• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MATERI SEJARAH KERAJAAN ISLAM MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER(NHT)DENGAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN DUREN 01 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MATERI SEJARAH KERAJAAN ISLAM MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER(NHT)DENGAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN DUREN 01 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MATERI SEJARAH KERAJAAN ISLAM MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA VISUAL

PADA SISWA KELAS V SDN DUREN 01 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

KHADZIK MISJA NIM 11511025

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

i

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MATERI SEJARAH KERAJAAN ISLAM

MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)DENGAN MEDIA VISUAL

PADA SISWA KELAS V SDN DUREN 01 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

KHADZIK MISJA NIM 11511025

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)
(5)
(6)
(7)

v

Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat) maka dengan ilmu”. (HR. Turmudzi)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku, Bapak Ta’yid Djufri dan Ibu tercinta Tarhibah yang selalu

bermunajat memohon kepada-Nya demi kesuksesan anak-anaknya.

2. Kepada kakak-kakakku Mbak Aini, Mbak Ana, Mas Faried, dan Mbak Erma yang

selalu memberikan suntikan semangat untuk meraih cita-cita.

3. Kepada teman kost yang selalu memberikan banyak pelajaran, kenangan dan

pengalaman tentang kehidupan.

4. Teman-teman seperjuangan PGMI.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semuanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akademik dengan lancar

tanpa menemukan kendala yang berarti. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada

Nabi Muhammad SAW.

Tugas akhir yang berupa skripsi ini merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar

kesarjanan, penulis menyusun skripsi dengan judul : “Peningkatan Minat Belajar IPS Materi

Sejarah Kerajaan Islam melalui Metode Numbered Head Together (NHT) dengan Media

Visual pada Siswa Kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2015/2016.”

Skripsi ini berhasil diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

baik berupa materi maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melaksanakan penulisan skripsi.

2. Suwardi S.Pd., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan lmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Salatiga.

4. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd., selaku pembimbing dalam penulisan skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen PGMI yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Keluarga tercinta yang selau mendukung dalam mencari ilmu.

7. Kepala SDN Duren 01, guru dan karyawan serta semua siswa-siswi yang telah berkenan

membantu dan memberikan data kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

(9)

vii

Atas jasa mereka, peneliti hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat

balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi masih jauh dari kesempurnaan, maka besar harapan dari

penulis, agar para pembaca bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun

guna penyempurnaan penulisan skripsi.

Salatiga, 12 Desember 2015

Penulis

(10)

viii

ABSTRAK

Misja, Khadzik. 2015. Peningkatan Minat Belajar IPS Materi Sejarah Kerajaan Islam melalui Metode Numbered Head Together (NHT) dengan Media Visual pada Siswa Kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.

Kata Kunci: Minat Belajar, IPS, Numbered Head Together dan Media Visual

Kualitas pendidikan telah diupayakan melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik, pengelolaan satuan pengajaran dan pemanfaatan pembelajaran yang digunakan. Namun kenyataannya belum memperlihatkan hasil yang optimal. Kondisi ini disebabkan kurang efektifnya pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik yang berakibat ketidaknyamanan siswa dalam belajar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan : apakah penggunaan metode Numbered Head Together (NHT) dengan media visual dapat meningkatkan minat belajar IPS materi Sejarah Kerajaan Islam siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? adapun tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menyatakan

metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan media visual dapat

meningkatkan minat belajar IPS materi Sejarah Kerajaan Islam pada siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui siklus, yakni: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dengan observasi, tes dan dokumentasi.

(11)

ix DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 8

E. Kegunaan Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 10

G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Minat Belajar IPS ... 21

(12)

x

2. Macam-macam Minat Belajar ... 23

3. Mata Pelajaran IPS ... 26

B. Metode Numbered Head Together (NHT) ... 28

1. Pengertian Numbered Head Together (NHT)... 28

2. Langkah-langkah Numbered Head Together (NHT).. 29

3. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ... 32

4. Media Visual... 32

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)... 40

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I... 43

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II... 50

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN A.Hasil Penelitian... 63

1. Pra Siklus ... 63

2. Hasil dari Siklus I ... 64

3. Hasil dari Siklus II ... 68

4. Hasil dari Siklus III ... 71

B. Pembahasan ... 75

1. Deskripsi Kegiatan Pra Siklus ... 57

2. Deskripsi Kegiatan Siklus I ... 58

3. Deskripsi Kegiatan Siklus II ... 64

(13)

xi BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT ... 30

Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 41

Tabel 3.2 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus ... 41

Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Aspek Minat Siswa Pada Pra Siklus ... 42

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 47

Tabel 3.5 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 48

Tabel 3.6 Hasil Pengamatan Aspek Minat Siswa Pada Siklus I. ... 49

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 53

Tabel 3.8 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ... 54

Tabel 3.9 Hasil Pengamatan Aspek Minat Pada Siklus II ... 55

Tabel 3.10 Rekapitulasi Belajar Siswa Siklus III... 58

Tabel 3.11 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III ... 59

Tabel 3.12 Hasil Pengamatan Aspek Minat Pada Siklus III... 61

Tabel 4.1 Rata-rata Hasil Tes Awal... 63

Tabel 4.2 Rata-rata Hasil Tes Siklus I... 65

Tabel 4.3 Lembar Observasi Guru Pada Siklus I... 66

Tabel 4.4 Rata-rata Hasil Tes Siklus II... 68

Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Pada Silkus II... 69

Tabel 4.6 Rata-rata Hasil Tes Siklus III... 72

Tabel 4.7 Lembar Observasi Guru Pada Siklus III... 73

Tabel 4.8 Hasil Rata-rata Pengamatan Aspek Minat Siswa Pada siklus I... 75

(15)

xiii

Tabel 4.10 Hasil Rata-rata Pengamatan Aspek Minat Pada Siklus III 76

Tabel 4.11 Hasil Rekapitulasi Nilai-nilai pada Siklus I, II, dan III... 78

Tabel 4.12 Hasil Rekapitulasi Pencapaian KKM Pada Siklus I, II,

(16)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.13 Diagram Nilai Rata-rata siklus I, II, dan III... 81

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan Negara yang selalu berusaha

meningkatkan pembangunan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang

pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan ini bertujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

yang berkualitas dan mampu bersaing di era global seperti yang tertuang

dalam pembukaan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa antara lain melalui jalur pendidikan. Salah satu

implementasi pendidikan tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah, didalam peraturan tersebut tertuang beberapa pokok

poin penting untuk mengembangkan sistem pendidikan yang harus

dilaksanakan dalam tatanan pendidikan Indonesia. Salah satunya yaitu

penyampaian satu mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Dijelaskan di

peraturan tersebut bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,

Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan

untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan

(18)

2

dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki

kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Selain itu mata pelajaran IPS

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis

dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial (Depdiknas, 2006:575).

Pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial

sangat diperlukan baik yang berhubungan dengan ruang lingkup bahasanya,

objek yang dipelajari, maupun metode/pendekatan dari tiap-tiap disiplin

ilmu-ilmu sosial tersebut. Dengan menguasai konsep-konsep IPS yang

bersumber dari masyarakat dan lingkungan dapat menambah wawasan yang

lebih luas dan mendalam. Berkaitan dengan hal tersebut, alangkah baiknya

melihat penjelasan dari tokoh pendidikan yang menjelaskan tentang

pengertian IPS. Menurut Soemantri (2001:103), Pendidikan IPS adalah

penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis

ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan

menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang

berdasarkan Pancasila. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin akademik

ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah. Untuk

mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan

pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila. Melalui pembelajaran dan

(19)

3

bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk

memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan

perubahan-perubahan di lingkungan sekitar dirinya dengan berpegang teguh kepada

pancasila.

Perbaikan kualitas pendidikan yang terjadi selama ini tidak pernah

berhenti. Usaha yang dilakukan untuk menyesuaikan dan mengimbangi

tuntutan zaman yang semakin berkembang dan semakin cepat. Tanpa adanya

perbaikan, dunia pendidikan akan terjebak pada situasi keadaan di mana

pendidikan justru menjadi beban masyarakat dan negara. Titik awal yang

perlu dilakukan oleh semua stakeholder pendidikan adalah mencari dan

menyimak dengan tepat mengenai titik kelemahan yang menyebabkan

kualitas belajar menjadi menurun. Salah satunya adalah kualitas belajar mata

pelajaran IPS. Menurut Piaget dalam Semiawan (2008:114) banyak sekali

kelemahan yang berkaitan dengan cara mengajarkan IPS di sekolah. Salah

satu kelemahan adalah banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang

menghasilkan persepsi kognitif yang kurang ditandai oleh aspek kemampuan

berkinerja (the ability to perform). Jadi perolehan pelajaran IPS tersebut

adalah perolehan intelektual tentang fakta dan prinsip yang seringkali sudah

kadaluwarsa. Secara tidak langsung, apa yang diajarkan kepada guru-guru SD

yang mengajarkan IPS memiliki cara berpikir dan cara mengajar yang sudah

tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang selalu berkembang.

Pendidikan tradisional tidak mengenal, bahkan sama sekali tidak

(20)

4

mendengarkan hal-hal yang diberikan oleh guru. Cara belajar yang sering

dilakukan guru adalah metode imposisi. Siswa menelan saja hal-hal yang

direncanakan dan disampaikan oleh guru.

Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah

orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi

siswa. Sistem imposisi lebih mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada

masalah atau kesulitan; guru cukup mempelajari materi dari buku lalu

disampaikan kepada siswa. Di sisi lain, siswa hanya bertugas menerima dan

bersikap pasif atau tidak aktif.

Pelaksanaan pembelajaran, banyak sekali variabel yang

mempengaruhi kesuksesan seorang guru. Penguasaan dan ketrampilan guru

dalam penguasaan materi pembelajaran dan strategi pembelajaran tidak

menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara

optimal. Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya

mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana

menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi

yang baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya

dengan bidang studi yang dipelajari. Dalam hal ini adalah bidang studi IPS.

Minat belajar IPS yang diajarkan di SDN Duren 01 Tengaran

Kabupaten Semarang selama ini masih menerapkan metode mengajar yang

konvensional atau lebih berpusat kepada guru (teaching centered). Guru

belum mampu untuk menyesuaikan situasi belajar dengan minat, latar

(21)

5

menyampaikan pelajaran dengan baik, sehingga membuat siswanya bingung

dan kurang memahami dengan baik pengetahuan apa yang telah diberikan

oleh guru. Hal tersebut berdampak buruk kepada hasil belajar siswa secara

keseluruhan.

Melihat dari beberapa permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut,

peneliti memiliki inisiatif untuk membuat alternatif tindakan untuk

memperbaiki hasil belajar siswa, meningkatkan keaktifan siswa, dan

meningkatkan kemampuan guru melalui penggunaan model dan media

pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti bersama tim kolaboratif

menggunakan salah satu model pembelajaran inovatif berupa model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan media visual.

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama

merupakan varian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto

(2009:82) Number Head Together (NHT) dirancangkan untuk melibatkan

lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu

pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ciri khasnya adalah guru menunjuk salah satu nomor (siswa) secara acak

untuk mempresentasikan hasil kegiatan berfikir bersama kelompoknya.

Pemanggilan siswa secara acak akan menjamin keterlibatan total semua

siswa, karena dengan panggilan secara acak siswa menjadi siap semua.

Model Numbered Head Together (NHT) juga dapat meningkatkan tanggung

jawab dan kerja sama diantara anggota kelompok, karena setiap anggota

(22)

6

jawab atas pembelajaran anggota kelompoknya. Tanggung jawab tersebut

dapat diwujudkan dengan memberikan bantuan berupa penjelasan dari siswa

yang lebih mampu.

Suatu proses belajar mengajar terdapat dua unsur yang amat penting

adalah model mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini sangat

berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan

mempengaruhi jenis media yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek

lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan

pembelajaran, jenis tugas, dan respon siswa. Meskipun demikian, dapat

dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai

alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan

belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Kustiono, 2010:23).

