• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan Negara yang selalu berusaha meningkatkan pembangunan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan ini bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu bersaing di era global seperti yang tertuang dalam pembukaan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa antara lain melalui jalur pendidikan. Salah satu implementasi pendidikan tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, didalam peraturan tersebut tertuang beberapa pokok poin penting untuk mengembangkan sistem pendidikan yang harus dilaksanakan dalam tatanan pendidikan Indonesia. Salah satunya yaitu penyampaian satu mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Dijelaskan di peraturan tersebut bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS

2

dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Selain itu mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial (Depdiknas, 2006:575).

Pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial sangat diperlukan baik yang berhubungan dengan ruang lingkup bahasanya, objek yang dipelajari, maupun metode/pendekatan dari tiap-tiap disiplin ilmu-ilmu sosial tersebut. Dengan menguasai konsep-konsep IPS yang bersumber dari masyarakat dan lingkungan dapat menambah wawasan yang lebih luas dan mendalam. Berkaitan dengan hal tersebut, alangkah baiknya melihat penjelasan dari tokoh pendidikan yang menjelaskan tentang pengertian IPS. Menurut Soemantri (2001:103), Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila. Melalui pembelajaran dan pengembangan potensi diri pada pembelajaran IPS siswa akan memperoleh

3

bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan di lingkungan sekitar dirinya dengan berpegang teguh kepada pancasila.

Perbaikan kualitas pendidikan yang terjadi selama ini tidak pernah berhenti. Usaha yang dilakukan untuk menyesuaikan dan mengimbangi tuntutan zaman yang semakin berkembang dan semakin cepat. Tanpa adanya perbaikan, dunia pendidikan akan terjebak pada situasi keadaan di mana pendidikan justru menjadi beban masyarakat dan negara. Titik awal yang perlu dilakukan oleh semua stakeholder pendidikan adalah mencari dan menyimak dengan tepat mengenai titik kelemahan yang menyebabkan kualitas belajar menjadi menurun. Salah satunya adalah kualitas belajar mata pelajaran IPS. Menurut Piaget dalam Semiawan (2008:114) banyak sekali kelemahan yang berkaitan dengan cara mengajarkan IPS di sekolah. Salah satu kelemahan adalah banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang menghasilkan persepsi kognitif yang kurang ditandai oleh aspek kemampuan berkinerja (the ability to perform). Jadi perolehan pelajaran IPS tersebut adalah perolehan intelektual tentang fakta dan prinsip yang seringkali sudah kadaluwarsa. Secara tidak langsung, apa yang diajarkan kepada guru-guru SD yang mengajarkan IPS memiliki cara berpikir dan cara mengajar yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang selalu berkembang.

Pendidikan tradisional tidak mengenal, bahkan sama sekali tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar. Siswa hanya

4

mendengarkan hal-hal yang diberikan oleh guru. Cara belajar yang sering dilakukan guru adalah metode imposisi. Siswa menelan saja hal-hal yang direncanakan dan disampaikan oleh guru.

Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem imposisi lebih mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan; guru cukup mempelajari materi dari buku lalu disampaikan kepada siswa. Di sisi lain, siswa hanya bertugas menerima dan bersikap pasif atau tidak aktif.

Pelaksanaan pembelajaran, banyak sekali variabel yang

mempengaruhi kesuksesan seorang guru. Penguasaan dan ketrampilan guru dalam penguasaan materi pembelajaran dan strategi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi yang baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. Dalam hal ini adalah bidang studi IPS.

Minat belajar IPS yang diajarkan di SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang selama ini masih menerapkan metode mengajar yang konvensional atau lebih berpusat kepada guru (teaching centered). Guru belum mampu untuk menyesuaikan situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan siswanya. Guru belum mampu untuk

5

menyampaikan pelajaran dengan baik, sehingga membuat siswanya bingung dan kurang memahami dengan baik pengetahuan apa yang telah diberikan oleh guru. Hal tersebut berdampak buruk kepada hasil belajar siswa secara keseluruhan.

Melihat dari beberapa permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut, peneliti memiliki inisiatif untuk membuat alternatif tindakan untuk memperbaiki hasil belajar siswa, meningkatkan keaktifan siswa, dan meningkatkan kemampuan guru melalui penggunaan model dan media pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti bersama tim kolaboratif menggunakan salah satu model pembelajaran inovatif berupa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan media visual.

