DANAREKSA BTN02 KPR BTN
Laporan Auditor Independen Dan Laporan Keuangan
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2012 Dengan Angka Perbandingan
Halaman
1. Laporan Auditor Independen i
2. Laporan Posisi Keuangan 1
3. Laporan Laba Rugi Komprehensif 2
4. Laporan Perubahan Aset Bersih 3
5. Laporan Arus Kas 4
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2012 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
PER 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Catatan 2012 2011
ASET
Bank 2c, 3, 19 17.718.269.886 20.481.300.310
Rekening Titipan 2c, 4, 19 89.738.514 191.118.957
Investasi dalam Time Deposit 2c, 5, 19 31.150.000.000 36.010.000.000
Piutang Bunga 2c, 7, 19 96.602.740 61.562.301
Piutang KPR 2b, 2c, 6, 19 546.236.812.400 678.863.334.577
Pajak dibayar dimuka 2e, 17 953.366.392
-JUMLAH ASET 596.244.789.932 735.607.316.145
LIABILITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Hutang Bunga 2c, 8, 19 4.331.103.452 5.486.979.167
Hutang Pajak 2e, 17 - 2.229.101.376
Biaya yang masih harus dibayar 2c, 10, 19 635.177.104 672.549.886
4.966.280.556 8.388.630.429
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Hutang Lain-lain 2c, 9, 19 12.834.971.390 15.527.292.765
Hutang Sertifikat KIK EBA Kelas A 2b, 2c, 11, 19 509.125.630.274 645.000.000.000
Hutang Sertifikat KIK EBA Kelas B 2b, 2c, 12, 19 58.450.414.156 58.450.414.156
580.411.015.820 718.977.706.921
JUMLAH LIABILITAS 585.377.296.376 727.366.337.350
ASET BERSIH
Laba ditahan 10.867.493.556 8.240.978.795
JUMLAH LIABILITAS DAN ASET 596.244.789.932 735.607.316.145 BERSIH
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Catatan 2012 2011
PENDAPATAN INVESTASI
Bunga 2d, 13 90.397.266.361 16.473.552.198
Denda Keterlambatan 2d, 13 585.518.277 156.107.026
JUMLAH PENDAPATAN INVESTASI 90.982.784.638 16.629.659.224 BEBAN INVESTASI
Bunga EBA 2d, 14 82.840.897.914 5.486.979.167
Jasa Penunjang 2d, 15 4.980.801.771 672.549.886
Lain-lain 2d, 16 1.869.000 50.000
JUMLAH BEBAN INVESTASI 87.823.568.685 6.159.579.053
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 3.159.215.953 10.470.080.171 MANFAAT (BEBAN) PAJAK
Pajak Kini 2e, 17 (532.701.192) (2.229.101.376)
LABA BERSIH TAHUN BERJALAN 2.626.514.761 8.240.978.795
PENDAPATAN KOMPREHENSIF -
-LAINNYA
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
LAPORAN PERUBAHAN ASET BERSIH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Laba Ditahan
Komponen Aset
Bersih Lainnya Jumlah
Saldo Awal, (Tangal Efektif - -
-3 Desember 2011
Laba Bersih Komprehensif Tahun 8.240.978.795 - 8.240.978.795
Berjalan
Komponen Aset Bersih Lainnya - -
-Saldo Akhir, 31 Desember 2011 8.240.978.795 - 8.240.978.795
Laba Bersih Komprehensif Tahun 2.626.514.761 - 2.626.514.761
Berjalan
Komponen Aset Bersih Lainnya -
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2012 2011
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Laba (Rugi) Bersih Komprehensif 2.626.514.761 8.240.978.795
Kenaikan (Penurunan) Aktivitas Operasi
Rekening Titipan 101.380.443 (191.118.957)
Piutang-KPR 132.626.522.177 (678.863.334.577)
Pajak dibayar dimuka (953.366.392) 0
Hutang Pajak (2.229.101.376) 2.229.101.376
Biaya yang masih harus dibayar (37.372.784) 672.549.886
Hutang Lain-lain (2.692.321.375) 15.527.292.765
Hutang Sertifikat KIK EBA Kelas A (135.874.369.726) 645.000.000.000
Hutang Sertifikat KIK EBA Kelas B 0 58.450.414.156
Arus Kas Neto Diperoleh dari Aktivitas Operasi (6.432.114.270) 51.065.883.444 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Piutang Bunga (35.040.439) (61.662.301)
Hutang Bunga (1.155.875.715) (5.486.979.167)
Penurunan (Kenaikan) Penempatan Deposito 4.860.000.000 (36.010.000.000)
Arus Kas Neto Digunakan untuk Aktivitas Investasi 3.669.083.846 (30.584.683.134)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN -
-KENAIKAN NETO KAS DAN SETARA KAS (2.763.030.424) 20.481.200.310
KAS DAN SETARA KAS, AWAL TAHUN 20.481.300.310
-KAS DAN SETARA -KAS, AKHIR TAHUN 17.718.269.886 20.481.200.310 KAS DAN SETARA KAS TERDIRI DARI:
Kas -
-Bank 17.718.269.886 20.481.200.310
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
1. UMUM
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (“KIK EBA”) Danareksa BTN02 KPR BTN adalah EBA berbentuk Kontrak Investasi Kolektif bersifat terbuka berdasarkan Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No. 28 tahun 2003 tentang Pedoman Kontrak Investasi Efek Beragunan Aset.
