• Tidak ada hasil yang ditemukan

(sop - LEGAL.GN-014) PROSEDUR PENYELESAIAN KONFLIKTANAH & LAHAN. #{ifq,fril{i. Halaman :{dari7. Disetuiui. Direlrtur Utama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(sop - LEGAL.GN-014) PROSEDUR PENYELESAIAN KONFLIKTANAH & LAHAN. #{ifq,fril{i. Halaman :{dari7. Disetuiui. Direlrtur Utama."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR

PENYELESAIAN

KONFLIKTANAH

&

LAHAN

(soP

-

LEGAL.GN-014)

TAHDA TANGAN

Direlrtur Utama

Diberlakukan

Chief Financial

Officer

Disetuiui

M an a g em e n t Repres entati v e

Diperiksa

(2)

1. TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan petunjuk teknis untuk menanggulangi dan menyelesaikan konflik lahan di PT. Citra Borneo Indah dan anak perusahaannya dalam rangka :

a) Mengamankan dan mengembalikan fungsi kawasan perkebunan melalui penanggulangan konflik lahan.

b) Mengurangi hambatan dan gangguan dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan dari masyarakat perambah perkebunan.

c) Mengakui hak masyarakat yang hidupnya secara sosial, ekonomi dan budaya tergantung kepada kawasan hutan.

2. RUANG LINGKUP

Prosedur ini berlaku untuk upaya penanganan klaim yaitu penerimaan klaim, proses penyelesaian, dan proses kesepakatan yang tidak merugikan pihak PT. Citra Borneo Indah dan pihak pengaju tuntutan, apabila tidak dicapai kesepakatan maka akan ditempuh jalur hukum.

3. ACUAN

Tidak ada

4. DEFINISI

4.1. Klaim adalah gugatan, tuntutan, pernyataan dari individu, kelompok masyarakat, perusahaan

lain atau instansi pemerintah yang bersifat sepihak atas suatu hak atau kedudukan yang diakui sendiri oleh pihak yang menyatakan yang dapat berbentuk lisan dan/atau tertulis yang memerlukan pembuktian lebih.

4.2. Komplain adalah keluhan, tuntutan atau pernyataan ketidaksetujuan dari individu atau

kelompok masyarakat atas suatu keputusan atau kondisi tertentu yang berbentuk lisan dan/atau tertulis.

4.3. Okupasi adalah tindakan pendudukan secara fisik yang disertai dengan pengakuan oleh

individu atau kelompok masyarakat atas areal tertentu yang bersifat melawan hak. Tindakan ini adalah tindakan melawan hukum dan dapat dikenai sanksi pidana.

4.4. Overlapping adalah suatu kondisi tumpang tindih dari berbagai batasan, definisi atau

peraturan yang mengakibatkan kerancuan sehingga perlu dilakukan penetapan oleh pihak yang berwenang (authority).

5. KEBIJAKAN DASAR

5.1. Dept. Perkebunan bertanggungjawab untuk melakukan koordinasi terkait dengan kegiatan operasional dilahan selama proses penyelesaian konflik lahan berlangsung.

5.2. Kepala Wilayah dan Estate Manager bertanggungjawab memastikan teknis operasional di lapangan sesuai dengan arahan Departemen Perkebunan dan melaksanakan penyelesaian konflik lahan sesuai prosedur ini.

5.3. Dept. Legal bertanggungjawab untuk melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak-pihak berwenang terkait dengan aspek legal lahan.

(3)

6. RINCIAN PROSEDUR

6.1. Penanganan Klaim Tanggung-Jawab 6.1.1. Penerimaan Klaim

1. Sebagai informasi awal, pengajuan klaim dalam bentuk lisan dan selanjutnya dibuat dalam bentuk tertulis.

Kepala Wilayah Estate Manager 2. Klaim dan/atau Komplain dicatat pada formulir Klaim dan

Komplain yang mencakup :

a) Hari, tanggal penerimaan Klaim dan Komplain. b) Asal Klaim dan Komplain (alamat).

c) Rincian Klaim dan Komplain (individu, kelompok, instansi). 3. Klaim dan/atau komplain secara tertulis dibuat oleh pihak

penuntut secara perorangan, kelompok, perusahaan lain atau instansi pemerintah. Untuk klaim dan/atau komplain dari kelompok, perusahaan lain atau instansi pemerintah maka disertai dengan penunjukan kuasa kepada Wakil Kelompok Penuntut.

