• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANSIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIFDALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERKOMUNIKASI PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

(Skripsi)

Oleh

RISKA AMELIA DESMAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Agustus 2012

(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANSIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERKOMUNIKASI PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Oleh

RISKA AMELIA DESMAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi :Efektivitas Model PembelajaranSiklus Belajar Empiris InduktifDalam Meningkatkan

Keterampilan Berkomunikasi Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Nama Mahasiswa :Riska Amelia Desmawati No. Pokok Mahasiswa :0853023049

Program Studi :Pendidikan Kimia

Jurusan :Pendidikan MIPA

Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Tasviri Efkar, M.S Dra. Ila Rosilawati, M.Si NIP 19581004 198703 1 001 NIP 19650717 199003 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 13 Desember 1990, sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Asrori, S.IP dan Ibu Ny. Arpiyatun

Pendidikan formal yang telah di tempuh oleh penulis antara lain: TK

Darmawanita yang diselesaikan pada tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Simbarwaringin yang diselesaikan pada tahun 2002, SMP Kartikatama Metro diselesaikan pada tahun 2005, dan SMA Negeri 1 Metro diselesaikan pada tahun 2008. Di tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur regular Mandiri

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Desain penelitian ... 24

2. Data nilai keterampilan berkomunikasi ... 34

3. Data hasil uji normalitas ... 37

4. Data hasil uji homogenitas ... 38

(7)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANSIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERKOMUNIKASI PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Oleh

RISKA AMELIA DESMAWATI

Hasil observasi di SMA Negeri 1 Gadingrejo diketahui bahwa pembelajaran yang paling sering digunakan adalah pembelajaran konvensional yang bersifat

cenderung kaku dan kurang menarik. Hal tersebut belum membimbing siswa untuk lebih memahami materi larutan elektrolit dan non elektrolit serta melatih kemandirian belajarnya. Oleh karena itu, dirancang pembelajaran dengan menerapkan modelSBEI.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas modelSiklus Belajar Empiris Induktif dalam meningkatan keterampilan berkomunikasi pada materi pokok Larutan elektrolit dan non elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Gadingrejo semester genap Tahun 2011-2012 dengan kelas X1dan X3sebagai sampel. Metode Penelitian adalah kuasi

(8)

signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditunjukkan dengan n-Gain yang signifikan)

Hasil penelitian menunjukkan nilai reratan-Gainketerampilan berkomunikasi untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,507 dan 0,605.

Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa kelas dengan model pembelajaran SBEI memiliki keterampilan berkomunikasi siswa yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran SBEI lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan

berkomunikasi siswa.

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Penelitian………. 27

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas ... 8

B. Pendekatan Konstruktivisme ... 10

C. Keterampilan Proses Sains... 11

D. Keterampilan Berkomunikasi... 14

E. Siklus Belajar Empiris Induktif... 17

F. Larutan Elektrolit dan Non elektrolit ... 19

G. Lembar Kerja Siswa (LKS)…..……….. 20

H. Kerangka Berpikir……….. 21

(11)

J. Hipotesis Umum………... 22

III. METODE PENELITIAN... 23

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

B. Jenis dan Variabel Penelitian ... 23

C. Desain Penelitian... 24

D. Jenis dan Sumber Data ... 24

E. Instrumen dan Validitas Penelitian ... 25

F. Pelaksanaan Penelitian ... 26

G. Analisis Data ... 28

H. Teknik Analisis Data ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Data Penelitian dan Analisis ... 33

B. Pembahasan... 39

C. Kendala yang dihadapi ... 46

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Simpulan ... 47

B. Saran... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN 1. Silabus kelas eksperimen... 51

2. RPP kelas eksperimen ... 56

(12)

4. Silabus Kelas kontrol... 96

5. RPP kelas kontrol ... 99

6. Soal pretest... 113

7. Soalpostest... 118

8. Rubrikpretest... 122

9. Rubrik posttest... 131

10. Analisis Data ... 138

11. Penilaian psikomotor ... 146

12. Lembar Observasi guru mengajar... 148

13. Penilaian afektif ... 154

(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ...