Perjanjian KIK EBA antara PT Danareksa Investment Management sebagai Manajer Investasi dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (“Mandiri”), sebagai Bank Kustodian dituangkan dalam Akta No.15 tanggal 15 September 2011 dihadapan Notaris Fathiah Helmi, S.H., di Jakarta sebagaimana diubah dengan Akta No.35 tanggal 25 Oktober 2011 dibuat dihadapan notaris yang sama. KIK EBA telah memperoleh pernyataan efektif berdasarkan Surat Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK No.S-11916/BL/2011 tanggal 3 November 2011.
KIK EBA Danareksa BTN02 KPR BTN hanya berisi kumpulan dari tagihan Kredit Pemilikan Rumah yang awalnya dimiliki oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (“BTN”) yang telah dijual kepada KIK EBA sebesar Rp 645.000.000.000 (Enam ratus empat puluh lima miliar rupiah). PT Danareksa Investment Management sebagai Manajer Investasi melakukan Penawaran Umum atas KIK EBA Danareksa BTN02 KPR BTN dengan tingkat imbal hasil sebesar 8,75% per tahun untuk pemegang sertifikat kelas A.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI
a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang mencakup Pernyataan dan Interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI), peraturan-peraturan serta Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh BAPEPAM-LK.
Seperti diungkapkan dalam catatan-catatan terkait berikut dibawah ini, beberapa standar akuntansi yang telah direvisi dan diterbitkan, diterapkan efektif tanggal 1 Januari 2010.
Laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, disusun sesuai dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009) – Penyajian laporan keuangan antara lain: tujuan pelaporan, komponen laporan keuangan, penyajian secara wajar, materialitas dan agregasi, saling hapus, perbedaan antara aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang, informasi komparatif, konsistensi penyajian dan memperkenalkan pengungkapan yang baru antara lain: sumber estimasi ketidakpastian, pertimbangan dan asumsi-asumsi, pengelolaan permodalan, pendapatan komprehensif lainnya, penyimpanan dari standar akuntasi keuangan, dan pernyataan kepatuhan. Penerapan PSAK No. 1 (Revisi 2009) tersebut memberikan pengaruh yang signifikan bagi pengungkapan terkait dalam laporan keuangan.
Perusahaan juga menerapkan PSAK No. 2 (Revisi 2009) – Laporan arus kas, dimana hal tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi pengungkapan terkait dalam laporan keuangan. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode tidak langsung (indirect method) dengan mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep akrual, kecuali untuk laporan arus kas. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan KIK EBA adalah mata uang Rupiah.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI - Lanjutan
b. Penggunaan Estimasi
Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan Manajer Investasi membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan liabilitas yang dilaporkan dan pengungkapan aset pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.
c. Instrumen Keuangan
Efektif tanggal 1 Januari 2012, KIK EBA Menerapkan PSAK No. 50 (Revisi 2010) “Instrumen keuangan: Penyajian”, PSAK No. 55 (Revisi 2011), “Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, dan PSAK No.60, “Instrumen keuangan: Pengungkapan”.
PSAK No. 50 (Revisi 2010) mengatur persyaratan tentang penyajian dari instrumen keuangan didalam laporan keuangan, sedangkan PSAK No. 55 (Revisi 2011) mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian dan penjualan item non-keuangan dan PSAK No.60 mengatur tentang pengungkapan informasi dari instrument keuangan yang terdapat didalam laporan keuangan. Pernyataan ini, antara lain,memberikan definisi dan karakteristik terhadap derivatif, kategori dari instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penetapan dari hubungan lindung nilai. KIK EBA menyajikan aset keuangan, liabilitas keuangan pada nilai wajarnya, sehingga tidak ada efek kumulatif dari penerapan PSAK yang direvisi tersebut.
Aset Keuangan
Pengakuan dan Pengukuran Awal
Aset keuangan pengakuan dan pengukuran awal aset keuangan dalam ruang lingkup PSAK No. 55 (Revisi 2011) diklasifikasikan sebagai salah satu dari aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset keuangan tersedia untuk dijual.
Aset keuangan KIK EBA terdiri dari bank dan piutang, sesuai dengan PSAK No. 55 (Revisi 2011).
Pada saat pengakuan awalnya, aset keuangan diukur pada nilai wajar, dan dalam hal aset keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan aset keuangan tersebut.
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Pinjaman dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak memiliki kuotasi di pasar aktif. Setelah pengakuan awal, aset keuangan tersebut dicatat pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, keuntungan dan kerugian terkait diakui pada laporan laba rugi ketika pinjaman yang diberikan dan piutang dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, serta melalui proses amortisasi.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI - Lanjutan
c. Instrumen Keuangan (Lanjutan)
Cadangan atas jumlah yang tidak tertagih dicatat bila ada bukti yang objektif bahwa KIK EBA tidak akan dapat menagih hutang tersebut. Hutang tidak tertagih dihapuskan pada saat diidentifikasi. Rincian lebih lanjut tentang kebijakan akuntansi untuk penurunan nilai aset keuangan diungkapkan dalam catatan di bawah ini.
