PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MATERI SEJARAH KERAJAAN ISLAM MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA VISUAL
PADA SISWA KELAS V SDN DUREN 01 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
KHADZIK MISJA NIM 11511025
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
i
PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MATERI SEJARAH KERAJAAN ISLAM
MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)DENGAN MEDIA VISUAL
PADA SISWA KELAS V SDN DUREN 01 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
KHADZIK MISJA NIM 11511025
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
v
Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat) maka dengan ilmu”. (HR. Turmudzi)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku, Bapak Ta’yid Djufri dan Ibu tercinta Tarhibah yang selalu
bermunajat memohon kepada-Nya demi kesuksesan anak-anaknya.
2. Kepada kakak-kakakku Mbak Aini, Mbak Ana, Mas Faried, dan Mbak Erma yang
selalu memberikan suntikan semangat untuk meraih cita-cita.
3. Kepada teman kost yang selalu memberikan banyak pelajaran, kenangan dan
pengalaman tentang kehidupan.
4. Teman-teman seperjuangan PGMI.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur terhadap Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semuanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akademik dengan lancar
tanpa menemukan kendala yang berarti. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Tugas akhir yang berupa skripsi ini merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanan, penulis menyusun skripsi dengan judul : “Peningkatan Minat Belajar IPS Materi
Sejarah Kerajaan Islam melalui Metode Numbered Head Together (NHT) dengan Media
Visual pada Siswa Kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2015/2016.”
Skripsi ini berhasil diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik berupa materi maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melaksanakan penulisan skripsi.
2. Suwardi S.Pd., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan lmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Salatiga.
4. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd., selaku pembimbing dalam penulisan skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen PGMI yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Keluarga tercinta yang selau mendukung dalam mencari ilmu.
7. Kepala SDN Duren 01, guru dan karyawan serta semua siswa-siswi yang telah berkenan
membantu dan memberikan data kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
vii
Atas jasa mereka, peneliti hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat
balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi masih jauh dari kesempurnaan, maka besar harapan dari
penulis, agar para pembaca bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan penulisan skripsi.
Salatiga, 12 Desember 2015
Penulis
viii
ABSTRAK
Misja, Khadzik. 2015. Peningkatan Minat Belajar IPS Materi Sejarah Kerajaan Islam melalui Metode Numbered Head Together (NHT) dengan Media Visual pada Siswa Kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.
Kata Kunci: Minat Belajar, IPS, Numbered Head Together dan Media Visual
Kualitas pendidikan telah diupayakan melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik, pengelolaan satuan pengajaran dan pemanfaatan pembelajaran yang digunakan. Namun kenyataannya belum memperlihatkan hasil yang optimal. Kondisi ini disebabkan kurang efektifnya pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik yang berakibat ketidaknyamanan siswa dalam belajar.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan : apakah penggunaan metode Numbered Head Together (NHT) dengan media visual dapat meningkatkan minat belajar IPS materi Sejarah Kerajaan Islam siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? adapun tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menyatakan
metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan media visual dapat
meningkatkan minat belajar IPS materi Sejarah Kerajaan Islam pada siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui siklus, yakni: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dengan observasi, tes dan dokumentasi.
ix DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 8
E. Kegunaan Penelitian ... 9
F. Definisi Operasional ... 10
G. Metode Penelitian ... 11
H. Sistematika Penulisan ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Minat Belajar IPS ... 21
x
2. Macam-macam Minat Belajar ... 23
3. Mata Pelajaran IPS ... 26
B. Metode Numbered Head Together (NHT) ... 28
1. Pengertian Numbered Head Together (NHT)... 28
2. Langkah-langkah Numbered Head Together (NHT).. 29
3. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ... 32
4. Media Visual... 32
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)... 40
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I... 43
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II... 50
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A.Hasil Penelitian... 63
1. Pra Siklus ... 63
2. Hasil dari Siklus I ... 64
3. Hasil dari Siklus II ... 68
4. Hasil dari Siklus III ... 71
B. Pembahasan ... 75
1. Deskripsi Kegiatan Pra Siklus ... 57
2. Deskripsi Kegiatan Siklus I ... 58
3. Deskripsi Kegiatan Siklus II ... 64
xi BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT ... 30
Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 41
Tabel 3.2 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus ... 41
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Aspek Minat Siswa Pada Pra Siklus ... 42
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 47
Tabel 3.5 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 48
Tabel 3.6 Hasil Pengamatan Aspek Minat Siswa Pada Siklus I. ... 49
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 53
Tabel 3.8 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ... 54
Tabel 3.9 Hasil Pengamatan Aspek Minat Pada Siklus II ... 55
Tabel 3.10 Rekapitulasi Belajar Siswa Siklus III... 58
Tabel 3.11 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III ... 59
Tabel 3.12 Hasil Pengamatan Aspek Minat Pada Siklus III... 61
Tabel 4.1 Rata-rata Hasil Tes Awal... 63
Tabel 4.2 Rata-rata Hasil Tes Siklus I... 65
Tabel 4.3 Lembar Observasi Guru Pada Siklus I... 66
Tabel 4.4 Rata-rata Hasil Tes Siklus II... 68
Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Pada Silkus II... 69
Tabel 4.6 Rata-rata Hasil Tes Siklus III... 72
Tabel 4.7 Lembar Observasi Guru Pada Siklus III... 73
Tabel 4.8 Hasil Rata-rata Pengamatan Aspek Minat Siswa Pada siklus I... 75
xiii
Tabel 4.10 Hasil Rata-rata Pengamatan Aspek Minat Pada Siklus III 76
Tabel 4.11 Hasil Rekapitulasi Nilai-nilai pada Siklus I, II, dan III... 78
Tabel 4.12 Hasil Rekapitulasi Pencapaian KKM Pada Siklus I, II,
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.13 Diagram Nilai Rata-rata siklus I, II, dan III... 81
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan Negara yang selalu berusaha
meningkatkan pembangunan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang
pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan ini bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
yang berkualitas dan mampu bersaing di era global seperti yang tertuang
dalam pembukaan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa antara lain melalui jalur pendidikan. Salah satu
implementasi pendidikan tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah, didalam peraturan tersebut tertuang beberapa pokok
poin penting untuk mengembangkan sistem pendidikan yang harus
dilaksanakan dalam tatanan pendidikan Indonesia. Salah satunya yaitu
penyampaian satu mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Dijelaskan di
peraturan tersebut bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan
untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
2
dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Selain itu mata pelajaran IPS
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis
dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial (Depdiknas, 2006:575).
Pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial
sangat diperlukan baik yang berhubungan dengan ruang lingkup bahasanya,
objek yang dipelajari, maupun metode/pendekatan dari tiap-tiap disiplin
ilmu-ilmu sosial tersebut. Dengan menguasai konsep-konsep IPS yang
bersumber dari masyarakat dan lingkungan dapat menambah wawasan yang
lebih luas dan mendalam. Berkaitan dengan hal tersebut, alangkah baiknya
melihat penjelasan dari tokoh pendidikan yang menjelaskan tentang
pengertian IPS. Menurut Soemantri (2001:103), Pendidikan IPS adalah
penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis
ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan
menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang
berdasarkan Pancasila. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin akademik
ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan
pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila. Melalui pembelajaran dan
3
bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk
memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan
perubahan-perubahan di lingkungan sekitar dirinya dengan berpegang teguh kepada
pancasila.
Perbaikan kualitas pendidikan yang terjadi selama ini tidak pernah
berhenti. Usaha yang dilakukan untuk menyesuaikan dan mengimbangi
tuntutan zaman yang semakin berkembang dan semakin cepat. Tanpa adanya
perbaikan, dunia pendidikan akan terjebak pada situasi keadaan di mana
pendidikan justru menjadi beban masyarakat dan negara. Titik awal yang
perlu dilakukan oleh semua stakeholder pendidikan adalah mencari dan
menyimak dengan tepat mengenai titik kelemahan yang menyebabkan
kualitas belajar menjadi menurun. Salah satunya adalah kualitas belajar mata
pelajaran IPS. Menurut Piaget dalam Semiawan (2008:114) banyak sekali
kelemahan yang berkaitan dengan cara mengajarkan IPS di sekolah. Salah
satu kelemahan adalah banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang
menghasilkan persepsi kognitif yang kurang ditandai oleh aspek kemampuan
berkinerja (the ability to perform). Jadi perolehan pelajaran IPS tersebut
adalah perolehan intelektual tentang fakta dan prinsip yang seringkali sudah
kadaluwarsa. Secara tidak langsung, apa yang diajarkan kepada guru-guru SD
yang mengajarkan IPS memiliki cara berpikir dan cara mengajar yang sudah
tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang selalu berkembang.
Pendidikan tradisional tidak mengenal, bahkan sama sekali tidak
4
mendengarkan hal-hal yang diberikan oleh guru. Cara belajar yang sering
dilakukan guru adalah metode imposisi. Siswa menelan saja hal-hal yang
direncanakan dan disampaikan oleh guru.
Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah
orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi
siswa. Sistem imposisi lebih mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada
masalah atau kesulitan; guru cukup mempelajari materi dari buku lalu
disampaikan kepada siswa. Di sisi lain, siswa hanya bertugas menerima dan
bersikap pasif atau tidak aktif.
Pelaksanaan pembelajaran, banyak sekali variabel yang
mempengaruhi kesuksesan seorang guru. Penguasaan dan ketrampilan guru
dalam penguasaan materi pembelajaran dan strategi pembelajaran tidak
menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara
optimal. Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya
mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana
menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi
yang baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya
dengan bidang studi yang dipelajari. Dalam hal ini adalah bidang studi IPS.
Minat belajar IPS yang diajarkan di SDN Duren 01 Tengaran
Kabupaten Semarang selama ini masih menerapkan metode mengajar yang
konvensional atau lebih berpusat kepada guru (teaching centered). Guru
belum mampu untuk menyesuaikan situasi belajar dengan minat, latar
5
menyampaikan pelajaran dengan baik, sehingga membuat siswanya bingung
dan kurang memahami dengan baik pengetahuan apa yang telah diberikan
oleh guru. Hal tersebut berdampak buruk kepada hasil belajar siswa secara
keseluruhan.
Melihat dari beberapa permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut,
peneliti memiliki inisiatif untuk membuat alternatif tindakan untuk
memperbaiki hasil belajar siswa, meningkatkan keaktifan siswa, dan
meningkatkan kemampuan guru melalui penggunaan model dan media
pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti bersama tim kolaboratif
menggunakan salah satu model pembelajaran inovatif berupa model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan media visual.
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama
merupakan varian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto
(2009:82) Number Head Together (NHT) dirancangkan untuk melibatkan
lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ciri khasnya adalah guru menunjuk salah satu nomor (siswa) secara acak
untuk mempresentasikan hasil kegiatan berfikir bersama kelompoknya.
Pemanggilan siswa secara acak akan menjamin keterlibatan total semua
siswa, karena dengan panggilan secara acak siswa menjadi siap semua.
Model Numbered Head Together (NHT) juga dapat meningkatkan tanggung
jawab dan kerja sama diantara anggota kelompok, karena setiap anggota
6
jawab atas pembelajaran anggota kelompoknya. Tanggung jawab tersebut
dapat diwujudkan dengan memberikan bantuan berupa penjelasan dari siswa
yang lebih mampu.