Sekretaris : Dra. Ila Rosilawati, M.Si ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nina Kadaritna, M.Si ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

(14)

MOTTO

Hiasan dunia adalah ibadah dan belajar, maka hiasilah hidupmu dengan

ibadah dan belajar.

(Hadist)

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat

Tidak ada yang menggantikan

kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan

bertemu dengan kesiapan.

(Thomas Alfa Edision)

Bekerja Keraslah dengan bersungguh-sungguh kelak akan memetik hasil

yang memuaskan sesuai dengan apa yang di usahakan

(15)

PERSEMBAHAN

 Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan serta hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati skripsi ini ku persembahkan kepada:

 Teristimewa Bapak dan Ibu tercinta .

Yang selalu senantiasa mensupport dan mendoakanku siang dan malam. Terima kasih karena kalian telah membesarkanku dan merawatku dari kecil. Semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan bapak dan Ibu

 Adikku tersayang Rina dan Kevin yang selalu memberi warna dalam hidupku

 Sahabat-sahabat terbaikku, yang selalu ada dalam setiap suasana, berusaha membuat aku tetap tersenyum, selalu menyemangatiku: Nenek(Prisilia),Resi,Putu,Sulis,Jenk Bibi Meta, Emi, Orin,Vita,Yunida, Lia, Nurma, Nia, Pipit,

Yuliana,Novi, Dewi

(16)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis haturkan sebesarnya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan cinta kasih-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris

Induktif (SBEI) Dalam Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”. Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muham-mad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(17)

4. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S. selaku pembimbing akademik dan sekaligus pembimbing I atas keikhlasan, kesabaran, motivasi dan bimbingannya untuk membantu penulis menyusun skripsi ini

5. Ibu Dra.Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing II, atas keikhlasan waktu, kesabaran, motivasi dan bimbingannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Ibu Emmawaty Sofya S.Si, M.Si. selaku pembahas yang telah memberi masukannya pada penulisan skripsi ini

7. Seluruh Dosen dan Staf di Jurusan PMIPA di Universitas Lampung

8. Ibu Dra. Hermin Budiarsi selaku kepala Sekolah SMA Negeri 1 Gadingrejo dan Ibu Dra. Sulistini selaku guru mitra yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya.

9. Teristimewa untuk Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan dukungan, motivasi serta kesabaran, cinta, doa serta kasih sayang yang tidak pernah putus.

10. Adikku Rika Silvia Rina dan Kevin Meilano yang selalu memberikan warna dalam hidupku.

11. Dian Kristiawan yang tak pernah lelah untuk membimbingku, selalu mendengar keluh kesahku, terima kasih atas segala motivasi, dan keceriaan selama ini

(18)

13. Teman-teman seperjuangan angkatan kimia 2008: Ana, Johan, Gede, Mila, Arum, Meli, Maria, Diana, Andri, Olan, Rendi, Yusnia, Fenti, Cahya, Yuri, Nurul, Elia, Galih, Deni, Nunik, Pipit, Pitri, Putri, Rosma, Riza, Ogja, Ence, Ulin, Mila, Lini, Juslia, Fitri, Dicky, Eka F, Wayan Evi, Wirda, Evi

14. Kakak dan Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas masukannya. 15. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Gadingrejo, terima kasih atas kerja samanya

selama penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Gadingrejo.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 2012

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat penting bagi terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak mengalami masalah terutama dalam mutu pendidikan. Dengan demikian cukup beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius terutama bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi.

Pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Akibatnya pembalajaran menjadi kehilangan daya tariknya dan munculnya kejenuhan siswa dalam belajar sains.

(20)

2

mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat,

transformasi, dinamika, dan energetika tentang materi. Oleh karena itu, kimia mempelajari segala sesuatu tentang materi dan perubahannya yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah) yang dapat mengembangkan sikap ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran kimia perlu memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk, dan sikap.

(21)

3

paradigma lama guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih dipertahankan.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa SMA kelas X semester genap pada pembelajaran kimia adalah mengidentifikasi sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data hasil percobaan.

