BERBASIS WEB MENGGUNAKAN JSP dan MYSQL
STUDI KASUS DI LEMBAGA P2TKP UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Oleh:
Dragono Santika Soewono
065314006
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
APPLICATIONS USING JSP and MYSQL
CASE STUDY IN INSTITUTION P2TKP SANATA DHARMA UNIVERSITY
A Thesis
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
To Obtain the Sarjana Komputer
In Study Program of Informatic Engineering
By:
Dragono Santika Soewono
065314006
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam
mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
Berusaha dan terus berusaha untuk sesuatu yang lebih baik di
keesokan hari..
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan YME yang selalu
membantu, mendampingi, memberkati dalam setiap langkah penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Untuk Almarhum Papa yang selalu mendampingi dan melindungi
penulis.
Untuk Mama, dan kedua kakak penulis yang selalu memberi
dukurngan moral dan marterial untuk selalu berjuang.
Untuk Osie,Aan,Cempluk,Ferdinan, Anggi,Ocha, Uut sahabat
–
sahabat baik penulis yang selalu bersama.
vi
ABSTRAKSI
P2TKP adalah Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi yang
merupakan salah satu lembaga di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
P2TKP memberikan pelayanan jasa psikologi. Dari waktu ke waktu lembaga ini
mengalami perkembangan, yang mengakibatkan terjadinya beberapa masalah.
Salah satu contoh permasalahan ada di bagian pelayanan testing atau asesmen,
yaitu waktu pelayanan untuk pemeriksaan dan pemerolehan hasil test menjadi
lama. Hal ini dikarenakan proses yang dilakukan lembaga P2TKP masih manual
dengan tenaga kerja yang sedikit. Permasalahan selanjutnya, lembar jawaban hasil
test yang telah diperiksa dan dinilai tidak dapat dibuang yang menyebabkan
berkas menumpuk sehingga ruang penyimpanan menjadi tidak efisien.
Dari latar belakang diatas, dikembangkan Aplikasi berbasis web yang
dapat melakukan pemeriksaan dan pemerolehan hasil test menjadi lebih cepat dan
akurat. Aplikasi dikembangkan dengan menggunakan database MYSQL server
dan bahasa pemrograman JSP (Java Server Pages). Jenis test yang akan dikembangkan untuk aplikasi ini adalah MSDT (Management Style Diagnostic Test).
Hasil akhir yang adalah sebuah aplikasi MSDT (Management Style Diagnostic Test) yang memiliki kemampuan untuk memproses atau mengolah hasil test dengan lebih cepat dan akurat. Berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan, tingkat ketepatan aplikasi mencapai 100 %, dan rata – rata selisih
kecepatan perhitungan hasil test antara menggunakan sistem dan secara manual
vii
ABSTRACT
P2TKP the Service Center for Psychological Testing and Consultation
which is one of the institutions at Sanata Dharma University in Yogyakarta.
P2TKP providing psychological services. From time to time these institutions
have evolved, which resulted in some problems. One example of the problem is in
the testing or assessment service, the service time for the inspection and test
results of a long acquisition. This is because the process is still done manually
P2TKP institutions with little labor. The next problem, the answer sheet test
results that have been examined and judged not to be discarded which causes the
file to accumulate so that storage space is not efficient.
From the above background, developed a web-based application that can
perform the examination and obtaining test results more quickly and accurately.
Applications developed using MYSQL database server and JSP programming
languages (Java Server Pages). Type of test that will be developed for this
application is MSDT (Management Style Diagnostic Test).
The final result is an application MSDT (Management Style Diagnostic
Test) which has the ability to process or process the test results more quickly and
accurately. Based testing has been done, the level of application accuracy reaches
100%, and average - average speed difference between the test results of
calculations using the manual system and is 2.58 minutes per sheet more quickly
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhat Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan berkatNya sehingga penulisa dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak – pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik
dalam hal bimbinganm oerhatian, kasih sayang, semangat, kritik dan saran yang
diberikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan antara lain kepada :
1. Ibu P.H. Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma
2. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom, M.T selaku ketua jurusan Teknik
Informatika Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu A.M. Polina, S.Kom, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I TA, terima kasih
atas segala bimbingan dan bantuannya selama penulis mengerjakan tugas
akhir ini.
4. Bapak Yohanes Heri Widodo, M.Psi. , selaku Dosen Pembimbing II TA,
terima kasih atas segala bimbingan dan bantuannya selama penulis
mengerjakan tugas akhir ini.
5. Bapak Puspaningtyas Sanjaya Adi, S.T., M.T. , selaku Dosen Pembimbing
Akademik angkatan 2006 dan selaku Dosen Penguji Pendadaran saya, terima
kasih atas saran, kritik selama masa kuliah dan saat penulis mengerjakan
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
HALAMAN MOTTO ...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAKSI ...vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIError! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
2.1.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Berbasis Web ... 8
2.2 Metodologi FAST ... 8
2.3 Desain Sistem ... 15
2.3.1 Use Case ... 15
xii
2.5.1 Klasifikasi Test dalam Psikologi ... 27
2.6 MSDT (Management Style Diagnostic Test) ... 30
2.6.1 Dasar Tipe Terpisah (Separated basic types) ... 34
2.6.2 Dasar Tipe Terhubung (Related Basic Types) ... 35
2.6.3 Dasar Tipe Berdedikasi (Dedicated Basic Types) ... 36
2.6.4 Dasar Tipe Terpadu (Integrated Basic Types) ... 38
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ... 40
3.1 ANALISA SISTEM ... 40
3.1.1 Fase Definisi Ruang Lingkup (Scope Definition Phase) ... 40
3.1.2 Fase Analisis Masalah (Problem Analysis Phase)... 41
3.1.3 Fase Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis Phase) ... 44
3.2 USE CASE DIAGRAM ... 46
3.2.1 DESKRIPSI USE CASE ... 47
3.3 PERANCANGAN SISTEM ... 63
3.3.1 Fase Desain Logikal (Logical Design Phase) ... 63
3.3.2 Fase Desain Fisikal (Physical Desaign Phase) ... 83
BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM ... 114
xiii
5.1 Pengujian Alpha ... 142
5.2 Pengujian Beta ... 144
5.2.1 Perbandingan hasil manual dan Aplikasi MSDT ... 144
5.2.1 Pengujian kecepatan manual dan Aplikasi MSDT ... 149
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 151
6.1 Kesimpulan ... 151
6.2 Saran ... 152
DAFTAR PUSTAKA ... 154
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 8 Gaya Kepemimpinan ... 33
Tabel 3.1 Analisis Sebab Akibat ... 42
Tabel 3.2 Deskripsi Pengguna ... 44
Tabel 3.3 Use Case Login ... 47
Tabel 3.4 Use Case Pendaftaran Peserta ... 48
Tabel 3.5 Use Case Pemasukan Hasil Scan ... 50
Tabel 3.6 Use Case Ubah Password Staff ... 52
Tabel 3.7 Use Case Cetak Hasil ... 53
Tabel 3.8 Use Case Kelola User ... 54
Tabel 3.9 Use Case Ubah Password Admin ... 60
Tabel 3.10 Use Case Validasi Hasil Test ... 61
Tabel 3.11 Use Case Logout ... 62
Tabel 3.12 Kelas Analisis Login ... 63
Tabel 3.13 Analisis Kelas Edit Data Peserta ... 64
