i
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN
HAK NASABAH (Studi Kasus Baitul Maal Wat Tamwil
Bina Insani Pringapus Ungaran)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Masadah
NIM: 214-12-023
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
iii
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN
HAK NASABAH (Studi Kasus Baitul Maal Wat Tamwil
Bina Insani Pringapus Ungaran)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Masadah
NIM: 214-12-023
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
iv
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahandan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Masadah
Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diajukan dalam sidang munaqosyah.
v
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARI’AH
Jl. Nakula Sadewa V no.9 Telp (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN HAK NASABAH
(Studi Kasus Baitul Maal Wat Tamwil Bina Insani Pringapus Ungaran)
Oleh: Masadah NIM: 214-12-023
Telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis, tanggal 26 September 2016, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Masadah
NIM : 214-12-023
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Syari’ah
Judul Skripsi : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
PENYIMPANGAN HAK
NASABAH (Studi Kasus BaitulMaal Wat Tamwil Bina Insani Pringapus Ungaran)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 12 September 2016
Yang menyatakan
Masadah
vii
HALAMAN MOTTO
“ Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan.
Dan semua hasrat – keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan.
Dan pengetahuan adalah hampa, jika tidak diikuti pelajaran.
Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta “.
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi inipenulispersembahkankepada :
1. Orang tua saya tercinta, Surotul Aman dan Siti Zulaikhah
yang memberikan pengaruh psikologis yang sangat berarti
bagi saya. Nasihat-nasihat dari kalian berdua tidak akan
pernah saya lupakan.
2. Sahabat-sahabat ku tercinta (Dwi Astuti, Ani Muslikhah,
Khoirotun Nisak, Dita Septikawati, Tri setyorini, Siti
Jamilatun, Bunga Apriela) Tanpa kalian mungkin saya tidak
akan lama berada di HES dan teman-teman HES lainya yang
tanpa mengurangi rasa persaudaraan, tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
3. Hafsari Ayu Wardani, yang selalu memberi dukungan moral
yang berlimpah untuk penulis.
4. Iva Ekowati, pasangan seperjuangan yang selalu satu atap
walaupun berpindah-pindah tempat.
ix
6. Teman-teman posko 42 (Laras, Chusna, Tuckah, Mafa,
Herman, Barli, ikhwan) yang selalu sama-sama saling
menyemangati dan berjuang untuk menyelesaikan tugas
x
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalampenulissampaikankepada Allah SWT, karenaberkatlimpahanrahmatNyapenelitianinidapatterselesaikansesuaidengan yang diharapkan.
ShalawatdansalamselalupenulispanjatkankehadiratNabi Muhammad yang telah membawa umat dari zaman kebodohan kezaman yang tahuakanilmu. Semogaselalu mendapatkanSyafaatdaribeliaudiduniamaupundiakhiratnanti.
Skripsi inidisusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Program Studi S1 HukumEkonomiSyariah yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP PENYIMPANGAN HAK NASABAH (Studi Kasus Baitul Maal Wat Tamwil Bina Insani Pringapus Ungaran)”.
Penulismenyadaribahwadalammenyelesaikanlaporaninitidakdapatdiselesaikantanp aadanyabantuandariberbagaipihak.Olehkarenaitu,
penulismengucapkanterimakasihkepada:
1. Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd 2. Dekan fakultas syariah Dra. Siti Zumrotun,. M.Ag
3. Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Evi Ariyani S.H,.M.H
xi
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas nasehat dan semangatnya.
5. Staf pengajar, pimpinan dan sekretaris Fakultas Syariah yang telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan.
Serta semuapihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan dan dukungan yang begitu besar artinya bagi penulis, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan kebaikan serta ketulusan kita mendapatkan ganjaran pahala dari-Nya. Amin ya robbal alamin.
Penulismenyadaribahwadalammenyusun skripsi inimasihjauhdari
kata sempurna.Semoga skripsi
inidapatbermanfaatbagipenulissendiridanbagipembacapadaumumnya.
Salatiga, 12 September 2016
xii
ABSTRAK
Masadah, 2016.Perlindungan Hukum Terhadap Penyimpangan Hak Nasabah (Studi Kasus BMT Bina Insani Pringapus Ungaran). Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: M Yusuf Khummaini, S.HI. M.H.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Penyimpangan Hak Nasabah, BMT.
Penelitian ini dilatar belakangi karena terjadinya masalah pada BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.Masalah utamanya adalah faktor kelembagaan yang menjadi kendala, pengawasan serta operasional dalam BMT Bina Insani belum terumuskan dengan jelas.Peneliti melakukan penelitian mengenai bagaimana perlindungan hukum BMT dan perlindungan hukum bagi penyimpangan hak nasabah di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum bagi penyimpangan hak nasabah di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)denganmenggunakan metode pengumpulan data, observasi, wawancara dan studi pustaka.Sifat penelitian yakni deskriptif analitik, sehingga tertuju pada pemecahan masalah dengan fakta-fakta yang ada.
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar pertanyaan dengan nasabah BMT Bina Insani Pringapus Ungaran
2. Daftar Riwayat Hidup 3. Surat Nota Pembimbing
xiv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……… vi
HALAMAN MOTTO……… vii A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Rumusan Masalah……… 3
C. Tujuan Penelitian ……… 3
D. Kegunaan Penelitian ……… 3
E. Penegasan Istilah ………. 4
F. Tinjauan Pustaka………. 5
G. Metode Penelitian ……… 8
H. Sistematika Penulisan ………. 14
BAB II BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) A. Gambaran Umum BMT……….. 16
B. Landasan Hukum BMT……….. 31
xv
BAB III GAMBARAN UMUM BAITUL MAAL WAT TAMWIL BINA INSANI PRINGAPUS UNGARAN
A. Gambaran Umum Baitul Maal Wat Tamwil Bina Insani Pringapus
Ungaran 44
B. Program Baitul Maal Wat Tamwil Bina Insani Pringapus Ungaran ……… 55
C. Klaim ……….. 58
D. Sistem Menabung di Baitul Maal wat Tam ……… 59
E. Pelanggaran Hukum di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran ……….. 60
F. Upaya Nasabah untuk Memperoleh Haknya ……….. 61
G. BMT dalam Perundang-undangan di Indonesia ………. 62
BAB IV BAITUL WAT TAMWILBINA INSANI PRINGAPUS UNGARAN A. Analisa Landasan Hukum BMT ……….. 64
B. Analisa Perlindungan Hukum terhadap Penyimpangan Hak Nasabah di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran ……….. 65
C. Penyelesaian Sengketa Penyimpangan Hak Nasabah BMT Bina Insani Pringapus Ungaran ……… 72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 80
B. Saran ……….. 80
C. Penutup ……… 81 DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah pada akhir-akhir ini tergolong cepat. Banyaknya lembaga keuangan makro maupun mikro yang tersebar diberbagai pelosok tanah air rupanya belum mencapai kondisi yang ideal jika diamati secara teliti. Hal ini nampak dari banyaknya lembaga keuangan mikro yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang lebih besar sering terabaikan khususnya dalam pengembangan ekonomi masyarakat kelas bawah. Padahal lembaga keuangan mikro mempunyai posisi strategis dalam pengembangan ekonomi masyarakat kelas bawah (Sumiyanto, 2008: 1).
