• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI SISWA"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI SISWA

Skripsi

Oleh

Wuri Lestari Ningrum

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI SISWA

Oleh

Wuri Lestari Ningrum

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI SISWA

Oleh

Wuri Lestari Ningrum

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model siklus belajar PDEODE pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam mening-katkan keterampilan prediksi siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas X SMA Persada Bandar Lampung. Sampel penelitian ini adalah siswa siswi kelas X2dan X3 SMA Persada Bandar Lampung semester Genap Tahun Pelajaran 2011-2012.

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganNonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Efektivitas model siklus belajar PDEODE diukur berdasarkan perbandingan selisih skorposttestdanpretest dengan selisih skor maksimum danpretest(gain ternormalisasi).

(4)

dan 0,22. Hal ini menunjukkan bahwa model siklus belajar PDEODE lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

(5)

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Al-Baqarah : 153)

“Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat, sementara esok adalah

cita-cita yang indah dan sekarang adalah kenyataan yang sedang terjadi”

(Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni)

Mengalir seperti air, kuat seperti batu.

(Y. Alvin.NS)

Kesuksesan seseorang dilihat dari bagaimana proses yang dijalani, berapa

banyak kesulitan yang dihadapi dan apa yang akan dihasilkan.

(6)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontruktivisme ... 7

B. Model Siklus Belajar PDEODE ... 11

C. Pembelajaran Konvensional ... 14

D. Keterampilan Proses Sains ... 18

E. Materi Pembelajaran ... 22

1. Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ... 22

2. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah ... 22

3. Elektrolit Dapat Berupa Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen ... 22

(7)

v

G. Anggapan Dasar ... 26

H. Hipotesis Umum ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 27

B. Variabel Penelitian ... 28

C Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Metode dan Desain Penelitian ... 28

1. Metode Penelitian ... 28

2. Desain Penelitian ... 28

E. Instrumen dan Validitas Penelitian... 29

F. Pelaksanaan Penelitian ... 31

G. Hipotesis Statistik ... 33

H. Teknik Analisis Data ... 33

1. Menghitung SkorPretestdanPosttest... 33

2. Menghitungn-Gain... 34

3. Uji Homogenitas ... 34

5. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisisnya ... 38

B. Pembahasan ... 42

C. Kendala Yang Dihadapi ... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

(8)

vi LAMPIRAN

1. Silabus Kelas Eksperimen ... 58

2. Pemetaan Indikator Kelas Eksperimen ... 61

3. Silabus Kelas Kontrol ... 65

3. RPP Kelas Eksperimen ... 66

4. RPP Kelas Kontrol ... 78

5 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 84

6. Kisi-kisiPretestdanPossttest ... 100

7. SoalPretesdanPosttest ... 102

8. Kunci JawabanPretestdanPosttest ... 107

9 . Pedoman Penskoran dan Rubrik PenilaianPretesdanPosttest... 109

10. Daftar NilaiPretest, Posttest,dann-Gain Berdasarkan Rubrik ... 117

11. Daftar Nilain-Gain... 123

12. Perhitungan Analisis Data... 124

13. Lembar Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 137

14. Lembar Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 141

15. Lembar Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 145

16. Lembar Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 149

18. Daftar Nama Kelompok Kelas Ekperimen ... 153

19. Daftar Nama Kelompok Kelas Kontrol ... 154

20. Lembar Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen ... 155

21. Lembar Penilaian Aspek Afektif Kelas Kontrol ... 159

22. Surat Izin Penelitian ... 163

23. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 164

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintak Model Siklus PDEODE ... 12 2. Perbandingan Daya Hantar Listrik ... 24 3. Desain Penelitian ... 29 4. Nilai Rata-rataPretest,Posttest, dann-GainDari Kedua

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alat Penguji Daya Hantar Listrik ... 23

2. Alur Penelitian ... 32

3. Grafik Nilai Rata-rata Keterampilan Prediksi ... 39

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 25 Oktober 1988, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Misdi Soewarno, S.H dan Ibu Siti Rohainah. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Al-Azhar 2 Bandar Lampung, kemudian melanjutkan ke SD Negeri 1 Sepang Jaya Bandar Lampung selesai pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima di SMA Negeri 5 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.

(12)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan

Skripsi ini kepada:

Teristimewa untuk ayah dan ibu...

Terimakasih, karena ayah ibu selalu mendoakan siang dan malam, membesarkan dengan keikhlasan, mengajari arti kehidupan dan sebuah perjuangan, memberikan motivasi semangat, cinta, kasih sayang, dan materi untuk keberhasilan di masa datang. Mohon maaf

karena telah banyak menyusahkan dan mengecewakan ayah dan ibu.

