A. Ketahanan Fisik
1. Definisi
Pengertian ketahanan secara singkat adalah resistensi. Secara
luas, pengertian ketahanan dalam biologi adalah kemampuan suatu
individu sebagai inang untuk mengurangi, menahan, atau mengatasi
pengaruh kegiatan dan perkembangan dari patogen yang
menyerangnya (Buchner, 2007). Ketahanan fisik adalah ketahanan
yang ditimbulkan karena adanya hambatan fisik yang menyebabkan
patogen tidak dapat menyerang atau berkembang di dalam tubuh suatu
individu sebagai inang (Steven, 2010). Menurut Moeloek dan
Cokronegoro (2000) bahwa ketahanan adalah daya tahan tubuh
terhadap kelelahan dan kemampuan pemulihan yang cepat setelah
lelah. Umumnya ketahanan fisik yang sering dibahas adalah daya
tahan cardio vasculair. Daya tahan cardio vasculair merupakan
faktor utama dalam kesegaran jasmani.
Menurut Mutohir dan Maksum (2007) ketahanan fisik adalah
kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus (lebih
dari 10 menit). Ketahanan ditinjau dari kerja otot adalah kemampuan
pengertian ketahanan dari sistem energi adalah kemampuan kerja
organ-organ tubuh dalam jangka waktu tertentu. Istilah ketahanan atau
daya tahan dalam dunia olahraga dikenal sebagai kemampuan
peralatan organ tubuh olahragawan untuk melawan kelelahan seelama
berlangsungnya aktivitas atau kerja, latihan ketahanan dipengaruhi dan
berdampak pada kualitas atlet. Oleh karena itu faktor yang
berpengaruh terhadap ketahanan adalah kemampuan maksimal dalam
memenuhi konsumsi oksigen.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Fisik
a. Keturunan
Dari penelitian yang telah dilakukan dibuat kesimpulan bahwa
VO2 max 93,4% ditentukan oleh faktor genetik yang hanya
dapat diubah dengan latihan sungguh-sungguh dan continu. Faktor keturunan juga memegang peranan dalam pembentukan
sistem imun tubuh anak. Orangtua dengan imunitas tubuh baik
lebih berpeluang menurunkan anak dengan kualitas yang kurang
lebih sama. Jadi bisa Anda bayangkan, secara fisik dan finansial,
betapa beruntungnya keluarga yang secara turun temurun memiliki
imunitas tubuh yang terpelihara baik. Daya tahan kardiovaskuler
dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik yang ada
dalam tubuh seseorang sejak lahir. Penelitian dari Kanada telah
meneliti perbedaan kebugaran aerobik diantara saudara kandung
bahwa perbedaannya lebih besar pada saudara kandung dari pada
kembar identik (Kuznetsuv, 1975).
b. Usia
Peningkatan daya tahan pada seseorang terjadi pada usia balita
sampai dengan usia 20 tahun. Daya tahan akan mencapai tingkat
maksimal pada usia 20 sampai 30 tahun yang kemudian berubah
menjadi berbanding terbalik dengan usia, sehingga seseorang
yang berusia 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang dimiliki
pada usia 17 tahun. Umur mempengaruhi hampir semua komponen
kesegaran jsmani. Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu
tendensi meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua puluh
tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Puskesmas, 1994). Daya tahan tersebut akan makin
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan
8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk
individu yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade (Brian
Jsharkey, 2003). Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama
sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih
banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal dicapai pada usia 25
tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot
sewaktu berusia 20 sampai 25 tahun (Kuznetsuv, 1975).
c. Jenis Kelamin
Sampai dengan usia pubertas tidak terdapat perbedaan daya tahan
pria dan wanita. Setelah usia tersebut, nilai daya tahan pada
wanita akan lebih rendah 15% sampai 25% daripada pria.
Perbedaan tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan maximal
vasculer power yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah Hb, kapasitas paru dan
sebagainya. Wanita memiliki jaringan lemak 27% dari komposisi
tubuhnya lebih banyak dibanding pria 15% dari komposisi
tubuhnya (Ardle, 1981). Menurut Larry Gshaver (1981), satu gram
hemoglobin dapat bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada pria
dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15-16gr hemoglobin pada
setiap 100ml darah dan pada wanita rata-rata 14gr pada setiap
100ml darah. Keadaan ini menyebabkan wanita memiliki kapasitas
aerobik lebih rendah dibanding pria. Selain itu ukuran jantung pada
wanita rata-rata lebih kecil dibanding pria(Hairy,1989).