Untuk mencapai kompetensi ini, maka diperlukan pendekatan yang sesuai dengan materi larutan elektrolit dan non elektrolit yaitu pendekatan keterampilan proses sains. Hal ini dikarenakan keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran kimia dapat membuat siswa lebih menguasai konsep-konsep kimia. Guru perlu melatihkan KPS untuk dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalahnya serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti observasi, inferensi, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan dan berkomunikasi.

Satu hal yang tidak akan terlepaskan dalam keterampilan proses sains adalah keterampilan berkomunikasi. Terampil berkomunikasi penting bagi siswa dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah yang kelak mereka hadapi dalam

kehidupan sehari-hari. Melalui pengamatan langsung seperti melakukan

percobaan pada materi reaksi elektrolit dan non elektrolit, siswa dituntut mampu mendiskusikan hasil percobaan, memberikan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dalam bentuk tabel, menyusun, membaca tabel, menjelaskan hasil percobaan dan menyampaikan laporan secara sistematis.

(22)

4

keterampilan berkomunikasi menjadi sangat penting karena setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, membantu dalam proses penyusunan pikiran, juga merupakan dasar untuk memecahkan masalah.

Selain melatihkan KPS kepada siswa guru juga perlu menerapkan model pelajaran yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan membantu siswa dalam menemukan konsep. Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi hal tersebut dan mampu menciptakan KPS siswa saat proses pembelajaran adalah dengan model pembelajaran konstruktivisme yaitu model Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI). Model SBEI adalah pembelajaran yang

dilakukan melalui serangkaian tahap (fase pembelajaran) yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan kata lain siswalah yang

mendominasi kegiatan belajar. Selain itu, model SBEI dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa. Hal ini mengakibatkan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep-konsep pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Fase-fase tersebut meliputi 1) fase eksplorasi

(exploration); (2) fase pengenalan konsep dan (3) fase aplikasi konsep. Pada fase eksplorasi siswa diajak untuk memiliki keeratan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan fakta-fakta dalam kehidupan sehari-hari dalam proses

(23)

5

Pada fase pengenalan konsep, siswa dituntut lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh

sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Karakteristik pembelajaran Empiris

induktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan berbagai fakta di lapangan melalui observasi atau dengan praktikum, sehingga terjadi

pengkonstruksian konsep baru di bawah arahan guru, dan dengan konsep baru tersebut siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi materi larutan elektrolit dan non elektrolit pada siswa kelas X SMAN 1 Gadingrejo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah efektifitas model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi pada materi Larutan Elekrolit dan Non elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

(24)

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa:

Model pembelajaran SBEI membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam pembelajaran kimia, khususnya materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

2. Bagi guru dan calon guru:

Memberi inspirasi dan pengalaman secara langsung bagi guru dalam

membelajarkan materi kimia dengan menerapkan model pembelajaran SBEI, terutama pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

3. Bagi sekolah:

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif bagi sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah

1. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X1dan X3 semester genap SMA

Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011-2012.

2. Model SBEI, yang terdiri dari tiga fase yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi konsep.

(25)

7

4. Keterampilan berkomunikasi meliputi mampu mendiskusikan hasil

percobaan, memberikan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dalam bentuk tabel, menyusun, membaca tabel, menjelaskan hasil percobaan dan menyampaikan laporan secara sistematis.

(26)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas

Efektivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapainya tujuan intruksional khusus yang telah dicanangkan (Satria, 2005).

Eggen dan Kauchak (Warsita, 2008), menyatakan bahwa suatu pembelajaran akan efektif bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan

pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir. Dengan demikian dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Jika tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Jika siswa belajar sesuatu dengan minatnya maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah:

(27)

9

perbedaan-perbedaan serta membangun konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada

peserta didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.

6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.

Sedangkan indikator pencapaian dalam menuju pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Wottuba and Wright (1975) (Warsita, 2008) adalah pengorganisasian pembelajaran dengan baik, komunikasi secara efektif,

penguasaan dan antusiasme dalam mata pelajaran, sikap positif terhadap peserta didik, pemberian ujian dan nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan

pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik yang baik. Dari Penjelasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan. Tujuan dari proses belajar adalah mendapatkan hasil belajar yang baik yang mana hasil belajar tersebut memenuhi standar dari nilai yang ditetapkan.