Pada saat tanggal laporan posisi keuangan, KIK EBA melakukan pengakuan awal pada biaya perolehan dengan menggunakan metode suku bunga efektif dan cadangan belum dibentuk selama tidak terdapat bukti objektif yang telah terjadi.
Penghentian Pengakuan
Penghentian pengakuan atas suatu aset keuangan (atau mana yang berlaku sebagai bagian dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset keuangan sejenis) dihentikan pengakuannya pada saat: i. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; atau
ii. KIK EBA mentransfer hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan atau menanggung liabilitas untuk membayar arus kas yang diterima tanpa penundaan yang signifikan kepada pihak ketiga melalui suatu kesepakatan penyerahan (a) secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut atau (b) secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut, namun telah mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut.
Apabila KIK EBA mentransfer hak untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan atau mengadakan kesepakatan penyerahan dan tidak mentransfer maupun tidak memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan tersebut dan juga tidak mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut, maka suatu aset keuangan baru diakui oleh KIK EBA sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan aset keuangan tersebut.
Keterlibatan berkelanjutan berbentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer, diukur sebesar jumlah terendah antara nilai aset yang ditransfer dan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh KIK EBA.
Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari:
i. Pembayaran yang diterima, termasuk setiap aset baru yang diperoleh dikurangi setiap liabilitas baru yang harus ditanggung; dan
ii. Setiap keuntungan atau kerugian kumulatif yang telah diakui secara langsung dalam ekuitas, harus diakui pada laporan laba rugi.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI - Lanjutan
c. Instrumen Keuangan (Lanjutan) Penurunan Nilai
Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, KIK EBA mengevaluasi apakah terdapat bukti yang objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan dianggap telah terjadi jika, dan hanya jika, terdapat bukti yang objektif mengenai penurunan nilai sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut ("peristiwa yang merugikan") dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Bukti penurunan nilai dapat meliputi indikasi pihak peminjam atau kelompok pihak peminjam mengalami kesulitan keuangan signifikan, wanprestasi atau tunggakan pembayaran bunga atau pokok, terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya dan pada saat data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang, seperti meningkatnya tunggakan atau kondisi ekonomi yang berkorelasi dengan wanprestasi.
Pada tanggal laporan posisi keuangan, tidak terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan mengalami penurunan nilai.
Aset Keuangan yang dicatat pada Biaya Perolehan Diamortisasi
Untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, KIK EBA pertama kali menentukan secara individual apakah terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang signifikan secara individual atau secara kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual.
Jika KIK EBA menentukan tidak terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuanganyang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka KIK EBA memasukkan aset tersebut ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau terus diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
Liabilitas Keuangan
Pengakuan Awal dan Pengukuran
Liabilitas keuangan dalam ruang lingkup PSAK No. 55 (Revisi 2011) diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi atau hutang dan pinjaman. KIK EBA menetapkan klasifikasi atas liabilitas keuangan pada saat pengakuan awal. Pengakuan awal liabilitas keuangan dicatat pada nilai wajar dan, dalam hal hutang dan pinjaman, termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI - Lanjutan
c. Instrumen Keuangan (Lanjutan) Penghentian Pengakuan
Sebuah liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya pada saat liabilitas yang ditetapkan dalam kontrak tersebut dihentikan atau dibatalkan atau kadaluwarsa.
Ketika sebuah liabilitas keuangan ditukar dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama atas persyaratan yang secara substansial berbeda atau bila persyaratan dari liabilitas keuangan tersebut secara substansial dimodifikasi, pertukaran atau modifikasi persyaratan tersebut dicatat sebagai penghentian pengakuan liabilitas keuangan awal dan pengakuan liabilitas keuangan baru, dan selisih antara nilai tercatat masing-masing liabilitas keuangan tersebut diakui dalam laporan laba rugi.
Saling Hapus Instrumen Keuangan
Aset keuangan dan liabilitas keuangan disalinghapuskan dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, terdapat hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah tercatat dari aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut dan terdapat intensi untuk menyelesaikan secara bersih atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.
Nilai Wajar Instrumen Keuangan
Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada setiap tanggal pelaporan ditentukan dengan mengacu pada kuotasi harga pasar pada akhir periode pelaporan, tanpa pengurangan untuk biaya transaksi.
Untuk instrumen keuangan yang tidak memiliki pasar aktif, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan teknik penilaian yang diizinkan oleh PSAK No. 55 (Revisi 2011) seperti dengan mengacu pada transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar (arm's length transaction); mengacu kepada nilai wajar terkini instrumen lain yang secara substansial sama; analisa arus kas yang didiskonto atau model penilaian lainnya.
d. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pendapatan bunga dari Kredit Pemilikan Rumah dan penempatan pada deposito diakui secara akrual berdasarkan proporsi waktu, nilai nominal dan tingkat bunga yang berlaku yang memperhitungkan hasil efektif aset tersebut.