Suatu proses belajar mengajar terdapat dua unsur yang amat penting
adalah model mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini sangat
berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
mempengaruhi jenis media yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek
lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan
pembelajaran, jenis tugas, dan respon siswa. Meskipun demikian, dapat
dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai
alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan
belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Kustiono, 2010:23).
Menurut Arsyad (1997: 92) ada beberapa prinsip umum yang perlu
diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis visual. Diantaranya: (1)
usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar
garis, karton, bagan, dan diagram, (2) visual digunakan untuk menekan
informasi sasaran sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, (3)
ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat, (4)
hindari visual yang tak-berimbang, (5) visual yang diproyeksikan harus dapat
terbaca dan mudah dibaca, (6) unsur-unsur pesan dalam visual itu harus
ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang
untuk mempermudah pengelolaan informasi, (7) warna harus digunakan
7
Berdasarkan ulasan latar belakang tersebut maka peneliti
menggunakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Minat
Belajar IPS Materi Sejarah Kerajaan Islam Melalui Metode Numbered
Head Together (NHT) dengan Media Visual Pada Siswa Kelas V SDN
Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan
permasalahan : Apakah penggunaan metode Numbered Head Together
(NHT) dengan media visual dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa
kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2015/2016 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
menyatakan metode pembelajaran numbered head together (NHT) dengan
media visual dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas V
SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
8
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau
kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian kepustakaan.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi
tinbgkat kebenarannya. Hipotesis tindakan yang dipahami sebagai
suatu dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan
dilakukan (Basrowi dan Suwandi, 2008:90).
Berdasarkan kerangka berpikir yang dipaparkan maka hipotesis
tindakan penelitian ini adalah : Penggunaan metode Numbered Head
Together (NHT) dengan media visual dapat meningkatkan minat
belajar IPS kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten semarang.
2. Indikator Keberhasilan
Penggunaan media visual ini dikatakan efektif apabila
indikator yang diharapkan tercapai. Adapun Indikator yang
dirumuskan adalah sebagai berikut :
a. Minat belajar siswa meningkat apabila 80% dari jumlah siswa telah
aktif mengikuti pelajaran IPS materi sejarah kerajaan islam
9
belajar mengajar yang diamati dan meningkatnya prestasi belajar
siswa di tiap akhir siklus.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Penelitian
ini memiliki 2 jenis manfaat, antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan konstribusi untuk
mengembangkan teori strategi pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Secara Praktis penelitian ini bermanfaat bagi :
a. Siswa
Dengan penerapan model Numbered Head Together (NHT)
berbasis visual, siswa dapat menerima pengalaman belajar yang
bervariasi dan menarik sehingga dapat meningkatkan minat,
keterampilan, siswa dalam belajar IPS dan meningkatkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran baik secara individu maupun kerjas
sama dalam kelompok, serta tujuan pembelajaran akan tercapai
secara optimal. Selain itu siswa juga akan memiliki jiwa
bertanggung jawab yang tinggi dan memiliki rasa solidaritas yang
10 b. Guru
Dengan penerapan model Numbered Head Together (NHT)
berbasis visual, guru dapat memperbaiki strategi pembelajaran
yang digunakan dan menambah wawasan guru tentang model
pembelajaran yang variatif dan inovatif, sehingga mampu
menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan.
c. Sekolah
Dengan penelitian ini, sekolah dapat meningkatkan mutu
pendidikannya. sehingga sekolah mendapatkan kepercayaan dari
berbagai komponen masyarakat dalam pengembangan pendidikan.
F. Definisi Operasional
1. Peningkatan
Peningkatan artinya usaha yang dilakukan untuk mencapai
sesuatu yaitu minat belajar anak pada pembelajaran IPS yang semula
baik menjadi lebih baik (Slameto, 1991).
2. Minat Belajar IPS
Minat adalah kecenderungan kecenderungan untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang
berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu
11
3. Metode Numbered head together (NHT)
Number Head Together (NHT) yaitu teknik belajar mengajar
yang memberikan kesmpatan kepada siswa untuk saling sharing
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda,
2013:138).
4. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam
seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar
lukisan dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan
gambar atau simbol yang bergerak seperti film diksi, dan film kartun
(Djamarah, 2006:124).
5. Siswa
Siswa yang dimaksud di atas adalah siswa kelas V SDN
Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Peneltian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah
dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas
12
kerja sama para peneliti, praktisi, dan orang awam (Burns, 1999 dalam
bukunya Kunandar 2011:44).
PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan
dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil
pendidikan dan pembelajaran (Arikunto 2008:105). Tujuan penelitian
ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik
pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu
hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan
relevansi, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru (Aqib 2006:127).
Jadi kesimpulannya PTK itu adalah pendekatan pembelajaran untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas.
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan
dalam siklus berulang. Empat kegiatan yang ada pada setiap siklus
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat
13 siklus I
siklus II
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SDN 01 Duren Kecamatan
Tengaran, sebuah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan untuk jenjang sekolah dasar, SD ini berlokasi di Desa
Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Hampir
kebanyakan siswa di SD ini adalah warga asli Desa Duren sendiri.
Untuk subjek pada penelitian yang di lakukan kali ini adalah
14
terdiri dari 11 siswa putra 9 siswa putri. Dan penelitian ini akan di
lakukan selama 3 siklus dengan menggunakan metone Numbered Head
Together (NHT) dengan media Visual.
3. Langkah- langkah penelitian
Menurut Kurt Lewin dalam bukunya (Aqib 2006: 21) dalam
pelaksanaan PTK mencakup empat langkah yaitu:
a. Perencanaan
1) membuat RPP dengan menerapkan metode Numbered Head
Together (NHT) dengan media visual pada mata pelajaran IPS.
2) menyiapkan fasilitas dan sarana yang digunakan dalam
pembelajaran.
3) membuat soal sebagai tes tertulis.
4) mempersiapkan instrument.
