• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWAJIBAN HUKUM PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN LAIN OLEH PERUSAHAAN GRUP KEPADA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEWAJIBAN HUKUM PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN LAIN OLEH PERUSAHAAN GRUP KEPADA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA SKRIPSI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh:

NURILAM RACHMI MARUHUN 02011381520221

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG 2019

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN MENGIKUTI UJIAN KOMPREHENSIF SKRIPSI

Nama : Nurilam Rachmi Maruhun

NIM : 02011381520221

Program Kekhususan : HukumPerdata Judul Skripsi

KEWAJIBAN HUKUM PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN LAIN OLEH PERUSAHAAN GRUP

KEPADA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Secara substansi telah disetujui

Untuk mengikuti Ujian Komprehensif Palembang, Mei 2019 Mengesahkan, Pembimbing Utama, Dr. M. Syaifuddin, S.H.,M.Hum NIP 197307281998021001 Pembimbing Pembantu,

Arfianna Novera, S.H.,M.Hum NIP 19571103198832001

Mengetahui, Dekan,

Dr. Febrian, S.H., M.S. NIP. 196201311989031001

(3)

SURAT PERNYATAAN Nama Mahasiswa : Nurilam Rachmi Maruhun Nomor Induk Mahasiswa : 02011381520221

Tempat/Tgl. Lahir : Palembang, 06 Mei 1997

Fakultas : Hukum

Strata Pendidikan : S1

Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Perdata

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini tidak memuat bahan-bahan yang sebelumnya telah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun tanpa mencantumkan sumbernya. Skripsi ini juga tidak memuat bahan-bahan yang sebelumnya telah dipublikasikan atau ditulis oleh siapapun tanpa mencantumkan sumbernya dalam teks.

Demikian pernyataan ini telah saya buat dengan sebenarnya. Apabila terbukti saya telah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pernyataan ini, saya bersedia menanggung segala akibat yang timbul dikemudian hari sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Palembang, Mei 2019

Nurilam Rachmi Maruhun NIM.02011381520221

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelsaikan penulisan skripsi yang berjudul “KEWAJIBAN HUKUM PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN LAIN OLEH PERUSAHAAN GRUP KEPADA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA”. Penulisan skripsi ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

Di dalam skripsi ini terdapat 4 bab, Bab I menjelaskan tentang latar belakang penulisan skripsi, Bab II tentang tinjauan pustaka, Bab III tentang Pembahasan, dan Bab IV tentang kesimpulan dan saran yang penulis dapatkan selama pengerjaan skripsi ini. Adapun latar belakang penulisan ini bahwa kewajiban hukum pemberitahuan pengambilalihan saham kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha sudah sering diabaikan oleh pelaku usaha. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut alasan dari sering diabaikannya kewajiban hukum tersebut. Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan kendala dan hambatan, namun akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

Palembang, Mei 2019

Nurilam Rachmi Maruhun NIM.02011381520221

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRAK ... xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 8 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Manfaat Penelitian ... 9 1. Manfaat Teoritis... 10 2. Manfaat Praktis ... 10 E. Ruang Lingkup ... 11

F. Kerangka Teori dan Konsep ... 11

G. Metode Penelitian ... 22

1. Jenis Penelitian ... 22

(6)

3. Sumber Bahan Hukum ... 24

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 26

5. Teknik Pengolahan Bahan Hukum ... 26

6. Teknik Analisis Bahan Hukum ... 27

7. Teknik Penarikan Kesimpulan ...28

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilalihan Saham PT ... 29

2.1.1 Jenis-Jenis Pengambilalihan Saham PT ... 30

2.1.2 Tujuan Pengambilalihan Saham PT ... 31

2.1.3 Pelaksanaan Pengambilalihan Saham PT ... 34

2.1.4 Pengaturan Pengambilalihan Saham PT dalam UUPT ... 36

2.1.5 Pengambilalihan Ditinjaudari Hukum Persaingan Usaha ... 41

2.1.6 Pengaturan dan Pengawasan Pengambilalihan dalam Hukum Persaingan Usaha ... 43

2.2 Perusahaan Grup ... 46

2.2.1 Jenis-Jenis Perusahaan Grup ... 47

2.2.2 Tujuan Pembentukan Perusahaan Grup ... 50

2.2.3 Proses Pembentukan Perusahaan Grup ... 52

2.3 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ...54

2.3.1 Kedudukan KPPU dalam Lembaga Negara ...56

(7)

2.3.3 Struktur Organisasi KPPU ... 61

2.3.4 Hukum Acara di KPPU ... 67

2.3.4.1 Pemeriksaan Oleh KPPU ... 69

2.3.4.2 Pemeriksaan Atas Dasar Laporan ... 69

2.3.4.3 Pemeriksaan Atas Dasar Inisiatif KPPU ... 70

2.3.4.4 Jenis Pemeriksaan Oleh KPPU ... 70

BAB III. PEMBAHASAN 3.1 Rasio Hukum dari Kewajiban Pengambilalihan Saham ... 73

3.1.1 Dasar Filosofis... 73

3.1.2 Basis Sosiologis ... 77

3.1.3 Landasan Yuridis... 84

3.2 Bentuk, Ruang Lingkup, dan Proses Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Perusahaan ... 88

3.2.1 Bentuk Pengambilalihan Saham ... 88

3.2.2 Ruang Lingkup Pengambilalihan Saham ... 91

3.2.3 Proses Pemberitahuan Pengambilalihan Saham... 94

3.2.3.1 Pemberitahuan Pra Pengambilalihan Saham ... 95

1.Berdasarkan PP No. 57/2010... 95

2.Berdasarkan Perkom No. 11/2010... 97

3.Berdasarkan Perkom No. 2/2013... 99

3.2.3.2 Pemberitahuan Pasca Pengambilalihan Saham ... 104

(8)

2.Berdasarkan PP No. 57/2010... 105

3.Berdasarkan Perkom No. 2/2013... 106

4.Berdasarkan Perkom No. 4/2012... 113

3.3 Akibat Hukum Bagi Perusahaan yang Terlambat Melakukan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham ... 114