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama merupakan varian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2009:82) Number Head Together (NHT) dirancangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ciri khasnya adalah guru menunjuk salah satu nomor (siswa) secara acak untuk mempresentasikan hasil kegiatan berfikir bersama kelompoknya. Pemanggilan siswa secara acak akan menjamin keterlibatan total semua siswa, karena dengan panggilan secara acak siswa menjadi siap semua.

Model Numbered Head Together (NHT) juga dapat meningkatkan tanggung

jawab dan kerja sama diantara anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok selain bertanggung jawab atas pembelajarannya juga bertanggung

6

jawab atas pembelajaran anggota kelompoknya. Tanggung jawab tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan bantuan berupa penjelasan dari siswa yang lebih mampu.

Suatu proses belajar mengajar terdapat dua unsur yang amat penting adalah model mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas, dan respon siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Kustiono, 2010:23).

Menurut Arsyad (1997: 92) ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis visual. Diantaranya: (1) usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram, (2) visual digunakan untuk menekan informasi sasaran sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, (3) ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat, (4) hindari visual yang tak-berimbang, (5) visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca, (6) unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengelolaan informasi, (7) warna harus digunakan secara realistik.

7

Berdasarkan ulasan latar belakang tersebut maka peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Minat Belajar IPS Materi Sejarah Kerajaan Islam Melalui Metode Numbered Head Together (NHT) dengan Media Visual Pada Siswa Kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan

permasalahan : Apakah penggunaan metode Numbered Head Together

(NHT) dengan media visual dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menyatakan metode pembelajaran numbered head together (NHT) dengan media visual dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.

8

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari pengkajian kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tinbgkat kebenarannya. Hipotesis tindakan yang dipahami sebagai suatu dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Basrowi dan Suwandi, 2008:90).

Berdasarkan kerangka berpikir yang dipaparkan maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah : Penggunaan metode Numbered Head Together (NHT) dengan media visual dapat meningkatkan minat belajar IPS kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten semarang. 2. Indikator Keberhasilan

Penggunaan media visual ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun Indikator yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

a. Minat belajar siswa meningkat apabila 80% dari jumlah siswa telah aktif mengikuti pelajaran IPS materi sejarah kerajaan islam indonesia sesuai dengan aspek aktivitas belajar dalam kegiatan

9

belajar mengajar yang diamati dan meningkatnya prestasi belajar siswa di tiap akhir siklus.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Penelitian ini memiliki 2 jenis manfaat, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan konstribusi untuk mengembangkan teori strategi pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Secara Praktis penelitian ini bermanfaat bagi : a. Siswa

Dengan penerapan model Numbered Head Together (NHT) berbasis visual, siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bervariasi dan menarik sehingga dapat meningkatkan minat, keterampilan, siswa dalam belajar IPS dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran baik secara individu maupun kerjas sama dalam kelompok, serta tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Selain itu siswa juga akan memiliki jiwa bertanggung jawab yang tinggi dan memiliki rasa solidaritas yang baik.

10 b. Guru

Dengan penerapan model Numbered Head Together (NHT)

berbasis visual, guru dapat memperbaiki strategi pembelajaran yang digunakan dan menambah wawasan guru tentang model pembelajaran yang variatif dan inovatif, sehingga mampu menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan. c. Sekolah

Dengan penelitian ini, sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikannya. sehingga sekolah mendapatkan kepercayaan dari berbagai komponen masyarakat dalam pengembangan pendidikan.

F. Definisi Operasional

1. Peningkatan

Peningkatan artinya usaha yang dilakukan untuk mencapai sesuatu yaitu minat belajar anak pada pembelajaran IPS yang semula baik menjadi lebih baik (Slameto, 1991).

2. Minat Belajar IPS

Minat adalah kecenderungan kecenderungan untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang (Bahri, 2011).

11

3. Metode Numbered head together (NHT)

Number Head Together (NHT) yaitu teknik belajar mengajar yang memberikan kesmpatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda, 2013:138).

4. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar lukisan dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film diksi, dan film kartun (Djamarah, 2006:124).

5. Siswa

Siswa yang dimaksud di atas adalah siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran Kabupaten Semarang.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Peneltian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan

12

kerja sama para peneliti, praktisi, dan orang awam (Burns, 1999 dalam bukunya Kunandar 2011:44).

PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran (Arikunto 2008:105). Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru (Aqib 2006:127). Jadi kesimpulannya PTK itu adalah pendekatan pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas.

PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut (Arikunto 2008:74).

13 siklus I

siklus II

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di SDN 01 Duren Kecamatan Tengaran, sebuah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan untuk jenjang sekolah dasar, SD ini berlokasi di Desa Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Hampir kebanyakan siswa di SD ini adalah warga asli Desa Duren sendiri.