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam tahap ini peneliti bersama guru melaksanakan satuan
perencanaan tindakan yang telah tertulis di RPP yang terdiri dari
tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
c. Pengamatan
Pada bagian pengamatan peneliti bersama guru melakukan
pengamatan yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan
kegiatan. Tujuan pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil
tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam
15 d. Refleksi
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan, dan pengamatan
peneliti bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai
proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan
dengan refleksi sesuai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
melalui media audio visual.
4. Instrumen penilaian
a. Tes tertulis
Tes ini digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode
Numbered Head Together (NHT) dengan media visual dalam mata
pelajaran IPS. Dalam tes ini berisi soal- soal pilihan ganda dan
uraian.
b. Lembar observasi
Alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman
observasi. Pedoman observasi ini berisikan catatan lapangan yang
mendiskripsikan proses kegiatan pembelajaran dan kemampuan
siswa setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan
media visual di samping itu juga observer mendokumentasikan
dengan foto-foto serta mencatat proses pembelajaran untuk
mendapatkan data tentang aktivitas siswa selama kegiatan
16
5. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan metode sebagai berikut:
a. Metode observasi
Metode observasi digunakan untuk menyelidiki upaya yang
dilakukan guru IPS untuk meningkatkan minat belajar siswa
melalui media visual. Observasi adalah studi yang sengaja dan dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan jalan
pengamatan dan cacatan (Hadi, 1989). Metode ini dapat pula
digunakan sebagai alat bantu untuk mencari data tentang kegiatan
yang dilakukan di sekolah.
b. Metode dokumentasi
Yaitu untuk mencari data mengenai hal-hal yang
merupakan catatan, transkip, buku, agenda dan sebagainya. Metode
ini untuk menggali data minat belajar siswa pada mata pelajaran
ips serta penggunaan metode Numbered Head Together (NHT)
dengan media visual pada mata pelajaran IPS. Metode ini dapat
digunakan pula untuk mendapatkan gambaran umum sekolah,
keadaan guru, keadaan siswa, dan keadaan sarana prasarana.
c. Metode wawancara
Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh interviewer (pewawancara) untuk memperoleh informasi dari
17
data-data dari sumber langsung seperti kepala sekolah, guru, dan
siswa.
6. Analisis Data
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka
analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes
b. Menentukan kriteria nilai (70-100 tuntas dan 0-69 tidak tuntas)
c. Data keaktifan siswa diambil dari keaktifan siswa, ketika
pembelajaran, kemudian dianalisis dan dicari rata-rata
menggunakan rumus.
d. Minat belajar dianalisis dengan membandingkan tes antar siklus.
Nilai per tes untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan
metode Numbered Head Together (NHT) dengan media visual
dalam pembelajaran IPS.
Menurut Rosma Hartiny Sam’s (2010: 94) Penelitian ini
juga menggunakan analisis deskriptif. Teknik deskriptif yang
18 1) Rumus mencari nilai rerata.
∑
Keterangan :
= Mean ( rerata )
∑ = Jumlah dari hasil perkalian antara
masing-masing skor dengan frekuensinya.
N = Jumlah siswa (Sudijono, 2010: 83). 2) Rumus mencari persentase keberhasilan belajar.
Keterangan :
P = Angka Persentase
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Case ( jumlah frekuensi/banyaknya
19 H. Sistematika penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal,
bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan lampiran.
Sedangkan pada bagian isi dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab,
yaitu:
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator
keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Kajian pustaka. Pada bab ini mencakup: Minat belajar IPS, mata
pelajaran IPS, metode Numbered Head Together (NHT), dan media visual.
Bab III Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini mencakup: deskripsi
kondisi awal, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II
dan deskripsi pelaksanaan siklus III.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini mencakup:
Deskripsi paparan per siklus meliputi, deskripsi hasil kondisi awal, deskripsi
hasil penelitian siklus I, deskripsi hasil penelitian siklus II, deskripsi hasil
penelitian siklus III dan perbandingan antar siklus.
Bab V Penutup. Pada bab ini bersisi tentang kesimpulan dan saran
yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktek
20
Sedangkan pada bagian akhir pada skripsi ini terdiri dari daftar
21 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Minat Belajar IPS
1. Pengertian Minat Belajar
Minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat hubungan tersebut,
maka semakin besar pula minat. Suatu minat dapat diekspresikan
melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal dari pada hal lainnya. Siswa yang memiliki minat
terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap subyek yang disukainya.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1991).
Minat belajar yaitu meningkatkan kegairahan atau keinginan
siswa untuk belajar sehingga akan tertanam pada diri siswa untuk
belajar (Ismail, 1980).
Minat untuk belajar sesuatu bidang mempunyai kedudukan yang
penting untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar. Minat
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan berhasil atau
tidaknya sesorang terhadap suatu kegiatan atau aktivitas. Dengan
minat yang besar maka akan memberikan rasa senang atau suka
22
Crow and crow (Djaali, 2012) mengatakan Minat berhubungan
dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau
berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali, 2012).
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang
berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu
secara konsisten dengan rasa senang (Bahri, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa minat
belajar adalah faktor yang sangat penting dalam menunjang
tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.
Minat belajar pada dasarnya adalah sikap ketaatan pada kegiatan
belajar, baik lewat jadwal maupun inisiatif spontan. Tidak mudah bagi
seseorang untuk mendapatkan atau merasakan minat itu, minat
diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat
ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh karena
itu dalam proses belajar apa yang dilihat oleh siswa haruslah dapat
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai
hubungan dengan kepentingannya sendiri (kepentingan untuk
mencapai tujuan belajar). Minat akan selalu berkaitan dengan soal
23
menciptakan kondisi tertentu dalam proses belajar, sehingga siswa
akan selalu butuh dan ingin terus belajar. Salah satu faktor
keberhasilan adalah terletak pada minat siswa. Minat belajar yang
besar akan memberikan daya gerak tersendiri bagi siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar.
