistar. Kebanyakan siswa takut mencoba, sehingga siswa tidak dapat

mempraktikkan gerak dasar lompat tinggi, yaitu gaya guting. Untuk

meningkatkan keberanian dan ketuntasan belajar, peneliti berpikir untuk

melakukan modifikasi pada alat lompat tinggi seperti mistar. Diharapkan

dengan alat modifikasi tersebut anak akan termotivasi untuk melakukan gerak

lompat tinggi gaya gunting dengan benar dan keberhasilan pembelajaran

dicapai.

Atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan judul Peningkatan

Lompat Tinggi Gaya Gunting Dengan Menggunakan Modifikasi Alat Pada

Siswa Kelas VI-B SDN 3 Karang Anyar Tahun Pelajaran 2011/2012

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa belum berhasil mencapai nilai ketuntasan belajar

2. Siswa kesulitan melakukan gerak langkah melewati mistar

3. Belum digunakannya alat modifikasi dalam pembelajaran

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah berikut :

Apakah dengan penggunaan alat modifikasi berupa tali plastik, holahop dan

bilah bambu dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat tinggi

gaya gunting?

(26)

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah :

1. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI-B SDN 3 Karang Anyar.

2. Ingin memperbaiki gerak dasar lompat tinggi gaya gunting siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman untuk pembelajaran Penjaskes dimasa

yang akan datang, memberikan informasi tentang alat-alat yang dapat

dimodifikasi dalam pembelajaran.

2. Bagi guru

Sebagai bahan pemikiran guru Penjaskes dalam memilih penggunaan alat

modifikasi sehingga pembelajaran Penjaskes berhasil.

3. Bagi siswa

Meningkatkan hasil belajar Penjaskes dan memperbaiki gerak dasar

lompat tinggi siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

(27)

1. Hakekat Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk

jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk

jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir

dari proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan

pendidikan melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa

tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan

pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas

jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai

perseorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan

sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh

pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan

keterampilan, kecerdasan dan pembentukan watak, serta kepribadian yang

harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas

berdasarkan Pancasila.

Kurikulum Pendidikan Jasmani tahun 2004 yang dijelaskan dalam

Samsudin (2008: 10) bahwa Pendidikan Jasmani adalah suatu proses

pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan

motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif,

(28)

Dalam proses belajar Pendidikan Jasmani lingkungan belajar harus diatur

secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa.

Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami

mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan

secara aman, efisien dan efektif.

Menurut Muhajir (2007: 8) bahwa Pendidikan Jasmani merupakan media

untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan

motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai

(sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola

hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

2. Pentingnya Pendidikan Jasmani

Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk

bergerak. Kebutuhan anak untuk bergerak lebih leluasa tidak bisa

dipenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah

tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Pendidikan

pun lebih mengutamakan prestasi akademis. Faktor kehidupan di rumah

dan lingkungan luar sekolah ikut memberikan pengaruh pada anak.

Kebiasaan yang buruk seperti anak kurang bergerak karena asyik

menonton TV atau video game membuat kebugaran anak semakin

menurun. Sejalan dengan itu semakin diperparah oleh pengetahuan dan

kebiasaan makan yang buruk sehingga beresiko menurunkan fungsi organ

(29)

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, pendidikan jasmani

menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba

kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui

pendidikan jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk

memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang

berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental

anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan

merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek

fisik, mental, emosi, sosial dan moral.

Menurut Arma Abdullah dan Agusmanaji (1994) secara ringkas manfaat

yang diperoleh bila berpartisipasi secara aktif dalam program kegiatan

pendidikan jasmani khusus adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi jasmani

Aktifitas jasmani penting bagi perkembangan maksimal dari jasmani.

Melalui program pendidikan jasmani yang direncanakan dan

dilaksanakan dengan baik pertumbuhan jarring-jaring otot dan tulang

rangsang.

2. Manfaat bagi ketrampilan gerak

Banyak faktor termasuk belajar dan latihan mempengaruhi

perkembangan dan keterampilan gerak. Guru yang professional dan

berkemampuan dapat membantu tiap anak mengembangkan secara

paling efisien koordinasi otot syaraf (neuromuscular), keterampilan

(30)

3. Manfaat bagi kesegaran

Melalui satu program Pendidikan Jasmani yang seimbang, kekuatan

tubuh, daya tahan, kelentukan dan mobilitas dapat dikembangkan dan

dipertahankan serta dapat membantu anak mengembangkan tingkat

kesegarannya yang optimal untuk kehidupan sehari-hari.

4. Manfaat emosional

Sebagian besar dari aktivitas jasmani melibatkan emosi. Misalnya

dalam waktu yang relatif singkat, sikap anak dapat berubah dari

sangat kecewa kegembiraan. Anak belajar untuk menguasai emosinya

dan perilaku lainnya dengan baik melalui bimbingan dari guru

Pendidikan Jasmani dan peraturan dalam tiap jenis permainan.

5. Manfaat sosial

Pendidikan Jasmani dapat membantu anak belajar dengan cara yang

diinginkan untuk berhubungan berinteraksi dengan orang lain untuk

mengembangkan nilai-nilai moral yang dipandang baik oleh

masyarakat. Pendidikan Jasmani memberikan kesempatan untuk

berinteraksi sosial dalam lingkungan yang berfariasi, dan dapat

membantu baik anak berkelainan maupun yang tanpa kelainan belajar

menerima perbedaan individual dari manusia.