Tabel 3.14 Kelas Analisis Delete Data Peserta ... 65
Tabel 3.15 Kelas Analisis Lihat Data Peserta ... 66
Tabel 3.16 Kelas Analisis Insert Data Hasil Test ... 68
Tabel 3.17 Kelas Analisis Ubah Password Staff ... 69
Tabel 3.18 Kelas Analisis Cetak Hasil ... 70
Tabel 3.19 Kelas Analisis Insert Psikolog ... 71
Tabel 3.20 Kelas Analisis Edit DAta Psikolog ... 72
Tabel 3.21 Kelas Analisis Delete Data Psikolog ... 73
Tabel 3.22 Kelas Analisis Lihat Data Psikolog ... 75
Tabel 3.23 Kelas Analisis Insert Data Staff ... 76
Tabel 3.24 Kelas Analisis Edit Data Staff ... 77
Tabel 3.25 Kelas Analisis Delete Data Staff ... 78
Tabel 3.26 Kelas Analisis Lihat Data Staff ... 79
Tabel 3.27 Kelas Analisis Ubah PAssword Admin ... 80
Tabel 3.28 Kelas Analisis Ubah Password Psikolog ... 81
Tabel 3.29 Tabel administrator ... 91
Tabel 3.30 Tabel staff ... 92
Tabel 3.31 Tabel Psikolog ... 92
Tabel 3.32 Tabel Peserta ... 92
Tabel 3.33 Tabel jawaban_peserta ... 93
Tabel 3.34 Tabel Hasil Test ... 93
Tabel 3.35 Daftar Method Kelas Kontrol ... 94
Tabel 5.1 Hasil perbandingan jawaban manual dan sistem ... 146
Tabel 5.2 pencatatan kecepatan perhitungan manual vs aplikasi MSDT ... 149
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Metodologi FAST ... 9
Gambar 2.2 Simbol Use Case ... 15
Gambar 2.3 Simbol Aktor ... 16
Gambar 2.4 Simbol Depend On ... 16
Gambar 2.5 Objek Antarmuka ... 17
Gambar 2.6 Objek Kontrol ... 17
Gambar 2.7 Objek Entiti ... 18
Gambar 2.8 Kelas ... 18
Gambar 2.9 Hubungan Dependency ... 19
Gambar 2.10 Hubungan Association ... 20
Gambar 2.11 Hubungan Generalization ... 20
Gambar 2.12 Hubungan Realization ... 21
Gambar 2.13 Alur JSP ... 22
Gambar 2.14 Alur Kerja JSP ... 22
Gambar 2.15 Diagram 8 Gaya Kepemimpinan ... 33
Gambar 3.1 Use Case Diagram ... 46
Gambar 3.2 Diagram Parsial Login ... 63
Gambar 3.3 Diagram Sequential Login ... 64
Gambar 3.4 Diagram Parsial Edit Data Peserta ... 64
Gambar 3.5 Diagram Sequential Edit Data Peserta ... 65
Gambar 3.6 Diagram Parsial Delete Data Peserta ... 65
Gambar 3.7 Diagram Sequential Delete Data Peserta ... 66
Gambar 3.8 Diagram Parsial Lihat Data Peserta ... 66
Gambar 3.9 Diagram Sequential Lihat Data Peserta ... 67
Gambar 3.10 Diagram Parsial Insert Data Hasil Test ... 68
Gambar 3.11 Diagram Sequence Insert Data Hasil Test ... 69
Gambar 3.12 Diagram Parsial Ubah Password Staff ... 69
Gambar 3.13 Diagram Sequential Ubah Password Staff ... 70
Gambar 3.14 Diagram Parsial Cetak Hasil ... 70
Gambar 3.15 Diagram Sequential Cetak Hasil ... 71
Gambar 3.18 Diagram Parsial Edit Data Psikolog ... 72
Gambar 3.21 Diagram Sequence Delete Data Psikolog... 74
Gambar 3.22 Diagram Parsial Lihat Data Psikolog ... 75
Gambar 3.23 Diagram Sequential Lihat Data Psikolog ... 76
Gambar 3.24 Diagram Parsial Insert Data Staff... 76
xvi
Gambar 3.29 Diagram Sequential Delete Data Peserta ... 79
Gambar 3.28 Diagram Parsial Lihat Data Staff ... 79
Gambar 3.31 Diagram Sequential Ubah Password Admin ... 81
Gambar 3.32 Diagram Parsial Ubah Password Psikolog ... 81
Gambar 3.33 Diagram Sequential Ubah Psssword Psikolog ... 82
Gambar 3.35 Diagram Kelas Use Case Login Staff ... 83
Gambar 3.38 Diagram Kelas Use Case Lihat Data Peserta ... 84
Gambar 3.39 Diagram Kelas Use Case Insert Data Hasil Test ... 85
Gambar 3.40 Diagram Kelas Use Case Lihat Data Hasil Test ... 85
Gambar 3.41 Diagram Kelas Use Case Ubah Password Staff ... 85
Gambar 3.42 Diagram Kelas Use Case Cetak Hasil ... 86
Gambar 3.43 Diagram Kelas Use Case Insert Data Psikolog ... 86
Gambar 3.51 Diagram Kelas Use Case Ubah Password Admin ... 89
Gambar 3.67 Desain Interface Halaman Lihat Data Peserta ... 105
Gambar 3.60 Desain Interface Halaman Edit Data Peserta ... 105
Gambar 3.61 Desain Interface Lihat Hasil Test ... 106
Gambar 3.68 Desain Interface Lihat Data Staff ... 110
Gambar 3.69 Desain Interface Halaman Utama Psikolog ... 111
Gambar 3.70 Desain Interface Lihat Hasil Data Test Psikolog ... 111
Gambar 3.71 Desain InterfaceHalaman Validasi Hasil Test ... 112
Gambar 3.72 Desain Interface Halaman Logout Staff ... 113
Gambar 3.73 Desain Interface Halaman Logout Admin ... 113
Gambar 3.74 Desain Interface Halaman Logout Psikolog ... 113
Gambar 4.1 Gambar hasil database dbp2tkp_kepribadian ... 115
Gambar 4.2 Detail Tabel Administrator ... 115
Gambar 4.3 Detail Tabel hasil_test ... 115
Gambar 4.4 Detail Tabel hasil_test (lanjutan) ... 116
Gambar 4.5 Detail Tabel jawaban_peserta ... 116
Gambar 4.6 Detail Tabel peserta... 116
Gambar 4.7 Detail Tabel psikolog ... 116
Gambar 4.8 Detail Tabel staff ... 117
Gambar 4.9 Gambar Halaman input Login Staff ... 117
Gambar 4.10 Gambar Halaman output Login Staff ... 117
Gambar 4.11 Halaman input Edit Data Peserta ... 118
Gambar 4.12 Halaman output Edit Data Peserta ... 118
Gambar 4.13 Halaman input Delete Data Peserta ... 119
Gambar 4.14 Halaman output Delete Data Peserta ... 120
Gambar 4.15 Halaman input Lihat Data Peserta ... 120
Gambar 4.16 Halaman output Lihat Data Peserta ... 121
Gambar 4.17 Halaman input Insert Data Hasil Test ... 121
xvii
Gambar 4.19 Halaman input Lihat Data Hasil Test ... 123
Gambar 4.20 Halaman output Lihat Data Hasil Test ... 123
Gambar 4.21 Halaman input Ubah Password Staff ... 124
Gambar 4.22 Halaman output Ubah Password Staff ... 125
Gambar 4.23 Halaman input Cetak Hasil ... 126
Gambar 4.24 Halaman output Cetak Hasil ... 126
Gambar 4.25 Halaman input Lihat Data Hasil Test ... 127
Gambar 4.26 Halaman output Lihat Data Hasil Test ... 127
Gambar 4.27 Gambar Halaman input Ubah Komentar ... 129
Gambar 40.28 Gambar Halaman output Ubah Komentar ... 130
Gambar 4.29 Gambar Halaman input Ubah Password Psikolog ... 131
Gambar 4.30 Gambar Halaman output Ubah Password Psikolog ... 131
Gambar 4.31 Halaman input Insert Data Psikolog... 132
Gambar 4.32 Halaman output Insert Data Psikolog... 132
Gambar 4.33 Halaman input Edit Data Psikolog ... 133
Gambar 4.34 Halaman output Edit Data Psikolog ... 133
Gambar 4.35 Halaman input Delete Data Psikolog ... 134
Gambar 4.36 Halaman output Delete Data Psikolog ... 135
Gambar 4.37 Halaman input Lihat Data Psiklog ... 136
Gambar 4.38 Halaman output Lihat Data Psikolog ... 136
Gambar 4.39 Halaman input Insert Data Staff ... 137
Gambar 4.40 Halaman output Insert Data Staff ... 137
Gambar 4.41 Halaman input Edit Data Staff ... 138
Gambar 4.42 Halaman output Edit Data Staff ... 138
Gambar 4.43 Halaman Input Delete Data Staff ... 139
Gambar 4.44 Halaman output Delete Data Staff ... 139
Gambar 4.45 Halaman input Lihat Data Staff ... 140
Gambar 4.46 Halaman output Lihat Data Staff ... 140
Gambar 4.47 Halaman input Ubah Password Admin ... 141
Gambar 4.48 Halaman output Ubah Password Admin ... 141
Gambar 5.1 Hasil Peserta 1 (Aplikasi MSDT) ... 145
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
P2TKP adalah Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi yang
merupakan salah satu lembaga di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
P2TKP merupakan pengembangan dari Lembaga Penyelidikan dan
Pembinaan Kurikulum yang disingkat LP3K. LP3K dahulunya digunakan
sebagai pusat kajian Jurusan Pendidikan Umum saat lembaga pendidikan
Sanata Dharma ini masih berupa Institut Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
(IKIP). Untuk keperluan internal, lembaga ini bertugas menyelenggarakan
tes seleksi mahasiswa baru dan dosen – karyawan Universitas Sanata
Dharma, sedangkan untuk pelayanan eksternal, lembaga ini banyak
memberikan pelayanan test kepada pihak – pihak yang membutuhkan di
bidang pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan.