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-undang Perbankan, kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam kondisi yang demikian inilah Baitul Maal Wat Tamwil
2
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini terjadi karena tingginya kebutuhan masyarakat akan jasa intermediasi keuangan.
Namun realitasnya, keberadaan BMT ini masih belum selaras dengan tatanan hukum yang ada. Masalah utamanya adalah faktor kelembagaan yang sering menjadi kendala. Sampai saat ini kelembagaan BMT belum diatur secara spesifik sebagaimana lembaga-lembaga keuanagan mikro lainya. Beroperasinya BMT memang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan kata lain memberikan manfaat bagi masyarakat. Hanya saja pengawasan terhadap operasional BMT belum terumuskan dengan jelas karena belum jelasan perangkat untuk itu. Para pelaku BMT pun juga telah menyadari kondisi ini. Walaupun telah dibentuk berbagai asosiasi BMT yang berperan dalam merumuskan standarisasi, advokasi dan pengawasan, namun saat ini belum mendapatkan legalitas yang memadai secara hukum nasional.
3
Fenomena tersebut diatas mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah yang mengalami ketidakadilan dalam pemenuhan hak yang harus didapat oleh nasabah. Sehingga penulis ertarik akan melakukan penelitian dalam sebuah skripsi yang berjudul“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN HAK NASABAH (STUDI KASUS BAITUL MAAL WAT TAMWIL BINA INSANI PRINGAPUS UNGARAN)”. B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanalandasan hukum Baitul Maal Wat Tamwil(BMT) ?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap penyimpangan hak nasabah di Baitul Maal Wat Tamwil(BMT) Bina Insani Pringapus Ungaran ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui landasan hukum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) 2. Untuk Mengetahui perlindungan hukum terhadap penyimpangan hak
nasabah di Baitul Maal Wat Tamwil(BMT)Bina Insani Pringapus Ungaran.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1. Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
4
2. Secara Praktis diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi atau landasan hukum dalam pengambilan keputusan khususnya bagi perlindungan hukum terhadap penyimpanagn hak nasabah
E. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan masalah dalam pemahaman terhadap judul skripsi ini maka perlu kiranya penulis untuk menegaskan istilah tersebut :
1. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak yang diberikan oleh hukum (Hutabarat, 2012: 1).
2. Penyimpangan
Menyimpang adalah tidak menurut jalan yang betul, melencong, tidak dari jalan yang telah ditentukan semula (Poerwadarminta, 2006: 1125). Penyimpangan yang dimaksud diatas adalah tidak sesuainya hak nasabah di BMT Bina Insani
3. Hak
5 4. Nasabah
Nasabah adalah orang yang biasa berhubungan dengan bank atau menjadi pelanggan bank dalam hal keuanagan (Poerwadaminta, 2006: 795). Nasabah yang dimaksud diatas adalah nasabah di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
5. Baitul Maal Wat-Tamwil
Baitul Maal Wat-Tamwil secara etimologis, istilah “Baitul Maal” berarti “Rumah Uang” sedangkan “Baitut Tamwil”
mengandung pengertian “Rumah Pembiayaan” (Yunus, 2009: 5). BMT
memiliki dua fungsi yaitu: pertama, Baitul Maal memjalankan fungsi untuk memberi santunan kepada kaum miskin dengan menyalurkan dana ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh) kepada yang berhak. Kedua, Baitut Tamwil menjalankan fungsi menghimpun simpanan dan membiayai kegiatan ekonomi rakyat dengan menggunakan sistem syariah (Putra 2008).
F. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian terkait yang membahas tentang perlindungan nasabah dalam ruang lingkup yang berbeda diantaranya adalah :
6
nasabah sering mengalami keluhan dalam produk perbankan terkait dengan janji hadiah dan iklan produk perbankan dan pengaduan cara kerja petugas yang kurang simpatik dan professional. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa untuk mengoptimalkan perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen ditempuh pihak perbankan bekerja sama dengan lembaga konsumen, terkait dengan adanya hak pada nasabah untuk mengajukan segala hal kepada lembaga pengaduan nasaabah pihak bank perlu mengadakan sosialisasi dan edukasi kepada masyrakat.
Kedua, Skripsi dari Ni Luh Putu Widyantini yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Debitur (Nasabah) dalam Pelaksanaan
Perjanjian Kredit Perbankan ditinjau dari Undang-Undang perlindungan
7
klausula baku baik bentuk maupun substansinya berdasarkan undang-undang perlindungan konsumen dalam perjanjian kredit untuk melindungi nasabah.
Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Rach Hardjo Boedi Santoso, Semarang (2009) yang berjudul “Perlindungan Hukum Nasabah Bank
Syariah Berkaitan Dengan Pelaksanaan Pengawasan Oleh Bank
Indonesia”. Dalam penelitian tersebut membahas tentang bagaoman perlindungan hukm terhadap nasabah bank syariah dan pengawasan bank syariah yang dilakuakan oleh bank Indonesia berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah pada bank syariah di Semarang. Metode penelitian ini menggunakan yuridis normatif untuk menganalisa hubungan hukum antara bank dengan kreditur serta perlindungan hukum nasabah dan membandingkan antara bank konvensional dengan bank syariah. Hasil penelitianya menunjukkan untuk menghadapi globalisasi sistem, bank Indonesia dalam melakukan pengawasan terhadap bank syariah agar lebih mengoptimalkan dalam pengkajian perjanjian karena perjanjian awal sebagai bargening position antar pihak dan kebijakan Negara lebih difokuskan pada sosialisasi dan pengembangan sistem keuanagn syariah.
Empat, Skripsi yang ditulis oleh David Y. Wonok, Depok (2013) yang berjudul “Perlindungan Hukum Atas Hak-Hak Nasabah Sebagai Konsumen Pengguna Jasa Bank Terhadap Resiko Yang Timbul Dalam
8
dibank, nasabah dalam pembiayaan perbankan, nasabah yang melakukan transaksi denagn pihak lain melalui bank. Terkait perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen mengenai tata cara pencantuman klausula baku ditinggkat teknis payung hukum melindungi nasabah anatara lain adanya pengaturan mengenai penyelesaian pengaduan nasabah dan mediasi perbankan dalam peraturan bank Indonesia.
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan judul dengan judul penelitian yang penulis lakuakan. Namun penelitian penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainya. Letak perbedaanya ada pada titik tekan yang penulis fokuskan. Penulis menitik beratkan pada bagaimana perlindungan hukum terhadap penyimpangan hak nasabah BMT Bina Insani.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Bertujuan untuk mengetahui, penulis menggunakan pendekatan hukum empiris artinya dengan mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial sesuai dengan kenyataan hidup dalam masyarakat(Ustman, 2014: 2-3).
