ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERUTANG
PEGAWAI TETAP
Studi Kasus di SMK Negeri 4 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memeroleh gelar sarjana ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Raden Paulus Hartono Ajie
142114018
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERUTANG
PEGAWAI TETAP
Studi Kasus di SMK Negeri 4 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memeroleh gelar sarjana ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Raden Paulus Hartono Ajie
142114018
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka
akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan
bagimu”
Matius 7:7
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang telah membimbing dan menyertaiku selalu dengan
kasih setia-Nya.
Bapak, Ibu, Adik, dan Kakak yang selalu mendukung dalam doa dan perbuatan
selama studi ini.
Semua teman-teman Akuntansi angkatan 2014 kelas A yang selalu mendukung
dan mendorong saya untuk selalu bekerja keras untuk menyelesaikan tugas akhir.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
–
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERUTANG
PEGAWAI TETAP
Studi Kasus di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Yogyakarta
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 14 September 2018 adalah karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi
ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk apapun yang menunjukan
gagasan atau pendapat dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan
saya sendiri.
Apabila saya melakukan hal di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini
saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya
sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sediri,
berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Januari 2019
Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Raden Paulus Hartono Ajie
Nomor Mahasiswa
: 142114018
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma tugas akhir saya yang berjudul:
ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERUTANG
PEGAWAI TETAP
Studi Kasus di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Yogyakarta
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Unversitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan loyati kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Januari 2019
Yang menyatakan,
ix
BAB III METODE PENELITIAN ...
29
A.
Jenis Penelitian ...
29
B.
Waktu dan Tempat Penelitian ...
29
C.
Subyek dan Obyek Penelitian ...
29
D.
Metode dan Desain Penelitian ...
30
E.
Data Penelitian ...
31
F.
Cara Pengumpulan Data ...
31
G.
Penjelasan Operasinal atau Variabel Penelitian ...
32
H.
Teknik Analisis Data ...
33
BAB IV GAMBARAN UMUM ...
35
A.
Sejarah Singkat SMK Negeri 4 Yogyakarta ...
35
B.
Visi dan Misi SMK Negeri 4 Yogyakarta ...
37
C.
Struktur Organisasi SMK Negeri 4 Yogyakarta ...
38
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...
39
A.
Deskripsi Data ...
39
B.
Analisis Data ...
43
C.
Hasil Penelitian ...
74
BAB VI PENUTUP ...
77
A.
Kesimpulan ...
77
B.
Keterbatasan Penelitian ...
77
C.
Saran ...
78
DAFTAR PUSTAKA ...
79
LAMPIRAN ...
81
A.
Daftar Pertanyaan Wawancara ...
82
xi
Tabel V.13
Perbandingan jumlah PPh Pasal 21 terutang oleh SMK Negeri 4
Yogyakarta dengan jumlah PPh Pasal 21 terutang oleh Penulis
berdasarkan Peraturan (Bulan November) ... 71
Tabel V.14
Perbandingan jumlah PPh Pasal 21 terutang oleh SMK Negeri 4
xii
DAFRAR GAMBAR
Halaman
xiii
ABSTRAK
ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERUTANG
PEGAWAI TETAP
Studi Kasus di SMK Negeri 4 YOGYAKARTA
Raden Paulus Hartono Ajie
NIM: 142114018
Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 terutang atas gaji yang diterima oleh pegawai tetap golongan
IV di SMK Negeri 4 Yogyakarta dalam satu tahun pajak tahun 2017 telah sesuai
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Data yang diperoleh
dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini
dengan cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut peneliti,
membandingkan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang dan memberikan
kesimpulan apakah terdapat selisih jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah Pajak Penghasilan Pasal
21 terutang yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 4 Yogyakarta pada tahun
2017 dengan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang yang dihitung oleh
peneliti berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.
xiv
ABSTRACT
ANALYSIS OF TAX PAYABLE OF INCOME TAX-ARTICLE
21
A Case Study at SMK Negeri 4 Yogyakarta
Raden Paulus Hartono Ajie
NIM: 142114018
Sanata Dharma University
2019
This study attempted to analyze whether income tax owed calculation
article 21 wage received by the permanent staff iv state yogyakarta 4 a year tax
year 2017 were in accordance with regulations director general of tax number
PER-16/PJ/ 2016.