B. Atletik

Atletik merupakan cabang olahraga tertua, karena gerakan-gerakan dalam

atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa dilakukan oleh manusia dalam

(31)

yaituathlonyang berlomba atau bertanding. Atletik meliputi nomor perlombaan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar.

Nomor-nomor yang diperlombakan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Nomor-Nomor Perlombaan Atletik.

No. Nomor

Atletik Nomor-Nomor Perlombaan

1 Jalan cepat 5 km, 10 km, 20 km, 50 km

2 Lari 100 m, 200 m, 400 m, 800 m, 1500 m, 3000 m, 5000 m, 10000 m, marathon, lari gawang (untuk putri 100 m, 110 m untuk putra), 4x100 m estafet, dan 4x400 m estafet.

3 Lempar Lempar lembing, lempar cakram, tolak peluru, lontar martil.

4 Lompat Lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi, lompat tinggi galah.

6 Saptalomba Lari 100 m gawang, lompat jauh, lempar lembing, dan lari 200 m, lompat tinggi, tolak peluru, dan lari 800 m.

7 Dasalomba Lari 100 m, lompat jauh, tolak peluru, lompat tinggi, lari 400 m, lari 110 m gawang, lempar cakram, lompat tinggi galah, lempar lembing, dan lari 1500 m.

C. Lompat Tinggi Gaya Gunting

Lompat tinggi adalah salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik.

Lompat tinggi adalah lompat melewati mistar dan mendarat pada matras yang

telah disediakan.

Menurut M. Sakir (1989: 47) adapun cara-cara untuk bisa melompat:

1. Ambil ancang-ancang dari samping depan mistar kurang lebih 10 langkah

2. Lari perlahan tapi pasti. Langkah kaki di perlebar. Untuk bertumpu pada

kaki kanan, posisi dari kiri sebelah mistar dan untuk bertumpu pada kaki

(32)

3. Kaki yang dekat dengan mistar di ayun keatas depan, sampai melewati

mistar. Diatas mistar kaki yang satu menyusul. Badan tegak atau agak

membungkuk kedepan. Usahakan kaki yang menyusul ini lebih tinggi dari

kaki yang naik lebih dulu.Kaki bergerak menyilang seperti gunting.

Tangan diangkat supaya tidak mengganggu lompatan.

4. Pada waktu mendarat kaki yang belakang diayun kebawah lebih dulu.

5. Badan diputar kembali, lurus kedepan menghadap mistar.

Gambar 1. Tahapan Gerakan Lompat Tinggi Gaya Gunting.

D. Teori Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai

objek dari kegiatan pengajaran. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan

yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas belajar.

(Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006:44)

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif pemanen dalam suatu

kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. (Nana

(33)

Menurut Thorndike dalam Arma Abdulllah dan Agus manadji (1994: 162)

belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh alat indera (stimulus) dan

impuls untuk berbuat (respons). Ada tiga aspek penting dalam belajar, yaitu

hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum pengaruh.

1. Hukum kesiapan

Berarti bahwa individu akan belajar jauh lebih efektif dan cepat bila ia

telah siap atau matang untuk belajar dan seandainya ada kebutuhan yang

dirasakan. Ini berarti dalam aktivitas pendidikan jasmani guru

seharusnyalah dapat menentukan materi-materi yang tepat dan mampu

dilakukan oleh anak. Guru harus memberikan pemahaman mengapa

manusia bergerak dan cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan

efektif. Sehingga kegiatan belajar akan memuaskan.

2. Hukum latihan

Jika seseorang ingin memperoleh hasil yang lebih baik, maka ia harus

berlatih. Sebagai hasil dari latihan yang terus-menerus akan diperoleh

kekuatan, tetapi sebagai hasil tidak berlatih akan memperoleh kelemahan.

Kegiatan belajar dalam pendidikan diperoleh dengan melakukan.

Melakukan berulang-ulang tidak berarti mendapatkan kesegaran atau

keterampilan yang lebih baik. Melalui pengulangan yang dilandasi dengan

konsep yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan dan dilakukan secara

teratur akan menghasilkan kemajuan dalam pencapaian tujuan yang

dikehendaki. Ini berarti guru harus menerapkan latihan atau pengulangan

dengan penambahan beban agar meningkatnya kesegaran jasmani anak,

dengan memperhatikan pula fase pertumbuhan dan perkembangan anak.

(34)

Bahwa seseorang individu akan lebih mungkin untuk mengulangi

pengalaman-pengalaman yang memuaskan daripada pengalaman-pengalaman

yang mengganggu. Hukum ini seperti yang berlaku pada pendidikan jasmani

mengandung arti bahwa setiap usaha seharusnya diupayakan untuk

menyediakan situasi-situasi agar siswa mengalami keberhasilan serta

mempunyai pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan. Guru harus

merencanakan model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan,

akan lebih baik jika disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan perkembangan

anak, pada usia remaja, anak akan menyukai permainan, bermain dengan

kelompok-kelompok dan menunjukkan prestasinya sehingga mendapat

pengakuan diri dari orang lain.