3.3.1 Akibat Hukum Terhadap Pengambilalihan Saham ... 114

3.3.2 Akibat Hukum Terhadap Pelaku Usaha ... 118

3.3.3 Analisis Putusan ... 119

1. Kasus Posisi... 119

2. Pertimbangan Majelis Komisi ... 121

3. Amar Putusan ... 135

4. Analisis Putusan ... 136

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan ... 141

B.Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 146

(9)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kewajiban Hukum Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Perusahaan Lain Oleh Perusahaan Grup Kepada KPPU”. Dalam penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yang dilakukan dengan mengkaji suatu permasalahan dari analisis hukum tertulis dari berbagai aspek, seperti teori, lingkup materi, dan undang-undang. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa kewajiban pemberitahuan merupakan hal krusial yang harus dilakukan oleh pelaku usaha. Apabila tidak dilakukan maka akan memberikan dampak kepada pelaku usaha lain, masyarakat sebagai konsumen, dan Negara. Kewajiban pemberitahuan ini wajib dilakukan setelah pengambilalihan berlaku efektif secara yuridis. Tetapi akan lebih baik apabila pelaku usaha melakukan Konsultasi terlebih dahulu kepada KPPU. Konsultasi tersebut dilakukan sebelum pengambilalihan dilakukan dengan tujuan meminta penilaian dari KPPU. KPPU sebagai otoritas pengawas persaingan usaha memiliki kewenangan untuk mengeluarkan putusan yang bersifat sanksi administratif kepada pelaku usaha yang tidak melakukan kewajiban pemberitahuan ini. Skripsi ini menyimpulkan bahwa pada dasarnya pengambilalihan saham perusahaan merupakan hak pelaku usaha yang boleh dilakukan, namun dalam pelaksanaannya terdapat batasan-batasan yang diatur pada Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Kata Kunci: Pengambilalihan Saham, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Perusahaan Grup Palembang, 2019 Disetujui oleh: Pembimbing Utama, Dr. M. Syaifuddin, S.H.,M.Hum NIP 197307281998021001 Pembimbing Pembantu,

Arfiana Novera, S.H.,M.Hum NIP 19571103198832001 Mengetahui

Ketua Bagian Hukum Perdata,

Sri Turatmiyah, S.H.,M.Hum NIP.196511011992032001

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perusahaan sudah menjadi suatu hal yang tidak asing dan bahkan dibutuhkan untuk menjamin perkembangan sebuah negara sehingga dapat bersaing atau mengejar pertumbuhan ekonomi negara lain pada skala internasional. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan pada suatu negara maka diharapkan dapat memberikan dampak yang positif kepada perkembangan kesejahteraan dan integritas bangsa di mata dunia. Hasil dari sebuah perusahaan, yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat adalah dengan adanya pertumbuhan kesejahteraan bangsa melalui peningkatan pendapatan negara dari pajak, penyediaan wadah penyaluran tenaga kerja atau pemberian pendidikan atas suatu keterampilan khusus dan teknologi baru.1 Berdasarkan alasan-alasan tersebut dan alasan-alasan lainnya, maka eksistensi dan peran perusahaan di dalam masyarakat sangat besar.

Jika mendengar kata perusahaan maka yang terlintas adalah perusahaan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) di Indonesia, Sendirian Berhad (SDNBHD) di Malaysia, Private Limited (Pte Ltd) di Singapura, Kabushiki Kaisa di Jepang, Registered Companies di Inggris, Naamloze Vennotschap (NV) di Belanda dan Societes A Responsibilite Limite (SARL) di Perancis.

1 Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Mandar Maju, Bandung, 2000,

(11)

Pemikiran sedemikian rupa didasari atas fakta yang dirasakan secara langsung di dalam masyarakat mengenai banyaknya jumlah PT yang terbentuk. Jumlah PT yang semakin banyak didasari atas alasan bahwa pada ranah bisnis, PT merupakan bentuk usaha yang paling diminati dengan adanya limited liability yang membatasi pertanggungjawaban pemegang saham dan juga dikarenakan kemudahan bagi pemegang saham untuk mengalihkan saham yang dimilikinya pada PT tersebut. Kelebihan-kelebihan tersebut dapat dilihat secara implisit dari namanya yaitu kata “sero” yang berarti saham dan kata “terbatas” yang menggambarkan pertanggungjawaban yang terbatas pada nilai nominal saham yang dimiliki.2

Pada era globalisasi dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, bentuk-bentuk dari perusahaan menjadi semakin kompleks. Kompleksitas tersebut dilatari oleh semakin berkembangnya pengetahuan manusia dan semakin meningkatnya unsur kebutuhan manusia. Selain itu, keadaan perusahaan yang sudah sedemikian bersarnya sehingga perlu adanya pemecahan perusahaan ke dalam perusahaan-perusahaan baru yang mandiri dan sesuai penggolongan bisnisnya tanpa memindahkan kepemilikan dan pengontrolan yang masih bersifat sentral, juga menjadi faktor pendorong timbulnya bentuk kompleks dari suatu perusahaan.3 Salah satu hasil dari kompleksitas tersebut adalah perusahaan dalam

2 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, cet. 3, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 1.

3 MunirsFuady, Hukum Perusahaan

Dalam Paradigma Hukum Bisnis, cet. 2, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 83.

(12)

bentuk corporate group atau perusahaan grup. Walaupun dikatakan sebagai perusahaan grup, akan tetapi perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam kelompok tersebut tidak harus berbentuk badan hukum seperti PT. Terbuka kemungkinan untuk terintegrasinya badan non-hukum seperti Firma atau CV menjadi anak perusahaan dari suatu induk perusahaan yang berstatus badan hukum.4 Akan tetapi dikarenakan PT merupakan bentuk usaha yang paling ideal karena adanya limited liability, maka fokus dari pembahasan akan dipersempit kepada perusahaan grup yang terdiri dari berbagai PT.

Kebutuhan akan ekspansi yang dirasakan oleh beberapa perusahaan dengan membentuk sebuah perusahaan grup dapat dilakukan antara lain dengan cara mendirikan atau mengakuisisi sebuah perusahaan dimana induk perusahaan atau holding company, parent company atau controlling company menjadi salah satu pemegang sahamnya.5 Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan memecahkan unit usaha-usaha sebuah perusahaan ke dalam bentuk perusahaan baru sehingga menjadi kaki dan tangan dari perusahaan induk. Pembentukan, akuisisi maupun pemecahan usaha-usaha holding company ke dalam bentuk perusahaan baru yang secara yuridis terpisah dari holding company namun secara ekonomis merupakan suatu kesatuan dengan holding company,6atau dapat dikatakan sebagai perusahaan-perusahaan yang berada di bawah satu pimpinan

4 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Perusahaan Kelompok (Group Company/Concern),

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1997, hlm. 5.