P2TKP memberikan pelayanan jasa psikologi asesmen (dengan
metode psikotest, wawancara dan focus group discussion), konseling, dan training secara individual maupun kelompok. P2TKP juga menyediakan
layanan konsultasi pengembangan program atau instrument tes. Jika
diperlukan, pelayanan dapat diberikan secara terpadu, misalnya asesmen
Dari waktu ke waktu lembaga ini mengalami perkembangan
terutama dalam ragam pelayanannya untuk merespon kebutuhan masyarakat
yang semakin beragam pula. Setelah IKIP Sanata Dharma dikembangkan
menjadi Universitas Sanata Dharma (USD) dan dibentuk lembaga
penelitian, aktifitas LP3K ditingkatkan sebagai salah satu kegiatan lembaga
Universitas Sanata Dharma yang kemudian diubah namanya menjadi
P2TKP (Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi), dan saat ini memiliki 3
divisi pelayanan yaitu Testing (asesmen), Konseling, dan Training,
disamping kegiatan – kegiatan penelitian dan pengembangan instrument
psikologi. Hingga saat ini ada 170 lembaga dari dalam maupun luar
Universitas Sanata Dharma yang menggunakan pelayanan P2TKP ini.
Akibat dari perkembangan ragam pelayanan P2TKP ini
menimbulkan beberapa masalah. Salah satu contoh permasalahannya ada
dalam bagian pelayanan Testing atau Asesmen, yaitu waktu pelayanan
untuk pemeriksaan dan pemerolehan hasil test menjadi lama. Lamanya
pemeriksaan dan pemerolehan test tersebut dikarenakan proses yang
dilakukan lembaga P2TKP ini masih secara manual dan dilakukan oleh
tenaga kerja yang sedikit, kadang kala meminta bantuan mahasiswa untuk
melakukan pemeriksaan test, selain itu faktor kelelahan dari tenaga kerja
juga mempengaruhi ketepatan hasil dari test tersebut.
Masalah lain yang timbul adalah lembar jawaban hasil test yang
telah diperiksa dan dinilai semakin lama semakin menumpuk dan tidak
P2TKP yang merupakan bukti bahwa seseorang telah melakukan test. Hal
ini menyebabkan ketidakefisienan ruang penyimpanan dan tentu saja akan
mengalami kesulitan ketika melakukan pencarian data tertentu.
Berdasarkan beberapa masalah yang dialami lembaga P2TKP di atas,
maka penulis tertarik untuk mengimplementasikan sebuah Aplikasi MSDT
(Management Style Diagnostic Test) berbasis web yang berfungsi untuk melakukan pemeriksaan dan pemerolehan hasil test secara otomatis, cepat
dan akurat serta mengefisiensikan ruang penyimpanan data, sehingga dapat
memaksimalkan kinerja pelayanan di lembaga P2TKP tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
menjadi sebagai berikut :
a. Bagaimana membuat sebuah aplikasi MSDT (Management Style Diagnostic Test) dengan hasil yang tepat untuk memaksimalkan kinerja lembaga P2TKP dalam pemeriksaan dan pemerolehan hasil
test?
1.3 Batasan Masalah
Dalam mengimplementasikan sistem informasi ini terdapat beberapa
batasan sebagai berikut:
1. Sistem yang dibuat membahas tentang test MSDT (Management Style Diagnostic Test) .
2. Sistem yang dibuat terbatas untuk P2TKP Universitas Sanata Dharma.
3. Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Java dan
database MySQL.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penulisan tugas akhir adalah membuat suatu aplikasi untuk
lembaga P2TKP Universitas Sanata Dharma dalam mengolah hasil dari tes
MSDT seseorang dengan lebih cepat dan sistematis.
Adapun manfaat penelitian ini adalah dapat memaksimalkan kinerja
lembaga P2TKP dalam mengolah hasil dari test MSDT dengan cepat dan
tepat.
1.5 Metodologi Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi Lapangan
Dalam studi lapangan ini penulis melakukan observasi langsung ke
P2TKP dan melakukan wawancara dengan kepala lembaga P2TKP yaitu
lembaga P2TKP dan bentuk solusi aplikasi seperti apa yang cocok untuk
menangani masalah yang ada.
2. Pengembangan Perangkat Lunak dengan metode FAST
Metode yang penulis pakai adalah metode FAST (Framework for the Aplication of System Thinking) (Whitten, 2004). dengan dilakukan beberapa langkah berikut ini :
a. Analisis Sistem
 Scope definiton ( Definisi Lingkup )
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah mendefinisikan
ruang lingkup dengan cara menganalisa sistem pemeriksaan
dan pemerolehan hasil test intelegensi di lembaga P2TKP
yang ada saat ini melalui wawancara dan observasi.
 Problem analysis ( Analisa Permasalahan )
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah analisa masalah
yang ada pada sistem pemeriksaan dan pemerolehan hasil tes
MSDT di lembaga P2TKP saat ini dan merumuskannya
dalam PIECES dan dalam tabel sebab akibat, sehingga
diperoleh gambaran sistem baru yang akan dibuat.
 Requirement analysis ( Analisa Kebutuhan )
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi
kebutuhan sistem, dengan cara mengumpulkan data
kebutuhan – kebutuhan yang kemudian dimodelkan dalam
b. Perancangan Sistem
1. Logicaldesign
Mengorganisasikan objek dan mengidentifikasi relasi dengan
class diagram.
2. Physicaldesignandintegration
a. Memodelkan interaksi objek dan behavior yang mendukung
use case skenario dengan sequencediagram.
b. Mengubah objek model yang mencerminkan lingkungan
implementasi dengan classdiagram. c. Construction and testing
Mengimplementasikan rancangan ke dalam suatu program
menggunakan JSP dan MySql sebagai basis datanya. Melakukan
uji coba alpha test
3. Uji coba sistem ke user (lembaga P2TKP).
Melakukan uji coba beta test dengan pihak lembaga P2TKP.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan secara keseluruhan adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan dasar-dasar teori yang digunakan dalam
mendukung penulisan tugas akhir, antara lain : dasar teori MSDT,
metodologi FAST, database, JAVA dan MySQL.
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini menjelaskan tentang rancangan sistem, rancangan desain,
rancangan proses, rancangan antarmuka, dan rancangan database.
BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM
Pada bab ini menjelaskan tentang implementasi rancangan sistem ke
dalam suatu program atau pembahasan program.
BAB V ANALISA HASIL
Pada bab ini berisi tentang analisa dan pembahasan hasil yang
dilakukan terhadap implementasi yang telah dibuat.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang menjawab rumusan
masalah serta saran yang diberikan dalam pengembangan sistem di masa
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Berbasis Web
2.1.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Berbasis Web
Sistem informasi berbasis web adalah suatu sistem di dalam suatu
organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi
harian, mendukung operasi, bersifat managerial dan kegiatan strategi
dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan
laporan-laporan yang diperlukan dengan interaksi secara langsung dan
beroperasi pada sebuah browser aplikasi dan teknologi internet
(Whitten, 2005).