2. Macam-macam Minat Belajar
Menurut M. Buchori minat ada dua macam yaitu :
a. Minat primitive
Yaitu minat yang timbulnya dari kebutuhan jaringan yang berkisar
pada soal makanan, comfort, dan kebebasan aktivitas.
b. Minat cultur/sosial
Yaitu minat yang berasal dari perbuatan belajar yang lebih tinggi
tarafnya, jadi dengan kata lain minat dari taraf merupakan hasil
dari pendidikan (Buchori, 1982).
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
penggolongan minat berdasar pada :
1) Minat yang berasal dari diri sendiri
Yaitu berdasarkan atas kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
organisme.
2) Minat yang berpengaruh faktor sosial
Yaitu minat yang berbentuk berdasarkan pengaruh yang ada
disekitarnya baik berupa aktivitas sehari-hari maupun
24
3) Timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi minat.
c. Ciri-ciri Minat Belajar
Menurut Drs Ahmad Susanto ada tujuh ciri-ciri minat yaitu :
1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan
mental
2) Minat tergantung pada kegiatan belajar
3) Minat tergantung pada kesempatan belajar
4) Perkembangan minat mungkin terbatas
5) Minat dipengaruhi budaya
6) Minat berbobot emosional
7) Minat berbobot egosentris, artinya jika seorang senang terhadap
sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.
d. Cara Guru Untuk Membangkitkan Minat Belajar
Siswa terdorong untuk belajar apabila mereka memiliki minat
belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar merupakan
salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar.
Menurut Rasimin (2012:119) ada beberapa cara dapat
dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa sebagai
berikut:
1) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan
kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh apabila ia dapat
menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna bagi
25
2) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat penglaman dan
kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk
dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman
siswa, akan tidak diminati siswa. Materi pelajaran yang terlalu
sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat
menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal
dan kegagalan dapat membunuh minat siswa untuk belajar.
3) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara
bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen,
demonstrasi, dan lain-lain.
Menurut Bahri juga mengemukakan ada beberapa
macam cara yang dilakukan guru untuk membangkitkan minat
siswa sebagai berikut:
a) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak
didk, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.
b) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan
persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga
anak didik mudah menerima bahan pelajaran.
c) Memberikan ksempatan kepada anak didik untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan
26
d) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik
mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik.
3. Mata Pelajaran IPS
a. Sejarah Ilmu Pengetahuan Sosial
Secara praktis disadari atau tidak, ilmu pengetahuan sosial
merupakan sesuatu yang tidak asing bagi setiap orang. Dalam
perkembangan hidup manusia sejak lahir sampai dewasa tidak
terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Proses kehidupan manusia
selalu berhubungan sesama manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial
merupakan pengalaman hidup manusia yang dialaminya sejak lahir.
Hubungan manusia sejak lahir yang merupakan hubungan sosial itu
telah terjadi sejak dalam keluarga, walaupun hubungan tersebut
terjadi secara sepihak. Tanpa adanya hubungan sosial seorang bayi
sulit mengalami perkembangan menjadi manusia dewasa secara
sempurna (Rasimin, 2012:35).
b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial
Ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial adalah berupa
kehidupan manusia dalam masysrakat atau manusia sebagai
anggota masyarakat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial adalah manusia dalam
27
Untuk memantapkan ruang lingkup pengetahuan sosial perlu
diketahui ciri-cirinya. Salah satu ciri utamanya adalah bekerja
samanya antara disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu
sosial untuk mencapai tujuan pendidikan. Kerjasama disiplin ilmu
pendidikan yang dimaksud adalah adanya seperangkat kemampuan
yang berguna sebagai berikut :
1) Memilih (menyederhanakan) bahan pendidikan dari disiplin
ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pendidikan.
2) Mengoeganisasikan bahan pendidikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan.
3) Menyajikan (metode) pendidikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan.
4) Menilai hasil belajar ilmu pengetahuan sosial.
c. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu pengetahuan sosial selain mempunyai tujuan
membentuk warga negara yang baik, dengan memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan di
masyarakat, juga memiliki fungsi aplikatif. Fungsi yang dimaksud
adalah ilmu pengetahuan sosial sebagai pendidikan. Fungsi ilmu
pengetahuan sosial sebagai pendidikan, selain memberikan bekal
pengetahuan dan keterampilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Yang dimaksud keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan
28
seperti bekerja sama, gotong royong, tolong-menolong sesame
umat manusia, dan melakukan tindakan dalam memecahkan
persoalan sosial di masyarakat (Rasimin, 2012:40).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi ilmu
pengetahuan sosial sebagai pendidikan adalah membina siswa
menjadi warga negara yang baik pengetahuan keterampilan dan
kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi
masyarakat dan negara. Mengingat bahwa kehidupan di masyarakat
dan bermasyarakat berkembang secara terus-menerus, maka
landasan pengembangan ilmu pengetahuan sosial sebagai program
pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan
sekaligus kemajuan masyarakat.
B. Metode Numbered Head Together (NHT)
1. Pengertian Numbered Head Together (NHT)
Menurut Trianto (2009:82-83) NHT atau penomoran berpikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai
alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertam kali
dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi mata
29
2. Langkah-langkah Numbered Head Together (NHT)
Menurut Trianto (2009:82) dalam mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai
sinteks NHT :
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang
dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
c. Fase 3 : Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu
dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tim.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Menurut Hamid (2011 :219) langkah-langkah guru dalam
pembelajaran NHT adalah :
1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok
30
2) Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang akan disampaikan dan masing-masing kelompok
mengerjakannya bersama kelompoknya
3) Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya
atau mengetahui jawaban yang diwakili dari kelompok tersebut.
