• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAAN SEDERHANA DAN PENGUASAAN KONSEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAAN SEDERHANA DAN PENGUASAAN KONSEP"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAAN SEDERHANA DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

DENY NICO VRASLEY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAAN SEDERHANA DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

Deny Nico Vrasley

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid dalam meningkatkan keterampilan memberikan

penjelasaan sederhana dan penguasaan konsep. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 93 siswa dan tersebar dalam tiga kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Akhirnya diperoleh kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 3 sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing diukur berdasarkan peningkatan n-Gain yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata n-Gain keterampilan

(3)

n-Gain penguasaan konsep untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 0,63 dan 0,54. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan rumus statistik uji-t. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa keterampilan memberikan penjelasaan sederhana dan penguasaan konsep siswa pada materi koloid yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih

tinggi daripada siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional yaitu sebesar 4,92

dan 2,61. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa model

pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan

memberikan penjelasaan sederhana dan penguasaan konsep pada materi koloid.

(4)
(5)
(6)
(7)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran……… 8

B. Konstruktivisme ... 8

C. Inkuiri Terbimbing. ... 10

D. Keterampilan Berpikir Kritis……… ... 13

E. Penguasaan Konsep………... 18

F. Kerangka Berpikir ... .. 20

G. Anggapan Dasar ... 21

H. Hipotesis Umum ... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Populasi Dan Sampel Penelitian ... . 22

B. Variabel Penelitian ... 22

C. Data Penelitian ... 23

D. Rancangan Penelitian ... 23

E. Instrumen dan Validitas penelitian……… 24

(8)

vi

G. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ... 28

1. Teknik Analisis Data ... 28

2. Pengujian Hipotesis ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 34

B. Pembahasan ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen ... 52

2. Silabus Kelas Kontrol ... 61

3. RPP Kelas Eksperimen ... 67

4. RPP Kelas Kontrol ... 103

5. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 122

6. Kisi-kisi, Soal dan Rubrik Penilaian Pretes ... 150

7. Kisi-kisi, Soal dan Rubrik Penilaian Postes ... 161

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam pendidikan di sekolah. Didalamnya harus ada subyek didik dan siswa yang belajar. Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif, inovatif, dan menyenangkan, sedangkan siswa harus mempunyai semangat dan dorongan yang besar untuk belajar. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang ber-langsung bersamaan. Belajar merupakan upaya yang dilakukan seseorang agar memperoleh ‘sesuatu’. Sedangkan mengajar adalah kegiatan yang mengupayakan

terjadinya proses belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

(10)

pembe-lajaran dan membangun pemahamannya sendiri. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan untuk memilih dan menerapkan metode, model dan media pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran serta meningkatkan pemahaman mereka terha-dap materi yang diajarkan. Seperti yang diungkapkan Hamalik (2001) bahwa proses pembelajaran akan memberikan hasil yang optimal jika guru mampu me-milih dan menerapkan strategi pembelajaran. Salah satu filosofi yang mampu meningkatkan pemahaman serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan menggunakan filosofi konstruktivisme.

Filosofi konstruktivisme dikemukakan oleh Piaget (Bell, 1994) yang menganggap bahwa setiap individu mengkonstruksi pengetahuan secara aktif melalui pema-haman atas pengalaman mereka sendiri. Siswa harus mengambil peran aktif dalam memilih dan mengelola informasi, menyusun hipotesisnya, memutuskan, dan kemudian merefleksikan pengalaman yang mereka peroleh. Untuk mencapai tujuan dan mendapatkan solusi tersebut, maka pola pikir dengan berpikir kritis perlu dikembangkan karena kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat essensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.

(11)

membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis merupakan kegiatan mengevaluasi dan mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.

Hasil observasi yang telah dilakukan sebelumnya, pembelajaran kimia di SMA Negri 1 Seputih Mataram menggunakan metode ceramah, yang langsung memberikan hukum, konsep, dan teori tanpa memberikan bagaimana hukum, konsep dan teori tersebut ditemukan. Seperti halnya pada materi koloid yang lebih dikondisikan untuk dihafal oleh siswa, tanpa memperhatikan bahwa informasi atau konsep siswa bisa saja dapat kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa harus

memiliki kompetensi dasar yang dijabarkan dalam bentuk indikator. Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas XI semester genap diantaranya

(12)

materi koloid. Dengan demikian pembelajaran materi koloid dapat menunjukkan keterampilan berpikir kritis.