2.2
Metodologi
FAST
Metodologi pengembangan sistem (system development methodology) adalah proses pengembangan sistem yang sangat formal dan akurat yang mendefinisikan sekumpulan aktivitas, metode, praktek-praktek
terbaik, penyampaian, dan alat terotomasi yang digunakan oleh
pengembang sistem dan manajer proyek untuk mengembangkan dan
memelihara sistem dan software informasi. Salah satu metodologi
pengembangan sistem yang umum dipakai adalah metodologi FAST
Metodologi FAST (Framework for the Application of System Thinking) merupakan kerangka yang fleksibel untuk menyediakan tipe-tipe berbeda proyek dan strategi (Whitten, 2004). Metode ini merupakan suatu
proses standar atau metodologi yang digunakan untuk mengembangkan
dan memelihara seluruh bagian sistem informasi. Metodologi FAST
mendukung bagian pengembangan sistem dan operasi serta langkah-
langkah pendukungnya.
a. Scope Definition Phase
Fase ini adalah fase pertama proses pengembangan sistem klasik. Fase
ini biasanya terdiri dari tugas-tugas berikut :
 Mengidentifikasikan masalah-masalah dan
kesempatan-kesempatan titik tolak (baseline).
 Menegosiasikan lingkup titik tolak.
 Menilai kelayakan proyek titik tolak.
 Mengembangkan jadwal dan anggaran titik tolak.
 Mengkomunikasikan rencana proyek.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi yang akan diteliti
tingkat feasibility dan ruang lingkup proyek yaitu dengan menggunakan kerangka PIECES (Performance, Information,
Economics, Control, Efficiency, Service). Hal ini dilakukan untuk
menemukan inti dari masalah-masalah yang ada (problems), kesempatan untuk meningkatkan kinerja organisasi (opportunity), dan kebutuhan-kebutuhan baru yang dibebankan oleh pihak manajemen
atau pemerintah (directives). b. Problem Analysis Phase
Dalam metodologi - metodologi lain, fase analisis masalah
mungkin dikenal sebagai fase studi, studi sistem saat ini, fase
penyelidikan terinci atau fase analisis kelayakan. Tujuan fase analisis
cukup baik secara menyeluruh menganalisis masalah, kesempatan
dan batasannnya. Fase ini umumnya terdiri dari tugas-tugas berikut :
 Memahami bidang masalah.
 Menganalisis masalah-masalah dan kesempatan-kesempatan.
 Menganalisis proses-proses bisnis.
 Menentukan tujuan-tujuan perbaikan sistem.
 Memperbaharui atau mengasah rencana proyek.
 Mengkomunikasikan penemuan-penemuan dan
rekomendasi-rekomendasi.
Pada tahap ini akan diteliti masalah-masalah yang muncul pada sistem
yang ada sebelumnya. Dalam hal ini project charter yang dihasilkan
dari tahapan preliminary investigation adalah kunci utamanya. Hasil dari tahapan ini adalah peningkatan performa sistem yang akan
memberikan keuntungan dari segi bisnis perusahaan. Hasil lain dari
tahapan ini adalah sebuah laporan yang menerangkan tentang
problems, causes, effects, dan solution benefits.
c. Requirement Analysis Phase
Fase ini menentukan kebutuhan bisnis bagi sistem yang baru.
Dalam metodologi yang berbeda-beda, fase ini dapat disebut fase
definisi atau fase desain logis. Fase ini biasanya mencakup
tugas-tugas berikut :
 Mengidentifikasi dan menyatakan kebutuhan sistem.
 Memperbaharui atau memperhalus rencana proyek.
 Mengkomunikasikan pernyataan kebutuhan.
Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan prioritas dari
kebutuhan-kebutuhan bisnis yang ada. Tujuan dari tahapan ini adalah
mengidentifikasi data, proses dan antarmuka yang diinginkan
pengguna dari sistem yang baru. Alat bantu untuk memahami
kebutuhan bisnis yang ada adalah dengan pemodelan use case.
d. Logical Design Phase
Fase ini mendokumentasikan kebutuhan bisnis dengan
menggunakan model-model sistem yang menggambarkan struktur
data, proses bisnis, aliran data dan antarmuka pengguna. Fase ini
umumnya mencakup tugas-tugas berikut :
 Menstruktur kebutuhan fungsional.
 Prototipe kebutuhan fungsional.
 Validasi kebutuhan fungsional.
 Menentukan penerimaan test case.
Tujuan dari tahapan ini adalah mentransformasikan
kebutuhan-kebutuhan bisnis dari fase requirements analysis kepada sistem model yang akan dibangun nantinya. Dengan kata lain pada fase ini akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar penggunaan teknologi (data,
process, interface) yang menjamin usability, reliability, completeness,
Maksud dari fase ini adalah untuk mengenali solusi kandidat,
menganalisa solusi kandidat tersebut dan merekomendasi sebuah
sistem target yang akan dirancang, dibangun dan
diimplementasikan. Fase ini umumnya mencakup tugas berikut :
 Mengidentifikasi solusi kandidat.
 Menganalisa solusi kandidat.
 Membandingkan solusi kandidat.
 Memperbaharui rencana proyek.
 Merekomendasikan solusi sistem.
Pada tahap ini akan akan dipertimbangkan beberapa kandidat dari
perangkat lunak dan keras yang nantinya akan dipilih dan dipakai
dalam implementasi sistem sebagai solusi atas problems dan
requirements yang sudah didefinisikan pada tahapan-tahapan sebelumnya.
f. Physical Design and Integration Phase
Physical design menerjemahkan bisnis user requirement ke dalam sistem model yang menggambarkan implementasi teknik dari bisnis
user requirement Sinominnya adalah technical design atau penjelasan output, implementation model. Physical design berfokus
pada view yang berbasis teknologi dari system yang meliputi :
 Physical database design specification.
Tujuan dari tahapan ini adalah mentransformasikan kebutuhan bisnis
yang direpresentasikan sebagai logical design menjadi physical design
yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam membuat sistem
yang akan dikembangkan. Jika di dalam logical design tergantung kepada berbagai solusi teknis, maka physical design merepresentasikan solusi teknis yang lebih spesifik.
g. Construction and Testing Phase
Mulai mengkonstruksi dan menguji komponen-komponen sistem
untuk desain. Ada dua tujuan fase ini yaitu :
 Membangun dan menguji sebuah sistem yang memenuhi
persyaratan bisnis dan spesifikasi desain fisik.
 Mengimplementasikan interface antara sistem yang baru
dengan sistem yang telah ada.
h. Installation and Delivery Phase
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah instalasi sistem,
training user, manual sistem, mengkonversi file dan database yang ada ke dalam database yang baru, final testing dan menyiapkan prosedur konversi. Setelah sistem dioperasikan, perlu system support yang berkesinambungan untuk sisa siklus hidupnya yang berguna dan
produktif. Dukungan sistem terdiri dari aktivitas - aktivitas
berkesinambungan berikut :
 Membantu para pengguna.
 Mengembalikan keadaan semula sistem.
Mengadaptasikan sistem pada persyaratan baru.
2.3
Desain Sistem
2.3.1 Use Case
Use case adalah sebuah diagram yang menggambarkan interaksi antara sistem dengan eksternal sistem dan pengguna. Secara grafik
digambarkan dalam bentuk elips dengan nama use case tertera didalamnya (Whitten, 2004). Gambar dibawah ini merupakan simbol
use case.