5 Munir Fuady, Op. Cit.

6 Sulistiowati, Realitas Bisnis dan Aspek Yuridis Perusahaan Grup, Erlangga, Jakarta, 2010,

(13)

sentral dengan bentuk ‘‘pengurusan bersama yang dikelola dengan gayaxdan pola

yang sama, menciptakan sebuah anak perusahaan baru yang disebut dengan

subsidairy company.7

Eksistensi perusahaan grup di Indonesia telah ada sejak lama. Oei Tiong Ham Concern merupakan perusahaan grup pertama di Indonesia, bahkan yang pertama di Asia Tenggara.8 Perusahaan-perusahaan grup di Indonesia sebagaimana Oei Tiong Ham Concern berawal dari bisnis perdagangan atau trading company.9 Kemudian jejak perusahaan grup ini mulai merambah ke dunia Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Pembentukan perusahaan grup oleh BUMN merupakan suatu langkah yang tepat untuk dilakukan, karena dengan menjadi perusahaan grup tentunya kinerja perusahaan akan meningkat. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan yang semata-mata digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Selain sebagai suatu terobosan yang baik, pembentukan perusahaan grup ini tidak perlu mengacuhkan_Undang-Undang Nomor_5nTahunn1999xtentang Larangan Pratek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat karena dalam Pasal 51 UU Persaingan Usaha sudah jelas

tercantum bahwa BUMN dapat melakukan monopoli karena keberadaannya menyangkut hajat hidup orang banyak.

7 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Loc. Cit.

8 Sulistiowati, Tanggung Jawab Hukum Pada Perusahaan Grup di Indonesia, Jakarta,

Erlangga, 2013, hlm. 2.

(14)

Seiring berkembangnya zaman, perusahaan grup telah menjadi bentuk usaha yang banyak dipilih oleh pelaku usaha di Indonesia. Meningkatnya jumlah perusahaan grup di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya meliputi penciptaanxnilai tambah melalui sinergi dari beberapa perusahaan,

upaya perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang melebihi perusahaan lain dan perintah undang-undang yang mendorong terbentuknya perusahaan

grup.10

Perusahaan grup memang menjadi pilihan bagi pelaku usaha dan eksistensinya sudah menjamur di Indonesia. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, perusahaan grup yang dilaksanakan oleh swasta harus tunduk pada aturan yang ada, salah satunya Undang-UndangxNomorx5xTahunx1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disingkat UU

No. 5/1999). Tak bisa dipungkiri bahwa pelaksanaan dari perusahaan grup ini seringkali tidak sesuai dengan apa yang sudah diatura dalam UU No. 5/1999.

Proses pembentukan atau pengembangan perusahaan grup dicapai dengan pertumbuhan eksternal dimana suatu perusahaan atau perusahaan grup melakukan integrasi vertikal/horizontal, baik melalui kerja sama dengan perusahaan lain maupun mengalokasikan sebagian kegiatan bisnis kepada perusahaan lain.11 Suatu perusahaan grup dapat bekerjasama dengan perusahaan

10 Sulistiowati, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia, Jakarta,

Erlangga, 2010, hlm. 1.

11 Ridwan Khairandy, “Konglomerat Indonesia dan UU Persaingan Usaha”, Majalah Hukum

(15)

lain melalui pengambilalihan saham dari perusahaan lain ataupun kerjasama usaha patungan, atau mengalokasikan sebagian kegiatan bisnis kepada perusahaan lain melalui pendirian anak perusahaan, pemisahan usaha atau pengalihan saham.

PT Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan salah satu dari banyaknya perusahaan grup di Indonesia, didirikan sebagai sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing dengan nama awal PT Nippon Indosari Corporation pada tahun 1996. Perusahaan ini adalah salah satu produsen roti di Indonesia yang dikenal dengan merek dagang Sari Roti. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ini memiliki dua anak perusahaan yaitu Sarimonde Foods Corporation dan PT Prima Top Boga. PT Prima Top Boga menjadi anak perusahaan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk melalui pengambilalihan saham Prima Top Boga sebesar 50,99% oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk seperti yang disebutkan dalam Putusan Perkara Nomor: 07/KPPU-M/2018.

Namun sayangnya, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk tidak memberitahukan aksi korporasinya ini secara tepat waktu kepada Komisi

Pengawas Persaingan Usaha (selanjutnya disingkat_KPPU) sehingga PT Nippon

Indosari Corpindo dikenakan sanksi berupa denda administratif. Padahal, hal mengenai pemberitahuan pengambilalihan saham ini sudah jelas tercantum pada Pasalx29xAyat (1) UU No. 5/1999 yang berbunyi:

Penggabungan atau peleburan badan usaha atau pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi_jumlah tertentu, wajib

(16)

diberitahukan kepada Komisi_selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan atau pengambilalihan tersebut.

Ketentuan mengenai pengambilalihan saham perusahaan selanjutnya diatur lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disingkat PP No. 57/2010).

PP No. 57/2010 bertujuan untuk memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha dan untuk menciptakan suasana dunia usaha yang sehat dan tidak mengarah pada penguasaan sumber ekonomi dan pemusatanxkekuatanxekonomi pada suatuxkelompokxatau golongan tertentu. Tindakann(merger),nkonsolidasi dann akuisisinhendaknyantetapn memperhatikann kepentingan konsumenndan pelaku usaha lainnya serta tindakan-penggabungan, peleburan dan pengambilalihan yang dapat mendorongxke arah terjadinyaxpraktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat harus dihindari.12

Pada-PP Nomorn57 Tahun_2010 dirumuskan:

Penggabungan badan usaha, peleburan badan usaha atau pengambilalihan_saham perusahaan lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada_Komisi paling lama 30 (tiga

12 Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau

Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

(17)

puluh) hari kerja_sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis penggabungan badan usaha, peleburan badan usaha atau pengambilalihan saham_perusahaan.

Pada ayat selanjutnya dirumuskan bahwa:

a. nilai asetxsebesar Rp 2.500.000.000.000,00 (duatriliun lima ratus miliar rupiah); dan/atau

b. nilai penjualan_sebesar Rp 5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah).