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing Langkah awal model pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemu-dian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemam-puan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengem-bangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari

pembelajaran yang telah dilakukan

Penelitian yang mengkaji model pembelajaran inkuiri terbimbing di lakukan oleh Efendi di SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 . Model

(13)

pem-belajaran 2010/2011. Model pempem-belajaran kuantum efektif dalam meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran materi koloid

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dalam upaya meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa pada materi koloid, diharapkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dapat menjadi solusinya. Ditambah lagi kajian literatur yang menunjukkan masih minimnya penelitian yang membahas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid, maka dilakukanlah penelitian ini dengan judul : Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Koloid Dalam Meningkatkan Keterampilan Memberikan Penjelasaan Sederhana dan Penguasaan Konsep

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasaan sederhana dan penguasaan konsep pada materi koloid.

C. Tujuan Penelitian

(14)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Siswa

Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memberikan penjelasaan sederhana dengan indikator bertanya dan menjawab pertanyaan pada materi lain.

2. Guru dan calon guru

Guru dan calon guru dapat memperoleh model pembelajaran yang efektif pada materi koloid. Sehingga, pembelajaran menggunakan model inkuiri

terbimbing dapat dijadikan alternatif pemilihan model pembelajaran yang inovatif serta menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas pada mata pelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian pada penelitian ini adalah: 1. Lokasi penelitian di SMA Negri 1 Seputih Mataram

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan adalah menurut Gulo (Trianto, 2010) dengan langkah-langkah yaitu : mengajukan permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan

(15)

haman setelah pembelajaran yang ditunjukkan dengan n-Gain yang signifikan (Wicaksono, 2008).

4. Keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti adalah keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985) yaitu memberikan penjelasan sederhana dengan indikator bertanya dan menjawab pertanyaan yang berfokus pada sub indikator menyebutkan contoh dan memberikan penjelasaan sederhana

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan ting-kat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran diting-katakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa me-nunjukan perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada:

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila

sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembe-lajaran (gain yang signifikan).

3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang

menyenangkan.

B. Konstruktivisme

(17)

Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001):

Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.

Menurut Von Glaserved dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil kepu-tusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpre-tasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2007).

(18)

tiba-tiba. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa juga mencari sendiri makana dari sesuatu yang mereka pelajari.

C. Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing selaras dengan pembelajaran konstruk-tivisme. Inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri terbimbing adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

(19)

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Langkah awal model pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Pada penelitian ini tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang

digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Mengajukan

perta-nyaan atau permasalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Membagi siswa dalam kelmpok

(20)

Lajutan Tabel 1

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

2. Membuat hipotesis Guru memberikan ke-sempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipo-tesis. Membimbing siswa dalam menen-tukan hipotesis yang relevan dengan perma-salahan dan memprio-ritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan menen-tukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan.

3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur

Siswa melakukan per-cobaan maupun telaah literatur untuk menda-patkan data-data atau informasi

4. Menganalisis data Guru memberi kesem-patan pada tiap kelom-pok untuk menyam-paikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Siswa mengumpulkan dan menganalisi data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

5. Membuat kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Siswa membuat kesim-pulan

Menurut Roestiyah (1998), guided inquiry memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri

siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

(21)

(2009) bahwa pembelajaran melalui strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberi pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar ingin tahu mereka.

D. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh pengeta-huan. Proses berpikir berhubungan dengan pola perilaku yang lain dan membu-tuhkan keterlibatan aktif pemikir. Presseisen dalam Costa (1985) menyatakan bahwa berpikir adalah upaya yang kompleks dan reflektif bahkan suatu pengalaman yang kreatif

Berpikir membuat seseorang dapat mengolah informasi yang diterima dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir juga merupakan kemampuan jiwa taraf tinggi yang dapat dicapai dan dimiliki oleh manusia. Adanya kemampuan berpikir pada manusia merupakan pembeda yang khas antara manusia dengan binatang. Melalui berpi-kir, manusia dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan.