E. Belajar Gerak

Menurut Schmidt dalam Lutan (1988: 102) belajar motorik adalah

seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang

mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku gerak. Lebih

lanjut Schmidt dalam Lutan (1988: 102) menyatakan bahwa belajar gerak

mempunyai beberapa ciri, yaitu: a) merupakan rangkaian proses, b)

menghasilkan kemampuan untuk merespon, c) tidak dapat diamati secara

langsung, bersifat relatif permanen, d) sebagai hasil latihan, e) bisa

menimbulkan efek negatif. Tugas utama dari belajar gerak adalah penerimaan

segala informasi yang relevan tentang gerakan-gerakan yang dipelajari,

kemudian mengolah dan menyusun informasi tersebut memungkinkan suatu

(35)

Menurut Lutan (1988: 101) belajar motorik dapat menghasilkan perubahan

yang relatif permanen, yaitu perubahan yang dapat bertahan dalam jangka

waktu yang relatif lama. Dalam menyempurnakan suatu keterampilan

motorik ada tiga tahapan yaitu:

1. Tahap Kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar motorik, dalam tahap ini seseorang

harus memahami mengenai hakikat kegiatan yang dilakukan dan juga

harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual

mengenai tugas gerakan atau model teknik yang akan dipelajari agar dapat

membuat rencana pelaksanaan yang tepat. Pada tahap ini guru setiap akan

memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus

dilakukan adalah memberikan informasi untuk menanamkan

konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik.

Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan

bagaimana cara melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari,

diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu

keterampilan intelektual dalam merencanakan cara melakukan

keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian

oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk

menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang

menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

2. Tahap Asosiatif/Fiksasi

Pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan melalui adanya

praktek secara teratur agar perubahan prilaku gerak menjadi permanen.

(36)

apa yang dilakukan itu benar atau salah. Pola gerakan sudah sampai pada

taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan secara

keseluruhan dan harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga

penguasaan terhadap gerakan semakin meningkat. Apabila siswa telah

melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan

secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir

tahap ini siswa diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.

3. Tahap Otomatis

Setelah melakukan latihan gerakan dalam jangka waktu yang relatif lama,

maka akan memasuki tahap otomatis atau dapat melakukan aktivitas

secara terampil, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat

terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan. Secara fisiologi

hal ini dapat diartikan bahwa pada diri seseorang tersebut telah terjadi

kondisi reflek bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati

pola gerak reflek yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur

motor unit yang benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan.

Pada tahap ini kontrol terhadap penampilan gerakan semakin tepat dan

konsisten, siswa telah dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi

terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan

benar.

Untuk mempelajari gerak maka guru Pendidikan Jasmani perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Kesiapan belajar. Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan hukum

kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam menerima

(37)

2. Menurut Lutan (1988) dalam mempelajari gerak faktor kesempatan belajar

merupakan hal yang penting. Pemberian kesempatan yang cukup banyak

bagi anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani

dalam mengeksporasi lingkungannya sangat penting. Bukan saja untuk

perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk

perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru

untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.

3. Kesempatan latihan. Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak yang

diperlukan untuk menguasai. Semakin banyak kesempatan berlatih,

semakin banyak pengalaman gerak yang anak lakukan dan dapatkan.

Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting ketimbang

kuantitasnya. (Arma Abdullah, 1994)

4. Model yang baik. Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model

memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan

baik, anak harus dapat mencontoh yang baik. Model yang ada harus

merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga

tersebut.

5. Bimbingan. Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak

membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak membetulkan

sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan

baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Bimbingan dalam hal ini

merupakan umpan balik.

6. Motivasi. Besar kecilnya semangat usaha seseorang tergantung pada besar

kecilnya motivasi yang dimilikinya.

(38)

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangkamencapai

tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam

mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai

pelengkap, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan

alat sebagaai tujuan. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006:54)

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2005: 751) modifikasi artinya pengubahan,

atau perubahan. Menurut Bahagia dan Suherman (2000:41) modifikasi

merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan

DAP(Developentally Appropriate Practice) termasuk didalamnyabody scalingatau penyesuaian dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar. Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi

pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar

yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini

dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari

yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah

menjadi tingkat yang lebih tinggi. Modifikasi yang berprinsip DAP diarahkan

agar aktifitas belajar sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta dapat

membantu dan mendorong perubahan kemampuan belajar anak kearah

perubahan yang lebih baik.

Penggunaan alat modifikasi diaharapkan dapat memotivasi anak melakukan

tugas gerak yang diberikan. Sehingga pembelajaran Pendidikan Jasmani yang

diharapkan tercapai. Menurut Rusli Lutan (2002: 10) pembelajaran

(39)

1. Jumlah waktu aktif berlatih (JWAB) atau waktu melaksanakan tugas

gerak yang dicurahkan siswa semakin banyak

2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif

3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas

4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran

Dalam penelitian ini peneliti melakukan modifikasi peralatan olahraga yang

digunakan. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan

kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan

untuk melakukan skill itu. Misalnya, berat-ringannya, besar-kecilnya,

tinggi-rendahnya dan panjang-pendek peralatan yang digunakan. (Bahagia dan

Suherman, 2000:48)

Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan tali plastik, holahop dan bilah bambu. Dengan variasi mistar

lompat tinggi diharapkan akan meningkatkan keterampilan gerak dasar

lompat tinggi gaya gunting pada siswa kelas VI.