Kasus diatas merupakan satu dari sekian banyak keteledoran yang dilakukan oleh perusahaan grup. Dari kasus diatas dapat kita simpulkan bahwa masih ada beberapa perusahaan grup yang tidak taat aturan walaupun aturan tersebut sudah jelas diundangkan dalam bentuk Undang-Undang. Peran KPPU dalam hal ini sangat dibutuhkan. Penggabungan,speleburannbadannusaha maupun pengambilalihan saham perusahaan tidak lepas dari proses merger yang harus mendapatkan pengawasan dari KPPU.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka topik ini menarik untuk dijadikan penelitian dengan judul KEWAJIBAN HUKUM PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN OLEH PERUSAHAAN GRUP KEPADA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA.

(18)

B. Rumusan Masalah

Adapunnpokok-pokok permasalahn yang akan dikaji sehubungan dengan adanya latar belakang yang telahxdipaparkan diatas adalah:

1. Apa rasio hukum dari kewajiban hukum pemberitahuan pengambilalihan saham perusahaan lain oleh perusahaan grup kepada KPPU?

2. Bagaimana bentuk, ruang lingkup dan proses pemberitahuan dari pengambilalihan saham perusahaan lain oleh perusahaan grup?

3. Bagaimana akibat hukum bagi perusahaan grup yang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain tetapi terlambat melakukan kewajiban pemberitahuan kepada KPPU?

C. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan pokok permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari skripsi ini ialah:

1. Memahami rasio hukum dari kewajiban hukum pemberitahuan pengambilalihan saham perusahaan lain oleh perusahaan grup kepada KPPU. 2. Memahami bentuk, ruang lingkup dan proses pemberitahuan dari

pengambilalihan saham perusahaan lain oleh perusahaan grup.

3. Memahami akibat hukum bagi perusahaan grup yang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain tetapi terlambat melakukan kewajiban pemberitahuan kepada KPPU.

(19)

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat yang mencakup manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

D.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian akademik mengenai kewajiban hukum pemberitahuan pengambilalihan saham perusahaan lain oleh perusahaan grup kepada KPPU.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber kepustakaan dalam penelitian selanjutnya sesuai dengan kajian penelitian yang bersangkutan.

D.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan kontribusi praktis sehingga dapat menjadi acuan praktis bagi para pihak terkait antara lain:

1. Perusahaan grup sebagai bahan masukan sehingga tidak terjadi kesalah pahaman lagi dan dapat mensosialisasikannya ke seluruh anggota perusahaan.

2. Perusahaan lain sebagai bahan masukan agar kedepannya diharapkan melakukan riset terlebih dahulu mengenai aturan pengambilalihan saham. 3. KPPU sebagai bahan masukan dalam memutus perkara yang sama yaitu

keterlambatan dalam melakukan pemberitahuan atas pengambilalihan saham perusahaan lain oleh perusahaan grup.

(20)

4. Masyarakat sebagai konsumen, guna memberi informasi bahwa monopoli dan persaingan usaha tidak sehat merupakan ultimatum bagi ekonomi masyarakat yang berujung membebani rakyat sebagai konsumen sehingga diharapkan dapat mendorong rakyat untuk melakukan monitoring dan melapor ke KPPU jika mengetahui adanya aksi korporasi ini.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dengan judul “Kewajiban Hukum Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Perusahaan Oleh Perusahaan Grup Kepada KPPU” ini memiliki ruang lingkup permasalahan yang dibatasi dengan rasio hukum darikewajiban pemberitahuan pengambilalihan saham perusahaan lain oleh perusahaan grup kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Kemudian penulisan ini juga membahas bentuk, ruang lingkup dan proses pemberitahuan dari pengambilalihan saham perusahaan lain oleh perusahaan grup. Berikutnya yang terakhir adalah mengenai akibat hukum bagi perusahaanLgrup yangSmelakukan pengambilalihanLsaham perusahaan lain tetapi terlambat melakukan kewajiban pemberitahuannkepada KPPU.

F. Kerangka Teori dan Konsep

Dalam penelitian skripsi ini digunakan beberapa teori dan konsep untuk menjawab permasalahan, yaitu:

F.1 Teori Hak dan Kewajiban

Subjek hukum adalah semua yang menurut hukum dapat menjadi pendukung (dapat memiliki) hak dan kewajiban. Menurut Mertokusumo, subjek hukum ialah

(21)

segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum. Dari pendapat Mertokusumo tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa subyek hukum itu yang dapat memiliki hak dan kewajiban. Adapun subyek hukum yang dimaksud itu ialah manusia (natuurlijk persoon) dan badan hukum (rechtpersoon). Namun dalam pembahasan ini akan lebih dicondongkan ke badan hukum sebagai subyek hukum.

Hak adalah role/peranan yang fakultatif sifatnya karena boleh tidak dilaksanakan. Hak itu sendiri terbagi dalam beberapa macam, yaitu:13

1. Berdasarkan segi eksistensi

Hak yang melekat pada manusia sejak lahir_disebut hak orisinil (misal: hak hidup, hakxmilik, hak atas kebebasan). Dari hak_orisinil ini kemudian melahirkan hak derivatif_yang merupakan turunan dari hak hidup (misal: hak sewa adalahsturunanndari haknmilik). Hak derivatif ini muncul karena diciptakan oleh undang-undang, dipraktekkan dalam hukum kebiasaan dan dituangkan dalam perjanjian.

2. Berdasarkan kehidupanxbernegara (hakndasarndan haknpolitik)

Hakndasar ialah hak-hak yang_tertuang dalam Magna Charta seperti haknhidupnbebas, hak keamanan, hak untuk melakukan hal-hal yang tidak merugikanLorang lain, hak untuksberagama, dan lain-lain. Sedangkan hak politik ialah hak untuk_ikut serta baik secara langsung

13 Angger Saloko, Pengantar Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Nusantara,

(22)

maupun tidak secara langsung untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan.