Pendapatan denda keterlambatan diakui pada saat diterima oleh KIK EBA. Beban investasi diakui pada saat terjadinya secara akrual.
Distribusi pendapatan sertifikat KIK EBA kelas B diakui setelah perhitungan beban investasi dan pajak penghasilan
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI - Lanjutan
e. Pajak Penghasilan
KIK EBA berbentuk kontrak investasi kolektif adalah subyek pajak yang diperlakukan sebagai persekutuan, kongsi atau firma. Obyek pajak penghasilan KIK EBA diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-147/PJ/2003 Tanggal 13 Mei 2003 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh KIK EBA dan para investornya, serta ketentuan pajak yang berlaku. Obyek pajak penghasilan terbatas hanya pada penghasilan yang diterima oleh KIK EBA, sedangkan pembayaran imbal hasil yang dibayarkan KIK EBA kepada pemegang KIK EBA dengan arus kas tetap merupakan obyek pajak penghasilan final. Perhitungan pajak penghasilan KIK EBA mengikuti norma perhitungan pajak penghasilan badan pasal 29, sementara pajak atas imbal hasil yang dibayarkan kepada para pemegang KIK EBA dengan arus kas tetap dikenakan pajak final.
Beban pajak kini ditentukan berdasarkan penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan pada periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.
Pajak tangguhan tidak diakui karena tidak terdapat perbedaan temporer yang berdampak terhadap pengakuan aset atau liabilitas tangguhan.
3. BANK
Akun ini merupakan rekening giro milik KIK EBA yang terdapat di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk yang dikelola oleh bank kustodian per 31 Desember 2012 dan 2011 denga rincian adalah sebagai berikut:
2012 2011
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
Rekening Koleksi Pokok 7.310.165 210.004.125
Rekening Koleksi Bunga 87.257.236 23.969.709
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Rekening Koleksi 17.623.702.485 20.247.326.476
17.718.269.886 20.481.300.310 4. REKENING TITIPAN
Rekening Titipan merupakan rekening-rekening yang dibentuk oleh pihak pendukung kredit yang terdapat di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berdasarkan perjanjian Pendukung Kredit No.028/PPK/KIK-DBTN02/X/2011 per tanggal 25 Oktober 2011 dan penyedia jasa berdasarkan perjanjian No.09/PKS/TSRD/2011 per tanggal 21 Oktober 2011.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
4. REKENING TITIPAN - Lanjutan
2012 2011
Rekening Titipan di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
Rekening cadangan 51.860.014 186.217.322
Rekening penyedia jasa 37.878.500 4.901.635
89.738.514 191.118.957 5. INVESTASI DALAMTIME DEPOSIT
Akun ini merupakan investasi dalamtime depositper 31 Desember 2012 dan 2011
2012 2011
Rekening Cadangan 12.100.000.000 14.700.000.000
Rekening Koleksi Pokok 15.500.000.000 12.750.000.000
Rekening Koleksi Bunga 2.950.000.000 7.950.000.000
Rekening Penyedia Jasa 600.000.000 610.000.000
31.150.000.000 36.010.000.000
Sesuai dengan Perjanjian KIK EBA dalam akta No. 15 tanggal 15 September 2011 Pasal 12.2, menyatakan bahwa Bank Kustodian dapat menginvestasikan semua dana yang ada di Rekening Koleksi Bunga, Rekening Koleksi Pokok, Rekening Cadangan, Rekening Dana Transisi Penyedia Jasa dan Rekening Pajak atas instruksi dari Manajer Investasi ke dalam Investasi Yang Memenuhi Syarat pada Institusi Yang Memenuhi Syarat atas nama KIK-DBTN02, untuk kepentingan para Pemegang EBA.
6. PIUTANG KPR
Piutang berisi aset Kredit Pemilikan Rumah yang dibeli dari PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berdasarkan perjanjian No.15 tanggal 15 September 2011 yang mengalami perubahan sesuai dengan perjanjian No. 35 tanggal 25 Oktober 2011 antara KIK EBA dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Saldo per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah masing-masing sebesar Rp 546.236.812.400 dan Rp 678.863.334.577
7. PIUTANG BUNGA
Piutang bunga merupakan akun yang digunakan untuk mencatat bunga yang berasal bunga yang berasal dari time deposit namun baru diterima ketika jatuh tempo ditahun 2013.
Saldo per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah masing-masing sebesar Rp 96.602.740 dan Rp 61.562.301.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
8. HUTANG BUNGA
Akun ini merupakan hutang bunga investasi per 31 Desember 2012 dan 2011 kepada Pemegang Sertifikat KIK EBA Kelas A adalah masing-masing sebesar Rp 4.331.103.452 dan Rp 5.486.979.167.