The kind of research that had been undertaken by was a case study in
.Data obtained the fire victims by interviews and documentation of .Analysis
techniques this research were in the way that counts an income tax of article 21
according to researchers , compared the number of an income tax of article 21
owed and provided a summary of whether there were the difference in the amount
of tax the low level of income article 21 owed based on the regulation of director
general of tax number PER-16/PJ/ 2016 .
This research result indicated that the amount of tax owed income 21
article that carried out by the state 4 yogyakarta in 2017 21 article of income tax
payable by researchers calculated based on the taxation director general number
PER-16/PJ/ 2016.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada suatu perusahaan, pegawai merupakan sumber daya yang sangat penting
dalam memajukan dan mengembangkan perusahaan sehingga dapat menghasilkan
pendapatan yang lebih untuk perusahaan. Atas usaha yang dilakukan oleh
pegawai, perusahaan akan memberikan timbal balik berupa gaji atau upah kepada
pegawainya atas kinerja yang sudah dilakukan untuk perusahaan. Penerimaan gaji
atau upah pegawai akan dikenai pajak yang dipotong oleh badan yang
memberikan gaji atau upah yaitu Pajak Penghasilan Pasal 21. Adanya Pajak
Penghasilan Pasal 21 ini dapat menambah pemasukan negara dari hasil
pemotongan gaji pegawai yang ada di perusahaan.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 menyatakan bahwa
Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, yang
selanjutnya disebut PPh Pasal 21, adalah pajak atas pengahsilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 harus dilakukan sesuai dengan
Peraturan Perpajakan atau sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Penghasilan oleh wajib pajak tidak mengalami penyimpangan dari Peraturan
Pajak dan terhindar dari sanksi yang akan dialami oleh wajib pajak. Atau dengan
kata lain, perusahaan juga bisa melakukan pemotongan Pajak Pengahsilan Pasal
21 atas pegawai tetapnya.
Perlu adanya evaluasi tentang Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
Terutang Pegawai Tetap di SMK Negeri 4 Yogyakarta, karena peneliti atau
penulis ingin mengetahui apakah di sekolah negeri seperti SMK Negeri 4
Yogyakarta sudah benar atau sesuai dalam penerapan Penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas Pegawai Tetap dengan dasar yang dipegang oleh
peneliti adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.
Berdasarkan penjelasan diatas yang sudah disampaikan peneliti, peneliti
tertarik untuk membahas tentang penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
terutang atas gaji pegawai tetap yang dilakukan pada instansi sekolah. Maka
pe
neliti mengambil judul “Analisis
Pajak Penghasilan Pasal 21 Terutang Pegawai
Tetap (Studi Kasus di SMK Negeri 4 Yogyakarta
)”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini, apakah ada selisih jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21
terutang antara pihak SMK Negeri 4 Yogyakarta dengan penulis berdasarkan
C.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penghitungan Pajak Penghasilan
Pasal 21 terutang pegawai tetap SMK Neger 4 Yogyakarta, yaitu pegawai yang
memiliki golongan IV berupa penghasilan yang bersifat teratur.
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai pada panelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
Penghitugan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang atas gaji pegawai tetap di SMK
Negeri 4 Yogyakarta telah tepat dan sesuai dengan Peraturan Pepajakan yaitu
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan memberikan manfaat:
1.
Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti dapat
memberikan tambahan informasi mengenai pajak khususnya Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan referensi bagi mahasiswa yang membaca,
membantu mahasiswa dalam mengerjakan skripsi dengan tema yang
2.
Bagi Instansi Sekolah
Manfaat penelitian yang diterima instansi sekolah adalah untuk
memberikan evaluasi mengenai penghitungan Pajak Penghasilan Pasal
21 atas pegawai tetap yang dilakukan oleh sekolah yaitu SMK Negeri
4 Yogyakarta.
3.
Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis dengan adanya penelitian ini adalah agar penulis
lebih mendalami tentang pajak khususnya Penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang dilakukan pada
F.