F. Kerangka Pikir

Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh guru

sebagai pengajar dan murid yang melakukan proses belajar. Hasil belajar

terlihat dari perubahan yang menyangkut ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa iu sendiri tidak terlepas

dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan teknik dan penggunaan

alat bantu yang tepat dalam materi tersebut. Pemilihan alat bantu atau

pemodifikasian alat pembelajaran yang tepat akan sangat membantu dalam

(40)

pembelajaran telah efektif maka digunakanlah alat pengukuran, yaitu berupa

tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes

perbuatan.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan penilaian keterampilan gerak dasar

lompat tinggi gaya gunting, dengan tujuan meningkatkan keterampilan gerak

dasar lompat siswa. Lompat tinggi gaya gunting dapat dilakukan dengan lari

anang-ancang dahulu di samping depan mistar, kemudian mendekati mistar

dan mengayunkan salah satu kaki kemudian kaki yang satu juga menyusul

melewati mistar.

Untuk mempermudah proses pembelajaran sekaligus membuat pelajaran

menjadi menyenangkan, maka guru harus memilih alat modifikasi yang

digunakan dalam pembelajaran. Peneliti merasa tertarik untuk memberikan

pendekatan baru dengan menggunakan alat yang dimodifikasi seperti tali

plastik, hulahop dan bilah bambu saat proses pembelajaran sehingga anak

dapat berinteraksi secara efektif dengan lingkungan belajar yang khusus.

Penggunaan alat-alat modifikasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan

rasa aman sehingga siswa tidak takut mencoba.

Penggunaan alat modifikasi ini akan menarik karena siswa merasakan hal

yang baru. Sehingga pada akhirnya siswa akan melakukan tugas gerak dengan

konsep mendalam dan tercapailah efektivitas pembelajaran karena siswa telah

mencapai ketuntasan belajar.

(41)

Menurut Kunandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan

bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan.

Rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan

perbaikan yang diinginkan. Adapun rumusan hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah :

at modifikasi dapat meningkatkan keterampilan gerak

dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa kelas VI-B SDN 3 Karang

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas atau yang disebut Classroom Action Research, yaitu penelitian

tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran dikelasnya. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan

hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka

responden dapat juga merasakan hasil perlakuan. Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang benar-benar nyata muncul

dari dunia tanggungjawab peneliti/ pendidik yaitu dalam pembelajaran.

Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri dan kemudian dicari

(42)

Menurut Arikunto dkk (2007: 61) tujuan PTK ini dapat dicapai dengan

melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai

persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai berikut :

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.

2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.

3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat

bantu, dan sumber belajar lainnya.

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi

yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa

5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah

6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan

pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

PTK terdiri dari rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus

berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu

(a) perencaaan tindakan (planning), (b) penerapan tindakan (action),

(c) observasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan, (d) refleksi dan

seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.

(43)

Gambar 2 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas.

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian : SDN 3 Karang Anyar

2. Pelaksanaan penelitian : Lama penelitian adalah satu bulan (Februari

2012).

C. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas VI-B di SDN 3 Karang Anyar yang

berjumlah 30 siswa, terdiri dari 15 putra dan 15 putri.

D. Rencana Tindakan

Pada penelitian ini direncanakan tiga siklus, denga 3 kali pertemuan pada

setiap siklusnya.

Siklus I

Rencana :

a. Menyiapkan sarana dan prasarana untuk pembelajaran.

b. Menyiapkan siswa untuk mengikuti siklus pertama, lalu melakukan

peregangan statis kemudian dilanjutkan kegiatan pemanasan.

Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus pertama.

Bentuk kegiatannya adalah latihan melompati tali plastik.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa diberitahukan mengenai penelitian pada

tatap muka tersebut.

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan latihan yang direncanakan pada

(44)

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan

mengevaluasi dari hasil siklus pertama.

Refleksi :

a. Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan

b. Merumuskan tindakan untuk siklus kedua

Siklus II

Rencana :

a. Menyiapkan sarana dan prasarana untuk pembelajaran dan instrumen yang

diperlukan dalam mengevaluasi tindakan.

b. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua dan

sebagai pendahuluan siswa melakukan peregangan statis kemudian

dilanjutkan kegiatan pemanasan.

Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus kedua,

yaitu latihan lompat pada hulahop.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa diberitahukan mengenai penelitian pada

tatap muka tersebut.

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan latihan yang direncanakan pada

tatap muka tersebut.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan

mengevaluasi dari hasil siklus kedua.

Refleksi :

(45)

b. Merumuskan tindakan untuk siklus ketiga

Siklus III

Rencana :

a. Menyiapkan sarana dan prasarana untuk pembelajaran dan instrumen yang

diperlukan untuk mengevaluasi tindakan.

b. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus ketiga dan

sebagai pendahuluan siswa melakukan peregangan statis kemudian

dilanjutkan kegiatan pemanasan.

Tindakan :

a. Menjelaskan bentuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus ketiga,

yaitu menggunakan bilah bambu.

b. Siswa dibariskan kemudian siswa diberitahukan mengenai penelitian yang

akan dilakukan pada tatap muka tersebut.

c. Menginstruksikan siswa untuk melakukan latihan saat tatap muka tersebut.

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan

mengevaluasi dari hasil siklus ketiga.

Refleksi :

Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di

setiap siklusnya. Instrumen dalam penelitian ini berupa penilaian kulaitas

gerak dasar lompat tinggi gaya gunting.