Jerih payah dan kerja keras ayah dan ibu tidak akan terlupakan dan tidak mungkin dapat terbalaskan, namun diriku akan selalu

berusaha untuk dapat membahagiakan ayah dan ibu. Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan

ayah dan ibu.

Yang tersayang, Mba’ Ina, Mas Diding, Dina, Dema, Mbah Toha, Kang In, Inessia, Nur Syaifudin, Alvin, Habibi ...

Terima kasih atas kasih sayang, doa, keceriaan dan tawa canda yang dapat menjadi semangat.

Sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan, motivasi dan keceriaannya.

(13)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul“ EfektivitasModel Siklus Belajar PDEODE Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi Siswa”sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr.Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan selaku pembahas atas masukannya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembimbing I, atas keikhlasan waktu, kesabaran, motivasi dan bimbingannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing II, atas keikhlasan, waktu, motivasi dan bimbingannya kepada penulis dalam menyususn skripsi ini.

(14)

7. Ibu Dra Sutirah Siddik, selaku Kepala SMA Persada Bandar Lampung dan Ibu Eka Budiarti, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 8. Teristimewa untuk keluarga,Ayah, ibu, kakak, adik serta keponakan yang selalu

memberikan motivasi, kesabaran, kasih sayang, cinta, doa yang tulus dan tak pernah putus.

9. Teman seperjuangan di Pendidikan Kimia angkatan 2007: Ralek, Pazar, Herdi, Arya, Asep, Joni, Rosita, Sulis, Iis, Memey, Eliska, Nur Ani, Esty, Dini, Rohma, Agnes, Maria, Ria, Ika, Made, Siti, Filda, Reniwati, Puspita, Desia, Neli, Lista, Oktaria, Teristimewa untuk sahabat-sahabatkuthanks forVanessa dan Rosalia(u are my best partner for me),Adis, Dian, Nana, Indri, Ratu, Berti, dan Mimi atas rasa kekeluargaan, dukungan, motivasi dan semangat kalian di masa-masa sulit menyusun skripsi ini.

10. Temen-teman selama PPL Hamidi, Alvin, Ajat, Hafizd, Desi, Meri, Theo, Tanti, Okta, Lista, Ana atas doa yang telah kalian berikan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11. Siswa-siswi SMA Persada Bandar Lampung, terima kasih atas kerja samanya selama penulis melakukan penelitian di SMA Persada Bandar Lampung.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 2012

(15)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pen-dapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya di atas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Juni 2012

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah

penga-laman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk

mengguna-kan pengetahuan sains tersebut. Untuk dapat memahami hakikat sains yakni sains

sebagai proses dan produk. Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang

mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang

menyertai perubahan materi. Pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya

menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika

menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang

dimiliki. Akibatnya pembelajaran menjadi kehilangan daya tariknya dan

munculnya kejenuhan siswa dalam belajar sains.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan keterampilan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta

didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta

(17)

2

Faktanya, pembelajaran kimia cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep,

hukum-hukum dan teori-teori saja, yang diperoleh siswa hanya kimia sebagai

pro-duk tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan

teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. (Depdiknas,

2003).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di kelas X SMA

Persada Bandar Lampungtahun pelajaran 2011-2012 ditemukan masalah yaitu kemampuan pemahaman materi siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit masih rendah. Selain itu model pembelajaran yang digunakan merupakan model konvensional yang cenderung bersifat kaku dan kurang menarik minat siswa. Siswa hanya menerima dan mendengarkan materi dari guru, sehinggamenyebabkan aktivitas seperti aktif dalam diskusi, bertanya pada guru, memberikan pendapat, dan menjawab pertanyaan dari guru jarang muncul

dalam proses pembelajaran, serta menyebabkan keterampilan prediksi siswa tidak

terlatih.

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan model pembelajaran yang dapat menarik

minat siswa dalam pembelajaran sehingga siswa turut berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan prediksi

siswa adalah model siklus belajar

Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain(PDEODE). Strategi mengajar dengan model siklus belajar PDEODE

merupakan salah satu model pembelajaran yang penting karena dapat memberikan

suasana yang mendukung terjadinya diskusi dan keberagaman cara pandang

(18)

3

tahap kegiatan belajar yaitu prediksi, diskusi, penjelasan, observasi, diskusi dan

penjelasan.

Dalam usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, siswa

dituntut untuk menjadi pembelajar yang mandiri yang mampu menggunakan dan

menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah dikenalnya serta berbagai

keterampilan yang mereka miliki. Dengan demikian, model siklus belajar ini

memberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai kemampuan siswa,

diantaranya kemampuan mengamati dan menafsirkan pengamatan terhadap

feno-mena alam, mencari, mengumpulkan, mengidentifikasi dan memilih informasi

yang tepat, meramalkan, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep,

merenca-nakan penelitian, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan.

Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan aspek-aspek yang ada dalam keterampilan

proses sains. Dengan kata lain, pembelajaran ini sekaligus mampu meningkatkan

keterampilan proses sains bagi siswa.

Salah satu keterampilan dalam keterampilan proses sains adalah keterampilan

prediksi (meramalkan). Terdapat 2 indikator dari keterampilan prediksi, yakni (1)

siswa mampu meramalkan dengan menggunakan pola hasil pengamatan dan (2)

siswa mampu mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang

belum diamati. Keterampilan ini menuntut siswa agar dapat menemukan suatu

konsep atau meramalkan pola hasil pengamatan yang ada dan meramalkan yang

mungkin terjadi disekitar mereka, yang selama ini belum mereka kuasai

seutuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung siklus belajar

(19)

4

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian

dengan judul:“Efektivitas Model Siklus Belajar PDEODE Pada Materi

Pokok Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Dalam Meningkatkan

Keterampilan Prediksi Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah,

“Bagaimanakah efektivitas model siklus belajar PDEODE pada materi pokok

larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan prediksi

siswa?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model siklus belajar PDEODE pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa:

Dapat melatih keterampilan prediksi siswa sehingga pengetahuan akan lebih

(20)

5

2. Bagi guru dan calon guru:

Memberi inspirasi danreferensi pembelajaran secara langsungbagi guru dalam membelajarkan materi kimia dengan menerapkan model siklus belajar

PDEODE, terutama pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

3. Bagi sekolah:

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan

mutu pembelajaran kimia di sekolah, khususnya di SMA Persada Bandar

Lampung.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tujuan penelitian yang akan dilakukan dapat tercapai dengan baik, maka

diperlukan batasan-batasan atau ruang lingkup dalam penelitian. Adapun ruang

lingkup penelitian ini adalah:

1. Lokasi penelitian ini adalah SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011-2012.

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila

secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan

an-tara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditunjukkan

dengan gain yang signifikan).

3. Model siklus belajar PDEODE terdapat enam tahap yaitu : memprediksi,

berdiskusi, menjelaskan, observasi, diskusi dan penjelasan.

4. Keterampilan prediksi dalam penelitian ini merupakan indikator dalam

(21)

6

dengan menggunakan pola/pola hasil pengamatan, mengemukakan apa yang

mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa di terapkan oleh

(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner Nur dalam Trianto (2010).

(23)

8

a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkem-bangan struktur-struktur.

b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang

dihadapinya.

c. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual

Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu orga-nisasi dan adaptasi. Orgaorga-nisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistemsistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi, terhadap lingku-ngan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Lebih lanjut, Piaget (Dahar, 1988) mengemukakan bahwa asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengala-man baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifika-sikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimi-lasi ini berjalan terus. Asimiasimi-lasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Dengan kata lain, asimilasi merupa-kan salah satu proses individu dalam mengadaptasimerupa-kan dan mengorganisasimerupa-kan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.

(24)

9

Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan SekarWinahyu (2001) konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkons-truksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

(25)

10

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain(selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-tukan pengetahuannya.

Proses belajar yang bercirikan konstruktivisme menurut para konstruktivis adalah sebagai berikut :

1. Belajar berarti membentuk makna

2. Konstruksi berarti sesuatu hal yang sedang dipelajari terjadi dalam proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari itu, yaitu pengembangan pemikiran dengan menbuatpengertian baru.

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi

ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. 5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia

fisik dan lingkungannya.

6. Hasil belajar sesorang bergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari menurut Paul Suparno dalam Indrawati (2009). Proses belajar menurut konstruktivisme, dipandang dari aspek konstruktivistik, aspek belajar, peranan guru, sarana belajar dan evaluasi belajar adalah sebagai berikut :

1. Proses belajar jika dipandang dari proses kognitif, bukan sebagai

perolehan informasi yang berlangsung secara satu arah dari luar kedalam diri siswa, tetapi kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya. 2. Peranan siswa sebagai subyek yang aktif melakukan kegiatan, aktif

berpikir, menyususn konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

3. Peranan guru, sebagai fasilitator dalam membantu siswa mengkonstruksi pengetahuannya.

4. Sarana belajar di sediakan agar proses pengkonstruksian siswa berjalan dengan lancar.

(26)

11

B. Model Siklus Belajar PDEODE

Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dipilih oleh guru dalam membelajarkan siswa. Menurut Sukamto dalam Trianto (2007), model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan langkah-langkah yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan proses pembelajaran.