(28)

10

perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditunjukkan dengan gain yang signifikan).

B. Pendekatan Konstruktivisme

Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Menurut Slavin (Trianto, 2010) teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak

(29)

11

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut: 1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami,

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus,

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri,

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya,

5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Menurut Sagala (2003) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

C. Keterampilan Proses Sains

Tainlain (2003) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan

(30)

12

Menurut Syamsuar Mochtar (Samana, 1992) pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang siswa serta kegiatannya yang diterjemahkan dalam kegiatan belajar-mengajar yang memperhatikan perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan, dan keterampilan sebagai kesatuan, yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreativitas.

Menurut Sanjaya (2008) pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa mengelola

perolehannya, sehingga dapat dipahami, dimengerti dan diterapkan sebagai bekal dalam kehidupan di masyarakat sesuai kebutuhannya. Maksud dari perolehannya adalah hasil belajar siswa dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh melalui keterampilan proses. Hartono (Fitriani, 2009) mengemukakan bahwa:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam

pembelajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat

berlangsungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Menurut Hariwibowo (Fitriani, 2009):

(31)

13

Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik menyadari, memahami, dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai anak didik. Kegiatan keterampilan proses dapat dilaksanakan dengan bentuk-bentuk berikut

(Djamarah, 2000): 1. Mengamati

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses melihat, mendengar, merasa (kulit meraba), mencium/membau,

mencicip/mengecap, mengukur, dan mengumpulkan data/informasi. 2. Mengklasifikasikan

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses mencari persamaan (menyamakan), mencari perbedaan (membedakan),

membandingkan, mengkontraskan, dan menggolongkan (mengelompokkan).

3. Menafsirkan (menginterpretasikan)

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses menafsirkan, memberi arti (mengaitkan), menarik kesimpulan, membuat inferensi, menggeneralisasi, mencari hubungan antara dua hal (misalnya ruang/ waktu), dan menemukan pola.

4. Meramalkan (memprediksi)

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses mengantisipasi (berdasarkan kecenderungan/pola/hubungan antardata/hubungan antarinformasi).

5. Menerapkan

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai, atau keterampilan dalam situasi baru atau situasi lain), menghitung,

mendeteksi, menghubungkan konsep, memfokuskan pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, dan membuat model.

6. Merencanakan penelitian

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses menentukan masalah/objek yang akan diteliti, menentukan tujuan

penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data atau informasi, menentukan cara analisis, menentukan langkah-langkah untuk memperoleh data informasi, menentukan alat/bahan dan sumber kepustakaan serta menentukan cara melakukan penelitian.

7. Mengkomunikasikan

(32)

14

memeragakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, atau penampilan.

Untuk mengajarkan keterampilan proses itu kepada siswa, siswa perlu benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pemanipulasi variabel dan

sebagainya. Pendekatan proses lebih banyak melibatkan siswa dengan obyek-obyek kongkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan proses memberi siswa pemahaman yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan dapat lebih baik memahami fakta-fakta dan konsep-konsep.

Pengembangan keterampilan proses sains sangant bermanfaat bagi siswa. Keterampilan proses sains dapat ditransfer ke topik dan bidang studi lain serta tidak mudah dilupakan. Keterampilan proses sains membuat siswa merasakan hakikat sains dan memungkinkansiswa “berbuat” sains. Dengan “berbuat” sains, siswa belajar fakta-fakta dan konsep-konsep sains. Jadi dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam mengajarkan sains sehingga siswa belajar “proses” dan “produk” sains (Soetardjo, 1998).

D. Keterampilan Berkomunikasi

Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dapat berupa penyusunan laporan, pembuatan paper, penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram, grafik (Semiawan, 1992).

(33)

15

1 Menyimpulkan hasil penelitian.

2 Merekomendasikan tindak lanjut dari hasil penelitian.

3 Menginformasikan alasan logis perlunya penelitian/penyelidikan ilmiah. 4 Mendeskripsikan masalah penelitian/penyelidikan secara jelas dalam laporan

dan mengkomunikasikannya.