9. HUTANG LAIN-LAIN
Hutang lain-lain merupakan akun yang digunakan untuk mencatat dana cadangan dari penjamin kredit dan dana transisi penyedia jasa dari penyedia jasa pada tahun 2012 dan 2011 sebagai berikut:
2012 2011
Dana cadangan – Penjamin Kredit 12.194.955.904 14.911.348.281
Dana transisi - Penyedia Jasa 640.015.486 615.944.484
12.834.971.390 15.527.292.765 10. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR
Akun ini merupakan biaya yang masih harus dibayar dengan adalah sebagai berikut:
2012 2011
Jasa Penyedia Layanan 386.047.625 411.669.212
Jasa Management 85.375.047 106.006.069
Jasa BEI 47.524.482 17.244.792
Jasai Kustodian 38.626.703 47.873.709
Jasa Pendukung Kredit 36.353.246 75.230.114
Jasa Pemeringkat 27.500.000 10.461.957
Jasa Listing 11.000.000 1.046.196
Jasa Agen Pembayar 2.750.001 3.017.838
635.177.104 672.549.887 11. HUTANG SERTIFIKAT KIK EBA KELAS A
Hutang sertifikat KIK EBA kelas A akan merupakan liabilitas kepada pemegang sertifikat KIK EBA kelas A. Hutang ini dikenakan bunga sebesar 8.75% per tahun. Hutang sertifikat KIK EBA kelas A akan dibayarkan sesuai dengan hasil koleksi pokok piutang KPR setiap tiga bulan sekali (per triwulan).
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
11. HUTANG SERTIFIKAT KIK EBA KELAS A - Lanjutan
Rincian hutang sertifikat KIK EBA kelas A per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
2012 2011
PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) 165.761.833.112 200.000.000.000
BAPERTARUM-PNS 157.868.412.488 200.000.000.000
PT Bank Victoria International Tbk 98.667.757.805 150.000.000.000
PT Bank Capital Indonesia 19.733.551.560
-Dana Pensiun Telkom 15.786.841.247 20.000.000.000
Dana Pensiun BTN 10.261.446.811 13.000.000.000
Dana Pensiun ANGKASA PURA II 7.893.420.625 10.000.000.000
Dana Pensiun Bank Mandiri 7.893.420.625 10.000.000.000
Dana Pensiun BRI 7.893.420.625 10.000.000.000
PT Zurich Insurance Indonesia - 10.000.000.000
Dana Pensiun Lembaga Keuangan BRI 5.525.394.437 7.000.000.000
Yayasan Kesehatan Garuda Indonesia 3.946.710.312 5.000.000.000
Yayasan Kesejahteraan Pegawai BTN 3.946.710.312 5.000.000.000
Dana Pensiun Pegawai Perum Peruri 2.368.026.188 3.000.000.000
Dana Pensiun Danareksa 1.578.684.127 2.000.000.000
509.125.630.274 645.000.000.000 12. HUTANG SERTIFIKAT KIK EBA KELAS B
Hutang sertifikat KIK EBA kelas B merupakan liabilitas kepada pemegang sertifikat KIK EBA kelas B, dimana pembayarannya dilakukan setelah keseluruhan hutang kepada pemegang sertifikat KIK EBA kelas A dilunasi. Saldo bersih hutang sertifikat KIK EBA kelas B per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah masing-masing sebesar Rp 58.450.414.156.
13. PENDAPATAN BUNGA
Akun ini terdiri dari:
2012 2011
Pendapatan Bunga – Kredit Pemilikan Rumah 89.013.325.692 16.423.734.571
Denda Keterlambatan 585.518.277 156.107.026
Pendapatan Bunga – Time Deposit 1.039.389.469 35.388.493
Pendapatan Bunga – Jasa Giro 166.786.459 14.429.134
Pendapatan Lainnya 177.764.741
-90.982.784.638 16.629.659.224 14. BEBAN INVESTASI
Akun ini terdiri dari:
2012 2011
Beban Bunga KIK EBA Kelas A 53.257.474.959 5.486.979.167
Beban Bunga KIK EBA Kelas B 29.583.422.955
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
15. BEBAN JASA PENUNJANG
Akun ini terdiri dari:
2012 2011
Jasa Penyedia Layanan 2.484.942.765 411.669.212
Jasa Manajemen 1.038.139.004 106.006.069
Jasa Kustodian 468.907.200 47.873.709
Jasa Pendukung Kredit 413.564.360 75.230.114
Jasa Audit 230.500.000 0
Jasa BEI 167.097.088 17.244.792
Jasa Pemeringkat 127.038.044 10.461.956
Jasa Agen Pembayar 29.659.506 3.017.838
JasaListing 20.953.804 1.046.196
4.980.801.771 672.549.886 16. BEBAN LAIN-LAIN
Beban lain merupakan biaya penurunan nilai, biaya bank, biaya transfer, biaya materai dan lain-lain untuk tahun 2012 dan 2011 adalah masing-masing sebesar Rp 1.869.000 dan Rp 50.000.