Model siklus belajar PDEODE disebut sebuah model pembelajaran karena didalamnya melibatkan banyak metode pembelajaran. Model pembelajaran ini dianjurkan oleh Savader-Rane dan Kolari (2003) dan untuk pertama kalinya digunakan oleh Kolariet al.(2005) pada pendidikan kejuruan. Costuet al(2010) mencatat bahwa model ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari model siklus belajar POE (predict-observe-explain) yang pada awalnya dikembangakan oleh White dan Gunstone (1992). Model siklus belajar POE ini memiliki tiga tahapan. Pertama, siswa harus memprediksi hasil dari suatu peristiwa sains dan harus memberikan alasan terhadap prediksinya (P=Prediction). Kedua, siswa mendeskripsikan apa yang telah terjadi (O=Observation). Terakhir, siswa harus menyelesaikan konflik antara prediksi dan observasi (E=Explantion).

(27)

12

Model siklus belajar PDEODE memilki 6 (enam) langkah utama yang dimulai dengan guru menyajikan peristiwa sains kepada siswa dan diakhiri dengan menghadapkan semua ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi. Adapun keenam langkah tersebut dijelaskan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Sintak Model Siklus Belajar PDEODE

Tahap Kegiatan guru

Tahap-1

Predict(prediksi)

Guru menyajikan suatu peristiwa sains kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat prediksi terhadap akibat (outcome) dari peristiwa sains tersebut secara individu dan memberikan alasan terhadap prediksi tersebut.

Tahap-2

Discuss(diskusi)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi tentang prediksinya dalam kelompok, saling bertukar gagasan dan mempertimbangkan secara hati-hati prediksi tersebut.

Tahap-3

Explain(menjelaskan)

Guru meminta siswa dari setiap kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan tentang peristiwa sains tersebut, dan membaginya dengan kelompok lain pada saat diskusi kelas.

Tahap-4

Observe(observasi)

Guru membimbing siswa melakukan kegiatan hand-on dan memandu siswa untuk mencapai pada target-target konsep yang diharapkan.

Tahap-5

Discuss(diskusi)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan prediksi mereka sebelumnya dengan hasil observasi yang telah dilakukan.

Tahap-6

Explain(menjelaskan)

(28)

13

Perubahan konseptual yang diajukan oleh Posneret al(1982) dibangun oleh dua kerangka kerja, kemajuan dan psikologi kognitif (karya piaget) dan filosofi sains (Kuhn, 1970). Model ini menempatkan siswa pada suatu lingkungan dan memacu siswa untuk mengkonfrontasikan konsepsi mereka dengan teman sekelasnya, kemudian bekerja untuk pemecahan dan perubahan konseptual. Model siklus belajar PDEODE bersesuaian dengan kondisi yang diajukan Posneret al.

Tersebut, dimulai dengan memunculkan ide atau gagasan tersebut dengan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Sehingga akhirnya berusaha untuk memecahkan kontradiksi yang terjadi antara pemahaman awal dengan hasil observasi. Selama proses ini terjadi, model siklus belajar PDEODE dapat memacu pada perubahan konseptual dan mempertinggi pemahaman konseptual (Costuet al,2010).

Model siklus belajar ini telah diterapkan oleh beberapa peneliti dalam melakukan penelitian pendidikan diantaranya Kolariet al.(2005) pada program teknik lingkungan, Costu dan Ayas (2005) pada penelitian konsepsi tentang penguapan pada berbagai zat, Caliket al,(2006) pada konsep kelarutan gas dalam cairan, Costuet al(2007) pada konsep mendidih pada mahasiswa tingkat satu pendidikan sains, Costu (2008) pada penelitian perubahan konseptual terhadap peristiwa penguapan dalam kehidupan sehari-hari, Costuet al,(2010) pada penelitian

perubahan konseptual mengenai peristiwa penguapan pada mahasiswa tingkat satu pendidikan sains. Penelitian tersebut mencatat bahwa model siklus belajar

(29)

14

C. Pembelajaran Konvensional

Menurut Djamarah (2006) pembelajaran konvensional adalah pembelajaran tradi-sional, karena sejak dulu model pembelajaran ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembe-lajaran.

Sukardi (2003) mendeskripsikan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan se-suatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Di sini terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah proses pem-belajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, semen-tara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.

(30)

15

sebagai proses “meniru” dan siswadituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah metode cera-mah, tanya jawab, latihan, diskusi dan pemberian tugas.

1. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Penyampaian materi pela-jaran secara lisan sangat berbeda dengan penyampaian secara tertulis, karena dalam cara ini siswa sangat tergantung pada cara guru mengajar. Kecepatan bicara serta volume bicara atau suara yang diucapkan guru. Oleh karena itu me-nyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah harus dengan prosedur.