5. Menspesifikasi variabel yang diteliti.

6. Mengkomunikasikan prosedur perolehan data.

7. Mengkomunikasikan cara mengolah dan menganalisis data yang sesuai untuk menjawab masalah penelitian.

8. Menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel, grafik, diagram alur, dan peta konsep.

9. Menggunakan media yang sesuai dalam menyajikan hasil pengolahan data. 10. Menjelaskan data baik secara lisan maupun tulisan.

11. Mengkomunikasikan kesimpulan dan temuan penelitian berdasarkan data. 12. Menyajikan model hubungan dengan simbol dan standar internasional dengan

benar.

Pada suatu penyelidikan/percobaan, tidak semua indikator di atas harus dilakukan. Guru dapat memilih sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan alat dan bahan,

kemampuan siswa, dan alokasi waktu

Jenis keterampilan yang akan dipaparkan adalah kemampuan membuat tabel pengamatan, kemampuan menggambar alur kerja,dan kemampuan menulis hasil diskusi dan pembahasan.

Dijelaskan seperti di bawah ini :

(34)

16

Menurut Nawawi (1993) dalam Hidayat (2003), kemampuan membuat tabel dimulai dengan menguasai pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan tabel dan bagaimana teknik pembuatan dan penyusunan tabel yang

komunikatif. Tabel dimaksudkan untuk merangkum sejumlah data yang saling berhubungan satu sama lain. Selanjutnya beliau juga menjelaskan langkah-langkah pembuatan dan penyusunan tabel dalam suatu teks atau kumpulan-kumpulan data percobaan yaitu:

1 Membuat baris dan kolom sesuai dengan macam dan jumlah variabel. 2 Setiap kolom secara vertikal menunjukkan klasifikasi tertentu dari data

yang dicantumkan di bawah kalimat yang menyatakan maksud kolom tersebut.

3 Setiap baris horizontal menunjukkan klasifikasi tertentu dari data yang dicantumkan sesuai kalimat yang menyatakan maksud baris tersebut. 4 Klasifikasi data yang dinyatakan dengan kalimat singkat dalam bentuk

simbol-simbol. 5 Memberi judul tabel.

b. Kemampuan Menggambar Alat Percobaan

(35)

17

proporsi yang tepat dan memiliki kemiripan dengan benda asalnya. Dimana hal tersebut dapat dijadikan rujukan bagi penentuan gambar yang komunikatif, juga kelengkapan alat yang digambarkan.

c. Kemampuan Menulis Hasil Diskusi dan Pembahasan

Menurut Howee dan Smith (1999) dalam Hidayat (2003), diskusi adalah suatu bentuk pertanyaan lisan yang essensial bagi kehidupan kita. Kemampuan menulis diskusi atau pembahasan bertujuan untuk mengkomunikasikan informasi, gagasan-gagasan dan fakta-fakta. Diskusi umumnya dilakukan untuk membantu siswa mengklasifikasikan data yang diperoleh melalui eksperimen, yang selanjutnya dipergunakan untuk merumuskan kesimpulan setelah didapat generalisasi data. Diskusi dapat juga digunakan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat selama siswa melakukan eksperimen.

E. Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI)

Menurut Muhammadzen (2008), bahwa sumber pengetahuan antara lain dimulai dari suatu pengalaman empiris menuju induktif. Pengalaman empiris didasarkan pada pengamatan gejala, peristiwa atau fakta-fakta di lapangan yang dianalisis sehingga didapatkan suatu kesimpulan.

(36)

18

mendeskripsikan hubungan antar variabel, membuat hipotesis, melakukan analisis dan penyelidikan, mendefinisikan operasional variabel, merancang penyelidikan, bereksperimen).

Di dalam SBEI, siswa menemukan suatu konsep berdasarkan pengalaman nyata. Pada fase eksplorasi, siswa menemukan, membuktikan, menggali berbagai fakta melalui kegiatan observasi lapangan dan praktikum. Guru memberikan

pengalaman belajar dan membimbing siswa dan siswa sendiri yang berperan aktif.