Pengambilan oksigen pada wanita 2,2L lebih kecil daripada pria
3,2L. Kapasitas vital paru wanita juga lebih kecil dibanding pria.
d. Aktifitas Fisik
Istirahat di tempat tidur selama 3 minggu akan menurunkan
minggu setelah istirahat tersebut memperlihatkan peningkatan 62%
dari nilai akibat istirahat dan bila dibandingkan dengan keadaan
sebelum istirahat di tempat tidur maka nilai peningkatannya adalah
18%. Selain itu macam aktifitas yang berpengaruh adalah subyek
yang melakukan lari jarak jauh mempunyai daya tahan lebih tinggi
di banding dengan yang melakukan senam dan main anggar
(Moeloek & Tjokronegoro, 1990).
e. Tingkat Konsumsi Energi
Energi diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh agar dapat
berfungsi dengan baik diantaranya peredaran darah,
persyarafan, pernafasan, garak otot, sehingga atlet dapat berlatih
dan bertanding dengan baik. Kebutuhan energi akan meningkat
apabila seseorang melakukan kegiatan fisik dan pergerakan otot.
Besarnya kebutuhan energi tergantung pada kegiatan atau aktivitas.
Tingkat Konsumsi Energi pada dasarnya akan mempengaruhi
kemampuan atlet tersebut mempertahankan kecukupan tenaga,
terutama pada cabang-cabang olahraga yang memakan waktu
lama (Moehji, 1998).
f. Tingkat Konsumsi Protein
Protein merupakan zat gizi yang mempunyai fungsi utama
sebagai zat pembangun, membentuk jaringan pada masa
pertumbuhan atau pada masa pembentukan jaringan otot,
sebagai pengganti jaringan yang rusak. Protein akan digunakan
sebagai energi apabila di dalam makanan tidak terdapat hidrat
arang dan lemak. Protein yang dikonsumsi akan dicerna dan
dipecah. Sebagai hasil akhir pencernaan protein adalah asam
amino. Berbeda dengan hidrat arang dan lemak, konsumsi protein
berlebih tidak dapat disimpan da dalam tubuh. Hasil pemecahan
atau buangan (sisa) protein akan dibuang dan dapat membebani
kerja ginjal, sehingga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi
berlebihan (Suniar, 2002)
g. Latihan
Latihan jasmani, terutama bila dilakukan secara teratur telah
terbukti meningkatkan kesegaran jasmani serta daya tahan
pelakunya.
h. Obat Perangsang
Manfaat pemakaian obat adalah meningkatkan kekuatan fisik,
penurunan kecepatan rasa lelah, penambahan daya tahan,
penurunan rasa cemas, peningkatan daya konsentrasi dan
peningkatan sikap kompetitif agresif (Moeloek & Tjokronegoro,
1990).
i. Makanan
Pola makan yang baik penting bagi tenaga. Diet yang benar dan
konsisten akan terlihat hasilnya saat berlatih. Baberapa pedoman
1) Makanan mengandung karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral.
2) Karbohidrat dan lemak merupakan zat yang digunakan untuk
pembakaran.
3) Kebutuhan protein selama latihan tidak terlalu meningkat.
4) Vitamin dan mineral perlu untuk metabolisme, tetapi bila
diberikan berlebihan tidak meningkatkan prestasi (Husaini,
2010).
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, mulut dan sebagainya). Dengan sendirinya
pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Budiman, 2013).
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan sesorang terhadap obyek mempunyai intesitas atau
tingkat yang berbeda-beda, dimana pada setiap orang berbeda-beda.
Secara garis besar Budiman (2013), membagi tingakatan pengetahuan
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumya setelah mengamati sesuatu dan untuk
mengetahui atau mengukur bahwa orang tersebut tahu tentang
sesuatu dan dapat mengajukan beberapa pertanyaan. Jika ia sudah
memiliki pengetahuan maka dengan mudah ia akan menjawab
pertanyaan tersebut.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu tentang
obyek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang
tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang
obyek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami obyek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui sesuai dengan kondisi yang terjadi.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang tersebut sudah
sampai tingkat analisis adalah bila seseorang sudah dapat
diagram (bagan) dengan menggunakan pengetahuan
terhadap obyek tersebut.
e. Sintesis
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang dimiliki,
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau terhadap suatu obyek tertentu. penilaian
ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Budiman
(2013), adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan.