Gambar 2.2 Simbol Use Case
Pengguna / aktor merupakan segala sesuatu yang perlu
berinteraksi dengan sistem untuk pertukaran informasi. Dapat berupa
orang, organisasi atau sistem informasi yang lain atau juga suatu waktu
kejadian (Whitten, 2004). Gambar dibawah ini merupakan simbol
Gambar 2.3 Simbol Aktor
Use case depends on relationship merupakan sebuah relasi use case yang menentukan bahwa use case yang lain harus dibuat sebelum
use case yang sekarang. Digambarkan sebagai anak panah yang dimulai dari suatu use case dan menunjuk ke use case yang depend on
kepadanya. Setiap relasi depend on diberi label “<<depend on>>”. Gambar dibawah ini merupakan simbol depend on.
Gambar 2.4 Simbol Depend On
2.3.2 Diagram Sequential
Diagram sequential adalah diagram UML yang memodelkan
diantara objek dalam urutan waktu (Whitten, 2004). Ada 3 simbol objek
yang digunakan dalam diagram ini, diantaranya adalah :
a. Objek antarmuka / interface object merupakan objek yang menyediakan peralatan dimana pengguna dapat mengantarmuka
dengan sistem tersebut. Contohnya adalah sebuah window,
dialogue box, atau screen. Untuk aktor bukan manusia, application program interface (API) adalah objek antarmuka (Whitten, 2004).
Gambar 2.5 Objek Antarmuka
b. Objek control / control object merupakan objek yang berisi logika aplikasi yang bukan merupakan tanggung jawab objek entiti.
Contoh logika tersebut adalah aturan dan perhitungan bisnis yang
melibatkan banyak objek. Objek kontrol mengkoordinasi pesan
antara objek antarmuka dan objek entiti dan sekuensi dimana pesan
terjadi (Whitten, 2004).
c. Objek entiti/entity object merupakan objek yang berisi informasi
yang berhubungan dengan bisnis yang bersifat menetap dan
disimpan pada sebuah database (Whitten, 2004).
Gambar 2.7 Objek Entiti
2.3.3 Diagram Kelas / Class Diagram
Diagram kelas menggambarkan struktur objek sistem. Diagram
ini menunjukkan kelas objek yang menyusun sistem dan juga
hubungan antara kelas objek tersebut. Diagram kelas membantu
pengembang mendapatkan struktur sistem dan menghasilkan rancangan
sistem yang baik.
Class / kelas adalah deskripsi dari sekumpulan obyek yang berbagi atribut,operasi,hubungan dan semantik yang sama. Kelas
mengimplementasikan satu atau lebih interface. Kelas digambarkan sebagai persegi panjang, biasanya termasuk didalamnya nama,atribut
dan operasi, seperti gambar dibawah ini.
Ada 4 macam hubungan dalam UML. Hubungan ini adalah dasar
dari pembangunan relasional dari UML. Anda mengunakannya untuk
menulis bentuk model yang baik. 4macam hubungan ini adalah :
1. Dependency
Dependency / ketergantungan adalah hubungan semantik antara dua hal di mana perubahan ke satu hal (hal yang
independen) dapat mempengaruhi secara semantik hal lain
(hal yang tergantung). Dependency ini dapat digambarkan sebagai garis putus-putus, mungkin terarah, kadang-kadang
termasuk label seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.9 Hubungan Dependency
2. Association
asosiasi adalah hubungan struktural yang menggambarkan
satu set link, link yang kemudian menjadi hubungan antar
objek. Agregasi adalah jenis khusus dari asosiasi, yang
mewakili hubungan struktural antara keseluruhan dan
bagian-bagiannya. Asosiasi dapat digambarkan sebagai garis padat,
mungkin terarah, kadang-kadang termasuk label, dan sering
mengandung tambahan lain, seperti nama, keanekaragaman /
Gambar 2.10 Hubungan Association
3. Generalization/ Generalisasi
Generalisasi adalah hubungan spesialisasi / generalisasi di
mana obyek yang memiliki elemen khusus (anak) yang
disubstitusikan untuk objek elemen umum (orangtua). Dengan
cara ini, anak berbagi struktur dan perilaku orangtua.
Hubungan generalisasi dapat digambarkan sebagai garis solid
dengan panah berongga yang menunjuk ke orang tua seperti
gambar dibawah ini.
Gambar 2.11 Hubungan Generalization
4. Realization
Realisasi adalah hubungan semantik antara pengklasifikasi,
dimana satu classifier menentukan kontrak sedangkan
classifier yang lain memberikan jaminan untuk melaksanakan.
Anda akan menemukan hubungan realisasi di dua tempat:
antara interface dan kelas-kelas atau komponen yang
mengetahui mereka, dan antara use case dan kolaborasi yang mewujudkannya. Hubungan realisasi dapat digambarkan
sebagai persilangan antara generalisasi dan hubungan
Gambar 2.12 Hubungan Realization
2.3 Java Server Pages (JSP)
Pada subbab ini akan dijelaskan tentang Java Server Pages. Pembahasannya meliputi gambaran JSP secara umum, arsitektur JSP, Web
Container dan JVM.
2.3.1 Pengertian JSP
Java Server Pages (JSP) adalah bahasa scripting untuk web programming yang bersifat server side seperti halnya PHP dan ASP.
JSP dapat berupa gabungan antara baris HTML dan fungsi-fungsi dari
JSP yang disisipkan. JSP merupakan suatu teknologi web berbasis
bahasa pemrograman Java dan berjalan di platform java, serta
merupakan bagian teknologi J2EE (Java 2 Enterprise Edition). JSP sangat tangguh dan sesuai untuk menangani permintaan client di web.
2.3.2 Arsitektur JSP
JSP merupakan bagian dari J2EE dan khususnya merupakan
komponen web dari aplikasi J2EE secara keseluruhan. JSP juga
memerlukan JVM (Java Virtual Machine) supaya dapat berjalan, yang berarti juga mengisyaratkan keharusan menginstal JVM di server,
dimana JSP akan dijalankan. Selain JVM, JSP memerlukan web server
Gambar 2.13 Alur JSP
Tujuan dari adanya spesifikasi JSP dalam J2EE API adalah untuk
menyederhanakan pembuatan halaman web yang bersifat dinamis,
dengan cara memisahkan content dan presentasi dari halaman web
tersebut. Pada saat JSP dipanggil oleh client melalui web browser, JSP
tersebut akan di compile terlebih dahulu menjadi sebuah Servlet,
kemudian hasilnya dikembalikan kepada client.
Gambar 2.14 Alur Kerja JSP
2.3.3 Web Container
dengan Servlet dan JSP. Selain menjadi service oleh Java Application Server, Web Container dapat berdiri sendiri. Contoh Web Container
adalah Tomcat, ServletExec, Resin, Jrun, Blazix. Web Container juga dapat bekerja sama dengan web server, misalnya Tomcat dengan Apache, JRUN dengan IIS.
2.3.4 Java Virtual Machine (JVM)
Sebelum menginstal Web Container sebagai prasyarat untuk menjalankan JSP, maka kita terlebih dahulu harus menginstal Java VirtualMachine. JavaVirtual Machine adalah software yang berfungsi untuk menterjemahkan program Java supaya dapat dimengerti oleh
Komputer. Untuk menginstal JVM kita memerlukan JDK (Java Development Kit) karena kita memerlukan class - class API untuk
development.
2.4 MySQL
MySQL merupakan database yang paling populer. MySQL
didistribusikan secara gratis di bawah lisensi GPL (General Public License
), sehingga setiap orang bebas menggunakan MySQL, namun tidak boleh dijadikan produk yang bersifat komersial.
MySQL sebenarnya merupakan turunan dari database SQL
(Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian
memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara
otomatis. Sistem database sangat handal dalam melakukan proses perintah
SQL, yang dibuat oleh pengguna maupun aplikasinya.
MySQL memiliki keunggulan antara lain :
1. Dapat menangani jutaan pengguna dalam waktu yang bersamaan.
2. Mampu menampung lebih dari 50.000.000 record. 3. Dapat mengeksekusi perintah dengan cepat.
Memiliki user system yang mudah dan efisien.
2.5 Test dan Pengukuran
Dilihat dari wujud fisiknya, suatu test tidak lain daripada sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan yang
akan memberikan informasi. Batasan seperti ini tentu agak terlalu
sederhana, karena pada kenyataannya tidak sembarang kumpulan
pertanyaan cukup berharga untuk dinamai test. Banyak syarat – syarat
kualitas yang harus dipenuhi oleh rangkaian pertanyaan atau tugas itu agar
dapat disebut sebagai test.