9 b. Jenis Penelitian
jenis penelitian ini yang gunakan nanti adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Dalam penelitian kualitatifmetode yangdigunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2011: 6).
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui atau mendalami bagaimana payung hukum dalam perlindungan hukum terhadap nasabah di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengumpul data dilapangan dengan menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi serta alat-alat bantu lain yang mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat diamana penelitian itu akan dilakuakan. Dalam penelitian yang akan penulis teliti adalah di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
10
ini merupakan salah satu lembaga keuangan yang sedang mengalami pelanggaran hukum.
4. Sumber Data
Penulis menggunakan sumber data penelitian berupa : a. Sumber Data Primer
Adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan ataulokasi penelitian.
1) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan denag penelitian. Dalam penelitian nanti yang menjadi informan adalah manager BMT Bina Insani Pringapus Ungaran, para pegawai dan nasabah BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
2) Dokumen
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu dokumen-dokumen berhubungan dengan BMT Bina Insani Pringapus Ungaran, yang diantaranya adalah struktur organisasi BMT Bina Insani, data-data mengenai perlindungan hukum terhadappenyimpangan hak nasabah di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
b. Sumber Data Sekunder
11
bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal atau hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini akan menggunakan 3 metode pengumpulan data : a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994: 139). Dalam observasi nanti, data yang ingin peneliti peroleh secara langsung dari BMT Bina Insani dengan melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian seperti mengamati keadaan sekitar BMT Bina Insani, proses pelayanan pada nasabah di BMT Bina Insani, serta fasilitas yang ada di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
b. Interview
Interview yaitu cara memperoleh keterangan atau data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan manager, pegawai, dan sebagian nasabah di BMT Bina InsaniPringapus Ungaran.
c. Dokumentasi
12
Insani dan kegiatan yang dianggap berguna untuk dijadikan bahan keterangan yang berhubungan dengan penelitian nanti.
6. Analisis Data
Dalam mengalisis data, penulis menggunakan metode diskriptif analisis. Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan sekunder. Selanjutnya diuraikan dan disimpulkan dengan memakai metode induktif yaitu pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum (Sudjana, 1998: 7).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiono (2010: 2074) triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut :
a. Triangulasi Sumber yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber
b. Triangulasi Teknik yaitu menguji kredibilitas data dilakuakn dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
13
dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian tang akan peneliti teliti nanti melalui berbagai tahap yaitu :
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu menentukan topik penelitian, mencari informasi mengenai perlindungan hukum terhadap penyimpangan hak nasabahdi BMT Bina Insani, pembuatan proposal penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian
b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu penulis terjun langsung kelapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan, melakukan observasi dan dokumentasi.
c. Tahap analisis data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang akan diteliti.
14
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian nanti adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar pembahasan isi pokok penelitian yang terdirir atas : Latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II Kajian Pustaka, meliputi landasan hukum tentang perlindungan hukum terhadap penyimpangan hak nasabah. Diuraikan juga tinjauan hukum tentang perbankan yang menitik beratkan pada BMT.
BAB III Paparan Data dan Temuan Penelitian yaitu mendiskripsikan tentang perlindungan hukum terhadap penyimpangan hak nasabah di BMT Bina Insani. Pada bab ini dijelaskan sekilas tentang objek penelitian seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi dan tugas-tugasnya, visi dan misi, dan kedudukan perlindungan hukum terhadap penyimpangan hak nasabah BMT.
15
16
BAB II
BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT)
A. Gambaran Umum tentang BMT 1. Pengertian BMT
Baitul Maal Wat Tamwil terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Maal dan BaitutTamwil.Baitul Mal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dana yang non profit, seperti : zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan Baitut Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial (Sudarsono, 2003: 84).
Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung Pusat Ingkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yakni menetapkan usaha kecil. Dalam prakteknya, Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) menetapkan BMT dan pada giliranya BMT menetapkan usaha kecil. Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat (Sumiyanto, 2008: 24-25).
2. Sejarah BMT
17
menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi Bank Muamalah Indonesia (BMI) tersebut.
Disamping itu ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba kecukupan muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan akidah ini tidak hanya dipengaruhi dari aspek syiar islam tetapi juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat. Di lain pihak, bebrapa masyarakat harus menghadapi rentenir atau lintah darat. Maraknya rentenir ditengah-tengah masyarakat mengakibatkan masyarakat semakin terjerumus pada masalah ekonomi yang tidak menentu. Bersarnya pengaruh rentenir terhadap perekonomian masyarakat tidak lain karena tidak adanya unsur-unsur yang cukup akomodatif dalam penyelesaian masalah yang masyarakat hadapi. Oleh karena itu BMT diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi (Yunus, 2009: 33).
3. Visi dan Misi BMT a. Visi BMT
18
merupakan cita-cita jangka waktu panjang, maka perumusanya merupakan obyektifitas dan kesungguhan. Titik tekan perumusan visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang profesional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah(Ridwan, 2006: 3).
b. Misi BMT
Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyrakat madani yang adil berkemakmuran-berkemajuan, berdasarkan syariah dan ridha Allah. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa misi BMT bukan semat-mata mencari keuntungan dan menumpukkan laba modal pada segolongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi islam. Masyarakat ekonomi kelas bawah harus didorong untuk berpartisipasi dalam modal melalui simpanan penyertaan modal sehingga mereka dapat menikamti hasil-hasil BMT. Terdapat kepentingan yang sama dari dua sisi struktur sosial yang berlawanan, yakni struktur masyarakat berada (orang kaya) dengan struktur masyarakat miskin. BMT akan berperan dalam menjembatani kebutuhan keduanya (Ridwan, 2006: 4).
4. Prinsip Operasi BMT
19
a. Prinsip dan Produk Inti Baitul Maal
Baitul Maal yang sudah mengalami penyempitan arti ditengah masyarakat ini hanya memiliki prinsip sebagai penghimpun dan penyalur dana zakat, infaq dan shodaqoh. Dalam arti bahwa Baitul Maal hanya bersifat “menunggu” kesadaran ummat untuk menyalurkan dana zakat, infaq dan shodaqohnya saja tanpa ada suatu kekuatan untuk melakukan pengambilan atau pemungutan secara langsung kepada mereka-mereka yang sudah memenuhi kewajibanya tersebut, dan seandainya aktifpun hanya bersifat seolah-olah meminta dan menghimbau yang kemudian setelah itu baitul maal menyalurkan kepada mereka yang berhak untuk menerimanya(Yunus 2009: 33)
Dari prinsip dasar diatas dapat kita ungkapkan bahwa produk inti dari Baitul Maal terdiri atas :
1) Produk Penghimpunan Dana.