4. Pengajuan klaim dan/atau komplain harus disertai pengajuan bukti-bukti yang menguatkan atas tuntutan.

5. Bentuk klaim dan/atau komplain yang berasal dari masyarakat secara individu atau kelompok dapat berupa :

a) Tanam tumbuh.

b) Sumber mata pencaharian.

c) Situs-situs (makam, tempat budaya, dan lain-lain). d) Pencemaran lingkungan

6. Bentuk klaim dan/atau komplain dari perusahaan atau instansi pemerintah dapat berupa :

a) Tata batas.

b) Overlaping/tumpang tindih areal. c) Pengalihan fungsi hak guna lahan. 6.1.2. Analisa Klaim dan/atau Komplain

1. Melakukan analisa terhadap klaim dan/atau komplain untuk mengidentifikasi penanganannya.

Estate Manager Dept. Legal 2. Melaksanakan tindakan yang diperlukan terkait dengan

operasional harian diatas lahan yang dipermasalahkan. Tindakan tersebut dapat berupa menghentikan sementara kegiatan di atas lahan.

3. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, dibuat Rencana Tindakan dengan persetujuan BoD.

(4)

Tanggung-Jawab 6.1.3. Mekanisme Penyelesaian Klaim

1. Identifikasi Lapangan.

a) Identifikasi lapangan dilakukan bersama dengan Pihak masyarakat terhadap objek tuntutan.

b) Data-data yang diperlukan berupa Data ukur (luasan dalam hektar), Data volume (data jumlah tanaman/volume kayu), Kualitas fisik (kualitas tanaman atau kualitas tanah), Dokumentasi (surat keterangan tanah/bukti kepemilikan), Surat Keterangan Penggarapan Tanah (SKPT) dari Desa Surat Pernyatan Pelepasan Hak atas Tanah, dan lain-lain. c) Proses akhir dari identifikasi lapangan adalah Berita Acara

Pemeriksaan Lapangan (BAPL). BAPL dinyatakan sah dengan tandatangan oleh Pihak Terkait (CBI, Pengaju klaim dan/atau komplain dan Pemerintahan Desa).

Estate Manager Dept. Legal Dept. Perkebunan

2. Verifikasi dokumen.

a) Verifikasi dilakukan untuk mengetahui keabsahan dan untuk mengambil kebijakan atas kekurangan kelengkapan dokumen.

b) Verifikasi dokumen dilakukan oleh CBI melibatkan pihak instansi pemerintah terkait.

c) Dokumen yang diverifikasi meliputi Perijinan (IUP atau HGU, Dokumen AMDAL, Pemantauan Lingkungan dan atau dokumen pendukung yang berkaitan dengan klaim. 3. Tindak lanjut verifikasi.

a) Menginformasikan hasil verifikasi dokumen kepada pihak penuntut dan melaksanakan musyawarah yang saling menguntungkan (adil dan tanpa kekerasan).

b) Apabila langkah diatas tidak dapat dilakukan (deadlock), maka pihak penuntut dapat mengajukan banding kepada Instansi Pemerintah yang berwenang untuk dilakukan mediasi.

c) Seluruh hasil tindaklanjut verifikasi disampaikan kepada

Board of Director untuk menentukan kebijakan terkait

dengan penyelesaian klaim dan/atau komplain tersebut. 4. Penyelesaian jalur hukum dilakukan apabila jalur musyawarah

dan mediasi dari Instansi Pemerintah tidak menghasilkan keputusan. Untuk penyelesaian jalur hukum, maka pihak PT. Citra Borneo Indah dan penuntut harus mengikuti seluruh mekanisme yang ditetapkan Pemerintah sesuai hukum yang berlaku.

(5)

Tanggung-Jawab 5. Pembuatan laporan. Seluruh dokumen pendukung untuk

penanganan klaim dan/atau komplain disampaikan kepada

Board of Director (BoD), Direktur Perkebunan, Kepala Wilayah

dan Estate Manager. Dokumen pendukung berupa Berita Acara Pemeriksaan Lapangan dan dokumen klaim dan/atau komplain.

Dept. Legal

6. Penyelesaian klaim dilakukan mengacu kepada :

a) Proses hukum sesuai Undang-Undang No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.

b) Kompensasi sesuai dengan standar harga Imas pada klaim dengan kondisi belukar atau bekas ladang berpindah. c) HGU (Hak Guna Usaha) seluas berapa hektar terhadap

klaim dengan kondisi ada bukti pengerjaan seperti tanaman atau parit.