Menurut Arsyad (1997: 92) ada beberapa prinsip umum yang perlu

diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis visual. Diantaranya: (1)

usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar

garis, karton, bagan, dan diagram, (2) visual digunakan untuk menekan

informasi sasaran sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, (3)

ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat, (4)

hindari visual yang tak-berimbang, (5) visual yang diproyeksikan harus dapat

terbaca dan mudah dibaca, (6) unsur-unsur pesan dalam visual itu harus

ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang

untuk mempermudah pengelolaan informasi, (7) warna harus digunakan

(23)

7

Berdasarkan ulasan latar belakang tersebut maka peneliti

menggunakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Minat

Belajar IPS Materi Sejarah Kerajaan Islam Melalui Metode Numbered

Head Together (NHT) dengan Media Visual Pada Siswa Kelas V SDN

Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan

permasalahan : Apakah penggunaan metode Numbered Head Together

(NHT) dengan media visual dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa

kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2015/2016 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk

menyatakan metode pembelajaran numbered head together (NHT) dengan

media visual dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas V

SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

(24)

8

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau

kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian kepustakaan.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi

tinbgkat kebenarannya. Hipotesis tindakan yang dipahami sebagai

suatu dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan

dilakukan (Basrowi dan Suwandi, 2008:90).

Berdasarkan kerangka berpikir yang dipaparkan maka hipotesis

tindakan penelitian ini adalah : Penggunaan metode Numbered Head

Together (NHT) dengan media visual dapat meningkatkan minat

belajar IPS kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten semarang.

2. Indikator Keberhasilan

Penggunaan media visual ini dikatakan efektif apabila

indikator yang diharapkan tercapai. Adapun Indikator yang

dirumuskan adalah sebagai berikut :

a. Minat belajar siswa meningkat apabila 80% dari jumlah siswa telah

aktif mengikuti pelajaran IPS materi sejarah kerajaan islam

(25)

9

belajar mengajar yang diamati dan meningkatnya prestasi belajar

siswa di tiap akhir siklus.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Penelitian

ini memiliki 2 jenis manfaat, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan konstribusi untuk

mengembangkan teori strategi pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Secara Praktis penelitian ini bermanfaat bagi :

a. Siswa

Dengan penerapan model Numbered Head Together (NHT)

berbasis visual, siswa dapat menerima pengalaman belajar yang

bervariasi dan menarik sehingga dapat meningkatkan minat,

keterampilan, siswa dalam belajar IPS dan meningkatkan aktivitas

siswa dalam pembelajaran baik secara individu maupun kerjas

sama dalam kelompok, serta tujuan pembelajaran akan tercapai

secara optimal. Selain itu siswa juga akan memiliki jiwa

bertanggung jawab yang tinggi dan memiliki rasa solidaritas yang

(26)

10 b. Guru

Dengan penerapan model Numbered Head Together (NHT)

berbasis visual, guru dapat memperbaiki strategi pembelajaran

yang digunakan dan menambah wawasan guru tentang model

pembelajaran yang variatif dan inovatif, sehingga mampu

menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan.

c. Sekolah

Dengan penelitian ini, sekolah dapat meningkatkan mutu

pendidikannya. sehingga sekolah mendapatkan kepercayaan dari

berbagai komponen masyarakat dalam pengembangan pendidikan.

F. Definisi Operasional

1. Peningkatan

Peningkatan artinya usaha yang dilakukan untuk mencapai

sesuatu yaitu minat belajar anak pada pembelajaran IPS yang semula

baik menjadi lebih baik (Slameto, 1991).

2. Minat Belajar IPS

Minat adalah kecenderungan kecenderungan untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang

berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu

(27)

11

3. Metode Numbered head together (NHT)

Number Head Together (NHT) yaitu teknik belajar mengajar

yang memberikan kesmpatan kepada siswa untuk saling sharing

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda,

2013:138).

4. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra

penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam

seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar

lukisan dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan

gambar atau simbol yang bergerak seperti film diksi, dan film kartun

(Djamarah, 2006:124).

5. Siswa

Siswa yang dimaksud di atas adalah siswa kelas V SDN

Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Peneltian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

PTK merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah

dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas

(28)

12

kerja sama para peneliti, praktisi, dan orang awam (Burns, 1999 dalam

bukunya Kunandar 2011:44).

PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan

dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil

pendidikan dan pembelajaran (Arikunto 2008:105). Tujuan penelitian

ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik

pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu

hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan

relevansi, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta

menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru (Aqib 2006:127).

Jadi kesimpulannya PTK itu adalah pendekatan pembelajaran untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas.

PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan

dalam siklus berulang. Empat kegiatan yang ada pada setiap siklus

yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat

(29)

13 siklus I

siklus II

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di SDN 01 Duren Kecamatan

Tengaran, sebuah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan untuk jenjang sekolah dasar, SD ini berlokasi di Desa

Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Hampir

kebanyakan siswa di SD ini adalah warga asli Desa Duren sendiri.

Untuk subjek pada penelitian yang di lakukan kali ini adalah

(30)

14

terdiri dari 11 siswa putra 9 siswa putri. Dan penelitian ini akan di

lakukan selama 3 siklus dengan menggunakan metone Numbered Head

Together (NHT) dengan media Visual.

3. Langkah- langkah penelitian

Menurut Kurt Lewin dalam bukunya (Aqib 2006: 21) dalam

pelaksanaan PTK mencakup empat langkah yaitu:

a. Perencanaan

1) membuat RPP dengan menerapkan metode Numbered Head

Together (NHT) dengan media visual pada mata pelajaran IPS.

2) menyiapkan fasilitas dan sarana yang digunakan dalam

pembelajaran.

3) membuat soal sebagai tes tertulis.

4) mempersiapkan instrument.

b. Pelaksanaan tindakan

Dalam tahap ini peneliti bersama guru melaksanakan satuan

perencanaan tindakan yang telah tertulis di RPP yang terdiri dari

tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.

c. Pengamatan

Pada bagian pengamatan peneliti bersama guru melakukan

pengamatan yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan

kegiatan. Tujuan pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil

tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam

(31)

15 d. Refleksi

Setelah dilakukan perencanaan, tindakan, dan pengamatan

peneliti bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai

proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan

dengan refleksi sesuai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

melalui media audio visual.