(22)

seperti persepsi, penalaran, dan intuisi. Kemampuan berpikir menitikberatkan pada penalaran sebagai fokus utama dalam aspek kognitif. Costa dalam Liliasari (2007) membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Sugiarto dalam Amri (2010) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical

thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis.

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasala-han kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dapat bertindak lebih cepat. Seseorang dikatakan berpikir kritis, apabila ia mencoba membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggu-nakan berbagai kriteria. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.

Presseisen dalam Costa (1985) mengatakan bahwa :

(23)

Sedangkan Ennis (1989) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

Seorang siswa tidak akan dapat mengembangkan berpikir kritis dengan baik, tanpa ditantang untuk berlatih menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi yang dipelajarinya. Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Terdapat enam kompo-nen/unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 2

Tabel 2. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis

No Unsur Keterangan

1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.

2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.

3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan

4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).

5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan

(24)

Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary cla-rification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (inter-ference), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:

1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan. 4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10.Mengidentifikasi asumsi.

11.Memutuskan suatu tindakan. 12.Berinteraksi dengan orang lain

Tabel 3. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis

No Keterampillan Indikator Sub Indikator

1

a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan

kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir

Menganalisis argumen

a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi

kalimat-kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi

kalimat-kalimat bukan bukan pertanyaan

d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan e. Melihat struktur dari suatu

argumen

(25)

Lanjutan Tabel 3

No Kelompok Indikator Sub Indikator 1

a. Menyebutkan contoh b. Memberikan penjelasan

sederhana

a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan

kemenarikan konflik c. Mempertimbangkan

kesesuaian sumber

d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan

penggunaan prosedur yang tepat

f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi

g. Kemampuan untuk memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati.

Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi

a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan.

c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti

yang benar

f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban hasil

observasi.

3 Menyimpulkan

Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

a. Mengemukakan hal yang umum

b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta b. Membuat dan menentukan

hasil pertimbangan berdasarkan akibat c. Menerapkan konsep yang

(26)

Lanjutan Tabel 3

No Kelompok Indikator Sub Indikator 3 Menyimpulkan

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

d.Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan n suatu definisi

a. Membuat bentuk

definisi(sinonim, klasifikasi, rentang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh) b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi. Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengkonstruksi argumen

5

a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan

sementara

e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapannya

Berinteraksi denganorang lain

a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi

retorika

d. Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan

Pada penelitian ini, indikator yang dikembangkan adalah :

Indikator bertanya dan menjawab pertanyaan yang berfokus pada sub indikator memberikan contoh memberikan penjelasaan sederhana .

E. Penguasaan Konsep

(27)

Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu.

Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep deng-an konsep ydeng-ang lainnya.

Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interak-si dengan lingkungan maka funginterak-si intelek semakin berkembang.

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

(28)

diajar-kan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembang-an konsep secara evolutif. Dengperkembang-an terciptperkembang-anya kondisi yperkembang-ang kondusif, siswa dapat menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

F. Kerangka Berpikir

Materi Koloid merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang berkaitan langsung dengan ilmu pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan. Melalui pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka temui dalam kehidu-pan sehari-hari yang berhubungan dengan kolid dan menuntun siswa untuk

menemukan konsep secara sistematis, sehingga pemahaman siswa terhadap materi koloid akan lebih mendalam dan siswa dapat menerapkan pengetahuannya.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah yang berkaitan dengan fenomena sehari-hari, kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dengan bimbingan guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipo-tesis sesuai dengan pengetahuan mereka sendiri dan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data dan menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

(29)

sederhana dan penguasaan konsep yang lebih tinggi dari pada keterampilan menjawab pertanyaan dan penguasaan konsep diterapkan dengan pembelajaran konvensional.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA semester genap SMAN 1 Seputih Mataram tahun

pelajaran 2012-2013 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam hal keterampilan memberikan penjelasaan sederhana dan penguasaan konsep.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hal keterampilan memberikan

penjelasaan sederhana dan penguasaan konsep. siswa kelas XI IPA semester genap SMAN 1 Seputih Mataram tahun pelajaran 2012-2013 diabaikan.

H. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut: Pembelajaran model inkuiri terbimbing efektif dalam peningkatan keterampilan memberikan penjelasaan sederhana dan

(30)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Seputih Mataram tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 93 siswa dan tersebar dalam tiga kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pengambilan sampel ini dibantu oleh pihak sekolah, yaitu guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan dua kelas dengan tingkat kemampuan yang sama. Akhirnya diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

(31)

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan memberikan penjelasaan sederhana dan penguasaan konsep

C.Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain Non Equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2011) yang mana terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 4. Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan:

X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

(32)

Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut posttest.

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Pretest pada penelitian ini adalah materi sebelumnya yaitu kelarutan dan hasil kelarutan. yang terdiri dari 15 butir soal pilihan jamak dan 3 butir soal uraian. Sedangkan soal posttest adalah materi koloid yang terdiri dari 15 butir soal pilihan jamak dan 3 butir soal uraian.

2. Validitas Penelitian

(33)

bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgement diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya yaitu dosen pembimbing.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 1 Seputih Mataram untuk melaksanakan penelitian.

b. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Yaitu menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan soal tes.

b. Tahap penelitian

(34)

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi koloid sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

(1) Kelas eksperimen

Sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran, guru mengelompokkan siswa secara heterogen.

a) Tahap 1: Merumuskan masalah

Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan sebagai langkah permasalahan bagi siswa.

b) Tahap 2: Merumuskan hipotesis

Guru membimbing siswa untuk mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap sebelumnya. c) Tahap 3: Mengumpulkan data

1) Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan bersama dengan teman sekelompoknya.

2) Memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengisi tabel hasil pengamatan.

d) Tahap 4: Menganalisis data

1) Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya.

(35)

dan melengkapi jawaban, kemudian mempresentasikan hasil diskusinya. e) Tahap 5 : Membuat kesimpulan

1) Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi.

2) Guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa tentang materi yang telah dipelajari.

(2) Kelas kontrol a) Kegiatan awal

1) Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran b) Kegiatan inti

1) Guru memberikan uraian materi dan penjelasan kepada siswa.

2) Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang penting. 3) Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal.

4) Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan guru. 5) Guru bersama siswa membahas latihan tersebut. c) Kegiatan akhir

1) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja mereka dapatkan.

2) Guru memberikan tugas kepada siswa.

3) Melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4) Analisis data

(36)

Secara singkat prosedur pelaksanaan penelitian digambarkan dalam bentuk bagan berikut ini:

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya

Mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran Menentukan Populasi dan Sampel

Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol

Posttest Pembelajaran

konvensional Pembelajaran inkuiri

terbimbing

Analisis Data

(37)

a. Nilai siswa

Nilai pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa =

b. Perhitungan n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan memberikan penjelasaan sederhana dan penguasaan konsep, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus n-Gain menurut Meltzer sebagai berikut:

2. Pengujian hipotesis a. Uji normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :

Ho = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

(38)

Data akan berdistribusi normal jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = k – 3 (Sudjana, 2005).

b. Uji homogenitas

Karena pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji kesamaan dua rata-rata uji satu pihak, yakni uji pihak kanan, maka untuk uji statistik ini diperlukan pengujian homogenitas kedua varians kelas sampel.

Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah:

H0 :σ12= σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

H1 : σ12≠ σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.

Sedangkan untuk uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik :

dengan

Keterangan:

S = simpangan baku x = n-Gain siswa

(39)

Dengan kriteria uji adalah terima jika < pada taraf nyata 5%

(sudjana, 2005).

Uji perbedaan dua rata-rata

Rumusan hipotesis adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis pertama (keterampilan memberikan penjelasaan sederhana)

H0 µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan memberikan penjelasaan sederhana

siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan siswa di kelas dengan pembelajaran konvensional.

H1

:

μ 1x > μ 2x

:

Rata-rata n-Gain keterampilan memberikan penjelasaan sederhana

yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

2) Hipotesis kedua (penguasaan konsep)

H0 : μ1y ≤μ 2y : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa di kelas yang

diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama daripada pembelajaran konvensional.