17. PAJAK PENGHASILAN
Taksiran pajak penghasilan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
2012 2011
Laba bersih sebelum pajak 3.159.215.953 10.470.080.171
Beda tetap:
Biaya mendapat, menagih, memelihara yang bukan 177.764.741
-obyek pajak
Penghasilan yang pajaknya bersifat final (1.206.175.928) (49.817.626)
(1.028.411.187) 10.420.262.545 Taksiran Penghasilan Kena Pajak 2.130.804.766 10.420.262.545
Beban Pajak Penghasilan 2012:
25% x Rp 2.130.804.766 532.701.192
Beban Pajak Penghasilan 2011:
25% x 50% x Rp 3.007.714.081 - 375.964.260
25% x Rp 7.412.548.464 - 1.853.137.116
Beban Pajak Penghasilan 532.701.192 2.229.101.376
Dikurangi Kredit Pajak Penghasilan (1.486.067.584)
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
18. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN
A. RISIKO KREDIT DAN KERUGIAN BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN NILAI PROPERTI Risiko terbesar dari aset yang disekuritisasi yang berasal dari kredit perumahan yang dimiliki oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sebagai suatu bank adalah risiko kredit yang timbul apabila kelancaran pembayaran kembali pokok pinjaman dan/atau bunga pinjaman mengalami gangguan.
Risiko yang akan dihadapi antara lain penurunan nilai properti. Tidak ada jaminan yang dapat diberikan untuk memastikan nilai dari aset tetap sama atau akan tetap pada tingkat di saat penetapan awal. Jika dalam keadaan tertentu pasar properti perumahan di Indonesia mengalami penurunan nilai, maka nilai dari KIK EBA atas asset akan mengalami penurunan yang signifikan dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kerugian kepada pemegang KIK EBA.
B. KONSENTRASI GEOGRAFIS ATAS ASET
Portfolio aset tidak tersebar secara merata dimana penyebaran asset memiliki pusat konsentrasi di dua kantor cabang yaitu Bekasi dan Tanggerang. Apabila kedua daerah tersebut mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan ekonomi secara regional dan peningkatan kerugian serta delinquency pinjaman secara umum dalam pasar properti maka dapat mengakibatkan kerugian yang cukup signifikan bagi pemegang KIK EBA.
C. RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KENAIKAN TINGKAT SUKU BUNGA
Portfolio aset akan mencakup tingkat suku bunga pinjaman yang dihitung dengan mengacu pada tingkat suku bunga yang terdiri dari floating rate (yang akan bervariasi dari waktu ke waktu) ditambah margin, sebagaimana ditetapkan oleh BTN. Sebagai akibat dari perbedaan floating rate
yang ditetapkan oleh BTN sebagai standar dari penetapan suku bunga, tingkat suku bunga atas aset tersebut bersifat fluktuatif dan Penerbit dapat terkena risiko gagal bayar oleh debitur. Untuk mengantisipasi terjadinya gagal bayar oleh debitur, Pendukung Kredit menyediakan dana cadangan untuk melakukan bunga KIK EBA kelas A yang jatuh tempo.
D. RISIKO LIKUIDITAS EFEK BERAGUN ASET
Risiko likuiditas adalah risiko finansial yang dimiliki KIK EBA kelas A sebagai instrumen investasi pasar modal. Risiko yang dapat menyebabkan investor tidak dapat menjual kepemilikan KIK EBA kelas A di pasar dengan mudah yang bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti kondisi pasar dan kondisi ekonomi.
Meskipun diperdagangkan di bursa, instrumen KIK EBA adalah instrumen baru yang diperkenalkan bagi para investor pasar modal, sehingga memiliki risiko kurang likuid. Hal ini dapat menjadi hambatan dari pemegang KIK EBA Kelas A untuk dapat menjual kembali KIK EBA kelas A-nya melalui mekanisme pasar di bursa. Didalam kondisi kredit macet yang menyebabkan eksekusi jaminan terhutang, dimana didalam proses tersebut membutuhkan waktu, dapat mengakibatkan tidak tercapainya pembayaran pokok hutang ataupun bunga kepada investor sesuai jadwal.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
18. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN - Lanjutan
E. RISIKO PELUNASAN AWAL ATAS ASET KEUANGAN DALAM PORTFOLIO KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF AFEK BERAGUN ASET SEBELUM JATUH TEMPO(PREPAYMENT RISK)
Prepayment risk atau pelunasan lebih awal adalah risiko yang diasosiasikan dengan pembayaran atau pelunasan lebih awal, dimana pelunasan tersebut menyimpang dari jadwal pembayaran atau pelunasan yang sebelumnya telah ditentukan. Risiko seperti ini pada umumnya terdapat pada instrumen obligasi seperti efek beragun aset dimana debitur KPR memiliki opsi untuk melakukan pelunasan lebih awal. Pelunasan lebih awal ini bisa terjadi kapan saja dan apabila pelunasan lebih awal ini terjadi, maka aliran kas masa depan akan berubah sehingga dapat mempengaruhi performa KIK EBA Kelas A karena proyeksi arus kas imbal hasil investasi menjadi tidak tercapai.
Tingkat pelunasan lebih awal bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti faktor kondisi perekonomian secara umum, mobilitas debitur dari lembaga pembiayaan satu ke lembaga pembiayaan yang lainnya atau bisa juga disebabkan oleh kondisi kelayakan kredit dari debitur, tingkat suku bunga dan berbagai macam faktor lainnya.
Setiap bagian dari kredit perumahan yang masuk dalam aset yang disekuritisasi memiliki potensi untuk dilunasi lebih awal oleh para debitur-nya.