3) Usia
Usia adalah individu menghitung mulai usia sejak lahir sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari yang sebelum tinggi dewasanya.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
3) Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Budiman dan wawan (2013) yang dikutip dari
Arinkunto, 2006 bahwa Pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu:
a) Baik : hasil presentasi 76% - 100%
b) Cukup : hasil presentase 56% - 75 %
c) Kurang : hasil presentase <56 %
C. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
1. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru
yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur
saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan
atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura (Nelson, 2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala
akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau
struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak
2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan
Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
3. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di
bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin,
2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1) Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk
golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.
2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur
kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum)
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada
bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak
menangis atau meronta).
2) Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau
lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia Bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat. Tanda bahaya
untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih
dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti
mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis)
dan gelisah.
4. Penyebab penyakit ISPA
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran
nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran
bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap
bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat,
karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan
aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas
maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah
mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh
batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar
Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002).
5. Faktor resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan,
laki-lakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena
mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering
berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak
terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena
banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil
menggendong anaknya.
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen
kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang
di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya,
sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang
penyakit ISPA.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Status gizi Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa
juga mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit
ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga
yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh
yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat,
sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk
kedalam tubuh.
2) Faktor rumah Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani,
2007):
a) Bahan bangunan
(1) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang
penting disini adalah tdak berdebu pada musim
kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk
memperoleh lantai tanah yang padat (tidak
berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air
kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang
dan berdebu merupakan sarang penyakit gangguan
pernapasan.
(2) Dinding : Tembok adalah baik, namun
disamping mahal tembok sebenarnya kurang
cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila
ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah
tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau
papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka
lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut
dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah
penerangan alamiah.
(3) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum
dipakai baik di daerah perkotaan maupun
pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk
daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat
membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk
itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun
dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak
cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal
juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng
adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman
bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu
diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu
merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini cara memotongnya barus menurut
ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada
ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso
tersebut ditutup dengan kayu.
b) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti
kadar CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara
didalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban
ini akan merupakan media yang baik untuk
c) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,
tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya
yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya
matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan
media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu
banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan
silau, dam akhirnya dapat merusakan mata.
c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu
(Lamsidi, 2003) :
1) Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau
pabrik-pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas
(vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke
atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat
horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang
melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan
mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah
dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh
supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan
asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah
tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan
bakar untuk memasak, bahan bakar untuk memasak yang
paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu
atau sejenisnya seperti arang.
2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar
4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di
bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.
d. Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom
dikutip dari Effendy (2004) menyebutkan bahwa lingkungan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan,
individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan
juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi
rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi
penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang
terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga
disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan sehari-hari
yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan kesehatannya
sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi
satu dengan yang lainnya.
6. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam,
pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus
(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret,
stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan
dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan
dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003). Sedangkan tanda gejala
ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi
anak diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada
anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung
pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas
dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernafas.
3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah.
7. Penatalaksanaan Kasus ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan
kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga
tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya
penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA).
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan
petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak
mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek
biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk
tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari
tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA . Penatalaksanaan
ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer &
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat
dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan
anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi
napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila
baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat
gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak
harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan
steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
b. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA
sebagai berikut :
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa
napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
c. Pengobatan
1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya.
2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap,
dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan
perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderitadengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10
hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya
harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
d. Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi
dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih
jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah
parah sakit yang diderita.
5) Lain-lain
a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang
terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan
demam.
b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi
yang lebih parah.
c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu
yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak
memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter
atau petugas kesehatan.
e) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain
tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh
tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan
untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan
agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke petugas
8. Pencegahan ISPA
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan
mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara
lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan
empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga
dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan
menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat
maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga
dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh
kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai
macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam
rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap
yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar
tetap segar dan sehat bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit
penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam
tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara
yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang
di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara
droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Lamsidi (2003), Suhandayani (2007), Dharmage (2009) Faktor Instrinsik :
Status Gizi
Imunisasi Balita
Riwayat BBLR
Umur Balita
Ketahanan Fisik
Faktor Ekstrinsik :
Pendidikan
Status Ekonomi
Pengetahuan
Pemberian ASI Eksklusif
Perilaku
E. Kerangka Konsep
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang sedang di
teliti. Hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada hubungan ketahanan fisik dengan pegetahuan ibu
tentang ISPA
Ha : Ada hubungan ketahanan fisik dengan pegetahuan ibu tentang
ISPA
Ketahanan Fisik Pegetahuan ibu tentang