Sistematika Penulisan
Bab I
Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II
Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang akan digunakan untuk mendukung
proses peneitian. Teori-teori yang relevan, ditulisa dan dibahas
pada bab ini
Bab III
Metode Penelitian
Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat
penelitian, subyek dan obyek penelitian, metode dan desain
penelitian, data penelitian,cara pengumpulan data, penjelasan
operasional, dan teknik analisis data.
Bab IV
Gambaran Umum Tempat Penelitian
Bab ini menjelaskan secara garis besar tempat penelitan, meliputi
sejarah singkat dan susuan organisasi yang mencangkup tugas
pokok.
Bab V
Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan
Bab VI
Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari hasis analisis data, keterbatasan
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pajak Penghasilan
1.
Pajak Penghasilan
Pengertian Pajak Penghasilan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia tentang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 adalah Pajak
Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
2.
Subjek Pajak
Menurut Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun
2008 Pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa, yang menjadi subjek pajak
adalah:
a.
Orang pribadi;
b.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak;
c.
Badan; dan
d.
Bentuk usaha tetap.
3.
Bukan Subjek Pajak
Menurut Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun
2008 Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa, yang tidak termasuk subjek pajak
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 adalah:
b.
Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau
pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama
dengan mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan diluar jabatan
dan pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik;
c.
Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1)
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
2)
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
4.
Objek Pajak
Pengertian Objek Pajak menurut Undang-Undang tentang Pajak
Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1 yang menjadi objek
pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang ebrsangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:
a.
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.
b.
Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
c.
Laba usaha.
d.
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1)
Keuntungan
karena
pengalihan
harta
kepada
perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal.
2)
Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya.
3)
Keuntungan
karena
likuidasi,
penggabungan,
peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi
dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
4)
Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
5)
Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.
e.
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f.
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
g.
Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.
h.
Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
i.
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j.
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k.
Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
l.
Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
m.
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n.
Premi asuransi.
o.
Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
p.
Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
r.
Imbalan bunga.
s.
Surplus Bank Indonesia.
5.
Bukan Objek Pajak
Pengertian bukan Objek Pajak menurut Undang-Undang tentang Pajak
Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 3 yang dikecualikan dari objek
pajak adalah:
a.
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
b.
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
d.
Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
e.
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit).
f.
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa.
g.
Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1)
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
2)
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
disetor.
h.
Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
i.
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
j.
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
k.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
1)
merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau
yang
menjalankan kegiatan dalam sektorsektor usaha yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2)
Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
l.
Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
m.
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
n.
Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
B.
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21)
1.
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 pasal 1 (satu) adalah Pajak Penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, yang selanjutnya disebut PPh
Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2.
Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 pasal 3
(tiga), penerima Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 adalah orang pribadi yang merupakan:
a.
Pegawai;
b.
Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
c.
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:
d.
Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris;
e.
Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman budaya;
f.
Olahragawan;
g.
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
h.
Pengarang, peneliti, penerjemah;
i.
Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi
dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
j.
Agen iklan;
k.
Pengawas atau pengelola proyek;
l.
Pembawa pesan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
m.
Petugas penjaga barang dagangan;
n.
Petugas dinas luar asuransi; dan/atau
o.
Distributor perusahaan
multilevel marketing
dan
direct selling
dan
p.
Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama
q.
Mantan pegawai; dan/atau
r.
Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaan dalam suatu kegiatan, antara lain:
1)
Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
perlombaan lainnya;
2)
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan
kerja;
3)
Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu;
4)
Peserta pendidikan dan pelatihan;
5)
Peserta kegiatan lainnya.
3.
Tidak Termasuk Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 pasal 4,
tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26, sebagimana dimaksud dalam pasal 3 adalah:
a.
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengna
syarat bukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak
pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik;
b.
Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan,
yang telah diterapkan oleh Meteri Keuangan, dengan syarat bukan
Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
4.
Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 pasal 5
ayat 1 (satu) dan 2 (dua),yaitu: (1) penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan
Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 adalah:
a.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa
Pengahsilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;
b.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secra teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c.
Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja;
d.
Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah, mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
e.
Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee
, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan;
f.
Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
g.
Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidal teratur
yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan
pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai etap pada perusahaan
yang sama;
h.
Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan
lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan
pagawai; atau
i.
Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun
yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendirinya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
(2) penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk pula
penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan anma
5.
Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 pasal 8,
tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
a.
Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
b.
Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah.
c.
Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja.
d.
Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
e.
Beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
6.