Menurut Jusuf Djajadisastra (Sudaryo, 1991), prosedur penggunaan ceramah antara lain:

a. Merumuskan tujuan khusus pemgajaran yang akan dipelajari siswa. De-ngan tujuan tersebut dapat ditetapkan apakah metode ceramah benar-benar merupakan metode yang tepat.

b. Menyusun bahan ceramah secara sistematis.

c. Mengidentifikasi istila-istilah yang sukar dan perlu diberi penjelasan da-lam ceramah.

d. Melaksanakan ceramah dengan memperhatikan:

1). Sajikan kerangka materi dan pokok-pokok yang akan diuraikan dalam ceramah.

2). Uraikan pokok-pokok tersebut dengan jelas dan usahakan istilah yang sukar dijelaskan secara khusus.

3). Diupayakan bahan pengait atauadvance organizeragar pengajaran lebih bermakna.

4). Dapat dilakukan dengan pendikator deduktif atau induktif. 5). Gunakan multi metode dan multi media.

(31)

16

Menurut Djamarah dan Zain (2006) Kelebihan metode ceramah : a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas . c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Kelemahan metode ceramah :

a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

b. Bila selalu digunakan dan terlalu lama akan membosankan.

c. Guru sukar sekali menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya ini.

d. Menyebabkan siswa menjadi pasif. 2. Metode Penugasan

Metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar ( Syaiful bahri Djamarah & Aswan Zain, 2002:96). Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam

pemggunaan metode tugas, yaitu:

a. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: 1. Tujuan yang akan dicapai.

2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

3. Sesuai dengan kemampuan siswa.

4. Ada petunjuk / sunber yang dapat membantu pekerjaan siswa. 5. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b. Langkah pelaksanaan tugas

1. Diberikan bimbingan /pengawasan oleh guru. 2. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

(32)

17

4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang dia peroleh dengan baik dan sistematik.

c. Fase mempertanggungjawabkan tugas

1. Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya. 2. Ada tanya jawab/diskusi kelas.

3. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupaun nontes atau cara lain.

Metode penugasan ini mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan, antar lain: Kekurangan metode penugasan :

a. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.

b. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lain-nya tidak berpartisipasi dengan baik.

c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.

d. Sering memberikan tugas yang monoton (tak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.

Kelebihan metode penugasan :

a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok.

b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru. c. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

d. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

3. Metode Latihan

Metode latihan adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu (Djamarah & Zain, 2002:108).

Kelebihan metode latihan:

(33)

18

b. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlah, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol).

c. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya.

d. Pembentukan kebiasaan yang dilakukandan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan

e. Memanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanannnya.

f. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.

Kelemahan metode latihan:

a. Menghambat bakat dan iisiatif siswa , karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaia dan diarahkan jauh dari pengertian.

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton, mudah membosankan. d. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis. e. Dapat menimbulkan verbalisme.

(Djamarah & Zain, 2002: 108-109).

D. Keterampilan Proses Sains

Menurut Depdikbud (1986) dalam Dimyati (2006), pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Keteram-pilan–keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut keterampilan proses sains.

Menurut Hariwibowo (2009):

(34)

19

Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan un-tuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.

Menurut Mahmudin (2010), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti seperti karakteristik obyek, sifat, persa-maan, dan fitur identifikasi lain.

2. Klasifikasi, proses pengelompokkan dan penataan objek.

3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti standar dan non-standar satuan pengukuran.

4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan.

5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun saat terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berfikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan

(35)

20

Keterampilan proses terpadu meliputi:

1. Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.

2. Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan.

3. Membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan ka-rakteristik diamati.

4. Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data. 5. Interprestasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa tahapan yang diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep. Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono (2002):

Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) Penam-pilan fenomena. (2) apersepsi, (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (4) demonstrasi atau eksperimen, (5) siswa mengisi lembar kerja. (6) guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan”. Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya sudah dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004):

Pendekataan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prin-sipnya keterampilan-keterampilan intelektual tersebut telah ada pada siswa”.

(36)

21

terpadu (Intergated Science Proses Skill) meliputi merumuskan hipotesis,

menamai variabel, mengontrol variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, interpretasi, merancang penyelidikan, dan aplikasi konsep.