Estate Manager Dept. Legal Dept. Perkebunan

6.2. Penanganan Okupasi

Okupasi merupakan tindakan pendudukan secara fisik terhadap areal/lahan oleh masyarakat sebelum terbitnya IUP (Ijin Usaha Perkebunan). Tindakan pendudukan dapat berupa pemukiman, kebun, dan/atau ladang permanen. Tindakan okupasi ini didukung oleh legalitas seperti surat pancung alas, SKT (Surat Keterangan Tanah), Surat Keterangan Penggarapan Tanah (SKPT) dari Desa, Surat Pernyatan Pelepasan Hak atas Tanah dan sejenisnya. 6.2.1. Mekanisme penyelesaian okupasi

a) Pihak CBI memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang status hukum areal yang dikuasai masyarakat.

b) Sosialisasi yang dilakukan meliputi IUP (Ijin Usaha Perkebunan), HGU (Hak Guna Usaha), SIUP (Surat Ijin Usaha Perkebunan IUPB (Ijin Usaha Perkebunan untuk Budidaya, dll. c) Melakukan verifikasi terhadap lahan okupasi dengan cara

mengkaji data-data dan informasi terkait aspek sosial dan ekonomi yang meliputi tanam tumbuh, sumber mata pencaharian, situs-situs (seperti makam, tempat budaya, atau lokasi sakral lain), dan pencemaran lingkungan.

6.2.2. Identifikasi areal okupasi dengan cara pengukuran lahan yang disesuaikan dengan dokumen legal perusahaan dengan melibatkan Masyarakat. Apabila okupasi yang terjadi harus melibatkan aparat pemerintah, maka dibentuk team yang terdiri dari pihak perusahaan, masyarakat dan atau pemerintahan Desa/Kecamatan/Kabupaten. 6.2.3. Proses akhir dari identifikasi areal okupasi adalah Berita Acara

Pemeriksaan Lapangan (BAPL). BAPL dinyatakan sah dengan tandatangan oleh Pihak Terkait (CBI, Pengaju klaim dan/atau komplain dan Pemerintahan Desa).

(6)

Tanggung-Jawab 6.2.4. Tindak lanjut dari pemeriksaan dan penandatanganan BAPL untuk

kasus okupasi adalah penyelesaian dengan cara sebagai berikut : a) Enclave (lahan masyarakat yang belum bebas), apabila

kondisi di lapangan terdapat pemukiman warga, perkebunan, ladang permanen dan/atau situs budaya dan makam yang tidak memungkinkan untuk direlokasi.

b) Dikembangkan menjadi kebun plasma, apabila kondisi di lapangan, lahan sudah diusahakan oleh masyarakat akan tetapi belum intensif dengan kondisi kebun atau tanaman pangan.

c) Dikembangkan menjadi Plasma, apabila kondisi di lapangan telah menjadi ladang permanen setelah diambil sebagian untuk tanaman kehidupan sesuai jumlah okupan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d) Negosiasi untuk dibebaskan.

Tanggungjawab Estate Manager

Dept. Legal Dept. Perkebunan

6.3. Penanganan Overlapping

6.3.1. Overlapp adalah areal yang dalam konsesi yang diakui oleh pihak lain atas dasar adanya perijinan/legalitas dari instansi berwenang. 6.3.2. Penyelesaian terhadap kasus overlap dengan cara dikembalikan

kepada kebijakan pemerintah pemberi ijin dengan tetap mengacu pada Undang-Undang No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan. 6.3.3. Penanganan overlapping mengacu kepada Proses Penanganan

Klaim yang tercantum dalam SOP ini.

7. LAMPIRAN

Lampiran 1. Flowchart penanganan klaim dan/atau complain

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi Responden Berdasarkan Wilayah dan Jarak dengan CAPC Hasil survei di lapangan menunjukkan bahwa responden yang terbanyak berasal dari Kelurahan Hinekombe sebanyak 40

Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran olahraga permainan Bocce untuk mengembangkan dan melatih Gross Motor Skills pada peserta didik tunagrahita adalah

Selain menggunakan pendekatan antropometri yang diperlukan untuk menentukan parameter-parameter dalam perancangan desain meja dan kursi ini adalah suatu metode yang

Terbukti secara parsial maupun secara simultan variabel latar belakang pendidikan dan perhatian orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap etos belajar dan prestasi

Dalam tulisan ini akan dibahasa sistem peringatan keamanan untuk meningkatkan self protection melalui pendekatan deteksi intrusi sebagai alternatif solusi permasalahan

Namun dari hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti Pustekolah bahwa batang sawit yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan kayu dengan memakai perlakuan

Oleh karena p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan responden memiliki hubungan dengan pencapaian pemberian vitamin A di PKD Melati Sari Desa

Perancangan ini bertujuan untuk membuat walkie talkie dari modul SR_FRS dengan menggunakan Atmega16 sebagai mikrokontroler, didukung juga dengan komponen Keypad dan LCD