20 2) Produk Penyaluran Dana
Penyaluran dana-dana yang bersumbrkan dari dana baitul maal harus bersifat spesifik, terutama dana yang bersumber dari zakat, karena dana zakat ini sarana penyaluranya sudah ditetapkan secara tegas dalam Al Qur’an yaitu kepada 8 golongan ashnaf anatar lain : fakir, miskin, amilin, mualaf, fisabilillah, ghorimin, hamba sahaya dan digunakan untuk pengembangan usaha orang-orang miskin, pembangunan lembaga pendidikan, masjid maupun biaya-biaya operasional kegiatan sosial lainnya(Yunus, 2009: 34).
b. Prinsip dan Produk Inti Baitut Tamwil
Baitut Tamwil tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip yang digunakan oleh bank islam. Ada 3 prinsip yang dapat dilaksanakan oleh BMT (dalam fungsinya sebagai Baitut Tamwil),
yaitu :
1. Prinsip Bagi Hasil
21
prinsip ini adalah Mudharabah dan Musyarakah. Sesuai dengan firman Allah dalam QS An Nisa’ : 12
Artinya:Tetapi jika saudara-saudara itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.
2. Prinsip Jual Beli dengan Mark Up (keuntungan).
Prinsip ini merupakan suatu cara jual beli yang pelaksanaanya BMT mengangkat nasabah sebagian agen (yang diberi kuasa) melakukan pembelian barang atas nama BMT, kenudian BMT bertindak sebagai penjual, menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi BMT atau sering disebut margin mark up. Keuntungan yang diperoleh BMT akan dibagi juga bagi penyedia/ penyimpan dana. Bentuk produk prinsip ini adalah Murabahah dan Bai’Bitsaman Ajil.Sesuai dengan firman Allah dalam QS Al Baqarah 275.
Artinya :
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
22
Prinsip ini disebut juga dengan pembiayaan kebajikan, prinsip ini lebih bersifat sosial dan tidak profit oriented. Sumber dana untuk pembiayaan ini tidak membutuhkan biaya, tidak seperti bentuk –bentuk pembiayaan tersebut diatas. Bentuk produk prinsip ini adalah pembiayaan Qordul Hasan.
Sesuai dengan perintah Allah dalam QS Al Muzammil: 20.
Artinya :Makadirikanlah sembahyang, tunaikan zakatdan berikanlah pinjaman kepada Allah swt berupa pinjaman yang baik.
Adapun mengenai produk inti dari BMT (sebagai fungsi
Baitut Tamwil) adalah sebagai penghimpunan dana dan penyaluran dana.
1. Produk Penghimpunan Dana
Produk penghimpunan dana berupa jenis-jenis simpanan yang dihimpun oleh usaha-usaha produktif, jenis simpanan tersebut anatara lain :
a. Al-Wadiah
23
Artinya :Sesungguhnya Allah menturuh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya.
b. Al-Mudharabah
Penabung memiliki motivasi untuk memperoleh keuntungan dari tabungannya, karena itu daya tarik dari jenis tabungan ini adalah besarnya nisbah dan sejarah keuntungan bulan lalu.
c. Amanah
Penabung memiliki keinginan tertentu yang diakadkan atau diamanahkan kepada BMT. Misal tabungan ini dimintakan kepada BMT untuk pinjaman khusus dhu’afa atau orang tertentu. Dengan demikian tabungan ini sama sekali tidak diberikan bagi hasil.
d. Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana dalam hal ini merupakan bentuk pola pembiayaanya yang merupakan kegiatan BMT dengan harapan dapat memberikan penghasilan. Pola pembiayaan tersebut adalah :
(1) Pembiayaan Mudharabah
24
sepenuhnya diserahkan kepada anggota sebagai nasabah debitor. Dalam hal ini anggota nasabah menyediakan usaha dan sistem pengelolaanya. Hasil keuntungan akan dibagi dua sesuai dengan kesepakatan bersama.
(2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan berupa sebagian modal yang diberikan kepada anggota dari modal keseluruhan. Pihak BMT dapat dilibatkan dalam proses pengelolaanya. Pembagian keuntungan yang proporsional dilakukan sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.
(3) Pembiayaan Murabbahah
Pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk pembelian barang-barang yang akan dijadikan modal kerja. Pembiayaan ini diberikan untuk jangka pendek tidak lebih dari 6 sampai 9 bulan atau lebih dari itu. Keuntungan bagi BMT diperoleh dari harga yang dinaikkan.
(4) Pembiayaan Bai’Bitsaman Ajil
25
investasi. BMT akan mendapatkan keuntungan dari harga barang yang dinaikkan.
(5) Pembiayaan Al-Qordhul Hasan
Merupakan pembiayaan lunak yang diberikan kepada anggota yang benar-benar kekurangan modal atau kepada mereka yang sangat membutuhkan untuk keperluan-keperluan yang sifatnya darurat. Nasabah cukup mengembalikan pinjamannya sesuai dengan nilai yang diberikan oleh BMT (Yunus, 2009: 35-38).
5. Ciri-ciri BMT
Dibandingkan dengan lembaga keuangan syariah lainnya BMT memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a. Berorientasi bisnis, yaitu memiliki tujuan mencari laba bersama dengan meningatkan pemanfaatan segala potensi ekonomi yang sebanyak-banyaknya bagi para anggota dan lingkunya.
b. Bukan merupakan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengelola dana sosial umat, seperti zakat, infaq, sedekah, hibah dan wakaf.
c. Lembaga ekonomi umat yang dibangun dari bawah secara swadaya yang melibatkan peran serta masyarakat disekitarnya. d. Lembaga ekonomi milik bersama anatara kalangan masyarakat
26
tertentu diluar masyarakat sekitar BMT (Dewi dkk, 2005: 167-168).
Sedangkan ciri-ciri BMT secara khusus ialah sebagi berikut :
a. Staff dan karyawan BMT bertindak aktif-proaktif, tidak menunggu tetapi menjemput bola, bahkan berebut bola baik untuk menghimpun dana anggota maupun untuk dana pembiayaan. Pelayanannya mengacu kepada kebutuhan anggota, sehingga semua staff BMT harus mampu memberikan yang terbaik buat anggota dan masyarakat.
b. Kantor dibuka dalam waktu tertentu yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasar. Sehingga waktu buka kasnya tidak terbatas pada siang hari saja, tetapi dapat saja malam atau sore hari tergantung pada kondisi pasarnya.
c. BMT mengadakan pendampingan usaha anggota. Pendampingan ini akan lebih efektif jika dilakukan secara berkelompok. (Ridwan, 2006:10).
6. Organisasi BMT
27
Adapun tugas dari masing-masing struktur diatas adalah sebagai berikut :
Musyawarah anggota pemegang simpanan pokok, memegang kekuasaan tertinggi didalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT. Dewan syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT. Pembina manajemen bertugas membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya. Manager bertugas menjalankan amanah musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisasikan programnya. Sedangkan pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk BMT. Kasir bertugas melayani nasabah dan pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas aset dan omset BMT (Sudarsono, 2003: 87-88).