Keterampilan proses dasar pada keterampilan proses sains adalah prediksi. Prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin dapat diamati. Untuk dapat membuat prediksi yang dapat dipercaya tentang objek atau peristiwa, maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan kita. Keteraturan dalam lingkungan kita

mengizinkan untuk mengenal pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati kemudian hari. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecen-derungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

(37)

22

E. Materi Pembelajaran

a. Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Contohnya adalah larutan garam dapur, larutan asam sulfat serta larutan natrium hidroksida. Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh larutan non elektrolit yaitu larutan gula, larutan urea, dan larutan alkohol.

b. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah

Larutan elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya dibedakan menjadi dua yaitu larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat mempunyai daya hantar yang relatif baik meskipun konsentrasinya relatif kecil, sedangkan elektrolit lemah mempunyai daya hantar yang relatif buruk meskipun konsentrasinya relatif besar. Larutan elektrolit kuat dapat membuat lampu menyala, sedangkan elektrolit lemah hanya menimbulkan gelembung pada kedua elektrode.

c. Elektrolit Dapat Berupa Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen Polar Pada larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar. Senyawa ion terdiri atas ion-ion, misalnya NaCl dan NaOH. NaCl terdiri atas ion Na+dan Cl-, sedangkan NaOH terdiri atas ion Na+dan OH-. Dalam kristal (padatan), ion-ion itu tidak dapat bergerak bebas, melainkan diam pada tempatnya. Oleh karena itu, padatan senyawa ion tidak

menghantar listrik. Akan tetapi, jika senyawa ion dilelehkan atau

(38)

23

Senyawa kovalen, misalnya H2O, HCl, CH3COOH, dan CH4, terdiri atas molekul-molekul. Sebagian molekul bersifat polar, misalnya molekul air, HCl, dan CH3COOH. Sedangkan sebagian lain bersifat non polar,

misalnya CH4. Berbagai zat dengan molekul polar, seperti HCl dan CH3COOOH, dilarutkan dalam air, dapat mengalami ionisasi sehingga larutannya dapat menghantar listrik. Hal itu terjadi karena antarmolekul polar tersebut terdapat suatu gaya tarik-menarik yang dapat memutuskan ikatan-ikatan tertentu dalam molekul tersebut. Meskipun demikian, tidak semua molekul polar dapat mengalami ionisasi dalam air. Molekul nonpolar, sebagaimana dapat diduga, tidak ada yang bersifat elektrolit.

Gambar 1. Alat penguji daya hantar listrik

(Sumber, Purba, 2004)

(39)

24

bentuk larutannya, tetapi tidak dalam bentuk lelehannya. Lelehannya senyawa kovalen polar masih tersusun dari partikel-partikel berupa molekul.

Tabel 2. Perbandingan daya hantar listrik

Jenis

(40)

25

kepada siswa untuk berdiskusi tentang prediksinya. Kemudian, pada tahap ketiga yakniexplain, dimana guru meminta siswa untuk mencapai suatu kesepakatan tentang peristiwa sains tersebut dengan kata lain siswa menjelaskan jawaban sementara dari peristiwa sains yang diberikan, siswa akan dilatih untuk dapat mengemukakan hipotesis. Pada ketiga tahapan ini diharapkan timbul

ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya(cognitive disequilibrium)yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase berikutnya. Pada tahap keempat yakniobserver, guru

membimbing siswa untuk melakukan kegiatanhand-onyang bertujuan untuk menguji kebenaran dari jawaban sementara, siswa akan terpacu untuk melakukan eksperimen dalam rangka untuk memecahkan masalah berdasarkan fakta dalam eksperimen tersebut. Dengan eksperimen ini, maka siswa akan dapat memberikan alasan terhadap jawaban yang dibuat. Pada tahapan ini diharapkan dapat

menghubungkan pengetahuan awal meraka sebelum melakukan percobaan dengan pengetahuan setelah melakukan percobaan (asimilasi). Pada tahap kelima yakni discuss, dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan prediksi mereka sebelumnya dengan hasil observasi yang telah dilakukan.

(41)

26

mengetahui teori elektrolit dan non-elektrolit dalam kehidupannya sehari-hari (equilibrasi).

Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model siklus belajar PDEODE dapat meningkatkan keterampilan prediksi siswa.

H. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa siswi kelas X semester genap SMA Persada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Perbedaan keterampilan prediksi pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses

pembelajaran; dan

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan prediksi siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung Tahun 2011-2012 diabaikan.

I. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah,

(42)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 178 siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu X1, X2, X3,X4dan X5.

2. Sampel

(43)

28

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model siklus belajar PDEODE dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan prediksi siswa pada materi larutan elektrolit dan

non-elektrolit siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar (posttest) siswa.

Sumber data dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas kontrol dan kelas eksperimen.

D. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan nonequivalent pretest-posttest control group desainyang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model siklus belajar PDEODE pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa SMA Persada Bandar Lampung.