Instrumen KIK EBA Kelas A ini pun memiliki risiko pelunasan lebih awal yang disebabkan karena hak atau opsi yang dimiliki oleh Penyedia Jasa untuk melakukan Clean-up Call apabila Jumlah Pokok Terhutang atas Kumpulan Tagihan telah berkurang sampai 10% (sepuluh persen) atau kurang dari jumlah pokok terhutang atas kumpulan tagihan pada Tanggal Cut-Off Final.
Pelaksanaan Clean-up Call oleh Penyedia Jasa memiliki pengaruh sama seperti pelunasan dini KPR.
F. RISIKO YANG BERKAITAN DENGAN SEGI HUKUM
Transaksi sekuritisasi kumpulan tagihan KPR BTN ini mempunyai risiko hukum yang secara umum dapat terjadi sehubungan dengan adanya perselisihan di antara para Pihak Bertransaksi dan perselisihan dengan para Debitur.
Apabila terjadi risiko di atas, maka hal ini dapat mengurangi performa KIK EBA tersebut.
G. RISIKO OPERASIONAL DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN MANAJER INVESTASI, BANK KUSTODIAN DAN PENYEDIA JASA.
Risiko Operasional Bank Kustodian
Bank Kustodian, dalam hal ini PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., adalah bank umum yang dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari risiko operasional.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
18. MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN - Lanjutan
Risiko Penyedia Jasa
BTN sebagai bank umum memiliki risiko operasional terjadi karena tidak lengkapnya dan tidak berfungsinya system, prosedur dan pengawasan dalam lingkungan BTN sehingga akan menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja BTN. Di samping itu resiko ini juga timbul karena kurang tersedianya tenaga yang terampil dan berpengalaman serta sarana komunikasi atau infrastruktur yang kurang menunjang jaringan operasi BTN.
Perkembangan bisnis dan operasional perbankan sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Efektifitas operasional BTN tergantung dari kemampuan mendapatkan akses yang akurat dan dapat dipercaya serta tepat waktu, serta pengelolaan likuiditas dan operasional produk consumer banking. Ketidakmampuan BTN dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi menggangu kelancaran operasional dan mutu pelayanan kepada nasabah di samping menciptakan kondisi rawan terhadap kejahatan perbankan sehingga mempengaruhi pendapatan usaha BTN.
19. NILAI WAJAR ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN
Tabel di bawah ini menyajikan perbandingan atas nilai tercatat dengan nilai wajar dari instrumen keuangan yang tercatat untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
2012
Nilai Tercatat Nilai Wajar Aset keuangan:
Bank 17.718.269.886 17.718.269.886
Rekening Titipan 89.738.514 89.738.514
Investasi dalam Time Deposit 31.150.000.000 31.150.000.000
Piutang Bunga 96.602.740 96.602.740
Piutang KPR 546.236.812.400 546.236.812.400
Liabilitas keuangan:
Hutang Bunga 4.331.103.452 4.331.103.452
Biaya yang masih harus dibayar 635.177.104 635.177.104
Hutang Lain-lain 12.834.971.390 12.834.971.390
Hutang Sertifikat KIK EBA kelasA 509.125.630.274 518.544.454.434
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
19. NILAI WAJAR ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN – Lanjutan 2011
Nilai Tercatat Nilai Wajar Aset keuangan:
Bank 20.481.300.310 20.481.300.310
Rekening Titipan 191.118.957 191.118.957
Investasi di Time Deposit 36.010.000.000 36.010.000.000
Piutang – KPR 678.863.334.577 678.863.334.577
Piutang Bunga 61.562.301 61.562.301
Liabilitas keuangan:
Hutang Bunga 5.486.979.167 5.486.979.167
Biaya yang masih harus dibayar 672.549.886 672.549.886
Hutang Lain-lain 15.527.292.765 15.527.292.765
Hutang Sertifikat KIK EBA Kelas A 645.000.000.000 645.000.000.000
Hutang Sertifikat KIK EBA Kelas B 58.450.414.156 58.450.414.156
Berikut ini adalah metode dan asumsi yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar dari setiap golongan instrumen keuangan KIK EBA:
a. Bank dan rekening titipan
Seluruh aset keuangan di atas merupakan aset keuangan jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan sehingga nilai tercatat aset keuangan tersebut telah mencerminkan nilai wajar dari aset keuangan tersebut.
b. Piutang KPR
Piutang KPR dilakukan penilaian kembali atas nilai wajarnya mengunakan pendekatan pendapatan, dimana terdapat penurunan nilai dari nilai tercatat. Penurunan nilai tersebut telah dilakukan pencadangan pada tahun 2012 dengan menggunakan histori dari tingkat gagal bayar yang telah terjadi selama periode berjalan.
c. Hutang bunga, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar dan hutang lain-lain.