4. Instrumen penilaian

a. Tes tertulis

Tes ini digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

Numbered Head Together (NHT) dengan media visual dalam mata

pelajaran IPS. Dalam tes ini berisi soal- soal pilihan ganda dan

uraian.

b. Lembar observasi

Alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman

observasi. Pedoman observasi ini berisikan catatan lapangan yang

mendiskripsikan proses kegiatan pembelajaran dan kemampuan

siswa setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan

media visual di samping itu juga observer mendokumentasikan

dengan foto-foto serta mencatat proses pembelajaran untuk

mendapatkan data tentang aktivitas siswa selama kegiatan

(32)

16

5. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan metode sebagai berikut:

a. Metode observasi

Metode observasi digunakan untuk menyelidiki upaya yang

dilakukan guru IPS untuk meningkatkan minat belajar siswa

melalui media visual. Observasi adalah studi yang sengaja dan dan

sistematis tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan jalan

pengamatan dan cacatan (Hadi, 1989). Metode ini dapat pula

digunakan sebagai alat bantu untuk mencari data tentang kegiatan

yang dilakukan di sekolah.

b. Metode dokumentasi

Yaitu untuk mencari data mengenai hal-hal yang

merupakan catatan, transkip, buku, agenda dan sebagainya. Metode

ini untuk menggali data minat belajar siswa pada mata pelajaran

ips serta penggunaan metode Numbered Head Together (NHT)

dengan media visual pada mata pelajaran IPS. Metode ini dapat

digunakan pula untuk mendapatkan gambaran umum sekolah,

keadaan guru, keadaan siswa, dan keadaan sarana prasarana.

c. Metode wawancara

Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan

oleh interviewer (pewawancara) untuk memperoleh informasi dari

(33)

17

data-data dari sumber langsung seperti kepala sekolah, guru, dan

siswa.

6. Analisis Data

Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka

analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes

b. Menentukan kriteria nilai (70-100 tuntas dan 0-69 tidak tuntas)

c. Data keaktifan siswa diambil dari keaktifan siswa, ketika

pembelajaran, kemudian dianalisis dan dicari rata-rata

menggunakan rumus.

d. Minat belajar dianalisis dengan membandingkan tes antar siklus.

Nilai per tes untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan

metode Numbered Head Together (NHT) dengan media visual

dalam pembelajaran IPS.

Menurut Rosma Hartiny Sam’s (2010: 94) Penelitian ini

juga menggunakan analisis deskriptif. Teknik deskriptif yang

(34)

18 1) Rumus mencari nilai rerata.

Keterangan :

= Mean ( rerata )

∑ = Jumlah dari hasil perkalian antara

masing-masing skor dengan frekuensinya.

N = Jumlah siswa (Sudijono, 2010: 83). 2) Rumus mencari persentase keberhasilan belajar.

Keterangan :

P = Angka Persentase

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Case ( jumlah frekuensi/banyaknya

(35)

19 H. Sistematika penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal,

bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul, persetujuan

pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan

persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan lampiran.

Sedangkan pada bagian isi dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab,

yaitu:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator

keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II Kajian pustaka. Pada bab ini mencakup: Minat belajar IPS, mata

pelajaran IPS, metode Numbered Head Together (NHT), dan media visual.

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini mencakup: deskripsi

kondisi awal, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II

dan deskripsi pelaksanaan siklus III.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini mencakup:

Deskripsi paparan per siklus meliputi, deskripsi hasil kondisi awal, deskripsi

hasil penelitian siklus I, deskripsi hasil penelitian siklus II, deskripsi hasil

penelitian siklus III dan perbandingan antar siklus.

Bab V Penutup. Pada bab ini bersisi tentang kesimpulan dan saran

yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktek

(36)

20

Sedangkan pada bagian akhir pada skripsi ini terdiri dari daftar

(37)

21 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Minat Belajar IPS

1. Pengertian Minat Belajar

Minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat hubungan tersebut,

maka semakin besar pula minat. Suatu minat dapat diekspresikan

melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan bahwa siswa lebih

menyukai suatu hal dari pada hal lainnya. Siswa yang memiliki minat

terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang

lebih besar terhadap subyek yang disukainya.

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1991).

Minat belajar yaitu meningkatkan kegairahan atau keinginan

siswa untuk belajar sehingga akan tertanam pada diri siswa untuk

belajar (Ismail, 1980).

Minat untuk belajar sesuatu bidang mempunyai kedudukan yang

penting untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar. Minat

merupakan salah satu faktor penting yang menentukan berhasil atau

tidaknya sesorang terhadap suatu kegiatan atau aktivitas. Dengan

minat yang besar maka akan memberikan rasa senang atau suka

(38)

22

Crow and crow (Djaali, 2012) mengatakan Minat berhubungan

dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau

berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang

dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali, 2012).

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang

berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu

secara konsisten dengan rasa senang (Bahri, 2011).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa minat

belajar adalah faktor yang sangat penting dalam menunjang

tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya

akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.

Minat belajar pada dasarnya adalah sikap ketaatan pada kegiatan

belajar, baik lewat jadwal maupun inisiatif spontan. Tidak mudah bagi

seseorang untuk mendapatkan atau merasakan minat itu, minat

diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat

ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh karena

itu dalam proses belajar apa yang dilihat oleh siswa haruslah dapat

membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai

hubungan dengan kepentingannya sendiri (kepentingan untuk

mencapai tujuan belajar). Minat akan selalu berkaitan dengan soal

(39)

23

menciptakan kondisi tertentu dalam proses belajar, sehingga siswa

akan selalu butuh dan ingin terus belajar. Salah satu faktor

keberhasilan adalah terletak pada minat siswa. Minat belajar yang

besar akan memberikan daya gerak tersendiri bagi siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar.

2. Macam-macam Minat Belajar

Menurut M. Buchori minat ada dua macam yaitu :

a. Minat primitive

Yaitu minat yang timbulnya dari kebutuhan jaringan yang berkisar

pada soal makanan, comfort, dan kebebasan aktivitas.

b. Minat cultur/sosial

Yaitu minat yang berasal dari perbuatan belajar yang lebih tinggi

tarafnya, jadi dengan kata lain minat dari taraf merupakan hasil

dari pendidikan (Buchori, 1982).