Pemotong dan Kewajiban Pemotong
a.
Pemotong PPh Pasal 21
Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia tentang Pajak
Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 21 ayat 1, pemotong pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:
1.
Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
2.
Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan;
3.
Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun;
4.
Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas;
5.
Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016
pasal 22 ayat 1, ayat 4, ayat 5, dan Pasal 24 ayat 2, tentang kewajiban
pemotong PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 adalah:
1.
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dan penerima penghasilan
yang dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak sesuai dengna ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2.
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 wajib menghitung,
memotong, menyetorkan, dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal
26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
3.
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 wajib membuat catatan atau
kertas perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 untuk
masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh
Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang terutang untuk setiap Masa Pajak dan
wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
4.
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 wajib melaporkan
pemotongan dan penyetoran PPH Pasal 21 dan/atau Pasal 26 untuk
setiap Masa Pajak yang dilakukan melalui penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat Pemotongan PPH Pasal 21 dan/atau Pasal 26
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.
b.
PTKP per bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
huruf c adalah PTKP per tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibagi 12 (dua belas), sebesar:
1.
Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) untuk diri
Wajib Pajak orang pribadi;
2.
Rp375.000,00 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah)
tambahan unutk Wajib Pajak yang kawin;
3.
Rp375.000,00 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah)
tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
(tiga) orang untuk setiap keluarga.
c.
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
1.
Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;
2.
Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya
sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya.
d.
Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis
dari Pemerintah Daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan
yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima atau
dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP unutk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
e.
Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun
kalender.
f.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
besarnya PTKP untuk pegawai yang abru datang dan menetab di
Indonesia dalam bagian tahun kalender ditentukan berdasarkan
keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang
bersangkutan.
9.
Biaya Jabatan
Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008
Pasal 21 ayat (3) ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun atau Rp500.000,00
(lima ratus ribu rupiah) sebulan.
10.
Pegawai Tetap dan Tidak Tetap.
a.
Pegawai Tetap
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-16/PJ/2016 pasal 1, dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang
dimaksud dengan pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur,
serta pegawai yang berkerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka
waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur.
b.
Pegawai Tidak Tetap
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-16/PJ/2016 pasal 1, dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang
dimaksud dengan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah
pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang
bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit
hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis
pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.
11.
Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Teratur bagi
Pegawai Tetap
Penghitungan Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan
Teratur bagi Pegawai Tetap menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-16/PJ/2016 menyatakan bahwa:
a.
Penghitungan PPH Pasal 21
1.
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan Pegawai Tetap,
terlebih dahulu dihitung seluruh penghasilan bruto yang diterima atau
diperoleh salama sabulan, yang memliputi seluruh gaji, segala jenis
tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur dan
2.
Untuk perusahaan yang termasuk program premi Jaminan Kecelakaan
Kerja, premi Jaminan Kematian, dan premi Jaminan Pemliharaan
Kesehatan yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan
pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk
pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh
Pasal 21, premi tersebutdigabungkan dengan penghasilan bruto yang
dibayarkan oleh pemberi kerjakepada pegawai.
3.
Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh
dengancara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya
jabatan, serta iuranpensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan/atau iuran
Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang
bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan ataukepada BPJS
Ketenagakerjaan.
b.
Penghitungan PPh Pasal 21
1.
Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah
penghasilan neto sebulan dikalikan 12.
2.
Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak
subjektifnyasebagai Wajib Pajak dalam negeri sudah ada sejak awal
tahun, tetapi mulaibekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan
dengan banyaknya bulan sejakpegawai yang bersangkutan mulai
bekerja sampai dengan bulan Desember.
3.
Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh, yaitu sebesar Penghasilan neto
setahunpada huruf a atau b di atas, dikurangi dengan PTKP.
4.
Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat
(1)huruf a UU PPh terhadap Penghasilan Kena Pajak sebagaimana
dimaksud padahuruf c, selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan,
yang harus dipotongdan/atau disetor ke kas negara, yaitu sebesar:
a.
jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dibagi dengan 12; atau
b.
jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana
dimaksudpada huruf b dibagi banyaknya bulan yang menjadi faktor
pengalisebagaimana dimaksud pada huruf b.
c.
Penghitungan PPh Pasal 21
1.
Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas
masagaji sebulan, maka untuk penghitungan PPh Pasal 21, jumlah
penghasilantersebut terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan
denganmempergunakan faktor perkalian sebagai berikut:
a.
Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4;
b.
Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26.
2.
Selanjutnya dilakukan penghitungan PPh Pasal 21 sebulan dengan cara
3.
PPh Pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh
Pasal 21sebulan dalam huruf b dibagi 4, sedangkan PPh Pasal 21 atas
penghasilansehari dihitung berdasarkan PPh Pasal 21 sebulan dalam
huruf b dibagi 26.
d.
Penghitungan PPh Pasal 21
1.
Jika kepada pegawai di samping dibayar gaji bulanan juga dibayar
kenaikan gaji yang berlaku surut (rapel), misalnya untuk 5 (lima)
bulan, maka penghitunganPPh Pasal 21 atas rapel tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tersebut
(dalam hal ini 5 bulan);
b.
hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan
sebelumadanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan
PPh Pasal 21;
c.
PPh Pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan,
dihitungkembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan;
d.
PPh Pasal 21 terutang atas tambahan gaji untuk bulan-bulan
dimaksud adalahselisih antara jumlah pajak yang dihitung dengan
cara sebagaimana dimaksudpada huruf c dikurangi jumlah pajak
yang telah dipotong sebagaimana dimaksud pada huruf b.
e.
Penghitungan PPh Pasal 21
Apabila kepada pegawai di samping dibayar gaji yang didasarkan masa
lamadari satu bulan (rapel) seperti tersebut pada angka 4, maka cara
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, penelitian yang dilakukan terhadap
suatu instansi/perusahaan dan hasil dari penelitian hanya berlaku di tempat
penelitian.
Hasil yang didapatkan dengan menggunakan studi kasus adalah dapat
memahami penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21, kemudian dapat
menarik kesimpulan dari masalah yang didapatkan yaitu mengenai
penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 di SMK Negeri 4 Yogyakarta.
B.
Waktu dan Tempat Penelitian
a.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan.
b.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 4 Yogyakarta yang berlokasi
di Jalan Sidikan No. 60, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 55161.
C.
Subyek dan Obyek Penelitian
a.
Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah pegawai tetap dari SMK Negeri 4
b.
Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 terutang atas gaji pegawai tetap di SMK Negeri 4
Yogayakarta.
D.
Proses Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Metode yang menekankan pada aspek pemahaman terhadap suatu masalah
yang ada dan lebih memahami secara luas suatu masalah secara lebih detail.
Desain penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:
1.
Melakukan tinjauan pustaka yang berguna untuk memahami masalah
atau topik yang sudah dipilih oleh peneliti.
2.
Peneliti melakukan perencanaan dalam penyusunan proposal penelitian
yang akan digunakan sebagai bahan penelitian di sekolah negeri.
3.
Peneliti melakukan observasi mengenai gambaran tentang sekolah atau
tempat yang akan dijadikan tempat penelitian.
4.
Peneliti melaksanakan penelitiannya dengan pedoman dari proposal
penelitian yang sudah dibuat atau dirancang sebelumnya. Pelaksanaan
penelitian dimulai dengan mengumpulkan data dengan mengadakan
wawancara dengan pegawai tetap yang ada di SMK Negeri 4
Yogyakarta, selanjutnya melakukan dokumntasi terhadap data yang
didapat oleh peneliti mengenai Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal
5.
Menyusun dan menarik kesimpulan hasil dari pengumpulan data SMK
Negeri 4 Yogyakarta.
6.
Penyampaian hasil dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
E.
Data Penelitian
1.
Gambaran umum SMK Negeri 4 Yogyakarta.
2.
Daftar pegawai tetap di SMK Negeri 4 Yogyakarta.
3.
Data mengenai gaji pegawai tetap golongan IV selama tahun 2017.
4.
Data hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai tetap
menurut perusahaan.
5.
Bukti potong Pajak Penghasilan Pasal 21atau 1721-A2 untuk pegawai
tetap.
F.
Cara Pengumpulan Data
1.