(46)

No Indikator Deskriptor Nilai 1 2 3 1 Tahap Persiapan 1.1 Posisi badan tegak

1.2 Mata lurus ke depan melihat mistar 1.3 Jarak untuk melakukan

ancang-ancang sekitar 10 langkah 1.4 Posisi di samping depan mistar

2 Tahap

Pelaksanaan

1.1 Lari perlahan, langkah kaki diperlebar 1.2 Setelah mendekati mistar, ayun ke

atas depan kaki yang dekat mistar 1.3 Sewaktu kaki yang satu telah

diangkat, kaki terakhir menyusul melangkahi mistar

1.4 Kaki bergerak seperti gunting 1.5 Kedua tangan diangkat agar tidak

menggangu lompatan 3 Tahap Akhir

Gerakan

1.1 Pada waktu mendarat, kaki yang belakang di ayun ke bawah lebih dulu

1.2 Badan diputar kembali lurus ke depan menghadap mistar

1.3 Jaga keseimbangan

(Adaptasi M. Sakir)

F. Teknik Analisis Data

Untuk melihat kualitas hasil tindakan disetiap siklus digunakan rumus :

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan

f : Jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar

N : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Siswa yang dikatakan tuntas apabila ketuntasan belajar telah mencapai nilai >

65 atau persentase ketercapaian 65% secara perorangan (KKM SDN 3 Karang

Anyar). Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar

(47)

dari pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada

tindakan siklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi persentase

peningkatan hasil belajar siswa.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada pembelajaran lompat

tinggi gaya gunting dilaksanakan di SD Negeri 3 Karang Anyar. Sebelum

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan langkah pertama adalah

melakukan tes awal lompat tinggi gaya gunting siswa. Hasil tes awal tersebut

sangat berguna untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada siklus

pertama. Tes awal berguna untuk melihat prosentase hasil belajar pada setiap

siklus untuk menentukan apakah tindakan yang dilakukan dapat

meningkatkan hasil belajar dan melihat efektivitas pembelajaran yang dicapai.

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian selanjutnya diolah dan dilihat penyebaran data yang

meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata serta prosentase setiap

siklus. Adapun data lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

(48)

Tes Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

X

Ketuntasan Belajar < KB Jumlah

F % f % n %

Awal 36 64 49 0 100 % 30 0 % 30 100 Siklus Pertama 39 75 54 7 23% 23 77% 30 100 Siklus Kedua 50 89 65 15 50% 15 50% 30 100 Siklus Ketiga 53 92 76 25 83% 5 17% 30 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada setiap siklus terjadi

peningkatan yang berarti terhadap keterampilan lompat tinggi gaya gunting.

Pada tes awal sebanyak tidak ada satupun siswa (0%) yang mencapai

ketuntasan belajar. Selanjutnya setelah diberikan tindakan pada siklus

pertama meningkat menjadi 7 siswa (23 %) yang tuntas. Untuk itu

dilanjutkan ke siklus kedua, dan hasil menunjukkan setelah diberi tindakan

meningkat menjadi 15 (50%) siswa yang tuntas. Selanjutnya pada siklus

ketiga dapat dilihat bahwa sebanyak 25 siswa (83 %) telah mencapai

ketuntasan belajar artinya siklus ketiga tindakan yang diberikan telah

berhasil.

Dengan tabel distribusi frekuensi tersebut maka berdasarkan prosentase

(49)

0

Tes Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Tuntas

Belum

Gambar 3. Grafik Batang Perbandingan Prosentase Ketuntasan Belajar Pada Tes Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III.

2. Analisis Prosentase Ketuntasan Belajar a. Tes Awal Lompat Tinggi Gaya Gunting

Sebelum melakukan tindakan pada siklus pertama, dilakukan tes awal

dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mencapai nilai

KKM yaitu 65.

Tabel 4. Analisis Hasil Tes Awal Lompat Tinggi Gaya Gunting.

No Hasil Jumlah Presentasi

1. Ketuntasan 0 0 %

Indikator peningkatan dapat dilihat melalui rumus :

% 100 N

f

P

x

(50)

%

Gambar 4. Grafik Batang Perbandingan Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Tes Awal.

b. Siklus Lompat Tinggi Gaya Gunting

Setelah melakukan tindakan pada siklus pertama, kemudian siswa

diberikan tes kualitas gerak dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 5. Analisis Hasil Tes Siklus I Lompat tinggi gaya gunting .

No Hasil Jumlah Presentasi

1. Ketuntasan 7 23%

Indikator peningkatan dapat dilihat melalui rumus :

% 100 N

f

P

x

Presentasi ketuntasan belajar :

(51)

7

Gambar 5. Grafik Batang Perbandingan Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Siklus Pertama.

c. Siklus II Lompat Tinggi Gaya Gunting

Setelah melakukan tindakan pada siklus kedua tindakan yang diberikan

semakin efektif karena sebanyak 50% siswa telah mencapai ketuntasan

belajar dengan rincian hasil sebagai berikut :

Tabel 6. Analisis Hasil Tes Siklus II Lompat tinggi gaya gunting .

No Hasil Jumlah Presentasi

1. Ketuntasan 15 50%

Indikator peningkatan dapat dilihat melalui rumus :

% 100 N

f

P

x

Presentasi ketuntasan belajar :

(52)

15

Gambar 6. Grafik Batang Perbandingan Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Siklus Kedua.

d. Siklus III Lompat Tinggi Gaya Gunting

Setelah melakukan tindakan pada siklus ketiga maka tindakan yang

diberikan pada siklus terakhir ketuntasan belajar telah lebih dari 50%

dengan rincian hasil sebagai berikut :

Tabel 7. Analisis Hasil Tes Siklus III Lompat tinggi gaya gunting .