Dengan menekankan syarat kualitas yang utama, Anne Anastasi
dalam bukunya Psychological Testing (1976) mengatakan bahwa test pada dasarnya adalah suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap
sampel perilaku. Sedangkan Brown (1976) mengatakan bahwa test adalah
suatu prosedur yang sistimatis guna mengukur sampel perilaku seseorang.
yang dikemukakannya dalam buku Essentials of Phychological Testing,
yaitu : “...a systematic procedur for observing a person’s behavior and
describing it with the aid of a numerical scale or a category system”
(Cronbach,1970).
Dari batasan – batasan mengenai test diatas, dapatlah ditarik beberapa
kesimpulan perngertian, antara lain :
1. Test adalah prosedur yang sistematis, artinya (a) item – item dalam
test disusun menurut cara dan aturan tertentu, (b) prosedur
administrasi dan pemberian angka (skoring) test harus jelas dan
dispesifikasikan secara terperinci, dan (c) setiap orang yang
mengambil test itu harus mendapat item – item yang sama dan
dalam kondisi yang sebanding.
2. Test berisi sampel perilaku, artinya (a) betapapun panjangnya suatu
test isi yang tercakup didalamnya tidak akan lebih dari seluruh
item yang mungkin ada, dan (b) kelayakan suatu test tergantung
pada sejauh mana item – item didalam test itu mewakili secara
representatif kawasan (domain) perilaku yang diatur.
3. Test mengukur perilaku, artinya item – item dalam test
menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau
apa yang telah dipelajari subjek dengan cara menjawab item –
item atau mengerjakan tugas – tugas yang dikehendaki oleh test.
Sedangkan beberapa hal yang tidak tercakup dalam batasan test adalah
1. Test tidak memberi spesifikasi formatnya, artinya test dapat
disusun dalam berbagai bentuk dan tipe sesuai dengan tujuan dan
maksud diadakannya test.
2. Test tidak membatasi isi yang dapat dicakupnya, artinya test dapat
melakukan fungsi ukur terhadap hasil belajar, abilitas, kemampuan
khusus atau bakat, inteligensi, dan sebagainya sesuai dengan
maksud apa test itu dibuat.
3. Subjek yang dikenai test tidak perlu dan harus tahu kalau ia sedang
dikenai test. Lebih lanjut, subjek tidak selalu perlu tahu aspek
psikologis apa yang sedang diukur dari dirinya.
Pengukuran (measurement) mempunyai arti yang sering dipertukarkan dengan pengertian test. Hal demikian adalah lazim dikarenakan pemakaian
istilah test dan istilah pengukuran seringkali tidak mengandung perbedaan
arti dalam situasi – situasi tertentu. Sebagian ahli membatasi test sebagai
suatu prosedur khusus yang merupakan bagian dari pengukuran secara
keseluruhan. Tyler (1971) membatasi pengukuran sebagai :
“...assignment of numerals according to rules”. Suatu ciri pokok dalam
pengukuran, sebenarnya, adalah adanya perbandingan. Jadi pengukuran
adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan suatu alat
pengukur secara deskriptif, tidak evaluatif. Maksud deksriptif adalah
menyatakan hasil ukur hanya dengan satuan atau besaran ukurnya saja tanpa
memberi penilaian kualitatif. Misalnya dalam mengukur panjang sebuah
sentimeter dan meter itu merupakan hasil pengukuran yang tidak diikuti
oleh pernyataan apakah sekian sentimeter itu adalah panjang atau pendek,
karena panjang dan pendek merupakan hasil evaluasi bukan hasil
pengukuran.
Karena alat test sekaligus merupakan alat ukur, maka istilah
pengetesan kerap kali menggantikan istilah pengukuran, dan sebaliknya.
Dalam hal ini yang penting adalah mengetahui dimana penggunaan kedua
istilah tersebut yang tepat, dimana penggunaan kedua istilah itu dapat
dipertukarkan atau saling menggantikan, dan dimana kedua istilah itu harus
dibedakan karena mungkin akan menimbulkan salah pengertian.
2.5.1 Klasifikasi Test dalam Psikologi
Cara pembagian jenis test ini dapat kita kutip dari seorang ahli
yang bernama Cronbach (1976). Cronbach membagi test menjadi dua
golongan besar, yaitu test yang mengukur performansi maksimal
(maximum performance) dan test yang mengukur performasi tipikal (typical performance).
1. Test yang mengukur performansi maksimal
Test ini dirancang untuk mengungkap apa yang dapat
dilakukan oleh subjek dan seberapa baik ia dapat melakukannya.
Dalam penyajiannya, subjek selalu didorong untuk berusaha sebaik
mungkin. Kesiapan, motivasi, dan keinginan berusaha di pihak
subjek sangat penting artinya dalam mengerjakan test jenis ini.
pemberian skor pun seringkali harus diberitahukan sebelumnya
kepada subjek, demikian juga batas waktu pengerjaan dan
semacamnya. Dalam hal ini hanya pendekatan dan strategi
penyelesaian soal yang tidak diberitahukan pada subjek. Yang
termasuk dalam jenis test yang mengukur performansi maksimal
adalah test intelegensi, test kemampuan khusus (test bakat), test
profisiensi, dan semacamnya.
2. Test yang mengukur performansi tipikal
Test jenis ini disusun untuk mengungkap apa yang cenderung
dilakukan oleh subjek dalam situasi – situasi tertentu. Jadi test ini
tidak dimaksudkan guna mengukur apa yang dapat atau mampu
dilakukan oleh subjek, tetapi mengungkap apa yang dilakukannya.
Biasanya subjek tidak mengetahui jawaban bagaimana yang
diharapkan darinya. Stimulus dalam pernyataan test jenis ini sering
kali tidak mempunyai struktur yang jelas sehingga subjek sukar
untuk menebak jawaban terbaik yang harus diberikan, dan subjek
tidak mengetahui bagaimana jawabannya nanti akan diberi skor
atau nilai. Termasuk golongan jenis test yang mengukur minat
(interest), test yang mengukur sikap, skala – skala kepribadian, dan semacamnya.
Klasifikasi umum yang banyak digunakan dalam bidang psikologi
sebagai dasar penggolongan test adalah klasifikasi yang membagi jenis
1. Test yang mengukur intelegensi umum (general intelligence), yang biasanya juga dikenal sebagai test IQ. Test ini merupakan test
standart yang harus sudah memenuhi berbagai persyaratan kualitas.
Walaupun pengertian test inteligensi akan menghasilkan suatu
angka IQ, hal ini dikarenakan IQ memang bukan satu – satunya
cara menyatakan tingkat inteligensi. Pada beberapa macam test
inteligensi hasilnya cukup dinyatakan dalam bentuk penggolongan
kecerdasan tanpa perlu melakukan perhitungan IQ.
2. Test yang mengukur kemampuan khusus (special ability test). Test ini disebut juga test bakat dan dimaksudkan untuk mengungkap
kemampuan potensial atau kemampuan yang belum muncul pada
diri subjek. Kemampuan yang diungkap merupakan kemampuan
khusus yang dilihat secara relatif terhadap kemampuan –
kemampuan lainnya.
Dari hasil test jenis ini diharapkan dapat diperoleh suatu prediksi
mengenai keberhasilan subjek di bidang tertentu apabila ia diberi
kesempatan untuk menunjukkan prestasinya di bidang tersebut.
3. Test yang mengukur prestasi (achievement test). Test prestasi dimaksudkan sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual
sebagai hasil belajar (learning). Sebagai alat pengungkap prestasi, test jenis ini mempunyai berbagai fungsi dalam proses pendidikan.
sesungguhnya istilah test tidak begitu tepat untuk dipakai, karena
hasil pengukuran mengenai kepribadian umumnya tidak digunakan
untuk membandingkan individu yang satu dengan yang lain secara
kuantitatif. Hasil pengukuran kepribadian dinyatakan dalam bentuk
deskripsi kualitatif yang kemudian diikuti oleh kategorisasi
menurut aspek kepribadian mana yang diungkap. Karena itu,
pertanyaan – pertanyaan dalam suatu alat ungkap kepribadian pun
akan dijawab oleh jawaban – jawaban atau pernyataan – pernyataan
yang tidak dapat dinilai sebagai benar atau salah. Setiap jawaban
adalah bersifat indivialis dan merupakan karakteristik dalam diri
subjek itu sendiri.