4) Untuk membahas hasil setiap kelompok, guru memanggil nomor
kelompok tertentu membahas jawban mereka, kemudian
memanggil nomor kelompok yang lain untuk memberi
tanggapan atas jawaban dari kelompok yang memprestasikan
jawabannya.
5) Terakhir guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya
pembahasan dan pembelajaran tersebut.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran NHT diatas
peneliti memodifikasi langkah-langkah pembelajaran NHT pada
tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1
Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT
Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah
NHT Pendahuluan :
a. Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang . Kemudian, setiap siswa diberikan nomor.
b. Guru menyampaikan materi yang
akan dipelajari sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai dan
menginformasikan metode yang
akan digunakan.
31
c. Memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran.
Kegiatan Inti
d. Guru mengajukan pertanyaan atau
lembar kerja siswa (LKS) untuk
dipecahkan bersama di dalam
kelompok.
Langkah 2 Mengajukan Pertanyaan
e. Guru meminta siswa berdiskusi
bersama kelompoknya untuk berpikir bersama dan menyatakan pendapat untuk membahas pertanyaan atau LKS yang diajukan guru.
f. Setiap kelompok harus memastikan
setiap anggota kelompoknya
mengetahui jawabannya.
Langkah 3
Berpikir Bersama
g. Guru mengecek pemahaman siswa
dengan memanggil salah satu nomor siswa secara acak dari salah satu kelompok, siswa yang dipanggil
mengacungkan tangan dan
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, jawaban dari siswa yang
ditunjuk merupakan wakil dari
jawaban kelompok.
h. Kelompok lain menanggapi,
terutama siswa yang memiliki nomor yang sama dengan siswa yang ditunjuk.
i. Guru memberikan penghargaan
berupa tanda bintang pada kelompok yang menjawab dengan betul.
Langkah 4 Menjawab Pertanyaan
Kegiatan Penutup
j. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
k. Guru memfasilitasi siswa membuat rangkuman/kesimpulan
pembelajaran.
32
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran NHT
Menurut Hamdani dalam Ratri (2013:12) model NHT mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan NHT
1). Setiap siswa menjadi siap semua.
2). Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3). Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan NHT
1). Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2). Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru (Anita lie :
2008).
4. Media Visual
a. Pengertian Media Visual
Pengajarkan akan lebih efektif apabila objek dan kejadian
yang menjadi bahan pengajaran dapat divisualisasikan secara
realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya. Studi mengenai
penggunaan pesan visual berhubungan dengan hasil belajar
menunjukan bahwa pesan-pesan visual yang moderat (berada
dalam rentangan abstrak dan realistik) memberikan pengaruh tinggi
terhadap prestasi belajar siswa (Sudjana dan Rivai, 2009:9).
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam
33
lukisan dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan
gambar atau simbol yang bergerak seperti film diksi, dan film
kartun (Djamarah, 2006:124).
Salah satu aplikasi media visual dapat diperoleh dengan
menggunakan program komputer, seperti : Microsoft Office (Word,
Power Point, Excel),Flash, Adobe Reader, dan sebagainya. Setiap
progarm memiliki keuntungannya sendiri-sendiri. Peneliti
menggunakan media visual dengan menggunakan Microsoft Power
Point. Microsoft Power Point adalah sebuah software yang dibuat
dan dikembangkan oleh perusahaan microsoft, dan merupakan
program berbasis multimedia. Pada prinsipnya program ini terdiri
dari dari beberapa unsur rupa dan pengontrolan operasionalnya.
Unsur rupa terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna
yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah
tersedia (Daryanto, 2010:163).
Kelebihan microsoft power point, antara lain :
1) Penyajiannya menarik karena terdapat permainan warna, huruf,
dan animasi.
2) Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi
mengenai bahanajar yang disajikan.
3) Pesan visualnya lebih mudah dipahami.
4) Dapat diperbanyak sesuai denagn kebutuhan, bisa dipakai
34
5) Dapat disimpan melalui (cd, disket, flasdisk), sehingga mudah
untuk dibawa kemana-mana (Daryanto, 2010:164).
b. Fungsi dan Kelebihan Media Visual
Menurut Levie dan Lents (1982) dalam Arsyad fungsi media
visual ada empat yaitu :
1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang
ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali
siswa diawal pelajaran tidak tertarik pada materi pelajaran
yang disajikan olehguru, sehingga mereka tidak
memperhatikan. Dengan media gambar yang diproyeksikan
melalui overhead projector dapat mengarahkan mereka pada
mata pelajaran sehingga kemungkinan untuk mengingat isi
pelajaran semakin besar.
2) Fungsi Afektif media visual dapat terlihat dari tingkat
kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang
bergambar.
3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau
gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
35
4) Fungsi kompensatoris media visual yang memberikan konteks
untuk memahami teks yang lemah membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan bisa
mengingatnya kembali (Arsyad, 2010: 17).
Dari keempat fungsi yang dikemukakan Levie dan Lentz,
maka media visual memegang peranan yang sangat penting
dalam proses belajar. Karena dengan menggunakan media
visual dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga
tujuan untuk mengingat dan memahami materi pembelajaran
tercapai.
c. Teknik-teknik Menggunakan Media Visual
Dalam menerima pesan visual memerlukan keterampilam,
oleh karena itu seseorang tidak akan mampu memahaminya dengan
sendirinya. Oleh karena itu siswa perlu bimbingan untuk
memahami pesan-pesan visual.
Ada beberapa teknik untuk memahami pesan-pesan visual,
yaitu :
1) Fase differensiasi yaitu awalnya siswa mengamati,
mengidentifikasi dan menganalisis terlebih dahulu unsur-unsur
suatu unit pengajaran dalam bentuk pesan-pesan visual.