Wawancara
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara. Proses dari wawancara ini
adalah dengan mewawancarai pihak instansi sekolah yang berhubungan
dengan gaji pegawai. Topik yang akan dibahas dalam wawancara, yaitu
mengenai jumlah gaji yang diterima oleh pegawai tetap selama periode
2017 dan proses penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan
oleh perusahaan. Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan
yang sudah disiapkan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang
lengkap mengenai gaji pegawai tetap, selanjutnya dapat dihitung Pajak
2.
Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data berupa dokumen daftar
gaji pegawai tetap dan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut
instansi sekolah.
G.
Penjelasan Operasional
Beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian Penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Terutang Pegawai Tetap yang dibahas oleh peneliti di
skripsi ini mengenai kepatuhan dari perusahaan dalam menerapkan proses
penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun
2008 dan juga Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.
Peneliti juga harus mempunyai dasar teori yang mendukung penelitian ini,
diantaranya mengenai pemahaman dari Pajak Penghasilan secara umum, tentang
subjek pajak/bukan subjek pajak, objek pajak/bukan objek pajak. Hal yang
berkaitan lainnya yaitu pemahaman Pajak Penghasilan Pasal 21 karena sebagai
sumber dari penelitian ini. Mengenai pegawai tetap, sebagai subjek pajak yang
menerima gaji atas pekerjaan yang sudah dilakukan yang sifatnya teratur. Hal
yang berkaitan mengenai gaji pegawai tetap adalah tunjangan yang diterma juga
oleh pegawai tetap dan juga adanya jabatan atau golongan dari pegawai tersebut,
sehingga memiliki perbedaan penerimaan gaji pegawai tetap sesuai dengan
H.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah deskriptif, yaitu teknik
analisis data dengan cara mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala
yang ada, keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan atau
yang sedang berjalan. Langkah yang dilakukan untuk melaksanakan analisis data
yaitu:
a.
Peneliti melakukan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 didasarkan
pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016. Formula
yang digunakan sesuai dengan peraturan perpajakan atau Bukti
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap atau
Penerima Pensiun atau Tunjangan Hari Tua/Tabungan Hari Tua/Jaminan
Hari Tua (formulir 1721-A2), sebagai berikut:
Tabel III.1 Tata cara penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
No.
Keterangan
Jumlah
A
PENGHASILAN BRUTO
1
Gaji Pokok/Pensiun
XXX
2
Tunjangan Istri
XXX
3
Tunjangan Anak
XXX
4
Jumlah Gaji dan Tunjangan Keluarga (1+2+3)
XXX
5
Tunjangan Perbaikan Penghasilan
XXX
6
Tunjangan Struktural/Fungsional
XXX
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 4 YOGYAKARTA
A.
Sejarah Singkat SMK Negeri 4 Yogyakarta
SMK Negeri 4 Yogyakarta merupakan Sekolah Menengah Kejuruan Bidang
Pariwisata yang berdiri sejak 1 Januari 1979. SMK Negeri 4 Yogyakarta yang
beralamat di Jalan Sidikan No. 60, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta 55161 dan
merupakan sekolah bidang pariwisata terbesar di Yogyakarta dengan jumlah
peserta didik lebih dari 1.600 siswa dan lebih dari 160 Guru dan tenaga
kependidikan.
SMK Negeri 4 Yogyakarta memiliki 4 program keahlian dan 7 paket keahlian
didalamnya, diantaranya:
1.
Perhotelan dan Jasa Pariwisata
Meliputi Kompetensi Perhotelan dan Jasa Pariwisata.
Materi program meliputi : Guiding dengan menggunakan Bahasa Asing,
Ticketing, tour planning, receptionist, petugas reservasi, operator telepon.
Prospek kerja : biro perjalanan wisata, pengelola objek wisata, hotel,
laundry, wiraswasta.
Daya Tampung : 128 Siswa
2.
Kuliner
Materi program meliputi : Pengolahan makanan Indonesia, tata hiding,
food service, ilmu gizi, sanitasi, membuat kue tradisional, menghias kue,
pengelolaan usaha.
Prospek kerja : hotel, restoran, rumah sakit, bakery, café, wiraswasta
Daya Tampung : 192 Siswa
3.
Tata Busana
Materi program meliputi : Menggambar desain, membuat busana pria,
wanita, anak, bayi, membuat pola, menghias busana, membatik.