Disisi lain BMT bersaing dengan lembaga yang sama atau sejenis. Untuk itu, SDM-nya yang terlibat mengelola BMT dituntut professional. Pemahaman professional berarti bahwa SDM harus : a. Menghargai waktu, yaitu BMT dituntut untuk memanfaatkan
waktu dengan efisien untuk bekerja keras dan bekerja cerdas. b. Tahu persis apa yang dikerjakan, maksudnya para unsur pengelola
BMT bukan manusia yang harus diperintah dahulu baru bekerja. Ia harus tanggap, berorientasi pada pemecahan masalah dan menyiapkan langkah antisipasi.
28
sempit serta memberikan yang optimal bagi kemaslahatan umat (Sumiyanto, 2008: 217).
7. Pengelolaan Dana BMT
a. Pengelolaan Dana Simpanan
BMT dalam melakukan penghimpunan dana harus mengacu pada ketentuan yang berlaku, baik perundang-undangan tentang koperasi maupun ketentuan syariah yaitu :
a. BMT dapat menghimpun dana dari anggota, calon anggota, kopearsi lain atau anggotanaya dalam bentuk simpanan dan simpanan berjangka.
b. Simpanan dan simpanan berjangka memungkinkan untuk dikembangkan yang esensinya tidak menyimpang dari prinsip
wadiah dan mudharabah sesuai dengan kepentingan dan manfaat yang harus diperoleh, selama tidak bertentangan dengan syariah yang berlaku dan dengan merujuk pada fatwa DSN-MUI.
29
d. Distribusi pendapatan diperoleh dari perhitungan saldo rata-rata per-klasifikasi dana dibagi total saldo rata-rata-rata-rata seluruh klasifikasi dana, kemudian dikalikan dengan komponen perkiraan pendapatan yang dibagikan lalu dikalikan nisbah bagi hasil masing-masing produk simpanan.
Konsep dasar pengelolaan simpanan BMT ialah : 1) Konsep akad wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni
dari satu pihak pada pihak lainnya baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja saat penitip menghendakinya.
2) Konsep Mudharabah yaitu penyimpan dana bertindak sebagai shahibul maal dan BMT sebagi mudharib. Kemudian dana ini digunakan BMT untuk pembiayaan baik berupa akad jual beli maupun syirkah. Dasar mudharabah adalah kepercayaan murni, sehingga dalam kerangka pengelolaan dana oleh mudharib, shahibul maal tidak diperkenankan melakukan intervensi dalam bentuk apapun selain hak melakukan pengawasan untuk menghindari pemanfaatan dan diluar rencana yang disepakati.
2. Pengelolaan Dan Pembiayaan
30
1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama guna mendapat barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil. 2) Transaksi pembiayaan yang dilakukan untuk memilki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli
3) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa.
Konsep penyaluran dana oleh BMT dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip syirkah untuk produk pembiayaan BMT dapat dioperasikan dengan pola sebagai berikut:
1. Musyarakah adalah kerja sama dalam usaha oleh dua pihak
2. Mudharabah yaitu kerja sama dimana shahibul maal
memberikan dana 100% kepada mudharib yang memilki keahlian.
3. Mudharabah muqayyadah yaitu pada prinsipnya sama dengan persyaratan mudharabah mutlaqah.
b. Prinsip Jual Beli (Tijarah)
Prinsip jual beli dapat dikembangkan menjadi bentuk-bentuk pembiayaan sebagai berikut :
31
merupakan salah satu produk penyaluran dana yang cukup digemari oleh BMT karena karakternya yang mudah dalam penerapan dan dengan resiko yang ringan untuk diperhitungkan.
2. Bai’ as Salam yaitu akad pembelian barang yang mana barang yang dibeli diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai dimuka.
3. Bai’ Al Istisna’ yaitu kontak penjualan antara pembeli dan BMT. Dalam kontrak ini BMT menerima pesanan dari pembeli kemudian berusaha melalui orang lain untuk mengadakan barang sesuai dengan pesanan barang tersebut.
c. Prinsip Sewa (ijarah) yaitu dilandasi adanaya pemindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ini sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya terdapat dalam obyek transaksinya. Bila akad jual beli transaksinya adalah barang maka pada
ijarah obyek transaksinya adalah jasa.
d. Prisip Jasa, disebut seperti ini karena prinsip dasar akadnya adalah ta’awun atau tolong-menolong. Berbagai pengembangan dalam akad ini meliputi : wakalah, kafalah, qard, hawalah dan rahn (Sumiyanto, 2008:152-160).
32
BMT didirikan dalam bentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau koperasi. Sebelum usahanya, kelompok Swadaya Masyarakat harus mendapatkan sertifikat operasi dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil). Sementara PINBUK itu sendiri harus mendapat pengakuan dari Bank Indonesia (BI) sebagai Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM). Berkenaan dengan Koperasi Unit Desa (KUD) dapat mendirikan BMT telah diatur dalam petunjuk Menteri Koperasi yang menetapkan bahwa bila di suatu wilayah dimana telah ada KUD dan KUD tersebut telah berjalan dengan baik dan organisasinya telah teratur dengan baik maka BMT bisa menjadi Unit Usaha Otonom (U2O) atau Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) dari KUD tersebut. Sedangkan bila KUD yang telah berdiri itu belum berjalan dengan baik maka KUD yang bersangkutan dapat dioperasikan sebagai BMT. Apabila di wilayah yang bersangkutan belum ada KUD, maka dapat didirikan KUD BMT(Ridwan, 2006: 25).
33
kalau BMT dengan badan hukum KSM atau Koperasi itu telah berkembang dan telah memenuhi sayrat-syarat BPR, maka pihak manajemen dapat mengusulkan diri kepada pemerintah agar BMT dijadikan sebagai BPRS (Badan Perkreditan Rakyat syariah) dengan badan hukum koperasi atau perseroan terbatas(Ridwan, 2006: 25).
Perseroan terbatas merupakan bentuk ideal untuk usah perbankan, kenyataan yang ada dalam praktik sebagian besar bank berbentuk perseroan terbatas. Mungkin hal ini yang menjadi latar belakang UU No 21 tahun 2008 yang membatasi bentuk hukum bank syariah berupa perseroan terbatas. Dengan bentuk hukum yang demikian berlaku UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Supramono, 2009: 140).