2. Desain Penelitian

(44)

29

nilaipretestmaupunposttestantara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

O1adalahpretestyang diberikan sebelum perlakuan, O2adalahposttestyang diberikan setelah perlakuan. X adalah perlakuan berupa penerapan model siklus belajar PDEODE dan kelas kontrol tidak diberi perlakuan.

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data menurut Arikunto (1997).

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah

a. Kelas eksperimen menggunakan 2 LKS, yaitu LKS materi larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit dengan model siklus belajar PDEODE sedangkan kelas kontrol menggunakan 1 LKS biasa.

b. Soalpretestdanposttestuntuk membangun pemahaman konsep siswa 1. Pretest

(45)

30

2. Posttest

Soalposttesterdiri dari 5 soal uraian yang di dalamnya terdapat indikator keterampilan prediksi yaitu pada soal 1a, 2a, 3a, 4a, 5a.

c. Lembar observasi kinerja guru dan lembar aktivitas siswa guna mendukung berjalannya penelitian.

2. Validitas Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian validitas instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu carajudgmentatau penilaian, dan pengujian empirik.

Instrumen dalam penelitian ini divalidasi dengan carajugmentatau validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah ataudomain yang diukur (Ali M. 1992). Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan

menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan

pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengum-pulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

(46)

31

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini adalah 1. Tahap Prapenelitian

a. mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah,

b. menentukan dua kelas sebagai kelas sampel,

c. menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang akan diteliti, yaitu materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit.

d. membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran dan peningkatan keterampilan prediksi yang diharapkan akan dicapai siswa pada kelas eksperimen.

e. membuat kisi-kisi dan soal-soalpretestdanposttest. f. Melakukan validitas instrumen dengan dosen pembimbing.

2. Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran PDEODE dan pembelajaran konvensional. Pada kelas X3diterapkan model siklus belajar PDEODE dan kelas X2diterapkan pembelajaran konvensional.

Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

(47)

32

b. Pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit sesuai model pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas.

c. Melakukanposttestdengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Analisis data.

e. Penulisan pembahasan dan simpulan.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukan pada alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Alur penelitian Tahap observasi

Dan Persiapan

Penentuan populasi dan sampel

Kelas eksperimen

Kelas kontrol Pretest

Konvensional Posttest PDEODE

Analisis Data

(48)

33

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Menghitung skorpretestdanposttest

Skor pretestatauposttestdirumuskan sebagai berikut:

Nilai Akhir = ∑ skor yang diperoleh siswa

skor maksimum × 100

Data yang diperoleh kemudian dicarigainternormalisasinya kemudian dianalisis menggunakan uji homogenitas dua varians.

2. Menghitungn-Gain

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan prediksi siswa, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi (n-Gain). Rumusn-Gainmenurut Meltzer adalah sebagai berikut:

n-Gain(g)=

(

nilai postest– nilai pretest

)

(

nilai maksimum ideal – nilai pretest

)

3. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Hipotesis keterampilan prediksi:

(49)

34

H1(µ1 > µ2 ): Rata-rata nilai keterampilan prediksi dengan model siklus belajar PDEODE lebih tinggi daripada rata-rata keterampilan prediksi dengan Pembelajaran konvensional pada materi larutan elekrolit dan

non-elektrolit.

4. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk

menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0= 2 2

1 2

(data penelitian mempunyai variansi yang homogen)

H1= 2 2

1 2

(data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk menguji kesamaan dua varians dalam Sudjana (2002)

digunakan rumus sebagai berikut:

F

=

Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak H0hanya jika F hitung≥ F ½α (υ1, υ2)

Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak, maka Fhitung dikon-sultasikan dengan Ftabel menggunakanα= 5 % dengan dk pembilang = banyaknya

(50)

35

5. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perlakuan terhadap sampel dengan melihatn-Gainketerampilan prediksi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang lebih tinggi antara pembelajaran dengan model siklus belajar PDEODE dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Persada Bandar Lampung.

Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2002):

2 thitung= koefisien t

1

X

=n-Gainrata-rata kelas eksperimen

2

X

=n-Gainrata-rata kelas kontrol

s2 = varians

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s

= varians kelas eksperimen

2 2

(51)

36

Dengan kriteria pengujian: terima H0jika t< t1-αdengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf

signifikan α = 5% peluang (1-α ).

Namun jika kedua sampel berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka

pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu melalui uji-t’ dengan rumus

perhitungan (Sudjana, 2002):

dan

Keterangan:

1

X

= Nilai rata-rata kelas eksperimen

2

X

= Nilai rata-rata kelas kontrol

n1= Jumlah siswa kelas eksperimen n2= Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s

= varians kelas eksperimen

2 2

s

= varians kelas kontrol

(52)

37

Dengan kriteria pengujian: tolak H0jika t’ ≥ dan terima H0jika terjadi

sebaliknya, dengan :

= ; =

= , ( ) dan = , ( )

dengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya.