Untuk subjek pada penelitian yang di lakukan kali ini adalah seluruh siswa kelas V tahun ajaran 2015/2016, dimana siswa tersebut

Pelaksanaan tindakan I Perencanaan tindakan I permasalahan Pengamatan/ pengumpulan data I Refleksi I Permasalahan baru hasil refleksi Pelaksanaan tindakan II Perencanaan tindakan II Pengamatan/ pengumpulan data II Refleksi II Pelaksanaan tindakan III Perencanaan tindakan III Permasalahan baru hasil refleksi II Pengamatan/ pengumpula n data III Refleksi III

14

terdiri dari 11 siswa putra 9 siswa putri. Dan penelitian ini akan di lakukan selama 3 siklus dengan menggunakan metone Numbered Head Together (NHT) dengan media Visual.

3. Langkah- langkah penelitian

Menurut Kurt Lewin dalam bukunya (Aqib 2006: 21) dalam pelaksanaan PTK mencakup empat langkah yaitu:

a. Perencanaan

1) membuat RPP dengan menerapkan metode Numbered Head

Together (NHT) dengan media visual pada mata pelajaran IPS.

2) menyiapkan fasilitas dan sarana yang digunakan dalam

pembelajaran.

3) membuat soal sebagai tes tertulis.

4) mempersiapkan instrument.

b. Pelaksanaan tindakan

Dalam tahap ini peneliti bersama guru melaksanakan satuan perencanaan tindakan yang telah tertulis di RPP yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.

c. Pengamatan

Pada bagian pengamatan peneliti bersama guru melakukan pengamatan yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

15 d. Refleksi

Setelah dilakukan perencanaan, tindakan, dan pengamatan peneliti bersama guru kelas melakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi sesuai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan melalui media audio visual.

4. Instrumen penilaian a. Tes tertulis

Tes ini digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

Numbered Head Together (NHT) dengan media visual dalam mata pelajaran IPS. Dalam tes ini berisi soal- soal pilihan ganda dan uraian.

b. Lembar observasi

Alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman observasi. Pedoman observasi ini berisikan catatan lapangan yang mendiskripsikan proses kegiatan pembelajaran dan kemampuan siswa setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan media visual di samping itu juga observer mendokumentasikan dengan foto-foto serta mencatat proses pembelajaran untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

16

5. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode sebagai berikut:

a. Metode observasi

Metode observasi digunakan untuk menyelidiki upaya yang dilakukan guru IPS untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui media visual. Observasi adalah studi yang sengaja dan dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan jalan pengamatan dan cacatan (Hadi, 1989). Metode ini dapat pula digunakan sebagai alat bantu untuk mencari data tentang kegiatan yang dilakukan di sekolah.

b. Metode dokumentasi

Yaitu untuk mencari data mengenai hal-hal yang merupakan catatan, transkip, buku, agenda dan sebagainya. Metode ini untuk menggali data minat belajar siswa pada mata pelajaran ips serta penggunaan metode Numbered Head Together (NHT) dengan media visual pada mata pelajaran IPS. Metode ini dapat digunakan pula untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, dan keadaan sarana prasarana.

c. Metode wawancara

Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh interviewer (pewawancara) untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai. Metode ini penulis untuk memperoleh

17

data-data dari sumber langsung seperti kepala sekolah, guru, dan siswa.

6. Analisis Data

Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan hasil data pengamatan dan tes

b. Menentukan kriteria nilai (70-100 tuntas dan 0-69 tidak tuntas) c. Data keaktifan siswa diambil dari keaktifan siswa, ketika

pembelajaran, kemudian dianalisis dan dicari rata-rata

menggunakan rumus.

d. Minat belajar dianalisis dengan membandingkan tes antar siklus. Nilai per tes untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan

metode Numbered Head Together (NHT) dengan media visual

dalam pembelajaran IPS.

Menurut Rosma Hartiny Sam’s (2010: 94) Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif. Teknik deskriptif yang digunakan berupa persentase sebagai berikut :

18 1) Rumus mencari nilai rerata.

Keterangan :

= Mean ( rerata )

∑ = Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor dengan frekuensinya.

N = Jumlah siswa (Sudijono, 2010: 83). 2) Rumus mencari persentase keberhasilan belajar.

Keterangan :

P = Angka Persentase

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Case ( jumlah frekuensi/banyaknya

19 H. Sistematika penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan lampiran.

Sedangkan pada bagian isi dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian pustaka. Pada bab ini mencakup: Minat belajar IPS, mata

Dokumen terkait