Pilihan badan hukum koperasi atau BMT harus memperhatikan rencana kerja operasioanal. Jika BMT diharapkan akan beroperasi secara luas, maka pengesahan badan hukumnya harus menyesuaikan. Terdapat pembatasan wilayah kerja sesuai dengan badan hukum yang dimilikinya dengan pembagian sebagai berikut :
a. BMT Daerah, yaitu BMT yang hanya dapat memberikan pelayanan kepada angggota yang berdomisisli dalam satu daerah kabupaten. b. BMT Propinsi, yaitu BMT yang dapat beroperasi dalam satu
34
c. BMT Nasional, yaitu BMT yang dapat beroperasi dalam satu wilayah kenegaraan. BMT ini dapat membuka kantor cabang diseluruh wilayah Indonesia. badan hukum BMT ini dikeluarkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Kopersai dan UKM (Ridwan, 2006:26).
2. Dasar Hukum Islam
Setiap kegiatan usaha bank tidak lepas dengan yang namanya hutang-piutang atau kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, dalam hal ini secara hukum dapat didasarkan pada adanya perinah dan anjuran agama supaya manusia hidup dengan saling tolong menolong serta saling bantu membantu dalam kebajikan. Sesuai firman Allah dalam QS Al-Maidah ayat 2:
Artinya :Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
35
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman jika kamu bertransaksi atas dasar utang dalam waktu yang telah ditentukan, tulislah. Hendaklah seorang penulis diantaramu menulis dengan benar, dan jangan ia enggan menulisnya sebagaimana yang telah diajarkan Allah
Karena pemberian utang pada sesama merupakan perbuatan kebajikan, maka seseorang yang memberi pinjaman menurut pakar hukum Islam tidak diperbolehkan mengambil keuntungan (profit). Sesuai firman Allah dalam QS Al-Hadid ayat 11:
Artinya :
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.
C. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah 1. Bentuk Perlindungan
a. Perlindungan secara Implisit
36
1) Peraturan perundang-undangan dibidang perbankan
2) Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif yang dilakukan oleh bank Indonesia.
3) Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya.
4) Memelihara tingkat kesehatan bank
5) Melakukan usaha dengan prinsip kehati-hatian
6) Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah
7) Menyediakan informasi risiko pada nasabah(Hermansyah, 2007: 131-137).
b. Perlindungan secara Eksplisit
Perlindungan secara eksplisit yaitu melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyrakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut.
Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana, ada 2 macam perlindungan yaitu :
1) Perlindungan Tidak Langsung
37
bersangkutan dengan melalui hal-hal yang bersangkutan dengan melalui hal-hal yang dikemukakan berikut ini :
a) Prinsip kehati-hatian
b) Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
c) Kewajiban mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi
d) Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank 2) Perlindungan Langsung
Perlindungan langsung adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana secara langsung terhadap kemungkinan timbulnya risiko kerugian dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Mengenai perlindungan secara umum ini dapat dikemukakan kedalam 2 hal, yaitu :
a) Hak Preferen penyimpan dana
b) Lembaga asuransi deposito (Hermansyah, 2007: 138-145).
2. Hak dan Kewajiban BMT dan Nasabah a. Hak dan Kewajiban BMT antara lain :
1) Hak BMT
a) Mendapatkan provisi terhadap layanan jasa yang diberikan kepada nasabah
38
c) Melelang agunan dalam hal nasabah tidak mampu melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan akad kredit yang telah ditandatangani kedua belah pihak
d) Pemutusan rekening nasabah (klausul ini banyak dalam prakteknya)
e) Mendapatkan buku cek, bilyet giro, buku tabungan, kartu kredit dalam hal terjadi penutupan rekening
2) Kewajiban BMT :
a) Mengembalikan agunan, ketika kredit telah lunas
b) Menjamin kerahasiaan identitas nasabah beserta dana yang disimpannya di bank, kecuali ketika peraturan perundang-undanagan menentukan lain.
c) Membayar bunga simpanan sesuai dengan perjanjian d) Mengganti kedudukan debitor dalam hal nasabah tidak
mampu melaksanakanya pada pihak ketiga
e) Memberikan laporan kepada nasabah terhadap perkembangan dananya di BMT
b. Hak dan Kewajiban Nasabah :
1) Hak Nasabah
39
b) Mendapatkan laporan atas transaksi yang dilakukan melalui BMT
c) Mendapat agunan kembali setelah agunan lunas
d) Mendapat sisa uang pelelangan dalam hal agunan dijual untuk melunasi kredit yang tak terbayar
2) Kewajiban Nasabah
a) Mengisi dan menandatangani formulir yang disediakan oleh BMT, sesuai dengan pelayanan jasa yang diinginkan oleh nasabah
b) Melengkapi persyaratan yang telah ditentukan oleh BMT c) Membayar provisi yang telah ditentukan oleh BMT d) Menyetor dana awal yang ditentukan oleh BMT e) Menyerahkan buku cek/giro bilyet tabungan.
3. Kedudukan Hukum Nasabah Setelah BMT di Likuidasi
40
program penjaminan pemerintah dengan LPS (Lembaga penjamin Simpanan), maka hal ini memang mengandung risiko saat pengembalian uang simpanan nasabah ketika BMT mengalami kesulitan likuiditas.
KUHPerdata, Undang-undang Kepailitan dan Undang-undang Perbankan sama-sama mendudukan nasabah pemegang deposito, tabungan dan giro sejajar dengan kreditur konkuren biasa. Satu-satunya yang dikecualikan oleh UU Perbankan dalam hal likuidasi
adalah penitipan murni oleh nasabah. Hal ini jelas tidak adil dan tidak
businesslike. Sebab, baik tabungan, deposito maupun giro, sebenarnya hanya versi-versi lain dari penitipan, sehingga tidak layak jika disejajarkan dengan kreditur lainya. Bagi nasabah sendiri, sekiranya
likuidasi itu memang akan merugikan mereka (misalnya, urutan prioritas pembyarannya akan ditempatkan dinomor akhirkan oleh tim
likuidasi), dapat saja diambil jalan keluar menggugat bank yang bersangkutan ke pengadilan,sehingga seluruh asetnya dijadikan sita jaminan. Setelah pihak nasabah memenangkan gugatan, nasabah dapat langsung melelang aset tersebut untuk pelunasan bayaran uang mereka plus bunga yang penuh. Jika ada pihak yang melakukan bantahan dan katakanlah diterima oleh pengadilan, upaya nasabah mengajukan gugatan ke pengadilan tersebut dapat menjadi alat untuk memperkuat
41
Seandainaya dalam memberikan keputusan, tim likuidasi
bersikap tidak adil maka diapun tidak luput dari sasaran gugatan kepengadilan oleh pihak yang telah dirugikanya. Hal ini memang sangat krusial dan sangat mungkin terjadi karena proses likuidasi
berbeda dengan kepailitan. Tentang kepailitan diatur khusus oleh UU kepailitan. Dalam proses kepailitan pengadilan yang memberikan keputusanya. Dan setelah itu ada banding ke Pengadilan Tinggi dan Kasasi ke Mahkamah Agung. Sedangkan dalam proses likuidasi, hanya orang-orang partikelir biasa yang bertindak, dan bukan tidak mungkin mereka akan memberikan keputusan yang salah kaprah nantinya, karena melikuidasi bank sangat complicated dan juga harus berlaku adil, ada baiknya jika kerja berat tersebut dilimpahkan saja menjadi tugas pengadilan yang memang sudah professional untuk itu. Menurut sistem hukum Indonesia, dalam suatu likuidasi jika seluruh hutangnya kepada pihak luar dibayar lunas, baru sisanya jika ada diperuntukkan bagi pembayaran hutangnya kepada pemegang saham, dan setelah itu sisa assetnya baru dibagi-bagikan kepada para pemegang saham (Fuady, 1996: 138-140).