2) Fase integrasi yaitu para pengamat (siswa) menempatkan
unsur-unsur visual dengan serempak, kemudian
pengalaman-36
penglamannya, kemudian menyimpulkan gambaran dari media
visual untuk menciptakan konseptualisasi baru dari apa yang
telah dipelajari sebelumnya (Sudjana dan Rivai, 2009:11).
d. Jenis-jenis Media Visual
1) Gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang
menunjukkan tampaknya suatu benda.
2) Diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep,
organisasi dan struktur isi materi.
3) Peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara
unsur-unsur dalam isi materi.
4) Grafik seperti tabel, grafik dan chart (bagan) yang menyajikan
gambaran atau kecenderungan data hubungan seperangkat
gambar atau angka-angka (Arsyad, 2010:91-92)
e. Efektifitas Media Visual
Ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk
penggunaan efektifitas media berbasis visual sebagai berikut:
1) Usahakan visual itu sederhana mungkin dengan
menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram.
Gambar realistis harus digunakan secara hati-hati karena
gambar yang amat rinci dengan realisme sulit diproses dan
dipelajari bahkan seringkali mengganggu perhatian siswa
37
2) Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang
terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan
baik.
3) Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan
materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk
digukan oleh siswa mengorganisasikan informasi.
4) Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan
daya ingat. Meskipun sebagian visual dapat dengan mudah
diperoleh informasinya, sebagian lagi memerlukan
pengamatan dengan hati-hati. Untuk visual yang kompleks
siswa perlu diminta untuk mengamatinya, kemudian
mengungkapkan sesuatu mengenai visual tersebut setelah
menganalisis dan memikirkan informasi yang terkandung
dalam visual itu. Jika perlu, siswa diarahkan kepada
informasi penting secara rinci.
5) Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan
konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang
divisualkan itu secara berdampingan.
6) Hindari visual yang tak berimbang.
7) Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
8) Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah
38
9) Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk
mempelajari materi yang agak kompleks.
10) Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan
gagasan khusus akan efektif apabila (1) jumlah objek dalam
visual yang akan ditafsirkan dengan benar dijaga agar
terbatas, (2) jumlah aksi terpisah yang penting yang
pesan-pesannya harus ditafsirkan dengan benar sebaiknya terbatas,
dan (3) semua objek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan
secara realistik sehingga tidak terjadi penafsiran ganda.
11) Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan
dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang
untuk mempermudah pengolahan informasi.
12) Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk
(1) menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual,
(2) memberi nama orang, tempat, atau objek, (3)
menghubugkan kejadian atau aksi dalam lukisan dengan
visual sebelum atau sesudahnya, dan (4) menyatakan apa
yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan.
13) Warna harus digunakan secara realistik.
14) Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk
mengarahkan perhatian dan membedakan
39
Agar lebih efektif visual ditempatkan pada konteks yang
bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu
untuk meyakinkan terjadinya proses infoirmasi. Media visual
dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.
Visual dapat juga menumbuhkan minat dan memberikan
40 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Kondisi awal merupakan tindakan awal pembelajaran sebelum
dilakukan tindakan penelitian. Hasil belajar atau tes prasiklus dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal hasil belajar siswa kelas V
pada mata pelajaran IPS di SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang.
Hasil prasiklus diperoleh melalui tes tertulis berupa hasil belajar atau nilai
sebelum diadakannya penelitian pada mata pelajaran IPS.
Berdasarkan hasil tes awal didapat bahwa rata-rata hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang
telah ditetapkan yaitu 70. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh hanya
57,75 dengan presentase secara klasikal siswa yang belum tuntas adalah
sebesar 75% dan siswa yang tuntas 25%. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh
baik oleh guru maupun siswa itu sendiri. Faktor dari guru berupa terlalu
monotonnya penerapan pendekatan dalam pembelajaran sehingga siswa
merasa bosan dan kurang tertarik dengan materi pembelajaran yang diberikan,
sehingga hasil belajarnya masih kurang memuaskan. Hasil belajar pada
41
Tabel: 3.1
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus
No Nama Siswa Nilai
mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3.2
Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Prasiklus
42
Hasil ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPS masih rendah, hal ini dikarenakan dalam pembelajaran IPS
masih bersifat verbalisme. Siswa hanya mendengarkan tanpa ada media yang
mendukung pemahaman dan pendalaman terhadap materi yang disampaikan,
sehingga siswa mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran.
Tabel 3.3
Hasil Pengamatan Aspek Minat Pada Siswa Pra Siklus
No. Nama siswa Aspek minat
Kognitif Afektif Psikomotorik
1. Achmad Rifki S.M. 4.5 5.6 4.0
pembelajaran berlangsung yaitu 110.71 . jumlah nilai dari aspek minat siswa
dalam mengikuti pembelajaran yaitu 121.1 dan jumlah nilai aspek pemahaman
43
Dilihat dari tabel 3.1 di atas, masih banyak siswa yang belum tuntas
belajarnya, dalam proses pembelajaran prasiklus tersebut siswa kurang
bersemangat dan bermalas-malasan. Selain itu siswa terlihat tegang saat
peneliti mulai menunjuk siswa untuk maju ke depan kelas. Oleh karena itu
untuk menumbuhkan semangat dan mempermudah siswa untuk memahami
materi Sejarah Kerajaan Islam maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran
menggunakan metode NHT dengan media visual. Perbaikan pembelajaran
tersebut dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan tiga tahap, yaitu
pembelajaran siklus I, siklus II, dan siklus III. Pelaksanaan tindakan kelas
disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dan menganalisa hasil
observasi yang dikaitkan dengan hasil tertulis, maka pada siklus pertama perlu
ditanggulangi dengan menggali persepsi awal siswa tentang materi yang akan
dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung. Siklus pertama
dilaksanakan pada tanggal 08 Oktober 2015 dan terdiri dari empat tahap,
yaitu:
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menyusun perencanaan tindakan dimulai
dengan menentukan materi pembelajaran kelas V semester I yaitu mata
pelajaran IPS materi menceritakan tokoh kelompok raja (umara) pada
44
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan tujuan pembelajaran
siswa dapat menceritakan dan mengelompokkan tokoh pada masa raja
(umara) kerajaan Samudra Pasai, Aceh, demak, dan Padang dengan
metode NHT dengan media visual dan membuat rangkaian penilaian
berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa dan juga membuat
instrument penilaian observasi guna mengetahui minat belajar siswa.