2.6
MSDT (
Management Style Diagnostic Test
)
MSDT adalah test yang digunakan untuk mengukur Gaya
Kepemimpinan seseorang yang didasarkan pada teori 3 Dimensi yang
dikemukakan oleh W.J Reddin. Profesor Bill Reddin telah melakukan
terobosan untuk ke tingkat selanjutnya dari teori kepemimpinan yang
praktis. Ia mengembangkan metode yang relatif sederhana untuk mengukur
“tuntutan situasional” yaitu, hal – hal yang menentukan bagaimana seorang
manajer harus bertindak secara efektif.
Model Reddin ini berdasarkan dua dimensi dasar dari kepemimpinan
yang diidentifikasi oleh pelajar dari Ohio State. Dua dimensi dasar tersebetu
(Relationship - Orientation). Namun Reddin memperkenalkan dengan apa yang disebut dimensi ketiga yaitu Efektivitas (Effectivenness). Efektivitas adalah apa yang dihasilkan ketika seseorang menggunakan gaya
kepemimpinan yang tepat untuk situasi tertentu.
Reddin kemudian mengidentifikasi ada empat gaya kepemimpinan
dalam efektivitas yang tinggi dan 4 gaya dalam efektivitas yang rendah,
yang mana gaya efektivitas kepemimpinan mana yang sesuai
dengantuntutan situasi. Jadi seorang manager harus dapat menunjukkan
Orientasi Tugas (Task - Orientation) yang tinggi dan Orientasi Hubungan (Relationship - Orientation) yang rendah dimana gaya yang diperlukan tersebut telah dikenal sebagai otokrat Kebajikan (Benevolent Autocrat), sementara seorang manajer yang menerapkan gaya tersebut dimana situasi
tidak menyebutnya karena itu dia diberi label sebagai otokrat(Autocrat). Pada dasarnya, mengetahui gaya kepemimpinan dapat membantu kita
untuk mengadopsinya dalam situasi yang berbeda. Meskipun mungkin ada
satu gaya kepemimpinan yang dominan secara keseluruhan bagi seseorang,
dia tidak dapat hanya selalu menempel pada satu gaya tertentu saja. Beralih
diantara gaya kepemimpinan diperlukan dalam berbagai situasi manajemen
proyek untuk meraih sukses.
Bill Reddin memperkenalkan model gaya kepemimpinan yang berisi
1. Hubungan orientasi (Relationship Orientation) tinggi dan hubungan tugas (Task Orientation) tinggi yang disebut Type Terpadu(Integrated Type).
2. Hubungan orientasi (Relationship Orientation) tinggi dan hubungan tugas (Task Orientation) yang rendah yang disebut Type Istimewa (Related Type).
3. Hubungan orientasi(Relationship Orientation) yang rendah dan hubungan tugas (Task Orientation) yang tinggi yang disebut Type Berdedikasi (Dedicated Type).
4. Hubungan orientasi (Relationship Orientation) yang rendah dan hubungan tugas (Task Orientation) yang rendah yang disebut Type Terpisah (Separated Type).
Selanjutnya, dengan mengukur tingkat efektivitas setiap gaya Reddin,
Gambar 2.15 Diagram 8 Gaya Kepemimpinan
Tabel dibawah ini menunjukkan gaya kepemimpinan yang Kurang
Efektif dan yang lebih Efektif setiap tipe dasar
Tabel 2.1 8 Gaya Kepemimpinan
Less Effective
(Kurang Efektif)
Basic type
(tipe dasar)
More Effective
(Lebih Efektif)
Desserter SEPARATED Bureaucratic
Autocratic DEDICATED Benevolent Autocratic
Compromiser INTEGRATED Executive
2.6.1Dasar Tipe Terpisah (Separated basic types)
a. Desserter : Gaya kepemimpinan kurang efektif (LESS EFFECTIVE LEADERSHIP STYLE)
Ini pada dasarnya adalah pendekatan hand – off atau laisser-faire : menghindari keterlibatan atau intervensi. Asumsi bersikap netral
pada selama sehari, mencari jalan lain untuk menghindari
pemberlakuan aturan, menjaga supervisor dan bawahannya;
pencegahan perubahan dan perencanaan.
Kegiatan dilakukan oleh manajer, yang menggunakan pendekatan
ini cenderung menjadi defensif. Seseorang yang mencapai nilai
tertinggi mungkin akan merugikan untuk tugas – tugas manajerial
atau mungkin telah mulai kehilangan minat dalam tugas – tugas
tersebut. Ini tidak berarti mereka adalah manajer yang buruk hanya
coba mempertahankan status quo.
b. Bureucratic : Gaya kepemimpinan yang lebih efektif (MORE EFFECTIVE LEADERSHIP STYLE)
Ini adalah pendekatan legalistik dan prosedural : kepatuhan
terhadap aturan dan prosedur; penerimaan hirarki kewenangan;
preferensi jalur komunikasi formal/ skor tinggi cenderung lebih
kebijakan yang jelas, aturan didefinisikan dengan baik dan
menerapkan kriteria kinerja yang obyektif dan universal. Karena
mereka bersikeras pada sistem rasional, manajer ini mungkin
terlihat sebagai otokratis, kaku atau rewel. Karena ketergantungan
mereka pada aturan dan prosedur, mereka hampir tidak dapat
dibedakan dari manajer otokratis.
2.6.2Dasar Tipe Terhubung (Related Basic Types)
a. Missionary : Gaya kepemimpinan kurang efektif (LESS EFFECTIVE LEADERSHIP STYLE)
Gaya ini merupakan pendekatan yang afektif. Gaya ini
menekankan pada suasana positif dan keserasian di tempat kerja.
Pencetak skor paling tinggi sensitif dan peduli terhadap kebutuhan
pribadi bawahannya. Mereka mencoba memberikan yang terbaik
yang dapat mereka lakukan. Dukungan tingkah laku merupakan
komponen positif dari gaya ini. Yang memiliki gaya ini mungkin
akan menghindari atau mendamaikan jika terjadi konflik, mereka
merasa tidak nyaman dalam memaksakan sesuatu dan menemukan
kesulitan dalam menolak permintaan, atau membuat penilaian yang
jujur.
Gaya ini merupakan pasangan tujuan dari gaya misionaris.
Tujuannya dalam arti bahwa kepedulian terhadap seseorang
dilakukan dengan profesional. Gaya ini mengijinkan bawahan
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan diberi
kesempatan untuk mengekspresikan pandangan mereka dan untuk
mengembangkan potensi mereka. Kontribusi mereka yang
memiliki gaya ini diakui dan diberi perhatian lebih terhadap
pengembangan mereka. Mereka yang memiliki skor tertinggi
cenderung optimis tentang keinginan orang - orang yang ingin
berkerja dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan mereka pada
bawahan adalah kolegial. Mereka ingin berbagi pengetahuan dan
keahlian dengan bawahana mereka dan bangga dalam menemukan
dan mempromosikan bakat.