4. Tanggung Jawab Direktur Bila Perusahaan Pailit atau Likuidasi
42
mereka tidak boleh disita atau dilelang. Kalaupun ada pihak pemilik itu hanya dikarenakan ikatan-ikatan yang bersifat kontraktual. Dalam hal ini, kontrak loan, personal guarantee dan gadai saham. Beberapa pengecualian terhadap prinsip kemandirian tanggung jawab badan hukum dalam hal perusahaan pailit antara lain :
a. Jika direktur bertindak diluar batas kemampuannya yang diberikan oleh anggaran dasar
b. Jika dilakukan perbuatan melawan hukum (perdata maupun pidana)
c. Jika direktur besikap sangat tidak layak atau bertentangan dengan prinsip bisnis
d. Jika terjadi fenomena yang dapat dilingkupi oleh doktrin.
Pelanggaran tersebut merupakan rumusan istilah kesalahan atau kelalaian menurut Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT) pasal 90 ayat (2). Karena itu pula direktur dapat dimintkan untuk bertanggung jawab secara hukum ketika perusahaan pailit jika dalam perbuatan direktur yang dianggap menyimpang tersebut secara langsung atau tidak langsung menyebabkan perusahaan yang bersangkutan jatuh pailit. Hanya saja UUPT membuat beberapa retriksi terhadap tanggung jawab direktur dalam hal perseroan pailit sebagai berikut :
43
b. Harus ada unsur kesalahan atau kelalaian dari direktur tersebut c. Tanggung jawab direktur bersifat residual, maksudnya dia baru
bertanggung jawab secara material setelah seluruh aset perusahaan diambil dan ternyata tidak cukup.
d. Disamping perusahaan, yang ikut ditarik untuk bertanggung jawab adalah hanya direksi. Komisaris dan pemegang saham tidak ikut bertanggung jawab secara hukum, kecuali mereka melakukan kesalahan lain.
e. Tanggung jawabnya secara renteng. Jadi walaupun seorang direktur yang bersalah, tetapi yang lain juga dipresumsi untuk bertanggung jawab.
f. Adanya presumsi bersalah, dengan beban pembuktian terbalik, maksudnya jika direksi bersalah maka seluruh anggota direktur dianggap bersalah, kecuali ada anggota direksi yang dapat membuktikan bahwa sebenarnya dia tidak bersalah.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM BAITUL MAAL WAT TAMWIL BINA INSANI PRINGAPUS UNGARAN
A. BMT Bina Insani Pringapus Ungaran 1. Sejarah Berdirinya BMT Bina Insani
BMT Bina Insani sebuah lembaga keuangan syariah berbentuk koperasi yang dirintis sejak Juli 1998 sebagai pengaruh dari krisis yang melanda bangsa Indonesia. Masalah utama usaha ekonomi kecil diwilayah Pringapus adalah keterbatasan dana dan kemampuan managerial yang kurang. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan menjamurnya lembaga keuangan yang sudah menambah di Pringapus yaitu adanya BRI di unit desa, BKK dengan unit keliling maupun lembaga keungan yang lain namun kenyataanya fasilitas yang diberikan belum mampu bisa menembus dan menyentuh para pengusaha menengah kebawah. Hal ini disebabkan karena sistem dan operasional perbankan harus melalui syarat administrasi yang rumit atau sulit untuk dipenuhi oleh pengusaha kecil kebawah sehingga kalaupun ada yang mendapatkan kucuran dana tidak disertai dengan bimbingan dan pengawasan bisa berakibat usaha yang dilakukan tidak bisa berhasil malah sebaliknya.
45
bank itu termasuk riba yang disyariatkan Islam. Berdasarkan dari pemikiran di atas sekelompok masyarakat yang peduli mencoba membentuk kelompok swadaya masyarakat dalam bentuk koperasi yang merangkul dan menampung semua golongan yang ada di Pringapus dengan nama koperasi Bina Insani yang diharapkan dengan uasaha ini pengusaha kecil yang tidak mampu berhubungan dengan Bank dan lembaga keuangan yang lain merasa terpanggil untuk berkoneksi dengan Bina Insani untuk memajukan kualitas kehidupannya. Seiring dengan permasalahan dan krisis ekonomi yang menimbulkan dampak yang buruk bagi kondisi buruk yang meningkatkan pengangguran. Depnaker kabupaten Semarang membuka proyek penanggulangan Pengangguran Kerja Trampil. Sehingga dirintislah lembaga keuangan syariah BMT Bina Insani dengan manfaatkan program pemerintah tersebut. Kemudian pada tanggal 15 Maret 1999 yang dikeluarkannya badan hukum koperasi yang menjadi tanggal resminya berdirinya koperasi dengan nomor : 055/BH/KDK.11.1/111/1999.
2. Visi dan Misi BMT Bina Insani Pringapus Ungaran a. Visi
46
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan prima kepada anggota sesuai jati diri koperasi
2) Menjalankankegiatan usaha jasa keuangan secara efektif, efisien dan transparan
3) Menjalin kerja sama usaha dengan berbagai pihak 4) Menampilkan pendamping dn konsultan
5) Melakukan sosialisasi kegiatan ekonomi islam
3. Identitas BMT Bina Insani a. Keanggotaan
Berdasarkan Undang-undang koperasi hanya boleh menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada anggota. Maka Bina Insani mengeluarkan produk simpanan dan mencantumkan para pencantuman sebagai calon anggota, selama belum memenuhi kewajiban sebagai anggota. Untuk bisa menjadi anggota koperasi Bina Insani maka calon anggota harus menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai berikut :
1) Membayar simpanan pokok yaitu sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Jumlah simpanan pokok yang ditetapkan oleh koperasi dan tidak dapat diambil saat masih menjadi anggota. 2) Membayar simpanan wajib yaitu jumlah simpanan tetentu
47
tertentu, yaitu tiap bulan dengan jumlah simpanan sama dan tidak diambil selama masih menjadi anggota koperasi
3) Simpanan sukarela oleh anggota yang jumlah bersifat bebas dan diambil sewaktu-waktu.