3. Hak privat yang terdiri dari hak absolut dan hak relatif

Pembedaan hak privat menjadi hak absolut dan hak relatif dikarenakan oleh tiga hal, yaitu:

a.Hak absolut dapat diberlakukan kepadaxsetiap orang sedangkan hak relatif hanya berlaku untuk seseorang tertentu.

b. Hak absolutxmemungkinkan pemegangnya untuk melaksanakan apa yang menjadi pokok haknya melalui hubungan dengan orang lain. Tetapi orang lain tidak boleh melakukan pelanggaran atas kesempatan yangxdimiliki oleh pemegang hak tersebut.

c.Hak relatif menciptakan kewajiban kepada orang lain untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Hak absolut dapat dibagi menjadi hak pribadi, hak kekeluargaan (misal: hak perwalian), hak kebendaan (misal: hak guna bangunan, hak milik), dan hak atas barang-barang tidak berwujud (misal: hak kekayaan intelektual).14 Hak absolut dan hak relatif lahir karena adanya peristiwa hukum, hubungan hukum dan perbuatan hukum.15

14 Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum,

Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, hlm. 37.

(23)

Berikutnya adalah kewajiban yang merupakan beban yang diberikan oleh hukum kepada orang atau badan hukum. Kewajiban_dalam teori ilmu hukum menurut Curson secara umum dibedakan atas lima golongan, yaitu:16

1) Kewajiban Mutlak dan Kewajiban Nisbi

a) Kewajiban mutlak adalah kewajiban yang tidak mempunyai pasangan hak.

b) Kewajiban nisbi adalahxkewajiban yang disertai dengan adanya hak. Misal, seorang mahasiswa berkewajiban untuk membayar uang kuliah sehingga mahasiswa teresbut berhak menerima ilmu.

2) KewajibanxPublik dan Kewajiban Perdata

a) Kewajiban publik adalah kewajiban yang berhubungan dengan hak-hak publik. Misal, kewajibanxuntuk mematuhi peraturan yang ada. b) Kewajiban perdata_adalah kewajiban yang berhubungan dengan

hak-hak perdata. Misal, kewajiban yang timbul akibat dari suatu kontrak.

3) Kewajiban Positif dan_Kewajiban Negatif

a) Kewajiban positif adalah kewajiban_yang menghendaki suatu perbuatan positif. Misal, kewajiban pembeli untuk membayar barang yang akan dibelinya agarxpenjual menyerahkan barang.

16 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2008,

(24)

b) Kewajiban negatif adalah kewajiban yangxmenghendaki untuk tidak melakukan sesuatu. Misal, kewajiban seseorang untuk tidak mengambil atau mengganggu hak orang lain.

Kewajiban dapat hilang atau hapus dari subyek hukum. Salah satu sebab berakhirnya suatu kewajiban ialahxkewajiban telah dipenuhi oleh subyek hukum yang bersangkutan.17 Namun, apabila subyek hukum tidak melaksanakan kewajiban_mutlaknya, maka subyek hukum tersebut akan menerima hukuman karena kewajiban itu bersifat imperatif yang berarti tidak boleh tidak dilaksanakan.18

Perseroan adalah badan hukum yang berarti perseroan merupakan subjek hukum dimana perseroan sebagai sebuah badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya.19 Pada dasarnya, apabila kita ingin mendapatkan hak maka kita harus memenuhi kewajiban kita terlebih dahulu. Masing-masing subjek hukum memiliki porsi hak dan kewajibannya tersendiri yang tidak bisa disamakan satu sama lain. Hal ini dikarenakan kepentingan tiap subjek hukum itu berbeda.

Seperti halnya perseroan terbatas yang merupakan subjek hukum dalam bentuk badan hukum. Perseroan terbatas memiliki haknya tersendiri yang diantaranya adalah memperbaiki kondisi internal perusahaannya untuk

17 Abdul Ghofar, Filsafat Hukum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2010, hlm.

25.

18Peter Mahmud Marzuki, op. cit., hlm. 41.

19 Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru, cet. 3, Djambatan, Jakarta,

(25)

mendapatkan output yang lebih baik kedepannya. Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan ialah dengan melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain. Ketika suatu perseroan terbatas melakukan aksi korporasi sebagai haknya, tentu ada kewajiban yang harus ia penuhi, yaitu melakukan pemberitahuan atas aksi korporasinya ini kepada KPPU seperti yang tercantum dalam Pasal 29 UU Persaingan Usaha.

Sehubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas, teori ini digunakan untuk menjelaskan tentang hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.

F.2 Teori Restrukturisasi Perusahaan

Dalam era persaingan_yang semakin ketat, perusahaan akan terus menerus melakukan evaluasi kinerja, untuk selanjutnya melakukan serangkaian perbaikan. Hal ini dilakukan_agar perusahaan semakin unggul dalam bersaing dengan perusahaan lain. Salah satu strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan adalah dengan cara melakukan restrukturisasi perusahaan.20Restrukturisasi perusahaan pada dasarnya memperbesar atau memperkecil struktur organisasi perusahaan dengan cara melakukan perjanjian.21

20 Tuti Rastuti dkk, Aspek Hukum Pengelolaan Perusahaan, PT Refika Aditama, Bandung,

2018, hlm.3.

(26)

Dengan kata lain, tujuan dari restrukturisasi perusahaan adalah untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.22

Menurut Andrew Hicks & SH Goo, dari sudut praktik ekonomi, sulit memberi kategori yang tepat terhadap pengertian penggabungan, peleburan maupun pengambilalihan saham Perseroan.23 Sangat banyak dipergunakan terminologi yang bermunculan yang mengandung makna yang sama seperti merger, amalgamation, reconstruction, take over dan lain sebagainya.24 Pendapat yang seperti itu juga dikemukakan oleh Charlesworth and Morse. Terjadi campur aduk pengertian diantara antara yang satu dengan yang lain mengenai penggabungan dan peleburan maupun pengambilalihan Perseroan. Oleh karena itu, penerapan rekonstruksi Perseroan yang disebut amalganation bisa juga disebut take over yang meliputi pengertian acquisition of share in the company by another company.25

Berdasarkan penjelasan di atas dan dikaitkan dengan yang diatur pada Bab VIII Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disingkat UU NO. 40/2007), bentuk-bentuk yang disebut di dalamnya pada dasarnya berada dalam satu lingkup tindakan hukum “rekonstruksi” perseroan yang secara umum disebut take overatau amalgation.26

22 Bramantyo, Djohanputro, Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai: Strategi Menuju

Keunggulan Bersaing, Penerbit PPM, Jakarta, 2004, hlm. 2.