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

penggolongan minat berdasar pada :

1) Minat yang berasal dari diri sendiri

Yaitu berdasarkan atas kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan

organisme.

2) Minat yang berpengaruh faktor sosial

Yaitu minat yang berbentuk berdasarkan pengaruh yang ada

disekitarnya baik berupa aktivitas sehari-hari maupun

(40)

24

3) Timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi minat.

c. Ciri-ciri Minat Belajar

Menurut Drs Ahmad Susanto ada tujuh ciri-ciri minat yaitu :

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan

mental

2) Minat tergantung pada kegiatan belajar

3) Minat tergantung pada kesempatan belajar

4) Perkembangan minat mungkin terbatas

5) Minat dipengaruhi budaya

6) Minat berbobot emosional

7) Minat berbobot egosentris, artinya jika seorang senang terhadap

sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

d. Cara Guru Untuk Membangkitkan Minat Belajar

Siswa terdorong untuk belajar apabila mereka memiliki minat

belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar merupakan

salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar.

Menurut Rasimin (2012:119) ada beberapa cara dapat

dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa sebagai

berikut:

1) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan

kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh apabila ia dapat

menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna bagi

(41)

25

2) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat penglaman dan

kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk

dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman

siswa, akan tidak diminati siswa. Materi pelajaran yang terlalu

sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat

menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal

dan kegagalan dapat membunuh minat siswa untuk belajar.

3) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara

bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen,

demonstrasi, dan lain-lain.

Menurut Bahri juga mengemukakan ada beberapa

macam cara yang dilakukan guru untuk membangkitkan minat

siswa sebagai berikut:

a) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak

didk, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.

b) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan

persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga

anak didik mudah menerima bahan pelajaran.

c) Memberikan ksempatan kepada anak didik untuk

mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara

menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan

(42)

26

d) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik

mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik.

3. Mata Pelajaran IPS

a. Sejarah Ilmu Pengetahuan Sosial

Secara praktis disadari atau tidak, ilmu pengetahuan sosial

merupakan sesuatu yang tidak asing bagi setiap orang. Dalam

perkembangan hidup manusia sejak lahir sampai dewasa tidak

terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Proses kehidupan manusia

selalu berhubungan sesama manusia dan makhluk hidup lainnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial

merupakan pengalaman hidup manusia yang dialaminya sejak lahir.

Hubungan manusia sejak lahir yang merupakan hubungan sosial itu

telah terjadi sejak dalam keluarga, walaupun hubungan tersebut

terjadi secara sepihak. Tanpa adanya hubungan sosial seorang bayi

sulit mengalami perkembangan menjadi manusia dewasa secara

sempurna (Rasimin, 2012:35).

b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial adalah berupa

kehidupan manusia dalam masysrakat atau manusia sebagai

anggota masyarakat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial adalah manusia dalam

(43)

27

Untuk memantapkan ruang lingkup pengetahuan sosial perlu

diketahui ciri-cirinya. Salah satu ciri utamanya adalah bekerja

samanya antara disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu

sosial untuk mencapai tujuan pendidikan. Kerjasama disiplin ilmu

pendidikan yang dimaksud adalah adanya seperangkat kemampuan

yang berguna sebagai berikut :

1) Memilih (menyederhanakan) bahan pendidikan dari disiplin

ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pendidikan.

2) Mengoeganisasikan bahan pendidikan secara ilmiah dan

psikologis untuk tujuan pendidikan.

3) Menyajikan (metode) pendidikan secara ilmiah dan psikologis

untuk tujuan pendidikan.

4) Menilai hasil belajar ilmu pengetahuan sosial.

c. Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial selain mempunyai tujuan

membentuk warga negara yang baik, dengan memiliki kemampuan

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan di

masyarakat, juga memiliki fungsi aplikatif. Fungsi yang dimaksud

adalah ilmu pengetahuan sosial sebagai pendidikan. Fungsi ilmu

pengetahuan sosial sebagai pendidikan, selain memberikan bekal

pengetahuan dan keterampilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Yang dimaksud keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan

(44)

28

seperti bekerja sama, gotong royong, tolong-menolong sesame

umat manusia, dan melakukan tindakan dalam memecahkan

persoalan sosial di masyarakat (Rasimin, 2012:40).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi ilmu

pengetahuan sosial sebagai pendidikan adalah membina siswa

menjadi warga negara yang baik pengetahuan keterampilan dan

kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi

masyarakat dan negara. Mengingat bahwa kehidupan di masyarakat

dan bermasyarakat berkembang secara terus-menerus, maka

landasan pengembangan ilmu pengetahuan sosial sebagai program

pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan

sekaligus kemajuan masyarakat.

B. Metode Numbered Head Together (NHT)

1. Pengertian Numbered Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009:82-83) NHT atau penomoran berpikir

bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai

alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertam kali

dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih

banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu

pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi mata

(45)

29

2. Langkah-langkah Numbered Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009:82) dalam mengajukan pertanyaan

kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai

sinteks NHT :

a. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang

dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.

c. Fase 3 : Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu

dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban

tim.

d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Menurut Hamid (2011 :219) langkah-langkah guru dalam

pembelajaran NHT adalah :

1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok

(46)

30

2) Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran

yang akan disampaikan dan masing-masing kelompok

mengerjakannya bersama kelompoknya

3) Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan

memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya

atau mengetahui jawaban yang diwakili dari kelompok tersebut.

4) Untuk membahas hasil setiap kelompok, guru memanggil nomor

kelompok tertentu membahas jawban mereka, kemudian

memanggil nomor kelompok yang lain untuk memberi

tanggapan atas jawaban dari kelompok yang memprestasikan

jawabannya.

5) Terakhir guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya

pembahasan dan pembelajaran tersebut.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran NHT diatas

peneliti memodifikasi langkah-langkah pembelajaran NHT pada

tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1

Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah

NHT Pendahuluan :

a. Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang . Kemudian, setiap siswa diberikan nomor.

b. Guru menyampaikan materi yang

akan dipelajari sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai dan

menginformasikan metode yang

akan digunakan.