Adapun hak yang diperoleh anggota adalah sebagai berikut :
1) Memegang kekuasaan tertinggi saat rapat anggota
2) Memperoleh SHU (Sisa Hasil Usaha) yaitu pembagian keuntungan koperasi yang diambil anggota terhadap koperasi yaitu meliputi jumlah simpanan dalam modal penyertaan. 3) Memberikan atau mengajukan pertanyaan usul, kritik, menolak
maupun menerima laporan pertanggung jawaban dalam rapat anggota yang diadakan koperasi
4) Mempunyai suara dalam pengambilan keputusan
5) Menetapkan, mengangkat dan memberhentikan pengurus atau pengawas koperasi
b. Aspek Hukum
Nama : Kopersi BMT BINA INSANI
Jenis : Koperasi Serba Usaha
Badan Hukum : No : 055/BH/KDK/11.1.1V/1999
Tanggal 19 Maret 1999
48
Kantor Pusat :Jl. Sudirman No. 8 Pringapus Telp (024) 6930482 Faks (024) 6931149
Kantor Cabang Bergas : Jln.Raya Karangjati – Pringapus KM 1 Telp (0298) 522139
Kantor Cabang Ungaran : Jln. S Parman No 4 Ungaran 50512Telp (024) 7691
HO : No : 503/02/2005
NPWP : No : 02. 253.299.8.505.000
SIUP : No : 503/003/PB/11/2005
IJIN Operasional : No : 518/05/DU-SISPK/XIV/2004
4. Jenis Produk BMT Bina Insani a. Produk Penghimpunan Dana
1) Produk Simpana SiRela
SiRela (Simpanan Sukarela Lancar) adalah bentuk simpanan dari anggota atau calon anggota dimana penyimpanan dapat menitipkan dan mengambil sewaktu-waktu sesuai dengan ketentuan. Sebagai balas jasa pihak BMT memberikan bagi hasil kepada penyimpan setiap bulan sesuai dengan jumlah saldonya.
Ketetentuan antara lain :
49
c) Biaya penutupan rekening sebesar Rp. 10.000,00 dikenakan oleh pihak penabung
d) Nisbah bagi hasil taungan langsung ditambahkan pada rekeningpenabung tiap bulanya dengan ketentuan bagi hasil 65 : 45, yaitu 65 % untuk BMT Bina Insani dan 45%untuk penabung.
e) Apabila buku tabungan hilang atau rusak atau cacat segera memberitahukan pada pihak BMT Bina Insani
f) Biaya administrasi penggantian buku tabungan karna hilang / rusak / cacatdibebankan oleh penabung
g) Penarikan tunai lewat teller harus menyerahkan identitas diri
h) Penarikan tunai denagn surat kuasa hanya dapat dilakukan di kantor BMT Bina Insani dengan menunujukkan identitas diri
i) Penyalahgunaan buku tabungan oleh pihak ketiga yang bukan kesalahan BMT Bina Insani menjadi tanggung jawab penabung sepenuhnya.
Syarat Pembukuan Rekening antara lain :
a) Mengisi formulir Aplikasi Permohonan Pembukuan Rekening
b) Menyertakan Foto Copy KTP / tanda mengenal lainya.
50
SiSUKA (Simpanan Sukarela Berjangka) adalah bentuk simpanan berjangka atau semacam deposito dimana penyimpan menitipkan uangnya dan hanya bisa diambil saat jatuh tempo.
Ketentuan antara lain :
a) Dana yang disimpan minimal Rp. 1.000.000,00
b) Jangka waktu penyimpan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan
Nisbah Bagi Hasil antara lain :
a) Jangka waktu 12 bulan, 50 : 50, 50% untuk BMT Bina Insani dan 50 % untuk penabung
b) Jangka waktu 6 bulan, 55 : 45, 55 % untuk BMT Bina Insani dan 45 % untuk penabung
c) Jangka waktu 1 dan 3 bulan, 65 : 35, 65 % untuk BMT Bina Insani dan 35 % untuk penabung
d) Mempunyai simpanan Sierela, nisbah akan ditambahkan langsung rekening si penabung
e) Pengambilan simpanan berjangka hanya bisa dilakukan pada tanggal jatuh tempo, dikantor BMT Bina Insani sebelum pada pukul 12.00
51
g) Apabila tabungan diambil pada waktu tidak jatuh tempo maka dukenakan pinalti sebesar 2,5 %dari jumlah tabungan. Pinalti merupakan biaya yang ditanggung oleh penabung sebagai kompensasi pelanggaran akad.
Syarat pembukuan Rekening antara lain :
a) Mengisi formulir aplikasi permohonan pembukuan rekening
b) Menyertakan Foto copy KTP atau tanda pengenal lainya
3) Produk Simpanan SiSUQUR
Ketentuan antara lain :
a) Awal pembukuan rekening minimal Rp.20.000,00
b) Saldo saldo kas yang harus dipelihara minimal Rp. 10.000,00
c) Pengambilan simpanan hanya bisa dilakukan pada saat menjelang hari raya Idul Adha
Syarat pembukuan Rekening antara lain :
a) Mengisi formulir aplikasi permohonan pembukuan rekening
b) Menyerahkan Foto copy KTP atau tanda penngenal lainya
4) Produk Simpanan SiAMAN
52
sadaqah, wakaf dan hadiah yang diserahkan di BMT Bina Insani untuk dikelola agar mendapat manfaat maksimal.
Syarat Pembukuan Rekening
a) Mengisi aplikasi permohonan pembukuan rekening b) Menyertakan Foto Copy atau tanda pengenal lainnya
b. Produk Pembiayaan di BMT Bina Insani 1) Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja yaitu pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat untuk membiayai kebutuhan modal kerja. Ada 2 jenis kredit modal kerja yaitu :
a) Produk Pembiayaan Mudharabah (MDA)
Mudharabah yaitu jenis pembiayaan dengan akad
syirkah, merupakan pembiayaan modal kerja yang diberikan oleh BMT kepada anggotanya. Dimana pengelola usaha sepenuhnya diserahkan kepada anggota sebagai debitur atau mitra. Dalam hal ini anggota menyediakan usaha dan sistem manajemennya. Sedangkan hasil keuntungan yang didapatkan akan dibagi sesuai dengan akad atau perjanjian semula antar kedua belah pihak
b) Produk Pembiayaan Musyarakah (MSA)
53
terlibat dalam pengelolaan dana dimana risiko dan keuntungan hasil usaha ditanggung bersama secara berimbang dengan porsi penyertaan masing-masing.
2) Kredit Konsumsi
Kredit konsumsi yaitu kredit yang diberikan dalam rangka pengaduan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi dan bukan sebagai barang modal dalam kegiatan uasaha nasabah. Kredit konsumsi dapat dibagi dalam 3 jenis produk pembiayaan yang berdasarkan sistem mark- up antara lain :
a) Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA)
Jenis pembiayaan berakad jual beli yaitu suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara BMT dengan anggotanya. Dimana BMT menyediakan dananya untuk sebuah investasi atau pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembiayaan dilakukan secara angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh peminjan ialah jumlah atau harga barang modal dan
mark-up yang disepakati
b) Pembiayaan Mudharabah (MBA)