H1

:

μ 1x > μ 2x

:

Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa di kelas yang

(40)

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi koloid siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi koloid siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan memberikan penjelasaan sederhana y : penguasaan konsep

Selanjutnya menentukan jumlah sampel masing-masing kelas yaitu n1 = 32 dan n2 = 31, dengan n1 adalah kelas eksperimen dan n2 adalah kelas kontrol. Karena pada penelitian ini data berdistribusi normal dan bersifat homogen, maka yang dipakai adalah uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik t. Rumus uji t yang mengacu pada Sudjana (2005) sebagai berikut:

Keterangan:

= Rata-rata n-Gain keterampilan memberikan penjelasaan sederhana/penguasaan konsep yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

= Rata-rata n-Gain keterampilan memberikan penjelasaan sederhana/penguasaan konsep yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan

(41)

= Simpangan baku n-Gain siswa yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing = Simpangan baku n-Gain siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

Dengan kriteria uji :

(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasaan sederhana dan penguasaan konsep pada materi koloid?

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa agar lebih memper-hatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat lebih efektif

2.

Untuk melancarkan penelitian, disarankan agar peneliti lain mempersiapkan materi

belajar untuk siswa sebagai bahan referensi siswa yang tidak memiliki buku pegangan.

(43)
(44)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Makalah. [online] http://researchengines.com/1007arief3.html

Andriani. Y.2012. Model pembelajaran problem solving efektif dalam

meningkatkan keterampilan mengelompokkan dalam kategori sedang pada materi koloid. Skripsi. UNILA Bandar Lampung

Arifin, M. dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Aziz, A. 2010. Uji Dua Sampel. Makalah. [online] blog.uin-malang.ac.id/ abdulaziz/files/2010/.../Uji-Dua-Sampel-A.pdf.

Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Ganesindo. Bandung.

Efendi, A.K. 2012. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam efektif dalam meingkatkan keterampilan mengkontruksi argument dan memberikan alasan. Skripsi. UNILA Bandar Lampung

Ennis. R. H. 1989. Critical Thingking. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Liliasari. 1996. Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan oleh

Siswa SMA. Sebuah Studi tentang Berpikir Konsep. Sekolah Pasca Sarjana IKIP. Bandung.

(45)

Riyanto, A.C. 2011. Model Pembelajaran Kuantum Efektif Dalam Meningkatkan Minat dan Penguasaan Konsep Siswa Dalam Pembelajaran Materi Koloid. Skripsi. UNILA Bandar Lampung

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta.

Bandung.

Syafi’i, A. 2012. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Skripsi. [online] www/perpusBaru/ptk/db.php

Tan, O.S. 2003. Problem-Based Learning Innovation. Singapore: Thomson Learning

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme.

Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Efendi, A.K. 2012. . Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi

Gambar

Tabel 2. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis
Tabel 3. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis
Tabel 4. Desain penelitian
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Efek ini juga teramati dengan menggunakan polisakarida sulfatasi lainnya misalnya dekstran sulfat, carrageenan , heparin, dan Fucus fucoidan, tetapi tidak dekstran

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa aspek materi, aspek instruktur, aspek fasilitas dan aspek metode yang diberikan kepada peserta pelatihan mudah dipahami

Research result shows tha the product Shine After Lunch is a radio programme with the English music conten, which was made to accompany the teens during the day, advertisingprice

Kromosfer adalah lapisan terbawah dari atmosfer Matahari dan mengeluarkan cahaya merah lemah. Cahayanya berbentuk gelang merah dari gas-gas hidrogen. Apabila terjadi

Sedangkan tanggung jawab perdata atas pemberitaan yang tidak benar yang dilakukan oleh media cetak adalah perbuatan melawan hukum yang di atur dalam Pasal

K : Edith mengajukan pertanyaan dengan emosi yang disimbolkan dengan tanda seru (!), serta dari mimik mukanya yang terlihat tidak suka. N : Pertanyaan yang

Eucheuma cottonii di Teluk Tamiang Kabupaten Kotabaru secara optimal dan berkelanjutan 2) Mendapatkan kebijakan dan strategi pengelolaan untuk pengembangan kegiatan budidaya