(47)

31

c. Memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran.

Kegiatan Inti

d. Guru mengajukan pertanyaan atau

lembar kerja siswa (LKS) untuk

dipecahkan bersama di dalam

kelompok.

Langkah 2 Mengajukan Pertanyaan

e. Guru meminta siswa berdiskusi

bersama kelompoknya untuk berpikir bersama dan menyatakan pendapat untuk membahas pertanyaan atau LKS yang diajukan guru.

f. Setiap kelompok harus memastikan

setiap anggota kelompoknya

mengetahui jawabannya.

Langkah 3

Berpikir Bersama

g. Guru mengecek pemahaman siswa

dengan memanggil salah satu nomor siswa secara acak dari salah satu kelompok, siswa yang dipanggil

mengacungkan tangan dan

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, jawaban dari siswa yang

ditunjuk merupakan wakil dari

jawaban kelompok.

h. Kelompok lain menanggapi,

terutama siswa yang memiliki nomor yang sama dengan siswa yang ditunjuk.

i. Guru memberikan penghargaan

berupa tanda bintang pada kelompok yang menjawab dengan betul.

Langkah 4 Menjawab Pertanyaan

Kegiatan Penutup

j. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya.

k. Guru memfasilitasi siswa membuat rangkuman/kesimpulan

pembelajaran.

(48)

32

3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran NHT

Menurut Hamdani dalam Ratri (2013:12) model NHT mempunyai

kelebihan dan kekurangan.

a. Kelebihan NHT

1). Setiap siswa menjadi siap semua.

2). Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3). Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

b. Kelemahan NHT

1). Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2). Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru (Anita lie :

2008).

4. Media Visual

a. Pengertian Media Visual

Pengajarkan akan lebih efektif apabila objek dan kejadian

yang menjadi bahan pengajaran dapat divisualisasikan secara

realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya. Studi mengenai

penggunaan pesan visual berhubungan dengan hasil belajar

menunjukan bahwa pesan-pesan visual yang moderat (berada

dalam rentangan abstrak dan realistik) memberikan pengaruh tinggi

terhadap prestasi belajar siswa (Sudjana dan Rivai, 2009:9).

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra

penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam

(49)

33

lukisan dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan

gambar atau simbol yang bergerak seperti film diksi, dan film

kartun (Djamarah, 2006:124).

Salah satu aplikasi media visual dapat diperoleh dengan

menggunakan program komputer, seperti : Microsoft Office (Word,

Power Point, Excel),Flash, Adobe Reader, dan sebagainya. Setiap

progarm memiliki keuntungannya sendiri-sendiri. Peneliti

menggunakan media visual dengan menggunakan Microsoft Power

Point. Microsoft Power Point adalah sebuah software yang dibuat

dan dikembangkan oleh perusahaan microsoft, dan merupakan

program berbasis multimedia. Pada prinsipnya program ini terdiri

dari dari beberapa unsur rupa dan pengontrolan operasionalnya.

Unsur rupa terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna

yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah

tersedia (Daryanto, 2010:163).

Kelebihan microsoft power point, antara lain :

1) Penyajiannya menarik karena terdapat permainan warna, huruf,

dan animasi.

2) Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi

mengenai bahanajar yang disajikan.

3) Pesan visualnya lebih mudah dipahami.

4) Dapat diperbanyak sesuai denagn kebutuhan, bisa dipakai

(50)

34

5) Dapat disimpan melalui (cd, disket, flasdisk), sehingga mudah

untuk dibawa kemana-mana (Daryanto, 2010:164).

b. Fungsi dan Kelebihan Media Visual

Menurut Levie dan Lents (1982) dalam Arsyad fungsi media

visual ada empat yaitu :

1) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi

pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang

ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali

siswa diawal pelajaran tidak tertarik pada materi pelajaran

yang disajikan olehguru, sehingga mereka tidak

memperhatikan. Dengan media gambar yang diproyeksikan

melalui overhead projector dapat mengarahkan mereka pada

mata pelajaran sehingga kemungkinan untuk mengingat isi

pelajaran semakin besar.

2) Fungsi Afektif media visual dapat terlihat dari tingkat

kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang

bergambar.

3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan

penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau

gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan

mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam

(51)

35

4) Fungsi kompensatoris media visual yang memberikan konteks

untuk memahami teks yang lemah membaca untuk

mengorganisasikan informasi dalam teks dan bisa

mengingatnya kembali (Arsyad, 2010: 17).

Dari keempat fungsi yang dikemukakan Levie dan Lentz,

maka media visual memegang peranan yang sangat penting

dalam proses belajar. Karena dengan menggunakan media

visual dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga

tujuan untuk mengingat dan memahami materi pembelajaran

tercapai.

c. Teknik-teknik Menggunakan Media Visual

Dalam menerima pesan visual memerlukan keterampilam,

oleh karena itu seseorang tidak akan mampu memahaminya dengan

sendirinya. Oleh karena itu siswa perlu bimbingan untuk

memahami pesan-pesan visual.

Ada beberapa teknik untuk memahami pesan-pesan visual,

yaitu :

1) Fase differensiasi yaitu awalnya siswa mengamati,

mengidentifikasi dan menganalisis terlebih dahulu unsur-unsur

suatu unit pengajaran dalam bentuk pesan-pesan visual.

2) Fase integrasi yaitu para pengamat (siswa) menempatkan

unsur-unsur visual dengan serempak, kemudian

(52)

pengalaman-36

penglamannya, kemudian menyimpulkan gambaran dari media

visual untuk menciptakan konseptualisasi baru dari apa yang

telah dipelajari sebelumnya (Sudjana dan Rivai, 2009:11).

d. Jenis-jenis Media Visual

1) Gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang

menunjukkan tampaknya suatu benda.

2) Diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep,

organisasi dan struktur isi materi.

3) Peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara

unsur-unsur dalam isi materi.

4) Grafik seperti tabel, grafik dan chart (bagan) yang menyajikan

gambaran atau kecenderungan data hubungan seperangkat

gambar atau angka-angka (Arsyad, 2010:91-92)

e. Efektifitas Media Visual

Ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk

penggunaan efektifitas media berbasis visual sebagai berikut:

1) Usahakan visual itu sederhana mungkin dengan

menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram.