23 Andrew Hicks and SH Goo, Cases & Materi als On Company Law, JSE, 1995, hlm. 514. 24 Ibid.

25 Charlesworth and Morse, Company Law, ELBS, fourteenth edition, 1991, hlm. 834. 26 Yahya Harahap, Hukum PerseroanTerbatas, cet ke-6, Sinargrafika, Jakarta, 2016, hlm.

(27)

Oleh Bab VIII tersebut dipergunakan istilah Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan.

Terlepas dari kekacauan istilah, Bab VIII UU NO. 40/2007 2007 telah mengatur bentuk-bentuk tindakan restrukturisasi perseroan yang dibenarkan hukum.27 Terdiri atas penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahan perseroan.

Restrukturisasi berdasarkan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negaramadalah upaya yang dilakukan dalam rangkanpenyehatan BUMN yangnmerupakannsalah satu langkahnstrategis untuknmemperbaiki kondisi internalnperusahaan guna memperbaikinkinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Restrukturisasi tidak hanya berlaku untuk BUMN, tetapi perusahaan swasta pun dapat melakukan restrukturisasi.

Sederhananya, restrukturisasi adalah upaya penyehatan perusahaan yang sakit dengan melakukan perubahan struktur perusahaan sehingga makin membesar. Berdasarkan empat cara restrukturisasi tersebut, model penggabungan dan pengambilalihan saham lebih sering digunakan oleh manajemen dalam melakukan restrukturisasi perusahaan. Alasan utama bagi banyak pengambilalihan saham adalah menciptakan sinergi, baik keuangan ataupun operasi, yaitu memberikan nilai tambah kepada perusahaan gabungan.28 Menurut

27 Ibid., hlm. 507.

28Mohammad Teguh Perkasa, Analisis Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah

(28)

teori, sebuah bisnis gabungan harus memberikan pendapatan yang lebih tinggi dan/atau biaya operasional yang lebih rendah.29

Nilai suatu perusahaan gabungan seharusnya lebih besar dibandingkan perusahaan yang dioperasikan secara independen. Perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah banyak yang melakukan penggabungan atau pengambilalihan saham perusahaan lain, terutama pada masa krisis ekonomi yang mengakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan yang bangkrut. Kemudian aksi korporasi ini terus dilakukan hingga sekarang karena dipandang dapat membawa dampak yang yang menguntungkan bagi perusahaan.

Sehubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas, teori ini dapat menjelaskan sisi positif dari dilakukannya pengambilalihan saham mayoritas PT Prima Top Boga oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk sebesar 50,99%.

F.3 Teori Per Se

Teori ini lebih menitikberatkan kepada struktur pasar tanpa terlalu memperhitungkan kepentingan ekonomi dan sosial yang lebih luas.30 Dengan adanya teori ini, timbul apa yang dinamakan larangan yang bersifat per se rule, yaitu bentuk larangan yang tegas dalam rangka memberikan kepastian bagi para pelaku usaha dalam memaknai norma-norma larangan dalam persaingan usaha.31

29 Ibid.

30 Johny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori dan Implikasi Penerapannya di

Indonesia, cet. 2, Bayumedia Publishing, Malang, 2007, hlm. 223.

31 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, Citra Aditya

(29)

Akibat dari larangan yang bersifat per se rule adalah pengawas (dalam hal ini KPPU) cukup membuktikan pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha tanpa melihat efek yang ditimbulkan. Hal ini karena pelaku usaha sudah dianggap telah melakukan perbuatan yang telah dilarang dengan melanggar ketentuan hukum yang mengaturnya (per se illegal).

Pendekatan per se illegal adalah suatu pendekatan yang menyatakan setiap perjanjian atau kegiatan usaha tertentu sebagai illegal, tanpa pembuktian lebih lanjut atas dampak yang ditimbulkan dari perjanjian atau kegiatan usaha tersebut.32 Pada dasarnya ada dua syarat dalam melakukan pendekatan per se illegal, yaitu pertama harus lebih dicondongkan kepada “perilaku bisnis” daripada situasi pasar, misalnya mengenai akibat dan hal-hal yang melingkupinya. Kedua, adanya identifikasii secara cepat dan mudah mengenai jenis praktek atau batasan perilaku yang terlarang. Terdapat dua hal penting dalam pendekatan per se illegal yang harus diperhatikan, yaitu adanya efek merugikan yang signifikan dari perilaku tersebut dan kerugian tersebut harus tergantung pada kegiatan yang dilarang.33

Sehubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, maka teori ini digunakan untuk membuktikan pelanggaran yang telah dilakukan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.

F.2 Teori Rule of Reason

32 Ibid., hal. 55. 33 Ibid., hal. 61.

(30)

Teori ini diterapkan dengan menimbang-nimbang antara akibat negatif dari tindakan tertentu terhadap persaingan dengan keuntungan ekonomisnya,34 dalam lingkup doktrin rule of reason, jika suatu kegiatan yang dilarang dilakukan oleh seorang pelaku usaha akan dilihat seberapa jauh efek negatifnya. Jika terbukti secara signifikan adanya unsur yang menghambat persaingan, baru diambil tindakan hukum.35 Tetapi, pendekatan rule of reason juga dianggap menyiratkan kelemahan, dan mungkin yang merupakan kelemahan paling utama adalah bahwa rule of reason yang digunakan oleh para hakim dan jaksa mengharuskan pengetahuan tentang teori ekonomi dan sejumlah data ekonomi yang rumit dimana mereka belum tentu memiliki kemampuan yang cukup untuk memahaminya, guna dapat menghasilkan keputusan yang rasional.36

Ciri-ciri pembeda yang dimiliki oleh larangan yang bersifat rule of reason yaitu:

a. Bentuk aturan yang menyebutkan adanya persyaratan tertentu yang harus terpenuhi sehingga menimbulkan kualifikasi adanya potensi bagi terjadinya praktek monopoli dan praktek persaingan usaha tidak sehat. b. Adanya anak kalimat “patut diduga atau dianggap” dalam aturan

tersebut.