No Hasil Jumlah Presentasi

1. Ketuntasan 25 83 %

Indikator peningkatan dapat dilihat melalui rumus :

% 100 N

f

P

x

Presentasi ketuntasan belajar :

(53)

25

Gambar 7. Grafik Batang Perbandingan Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Siklus Ketiga.

3. Analisis Rekapitulasi Refleksi Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Gunting

Evaluasi pembelajaran diperoleh dari tes kualitas gerak dasar lompat tinggi

gaya gunting yang terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan dan gerak

akhir. Hasil penilaian dianalisis pada setiap indikatornya, analisis ini

sebagai acuan refleksi bagi peneliti untuk melihat kemajuan dan kesulitan

yang masih dialami siswa.

a. Siklus Pertama

Peningkatan hasil pembelajaran lompat tinggi gaya gunting pada siklus

pertama dibandingkan dengan tes awal dapat dilihat pada tabel :

No Nama Tes Awal Siklus I Peningkatan

1 Algiery 61 72 11

2 Anisa 47 53 6

3 Aldiasyah 53 58 5

4 Florensia 47 53 6

5 Fery 56 67 11

6 Gani 47 50 3

(54)

8 Hairul 44 47 3

9 Herdy 47 50 3

10 Kevin 42 44 2

11 Miftahul 42 44 2

12 Novita 64 72 8

24 Susanto 61 75 14

25 Suryanto 44 50 6

26 Sefia 47 47 0

27 Sepdianti 50 53 3

28 Suhana 47 50 3

29 Vioreta 44 47 3

30 Vio S 44 50 6

Jumlah 1467 1619 152

Rata-Rata 48,9 54,0 5,1

Dari hasil peningkatan poin yang ditunjukkan tabel tersebut, dapat

disimpulkan bahwa tindakan yang diberikan pada siklus pertama dapat

meningkatkan hasil pembelajaran lompat tinggi gaya gunting dengan

rata-rata peningkatan 5,1 poin. Namun perhitungan prosentase

ketuntasan belum mencapai lebih dari 50 %, sehingga masih dilanjutkan

pada siklus kedua.

b. Siklus Kedua

Peningkatan hasil pembelajaran lompat tinggi gaya gunting pada siklus

kedua dibandingkan dengan hasil tes awal dilihat pada tabel :

(55)

1 Algiery 61 75 14

2 Anisa 47 69 22

3 Aldiasyah 53 64 11

4 Florensia 47 69 22

5 Fery 56 61 5

11 Miftahul 42 61 19

12 Novita 64 75 11

19 Sabrina 50 69 19

20 Sari 56 67 11

21 Selvia 36 58 22

22 Sindi 36 64 28

23 Sulis 50 56 6

24 Susanto 61 78 17

25 Suryanto 44 53 9

26 Sefia 47 53 6

27 Sepdianti 50 67 17

28 Suhana 47 50 3

29 Vioreta 44 50 6

30 Vio S 44 50 6

Jumlah 1467 1964 497

Rata-Rata 48,9 65,5 16,6

Dari hasil peningkatan poin yang ditunjukkan tabel tersebut, dapat

disimpulkan bahwa tindakan yang diberikan pada siklus kedua dapat

meningkatkan hasil pembelajaran lompat tinggi gaya gunting dengan

rata-rata peningkatan 16,6 poin. Hasil perhitungan prosentase ketuntasan

belum mencapai di atas 50 % maka penelitian dilanjutkan siklus kedua.

(56)

Peningkatan hasil pembelajaran lompat tinggi gaya gunting pada siklus

ketiga dibandingkan dengan hasil tes awal dapat dilihat pada tabel

berikut :

No Nama Tes Awal Siklus III Peningkatan

1 Algiery 61 89 28

2 Anisa 47 78 31

3 Aldiasyah 53 81 28

4 Florensia 47 72 25

5 Fery 56 81 25

11 Miftahul 42 75 33

12 Novita 64 78 14

19 Sabrina 50 89 39

20 Sari 56 78 22

21 Selvia 36 69 33

22 Sindi 36 83 47

23 Sulis 50 58 8

24 Susanto 61 78 17

25 Suryanto 44 69 25

26 Sefia 47 53 6

27 Sepdianti 50 64 14

28 Suhana 47 72 25

29 Vioreta 44 69 25

30 Vio S 44 64 20

Jumlah 1467 2276 809

Rata-Rata 48,9 75,9 27,0

Dari hasil peningkatan poin yang ditunjukkan tabel tersebut, dapat

disimpulkan bahwa tindakan yang diberikan pada siklus ketiga dapat

(57)

rata-rata peningkatan 27 poin. Hasil perhitungan prosentase ketuntasan

telah mencapai di atas 50 % maka penelitian selesai pada siklus ketiga.

B. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, artinya

penelitian dilakukan atas dasar permasalahan yang terjadi di kelas tersebut.

Peneliti melakukan observasi pendahuluan guna mengetahui permasalahan

yang terjadi di sekolah tersebut. Selanjutnya sebelum melakukan penelitian

siklus pertama maka diadakan tes awal guna mengetahui letak kesulitan

siswa sehingga bisa dirumuskan tindakan yang digunakan.