Gambar realistis harus digunakan secara hati-hati karena

gambar yang amat rinci dengan realisme sulit diproses dan

dipelajari bahkan seringkali mengganggu perhatian siswa

(53)

37

2) Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang

terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan

baik.

3) Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan

materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk

digukan oleh siswa mengorganisasikan informasi.

4) Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan

daya ingat. Meskipun sebagian visual dapat dengan mudah

diperoleh informasinya, sebagian lagi memerlukan

pengamatan dengan hati-hati. Untuk visual yang kompleks

siswa perlu diminta untuk mengamatinya, kemudian

mengungkapkan sesuatu mengenai visual tersebut setelah

menganalisis dan memikirkan informasi yang terkandung

dalam visual itu. Jika perlu, siswa diarahkan kepada

informasi penting secara rinci.

5) Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan

konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang

divisualkan itu secara berdampingan.

6) Hindari visual yang tak berimbang.

7) Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.

8) Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah

(54)

38

9) Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk

mempelajari materi yang agak kompleks.

10) Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan

gagasan khusus akan efektif apabila (1) jumlah objek dalam

visual yang akan ditafsirkan dengan benar dijaga agar

terbatas, (2) jumlah aksi terpisah yang penting yang

pesan-pesannya harus ditafsirkan dengan benar sebaiknya terbatas,

dan (3) semua objek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan

secara realistik sehingga tidak terjadi penafsiran ganda.

11) Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan

dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang

untuk mempermudah pengolahan informasi.

12) Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk

(1) menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual,

(2) memberi nama orang, tempat, atau objek, (3)

menghubugkan kejadian atau aksi dalam lukisan dengan

visual sebelum atau sesudahnya, dan (4) menyatakan apa

yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan.

13) Warna harus digunakan secara realistik.

14) Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk

mengarahkan perhatian dan membedakan

(55)

39

Agar lebih efektif visual ditempatkan pada konteks yang

bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu

untuk meyakinkan terjadinya proses infoirmasi. Media visual

dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.

Visual dapat juga menumbuhkan minat dan memberikan

(56)

40 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

Kondisi awal merupakan tindakan awal pembelajaran sebelum

dilakukan tindakan penelitian. Hasil belajar atau tes prasiklus dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal hasil belajar siswa kelas V

pada mata pelajaran IPS di SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang.

Hasil prasiklus diperoleh melalui tes tertulis berupa hasil belajar atau nilai

sebelum diadakannya penelitian pada mata pelajaran IPS.

Berdasarkan hasil tes awal didapat bahwa rata-rata hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPS masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang

telah ditetapkan yaitu 70. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh hanya

57,75 dengan presentase secara klasikal siswa yang belum tuntas adalah

sebesar 75% dan siswa yang tuntas 25%. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh

baik oleh guru maupun siswa itu sendiri. Faktor dari guru berupa terlalu

monotonnya penerapan pendekatan dalam pembelajaran sehingga siswa

merasa bosan dan kurang tertarik dengan materi pembelajaran yang diberikan,

sehingga hasil belajarnya masih kurang memuaskan. Hasil belajar pada

(57)

41

Tabel: 3.1

Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus

No Nama Siswa Nilai

mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai dapat

dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3.2

Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Prasiklus

(58)

42

Hasil ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam mengikuti

pembelajaran IPS masih rendah, hal ini dikarenakan dalam pembelajaran IPS

masih bersifat verbalisme. Siswa hanya mendengarkan tanpa ada media yang

mendukung pemahaman dan pendalaman terhadap materi yang disampaikan,

sehingga siswa mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran.

Tabel 3.3

Hasil Pengamatan Aspek Minat Pada Siswa Pra Siklus

No. Nama siswa Aspek minat

Kognitif Afektif Psikomotorik

1. Achmad Rifki S.M. 4.5 5.6 4.0

pembelajaran berlangsung yaitu 110.71 . jumlah nilai dari aspek minat siswa

dalam mengikuti pembelajaran yaitu 121.1 dan jumlah nilai aspek pemahaman

(59)

43

Dilihat dari tabel 3.1 di atas, masih banyak siswa yang belum tuntas

belajarnya, dalam proses pembelajaran prasiklus tersebut siswa kurang

bersemangat dan bermalas-malasan. Selain itu siswa terlihat tegang saat

peneliti mulai menunjuk siswa untuk maju ke depan kelas. Oleh karena itu

untuk menumbuhkan semangat dan mempermudah siswa untuk memahami

materi Sejarah Kerajaan Islam maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran

menggunakan metode NHT dengan media visual. Perbaikan pembelajaran

tersebut dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan tiga tahap, yaitu

pembelajaran siklus I, siklus II, dan siklus III. Pelaksanaan tindakan kelas

disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dan menganalisa hasil

observasi yang dikaitkan dengan hasil tertulis, maka pada siklus pertama perlu

ditanggulangi dengan menggali persepsi awal siswa tentang materi yang akan

dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung. Siklus pertama

dilaksanakan pada tanggal 08 Oktober 2015 dan terdiri dari empat tahap,

yaitu:

1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti menyusun perencanaan tindakan dimulai

dengan menentukan materi pembelajaran kelas V semester I yaitu mata

pelajaran IPS materi menceritakan tokoh kelompok raja (umara) pada

(60)

44

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan tujuan pembelajaran

siswa dapat menceritakan dan mengelompokkan tokoh pada masa raja

(umara) kerajaan Samudra Pasai, Aceh, demak, dan Padang dengan

metode NHT dengan media visual dan membuat rangkaian penilaian

berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa dan juga membuat

instrument penilaian observasi guna mengetahui minat belajar siswa.

Perencanaan pada tindakan siklus I dituangkan dalam bentuk

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). RPP yang dibuat memperhatikan

berbagai aspek seperti mencantumkan (a) Standar Kompetensi (SK); (b)

Kompetensi Dasar (KD); (c) Indikator; (d) Tujuan pembelajaran; (e)

Materi pembelajaran; (f) Pendekatan Pembelajaran; (g) Langkah-langkah

pembelajaran; (h) Media dan sumber belajar; dan (i) Penilaian.

2. Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 08 Oktober 2015 di kelas V

SDN Duren 01 dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa dan seluruh siswa

hadir. Penelitian siklus I sudah menerapkan metode NHT yaitu dengan

menggunakan media visual. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai

observer guru kelas V, adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Pada pelaksanaan tindakan ini

dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagaimana tertuang dalam

(61)

45

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengkondisikan kelas dengan mengucapkan salam dan

mengajak siswa untuk berdoa.

2) Guru mengabsensi siswa.

3) Apersepsi, guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh kelompok

raja (umara) pada masa kerajaan Samudra Pasai, Aceh, demak, dan

Padang

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Eksplorasi

- Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum

dipahami ketika menjelaskan materi tokoh kelompok raja

(umara) pada masa kerajaan Samudra Pasai, Aceh, demak, dan

Padang dengan media visual.

- Guru meminta siswa untuk menceritakan dan mengelompokkan

materi tokoh kelompok raja (umara) pada masa kerajaan

Samudra Pasai, Aceh, demak, dan Padang.

2) Elaborasi

- Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 5 siswa.

- Siswa secara bergantian menceritakan hasil diskusinya

(62)

46

3) Konfirmasi

- Beberapa siswa disuruh maju ke depan kelas untuk

menceritakan hasil diskusinya.

- Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju

ke depan kelas.

- Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan

terhadap hasil pembelajaran tersebut.

c. Kegiatan Akhir

1) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan.

2) Guru memberikan tes formatif.

3) Guru mengevaluasi dan merekap penilaian.

4) Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang.

5) Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah.

6) Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas.

Sebagaimana disebutkan dalam kegiatan diatas bahwa diakhir

proses pembelajaran guru memberikan tes tertulis guna mengetahui ada

tidaknya peningkatan minat belajar siswa. Data hasil belajar siswa pada

(63)

47

Tabel: 3.4

Rekapitulasi Minat Belajar Siswa Siklus I

No Nama Siswa Nilai

mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai dapat

(64)

48

Tabel 3.5

Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

No Skor Kriteria

siswa yang mencapai nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang

diharapkan sebesar 10 anak atau sebesar 50%. Dari 20 siswa kelas V B,

baru ada 9 anak yang masuk kategori baik atau sebesar 45% dan sudah

terdapat 11 anak atau sebesar 55% yang masuk kategori cukup baik.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil perbaikan

pembelajaran IPS melalui metode NHT dengan media visual pada siswa

kelas V dapat meningkatkan minat belajar IPS meskipun belum sempurna.

Hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai indikator yang

diharapkan, maka masih diperlukan siklus selanjutnya yaitu siklus II.

3. Observasi

Observasi pada siklus I ini dilakukan oleh teman sejawat.

Pengamatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran menggunakan media

visual. Pengamatan yang dilakukan dalam siklus satu ini adalah

pengamatan terhadap keterampilan guru dalam proses pembelajaran

menggunakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media visual

(65)

49

Pengamatan aktivitas peneliti dalam pengelolaan pembelajaran IPS

menggunakan metode NHT dengan media visual dilakukan oleh observer

yaitu guru IPS kelas V SDN 01 Duren.

Keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I

sebesar 100% artinya sepenuhnya keterampilan guru sudah dilaksanakan.

Setelah pembelajaran pada silkus I selesai, pengamatan aktivitas guru

dilakukan oleh teman guru yang bertindak sebagai observer dapat

diketahui melalui lembar observasi.

Tabel 3.6

Hasil Pengamatan Aspek Minat Pada Siswa Siklus I

No Nama siswa Aspek minat

Kognitif Afektif Psikomotorik

(66)

50

Dari tabel 3.6 di atas terlihat bahwa jumlah nilai untuk aspek

kognitif siswa ketika pembelajaran berlangsung yaitu 125.0. jumlah nilai

dari aspek afektif siswa dalam mengikuti pembelajaran yaitu 132.0 dan

jumlah nilai aspek psikomotorik ketika guru menjelaskan materi yaitu

130.0.

4. Refleksi

Setelah proses pembelajaran selesai peneliti dan pengamat

melakukan refleksi. Pada siklus I guru belum mampu memenfaatkan

metode pembelajaran dan pengelolaan kelas sehingga murid masih asik

bermain sendiri. Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pembelajaran

siklus I dan mendiskusikan aspek-aspek yang perlu ditingkatkan pada

pembelajaran siklus II.

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Melihat hasil refleksi pada siklus I, maka siklus II peneliti mencoba

memperbaiki pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan

perbaikan dengan merubah media pembelajaran, pembagian kelompok dan

posisi tempat duduk diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS dalam

menerapkan metode NHT dengan media visual.

Adapun deskripsi data proses perbaikan pembelajaran IPS materi

tokoh kelompok raja (umara) pada masa kerajaan Mataram, Banten, dan

Makasar/Gowa menerapkan metode NHT dengan media visual pada siklus II

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT
Tabel: 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan analisis seperti di atas, peneliti menemukan 7.192 buah kesalahan ejaan pada laporan study tour siswa lulusan 2009 yang meliputi: (1) kesalahan pemakaian huruf tidak

Rendahnya nilai hasil ulangan IPA siswa kelas II di SD Negeri 004 Belilas disebabkan beberapa gejala-gejala penyebab yang terjadi dalam pembelajaran, antara lain:

The main strengths of the Market are: (1) the ability to assure trust (given by the partnership performance monitoring and utilization of historical information in

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan media video dapat meningkatkan

Analisis data yang digunakan adalah hubungan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan, serta jenis makanan yang ada dalam usus ikan untuk

Berdasarkan sumber-sumber cerita Panji di atas maka jelaslah, bahwa ciri khas cerita Panji, apapun versinya selalu diwarnai dengan pengembaraan dan penyamaran dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 narasumber kontra terhadap penerapan suntik kebiri sebagai hukuman tambahan pada pelaku kekerasan seksual pada anak, dimana

membentuk karakter masyarakat Aceh yang bersyari‟at melalui pesan-pesan nasehat (peutitih peuteteh); larangan dan pantangan; pembentukan Majelis Adat Aceh, Pembentukan