(53)

54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-ratan-Gainketerampilan prediksi dengan model siklus belajar PDEODE

lebih tinggi dari pada rata-ratan-Gainketerampilan prediksi dengan

pembelajaran konvensional pada materi kelarutan elektrolit dan non-elektrolit.

2. Model siklus belajar PDEODE lebih efektif dibandingkan pembelajaran

konvensional dalam meningkatkan keterampilan prediksi pada materi elektrolit

dan non-elektrolit.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih

mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga

pembela-jaran lebih maksimal serta memperhatikan pengelolaan kelas yang lebih

terencana dan terorganisasi.

2. Model siklus belajar PDEODE dapat dipakai sebagai alternatif model

pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok larutan elektrolit

(54)

55

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992.Strategi Penelitian Pendidikan.Angkasa. Bandung.

Arikunto, S. 1997.Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Brooks, J.G dan Brooks, M.G. 1993. InSearch of Understanding: The Case for Constructivis Classroom. ASCD. Alexandria.

Costu,et al. 2007. “Facilitating Conceptual Change in Students’ Understanding of Boiling Concept”.International Journal of Science Edication and

Technology. 16, 524-536.

Costu, Baryam. 2008. “Learning Science through the PDEODE Teaching

Strategy: Helping Student Make Sense ofEveryday Situasions”.Eurasia Journal of Mathematics, Science and Tehnology Education.4, (1), 3-9.

Dahar, R.W. 1988. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2003.Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

(55)

56

Djamarah, S.B. dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Hariwibowo. 2009. Makalah Pembelajaran-Proses:Pendekatan Keterampilan Proses. www.yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis Grafura (Ed). 26 Mei 2009. 30 Desember 2010

http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/05/26/ makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on Science Education.ISBN: 979-25-0599-7

Indrawati dan Setiawan, wanwan. 2009.Pembelajaran inovatif Kreatif dan Inovatif untuk siswa sekolah dasar.[Online]. Tersedia di

http://www.p4tkipa.org/data/pakem/pdf. [22 Februari 2010]. Johari, J.M.C. 2007. Kimia SMA dan MA kelas X. Esis. Jakarta.

Juliantara, K. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensional.

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional. Diakses pukul 07.13 pm tanggal 3 November 2010.

Kolari, S. Viskari, E.L. dan Ranne, C.S. 2005. “Improving Student Learning in an

Environmental Engineering program with A Research Study Project”.

International journal of Engineeting Education. 21, (4), 702-7011.

Mahmudin. 2010. Komponen Penilaian KPS. Mahudin (Ed). Oktober 2010. 9 Juli 2011

http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian-k-p-s/ tembolok.html.Nazir, M. 1983.Metode Penelitian.Ghalia Indonesia. Darussalam.

Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta

Purba, M. 2004. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

(56)

57

Sudaryo. 1991. Strategi Belajar Mengajar I. IKIP Semarang Press. Semarang.

Sudjana,N. 2002.Metode Statistika Edisi Keenam.PT. Tarsito. Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

(57)
(58)

Gambar

Tabel 1 Sintak Model Siklus Belajar PDEODE
Gambar 1. Alat penguji daya hantar listrik
Tabel 2. Perbandingan daya hantar listrik
Tabel 2. Desain penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada analisa pencahayaan alami, tanggal 23 September terjadi peningkatan intensitas cahaya alami secara derastis pada pukul 09.00 dan penurunan intensitas cahaya

[r]

Permasalahan yang akan diteliti adalah apakah strategi direct marketing yang terdiri dari direct selling, direct mail dan telemarketing mempengaruhi pengambilan keputusan

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Dari sembilan butir hak konsumen yang diberikan diatas, terlihat bahwa masalah kenyamanan, keamanan, dan

This research is about a victim of crime who should die because of wrong execution in John Grisham’ s The Confession novel (2010) the researcher analyzed this

Konstruksi Pada Proyek Sudetan Kali Ciliwung Ke Kanal Banjir Timur Setelah Diputuskan Amandemen III Tentang Perpanjangan Waktu Pelaksanaan Konstruksi ”..

Pakan hijauan telah dirasakan semakin hari semakin sulit diperoleh, sehingga diperlukan usaha mencari alternatif penggantinya. Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan limbah

Dalam pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena dibutuhkan.Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang

Tujuan dari hukum acara pidana itu sendiri adalah untuk mencari dan mendapatkan, atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil. Definisi dari kebenaran materiil