2.6.3Dasar Tipe Berdedikasi (Dedicated Basic Types)
a. Autocratic : Gaya Kepemimpinan kurang Efektif ( LESS
EFFECTIVE LEADERSHIP STYLE )
Ini adalah intruksi dan pengendalian pendekatan. Kepedulian untuk
produksi dan output melampaui hubungan dan kepedulian terhadap
pekerja. Manajer ynag mendapatkan skor tinggi cenderung bersifat
formal. Mereka memberikan tugas kepada bawahan dan melihat
pelaksanaannya dengan ketat.kesalahan tidak ditoleransi, dan
penyimpangan terhadap tujuan atau perintah lain adalah dilarang.
untuk menjelaskan atau membenarkan keputusan tersebut. Mereka
meminimalisaski interaksi dengan orang lain, atau membatasi
komunikasi hanya untuk komunikasi yang penting dari tugas yang
dikerjakannya. Mereka mempercayai pada tanggung jawab
individu dan mempertimbangkan pertemuan kelompok adalah
membuang waktu. Mereka cenderung formal, lugas dan kritis. Oleh
karena itu, meraka biasanya dianggap sebagai seseorang yang
dingin dan sewenang – wenang.
b. Benevolent Autocratic : gaya kepemimpinan lebih efektif
(MORE EFFECTIVE LEADERSHIP STYLE )
Gaya ini adalah pasangan yang komunikatif dari gaya autocratic. Sesoeorang yang memiliki skor tinggi dari gaya ini biasanya dilihat
sebagai master tugas yang mendedikasikan diri mereka untuk
tercapainya target produksi. Mereka menikmati dalam hal
menangani masalah operasinal dan mungkin kurang memiliki
kesabaran dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan
orang lain (public relation). Mereka tetap berhubungan dengan bawahan mereka, memberi intruksi / memerintahkan bawahan
mereka, dan membantu bawahan dalam mengatasi masalah
operasional. Mereka menyusun pekerjaan sehari hari, menetapkan
tujuan untuk memberikan perintah atau mendelegasikannya dengan
memberikan teguran, tetapi melakukannya secara adil dan tanpa
menimbulkan kemarahan dari bawahannya.
2.6.4Dasar Tipe Terpadu (Integrated Basic Types)
a. Compromiser : Gaya kepemimpinan yang kurang efektif (LESS
EFFECTIVE LEADERSHIP STYLE)
Merupakan orientasi dari hubungan manusia dan orientasi
tugasnya. Namun ada kesulitan dalam mengintegrasikan kedua hal
tersebut. Oleh karena itu, orang yang termasuk ke dalam gaya ini
biasanya akan terombang ambing antara tugas dengan hubungan
manusia. Untuk mengurangi tekanan langsung, mereka mungkin
akan mencoba untuk berkompromi dengan solusi atau
kebijaksanaan. Mereka mungkin akan sensitif terhadap
pertimbangan realitas yang mungkin akan sitemui, dan bersedia
untuk menunda tugas yang mereka miliki untuk alasan apapun,
baik itu internal maupun eksternal. penilaian yang realistis dari
situasi mereka mungkin menjelaskan mengapa mereka tidak
menggunakan pendekatan yang sebenarnya mereka sukai, yaitu
pendekatan eksekutif.
b. Executive : Gaya Kepemimpinan Lebih Efektif (MORE EFFECTIVE LEADERSHIP STYLE)
Pendekatan ini mengintegrasikan orientasi tugas dan orientasi
hugungan manusia dalam menanggapi permintaan realistis. Cara
pendekatan pemecahan sebuah masalah. Pendekatan ini yang
dituntut dalam mengelola operasi yang membutuhkan eksplorasi
solusi alternatif, penyatuan sumber daya yang berbeda, dan
mengintegrasikan perspektif yang berlawanan. Mereka mendukung
pendekatan tim dalam perencanaan pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan. Mereka merangsang komunikasi dengan
bawahannya, sehingga dapat memperoleh saran dan ide – ide yang
kolektif. Manajer yang menggunakan pendekatan ini biasanya
dianggap sebagai motivator yang baik yang cenderung menangani
koflik dengan terbuka da yang mencoba untuk mendapatkan
BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 ANALISA SISTEM
3.1.1 Fase Definisi Ruang Lingkup (Scope Definition Phase) 3.1.2.1 Gambaran Sistem Yang Ada Saat Ini
Pemeriksaan dan pemerolehan hasil di lembaga P2TKP saat ini
masih bersifat manual. Proses pemeriksaan test dilakukan oleh tenaga
kerja di lembaga P2TKP yang kadang masih harus dibantu oleh
beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Pemeriksaan dilakukan secara manual dengan menghitung jumlah
jawaban A dan jumlah jawaban B dari tiap peserta.
Jumlah dari jawaban tersebut nantinya akan dijumlahkan lagi
sesuai dengan tata cara perhitungan MSDT. Hasil dari perhitungan
tersebut akan direpresentasikan dalam kata – kata yang menjadi hasil
dari test MSDT ini.
Kemudian psikolog juga mewawancarai para peserta test,
kemudian hasil wawancara psikolog dan peserta test akan disertakan
3.1.2 Fase Analisis Masalah (Problem Analysis Phase)
Pemeriksaan dan pemerolehan hasil test di lembaga P2TKP
Universitas Sanata Dharma saat ini masih secara manual sehingga dapat
menimbulkan beberapa persoalan. Berikut ini persoalan – persoalan yang
muncul dan diuraikan ke dalam PIECES framework.
 Performance
Proses Pemeriksaan dan pemerolehan hasil test yang saat ini
membutuhkan waktu yang lama.
 Information
Penyimpanan informasi hasil test yang saat dilakukan tidak
tersimpan dengan baik sehingga akan membutuhkan waktu yang
lama untuk pencarian informasi tertentu.
 Economics
-
 Control
Ada kemungkinan data yang disimpan hilang atau terselip karena
banyaknya berkas yang disimpan. Selain itu media test yang
digunakan mudah rusak ataupun hilang yang akan menyebabkan
kehilangan informasi yang mungkin saja penting baik bagi pihak
pelaksana test atau peserta test.
 Efficiency
Ruang penyimpanan membutuhkan ruang / tempat yang besar karena
seseorang telah melakukan test dan juga kurang efisien waktu akses
terhadap data jika data dibutuhkan sewaktu – waktu.
 Service
Proses pada saat pemeriksaan dan pemerolehan hasil memerlukan
waktu yang lama sehingga peserta test pun tidak bisa memperoleh
hasil dengan cepat.
3.1.2.1 Analisis Sebab Akibat
Dalam tabel berikut akan dipaparkan mengenai sebab dan akibat
yang akan ditimbulkan oleh masalah-masalah yang terdapat pada
sistem yang ada saat ini.
Tabel 3.1 Analisis Sebab Akibat
Analisis Sebab Akibat Tujuan Pengembangan Sistem
Masalah Sebab dan Akibat Tujuan Sistem Batasan Sistem
1. Kesalahan
Akibat : Peserta test
tidak mendapatkan
nilai / masuk
kategori nilai yang
Mengurangi
kemungkinan
kesalahan dalam
pemeriksaan test.
tidak tepat.
2. Penyimpanan
data hasil test
kurang efisien
Sebab : berkas hasil
test tidak bisa
dibuang karena
efisien dan penuh
dengan berkas yang
tidak dapat dibuang
dan kesulitan
hasil test berupa
data digital
hasil test yang
lama.
Sebab : karena
keterbatasan petugas
yang ada, dan
permintaan test yang
banyak dari
beberapa instansi.
Akibat : para peserta
test harus menunggu
agak lama untuk
menerima hasil test.
Mempercepat
hasil test yang
3.1.2.2 Gambaran Sistem Baru
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap sistem yang
ada sekarang ini, maka dibutuhkan suatu sistem baru untuk
mensolusikan masalah-masalah yang ada pada sistem yang ada
sekarang. Sistem yang akan dikembangkan adalah sistem yang
berbasis web sehingga dapat memudahkan user untuk mengakses
sistem melalui media internet. Selain itu, sistem juga akan membuat
melakukan perhitungan dan penentuan hasil dari test psikologi
seseorang secara otomatis.
3.1.3 Fase Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis Phase)
3.1.3.1 Analisis Kebutuhan Pengguna
Sistem yang akan dikembangkan ini dapat diakses oleh 3 aktor
pengguna yaitu administrator, staff / petugas P2TKP, psikolog. Pada
tabel di bawah ini akan dijelaskan mengenai deskripsi untuk tiap-tiap
aktor pengguna :
Tabel 3.2 Deskripsi Pengguna
Aktor Deskripsi
Administrator Aktor yang memiliki hak akses
untuk menambah, mengganti