Karakteristik model Pembelajaran Empiris induktif (Yasin, 2007): a. fase eksplorasi (siswa mendapatkan fakta-fakta)

Tujuan dari tahap ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan awalnya,untuk membentuk minat dan prakarsa serta tetap menjaga keingintahuan mereka tentang topik yang sedag dipelajari. Pada fase eksplorasi, para siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka sendiri. Dalam fase ini, mereka kerap kali menyelidiki suatu fenomena dengan bimbingan minimal.fenomena baru ini seharusnya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu siswa

b. fase pengenalan konsep

(37)

19

c. fase aplikasi konsep.

Pada fase aplikasi konsep, disediakan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diperkenalkan untuk menyelidiki lebih lanjut sifat-sifat lain dari fenomena yang sudah diamati. Tujuan fase ini adalah agar siswa dapat melakukan generalisasi atau mentransfer ide-ide ke dalam contoh yang lain dan menguatkan kembali gagasan-gagasan siswa agar sesuai dengan konsep ilmiah.

F. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit dapat mengantarkan listrik karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itulah yang mengandung arus listrik melalui

larutan, sehingga larutan elektrolit dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit lemah memiliki daya hantar yang lemah. Elektrolit kuat

memiliki daya hantar yang kuat. Contoh elektrolit lemah adalah asam cuka dan larutan amonia, sedangkan contoh dari larutan elektrolit kuat adalah larutan garam dapur, larutan asam sulfat dan larutan natrium hidroksida. Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh larutan non elektrolit yaitu larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, dan larutan glukosa.

Menurut Arrhenius, larutan elektrolit mempunyai ion-ion yang bergerak bebas. Keberadaan ion-ion inilah yang akan menghantarkan arus listrik. Ion-ion

(38)

20

Sedangkan pada pelarutan zat-zat non elektrolit dalam air tidak akan terjadi ionisasi zat terlarut dalam air, sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Pada larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar. Senyawa ion terdiri atas ion-ion. Jika senyawa ini dilarutkan, ion-ion dapat bergerak bebas sehingga larutan dapat menghantarkan listrik. Namun, kristal senyawa ion tidak dapat menghantarkan arus listrik sebab dalam bentuk kristal ion-ion tidak dapat bergerak bebas karena terikat sangat kuat. Sedangkan senyawa kovalen polar antara molekul-molekul polar yang terjadi tarik menarik sangat kuat sehingga dapat memutuskan salah satu ikatan dan membentuk ion. Lelehan senyawa kovalen polar tidak dapat menghantarkan arus listrik karena lelehan tersebut terdiri atas molekul-molekul netral.

G. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk

menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Menurut Sriyono (Sarinah, 2010) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan

berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses

(39)

21

Menurut Prianto dan Harnoko (1997) manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang diajarkan. LKS digunakan untuk

meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

H. Kerangka Berpikir

Melalui model pembelajaran SBEI, siswa diberi kesempatan untuk

mengembangkan berbagai kemampuan, diantaranya kemampuan berkomunikasi pada tahap observasi. Pada tahap ini guru meminta siswa menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan

menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan, membaca tabel, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

(40)

22

I. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi subyek penelitian mempunyai

kemampuan akademik yang sama dalam ketrampilan berkomunikasi serta penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran

2011/2012 diabaikan.

J. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 248 siswa dan tersebar dalam delapan kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknikpurposive sampling. Purposive samplingadalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yaitu ingin mendapatkan sampel dengan kemampuan akademik relatif sama. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol dengan latar

belakang kemampuan akademik sama yang dilihat dari nilai semester yang hampir sama. Dua kelas tersebut adalah kelas X1dan X3,kemudian ditentukan yang

merupakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas X3sebagai kelas kontrol

yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas X1

sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SBEI (Siklus Belajar Empiris Induktif).

B. Jenis dan Variabel Penelitian

(42)

24

bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model

pembelajaran yang digunakan, yaitu modelSBEI(Siklus Belajar Empiris Induktif) dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan berkomunikasi pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit SMA Negeri 1 Gadingrejo.

C. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalahNon-Equivalen Control Group Desainyaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaanpretestmaupun posttestantara kelas eksperimen dan kelas Kontrol. Desain penelitian tersebut dapat dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 1. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 X2 O2

O1adalahpretesyang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2adalahposttest

yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X1adalah perlakuan berupa

penerapan model SBEI dan X2perlakuan berupa pembelajaran konvensional.

D. Jenis dan Sumber Data

(43)

25

2. Sumber data dibagi menjadi dua yaitu : a. Data primer yang meliputi :

Data hasilpretest danposttestkelompok kontrol Data hasilpretestdanposttestkelompok eksperimen b. Data sekunder yang meliputi:

Data kinerja guru dan data observasi siswa Data afektif dan data psikomotor siswa 2. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, digunakan metode tes untuk memperoleh data nilai keterampilan berkomunikasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalahpretestdanposttest.

Data Observasi aktivitas siswa dan data Observasi guru mengajar

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Bentuk instrumen pada penelitian ini adalah

1. Pada kelas eksperimen ada 3 LKS dengan model pembelajaranSBEI. Pada kelas kontrol menggunakan LKS biasa.

2. Kedua kelas memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. 3. Soalpretestdanposttestyang terdiri dari 5 soal essay untuk mengukur

keterampilan berkomunikasi siswa. 2. Validitas Penelitian

(44)

26

diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Tahap Prapenelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, yaitu di SMA Negeri 1 Gadingrejo

b. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang akan diteliti, yaitu materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit.

d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran yang diharapkan akan dicapai siswa pada kelas eksperimen. e. Membuat soal pretest dan postest.

f. Melakukan validasi instrumen dengan dosen pembimbing.

2. Tahap Penelitian

Pelaksanaan dibagi menjadi dua yaitu SBEI dan pembelajaran konvensional. Pada kelas X1diterapkan model SBEI sedangkan pada kelas X3diterapkan

metode pembelajaran konvensional.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

(45)

27

b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

c. Memberikanpostestdengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

d. Analisis data

e. Penulisan pembahasan dan simpulan

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Penelitian Tahap persiapan dan

observasi

Penetapan populasi dan sampel

Pretest

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Model SBEI Posttest Konvensional

Analisis data

(46)

28

G. Analisis Data

1. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis

alternatif (H1).

Hipotesis keterampilan berkomunikasi:

H0: Rata-rata n-Gain keterampilan berkomunikasi dengan model

pembelajaranSBEI lebih rendah atau sama dengan rata-rata

keterampilan berkomunikasi dengan pembelajarankonvensionalpada materi larutan elekrolit dan non elektrolit.

H0: µ1x≤ µ2x

H1: Rata-rata n-Gain keterampilan berkomunikasi dengan model

pembelajaranSBEI lebih tinggi daripada rata-rata keterampilan berkomunikasi dengan pembelajarankonvensionalpada materi larutan elekrolit dan non-elektrolit.

H1: µ1x> µ2x

3. Teknik Analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai akhirpretestatauposttestdirumuskan sebagai berikut:

Nilai Akhir = skor yang diperoleh siswa

(47)

29

3. Menghitung n-Gain

Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditunjukkan dengan n-Gain yang signifikan). Rumus n-Gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut:

n-Gain (g) = (skor postest–skor pretest)

(skor maksimum ideal - skor pretest)

4. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0= data penelitian berdistribusi normal

H1= data penelitian berdistribusi tidak normal

Pengujian normalitas ini dilakukan dengan ujiLilieforsmenggunakan program SPSS 16.0. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

a. Buka lembar kerja/file input normalitas

b. Dari menu utama SPSS, pilihAnalyze Descriptive Statistic Explore

(48)

30

e. Padabox plotsberi tanda padafactor levels together, padadescriptiveberi tanda untuknormality plots with test. Klikcontinue, klikok.

f. Terima H0jika padakolmogorov-smirnovmaupunshapiro-wilknilai sig.>

0.05 dan tolak H0 jika padakolmogorov-smirnovmaupunshapiro-wilk

nilai sig.≤ 0.05.

5. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. H0= data penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1= data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

a. Buka lembar kerja/file input normalitas

b. Dari menu utama SPSS, pilihAnalyze Compare Means One Way Anova

c. Masukkan variabel pretes dan postes ke dalamdependent listdanvariabel kelaske dalam factor list.

d. Padaoptions, pilihhomogeneity of variance test. e. Klik continue, klikok.

(49)

31

H. Pengujian Hipotesis

Data sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2002). Uji

parametrik menggunakan uji-t dengan bentuan program SPSS 16.00. Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan keterampilan

berkomunikasi larutan elektrolit dan non elektrolit yang lebih tinggi antaraSBEI dengan pembelajaran konvensional siswa SMAN 1 Gadingrejo.

1. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui keterampilan berkomunikasi materi elektrolit dan non elektrolit mana yang lebih tinggi antara pembelajaran SBEI dengan pembelajaran konvensional siswa SMAN 1 Gadingrejo.

a. Rumusan hipotesis

H0: µ1≤ µ2 : Nilai n-Gain keterampilan berkomunikasi yang diterapkan

pembelajaran SBEI lebih rendah atau sama dengan pembelajaran konvensional siswa SMAN 1 Gadingrejo. H1: µ1> µ2: Nilai n-Gain keterampilan berkomunikasi yang diterapkan

pembelajaran SBEI lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional siswa SMAN 1 Gadingrejo.

b. Langkah statistik

(50)

32

2) Dari menu utama SPSS, pilihAnalyze Compare Means Independent-sample T test

3) Masukkan variabel postes ke dalamtest variabledanvariabel kelaske dalam grouping variable.

4) Klikdefine groupskemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2.

5) Klik continue, klikok. Kriteria uji :

(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran Siklus belajar Empiris Induktif efektif dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit SMA Negeri 1 Gadingrejo

2. Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Ilustrasi gambar pendukung materi yang digunakan perlu ditambah dan disesuaikan dengan materi sehingga menarik minat siswa untuk belajar, serta dapat menghubungkan materi yang ada pada LKS dengan kehidupan sehari-hari siswa.

2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi hendaknya

(52)

8

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Hidayat, A. 2003Analisis Ketrampilan Berkomunikasi Siswa SMU Kelas 2 Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Lawson. 2005. The learning Cycle. www.google.co.id. 2005. 16 Desember 2010. http://www.sahra.arizona.edui/education/pbl_workshop/TheLearningCycle.

Muhammadzen, I. 2008. Sumber Pengetahuan. 18 April 2008. 15 Desember 2010. http://Iswandimuhammadzen.Multiply.com/journal/item/8.

Nuraeni, N. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI-Bandung. Bandung. Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, M. 2006. Kimia Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Samana, A. 1992. Sistem Pengajaran. Kanisius. Yogyakarta.

Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pengajaran. Kencana Prenada Group. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja grafindo Persada. Jakarta.

(54)

Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. .Halim Jaya. Jakarta. Semiawan, Cony. 1992.Pendidikan Ketrampilan Proses. Gramedia. Jakarta.

Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Yogyakarta.

Tainlain, W. 2003.Teori Belajar dan Teori Mengajar (Diktat). FKIP Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Kencana. Jakarta

Warsita. 2008. Efektivitas Perangkat Pembelajaran.http://id.shvoong.com/ social-sciences/education/2198130-efektivitas-perangkat-pembelajaran. Diakses pukul 08.45 pm tanggal 25 November 2010.

Gambar

Tabel 1. Desain penelitian
Gambar 1. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Model siklus belajar PDEODE dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia melalui tahap predict yang melatih siswa

Metode penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan nonequivalent pretest-posttest control group desain yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model

Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan

dilakukan oleh Nurhayati (2011), bertujuan untuk menganalisis hasil penerapan model pembelajaran Predict-Observe-Explan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan proses sains

Model pembelajaran problem solving lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan dasar dan memberikan penjelasan lanjut pada materi

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan

Pembelajaran dengan menggunakan model SiMaYang tipe II memiliki ke- praktisan yang sangat tinggi dalam meningkatkan kemampuan metakognisi dan keterampilan berpikir kritis siswa

Dari perolehan data pada hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada