ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PREDIKSI DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA
Oleh MERIANTIKA
Pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, pro-duk, dan sikap. Untuk memahami hakikat ilmu kimia secara utuh, siswa harus memiliki keterampilan proses sains (KPS). Melatihkan KPS kepada siswa dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh sebab itu diperlukan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan KPS sehing-ga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih dan mengembangkan KPS siswa adalah model siklus belajar Predict – Discuss – Explain – Observe – Discuss - Explain (PDEODE).
YPU Bandar Lampung kelas XI IPA tahun pelajaran 2011-2012. Efektivitas mo-del siklus belajar PDEODE diukur berdasarkan selisih skor pretest dan posttest (gain ternormalisasi)
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, diketahui bahwa kelas dengan model siklus belajar PDEODE memiliki keterampilan prediksi dan keterampilan komu-nikasi yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar PDEODE efektif dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi siswa.
EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PREDIKSI DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA
Oleh MERIANTIKA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI POKOK
KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA
Nama Mahasiswa : Meriantika Nomor Pokok Mahasiswa : 0713023010 Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Noor Fadiawati, M.Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. NIP 19660824 199111 2 001 NIP 19660824 199111 2 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ...
Sekertaris : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 29 Januari 1990, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Indra Bangsawan (Alm) dan Ibu Sumiyati.
Penulis mengawali pendidikan formal di RA Tunas Harapan yang diselesaikan pada tahun 1995. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 1 Rejosari yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 7 Kotabumi yang disele-saikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 3 Kotabumi yang dise-lesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur PKAB.
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT diiringi sholawat kepada nabi tercinta
Muhammad SAW,
Kupersembahkan karya kecil ini untuk:
Ayah (alm) dan ibuku. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang telah diberi, semoga Allah membalas dengan keridhoanNya dan kebaikan yang berlipat.
Adikku Penty dan Satria, atas semua keceriaan, kebersamaan, dan semua rasa yang kujadikan pembelajaran untuk melukis pelangi hidupku.
Guru-guruku dimanapun berada. Terima kasih telah membimbingku dalam menemukan konsep-konsep ilmu yang sangat bermakna. Semoga Allah menyayangi, memberkati, serta memberimu kebahagiaan dunia akhirat.
Serta semua pihak yang telah membantu
M O T T O
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar (Khalifah Umar)
Setialah pada perbuatan yang baik, lalu perhatikanlah apa yang terjadi (Mario Teguh)
Keberhasilan yang diharapkan dari sekian banyak usaha yang dilakukan, mungkin belum terlihat karena waktu memang belum menyempurnakan ceritanya
(Tarbawi Edisi 249 TH 12)
Orang yang mempunyai kebiasaan menunda, maka mulai saat ini tundalah nanti (Mario Teguh)
When there’s a will there’s a way
(English teacher)
Lakukanlah semua hal dengan cara yang baik, karena Allah menilai semua yang kita lakukan
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan ridho, rahmat, dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Siklus Belajar PDEODE Pada Materi Pokok Ksetimbangan Kimia Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Komunikasi Siswa” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW, seorang yang menjadi lautan inspirasi dan teladan terbaik sepanjang masa.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Pembimbing Akademis serta pembing I atas keikhlasan dan kesediaannya meluangkan waktu, motivasi, bim-bingan, saran, kritik, serta ilmu selama proses penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. selaku Pembimbing II terimakasih atas
ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan serta atas kesediaannya mem-bimbing penulis.
iv 6. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Kimia dan seluruh staf di
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.
7. Kepala sekolah, guru mitra Ibu Ismita Dewi, S. Pd, serta siswa-siswi kelas XI IPA2 dan XI IPA4 SMA YP Unila Bandar Lampung.
8. Sahabatku tersayang Eci, mb Siwi, dedes, widia, dan yulia atas warna-warni indah yang telah kita lukis bersama dalam perjuangan meraih impian.
9. Saudariku mb yuliza, mb novita, mia, kartika, eti, mb wika, cici, mb anti, dan mb ema yang senantiasa memberikan motivasi dan doa demi kelancaran studiku.
10. Adik-adikku di Ar-Rahmah 3 atas motivasi, kecerian, dan kebersamaan kita. 11. Seluruh keluarga besar pendidikan kimia, khususnya teman-teman pendidikan
kimia 2007 reguler.
12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya, penulis meminta maaf atas segala khilaf. Besar harapan, skripsi ini sangat bermanfaat dan menjadi bahan rujukan penelitian selanjutnya.
Bandar Lampung, Juni 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI………... v
DAFTAR TABEL………... xiii
DAFTAR GAMBAR……….. ix
I. PENDAHULUAN………...……… 1
A.Latar Belakang Penelitian………..….. 1
B. Rumusan Masalah……… 6
C.Tujuan Penelitian………. 7
D.Manfaat Penelitian……….…….. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian………....…… 7
II. TINJAUAN PUSTAKA... 10
A. Teori Belajar Konstruktivis………...…………..…… 10
B.Model Siklus Belajar PDEODE.………...……….. 12
C.Keterampilan Proses Sains………...…..…..…... 15
D.Keterampilan Prediksi……….………...…… 16
E. Keterampilan Komunikasi…....……….….. 17
F. Kerangka Pemikiran……….……...……… 18
G. Hipotesis………...…...… 19
H. Anggapan Dasar………..………...……. 20
vi 1. Silabus dan Sistem Penilaian ... 75
2. RPP Kelas Eksperimen ... 82
3. RPP Kelas Kontrol ... 131
4. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 135
5. Kisi-kisi, Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretes... 175
6. Kisi-kisi, Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Postes... 180
vii
8. Soal Postes... 191
9. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretes... 197
10. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Postes... 201
11. Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 208
12. Lembar Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 228
13. Nilai Kterampilan Prediksi... 237
14. Nilai Keterampilan Komunikasi... 239
15. Perhitungan... ... 241
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintak model siklus belajar PDEODE ... 12 2. Desain penelitian ...………...…………... 20
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Penelitian ... 24
2. Rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan prediksi siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 34
3. Rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan komunikasi siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 35
4. Rata-rata n-Gain kelas kontrol dan kelas eksperimen pada penilaian keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi siswa ... 35
5. Persentase keterlaksanaan RPP di kelas eksperimen tiap pertemuan... 36
6. Rata-rata keterampilan afektif siswa kelas eksperimen... 36
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kait-annya dengan kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya ada tiga hal yang berkaitan dengan ilmu kimia yaitu, kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prin-sip, hukum, dan teori; kimia sebagai proses atau kerja ilmiah; dan kimia sebagai sikap. Berdasarkan tiga hal tersebut maka pembelajaran kimia harus memperhati-kan karakteristik kimia sebagai proses, produk, dan sikap.
2
Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja, tanpa menyuguhkan bagaimana pro-ses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut (Depdiknas, 2003)
Dalam mata pelajaran kimia yang sarat dengan konsep, sangat penting bagi siswa untuk menemukan dan memahami dengan benar konsep dasar yang akan memba-ngun konsep-konsep selanjutnya. Contohnya dalam materi kesetimbangan kimia, banyak konsep yang bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu ter-batas, sehingga materi kesetimbangan kimia lebih terkondisikan untuk dihafal oleh siswa. Hal ini jelas membuat siswa mengalami kesulitan menghubungkan ilmu kimia dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran kesetimbangan kimia.
3
email gigi, jika seseorang mengonsumi makanan yang mengandung asam akan terjadi pergeseran kesetimbangan yang menyebabkan lapisan email menjadi ke-ropos sehingga timbul sakit gigi; proses pembentukan stalagtit dan stalagmit pada gua-gua di daerah batu kapur; pemanfaatan reaksi kesetimbangan antara asam sia-nurat dan triklorosiasia-nurat untuk mengurangi biaya produksi dalam usaha kolam renang dan bak penampungan air; dan sebagainya.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA YPU Bandar Lampung pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012, menunjukkan bahwa pembelajar-an di kelas sebenarnya sudah cukup menarik, guru mengajar menggunakpembelajar-an media berbantuan komputer disertai metode ceramah, tanya jawab, dan latihan. Namun, isi pokok bahasan yang disampaikan hanya berupa kumpulan teori-teori disertai contoh-contoh soal yang menjadi acuan untuk tes formatif bagi siswa. Hal ini justru mendorong siswa menjadi pencatat serta penghafal yang fasih dan pembel-ajaran kimia seolah-olah hanya sebatas terjadi di dalam sekolah tanpa adanya ke-terkaitan dengan lingkungan di sekitar mereka. Pembelajaran kimia yang seolah tak berguna untuk kehidupan mereka ini jelaslah membuat siswa tidak tertarik pada pelajaran kimia
4
dengan cara menyajikan situasi berpikir dan berbuat, mempertanyakan, atau me-minta kejelasan.
Mengacu pada permendiknas tersebut, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran sehingga siswa turut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas dan semangat belajar siswa adalah model siklus belajar Predict – Discuss – Explain – Observe – Discuss - Explain (PDEODE). Model siklus belajar PDEODE merupakan model siklus belajar yang penting sebab memiliki atmosfir yang dapat menunjang diskusi dan keragaman cara pandang (Costu, 2008). Oleh karena itu, model ini digunakan sebagai kendaraan untuk dapat membantu siswa memaknai pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari.
5
proses sains. Dengan kata lain, pembelajaran ini sekaligus mampu meningkatkan keterampilan proses sains bagi siswa.
Keterampilan memprediksi (meramalkan) sangat diperlukan oleh siswa sebagai bekal dalam profesi yang mungkin akan dijalaninya esok hari; laboran dan pekerja dalam bidang industri misalnya, memprediksi faktor-faktor apa saja yang bisa di-ubah agar kondisi sistem reaksi optimum sangatlah diperlukan sehingga produk (hasil reaksi) yang diperoleh optimal. Melalui siklus belajar PDEODE, siswa akan disajikan berbagai peristiwa sains pada tahap predict, kemudian siswa dituntut agar mampu memprediksi akibat dari peristiwa sains tersebut sebelum melakukan pengamatan langsung berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. Kemampuan ini tidak lain merupakan indikator keterampilan prediksi. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung siklus belajar PDEODE mampu meningkatkan keterampilan prediksi siswa.
6
prediksi, siklus belajar PDEODE juga secara tidak langsung mampu meningkat-kan keterampilan komunikasi siwa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis memandang perlu mengadakan pe-nelitian guna melihat efektivitas model siklus belajar PDEODE. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Model Siklus Belajar PDEODE pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Keterampilan Komunikasi Siswa.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan keterampilan prediksi siswa yang diterapkan model siklus belajar PDEODE dibandingkan siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi pokok kesetimbangan kimia?
2. Mana yang lebih tinggi peningkatan keterampilan prediksi siswa yang diterap-kan model siklus belajar PDEODE atau siswa yang diterapditerap-kan pembelajaran konvensional pada materi pokok kesetimbangan kimia
3. Bagaimana peningkatan keterampilan komunikasi siswa di kelas yang kan model siklus belajar PDEODE dibandingkan siswa di kelas yang diterap-kan pembelajaran konvensional pada materi pokok kesetimbangan kimia? 4. Mana yang lebih tinggi peningkatan keterampilan komunikasi siswa di kelas
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model siklus belajar PDEODE yang lebih efektif dalam meningkat-kan keterampilan prediksi dan komunikasi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa:
Siswa terlatih untuk membuat prediksi, berkomunikasi, dan mendapatkan pengalaman dalam memperoleh ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan akan lebih bermakna khususnya pada materi pokok kesetimbangan kimia.
2. Bagi guru dan calon guru:
Guru memperoleh model siklus belajar yang efektif dalam meningkatkan kete-rampilan prediksi dan komunikasi.
3. Bagi sekolah:
Dengan menerapkan model siklus belajar PDEODE di sekolah dapat mening-katkan mutu pembelajaran kimia di sekolah tersebut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah yang dibahas, maka ruang lingkup penelitian ini yaitu:
8
PDEODE dalam penelitian ini diukur berdasarkan selisih skor pretest dan posttest (gain ternormalisasi).
2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar Lampung yang berjumlah 195 orang.
3. Sampel penelitian adalah kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 SMA YPU Bandar Lampung semester ganjil tahun ajaran 2011/2012.
4. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini diguna-kan oleh guru di SMA YPU Bandar Lampung. Pembelajaran konvensional yang diterapkan menggunakan media berbantuan komputer disertai metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal.
5. Model siklus belajar Predict – Discuss- Explain – Observe – Discuss – Explain (PDEODE) dalam penelitian ini adalah model siklus belajar dengan menyajikan peristiwa sains kepada siswa yang dilanjutkan dengan mengarah-kan siswa untuk memprediksimengarah-kan akibat dari peristiwa sains tersebut, melaku-kan kegiatan observasi (pengamatan) untuk membuktimelaku-kan prediksinya, men-diskusikan dan menjelaskan hasil observasi lalu menghadapkan semua ke-tidaksesuaian antara prediksi dan observasi, sehingga siswa dapat menanggu-langi kontradiksi-kontradiksi yang mungkin muncul pada pemahaman mereka. Model siklus belajar PDEODE yang diterapkan menggunakan media LKS yang disusun untuk melatih keterampilan proses sains.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivis
Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya (kompasiana, 2010). Jerome Bruner dalam Dahar (1989) mene-kankan pentingnya membantu siwa memahami kebutuhan akan keterlibatan aktif siwa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi me-lalui personal discovery (penemuan pribadi). Dengan kata lain, siswa tidak diha-rapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahu-an sesuai dengpengetahu-an kehendak guru (kompasipengetahu-ana, 2010).
Teori perkembangan kognitif Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana siswa secara aktif memba-ngun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. David Ausubel dalam Dahar (1989) menambahkan “belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
11
Menurut Piaget “dalam pikiran siswa terdapat struktur pengetahuan awal atau schemata”. Skemata adalah cara mempersepsi, memahami, dan berpikir tentang dunia sebagai kerangka atau struktur pengorganisir aktivitas mental. Piaget me-nyatakan bahwa pengalaman dan interaksi siswa akan membuat skema berkem-bang dan diubah dengan proses asimilai dan akomodasi, teori perkemberkem-bangan fungsi mental Vigotsky juga menyatakan bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran siswa dan kegiatan siswa sendiri melalui interaksi de-ngan lingkude-ngan (Suparno, 1997).
Faktor penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Duit dalam upi (1996) menyatakan teori belajar konstruktivis menekankan pada pembangunan pengetahuan baru dari pengetahuan yang telah ada. Setelah mem-bentuk kaitan konseptual antara konsep yang baru saja diperoleh dengan konsep yang telah dimiliki, pengetahuan kemudian dibentuk dalam pikiran pembelajar melalui proses yang disebut asmilasi dan akomodasi.
Piaget dalam Dahar (1989) menyatakan bahwa asimilasi adalah proses kognitif di-mana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada.
12
mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang (Dahar, 1989).
Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomo-dasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi ter-hadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Aki-bat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan inte-lektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetim-bangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebe-lumnya (Abidin, 2011).
B. Model Siklus Belajar PDEODE
Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dipilih oleh guru dalam mem-belajarkan siswa. Menurut Sukamto dalam Trianto (2007), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan langkah-langkah yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar ter-tentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan proses pembelajaran.
13
modifikasi dari model siklus belajar Predict-Observe-Explain (POE) yang pada awalnya dikembangkan oleh White dan Gustone pada tahun 1992 (Costu, 2008).
Model siklus belajar POE ini memiliki tiga tahapan. Pertama, siswa harus mem-prediksi hasil dari suatu peristiwa sains dan harus memberikan alasan terhadap prediksinya (P = Prediction). Kedua, siswa mendeskripsikan apa yang telah ter-jadi (O = Observation). Terakhir siswa harus menyelesaikan antara prediksi dan observe (E = Explaination). Model siklus belajar PDEODE ini merupakan model siklus belajar yang penting sebab memiliki atmosfir yang dapat menunjang dis-kusi dan keragaman cara pandang (Costu, 2008). Vygotsky dalam Setiawan (2011) meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu, mo-del ini digunakan sebagai kendaraan untuk dapat membantu siswa memaknai pe-ngalamannya dalam kehidupan sehari-hari (Costu, 2008).
Model siklus belajar PDEODE memilki 6 (enam) langkah utama yang dimulai dengan guru menyajikan peristiwa sains kepada siswa dan diakhiri dengan meng-hadapkan semua ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi. Adapun keenam langkah tersebut dijelaskan dalam Tabel 2.1.
Tabel 1. Sintak Model siklus belajar PDEODE.
Tahap Kegiatan guru
Tahap-1 Predict (prediksi)
14
Tahap-2 Discuss (diskusi)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi tentang prediksinya dalam kelompok, sa-ling bertukar gagasan dan mempertimbangkan secara hati-hati prediksi tersebut.
Tahap-3
Explain (menjelaskan)
Guru meminta siswa dari setiap kelompok untuk men-capai suatu kesepakatan tentang pe-ristiwa sains ter-sebut, dan membaginya dengan kelompok lain pada saat diskusi kelas.
Tahap-4 Observe (observasi)
Guru membimbing siswa melakukan kegiatan hand-on dan memandu siswa untuk mencapai pada target-target konsep yang diharapkan.
Tahap-5 Discuss (diskusi)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan prediksi mereka sebe-lumnya dengan hasil observasi yang telah di-lakukan.
Tahap-6
Explain (menjelaskan)
Guru meminta siswa menghadapkan semua ketidak-sesuaian antara prediksi dan observasi. Sehingga sis-wa mulai bisa menanggulangi kontradiksi-kontradiksi yang mungkin muncul pada pemahaman mereka.
Model ini menempatkan siswa pada suatu lingkungan dan memacu siswa untuk mengkonfrontasikan konsepsi mereka dengan teman sekelasnya, kemudian beker-ja untuk pemecahan dan perubahan konseptual. Menurut Posner et al dalam Cos-tu (2008) perubahan konsepCos-tual dibangun oleh dua kerangka kerja, kemajuan dan filosofi kognitif (karya Piaget) dan filosofi sains. Model siklus belajar PDEODE bersesuaian dengan kondisi yang dianjurkan Posner et al. yaitu dimulai dengan memunculkan ide atau gagasan awal dilanjutkan dengan pengujian ulang ide atau gagasan tersebut dengan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Sehingga akhirnya berusaha untuk memecahkan kontradiksi yang terjadi antara pemahaman awal dengan hasil observasi (Costu, 2008).
15
teknik lingkungan; Costu dan Ayas (2005) pada penelitian konsepsi tentang peng-uapan pada berbagai zat; Calik et al. (2006) pada konsep kelarutan gas dalam cair-an; Costu et al. (2007) pada konsep mendidih pada mahasiswa tingkat satu pendi-dikan sains; Costu (2008) pada penelitian perubahan konseptual terhadap peristi-wa penguapan dalam kehidupan sehari-hari; Costu et al. (2010) pada penelitian perubahan konseptual mengenai peristiwa penguapan pada mahasiswa tingkat satu pendidikan sains. Penelitian tersebut mencatat bahwa model siklus belajar PDE-ODE merupakan model yang efektif dalam memfasilitasi terjadinya perubahan konseptual.
C. Keterampilan Proses Sains
Kecepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tidak memung-kinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta, konsep dan prinsip tentang ilmu pengetahuan. Setiap siswa dapat memper-oleh ilmu pengetahuan tersebut melalui berbagai media, namun mereka tidak dapat memahami semua ilmu pengetahuan itu dengan baik tanpa adanya proses pembelajaran di sekolah. Untuk mengatasi hal ini maka tujuan pokok penyeleng-garaan kegiatan pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajar-kan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri. Untuk itu perlu pengembangan keterampilan mem-peroleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.
16
Hartono (2007) mengemukakan bahwa:
Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, pro-duk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS). Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsung-nya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain ber-kaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada pe-nekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.
Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) membagi keterampilan proses menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Ke-terampilan dasar (basic skill) terdiri dari enam keKe-terampilan, yakni: mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan dan menyimpul-kan. Keterampilan ini menjadi landasan untuk keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks. Keterampilan terintegrasi (integrated skill) pada hakikatnya me-rupakan keterampilan untuk melakukan penelitian. Keterampilan tersebut terdiri dari sepuluh keterampilan, yakni: mengidentifikasi variabel, membuat tabel data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksana-kan eksperimen.
D. Keterampilan Prediksi
17
prediksi, seseorang akan melakukan suatu kegiatan/tindakan untuk memeriksa kebe-naran prediksinya.
Untuk membuat prediksi yang dapat dipercaya tentang objek atau peristiwa, maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan penentuan secara tepat perilaku terha-dap lingkungan kita. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan untuk me-ngenal pola-pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati kemudian hari. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipa-si segala hal yang akan diamati, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecende-rungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pe-ngetahuan (Dimyati dan Mudjiono, 2006).
Keterampilan memprediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan ten-tang sesuatu yang belum diamati berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi adalah menyatakan dugaan beberapa kejadian yang akan dipelajari atas dasar suatu kejadian yang telah diketa-hui.
E. Keterampilan Komunikasi
18
atau peristiwa, menggambarkan data dalam bentuk grafik, tabel, atau diagram dan sebagainya serta membaca tabel dan grafik (Indrawati, 1999).
Keterampilan membuat tabel didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyajikan data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel. Keterampilan membaca tabel diarti-kan sebagai keterampilan memahami data yang terdapat pada tabel. Keterampilan membuat grafik adalah keterampilan menyajikan data yang diperoleh ke dalam bentuk grafik. Keterampilan membaca grafik diartikan sebagai kemampuan untuk memahami data yang terdapat dalam grafik (Indrawati, 1999).
F. Kerangka Pemikiran
Melalui model siklus belajar PDEODE, siswa diberi kesempatan untuk mengem-bangkan berbagai kemampuan, diantaranya kemampuan memprediksi pada tahap predict. Pada tahap ini siswa dilatih agar dapat mengaitkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang akan mereka pelajari. Awalnya guru menyajikan suatu peristiwa sains yang berhubungan dengan materi kesetimbangan kimia, siswa di-tuntut agar mampu memprediksi akibat dari peristiwa sains tersebut sebelum me-lakukan pengamatan langsung. Prediksi dibuat berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang dimiliki siswa.
19
siswa aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, informasi pada tabel atau grafik digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS yang disu-sun untuk membimbing siswa membuktikan kesesuaian antara prediksi dan hasil observasinya. Kegiatan membaca informasi dari tabel atau grafik juga merupakan bagian dari keterampilan mengkomunikasikan. Jadi selain melatihkan keterampilan prediksi, melalui model siklus belajar PDEODE keterampilan mengkomunikasikan pun dapat dilatih.
Kemampuan memprediksi dan mengkomunikasikan ini tidak lain merupakan aspek-aspek yang ada dalam keterampilan proses sains. Dengan demikian, diduga melalui model siklus belajar PDEODE keterampilan proses sains siswa, terutama keterampilan prediksi dan komunikasi dapat meningkat.
G. Hipotesis
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:
a. Model siklus belajar PDEODE pada materi pokok kesetimbangan kimia lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan predikisi siswa dibandingkan de-ngan pembelajaran konvensional.
20
H. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Perbedaan n-Gain keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia; semata-mata terjadi karena perbeda-an perlakuperbeda-an dalam proses pembelajarperbeda-an.
III. METODE PENELITIAN
A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 195 siswa dan tersebar dalam lima kelas.
2. Sampel
22
IPA 4 sebagai sampel. Kelas XI IPA 4 sebagai kelompok eksperimen yang meng-alami siklus belajar PDEODE, sedangkan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat ku-antitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Sedangkan sumber data dalam pe-nelitian ini adalah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C. Desain dan Metode Penelitian
1. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan Non-equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2002) Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan pe-nelitian yaitu:
Tabel 2. Desain penelitian.
Pretest Perlakuan Posttest
Kelas kontrol O1 - O2
Kelas eksperimen O1 X O2
Dengan keterangan O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan,
O2 adalah posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. Kelas kontrol tidak
23
2. Metode penelitian
Untuk menunjang keberhasilan penelitian ini, beberapa metode yang digunakan da-lam memperoleh informasi adalah sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan sebagai dasar pijakan untuk membangun landasan teori, ke-rangka berpikir dan hipotesis penelitian sehingga peneliti memiliki pemahaman yang lebih luas dan dalam terhadap masalah yang diteliti.
b. Wawancara, yaitu tanya jawab langsung kepada beberapa orang di sekolah. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah untuk mengetahui keadaan umum sekolah; guru kimia kelas XI untuk mengetahui karakteristik sis-wa pada semua kelas XI IPA, yang nantinya informasi ini digunakan untuk me-nentukan kelas yang akan digunakan sebagai sampel penelitian; beberapa orang siswa untuk mengetahui bagaimana pembelajaran yang biasa dilakukan guru ki-mia disekolah tersebut.
c. Tes sebagai sumber data primer.
D. Jenis dan Variabel Penelitian
24
variabel terikat adalah keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi pada materi kesetimbangan kimia dari siswa SMA YPU Bandar Lampung.
E. Instrumen Penelitian dan Validitas
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa silabus, RPP, LKS, soal pre-test, dan soal postest. Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen di-berikan soal yang sama. Soal pretest adalah materi pokok sebelumnya (laju reaksi) yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal uraian yang mengandung 7 soal keterampilan prediksi, 6 soal keterampilan komunikasi, dan 11 soal penguasaan konsep. Sedangkan soal posttest adalah materi pokok kesetimbangan kimia yang ter-diri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal uraian yang mengandung 9 soal kete-rampilan prediksi, 9 soal ketekete-rampilan komunikasi, dan 6 soal penguasaan konsep.
Instrumen Penelitian ini divalidasi menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.
25
Dr. Noor Fadiawati, M.Si dan Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi Pendahuluan Tujuan observasi pendahuluan:
a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA YPU Bandar Lampung untuk melaksa-nakan penelitian.
b. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan data nilai ki-mia tahun pelajaran 2010/2011 yang cukup rendah.
c. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas.
2. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan
Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instru-men tes.
b. Tahap Penelitian
26
a) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b)Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok kesetimbangan kimia sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.
3. Melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4. Tabulasi dan Analisis Data
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti terlihat pada gambar 1 berikut:
Gambar 1. Alur Penelitian Kelas
kontrol Tes awal (Pretest)
27
H. Analisis Data
1. Hipotesis statistik.
Untuk data sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka uji hi-potesis yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 2002). Dalam penelitian ini uji parametrik yang digunakan adalah uji-t.
Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipo-tesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipohipo-tesis nol (H0) dan hipotesis alternatif
(H1). Sehingga rumusan hipotesis menjadi :
1. Hipotesis untuk keterampilan prediksi
H0 : Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan model
siklus belajar PDEODE lebih rendah dibandingkan keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
H0 :μ1x < μ 2x
H1
:
Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan modelsiklus belajar PDEODE lebih tinggi atau sama dengan keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
H1
:
μ 1x ≥μ 2x2. Hipotesis untuk keterampilan komunikasi
H0: Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan
28
H1
:
Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkanmodel siklus belajar PDEODE lebih tinggi atau sama dengan keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. H1
:
μ 1y ≥μ 2yKeterangan:
µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia pada kelas yang
diterapkan model siklus belajar PDEODE
µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia pada kelas yang
diterapkan pembelajaran konvensional x: keterampilan prediksi
y : keterampilan komunikasi
2. Teknik analisis data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Nilai pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:
Nilai siswa = ……….(1)
29
a. Perhitungan n-Gain
Efektivitas model siklus belajar PDEODE dalam meningkatkan keterampilan predik-si dan keterampilan komunikapredik-si predik-siswa dapat diketahui dengan melakukan analipredik-sis perolehan skor n-Gain. Rumus n-gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut :
……….……….……..(2)
b. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu n-gain, dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini dilaku-kan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut: a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.
e) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2002) dengan rumus:
30
dengan:
Z = ujung batas kelas S = simpangan baku
= batas kelas = rata-rata n-gain
f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel. g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (2002)
……….………..………(4)
Dengan:
= Chi–kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan
h) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat dengan taraf signifikan 5% (0,05)
i) Menarik kesimpulan, jika maka databerdistribusi normal atau terima H0
c. Uji homogenitas
31
Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 :σ12= σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians
yang homogen.
H1 : σ12≠ σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.
Sedangkan untuk uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji ke-samaan dua varians, dengan rumusan statistik :
………...(5)
Dengan kriteria uji adalah terima jika : < dengan taraf nyata 5% dan (Sudjana, 2002)
d) Teknik pengujian hipotesis
32
1) Hipotesis untuk keterampilan prediksi
H0 :μ1 < μ 2 : Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang
di-terapkan model siklus belajar PDEODE lebih rendah dibanding-kan keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapdibanding-kan pem-belajaran konvensional.
H1: μ 1 ≥μ 2
:
Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang dite-rapkan model siklus belajar PDEODE lebih tinggi atau sama dengan keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
2) Hipotesis untuk keterampilan komunikasi
H0 :μ1 < μ 2 : Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi siswa di kelas yang
diterapkan model siklus belajar PDEODE lebih rendah diban-dingkan keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterap-kan pembelajaran konvensional.
H1: μ 1 ≥μ 2
:
Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE lebih tinggi atau sama dengan keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.Keterangan:
µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia siswa di kelas yang
dite-rapkan model siklus belajar PDEODE
µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia siswa di kelas yang
33
x: keterampilan prediksi y : keterampilan komunikasi.
Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, untuk data yang kedua varians kelas sampelnya homogen (σ12= σ22), uji hipotesis
dilaku-kan dengan rumus sebagai berikut :
………..….(6)
Keterangan:
= Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi/keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE
= Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi/keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku gabungan
= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku siswa yang diterapkan model siklus belajar PDEODE = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji :
Terima H0 jika thitung < t(1-α) dan tolak sebaliknya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam peneliti-an ini, maka dapat disimpulkpeneliti-an bahwa :
1. Model siklus belajar PDEODE efektif dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia;
2. Model siklus belajar PDEODE efektif dalam meningkatkan keterampilan komu-nikasi siswa pada materi kesetimbangan kimia;
3. Efektivitas Model siklus belajar PDEODE dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia melalui tahap predict yang melatih siswa dalam menghubungkan pola pikir yang sudah ada/pengetahu-an sebelumnya dengada/pengetahu-an peristiwa sains yada/pengetahu-ang disajikada/pengetahu-an; dada/pengetahu-an
71
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1. Model siklus belajar PDEODE dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajar-an bagi guru dalam membelajarkpembelajar-an materi pokok kesetimbpembelajar-angpembelajar-an kimia dpembelajar-an materi pokok lain yang memiliki karakteristik yang sama;
2. Dalam pembelajaran menggunakan model siklus belajar PDEODE dibutuhkan waktu yang lebih lama daripada pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, diperlukan penataan waktu ulang secara komprehensif agar pembelajaran berbasis konstruktivisme, dalam hal ini model siklus belajar PDEODE, dapat optimal; 3. Agar tahap-tahap pembelajaran dalam penerapan model siklus belajar PDEODE
berjalan maksimal, hendaknya guru mempersiapkan lebih awal hal-hal yang me-nunjang proses diskusi dan observasi yang akan dilakukan siswa;
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Teori belajar konstruktivisme vygotsky dalam pembelajaran matematika. Diakses 13 April 2012 dari http://masbied.files-.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-vygotsky.pdf
Ali,M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung
Anonim. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Depdiknas. Jakarta.
Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Çalık, et al. (2007). Investigation The Effectiveness of a Constructivist-Based
Teaching Model on Student Understanding of The Dissolution of Gases in Liquids. Journal of Science Education and Technology, 16(3), 257-270. Costu, et al. Facilitating Conceptual Change in Student’s Understanding of Boiling
Concept. International Journal of Science and Technology Education. 16, 524-536.
Costu, Baryam. 2008. Learning Sience Through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Student Make Sense of Everyday Situasions. International Journal of Mathematics, Science and Technology Education. 4, (1), 3-9.
Costu, B. dan Ayas, A. (2005). Evaporations in Different Liquid: Secondary
Student’s Conceptions. Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology Education. 23, (1), 75-97.
Costu, et al. 2010. Promoting Conceptual Change in The First Year Student’s Understanding of Evaporation. Chemistry Education Research and Practice. 11. 5-16.
Dahar, R.W. 1988. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Duit, R. 1994. ”The Constructivist View in Science Education: What it Has to Offer
and What Should not be Expected From it”. Makalah pada the International
73
Opini. 2010. Teori konstruktivisme. Diakses 13 April 2012 dari http://edukasi.kom-pasiana.com/2010/10/06/teori-konstruktivisme/
Gallagher, J.J. 2007. Teaching Science for Understanding : A Practical Guide for School Teachers. New Jersey. Pearson Merrill Prentice Hall.
Glaserfelt, E.V. 1989. Constructivism in Education, in Husen, T. and Poslethwaite, T. N. (eds), The International Encyclopedia of Education, Pergamon, Oxford. Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan
Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on Science Education.ISBN: 979-25-0599-7
Haryanto. 2011. Teori Yang Melandasi Pembelajaran Konstruktivistik. Diakses 13 April 2012 dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131656343/TEORI-%20KONSTRUKTIVISTIK.pdf
Indrawati. 1999. Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung
Johari, J. M. C dan M. Rachmawati. 2006. Kimia 2 SMA dan Ma untuk Kelas XI. Erlangga. Jakarta
Purba, M. 2006. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Kolari, S., Viskari, E-L and Savander-Ranne, C. (2003). Promoting the conceptual understanding of engineering students through visualization. Global Journal of Engineering Education. 7(2), 189-199.
Kolari, et al. 2005. Improving student learning in an environmental engineering program with a research study project. International Journal of Engineering Education,21(4), 702-711
Kuhn, T. S. (1970). The Structure of Scientific Revolutions (2nd. ed.). Chicago: University of Chicago
Philips, D. C. 1995. “The Good, The Bad, and The Ugly: The Many Faces of
Construtivism”. Educational Reseacher. 24, (7), 5-12.
Posner, et al. (1982). Accommodation of a scientific conception: Toward a Theory of Conceptual Change. Science Education, 66(2), 211-27..
74
Sahputra, Hadiyanto. 2011. Prosiding seminar nasional kimia V universitas Islam Indonesia, 2011 , program studi ilmu kimia (fakultas MIPA UII) .
Setiawan, Pury A. 2011. Efektifvitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Asam-Basa. (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suja, I. 2006. Profil Kompetensi Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar
di Kecamatan Buleleng. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraj, No. 4 TH.XXXIX Oktober 2006. ISSN 0215 - 8250
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.
Sutresna, N. 2008. Kimia Kelas XI. PT. Grafindo Media Pratama. Bandung. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi
Pustaka. Surabaya.