Prospek kerja : rumah butik,pabrik tekstil, koveksi, wiraswasta.
Daya Tampung : 128 Siswa
4.
Tata Kecantikan
Kompetensi Kehlian Tata Kecantikan Kulit dan Rambut
Materi program meliputi : Merias pengantin, merias wajah fantasy,
merias wajah karakter, perawatan kulit, spa,, pengguntingan rambut,
sanggul.
Prospek kerja : salon, perusahaan kecantikan, rumah spa, wiraswasta.
Daya tampung : 128 Siswa
SMK Negeri 4 Yogyakarta juga bekerja sama dengan Songkhla Vocational
College dari Thailand dalam kegiatan pertukaran pelajar dan guru. Kegiatan
tersebut membuat para siswa untuk dapat mengembangkan keterampilannya
sesuai dengan bidang yang diambil dan juga didukung dengan kegiatan praktik
kerja industri yang juga mendorong para siswa agar lebih mengembangkan
sekolah. Kegiatan praktik kerja industri tersebut tidak hanya diselenggarakan di
Indonesia, namun juga diselenggarakan di luar negeri.
SMK Negeri 4 Yogyakarta pada tahun 2017 memperoleh presatsi yang
membanggakan antara lain, juara 1 Lomba Melukis Poster “Dalam Rangka Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia”, juara 3 lomba Display Terbaik dalam Pameran Klinik
Sains Siswa SMK Tahun 2017 yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga DIY, juara 1 Lomba Nasyid SMA/ SMK se-Kota Yogyakarta.
B.
Visi dan Misi SMK Negeri 4 Yogyakarta
Visi
Menjadi Lembaga Pendidikan yang Unggul, Mandiri, Berwawasan
Lingkungan berdasarkan IMTAQ.
Misi
1.
Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Ynag Maha Esa serta berakhlak
mulia.
2.
Profesional dan siap menghadapi tantangan global.
3.
Berjiwa wirausaha, kreatif, inovatif, sehingga mampu menciptakan
lapangan kerja.
4.
Kompeten sehingga dapat terserap di dunia kerja dan industri.
5.
Berwawasan dan peduli terhadap lingkungan.
38
C.
Struktur Organisasi SMK Negeri 4 Yogyakarta 2017/2018
Gambar IV.1 Struktur Organisasi SMK Negeri 4 Yogyakarta 2017/2018
39
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data
Penelitian yang dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4
Yogyakarta bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Terutang yang dilakukan instansi tersebut dengan
Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-16/PJ/2016. Data yang
diperloreh dalam penelitian ini adalah :
1.
Data diri pegawai tetap di SMK Negeri 4 Yogyakarta yang mencakup
nama pegawai, Nomor Induk Pegawai (NIP), jenis kelamin, golongan
PNS, jabatan. Data diri pegawai tetap ini bersumber dari SMK Negeri 4
Yogyakarta di tahun 2017. Peneliti hanya megambil data untuk 59
pegawai di SMK Negeri 4 Yogyakarta yang memiliki golongan PNS
yaitu golongan IV. Data diri pegawai yang telah diolah oleh penulis
40
Tabel V.1 Data Diri Pegawai SMK Negeri 4 Yogyakarta Golongan IV
No Nama Pegawai Golongan Jabatan NIP
1 Dra. Ida Farida IV/c Guru Utama Muda 195905251985032007
2 Dra. Rini Tri Puji Astuti IV/b Guru Madya 196202181987032008
3 Heni Purwanti, S.Tp., M.Pd IV/a Guru Madya 197411222000122003
4 Warni Setianingsih, S.Pd IV/a Guru Madya 196809081997022003
5 Siti Alfiah, S.Pd IV/a Guru Madya 196908081997022002
6 Marjiranto, S.E IV/a Guru Madya 197003141995031002
7 Emi Sri Woerjani, S.Pd IV/a Guru Madya 196805181997022004
8 Heni Suswanti, S.Pd IV/a Guru Madya 196906231997022003
9 Iswarini Indrianingrum, S.Pd IV/a Guru Madya 196808311997022002
10 Yuni Heruwati, S.Pd IV/a Guru Madya 196506161996012001
11 Hadi Susilo, S.pd IV/a Guru Madya 196512101995121002
12 Sapti Marsumi, S.Pd IV/a Guru Madya 196309281995122001
13 Yulien Siti Juaiseh ,S.Pd IV/a Guru Madya 196907081994022002
14 Dwi Bayuni, S.Pd IV/a Guru Madya 196206131991032002
15 Dra. Miftakhul Wahniyatun IV/a Guru Madya 196712131995012001
16 Elyas, S.Pd,., M.Eng IV/a Guru Madya 196812081994121004
17 Dra. Wahyu Widayati IV/a Guru Madya 196004071994032001
18 Fauzan Budiyanto, S.Pd IV/a Guru Madya 195902251991031004
19 Dra. Kristina Untung Iswidayati IV/a Guru Madya 196303211994122001
20 Indriana Yuliati, S.Pd IV/a Guru Madya 196307171991122002
41
Tabel V.1 (lanjutan)
No Nama Pegawai Golongan Jabatan NIP
21 Hartanti, S.Pd IV/a Guru Madya 196907051991032015
22 Setyo Budi Sungkowo, S.Pd IV/a Kepala Sekolah 196703251990061001
23 Dewantari Trisnamurti, S.Pd IV/a Guru Madya 196301161989032003
24 Bambang Soelistyoadi IV/a Guru Madya 195802101991031007
25 Sri Hartuti IV/a Guru Madya 196607121989032013
26 Dra. Ninik Setyorini IV/a Guru Madya 196605201992032009
27 Yuli Ismiyati, S.Pd IV/a Guru Madya 196407231989022002
28 Arum Tri Endah Sarwa Peni, S.S IV/a Guru Madya 196612161990032007
29 Dra. Sri Supriyanti IV/a Guru Madya 196005131989032003
30 Widodo Muryono Haryo IV/a Guru Madya 196205191988031007
31 Drs. Yulius Suraji IV/a Guru Madya 195807291989031002
32 Drs. Sukirman IV/a Guru Madya 196110031989031006
33 Dra. Eka Purwanti Saptaningtyas IV/a Guru Madya 196205071987032006
34 Dra. Sri Rahayu Tyas Wibowo IV/a Guru Madya 196101311984032005
35 Ninik Harwiyani IV/a Guru Madya 195709131988032002
36 Dra. Siswanti IV/a Guru Madya 195808111984032006
37 Dra. Yayuk Endang Yuniarti IV/a Guru Madya 196106281989022001
38 Sujani, S.Pd IV/a Guru Madya 196110311987032004
39 Luh Komang Sri Budiastusi IV/a Guru Madya 196401261989022002
40 Dra. Valentina Poniyem IV/a Guru Madya 195911041988032002
42
Tabel V.1 (lanjutan)
No Nama Pegawai Golongan Jabatan NIP
41 Dra. Emmy Roslikhati IV/a Guru Madya 196103231988032005
42 Pujianto IV/a Guru Madya 196111291988031005
43 Nanik Langgeng Nuraningsih, S.Pd IV/a Guru Madya 196008281983032013
44 Dra. Nuraningsih IV/a Guru Madya 196306291988032008
45 Endang Sri Sumiyati IV/a Guru Madya 195705161981032004
46 Dra. Niken Rumi Astuti Ariningsih IV/a Guru Madya 196004101983032012
47 Dra. Liliek Anggraini IV/a Guru Madya 195908101985032011
48 Didiek Samsucahyo IV/a Guru Madya 195910141986021001
49 Dra. Nurul Hayati Fauziah IV/a Guru Madya 196001171986022002
50 Eka Palupi IV/a Guru Madya 195709291983032005
51 Drs. Bambang Pamungkas IV/a Guru Madya 195811191986021001
52 Dra. Sumiyati IV/a Guru Madya 195812061986022002
53 Drs. Winarno IV/a Guru Madya 195902201986011003
54 Dra. Tamti Purwanti IV/a Guru Madya 196001011985032020
55 Mulyani Ratna IV/a Guru Madya 195710821982032006
56 Sunnatilah IV/a Guru Madya 195708041981032005
57 Nunuk Windaryati IV/a Guru Madya 195708307981032005
58 Hartati IV/a Guru Madya 195805057982032011
59 Patonah, S.Pd IV/a Guru Madya 197412271997032002