Seluruh liabilitas keuangan di atas merupakan liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan sehingga nilai tercatat liabilitas keuangan tersebut telah mencerminkan nilai wajar dari liabilitas keuangan tersebut.
d. Hutang sertifikat KIK EBA kelas A dan hutang sertifikat KIK EBA kelas B
Hutang sertifikat KIK EBA kelas A dinilai dengan menggunakan model penilaian yang dilakukan oleh lembaga penilai surat berharga independen, dengan harga bersih untuk tahun 2012 dan 2011 adalah sebesar 100,14% dan 98,82%. Sedangkan Nilai Sertifikat KIK EBA kelas B adalah sama sampai akhir periode.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
20. REVISI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan yang telah dikeluarkan oleh DSAK-IAI sampai dengan penyelesaian laporan keuangan dimana Manajer Investasi sedang menganalisa dampak atas penerapan standar tersebut terhadap laporan keuangan yang efektif berlaku pada atau setelah 1 Januari 2012 adalah sebagai berikut:
PSAK efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012:
a. PSAK No. 10 (Revisi 2010) – Pengaruh perubahan kurs valuta asing b. PSAK No. 13 (Revisi 2011) – Properti investasi
c. PSAK No. 16 (Revisi 2011) – Aset tetap
d. PSAK No. 18 (Revisi 2010) – Akuntansi dan pelaporan program manfaat purnakarya e. PSAK No. 24 (Revisi 2010) – Imbalan kerja
f. PSAK No. 26 (Revisi 2011) – Biaya pinjaman
g. PSAK No. 28 (Revisi 2010) – Akuntansi kontrak asuransi kerugian h. PSAK No. 30 (Revisi 2011) – Sewa
i. PSAK No. 33 (Revisi 2010) – Aktivitas pengupasan lapisan tanah dan pengelolaan lingkungan hidup pada pertambangan umum
j. PSAK No. 34 (Revisi 2010) – Kontrak konstruksi
k. PSAK No. 36 (Revisi 2010) – Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa l. PSAK No. 38 (Revisi 2011) – Kombinasi bisnis entitas sepengendali m. PSAK No. 45 (Revisi 2010) – Pelaporan keuangan akuntansi nirlaba n. PSAK No. 46 (Revisi 2010) – Pajak Penghasilan
o. PSAK No. 50 (Revisi 2010) – Instrumen keuangan: Penyajian p. PSAK No. 53 (Revisi 2010) – Pembayaran berbasis saham
q. PSAK No. 55 (Revisi 2011) – Instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran r. PSAK No. 56 (Revisi 2010) – Laba per saham
s. PSAK No. 60 – Instrumen keuangan: pengungkapan
ISAK efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012:
a. ISAK No. 15 – PSAK No. 24: Batas aset imbalan pasti, persyaratan pendanaan minimum dan interaksinya
b. ISAK No. 16 – Perjanjian konsesi jasa
c. ISAK No. 19 – Penerapan pendekatan penyajian kembali dalam PSAK No. 63: Pelaporan keuangan dalam ekonomi hiperinflasi
d. ISAK No. 20 – Pajak penghasilan - perubahan dalam status pajak entitas atau para pemegang saham
e. ISAK No. 22 – Perjanjian konsesi jasa: pengungkapan
ISAK efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012 – Lanjutan
f. ISAK No. 23 – Sewa operasi – insentif
g. ISAK No. 24 – Evaluasi substansi beberapa transaksi yang melibatkan suatu bentuk legal sewa h. ISAK No. 25 – Hak atas tanah
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN - Lanjutan UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
DENGAN ANGKA PERBANDINGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
20. REVISI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN - Lanjutan
21. PENYELESAIAN LAPORAN KEUANGAN
Pengelola KIK EBA bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan yang diselesaikan pada tanggal 28 maret 2013.
Seperti dijelaskan dalam kebijakan akuntansi Manajer Investasi sebelumnya (lihat catatan No. 2), Manajer Investasi juga telah menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan yang telah dikeluarkan oleh DSAK-IAI. Selain pengaruh pengungkapan terhadap penyajian laporan keuangan karena penerapan PSAK No. 1 (Revisi 2009), berikut ini adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan yang dianggap relevan terhadap laporan keuangan tetapi tidak menimbulkan dampak signifikan yaitu:
PSAK efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011:
a. PSAK No. 2 (Revisi 2009) – Laporan arus kas
b. PSAK No. 3 (Revisi 2010) – Laporan keuangan interim c. PSAK No. 5 (Revisi 2009) – Segmen operasi
d. PSAK No. 7 (Revisi 2010) – Pengungkapan pihak-pihak berelasi e. PSAK No. 8 (Revisi 2010) – Peristiwa setelah periode pelaporan f. PSAK No. 15 (Revisi 2009) – Investasi pada entitas asosiasi g. PSAK No. 19 (Revisi 2010) – Aset tak berwujud
h. PSAK No. 22 (Revisi 2010) – Kombinasi bisnis i. PSAK No. 23 (Revisi 2010) – Pendapatan
j. PSAK No. 25 (Revisi 2009) – Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan kesalahan k. PSAK No. 48 (Revisi 2009) – Penurunan nilai aset
l. PSAK No. 57 (Revisi 2009) – Provisi, liabilitas kontinjensi, dan aset kontinjensi
m. PSAK No. 58 (Revisi 2009) – Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan
ISAK efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011:
a. ISAK No. 10 – Program loyalitas pelanggan
b. ISAK No. 11 – Distribusi aset nonkas kepada pemilik c. ISAK No. 14 – Aset takberwujud - biaya situs web