34 Fuady, op. cit., hlm. 223. 35 Ibrahim, op.cit., hlm. 223.

36 Tri Anggraini, Penerapan Pendekatan “Rule of Reasondan “Per se Illegal” Dalam

(31)

Pendekatan rule of reason adalah suatunpendekatan yang digunakan oleh lembaganpengawas persaingannusaha untuk membuat evaluasi mengenai akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu untuk menmutuskan apakah perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat menghalangi atau mendukung persaingan.37 Penggunaan pendekatan rule of reason memungkinkan pengadilan untuk melakukan interpretasi terhadap undang-undang. Analisis terhadap suatu kegiatan usaha tertentu yang diduga melakukan dengan mengkaji tujuan dari kesepakatan tersebut, karakter dari pihak-pihak dan dampak penting yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut.38

Sehubungan dengan topik permasalahan yang akan dibahas, maka teori ini berfungsi untuk mengkaji lebih lanjut mengenai sejauh mana efek negatif yang disebabkan dari pelanggaran yang dilakukan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Pada penulisan skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan yang hanya dilakukan berdasarkan bahan hukum tertulis dengan cara mengkaji teori-teori,

37 Andi Fahmi Lubis, et al, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks, Deutsche

Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ), Indonesia, 2009, hlm. 81.

(32)

konsep, asas-asas hukum serta pengaturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan Undang-Undang (Statue Approach)

Pendekatan undang-undang (statute approach) adalah penelitian dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berhubungan dengan isu hukum yang sedang ditangani.39

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan konseptual ialah pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum.40 Pandangan atau doktrin akan memperjelas ide-ide dengan memberikan pengertian-pengertian hukum, konsep hukum, maupun asas hukum yang relevan dengan permasalahan.

c. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Merupakan salah satu jenis pendekatan dalam penelitian hukum normatif yang peneliti mencoba membangun argumentasi hukum dalam prespektif kasus konkret yang terjadi dilapangan, tentunya kasus tersebut erat kaitannya dengan kasus atau peristiwa hukum yang terjadi

39 Peter Mahmud, Penelitian Hukum, cetakan ke-11, Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 93. 40 Ibid.

(33)

dilapangan untuk itu biasanya jenis pendekatan ini tujuannya adalah untuk mencari nilai kebenaran serta jalan keluar terbaik terhadap peristiwa hukum yang terjadi sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan. Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi. Kasus-kasus yang ditelaah merupakan kasus yang telah memperoleh putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap.41

3. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahannhukum primer, bahannhukum sekunderndan bahan hukum tersier yang akan diuraikan sebagai berikut:

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat imengikat dan terdiri dari:

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3817);

41 I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori

(34)

2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

3) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5144);

4) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11 Tahun 2010 tentang Konsultasi Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan;

5) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan;

6) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha

(35)

dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

7) Putusan KPPU Perkara Nomor: 07/KPPU-M/2018.

b) BahannHukumnSekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.42 Penelitian ini menggunakan textbooks yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas. Bahan hukum tersebut terdiri dari hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum (misalnya: buku-buku, makalah hukum, jurnal/majalah hukum, artikel, skripsi) dan sebagainya.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum tambahan yang memberikan petunjuk mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.43 Bahan hukum tersier itu sendiri terdiri dari kamus, ensiklopedi dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah hukum persaingan usaha.

42 Peter Mahmud, op.cit., hlm. 93.

43 SoerjononSoekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cetakan ke-3, UIsPress, Jakarta, 1984,

(36)

4. TekniknPengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan, yaitu dengan caramemperlajari dan menelaah asas-asas, norma dari peraturan perundang-undangan, perjanjian serta doktrin.

5. Teknik Pengolahan Bahan Hukum

Terkait dengan pengolahan bahan hukum menggunakan dua metode, yaitu: a. Penafsiran Hukum

Menggunakan penafsiran dengan menentukan arti atau makna suatu teks atau bunyi pasal berdasar pada kaitannya. Dalam metode penafsiran hukum ada beberapa jenis yaitu penafsiran hukum menurut tata bahasa, penafsiran sistematis, penafsiran mempertentangkan, penafsiran memperluas, penafsiran mempersempit, penafsiran historis, penafsiran teologis, penafsiran logis, penafsiran futuristik, penafsiran komparatif, penafsiran autentik (resmi) dan penafsiran nasional.44

b. Konstruksi Hukum

Dalam melakukan konstruksi dalam penemuan dan pemecahan permasalahan hukum harus mengetahui tiga syarat utama, yaitu: (1) konstruksi harus mampu meliputi semua bidang hukum positif yang bersangkutan, (2) dalam pembuatan konstruksi tidak boleh ada pertentangan logis di dalamnya, (3) konstruksi kiranya mengandung

44 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Penerbit Maju, Bandung,

(37)

faktor keindahan dalam arti tidak dibuat-buat tetapi dengan dilakukan konstniksi persoalan yang belum jelas dalam peraturan-peraturan itu.

Konstruksi hukum harus memberikan gambaran yang jelas tentang sesuatu hal oleh karena itu cukup sederhana dan tidak menimbulkan masalah baru dan boleh tidak dilaksanakan. Ada beberapa metode konstruksi hukum yang dapat dijumpai yaitu Argumen Peranalogian, Argumen A’contrario, Pengkonkretan Hukum dan Fiksi Hukum.45

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang mana hasil penelitian akan dideskripsikan dalam bentuk penjelasan yang disusun secara sistematis untuk dapat ditarik kesimpulan secara umum yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus terhadap pokok bahasan yang diteliti.46

7. Teknik Penarikan Kesimpulan

Metode penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode deduktif, yaitu suatu pola pikir yang didasarkan pada suatu fakta yangnbersifatnumum, kemudian ditarik sebuahnkesimpulan pada suatu fakta yangmbersifat khusus.47 Hasil penelitian ini merupakan proposisi umum yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan untuk memperoleh kesimpulan yang

45 Ibid., hlm. 96.

46 Sulistyo Basuki, Metode Penelitian, Wedatama Widya Sastra, Jakarta, 2006, hlm. 68. 47 Amirudin dan Zainul Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo

(38)

bersifat lebih khusus guna menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdul Ghofur, 2010, Filsafat Hukum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 2003, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas,

PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Amirudin dan Zainul Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Andi Fahmi Lubis, et al, 2009, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks, Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ), Indonesia. Andrew Hicks & SH Goo, 1995, Cases& Materi als on Company Law, JSE. Arie Siswanto, 2002, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Bogor.

A. M. Tri Anggraini, 2003, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, The Indonesia Netherlands Legal Reform Program (NLRP), Jakarta.