Berdasarkan hasil data tes awal maka diperoleh data bahwa masih rendahnya

prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu dari 30 siswa tidak ada yang

mencapai ketuntasan belajar. Untuk itu peneliti akan memberikan tindakan

dengan menggunakan modifikasi alat berupa melompati tali plastik untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus pertama, pembelajaran gerak

dasar lompat tinggi gaya gunting menjadi menarik. Siswa tampak antusias

karena mereka merasakan hal baru dan juga gabus memberikan efek tidak

takut mencoba pada siswa. Jika dengan mistar sesungguhnya siswa tidak

berani karena takut tersandung atau tersangkut mistar, namun dengan mistar

berupa tali plastik siswa lebih berani mencoba sehingga tugas gerak atau

latihan yang diberikan pada siklus pertama meningkatkan hasil belajar. Hasil

analisis pada siklus pertama dari 30 siswa sebanyak 7 siswa (23 %). Masih

(58)

masih kurangya pemahaman siswa dalam mengkoordinasikan gerakan gerak

dasar lompat tinggi gaya gunting secara keseluruhan. Siswa masih kurang

memahami konsep gerak gerak dasar lompat tinggi gaya gunting yang benar

dan masih perlu berlatih lagi. Hasil evaluasi ini menjadi refleksi bagi peneliti.

Refleksi ini bertujuan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada pada

siklus pertama.

Pada siklus kedua dengan latihan melompati hulahop, proses pembelajaran

berlangsung dengan baik dan siswa antusias dan serius melaksanakan proses

pembelajaran lompat tinggi. Siswa telah dapat melakukan gerak dasar lompat

tinggi gaya gunting dengan benar, hal ini terlihat dari hasil prosentase belajar

bahwa 15 siswa (50 %) telah mencapai ketuntasan belajar. Namun sebagian

besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar pada siklus kedua masih

perlu diadakan penelitian kesiklus berikutnya.

Pada siklus ketiga dengan penggunaan bilah bambu sebagai pengganti mistar

agar semakin mendekati alat asli maka pembelajaran lompat tinggi semakin

menunjukkan hasil yang signifikan. Dari 30 siswa, sebanyak 25 siswa (83 %)

telah mencapai ketutasan belajar lompat tinggi. Dan artinya penelitian selesai

(59)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

bahwa :

1. Dengan penggunaan modifikasi alat berupa tali plastik dapat

meningkatkan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa kelas VI

B SDN 3 Karang Anyar.

2. Dengan penggunaan modifikasi alat berupa hulahop dapat meningkatkan

gerak dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa kelas VI B SDN 3

Karang Anyar.

3. Dengan penggunaan modifikasi alat berupa bilah bambu dapat

meningkatkan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa kelas VI

B SDN 3 Karang Anyar.

(60)

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah :

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk pembelajaran penjaskes di masa

yang akan datang dan memberikan informasi tentang alat-alat yang dapat

dimodifikasi dalam pembelajaran.

2. Bagi guru

Agar melalui hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran

guru penjaskes dalam memilih penggunaan alat modifikasi sehingga

pembelajaran penjaskes berhasil.

3. Bagi siswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan hasil

pembelajaran penjaskes khususnya memperbaiki gerak dasar lompat tinggi

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994.Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.PT Bumi Aksara. Jakarta.

Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik. Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004.Kurikulum Pendidikan Jasmani. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006.Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta: Jakarta

Kunandar. 2009.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Lutan, Rusli, dkk. 2002.Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen OR. Jakarta.

Sujana, Nana. 1991.Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2007.Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

PT Remaja Pusda karya. Bandung.

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

(62)

Lampiran 1

Data Tes Awal

(63)

Rata rata 49

Lampiran 2

Data Tes Siklus Pertama

(64)

Lampiran 3

Data Tes Siklus Kedua

(65)

Lampiran 4

Data Tes Siklus Ketiga

(66)

Lampiran 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( Tes Awal)

Sekolah : SD Negeri 3 Karang Anyar Lampung Selatan

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Kelas/Semester : 6 ( Enam )/II (dua)

Pertemuan ke : 1 (Satu)

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

Standar Kompetensi : 6. Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya

Kompetensi Dasar : 6.1 Mempraktikkan variasi teknik dasar atletik yang dimodifikasi, serta nilai semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran**)

A. Tujuan Pembelajaran:

 Siswa dapat melakukan lompat tinggi gaya menggunting

 Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin (Discipline) Tekun (diligence)

Tanggung jawab (responsibility) Ketelitian (carefulness)

Kerja sama (Cooperation) Toleransi (Tolerance) Percaya diri (Confidence) Keberanian (Bravery) B. Materi Ajar (Materi Pokok):

 Atletik [ lompat tinggi ]

(67)

 Kegiatan Awal:

Dalam kegiatan Awal, guru:

a. Siswa dibariskan menjadi empat barisan b. Mengecek kehadiran siswa

c. Menegur siswa yang tidak berpakaian lengkap

d. Melakukan gerakan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti

 Kegiatan inti

Melakukan tes awal gerak dasar lompat tinggi gaya gunting

 Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

o Siswa di kumpulkan mendengarkan evaluasi dari guru tentang materi

yang dites kan

E. Alat dan Sumber Belajar:

 Buku Penjaskes kls. 6

 Diktat atletik

 Lapangan

 Matras

 Mistar lompat

 Tiang mistar lompat

 Pluit

F. Penilaian:

No Indikator Deskriptor Nilai

1 2 3

1 Tahap

Persiapan

1.1 Posisi badan tegak

1.2 Mata lurus ke depan melihat mistar 1.3 Jarak untuk melakukan

ancang-ancang sekitar 10 langkah 1.4 Posisi di samping depan mistar

2 Tahap

Pelaksanaan

2.1 Lari perlahan, langkah kaki diperlebar 2.2 Setelah mendekati mistar, ayun ke

atas depan kaki yang dekat mistar 2.3 Sewaktu kaki yang satu telah

diangkat, kaki terakhir menyusul melangkahi mistar

2.4 Kaki bergerak seperti gunting 2.5 Kedua tangan diangkat agar tidak

menggangu lompatan 3 Tahap Akhir

Gerakan

3.1 Pada waktu mendarat, kaki yang belakang di ayun ke bawah lebih dulu 3.2 Badan diputar kembali lurus ke depan

menghadap mistar 3.3 Jaga keseimbangan

(68)