Perencanaan pada tindakan siklus I dituangkan dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). RPP yang dibuat memperhatikan
berbagai aspek seperti mencantumkan (a) Standar Kompetensi (SK); (b)
Kompetensi Dasar (KD); (c) Indikator; (d) Tujuan pembelajaran; (e)
Materi pembelajaran; (f) Pendekatan Pembelajaran; (g) Langkah-langkah
pembelajaran; (h) Media dan sumber belajar; dan (i) Penilaian.
2. Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 08 Oktober 2015 di kelas V
SDN Duren 01 dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa dan seluruh siswa
hadir. Penelitian siklus I sudah menerapkan metode NHT yaitu dengan
menggunakan media visual. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
observer guru kelas V, adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Pada pelaksanaan tindakan ini
dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagaimana tertuang dalam
45
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengkondisikan kelas dengan mengucapkan salam dan
mengajak siswa untuk berdoa.
2) Guru mengabsensi siswa.
3) Apersepsi, guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh kelompok
raja (umara) pada masa kerajaan Samudra Pasai, Aceh, demak, dan
Padang
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
- Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum
dipahami ketika menjelaskan materi tokoh kelompok raja
(umara) pada masa kerajaan Samudra Pasai, Aceh, demak, dan
Padang dengan media visual.
- Guru meminta siswa untuk menceritakan dan mengelompokkan
materi tokoh kelompok raja (umara) pada masa kerajaan
Samudra Pasai, Aceh, demak, dan Padang.
2) Elaborasi
- Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa.
- Siswa secara bergantian menceritakan hasil diskusinya
46
3) Konfirmasi
- Beberapa siswa disuruh maju ke depan kelas untuk
menceritakan hasil diskusinya.
- Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju
ke depan kelas.
- Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan
terhadap hasil pembelajaran tersebut.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan.
2) Guru memberikan tes formatif.
3) Guru mengevaluasi dan merekap penilaian.
4) Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang.
5) Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah.
6) Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas.
Sebagaimana disebutkan dalam kegiatan diatas bahwa diakhir
proses pembelajaran guru memberikan tes tertulis guna mengetahui ada
tidaknya peningkatan minat belajar siswa. Data hasil belajar siswa pada
47
Tabel: 3.4
Rekapitulasi Minat Belajar Siswa Siklus I
No Nama Siswa Nilai
mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai dapat
48
Tabel 3.5
Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
No Skor Kriteria
siswa yang mencapai nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang
diharapkan sebesar 10 anak atau sebesar 50%. Dari 20 siswa kelas V B,
baru ada 9 anak yang masuk kategori baik atau sebesar 45% dan sudah
terdapat 11 anak atau sebesar 55% yang masuk kategori cukup baik.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil perbaikan
pembelajaran IPS melalui metode NHT dengan media visual pada siswa
kelas V dapat meningkatkan minat belajar IPS meskipun belum sempurna.
Hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai indikator yang
diharapkan, maka masih diperlukan siklus selanjutnya yaitu siklus II.
3. Observasi
Observasi pada siklus I ini dilakukan oleh teman sejawat.
Pengamatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran menggunakan media
visual. Pengamatan yang dilakukan dalam siklus satu ini adalah
pengamatan terhadap keterampilan guru dalam proses pembelajaran
menggunakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media visual
49
Pengamatan aktivitas peneliti dalam pengelolaan pembelajaran IPS
menggunakan metode NHT dengan media visual dilakukan oleh observer
yaitu guru IPS kelas V SDN 01 Duren.
Keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I
sebesar 100% artinya sepenuhnya keterampilan guru sudah dilaksanakan.
Setelah pembelajaran pada silkus I selesai, pengamatan aktivitas guru
dilakukan oleh teman guru yang bertindak sebagai observer dapat
diketahui melalui lembar observasi.
Tabel 3.6
Hasil Pengamatan Aspek Minat Pada Siswa Siklus I
No Nama siswa Aspek minat
Kognitif Afektif Psikomotorik
50
Dari tabel 3.6 di atas terlihat bahwa jumlah nilai untuk aspek
kognitif siswa ketika pembelajaran berlangsung yaitu 125.0. jumlah nilai
dari aspek afektif siswa dalam mengikuti pembelajaran yaitu 132.0 dan
jumlah nilai aspek psikomotorik ketika guru menjelaskan materi yaitu
130.0.
4. Refleksi
Setelah proses pembelajaran selesai peneliti dan pengamat
melakukan refleksi. Pada siklus I guru belum mampu memenfaatkan
metode pembelajaran dan pengelolaan kelas sehingga murid masih asik
bermain sendiri. Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pembelajaran
siklus I dan mendiskusikan aspek-aspek yang perlu ditingkatkan pada
pembelajaran siklus II.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Melihat hasil refleksi pada siklus I, maka siklus II peneliti mencoba
memperbaiki pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan
perbaikan dengan merubah media pembelajaran, pembagian kelompok dan
posisi tempat duduk diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS dalam
menerapkan metode NHT dengan media visual.
Adapun deskripsi data proses perbaikan pembelajaran IPS materi
tokoh kelompok raja (umara) pada masa kerajaan Mataram, Banten, dan
Makasar/Gowa menerapkan metode NHT dengan media visual pada siklus II