Bramantyo Djohanputro, 2004, Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai: Strategi Menuju Keunggulan Bersaing, Penerbit PPM, Jakarta.

Charlesworth and Morse, 1991, Company Law, ELBS, Fourteenth Edition.

Dea Claudia, 2012, Aspek Hukum Holding Company Dalam Perusahaan Dengan Status Badan Usaha Milik Negara, Skripsi Universitas Indonesia, Depok. Destivanos dan Harjon Sinaga, 2005, Hukum Acara Persaingan Usaha, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1997, Perusahaan Kelompok (Group Company/Concern), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Felix Oentoeng Soebagjo, 2006, Hukum Tentang Akuisisi Perusahaan, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta.

(40)

Gunawan Widjaja, 2002, Merger dalam Perspektif Monopoli, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hermansyah, 2008, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Kencana, Jakarta.

I Made Pasek Diantha, 2016, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum, Prenada Media Grup, Jakarta.

Johny Ibrahim, 2007, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang.

J. M. M. Maejier, 1978, A Modern Company Law System: Commentar on the 1976 Dutsch Legislation, Sjihoff and Noordhoff International Publishers.

Karl E. Case dan Ray C. Fair, 2007, Prinsip-Prinsip Ekonomi (Principles of Economics), diterjemahkan oleh Zaimur, Erlangga, Jakarta.

M. Yahya Harahap, 2016, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta.

Miranda Anwar, 2008, Pencatatan Saham Lewat Belakang (Backdoor Listing) Dengan Cara Melakukan Akuisisi (Studi Kasus: PT Fatrapolindonusa Industri Tbs Oleh Titan International Corp.Sdn.Bhd), Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2008, hlm. 16.

Mohammad Teguh Perkasa, 2013, Analisis Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Restrukturisasi, Tesis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Munir Fuady, 1999, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat, Citra Aditya Bakti, Bandung.

---, 2002, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Binis, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

---, 2008, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over dan LBO: Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007, Citra Aditya Bakti, Jakarta.

Mohammad Teguh Perkasa, 2013, Analisis Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Restrukturisasi, Tesis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 3.

(41)

Ningrum Natasya Sirait et. al., 2010, Ikhtisar Ketentuan Hukum Persaingan Usaha, The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program (NLRP), Jakarta. Noeng Muhadjir, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rekesrasin, Yogyakarta. Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media,

Jakarta

Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, 1989, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Mandar Maju, Bandung, 2000.

Stephen F. Ross, 2003, Principles of Antitrust Law, The Foundation Press, New York.

Sudikno Mertokusumo, 2008, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Penerbit Maju, Bandung.

Sulistiowati, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2011.

---, Realitas Bisnis dan Aspek Yuridis Perusahaan Grup, Erlangga, Jakarta, 2010.

---, Tanggung Jawab Hukum Pada Perusahaan Grup di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2011.

Tuti Rastuti dkk, 2018,Aspek Hukum Pengelolaan Perusahaan, PT Refika Aditama, Bandung.

Wawan Zulmawan, 2008, Panduan Praktik Merger atau Akuisisi Perusahaan, Penerbit Permata Aksara, Jakarta.

Sumber Perundang-undangan:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817).

(42)

c. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297).

d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576).

e. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5144).

f. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan.

g. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11 Tahun 2010 tentang Konsultasi Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan.

h. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan.

i. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. g. Putusan KPPU Perkara Nomor: 07/KPPU-M/2018.

Sumber Jurnal:

A. M. Tri Anggraini, 2005, “Penerapan Pendekatan “Rule of Reason” dan “Per se Illegal” Dalam Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Hukum Bisnis, vol. 24. Joni Emirzon, 2008, “Analisis Hukum Pengalihan Saham PT Alfa Retailindo Tbk

(43)

Perseroan Terbatas, UU Anti Monopoli dan UU Penanaman Modal”, Jurnal Hukum Bisnis Volume 27-No. 1, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta.

Ridwan Khairandy, “Konglomerat Indonesia dan UU Persaingan Usaha”, Majalah Hukum Trisakti, Tahun XX, No. 18, 1995.

Stefino Anggara, 2009, “Komisi Pengawas Persaingan Usaha dan Peradilan Khusus (Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman)”, Jurnal Persaingan Usaha I.

Sukarni, 2011, “Kedudukan KPPU Dalam Lembaga Extra Auxiliary”, Jurnal Persaingan Usaha 6.

---, 2010, “Peran UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Dalam Meningkatkan Persaingan Usaha di Era AFTA”, Jurnal Persaingan Usaha 4.

Sulistiowati, 2013, “Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Hukum Dagang”, Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI.

Sumber Internet:

http://www.dpr.go.id/doksileg/proses1/RJ1-20170427-101602-9088.pdf diakses pada tanggal 24 April 2019.

https://www.academia.edu/36409029/KASUS_ANTI_MONOPOLI_DAN_PERSAI NGAN_PT_CARREFOUR_INDONESIA diakses pada tanggal 7 Mei 2019 pukul 14.00 WIB.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20140310/100/209508/batasan-trading-terms-15-dorong-pemasok-ritel-ikm diakses pada tanggal 7 Mei 2019 pukul 22.03 WIB.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas bahwa kesadaran tidak ada hubungannya dengan kemauan membayar pajak dan pemahaman wajib pajak UMKM masih minim, maka peneliti melakukan

Bila Penyedia Jasa gagal menyiapkan As Built Drawing sampai batas toleransi yang diberikan PPK maka PPK bisa menunjuk orang atau pihak lain untuk membuat As

Hasil uji tersebut diperkuat dengan hasil perhitungan koefisien determinasi yaitu sebesar 21% artinya adalah variabel minat beli dapat dijelaskan oleh variabel

%engertian terseut leih mem*okuskan pada upaya perawat dalam mendukung integrasi seseorang" ;iri orang yang sehat jiwanya adalah adanya integrasi atau kesatuan yang

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati proses kegiatan pembelajaran dan penerapan metode yang digunakan serta peningkatan hasil belajar

Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah ke dalam selisih tarif upah dan selisih efisiensi upah, tetapi hanya ada satu macam yang merupakan gabungan

Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan memberikan gambaran tentang hubungan kualitas pelayanan dalam menciptakan konsumen yang loyal pada

Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode peramalan dengan menggunakan singular spectrum analysis (SSA) dengan window length sebesar 6 dikatakan baik dalam meramalkan