Nilai = X100 =

Mengetahui,

Kepala SDN 3 Karang Anyar

YUHANA, S.Pd

NIP: 196505151987052001

Bandar Lampung, ...2012 Guru Mapel PJOK

ALI APRIYANTO

(69)

Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( Siklus Pertama)

Sekolah : SD Negeri 3 Karang Anyar Lampung Selatan

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Kelas/Semester : 6 ( Enam )/II (dua)

Pertemuan ke : Siklus Pertama ( Tiga kali pertemuan)

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit (Per Pertemuan)

Standar Kompetensi : 6. Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya

Kompetensi Dasar : 6.1 Mempraktikkan variasi teknik dasar atletik yang dimodifikasi, serta nilai semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran**)

A. Tujuan Pembelajaran:

 Siswa dapat melakukan lompat tinggi gaya menggunting

 Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin (Discipline) Tekun (diligence)

Tanggung jawab (responsibility) Ketelitian (carefulness)

Kerja sama (Cooperation) Toleransi (Tolerance) Percaya diri (Confidence) Keberanian (Bravery) B. Materi Ajar (Materi Pokok):

 Atletik [ lompat tinggi ]

C. Metode Pembelajaran:

Dalam kegiatan Awal, guru:

a. Siswa dibariskan menjadi empat barisan b. Mengecek kehadiran siswa

(70)

d. Melakukan gerakan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti

e. Mendemonstrasikan materi inti yang akan dilakukan/dipelajari

 Kegiatan inti

Eksplorasi

 Melakukan gerakan lompat tinggi gaya menggunting mengguanakan alat bantu tali plastik sebagai pengganti mistar lompatan.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

 memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

 memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

 memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

 memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.

 memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.

 memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

 memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

 Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

o Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang

materi yang telah dilakukan/ diajarkan

o Memperbaikai tentang kesalahan-kesalahan gerakan dan tekhnik

dalam lompat tinggi

E. Alat dan Sumber Belajar:

 Buku Penjaskes kls. 6

 Diktat atletik

 Lapangan

 Matras

 Mistar lompat terbuat dari tali rapiah

 Tiang mistar lompat

 Pluit

F. Penilaian:

(71)

1 2 3 1 Tahap Persiapan 1.1 Posisi badan tegak

1.2 Mata lurus ke depan melihat mistar 1.3 Jarak untuk melakukan

ancang-ancang sekitar 10 langkah 1.4 Posisi di samping depan mistar

2 Tahap

Pelaksanaan

2.1 Lari perlahan, langkah kaki diperlebar 2.2 Setelah mendekati mistar, ayun ke

atas depan kaki yang dekat mistar 2.3 Sewaktu kaki yang satu telah

diangkat, kaki terakhir menyusul melangkahi mistar

2.4 Kaki bergerak seperti gunting 2.5 Kedua tangan diangkat agar tidak

menggangu lompatan 3 Tahap Akhir

Gerakan

3.1 Pada waktu mendarat, kaki yang belakang di ayun ke bawah lebih dulu 3.2 Badan diputar kembali lurus ke depan

menghadap mistar 3.3 Jaga keseimbangan

(Adaptasi M. Sakir)

Nilai = X100 =

Mengetahui,

Kepala SDN 3 Karang Anyar

Gambar

Gambar
Tabel 1. Nomor-Nomor Perlombaan Atletik.
Gambar 1. Tahapan Gerakan Lompat Tinggi Gaya Gunting.
Gambar 3. Grafik Batang Perbandingan Prosentase Ketuntasan BelajarPada Tes Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui Karakteristik Penderita Demam tifoid rawat inap Anak. di RSUD Abdul Wahab

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran giving question and getting answers dapat meningkatkan penguasaan materi oleh siswa dan

Besar sumbangan efektif manajerial perpustakaan terhadap minat membaca siswa di SMA Negeri 1 Pulokulon sebesar 20,25% sedangkan sumbangan relatifnya sebesar

Judul Skripsi : PENGARUH MYOFACIAL TRIGGERPOINT DRY NEEDLING DAN NEUROMUSCULAR TAPING TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA MYOFACIAL TRIGGER POINT SYNDROME OTOT

Pada bab ini akan disampaikan sejarah konflik antara etnis Bali dan etnis Lampung yang pernah terjadi di Kabupaten Lampung Selatan, dan juga kronologi konflik yang terjadi

swearing.. An analysis of Swearing Words Used by Characters in Blood Father movie. Magister Pengkajian Bahasa. Pengajaran Bahasa Inggris. Sekolah Pasca

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola pembinaan yang dilakukan oleh para narapidana serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam proses

The research result showed there was significant correlation between innovation and risk-taking, attention to detail with, outcome orientation, people orientation,